Pemalsuan Kredit Fiktif Bank Syariah Mandiri
|
|
- Ivan Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KASUS FRAUD PERBANKAN Pemalsuan Kredit Fiktif Bank Syariah Mandiri Nama Dosen : Sigit Handoyo, SE., M. Bus Mata Kuliah : Audit Forensik Disusun Oleh: 1. Ade Festiananta Rani Dwi Anggraini Widyani Indah Dewanti Winda Jessiana PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2015
2 Pemalsuan Kredit Fiktif Bank Syariah Mandiri Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan pihaknya tengah mengkaji pidana pemalsuan dalam kasus penggelapan dana bermodus kredit fiktif di Bank Syariah Mandiri (BSM), Bogor, Jawa Barat. "Pasal pemalsuan KUHP juga berlaku seperti halnya UU Perbankan selain UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tapi pasal pemalsuan masih dikaji," kata Ronny di Jakarta, Kamis (24/10). Pasal pemalsuan dokumen rencananya akan diikutsertakan dalam pidana yang menjerat keempat tersangka penggelapan dana bermodus kredit fiktif senilai Rp102 miliar. Hal itu karena sindikat yang terdiri dari tiga orang pimpinan kantor cabang Bank Syariah Mandiri di Bogor, Jawa Barat, itu diduga memalsukan identitas para nasabah yang mengajukan permintaan kredit pembiayaan. "Hasil sementara penyidikan, identitas 197 nasabah itu dipalsukan berikut kartu tanda penduduk (KTP) serta data persyaratan pengajuan kredit ke bank tersebut dipalsukan," ujarnya. Kendati demikian, Ronny mengatakan pihaknya tidak bisa serta merta menjatuhkan jerat pidana tanpa terlebih dahulu memberi bukti. Menurutnya, perihal dokumen pengajuan kredit nasabah itu aspal (asli tapi palsu) atau benarbenar palsu akan dibuktikan dengan pemeriksaan dari ahli terkait. "Akan butuh keterangan ahli dan konprehensif penyidikannya, jadi biar nanti didalami penyidik," katanya. Sebelumnya, Dittipideksus Bareskrim Polri berhasil mengungkap kasus penggelapan dana senilai Rp102 miliar di Kantor Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor, Jawa Barat. Ada empat tersangka yang kini ditahan di rumah tahanan Bareskrim Polri, yakni Kepala Cabang Utama BSM Bogor M. Agustinus Masrie (MA), Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan (CH), Accounting Officer BSM Bogor John Lopulisa (JL) serta Iyan Permana (IP) sebagai debitur. Penangkapan keempatnya dilakukan Rabu (23/10) atas laporan yang disampaikan pada12 September 2013 dari Bank Syariah Mandiri Pusat. Sementara itu, barang bukti berupa
3 sembilan unit mobil mewah dan satu unit motor gede telah disita kepolisian sejak Rabu (23/10) siang. Kesepuluh kendaraan yang disita terdiri atas Honda Freed warna putih bernomor polisi F 630 CW, Toyota Fortuner warna putih F 1030 DO, Honda CRV warna hitam F 1299 L, Honda Jazz putih F 39 A, Mercedes Benz putih B 741 NDH, Mercedes Benz SLK kuning B 1 ADG, Toyota Alphard putih B 1650 RL, Hummer hitam B 741 FKD dan Toyota Altis F 1649 DK, serta satu unit motor gede Honda Goldwings F6B hitam tanpa plat nomor. Direktorat Ekonomi Khusus Bareskrim Polri menahan dua tersangka lagi dalam kasus pembobolan dana Bank Syariah Mandiri (BSM) Bogor, Jawa Barat. Total tersangka dalam kasus itu, kini sudah menjadi enam orang. "Mereka adalah Hen Hen Gunawan dan Dokter Rizky Ardiansyah MPH. Keduanya ditangkap Minggu (3/11) di dua tempat yang berbeda. Gunawan di Hasyim Asyari 59 Ciledug, Tanggerang dan Rizky di Perumahan Bukit Indra Prasta blok d-2 no 8 Kemang, Parung," kata Direktur Eksus Brigjen Arief Sulistyanto di Mabes Polri Senin (4/11). Gunawan diduga ikut mengajukan pembiayaan fiktif ke BSM dengan modal KTP milik 26 karyawannya tanpa sepengetahuan si pemilik identitas. Sehingga total ada Rp 12,4 miliar yang dia kantongi. Demikian pula Rizky yang meminjam KTP milik tetangganya untuk ikutikutan membobol bank. Rizky mampu mengantongi Rp 12,2 miliar. "Kedua tersangka baru ini tidak saling mengenal tapi mereka ini diorder accounting Officer BSM Bogor, John Lopulisa untuk mencari KTP untuk membobol banknya sendiri," imbuhnya. Atas aksinya itu Jhon, yang juga telah ditahan dalam kasus ini, kecipratan sekitar Rp 4 miliar dalam bentuk uang dan barang. Lalu Kepala Cabang Utama BSM Bogor M. Agustinus Masrie kecipratan Rp 1,7 miliar, dan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan dapat Rp 3 miliar. Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Rabu (6/11), menangkap notaris yang bertindak sebagai pembuat akta dalam kasus pengajuan kredit fiktif di Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri Bogor, Jawa Barat. "Ia ditangkap Rabu (6/11) dan Kamis (7/11) resmi ditahan. Sebelumnya, polisi sudah melakukan pemanggilan, tapi dalam panggilan pertama ia tidak datang dengan alasan sakit," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Brigjen Pol Arief Sulistyanto di Jakarta, Kamis.
4 Notaris atas nama Sri Dewi (51), asal Bogor, merupakan orang yang ditunjuk langsung oleh pihak bank untuk membuat akta pengikat perjanjian pembiayaan dengan akad murabahah. Dijelaskan Arief, SD dinyatakan ikut bersalah karena merupakan notaris yang mengikat proses pengajuan kredit fiktif itu. Tersangka SD juga diketahui membuat akta pembiayaan hanya dihadiri oleh tersangka Iyan Permana (IP) tanpa debitur lainnya. Selain itu, SD menggunakan sertifikat tanah salinan (fotocopy) sebagai agunan. "Ia juga menerima dana hasil kredit fiktif melalui transfer rekening sejumlah Rp2,6 miliar, ada juga tunai tapi jumlahnya mereka (tersangka IP dan SD) lupa. Ia juga menerima pemberian satu unit sedan Mercedes Benz C200," katanya. Sindikat kejshatan perbankan ini disebutkan hampir sempurna. Selain melibatkan orang dalam, juga melibatkan pihak eksternal sehingga bisa secara mudah kredit bisa dicairkan. Dari sisi debitur ada tiga tersangka, Iyan Permana, Hen Hen Gunawan, dan Rizky Ardiansyah masing-masing mengajukan 150 nasabah, 21 nasabah, dan 26 nasabah, sehingga total kredit yang diajukan ada 197 nasabah. Dari 197 nasabah yang diajukan kredit, 113 kredit fiktif diajukan Iyan Permana, kemudian Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky mengajukan 20 kredit fiktif. Sehingga total kredit fiktif sebanyak 153 nasabah. Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuklah ke tangan Accounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan 197 kredit tersebut dimaksudkan supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat Kepala Cabang saja. John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif tersebut tidak melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa dengan mudah di kabulkan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, begitu pula dengan persetujuan dari Kepala Cabang Utama BSM Bogor Agustinus Masrie yang memang sudah bersekongkol. Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepadasri Dewi selaku notaris yang membuat akta akad kredit. Tanpa dihadiri pihak debitur dan sertifikat tanah hanya berupa fotocopy dengan mudah perikatan kredit antara debitur dan pihak bank dibuat.
5 Ketiga tersangka dipersangkakan Pasal 63 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Pasal 3 dan 5 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Sejak 2012 Sementara itu, Pihak BSM mencium telah terjadi pelanggaran dugaan tindak pidana perbankan yang dilakukan pegawai BSM cabang Bogor sejak tahun Senior Vice President Corporate Secretary BSM Taufik Machrus mengatakan, atas temuan tersebut BSM menurunkan tim audit internalnya. Hasil (temuan tim audit internal, red) memperkuat dugaan terjadinya tindak pidana perbankan, kata Taufik. Setelah itu, lanjut Taufik, BSM melaporkan hasil temuan tim audit internal ke Bareskrim Mabes Polri. Dari pelaporan ini, Mabes Polri kemudian mengusut hingga menetapkan tiga pegawai BSM cabang Bogor sebagai tersangka kasus kredit fiktif. Dengan pelaporan ini, BSM menyerahkan penanganannya kepada proses hukum, tambahnya. Taufik menjelaskan, terhadap tiga pegawai BSM yang menjadi tersangka tindak pidana itu, telah dilakukan tindakan tegas. Tindakan tersebut berupa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Untuk mantan Kepala BSM cabang utama Bogor berinisial MA PHK dijatuhkan pada tanggal 1 November PHK kepada mantan Kepala BSM cabang pembantu Bogor berinisial HH dijatuhkan pada tanggal 1 Desember Sedangkan kepada Account Officer BSM cabang pembantu Bogor berinisial JL jatuh pada tanggal 4 Oktober Konsultan Hukum BSM Bambang Sulistio menambahkan, kredit yang disalurkan oleh ketiga tersangka jumlahnya mencapai Rp102 miliar. Dari jumlah itu, telah terjadi pengembalian dana ke BSM sekitar Rp50 miliar. Sedangkan sisanya, ia berharap proses hukum dapat membantu untuk mengembalikannya. BSM sendiri belum mengetahui nilai kerugian yang terjadi dalam kasus ini. Ia menyerahkan sepenuhnya berapa angka kerugian dalam kasus ini kepada pihak kepolisian. Yang belum kembali Rp50-an miliar, masih dalam proses penyelesaian. Kita berharap dengan kasus ini bisa tertutupi makanya dilaporkan ke pihak yang berwajib, kata Sulistio.
6 Meskipun terjadi kasus kredit fiktif, lanjut Sulistio, angka Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah BSM tak terganggu. Ia mengatakan, kasus ini mencerminkan bahwa sistem peringatan dini BSM telah berjalan baik. Saya kira (NPL) tidak terganggu, katanya. Ia mengakui dari mulai dugaan terjadinya tindak pidana pada 2012 hingga dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri pada September 2013 terdapat waktu yang panjang. Menurut Sulistio, waktu tersebut dipergunakan BSM untuk mengumpulkan data dugaan pelanggaran. Hingga akhirnya BSM memperoleh data telah terjadi mark up. Dari hasil yang kita dapatkan baru diyakini terjadi pelanggaran. Setelah itu baru lapor, karena butuh alat bukti permulaan untuk melapor, ujar Sulistio. Terkait ditetapkannya salah satu debitur BSM sebagai tersangka, Sulistio menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Kepolisian. Menurut dia, penetapan seseorang sebagai tersangka merupakan kewenangan penuh aparat penegak hukum. Itu kewenangan penyidik untuk lakukan tindakan hukum. (Debitur, red) Orang yang menyediakan lahan perumahan untuk dibeli oleh pemohon pembiayaan, katanya. Atas perbuatannya, SD dipersangkakan Pasal 64 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Tindak Pidana Perbankan Syariah, Pasal 264 ayat 1 KUHP atas pemalsukan dokumen oleh notaris, serta Pasal 3 dan atau Pasal 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Sebelumnya, polisi telah menetapkan enam tersangka dalam kasus kredit fiktif itu, diantaranya Kepala Cabang Utama BSM Bogor M. Agus (MA), Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Haerul Hermawan (HH), Account Officer BSM Bogor John Lopulisa (JL), serta tiga debitur Iyan Permana (IP), Hen Hen Gunawan (HG) dan Rizky Adiansyah (RA). Dalam kasus itu, IP bersama HG dan RA yang bertindak sebagai debitur mengajukan akad murabahah untuk pembiayaan perumahan. Mereka mengajukan kredit atas nama 197 nasabah dengan data palsu dan berhasil mencairkan Rp102 miliar untuk kepentingan pribadi. Sekitar Rp43 miliar telah dibayarkan ke pihak bank sehingga perseroan masih merugi Rp59 miliar. Keenam tersangka lainnya dipersangkakan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Pasal 3 dan 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
7 Analisis : fraud triangle: a. tekanan: Lingkungan dan gaya hidup b. kesempatan: lemahnya pengawasan dari BSM sehingga memudahkan pelaku untuk melakukan fraud. c. Pembenaran: Para tersangka merasa dirinya mempunyai jabatan, wewenang, dan mempunyai andil yang besar dalam memajukan perusahaan sehingga mereka berpikir bahwa tindakan yang dilakukan adalah benar. Pelaku : Kepala Cabang Utama BSM Bogor : M. Agustinus Masrie, Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor : Chaerulli Hermawan, Accounting Officer BSM Bogor : John Lopulisa, Debitur : Iyan Permana, Hen Hen Gunawan, dan Rizky Adiansyah, serta Notaris : Sri Dewi Jenis Pelanggaran : Pemalsuan dokumen identitas 197 nasabah dalam kasus penggelapan dana bermodus kredit fiktif senilai Rp.102 miliar di Kantor Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kasus kredit fiktif BSM : Gaya hidup para pelaku yang konsumtif dan diatas rata-rata Keserakahan Moral karyawan yang rendah
8 Adanya motivasi untuk melakukan fraud, seperti adanya tekanan, peluang dan sikap yang membenarkan tindakan fraud. Kelemahan sistem pengendalian internal perusahaan Dampak : Rusaknya reputasi bank yang berakibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder antara lain regulator, nasabah, masyarakat, manajemen bank dan pegawai terhadap bank, akibat persepsi negatif yang dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha bank. Solusi : Bank syariah harus mengetatkan pengawasan. Apalagi BSM adalah bank berbasis syariah, internal audit harus benar-benar dipastikan berjalan. Bank juga harus melakukan perbaikan terus menerus. Pihak BSM seharusnya menindak lanjuti permasalahan didalam perusahaannya agar tidak ada lagi yang merasa dirugikan apalagi jumlah kerugian yg masih ada. Dan masalah seharusnya jangan ditutupi, masalah tersebut harus segera diselesaikan. Kesimpulannya : Menurut kami kasus kredit fiktif pada bank syariah mandiri cabang bogor ini terdapat pelanggaran kode etik profesi. Seperti prinsip tanggung jawab, kepentingan publik, integritas, dan obyektifitas. Di karenakan adanya pelanggaran internal perusahaan yang terjadi, adanya kerjasama antara pihak bank dengan pihak eksternal untuk melakukan kecurangan dengan modus pengajuan kredit oleh 197 nasabah yang di ajukan oleh iyan permana selaku debitur, yang ternyata dari 113 nasabah tersebut menggunakan data-data palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi. Yang mana pada awalnya dilakukan pengajuan kredit untuk pengerjaan proyek pembangunan perumahan sebagaimana yang diajukan oleh debitur namun pada kenyataannya tidak demikian. Dalam kasus ini tersangka dapat menampung uang hasil kejahatannya senilai Rp.102 miliar. Dari kasus yang terjadi merupakan bukti bahwa fungsi pengawasan internal bank dan regulator masih lemah karena masih bisa dibobol. Baik itu karena standard operating
9 procedure (SOP) tidak benar-benar berjalan, atau karena ada bagian-bagian tertentu yang tidak dijalani. Bisa juga karena tidak adanya evaluasi dan monitoring yang rutin dan kuat dari pihak BSM pusat ketika SOP berjalan. Tetapi apabila melihat modus pembobolan yang terjadi di KCP BSM Bogor, seharusnya tidak perlu terjadi abila manajemen peka dan mulai bisa mendeteksi sedini mungkin, sehingga kerugian tidak membesar. Dampak yang terjadi dari kasus ini selain menyebabkan kerugian dan rusaknya reputasi bank syariah mandiri, berakibat pula pada hilangnya kepercayaan masyarakat kepada bank yang berbasis syariah tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kasus diatas : - Dapat dilakukan dengan melaksanakan sistem tata kerja dan penempatan profesi secara professional dan integritas moral yang tinggi, - Menerapkan sanksi pidana yang maksimal dan secara tegas agar para tersangka merasa takut akan hukuman yang akan didapat jika melakukan kolusi, - Perlunya pengawasan yang rutin dan kuat dari pihak bsm pusat. Agar para profesi akuntan dan petinggi bsm tersebut tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan, - Perlu diberlakukan penerapan etika dalam profesi akuntan.
Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manajemen risiko merupakan suatu bidang keahlian yang memiliki output berupa rancangan prosedur dan tata cara pelaksanaan prosedur tersebut untuk menangani suatu risiko.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan Syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan sebagai suatu respon dari
Lebih terperinciBSM Tersandung Fraud di Bogor
BSM Tersandung Fraud di Bogor 24 October 2013 15:05 WIB Temuan kepolisian akan pembobolan dana lewat pembiayaan fiktif senilai Rp102 miliar, diklaim pihak BSM merupakan pengembangan dari inisiatif perseroan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara berkembang dimana pembangunan perekonomian sangat mempengaruhi perkembangan negara tersebut. Salah satu penunjang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. supervisi bank tersebut (Soebijoto, 2011). Modus kejahatan perbankan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya kejahatan perbankan, terutama pembobolan rekening nasabah bank belakangan ini bukan hanya disebabkan oleh nasabah bank yang mudah percaya kepada oknum pegawai,
Lebih terperinciKasus pembobolan dana nasabah Citibank senilai Rp 40 miliar oleh Inong
Nama : Dheastri Rahayu Kelas : Akuntansi C Mata Kuliah : Akuntansi Topik Khusus KASUS Kasus pembobolan dana nasabah Citibank senilai Rp 40 miliar oleh Inong Malinda alias Melinda Dee yang menjabat Relationship
Lebih terperinciMakalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN
Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia perbankan syariah. dengan negara lain, terutama dalam sistem informasi akuntansi yang
A) Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia perbankan syariah dizaman era global menuntut seluruh bank, baik swasta maupun BUMN untuk memperoleh keuntungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Usman (2001:59) bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika Alamat: Kampus I, Jl. Wates. Km. 10 Yogyakarta. 55753. Telp.(0274) 649212,649211,Fax.(0274)-649213.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, kasus fraud yang terjadi di perbankan semakin marak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kasus fraud yang terjadi di perbankan semakin marak. Sebagai contoh adalah pembobolan kredit fiktif di Bank Jateng Syariah senilai Rp 94 miliar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kasus kecurangan yang melatar belakangi tindak pencucian uang (Theft Act), red flag yang terdapat dalam transaksi pelaku, modus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan berdirinya berbagai jenis perusahaan, diantaranya perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah reformasi, dunia usaha di Indonesia berkembang semakin pesat yang menimbulkan berdirinya berbagai jenis perusahaan, diantaranya perusahaan jasa yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Pertanggungjawaban Yuridis Terhadap Direksi dan Komisaris dari Suatu Bank Swasta yang Melakukan Kegiatan Kredit Fiktif Ditinjau dari Peraturan
Lebih terperinciPelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta
Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Oleh: Gerson Dullosa Utama 14111053 Daftar Isi Daftar Isi... 2 BAB I... 3 1.1 Informasi Berita Pelanggaran Kode Etik di Dunia
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada BJB Syariah
200 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada BJB Syariah KCP Sukajadi mengenai Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Internal untuk mencegah Kredit
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN. Dari PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONOROGO
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN Dari PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONOROGO LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PT. Bank Negara Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Mandiri Syariah di Bogor terhadap StakeHolder
Nama : Bagas Pria Pramudika Nim : 1401140395 Kelas : MBTI-I Tugas Metodologi Penelitian Analisa 5 Jurnal dan BAB 1 Analisis Pelanggaran Etika Bisnis Pada Bank Mandiri Syariah di Bogor terhadap StakeHolder
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan untuk berpikir lebih
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor Yang Menyebabkan Notaris Diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat (Good Corporate Governance) pada setiap aktivitas bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai lembaga yang menjalankan kegiatan operasional berlandaskan azas kepercayaan, Bank bukan saja dituntut untuk dapat memberikan produk dan layanan terbaik pada
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciNo. 11/ 25 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA
No. 11/ 25 /DPbS Jakarta, 29 September 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (Competitive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan perekonomian saat ini yang semakin meningkat dalam dunia usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (Competitive Advantage) untuk terus bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua organisasi di setiap negara, di sektor industri apapun, termasuk sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud (kecurangan) dewasa ini merupakan suatu permasalahan yang dihadapi semua organisasi di setiap negara, di sektor industri apapun, termasuk sektor perbankan. Sektor
Lebih terperinciRANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
47 RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pembangunan rezim anti pencucian uang di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas Sms Banking
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan aktivitas bisnis, suatu perusahaan khususnya pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan aktivitas bisnis, suatu perusahaan khususnya pihak manajemen wajib menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerjanya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
128 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dan mempunyai peranan yang sangat penting
Lebih terperinciS U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA
No.7/ 57/DPbS Jakarta, 22 Desember 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Hubungan Antara Bank yang Melaksanakan
Lebih terperinciMengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA
Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Anekdot : Tindak Pidana Perbankan SIFATNYA NON CONCEALMENT jenis kejahatan bank yg dilakukan tanpa upaya manipulasi laporan atau catatan keuangan bank. CONCEALMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi pusat perhatian di kalangan pelaku bisnis di seluruh dunia. Di Indonesia pun tindakan kecurangan sepertinya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2014 KEMENKEU. Konsultan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your
BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Strategi Anti Fraud Pembiayaan Dalam dunia perbankan pembiayaan atau perkreditan bukanlah bidang yang dapat dihindari oleh bank dan merupakan salah satu sumber pemasukan
Lebih terperinciPENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME
Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Kedua, Tipologi Pencucian Uang Tujuan Modul bagian kedua yaitu Tipologi bertujuan untuk menjelaskan: a. Apa saja tipologi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok Langkah-langkah pengajuan pembiayaan kepada bank adalah sebagai berikut : 1. Nasabah datang ke Bank untuk mencari
Lebih terperinci- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 19 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai dan prilaku individu ataupun kelompok yang berhubungn dengan realitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Etika yang berkembang dimasyarakat semakin kompleks, etika tersebut merupakan etika yang membahas mengenai bagaimana mereka harus bertindak sesuai dengan
Lebih terperinciDirektori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id
P U T U S A N Nomor 379/Pid.B/2014/PN Sbg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan globalisasi. manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia, namun di sisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan globalisasi yang sangat pesat merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari dan telah memberikan perubahan signifikan
Lebih terperinci2 Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tent
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2015 PERBANKAN. BI. Rasio. Loan To Value. Financing To Value. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5706). FPERATURAN
Lebih terperinciSUMIYEM & SARMI LESTARI KASUS 1. Kasus Pembobolan Dana Nasabah Citibank-Melinda Dee
SUMIYEM & SARMI LESTARI KASUS 1 Kasus Pembobolan Dana Nasabah Citibank-Melinda Dee Kasus pembobolan dana nasabah Citibank pada tahun 2011 banyak menyita perhatian masyarakat. Pelaku dari pembobolan ini
Lebih terperinciSURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA
No. 11/ 34 /DPbS Jakarta, 23 Desember 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciPROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS
PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN LEVEL KOMISARIS Tanggal Efektif Berlaku : 15 November 2013 Page 1/13 DAFTAR ISI 1.0. LATAR BELAKANG 3 2.0. MAKSUD DAN TUJUAN 3 3.0. DASAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Audit internal sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencegah fraud dalam suatu perusahaan yang kegiatannya meliputi menguji dan menilai efektivitas serta
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Atas dasar pengalaman praktek kerja atau magang di PT. Bank DKI Kantor Pusat Juanda selama 1 (satu) bulan mulai tertanggal 10 Agustus 2010 sampai dengan 08 September
Lebih terperinciPERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan
Lebih terperinci- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers
Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan masyarakat modern yang serba kompleks, semakin. dinamika itu dapat dilihat dan dirasakan antara lain dalam bidang ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat modern yang serba kompleks, semakin berkembang dan dinamis seiring bergeraknya waktu. Perkembangan dan dinamika itu dapat dilihat dan dirasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen didalam Pasal 33 ayat 4 menginstruksikan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
Lebih terperinciNo. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA
No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah Sehubungan dengan
Lebih terperinciASPEK HUKUM TERHADAP PELANGGARAN DI INTERNAL RUMAH SAKIT
ASPEK HUKUM TERHADAP PELANGGARAN DI INTERNAL RUMAH SAKIT Bimo Prasetio, S.H. O NE STOP LEGAL S O L U T I O N w w w. e a s y b i z. i d www.smartcolaw.com RIWAYAT PEKERJAAN Januari 2013 Partner pada kantor
Lebih terperinciNo. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September 2013. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan
Lebih terperinciYth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENJADI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
Lebih terperinciKredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat Selasa, 18 Mei :37 WIB
Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat Selasa, 18 Mei 2010 21:37 WIB JAMBI, KOMPAS.com Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/10/PBI/2015 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN PROPERTI DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan
Lebih terperinci-1- LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG
-1- LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PIHAK UTAMA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017
Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah; di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2017 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini pimpinan suatu organisasi atau manajemen banyak yang mengkhawatirkan timbulnya kecurangan (fraud) di lingkungan organisasi atau perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat membutuhkan pendanaan yang baik. Peran bank cukup penting untuk dapat menyediakan dana yang mencukupi bagi pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian secara keseluruhan memfasilitasi
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 1/PBI/2002 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR BANK BERDASARKAN PRINSIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal tersebut, maka begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara bahkan di era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berupa bunga kredit dan juga sekaligus sebagai sumber risiko operasi bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai banyak kegiatan yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era teknologi maju dan globalisasi. Bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan yang berhubungan dengan masalah kecurangan, kolusi, nepotisme, dan penggelapan
Lebih terperinci- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Audit internal akan melakukan penilaian dengan tujuan untuk menguji dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Audit internal adalah suatu fungsi penilaian independen yang dibuat perusahaan dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan
Lebih terperinciRISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan mengharuskan perusahaan untuk memanfaatkan dan mengalokasikan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu instansi atau perusahaan. Di dalam memenuhi kebutuhan akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan fungsi instansi pemerintahan maupun perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan peralatan dan jasa dengan tujuan mengoptimalkan kinerja suatu
Lebih terperinciPT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME
PT Bank OCBC NISP, Tbk Anti Money Laundering & Counter Financing Terrorism KUTIPAN KEBIJAKAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME I. PENGANTAR PT Bank OCBC NISP, Tbk ("Bank") adalah perusahaan
Lebih terperinciPELANGGARAN ETIKA IT - PERJUDIAN ONLINE. Nama : Nuri Budi Hangesti Nim :
PELANGGARAN ETIKA IT - PERJUDIAN ONLINE Nama : Nuri Budi Hangesti Nim : 13111027 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA 2016 Daftar isi: I. Kasus...3 II. Komentar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebelumnya selain itu badan usaha dituntut pula memiliki nilai tambah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi yang semakin tajam di lingkungan bisnis. Setiap entitas bisnis dipacu untuk selalu melakukan
Lebih terperinciPEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI
PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI Desember 2012 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 Pernyataan Komitmen... 2 I. LANDASAN HUKUM... 3 II. PENGERTIAN UMUM... 3 III. MAKSUD DAN TUJUAN... 4 IV. KLASIFIKASI INFORMASI...
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Pembiayaan. Kredit. Uang Muka. Properti. Kendaraan Bermotor. LTV. FTV. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 178)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/16/PBI/2016 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE UNTUK KREDIT PROPERTI, RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK PEMBIAYAAN PROPERTI, DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790] 33. Ketentuan Pasal 46 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 46 ayat (1) menjadi
Lebih terperincib. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciNo. 3/32/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 3/32/DPNP Jakarta, 14 Desember 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Hubungan Antara Bank, Akuntan Publik dan Bank Indonesia ------------------------------------------------------
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci