PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR STANDART OPERATING PROCEDURE UNTUK PREVENTIVE MANAGEMENT UNIT SKID STEER LOADER 226 B Diajuhkan untuk memenuhi syarat Memperoleh gelar Diploma III (AhliMadya) Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang DisusunOleh : FAUZAN AZHAR ( ) PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI PADANG 2017

2 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR Standart Operating Procedure untuk Preventive Maintenance Unit Skid Steer Loader 226B (Studi Kasus Di Politeknik Negeri Padang) Disusun oleh: Nama : Fauzan Azhar No. Bp : Jurusan : Teknik Mesin Program Studi : Teknik Alat Berat Tugas Akhir Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh : Pembimbing 1 Pembimbing 2 Ir. Darman Dapersal Dinar, M. Pd Rino Sukma, ST., MT NIP NIP Disahkan oleh : Ketua Jurusan Teknik Mesin Ketua Program Studi Teknik Alat Berat Dr. Junaidi, ST.,MP Rino Sukma, ST., MT NIP NIP

3 LEMBARAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR INI TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DI DEPAN TEAM PENGUJI TUGAS AKHIR DIPLOMA III POLITEKNIK NEGERI PADANG TANGGAL, 11 SEPTEMBER 2017 DEWAN PENGUJI Ketua Sekertaris Ir. Darman Dapersal Dinar, M. Pd Dian Wahyu, ST., MT NIP NIP Anggota I Anggota II H. Oong Hanwar, ST., MT Andrianto., ST,. MT NIP NIP

4 Lembar Persembahan Kupersembahkan... Untuk yang tercinta dan tersayang... Ayahku Drs. H. Achmad Djuliadi, M.Pd tulang punggung keluargaku... Surga ku di dunia Ibuku Amalia Chasanah yang selalu menungguku di rumah... Saudara saudariku... Amalia Chasanah, Qolby Sakinah, SH., Fajar Luhur Prasetyo, A.md., Firdaus Bachtiar Istriku Tercinta... Fitri Nuraini Saudara seperjuangan... Cak Koesaeri A.md, Bang Ucup A.md, Bang Jacky A.md, Mas Adi A.md, Cak Kun A.md, Cak Samid A.md, Sam Ndika A.md, Sam Rio A.md, Sam Vicky A.md, Bang Sem A.md, Mas Madi A.md, Darmo A.md, Kakek A.md, Adit A.md, Gendut Ganteng A.md, Kombut A.md, Micel A.md,Mukhtar A.md, Raja Minyak A.md, Taliwang A.md, Oyo A.md, Aan A.md Teman-teman Technician Trakindo Padang & Palembang selalu aku rindukan... Dan Keluarga Alat berat Politeknik Negeri Padang yang selalu harmonis... yang memberiku kesempatan untuk berkuliah... PT. Trakindo Utama dan kampus ku yang selalu istimewa... Politeknik Negeri Padang ku Terimakasih Semua...

5

6 FAUZAN AZHAR No. Alumni Politeknik Negeri Padang Biodata (a) Tempat / Tanggal Lahir : Kota Malang / 24 Juni 1995 (b) Nama Orang Tua : Drs. H. Achmad Djuliadi, M.Pd. (c) Fakultas : Politeknik Negeri Padang (d) Jurusan : Teknik Mesin (e) No. BP : (f) Tanggal Lulus : 11 September 2017 (g) Predikat Lulus : Pujian (h) IPK : 3,73 (i) Lama Studi : 3 Tahun 0 Bulan (j) Alamat Orang Tua : JL. Baliwinata VI 17 F no.2, desa Sekarpuro, Kec. Pakis, Kab Malang, Jawa Timur Standart Operating Procedure untuk Preventive Maintenance unit Skid Steer Loader 226 B Tugas Akhir D-III oleh : Fauzan Azhar. Pembimbing : Ir. Darman Dapersal D., M.Pd. dan Rino Sukma, ST.,MT ABSTRAK Eksistensi alat berat dalam proyek dewasa ini sangatlah baik, baik proyek konstruksi guna menunjang pemerintahan, baik dalam pembangunan infrastuktur maupun dalam ekplore hasil tambang. Pembuatan Standart Operating Procedure ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses praktek atau pekerjaan Preventive Maintenance. Untuk mempermudah dalam proses pembuatan harus mengetahui komponen-komponen dan dasar dari Preventive Maintenance unit Skid Steer Loader 226 B. Metoda yang digunakan untuk menggumpulkan data ialah studi kepustakaan, metode wawancara dan observasi, secara garis besar proses pembuatan Standart Operating Procedure (SOP) History machine, keselamatan kerja, Harga Komponen, alat yang digunakan, dan proses bagaimana pengerjaan preventive maintenance. Standart operating procedure (SOP) sebagai buku panduan penggunaan untuk Preventive Maintenance yang disusun untuk memudahkan, merapikan dan menertibkan pekerjaan perawatan dalam machine Skid Steer Loader 226 B. SOP untuk proses pekerjaan Preventive Maintenance ini ialah langkah-langkah yang benar dalam melakukan proses pekerjaan sesuai standart Caterpillar. Penggunaan Standart Operating Procedure (SOP) tersebut digunakan selama proses pekerjaan Preventive Maintenace berlangsung didalam nya terdapat beberapa pekerjaan antara lain PM 1 / 250 jam, PM 2 / 500 jam, PM 3 / 1000 jam, PM 4 / 2000 jam dan proses pekerjaanya harus sesuai dengan SOP yang telah disusun.. Selama proses pekerjaan PM diiterapkan bertujuan agar pekerjaan dapat dilakukan tepat waktu, tidak adanya kekeliruan dan sesuai standart yang telah ditetapkan Caterpillar. Key words :Skid Steer Loader 226 B, Preventive Maintenance, Standart Operating Procedure. Tugas akhir ini telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal : 11 September 2017 Abstrak telah disetujui oleh penguji: Tanda Tangan Nama Terang Ir. Darman Dapersal D,. M.Pd. Dian Wahyu,ST.,MT H. Oong Hanwar, ST,.MT Andrianto, ST,. MT Mengetahui: Ketua Jurusan Teknik Mesin Dr. Junaidi, ST.,MP Nama Tanda Tangan Alumnus telah mendaftar ke Politeknik Negeri Padang dan mendapat nomor alumnus: Petugas Politeknik Negeri Padang Nomor Alumni Nama Tanda Tangan

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBARAN TUGAS AKHIR LEMBARAN PENGESAHAN ABSTRAK LEMBAR ASISTENSI LEMBARAN PERBAIKAN TUGAS AKHIR LEMBARAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR..i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR...iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Alasan Pemilihan Judul Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Sistematika Penulisan 4 BAB II LANDASAN TEORI Managemen Pemeliharaan / Maintenance Pemeliharaan terencana (Planned Maintenance) Pemeliharaan Tidak Terencana (Unplaned Maintenance) Preventive Maintenance Manfaat Preventive Maintenance 13 ii

8 2.2.2 Persyaratan Dalam Preventive Maintenance Skid Steer Loader 226 B3 Caterpillar Product Line Skid Steer Loader Engine Power Train.32 BAB III METODOLOGI Flow Chart Specalog Skid Steer Loader 226 B 3 Caterpillar History Machine Model, SOP, Lokasi Pemgerjaan.49 BAB VI STANDART OPERATING PROCEDURE UNTUK PREVENTIVE MAINTENANCE UNIT SKID STEER LOADER 226 B Deskripsi Proses Kerja Percapaian Skill 99 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 101 iii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pengaman Khusus...23 Gambar 2.2 log out dan tag out...24 Gambar 2.3 cat system clearance...24 Gambar 2.4 oil storage and fill oil...26 Gambar 2.5 safety sign...29 Gambar 2.6 Unit Skid Steel loader...30 Gambar 2.7 Ruang Pembakaran...32 Gambar 2.8 Siklus 4 Langkah...35 Gambar 2.9 Langkah hisap...36 Gambar Langkah Kompresi...36 Gambar 2.11 Langkah Power...37 Gambar 2.12 Langkah Buang...38 Gambar 2.13 Skid Steel Loader...41 Gambar 2.14 Hydraulic System...41 Gambar 2.15 pump group component...42 Gambar 2.16 Hydrostatic Motor...44 Gambar 2.17 operator component...45 Gambar 2.18 Radiator...45 Gambar 2.19 right side of engine compartment...46 Gambar 2.20 Pump Component...46 Gambar 2.21 Hydrostatic Motor...47 Gambar 3.1 Specalog Machine...47 Gambar 3.2 Skid Steer Loader...48 Gambar 3.3 Serial Number...48 Gambar 3.4 Service Hour...49 Gambar 3.5 Wheel Chock...50 Gambar 4.1 JSA dan CC FORM...53 iv

10 KATA PENGANTAR Assalamuaalikum Wr. Wb Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Standart Operational Procedure untuk Preventive Management unit Skid Stell Loader 266B. Kemudian tidak lupa juga shalawat beserta salam kita jungjung kepada Nabi besar Muhamammad SAW, sebagai suri tauladan bagi kita semua. Tugas Akhir Ini disusun sebagai persyaratan kelulusan pada Program Studi Teknik Alat Berat Politeknik Negeri Padang. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini mendapat saran, dorongan bimbingan serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat di ukur secara materi, namun dapat membuka mata penulis bahwa pengalaman dan kesempatan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semu pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesain Tugas Akhir ini, yakni kepada: 1. Kedua Orang tua penulis dan saudara penulis yang telah memberikan semangat dan dorongan baik secara materil maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan 2. Bapak Ir.Darman Darpesal D,M.Pd, Selaku Pembimbing yang memotivasi dan memberikan wawasannya kepada penulis 3. Bapak Rino Sukma, ST., MT, selaku Pembimbing 2 yang menyemangati dan mendukung kepada Penulis 4. Bapak Aidil Zamri, ST., MT selaku Direktur Politeknik Negeri Padang

11 5. Bapak Junaedi, ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang 6. Bapak Rino Sukma, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Alat Berat Politeknik Negeri Padang 7. Semua Technician dan karyawan PT. Trakindo Utama cabang Padang, dan Palembang yang telah banyak memberikan ilmu, saran, motivasi dan semangat kepada penulis 8. Teknisi dan ADM yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini 9. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu memberikan motivasi. 10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah terlibat banyak membantu sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna baik dalam penulisan maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya untuk menyempurnakan atau membangun guna kesempurnaan dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa program studi Teknik Alat Berat. Padang, September 2017 Penulis

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Politeknik merupakan lembaga pendidikan Vokasi yang diarahkan pada kesiapan penerapan suatu keahlian tertentu. Selain itu, Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam bidang khusus. Guna mendukung sistem yang ada, maka tugas akhir menjadi syarat wajib bagi setiap mahasiswa. Dengan tujuan lulusan politeknik nantinya tidak hanya sebagai penikmat lahirnya teknologi, namun juga sebagai bagian dari pencipta teknologi. Politeknik Negeri Padang mempunyai unit alat berat Skid Steer Loader 226B. Unit ini dibeli oleh Politeknik Negeri Padang sebagai pembelajaran pada mahasiswa alat berat akan tetapi unit ini tidak ada manual booknya khusus nya untuk Preventive Maintenance. Maka penulis mengharapkan dari kondisi yang sekarang penulis bisa membuat SOP ( Standart Operating Procedure) tentang Preventive Maintenance sehingga mempermudah sistem pembelajaran saat praktek, karena salah satunya mempermudah ketika masa magang atau OJT (On The Job Training). Preventive Maintenance merupakan kegiatan rutin yang harus dilakukan pada setiap benda atau mesin. Supaya menjaga kondisi benda atau mesin dan memaksimalkan umur pakainya. Suatu mesin tidak akan terus menerus bekerja bila tidak ada perawatan rutin padanya, dan suatu mesin tidak bisa merawat dirinya sendiri seperti manusia, perlu adanya perawatan padanya. Sehingga penulis mengharapkan adanya pembuatan SOP ( Standart Operating Procedure) ini dapat melatih para adek-adek kelas dalam mengasah skillnya untuk Preventive Maintenance pada Skid Steer Loader 226B Alasan Pemilihan Judul Dari pemaparan di atas, bahwa sebagai mahasiswa prodi alat berat wajib menguasai materi dasar yang telah diberikan baik secara knowledge maupun skill, 1

13 yang akan menjadi dasar penguasaan materi-materi intermediate berikutnya, dan dapat dipraktekkan secara maksimal saat melakukan On Job Training. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis pengambil judul Standart Operating Procedure untuk Preventive Maintenance unit Skid Steel Loader 226B Hal-hal lain yang mendasari pemilihan judul ini adalah : 1) Penulis ingin mendalami safety dalam managemen perawatan dan pekerjaan pada preventive maintenance unit skid steel loader 226B dengan menerapkannya dalam proses perawatan yang benar. 2) Penulis berharap dengan adanya Standart Operating Procedure Preventive Maintenance ini, bisa membantu dalam proses belajar mengajar nantinya, guna menambah pemahaman dengan adanya panduan ini. 3) Belum adanya praktek Preventive Maintenance khususnya pada unit Skid Steer Loader 226B. 4) Menerapkan prosedur yang benar sesuai dengan yang dianjurkan dan diharapkan oleh pabrikan maupun dari dealer resmi Caterpillar. 5) Mengasah kemampuan praktek letak komponen dan bagaimana cara perawatan sesuai jam kerja yang telah di tentukan 6) Penerapan K3 dalam pekerjaan Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana menerapkan Standart Operating Procedure dalam melakukan Preventive Managemen pada unit Skid Steer Loader 226B, guna mendukung pemahaman saat proses belajar mengajar dan mengasah ketrampilan dan skill praktek Batasan Masalah Agar pembahasan tidak meluas, maka batasan penerapan standart operational procedure preventive maintenance skid stell loader 226B ini adalah sebagai berikut : 1) Pemahaman terhadap product line skid steel loader 2) Pemahaman terhadad Preventive Maintenance 2

14 3) Penerapan proses Preventive Maintenance sesuai standart pabrikan 4) Melaksanakan Safety dan Contamination Control dalam pekerjaan. 5) Menggunakan peralatan standar Tujuan Adapun tujuan dari penerapan standart operational preventive maintenance unit skid steel loader ini adalah : Tujuan Umum 1) Untuk memenuhi persyaratan dalam rangka penyelesaian studi Diploma III Teknik Mesin, Prodi Alat berat, Politeknik Negeri Padang. 2) Mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama studi di program studi Alat berat Tujuan Khusus 1) Dapat menjelaskan Pengertian Preventive Maintenance 2) Dapat melakukan proses Preventive Maintenance pada unit Skid Steer Loader 226B 3) Dapat membuat SOP ( Standart Operating Procedure) sebagai panduan praktek yang bisa di manfaatkan di dalam proses belajar mengajar kemudian hari. 4) Dapat menerapkan SOP ( Standart Operational Procedure) dalam kegiatan praktek Preventive Maintenance pada unit Skid Steer Loader 226B Manfaat Adapun manfaat dari penerapan Standart Operational Procedure untuk Preventive Maintenance Unit 226B ini adalah : 1) Memperdalam pentingnya materi sistem Preventive Maintenace, khususnya pada unit Skid Steer Loader 226B, sehingga dapat menerapkan Standart Operating Procedure pada praktek Preventive Maintenance. 2) Berguna bagi adik-adik kelas dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pengenalan komponen dan proses praktek Preventive Maintenance 3

15 3) Mampu menerapkan Safety dan Contamination Control didalam pekerjaan Preventive Maintenace 4) Mampu melakukan pekerjaan Preventive Maintenance secara efisien dan efektif Sistematika Penulisan Untuk mengetahui dan memahami gambaran secara umum mengenai isi dari Laporan Tugas Akhir ini, dibagi dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan secara umum dan khusus, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : TEORI DASAR Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang menjelaskan teoriteori dasar dari manajemen pemeliharaan, Preventive Maintenance, Sistem informasi Skid Steel Loader 226 B, Engine Component, dan Skid Steel Loader Hydarulic Drive Sistem BAB III : METODOLOGI Pada bab ini berisi tentang worksheet/form pekerjaan apa saja yang akan dilakukan beserta penjelasannya pada pekerjaan Preventive Maintenance unit Skid Steer Loader 226 B. Safety sign pada machine compartment, Specalog Skid Steer Loader 226 B. dan rancangan alat wheel chock dan SOP Preventive manual. BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan tentang Deskripsi dari pembuatan SOP (Standart Operating Procedure) untuk Preventive Maintenance unit 4

16 Skid Steer Loader 226B, dan pembuatan Wheel Chock. Serta bagaimana proses alur pengerjaan Preventive Maintenace pada Machine dan terakhir adalah pencapaian skill yang di dapat dari kegiatan Preventive Maintenance ini. BAB V : PENUTUP Pada bab ini menguraikan kesimpulan, saran,. Kesimpulan berisi tentang ringkasan dari pengertian dari Preventive Maintenance. dan hasil dari proses Preventive Maintenance tersebut serta saran berisi tentang usulan terhadap permasalahan yang terjadi ketika proses Preventive Maintenance untuk mencapai penyelesaian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA 5

17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Managemen Pemeliharaan / Maintenance Pemeliharaan / Maintenance Pemeliharaan terencana Pemeliharaan tidak terencana Table 1 Pemeliharaan / Preventive Maintenance Corrective Maintenance Emergency Maintenance 1. Clean & lub 2. Inspection 3. Small repair 4. Running maintenance Shutown Maintenace Breakdown Maintenance Breakdown Maintenance Mayor Overhaul Minor Overhaul Predictive Maintenance Sumber : Ir. Darman Dapersal D, M.Pd. (Modul Pemeliharaan) Pada perusahaan kategori menengah ke bawah, Maintenance masih kurang diperhatikan, karena kegiatannya cukup kompleks dan bukan hanya dilakukan sekali waktu saja. Hasil dari Maintenance tidak dapat dirasakan secara langsung saat melalukan pemeliharaan, namun hasilnva dapat dirasakan pada masa yang akan system. Apabila Maintenance tidak dilakukan, maka secara teratur mesin-mesin fasilitas itu akan mengalami kerusakan, dan akhirnya akan berakibat fatal sehingga merugikan 6

18 perusahaan. Dampak yang paling dirasakan adalah berkurangnya umur ekonomis serta tingkat penyusutan yang tinggi. Kurang diperhatikannya Maintenance diantaranya disebabkan oleh banyaknya dana yang dibutuhkan, dan rumitnya tugas Maintenance. Namun bagi kegiatan operasi perusahaan, maintenance sudah menjadi dwi fungsi, yaitu pelaksanaan dan kesadaran untuk melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas produksi. Maintenance adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi yang memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. Tujuan diadakannya Maintenance adalah: 1) Memungkinkan tercapainya jumlah produk melalui operasi fasilitas secara tepat 2) Memaksimalkan umur ekonomis peralatan/fasilitas produksi 3) Memaksimalkan kapasitas produksi dan peralatan 4) Meminimalkan frekuensi kerusakan dan kegagalan proses operasi 5) Menjaga keamanan peralatan. berikut: Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeliharaan adalah sebagai 1) Agar mesin dan peralatan operasi dapat dipergunakan dalam waktu yang System lebih panjang 2) Agar pelaksanaan proses operasi dalam perusahaan berjalan dengan lancer 3) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat sesuai dengan yang direncanakan 4) Menekan biaya pemeliharaan bagian mesin dan peralatan operasi 5) Menjaga Keselamatan Pekerja 7

19 Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan dikategorikan dalam dua cara, yaitu : 1) Pemeliharaan terencana (planned Maintenance) 2) Pemeliharaan tak terencana (unplanned Maintenance) Pemeliharaan Terencana (planned Maintenance) Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara Terorganisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan system, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Corder, Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu: 1) Preventive Maintenance Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance) adalah inspeksi System untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian. Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam bukunya Operations Management preventive Maintenance adalah: A plan that involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure. Artinya Preventive Maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di masa yang akan system. Ruang lingkup pekerjaan preventive termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan. Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya maintainability, Maintenance, and reliability for engineers Maintenance) yaitu: ada 7 elemen dari pemeliharaan pencegahan ( preventive 8

20 a. Inspeksi: memeriksa secara berkala ( periodic) bagian-bagian tertentu untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan Karakteristik lain untuk standar yang pasti, b. Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti, c. Pengujian: pengujian secara berkala ( periodic) untuk dapat menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik, d. Penyesuaian: membuat penyesuaian secara system untuk unsur system tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal e. Servicing: pelumasan secara system, pengisian, pembersihan, dan seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan baru jadi f. Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi yang ditentukan g. Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen system untuk mencapai kinerja yang optimal 2) Pemeliharaan Corrective (Corrective Maintenance) Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul terencana. Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah: Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be repaired on an emergency or priority basis. Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama. 9

21 Menurut Dhillon B.S, (2006 ) Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya. Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, system-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, system organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan. (Daryus A, 2007). Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya yaitu: a. Pengurangan pemeliharaan darurat, b. Pengurangan waktu nganggur, c. Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi, d. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi, e. Memperpanjang waktu antara Overhaul f. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan, g. Meningkatkan efisiensi mesin, h. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa dianalkan, i. Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin Pemeliharaan tidak terencana (unplanned Maintenance) Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, K. Hadi,1992). Pada umumya system pemeliharaan merupakan metode tidak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan 10

22 atau pemeliharaan. Secara skematik dapat dilihat sesuai diagram alir proses suatu perusahaan untuk system pemeliharaan dibawah ini. Table 2.1 alur pembagian pemeliharaan Menurut Daryus A, (2007) dalam bukunya Manajemen Pemeliharaan Mesin Membagi pemeliharaan menjadi: 1) Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dibertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang direncanakan untuk pencegahan. 2) Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance) Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat di terima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik. 3) Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance) 11

23 Pemeliharaan berjalan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja. Pemeliharan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi 4) Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance) Pemeliharaan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari system peralatan. Biasanya pemeliharaan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih. 5) Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance) Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, alat-alat dan tenaga kerjanya. 6) Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance) Pemeliharan darurat adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. 7) Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance) Pemeliharaan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan selama mesin Tersebut berhenti beroperasi. 8) Pemeliharaan rutin (routine maintenance) Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara rutin atau terus-menerus. 9) Design out maintenance Design out adalah merancang ulang peralatan untuk menghilangkan sumber penyebab kegagalan dan menghasilkan model kegagalan yang tidak lagi atau lebih sedikit membutuhkan maintenance. 12

24 2.2. Preventive Maintenance Seperti itulah pendapat para ahli tentang produk buatan manusia, tidak terkecuali untuk machine-machine alat berat yang menurut beberapa orang memiliki kekuatan serta daya tahan yang tinggi terhadap apapun termasuk keausan dan kerusakan. Pada sebuah machine, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan solusi sebagai upaya pencegahan terhadap keausan, salah satu yang terbaik adalah upaya pencegahan melalui perawatan atau maintenance. Preventive maintenance (PM) merupakan suatu program antisipasi terhadap keausan dan perubahan kinerja dengan tindakan perbaikan yang dilakukan terus menerus untuk memastikan keandalan dan kinerja sebuah machine tetap terjaga. PM melibatkan program inspeksi, penyesuaian atau penyetelan, pelumasan, serta penggantian terhadap komponen secara terencana dan terkendali. Program PM yang sukses akan memperpanjang umur peralatan dan membantu meminimalkan kegagalan yang dapat menyebabkan downtime yang tidak terjadwal. Hal ini memastikan bahwa machine siap dipergunakan untuk proses operasi dan produksi setiap saat Manfaat Preventive Maintenance PM merupakan suatu program pencegahan terencana yang tersusun dengan urutan yang sistematis sehingga dalam pembuatannya-pun memiliki tujuan atau manfaat. Banyak sekali keuntungan atau manfaat yang akan didapatkan apabila pelaksanaan program PM mengikuti kaidah dan aturan yang baik dan benar. Manfaat dari pelaksanaan program PM yang baik antara lain : 1) Meningkatkan daya tahan atau lifetime dan lifecycle sistem pada alat berat. 2) Mengurangi downtime atau kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh kegagalan komponen dan sistem. 3) Menurunkan biaya operasional akibat terjadinya downtime. 4) Memperbaiki kualitas atau image produk di mata customer sehingga kepercayaan terhadap produk bertambah (bagi dealer). 13

25 Teknisi PM biasanya merupakan penghubung utama antara pelanggan dan dealer. Teknisi harus bisa mengidentifikasi masalah kritis yang mungkin tidak mudah diamati oleh operator. Karena Teknisi PM sering menjadi kontak pertama antar dealer dan customer, Teknisi juga harus mampu secara efektif mengkomunikasikan informasi teknis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan machine sambil mendengarkan keluhan yang berasal dari customer dan operator Persyaratan dalam Preventive Maintenance Sedikitnya ada tiga persyaratan penting yang perlu diperhatikan selama seorang teknisi melaksanakan proses PM. 3 hal tersebut antara lain : 1) Safety atau keselamatan 2) Contamination Control atau pengendalian kontaminan 3) Peralatan kerja dan pemahaman literature atau buku petunjuk kerja. Penjabaran dari ketiga hal diatas masing-masing akan diuraikan pada penjelasan dibawah ini Safety Keselamatan harus selalu menjadi prioritas pertama atau nomor 1 dalam pekerjaan apapun. Tidak ada pekerjaan yang begitu penting sehingga tidak bisa dilakukan dengan aman. Bagian penting untuk memastikan keselamatan dalam bekerja yang pertama adalah berpakaian dengan benar. Berikut ini adalah daftar panduan keselamatan umum berkenaan dalam hal menggunakan pakaian kerja yang perlu diperhatikan: 1) Atribut safety Bagian penting untuk memastikan keselamatan seorang teknisi dalam bekerja adalah menggunakan perlengkapan safety dengan benar. Berikut ini adalah daftar alat pelindung diri umum yang wajib digunakan ketika melaksanakan PM : a. Kacamata pengaman. 14

26 b. sepatu pengaman. c. alat pelindung pendengaran, bila diperlukan. d. Rapikan bagian rambut yang panjang. e. Alat pelindung khusus seperti kacamata google atau sarung tangan, bila diperlukan. f. Perangkat musik pribadi atau radio AM atau FM dilarang untuk digunakan. g. Memakai cincin pada jari-jari tangan sangat dilarang 2) Perilaku kerja yang aman Sebelum bekerja pada sebuah machine, selalu waspada terhadap bahaya yang mungkin timbul pada setiap pekerjaan yang ada. Daftar bahaya ini tercantum dalam buku Petunjuk Panduan Pengoperasian Dan Perawatan atau Operation And Maintenance Manual (OMM). Contoh-contoh praktik keselamatan kerja yang baik termasuk di dalamnya, namun tidak terbatas pada, hal-hal yang disebutkan di bawah ini : a. Selalu parkirkan machine di permukaan yang rata, serta jauh dari kegiatan operasi machine yang lain. b. Gunakan selalu rem parkir dan pasangkan wheel chock. c. Pasangkan peralatan log out and tag out atau danger tag pada disconnect switch. d. Selalu terapkan 3 point contact saat memanjat dan mematikan machine. e. Hindari kontak langsung dengan permukaan atau cairan yang panas. Hindarkan cairan yang mudah terbakar untuk bersentuhan dengan titik atau permukaan panas secara langsung. 3) Alat pengaman khusus di daerah berbahaya 15

27 Gambar 2.1 Pengaman Khusus Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan saat bekerja di area berbahaya dimana benturan atau tubrukan dapat terjadi. Beberapa perangkat pengaman untuk mencegah terjadinya benturan meliputi: a. Cylinder braces b. Steering frame locks c. Locking pins d. Dan Body restraint cables Menurut beberapa survey, kegagalan untuk mengamankan peralatan sebelum mengerjakannya menyumbang sekitar 10% dari semua kecelakaan industri yang serius setiap tahunnya. Teknisi memiliki kemungkinan untuk tersengat listrik, kehilangan jari, tangan, dan lengan, Atau menderita luka bakar karena mesin dinyalakan saat sedang dilakukan servis atau perawatan. Untuk itu, selalu gunakan prosedur lockout atau tagout yang benar saat melakukan perawatan pada machine. 4) Penempatan log out dan tag out 16

28 Gambar 2.2 log out dan tag out pemasangan log out dan tag out yang benar perlu diperhatikan ketika melaksanakan perawatan pada alat berat. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya bahaya akibat dihidupkannya machine secara tiba tiba oleh orang lain sketika teknisi sedang melakukan perawatan Contamination Control (Pengendalian Kontaminasi) Gambar 2.3 cat system clearance Kontaminasi sangat berbahaya apabila keberadaannya mencemari system hydraulic karena efeknya bisa menjadi masalah yang sangat besar. Permintaan pelanggan akan peningkatan produktivitas machine membuat industri terus berinovasi dan menghasilkan perkembangan-perkembangan pada system hydraulic sebagai berikut : 1) Diciptakannya sistem Elektrohidrolik. 2) Tekanan kerja sistem hydraulic yang lebih tinggi. 17

29 3) Celah antar komponen yang sangat kecil. Contoh-contoh kontaminan yang dapat masuk dan mengancam kinerja system hydraulic antara lain : a. Debu b. Sisa pengelasan c. Cat d. Serat kain e. Partikel logam yang aus f. Gemuk g. Air h. Udara Sedangkan dibawah ini adalah dampak yang bisa ditimbulkan ketika kontaminan masuk ke dalam suatu system : a. Mempersingkat usia komponen. b. Mempersingkat masa pakai cairan atau fluida. c. Mengurangi produktivitas machine. d. Dapat menyebabkan kegagalan, downtime, dan perbaikan. Sebuah study menyebutkan bahwa 75% sampai 85% kegagalan pada sistem hidrolik diakibatkan oleh kontaminasi. Selain itu dampak lain yang dapat ditimbulkan ketika suatu system sudah terkontaminasi contohnya : cylinder drift, erratic steering, respon steering yang lamban, dan operasi yang tidak dapat diandalkan. 1) Sumber-Sumber Kontaminan Apabila ditelaah lebih rinci, tanpa disadari banyak sekali hal-hal di sekitar sistem yang dapat menjadi sumber kontaminasi. Setidaknya sumber-sumber tersebut dapat dibagi kedalam beberapa bagian. Berikut pemamparan mengenai sumbersumber kontaminan tersebut: a. Kontaminan dapat masuk kedalam sistem karena kurangnya kesadaran akan kebersihan tempat kerja. 18

30 b. Oli baru, oli baru juga merupakan sumber masuknya kontaminan pastikan agar selalu menyaring oli baru sebelum memasukkannya ke dalam sistem. c. Proses pemeliharaan, kontaminasi dapat juga bersumber dari proses pemeliharaan yang kurang bersih atau salah. Yang dapat dikategorikan pemeliharaan yang salah dan kurang bersih antara lain : - Gagal membersihkan sekitar tutup tangki oli atau bahan bakar sebelum melepaskan penutup. - Pemasangan komponen yang kurang bersih atau komponen kotor. - Tidak menggunakan filter yang sesuai. - Tidak membersihkan base filter sebelum memasang filter baru. - Gagal membersihkan cap dan plug. Ini hanya beberapa contoh dari sekian banyak sumber kontaminan yang mungkin dapat mengancam sistem selama perawatan. Penting bagi seorang teknisi memperhatikan prosedur pengendalian kontaminasi untuk menghilangkan peluangpeluang tersebut. Prosedur pengendalian kontaminasi ini dapat ditemukan pada OMM tiap-tiap machine. Masih banyak lagi sumber-sumber yang berpotensi untuk menyumbangkan kontaminasi ke dalam system. Maka dari itu kepatuhan terhadap kebersihan sangat diperlukan agar kontaminasi dapat diminimalisir keberadaanya. 2) Penanganan Terhadap Kontaminasi 19

31 Gambar 2.4 oil storage and fill oil Penting bagi seorang Teknisi PM untuk menjaga agar area kerja tetap bersih dan teratur termasuk tanggung jawab teknisi dalam menangani oli baru. Prosedur penting saat menangani oli baru antara lain : a. Simpan drum oli di dalam ruangan. b. Gunakan selalu penutup drum diatas drum oli tersebut. c. Pastikan selalu membersihkan tutup tangki ketika hendak mengisikan oli kedalam system. d. Selalu saring oli baru sebelum memasukkannya ke dalam system. e. Pastikan truk pelumas menyediakan oli yang bersih. Ketika proses perawatan berlangsung tanggung jawab teknisi yang bisa dilakukan agar meminaimalisir kemungkinan kontaminan masuk kedalam system adalah sebagai berikut : f. Selalu bersihkan area sekitar sampling valve dan tutup sebelum melepaskan. g. Jaga agar komponen tetap dikemas sampai siap dipasang. h. Kembalikan komponen yang tidak terpakai ke penyimpanan dalam kemasan asli. i. Lindungi selang dengan cap and plug. j. Selalu tutup komponen bagian dalam sistem yang terpapar saat perawatan. 20

32 Peralatan Dan Penggunaaan Literature (Panduan Kerja) 1) Menggunakan Jadwal Interval Pemeliharaan atau Maintenance interval schedule (MIS) Jadwal Interval Pemeliharaan Maintenance interval schedule (MIS) dapat ditemukan di setiap OMM suatu machine. Penting agar teknisi dapat mengerti bahwa MIS untuk setiap jenis machine. Artinya sangat penting untuk mengikuti MIS yang spesifik sesuai dengan jenis machine yang diservis. OMM disertakan pada masing-masing machine Caterpillar dan berisi informasi penting yang diperlukan untuk mengoperasikan dan merawat suatu machine OMM dibagi menjadi enam bagian yakni : a. Bagian Keselamatan atau Safety. b. Bagian mengenai Informasi Produk. c. Bagian Operasi. d. Bagian Pemeliharaan. e. Informasi mengenai referensi. f. Indeks Sebagai teknisi PM harus mampu menguasai dokumen ini, terutama informasi di bagian perawatan. Penting untuk dicatat bahwa selama jam kerja pemeliharaan mesin tertentu, teknisi bertanggung jawab untuk menyelesaikan lebih dari satu daftar tugas jam kerja. Misalnya, pada Maintenance 250 jam, teknisi bertanggungjawab untuk menyelesaikan setiap tugas 10 jam, 50 jam, dan 250 jam. Pada 1000 jam, teknisi bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas 10, 50, 250, 500, dan 1000 jam, dan seterusnya. Setiap tugas diurutkan ke dalam kategori interval-interval pemeliharaan dan merujuk pada nomor halaman di mana langkah-langkah rinci untuk menyelesaikan tugas dapat ditemukan. Petunjuk langkah demi langkah dari tugas PM di OMM menunjukkan tindakan pencegahan, lokasi pada mesin tempat tugas dilakukan, dan informasi 21

33 bermanfaat lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Penting agar teknisi dapat mengikuti setiap langkah yang diberikan dalam proses ini untuk memastikan bahwa setiap tugas telah dilakukan dengan benar dan aman. 2) Memahami Dasar-Dasar ISO Symbol Seorang teknisi harus mengetahui simbol-simbol dasar ini untuk melakukan pekerjaan. Simbol ini digunakan dalam kombinasi dengan berbagai simbol sistem untuk membentuk simbol yang lebih kompleks lagi. Simbol-simbol ini adalah simbol penting yang akan ditemui oleh teknisi saat bekerja di suatu machine. Kenali mereka untuk meningkatkan kesadaran dan keamanan dalam bekerja. Banyak dari simbol-simbol ini akan muncul di awal bagian keselamatan di OMM. Gambar 2.5 safety sign 3) Memahami Bagian-Bagian Pada OMM Mengetahui kapan dan bagaimana melakukan tugas seperti : mengambil sampel cairan (SOS), memeriksa dan mengganti cairan, mengganti filter, dan minyak pelumas adalah kunci menjadi Teknisi PM yang efektif. Daftar lengkap yang mencakup tugas ini disebut Jadwal Interval Pemeliharaan atau Maintenance interval schedule (MIS) dan ditemukan pada OMM masing-masing machine. 22

34 Setiap tugas diurutkan ke dalam kategori interval-interval pemeliharaan dan merujuk pada nomor halaman di mana langkah-langkah rinci untuk menyelesaikan tugas dapat ditemukan. Illustrasi diatas adalah contoh petunjuk langkah demi langkah untuk suatu tugas pekerjaan PM di OMM. Instruksi ini akan menunjukkan tindakan antisipasi, lokasi pada mesin tempat tugas dilakukan, dan informasi bermanfaat lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Penting agar bagi seorang teknisi selalu mengikuti setiap langkah dalam proses ini untuk memastikan bahwa teknisi telah melakukan tugas dengan benar dan aman Skid Steel Loader 226B3 Caterpillar Skid Steer Loader dipergunakan pada pekerjaan konstruksi bangunan, pertamanan dan pertanian. Skid Steer Loader dapat dipasang berbagai work tool mulai dari memindahkan material hingga memecah beton. Pada umumnya skid steer loader berjalan dengan roda, tetapi ada juga yang menggunakan track yang selanjutnya disebut sebagai Multi Terrain Loader. Pada system konstruksi perumahan machine ini dipergunakan untuk pemindahan material diarea penimbunan, pembuangan, pembuatan saluran air, penyebaran material, mengangkat dan melalukan berbagai pekerjaan lainnya yang tidak hanya menggunakan bucket. Dengan berbagai kemampuan ini, skid steer loader tetap merupakan system yang ekonomis pada aplikasi konstruksi bangunan dan aplikasi persiapan areal kerja. Skid steer loader bekerja paling baik di tanah yang kering system. Jika digunakan pada lantai yang kasar, ban pada skid steer loader ataupun track pada multi terrain loader bisa cepat habis karena gesekan. 23

35 Gambar 2.6 Unit Skid Steel loader Product Line Skid Steer Loader Pengkodean atau sales model untuk produk Skid Steer Loader Caterpillar secara umum dimulai dengan angka 2 dan diikuti dengan angka genap dibelakangnya, seperti 216, 226 dan lain sebagainya, dimana 216 atau 226 disebut dengan sales model yang menandakan ukuran dari machine. Semakin tinggi nomor model-nya, maka semakin besar ukuran machine tersebut. Dibelakang model number terdapat sederetan huruf lainnya yang disebut series seperti 226B, 232B, 262B dan lain sebagainya. Series ini menunjukkan teknologi yang dipergunakan oleh produk tersebut. 24

36 Tabel 2.2 produk Skid Steel Loader Pada system diatas terlihat daftar produk skid steer loader Caterpillar yang memiliki tenaga penggerak dengan power berkisar antara 50 Hp sampai 80 Hp. Pengkodean atau sales model untuk produk Multi Terrain Loader Caterpillar secara umum dimulai dengan angka 2 sama seperti skid steer loader, tetapi dibelakanya diikuti dengan angka ganjil seperti 247, 257 dan lain sebagainya, dimana 247 atau 257 disebut dengan sales model yang menandakan ukuran dari machine. Semakin tinggi nomor model-nya, maka semakin besar ukuran machine tersebut. Dibelakang model number terdapat sederetan huruf lainnya yang disebut series seperti 257B, 277B, 287B dan lain sebagainya. Series ini menunjukkan teknologi yang dipergunakan oleh produk tersebut Engine Terdapat sejumlah komponen yang bekerja sama mengubah system panas menjadi energy mekanis pada engine diesel. Pemanasan udara, digabungkan dengan induksi bahan bakar menghasilkan pembakaran, yang menciptakan gaya yang diperlukan untuk menjalankan engine. Udara, yang berisi oksigen, diperlukan untuk membakar bahan bakar. Bahan bakar menghasilkan tenaga. Saat dikabutkan, bahan bakar terbakar dengan mudah dan dengan efisien. Bahan bakar harus terbakar dengan cepat, dalam proses yang teratur untuk menghasilkan tenaga panas. Udara + Bahan Bakar + Panas Pembakaran ditentukan oleh tiga hal, yaitu: Volume udara Jenis bahan bakar yang digunakan 25

37 Jumlah campuran bahan bakar dan udara Ruang bakar (Gambar 1) dibentuk oleh: Cylinder liner Piston Intake valve Exhaust manifold Cylinder head Gambar 2.7 Ruang Pembakaran Ketika udara dimampatkan maka panas udara akan naik. Semakin tinggi tekanannya, panas yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan tekanan yang tepat, suhu yang dihasilkan akan mencapai titik nyala bahan bakar. Inilah alasannya mengapa engine diesel memiliki nilai kompresi yang tinggi. Jenis bahan bakar yang digunakan oleh engine mempengaruhi pembakaran karena jenis bahan bakar yang berbeda akan terbakar pada suhu yang berbeda dan menghasilkan tenaga yang berbeda pula. Jumlah bahan bakar juga penting karena semakin banyak bahan bakar semakin besar tenaga yang dihasilkan. Bila disemprotkan ke ruang tertutup, dengan udara yang mencukupi, sejumlah bahan bakar dapat menghasilkan panas dan gaya yang besar. 26

38 LEBIH BANYAK BAHAN BAKAR = LEBIH BESAR TENAGA YANG DIHASILKAN Pada engine bensin atau gas engine, tekanan udara tidak menghasilkan panas yang cukup agar pembakaran dapat terjadi. Karenanya diperlukan spark plug (busi) untuk menyalakan campuran bahan bakar dan udara, untuk menghasilkan pembakaran. Engine bensin dan gas engine dirancang agar campuran udara dan bahan bakar dapat masuk kedalam cylinder pada langkah hisap. Untuk menghindari agar campuran tidak terbakar dengan sendirinya dan pembakaran yang tidak terkendali, perbandingan kompresi pada engine-engine jenis ini sengaja dibuat lebih rendah dari engine diesel. Pada engine diesel, udara dimampatkan di dalam ruang bakar sampai cukup panas agar dapat menyalakan bahan bakar. Bahan bakar lalu disemprotkan kedalam ruang bakar yang panas dan pembakaran pun terjadi, memungkinkan proses pembakaran yang terkendali Pada kedua jenis engine, pembakaran menghasilkan system panas yang menyebabkan gas yang terperangkap dalam ruang bakar, mengembang dan mendorong piston ke bawah dan menggerakkan komponenkomponen mekanikal lainnya.piston dan connecting rod bergerak naik dan turun yang disebut gerakan reciprocating. Connecting rod memutarkan crankshaft yang mengubah gerakan reciprocating menjadi gerak putar, yang disebut gerakan rotation. Itulah proses bagaimana engine merubah system panas hasil pembakaran menjadi system yang dapat melakukan kerja. Caterpillar diesel engine menggunakan prinsip empat langkah karena mempunyai keuntungan sebagai berikut: 1) Tingkat efisiensi tinggi 2) Pembakaran lebih sempurna 3) Umur komponen panjang 27

39 4) Pemakaian bahan bakar hemat 5) Gas buang bersih 6) Suara engine system lebih halus Prinsip kerja empat langkah pada engine diesel sama dengan engine bensin, perbedaannya adalah pada engine bensin yang dikompresikan adalah campuran udara dan bensin, sedangkan pada diesel engine hanya udara yang dikompresikan di dalam cylinder dan bahan bakar baru diinjeksikan beberapa derajat sebelum langkah kompresi berakhir yang disebut injection timing. Terjadinya pembakaran di dalam cylinder diesel engine diakibatkan oleh panas yang timbul secara alamiah, karena udara yang dikompresikan, hal ini dapat terjadi karena perbandingan kompresi pada diesel engine system sangat tinggi Siklus 4-Langkah Gambar 2.8 Siklus 4 Langkah Kebanyakan engine diesel bekerja menggunakan siklus 4-langkah (Gambar 2). Terdapat beberapa pengecualian. Siklus 2-langkah masih digunakan oleh beberapa pabrik pembuat engine, namun secara bertahap hanya akan diproduksi untuk aplikasi engine berkecepatan putar tinggi. 28

40 Table 2.3 siklus 4 langkah 1) Langkah Hisap Siklus dimulai dengan langkah hisap (Gambar 4) Intake valve membuka dan exhaust valve menutup. Piston mulai bergerak turun, menghasilkan tekanan vakum pada cylinder. Udara terhisap masuk ke cylinder. Crankshaft berputar 180o, dan exhaust valve tetap menutup. Gambar 2.9 langkah hisap 2) Langkah Kompresi 29

41 Gambar 2.10 Lankah Kompresi Selama langkah kompresi (Gambar 64), intake valve menutup, menyekat ruang bakar. Piston bergerak naik sampai titik teratas pada cylinder, yang disebut Titik Mati Atas (TMA) atau top dead center (TDC). Tekanan udara yang terperangkap dalam cylinder akan naik dan suhunya menjadi panas. Sekarang, crankshaft sudah berputar sejauh 360 o, atau satu putaran penuh. 3) Langkah Usaha (Power) Gambar 2.11 Langkah Power Intake dan exhaust valve tetap menutup untuk menyekat ruang bakar. Bahan bakar disemprotkan beberapa derajat sebelum titik mati atas pada langkah kompresi. Panas dari udara yang ditekan akan menyalakan bahan bakar ( Gambar 5), sehingga proses pembakaran dimulai. Energi panas, yang dihasilkan pembakaran, bekerja mendorong piston kebawah dan mulailah langkah tenaga. Hal ini menyebabkan 30

42 connecting rod berputar sebesar 180 o, artinya sekarang crankshaft telah berputar satu setengah putaran sejak siklus dimulai. 4) Langkah Buang Pembakaran. Exhaust valve membuka dan piston bergerak naik dan mendorong gas hasil pembakaran keluar dari cylinder. Beberapa derajat sebelum titik mati atas, exhaust valve menutup, intake valve membuka dan siklus dimulai lagi. Crankshaft berputar dua kali 180o untuk proses satu kali siklus. Mengingat satu siklus terdiri dari empat langkah piston, maka siklus ini disebut siklus 4-langkah. Engine Caterpillar menggunakan siklus empat langkah dan urutan dimana berlangsung langkah power atau pembakaran disebut firing order. Sebagai contoh, firing order untuk engine 3406E adalah , dengan urutan cylinder no 1 di depan dan nomor 6 di bagian belakang engine. Gambar 2.12 Langkah Buang Perbedaan Petrol Engine dan Diesel Engine Baik engine petrol maupun engine diesel adalah engine Internal Combustion (IC) yang bekerja dengan dua maupun empat langkah. Perbedaan utama antara keduanya adalah masuknya bahan bakar ke dalam ruang bakar dan cara pembakarannya. Walaupun rancangan dasarnya serupa, namun fitur engine dan karakteristik performanya jauh berbeda. Fitur Yang Dibandingkan Diesel Engine Petrol Engine Bahan bakar yang A grade Diesel Petrol atau Gas 31

43 digunakan (Distillate) Pemasukan bahan bakar ke cylinder Bagaimana Injector Carburettor atau Injector Di mana Ruang bakar Manifold atau Inlet Port Kapan Akhir Langkah Kompresi Selama Langkah Induksi Compression Ratio 14:1 24:1 7:1 11:1 Compression Pressure kpa kpa Compression Temperature o C Sampai 250 o C Pembakaran Panas dari udara yang bertekanan Electric Spark RPM Maksimum RPM RPM Torque Sedikit bervariasi selama range kecepatan Banyak bervariasi selama range kecepatan Thermal Efficiency 35 40% 25 30% Kandungan CO rata-rata pada gas buang % Sampai 4% Kontrol kecepatan Hanya bahan bakar Volume campuran udara/bahan bakar Tabel 2.4 perbandingan diesel dengan petrol Tabel 2 mengilustrasikan beberapa perbedaan antara petrol engine dan diesel engine kecepatan tinggi. 32

44 Power Train Power train adalah suatu component group yang bekerja bersama untuk meneruskan tenaga dari sumbernya (engine), tujuannya adalah untuk dapat digunakan dalam bekerja. Power train mempunyai beberapa type, yang digunakan untuk mengerakan unit alat berat earthmoving, on-highway truck dan agricultural machine. Power train dalam klasifikasinya mempunyai 3 type, yaitu: 1) Mechanical Drive 2) Hydrostatic Drive 3) Electric Drive Mechanical Drive power train dapar diklasifikasikan menjadi: 1) Umumnya mengunakan gear untuk pengeraknya dan pengubah kecepatannya 2) Umumnya mengunakan chain dan sprocket 3) Umumnya mengunakan gesekan untuk mengerakannya 4) Umumnya mengunakan belt untuk mengerakanya Tabel 1.5 power train on machine Mechanical power train (gambar), tenaga dri engine di transfer ke coupling (clutch or torque conventer) untuk transimisi. Dari transmisi tenaga di teruskan ke diferential untuk mengerakan wheel, (atau bevel gear ke track machine) final drive. 33

45 1) Engine Menyediakan tenaga untuk mengoperasikan/mengerakan machine dan coupling 2) Coupling Dihubungkan ke tenaga dari engine untuk memberikan waktu jeda pada power train, flywheel clutch coupling memutus tenaga engine yang menuju ke power train. Dalam hal ini memungkinkan engine tetap running tapi machine tidak bergerak. Torque converter dan torque divider mungkin dipasang untuk menyediakan fluid coupling untuk dihubungkan ke engine sebelum power train. Hunbungan dapat dilangsungkan bila machine memasang lockp clutch untuk menanbah kecepatan machine 3) Transmisi Pengontrolan output speed, arah dan torque dari tenaga yang di kirimkan ke power train 4) Differential Mentransfer tenaga ke final drive dan wheel ke setiap wheel untuk berputar pada kecepatan yang berbeda 5) Final Drive Menghubungakn tenaga ke Wheel/track 6) Wheel/Track Akhir dari tenaga yang di transferkan ke tanah dan propel dari machine Skid Steer Loader Hydaulic Drive System 34

46 Gambar 2.13 Skid Steel Loader Hydrostatic drive system menyediakan tenaga untuk propel dan meutarkan machine. Component utama dari hydrostatic drive system adalah tandem pump group terdiri dari hydrostatic pump group dan 2 hydrostatic motor. Setiap pump group mengontrol hydraulic motor group. Gambar 2.14 Hydraulic System Dua hydrostatic motoro mentransfer tenaga menuju chain reduction mengerakan chain pada setiap sisi dari machine. Drive chain mentransferkan tenaga 35

47 ke wheel spindels dan roda. Hydrostatic system membagi hydraulic tank yang sama, hydraulic oil filter dan oil cooler dengan implement pada hydraulic system. 1) Hydrostatic Drive System Component a) Pump group component Tabel 2.6 hrydrostatic colour Gambar 2.15 pump group component Hydrostatic drive pump group (gambar) terdiri dari beberapa component: 1) Hydrostatic drive pump adalah bagian tandem pumps dari variable displacement, di atas centre piston pump groups yang menyediakan aliran oil untuk mengeraka bi-directional motors. 36

48 2) Charge pump adalah gear pump yang menyediakan oil ke interlock manifold, pilot valves, speed sensing valve, pump control, fan motor dan menyediakan makeup oil untuk menutup loop circuit 3) Speed Sensing valve mengatur signal pressure oil (berdasarkan pada kecepadatan engine) ke hydrostatic pilot valve 4) Crossover relief dan makeup valve akan terbuka untuk membatasi system dengan baik mempertahankan minimum pressure atau mengurangi pressure yang meningkat didalam drive loop. Saat machine start-up, valve akan terbuka secara langsung oil ke kedua sisi daei pump dan motor 5) Charge relief valve batas maximum charge pressure. Pressure di dalam charge circuit meningkat. Charge relief valve terbuka untuk mempertahankan charge pressure 6) Actuator piston group pada setiap pump assembly mempunyai centring spring yang dimana menahan swashplate pada sudut 0. Dengan swashplate di dalam posisi. Hydrostatic drive pump tidak ada aliran. Tanpa out[ut dari hydrostatic drive pump untuk memutarkan drive motor. Machine tidak bergerak. b) Motor Group Component 37

49 Gambar 2.16 hrydrostatic motor Hydrostatic motor group (gambar) terdiri dari beberapa component: 1) Bi-directional, fixed displacement, radial piston hydrostatic drive motor memutar tandem drive sprocket ke propeldan memtar machine. Setiap hydrostatic drive motor terdapat flushing valve 2) Flushing valve secara continue drain oil dari low pressure sisi drive loop melalui motor bearing ke case drain. Tindakan ini mengurangi panas dan udara dari drive loop. Relief valve di dalam flushing valve mempertahankan minimum pressure di dalam low pressure side dari drive loop. 3) Tandem drive componenet mentransferkan tenaga dari hydrostatic motor ke wheel spindles melalui chain reduction drives. Tenaga yang di transferkan untuk mengerakan chain dari motor dengan single piece. Double drive sprocket. inboard chain drive adalah single sprocket pada axle depan dan outboard chain drive adalah single sprocket pada axle belakang 2) Component locations a) Hydraulic Component in Lower Frame 38

50 Gambar 2.17 operator component Di atas adalah operator compartment di dalam lower frame (gambar), beberapa component yang terlihat pada 216, 226, 236, dan 246 Skid Steel Loader: 1) Hydrostatic Drive Pump Group 2) Hydrostatic drive motor 3) Charge pump 4) Work tool pump 5) Interlock manifold 6) Bank valve b) Top of Radiator Gambar 2.18 Radiator 39

51 Lokasinya terdapat di atas engine (gambar) Radiator (1) dan hydraulic oil cooler (2) dimana menempel pada support yang sama. High protective screen dan fan (3) pada mounted support c) Right Side Of Engine Compartment Gambar 2.19 right side of engine compartment Dari sisi kanan engine compartment (gambar) beberapa hydraulic komponen yang terlihat: 1) Hydaulic oil S.O.S tap 2) Hydaulic oil filter d) Pump Component Gambar 2.20 Pump Component 40

52 Hydrostatic pump group (gambar) terdiri dari dua pump assemblies. Pimp 1 assembly (1) menyediakan aliran oil ke kiri hydrostatic drive motor, dan pump 2 assembly (2) meneydiakan aliran oil ke kanan hydrostatic drive motor. Setiap pump assembly mempunyai pump actuator (3), reverse travel drive loop presure tap MB (4), forward travel drive loop pressure tap MA (5), dan dua crossover relief valve (6), pump 2 assembly (2) mempunyai charge relief valve (7), dan speed sensing valve(8) bersamaan. e) Motor Component Hydrostatic drive motor (gambar) terdiri dari tiga section : Shaft housing (1) msupport drive motor shaft. Rotor housing (2) terdiri dari rotor dan piston. Brake ousing (3) terdiri dari brake clucth pack dan brake sring. Brake menggunakan spring untuk menekan dan release dengan hydraulical. Setiap hydrostatic motor terdiri dari flushing valve (tidak terlhat) Gambar 2.21 Hydrostatic Motor 41

53 BAB III METODOLOGI Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian tugas akhir yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir. Berikut ini merupakan tahapan metodologi pengerjaan tugas akhir : 3.1. Flow Chart 3.2. Specalog Skid Steel Loader 226B History Machine 3.4. Model, SOP dan lokasi Pengerjaan 3.1 Flow Chart Flow pekerjaan yang di lakukan dalam proses Preventive Maintenance unit Skid Steer Loader 226B 3 Caterpillar, untuk pembuatan Standart OperatinG Procedure di Politeknik Negeri Padang. Jsa dan CC Preparation Parking Machine WAI Tidak Ya Tidak Start up Ya 42

54 Perform PM House Keeping 1) Jsa dan CC Sims Report / feedback Job Safety Analisis (JSA) dan Contamination Control (CC) adalah form yang harus di isi atau tulis sebelum melakukan pekerjaan karena kedua form ini berfungsi untuk menganalisa serta menimimalisir bahaya yang terjadi di area kerja dan menjaga contaminasi yang terjadi pada area kerja. Supaya selama process dilakukannya perkerjaan ini, bisa aman dan lancar. 2) Preparation Preparation merupakan kegiatan yang paling penting sebelum memulai pekerjaan, karena bisa menciptakan efisiensi kerja. Hal hal yang perlu dipersiapkan adalah : 1. Safety 1. Safety Helm, Safety Shoes, Safety glass, Overall 2. Safety line atau Safety Cone 3. Log out dan Tag out 2. Hand Tool 3. Manual Book, Operation Maintenance Manual (OMM) atau SIS 4. Area Kerja. 5. Part Baru 6. Oil Storage atau Bak penampungan. 3) Parking Machine Sebelum memulai melakukan Perform PM ada beberapa hal yang perlu di perhatikan salah satunya adalah parking machine. Dimana parking machine 43

55 memastikan unit parkir dalam kondisi aman dan nyaman. Aman saat melakukan pekerjaan, nyaman bagi pekerja yang sedang melakukan pekerjaan. Hal- hal yang diperhatikan saat parkir machine adalah : 1. Pastikan area unit rata 2. Pastikan keadaan tanah keras (tidak berlumpur atau gembur) 3. Pasang terpal atau semacamnya agar terhindar dari sinar atau panas matahari 4. Berikan safety line pada area PM 5. Pasang Safety wheel chock sebagai pengaman roda 6. Pasang Tag Out dan LOTO pada Machine yang akan di PM 4) WAI Walk Aroud Inspection (WAI) merupakan salah satu langkah pengecekan pada setiap fluida, area sekitar dan juga komponen dalam keadaan aman. Bila setelah Walk Around Inspection (WAI) start-up tidak berhasil atau mengalamai masalah, perlu kita kembali lagi ke preparation mungkin ada bebeapa hal yang terlewatkan. Pada Walk Around Inspection ini hal hal yang perlu di perhatikan adalah: 1. Level Oil Engine 2. Level Water Coolant 3. Level Hydraulic Oil 4. Memastikan pada area sekitar unit tidak ada orang dan contaminasi (oli tercecer) 5. Dust ejector 6. Level Fuel 7. Dan memastikan semua kondisi komponen aman untuk di lakukan start-up 5) Start-up Menghidupkan mesin kurang lebih sekitar 15 menit sebagai fungsi untuk warm up sebelum di operasikan dan mengoperasikannya agar seluruh oil di dalam machine mencapai suhu kerja dan memastikan kondisi dari machine 44

56 tersebut. Jika Strat-up tidak berhasil atau terjadi beberapa masalah, pastikan kita kembali saat pengecekan di Walk Around Inspection (WAI) mungkin ada beebrapa bagian yang terlewat. 6) Perform PM Melaksanakan kegiatan Preventive Maintenance pada unit Skid Steel Loader sesuai dengan procedure dari Caterpillar dan mengacu pada panduan di Operation Maintenance Manual (OMM). Pekerjaan yang dilakukan melingkupi PM 1 atau 250 Jam kerja, PM 2 atau 500 jam kerja, PM 3 atau 1000 Jam kerja dan PM 4 atau 2000 Jam kerja. 7) House Keeping Setelah kita selesai melaksanakan Perform PM pada unit Skid Steel Loader 226 B. Maka di haruskan untuk selalu menjaga contaminasi dengan cara membersihkan dan membersihkan area kerja dan unit. 8) SIMS report / Feedback Langkah terakhir setelah semua dikerjakan dimulai dari step awal sampai House Keeping, maka selanjutnya menulis SIMS report sebagai laporan bahwa pekerjaan telah selesai di kerjakan dan memberikan feedback kepada pemilik unit atau costumer 3.2. Specalog Skid Steel Laoder 226B3 Caterpillar Gambar 3.1 Specalog Machine 45

57 1) Features a. Ergonomic Operator Station : Fitur mudah digunakan mengoperasikan pilot joystick control untuk mengurangi keletihan dan menambah productivitas b. High performance power train : Menyediakan Horsepower dan torque yang tinggi. Memungkinkan part throttle beroperasi pad suara yang rendah levelnya dan konsumsi fuelnya. c. Advaced hydraulic system: Di desain untuk maximum power dan reliability. d. Optional high flow system: Menyediakan penambahan auxiliary hydraulic performa dengan 104/min (27gal/min) dari aliran yang di apikasikan sesuai penambahan performa work tool. e. East routine maintenance: Membantu mengurangi downtime pada machine untuk produktivitas yang baik. f. Broad range of performancematched cat work tool : Membuat Cat Skid Steel Loader paling serba guna di site kerja. 2) Specification a. Engine Engine Model Cat C2.2 T Gross Power SAE J kw 61 hp Net Power SAE 1349/ISO kw 56 hp Displacement 2.2.L 134 in 2 Stroke 100 mm 3.9 in Bore 84 mm 3.3 in b. Weight Operating weight 2641 kg 5,822 lb c. Power Train 46

58 Travel speed (forward dan reverse) 12.7 km/h 7.9 mph d. Hydraulic System Hydraulic Flow Standart: Loader Hydraulic Presure kpa 3,335 psi Loader hydraulic flow 61 L/min 16 gal/min Hydraulic Power (calculated) 23.2 kw 31.1 hp Hydraulic Flow High Flow: Max. Loader Hydraulic Pressure kpa 3,335 psi Max. Loader Hydarulic Flow 104 L/min 27 gal/min Hydarulic Power (calculated) 37.7 kw 50.6 hp e. Operating Specification Rated Operating capacity 680 kg 1,500 lb Rated operating Capacity 726 kg 1,600 With Optional Counterweight Tipping Load 1360 kg 3,000 lb Breakout Forc, Tilt Cylinder 1852 kg 4,083 lb f. Service Refill Capacities Chain Box, Each Side 6 L 1,6 gal Cooling System 10 L 2.6 gal Engine Crankcase 10 L 2.6 gal Fuel Tank 58 L 15.4 gal Hydarulic System 55 L 14.5 gal Hydarulic Tank 35 L 9.2 gal 47

59 g. Dimension 1. Wheelbase 986 mm 39 in 2. Length w/o bucket 2519 mm 99 in 3. Length w/bucket on ground 3233 mm 127 in 4. Height to top of Cab 1950 mm 77 in 5. Maximum Overall Height 3709 mm 146 in 6. Bucket pin height at Max. Lift 2854 mm 112 in 7. Bucket pin height at carry position 200 mm 8 in 8. Reach at Max. Lift and Dump 505 mm 20 in 9. Clearance at Max. Lift and dump 2169 mm 85.4 in 10. Ground Clearance 195 mm 8 in 11. Departure Angel 26 o 12. Bumper Overhang behind rear axle 967 mm 38 in 13. Max. Dump angle 40 o 14. Vehicle Width over tires 1525 mm 60 in 15. Turning Radius from Center Machine Rear 1502 mm 59 in 16. Turning Radius from Center Coupler 1195 mm 47 in 17. Turning Radius from Center - Bucket 1944 mm 77 in 18. Max. Reach w/arm parallel to Ground 1291 mm 51 in 19. Rack Back Angle at Maximum Height 81 o 48

60 3.3. History Machine Politeknik Negeri Padang memiliki beberapa unit Alat berat, antara lain: Exacavator 320 D, Track Type Tractor D 3. Compactor, Mini Excavator, Skid Steel Loader 226 B, dan Forklift. Terhitung Politeknik Negeri Padang memiliki 6 unit Alat Berat yang secara keseluruhan bermerk Caterpillar. History Machine pada tugas akhir ini akan menjelaskan unit Skid Steer Loader 226 B, yang ada di Politeknik Negeri Padang. Gambar Skid Steer Loader Skid Steer Loader 226 B 3 yang ada pada Politeknik Negeri Padang dengan Serial/number DXZ00168, pada tahun Merupakan unit alat berat yang digunakan sebagai alat belajar di Politeknik Negeri Padang. Gambar Serial number Unit Skid Steer Loader 226B3 ini belum pernah dilakukan perbaikan sama sekali karena unit ini masih baru dan tidak digunakan untuk bekerja pada proyek. Hanya pada simulasi kerusakan pada electrical dan simulasi Preventive Maintenance / 49

61 Perawatan pemeliharaan untuk pembelajaran. Dan juga Setvice Metering Unit (SMU) hours dari Skid Steel Loader masih 73.4 Service Hours / Jam Kerja. Gambar Service Hours 3.4. Model, SOP, Lokasi Pengerjaan 1) Model Proses pembuatan Wheelchock dan Standart Operation Procedure (SOP) untuk Preventive Maintenance dengan mengunakan desain pada umunya dan pemilihan bahan pun disesuaikan dengan kebutuhan dan kelayakan alat.adapun bahan yang akan digunakan sebagai berikut: a. Profil L ukuran 40 mm X 40 mm dengan ketebalan 4 mm b. Panjang profil 10 M c. Map Besar d. Plastik kertas ukuran A4 e. Pembuatan Wheel chock dengan system Las Pertimbangan mengunakan Las karena fungsi dari wheelchock sendiri berada di bagian yang butuh kekuatan. Dan pengunaan Map besar dan plastic agar menjaga keawetan dari SOP tersebut. 50

62 Gambar 3.5 Wheel Chock 2) SOP (Standart Operation Procedure) Pembuatan SOP ini di rancang untuk membantu mahasiswa dalam pembelajaran Preventive Maintenace sesuai Standart Caterpillar. Proses ini memerlukan data dari berbagai sumber, antara lain: 1) SIS (Service Information Sistem) 2) OMM (Operation Maintenance Manual) 3) Specalog SSL 226B3 4) Safety K3 umum 5) Document letter by Trakindo 3) Lokasi Pengerjaan Proses Pembuatan Wheelchock sebagian dilakukan di tukang las sebagian di lakukan di kampus. Lalu untuk pembuatan SOP di lakukan di kampus untuk pengambilan data dan foto, dan juga di lakukan di rumah untuk penulisan pengelompokan serta penginputan data. 51

63 BAB IV Standart Operational Procedure untuk Preventive Maintenance unit Skid Steer Loader 226B 4.1. Deskripsi Preventive Maintenance merupakan program kegiatan yang wajib dilakukan pada suatu machine atau suatu alat kerja. Berfungsi untuk menjaga dan memaksilmakan umur komponen pada Machine atau alat kerja lain. Preventive Maintenance pada unit Alat berat mempunyai SOP (Standart Operating Procedure) sendiri yang harus di ikuti sesuai langkah yang sudah ada. Politeknik Negeri Padang mempunyai unit Alat berat yang telah di belinya dari PT. Trakindo Utama pada tahun Unit itu adalah Skid Steer Loader 226B. salah dua unit alat berat yang memakai Wheel/roda. Standart Operating Procedure (SOP) merupakan manual standart atau panduan secara umum untuk melakukan suatu perkerjaan. Di dalam SOP (Standart Operational Procedure) terdapat langkah-langkah kerja atau safety/keamanan di dalam pekerjaan. Standart Operational Procedure (SOP) ini juga khusus membahas Bagaimana cara melakukan Preventive Maintenance pada Skid Steer Loader dengan Procedure yang sesuai dengan standart Caterpillar. Tujuan khusus pembuatan (SOP) didasari karena unit Skid Steel Loader ini tidak mempunyai manual untuk Preventive Maintenance sebagai pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi, yang berguna sebagai bekal ilmu untuk OJT (On the Job Training) dan sebagai hard skill untuk bekerja. Dan sebagai alat penunjang untuk process Preventive Maintenance pada Skid Sterl Loader. Pembuatan alat peraga ada dua, yaitu. Wheel chock dan Manual (SOP) Preventive Maintenance. Wheel chock di gunakan untuk kegiatan safety agar unit tidak bergerak maju ataupun mundur saat dilakukan Preventive Maintenance, lalu Manual (SOP) sebagai petunjuk langkah kerja sesuai procedure dari Caterpillar. 52

64 Alat peraga yang di buat ada dua yaitu, wheel chock dan SOP untuk Preventive Maintenance pada Skid Steel Loader, yang mudah di gunakan untuk pembelajaran bagi mahasiswa dan mahasiswi prodi alat berat, berikut beberapa deskripsi dari alat peraga tersebut: 1) Kerangka untuk wheel chock mengunakan besi profil L dengan ukuran 40 x 40 mm dengan ketebalan 4 mm 2) Mengunakan las untuk menyambungkan antara beberapa rangkaian besi, agar designnya kokoh dan kuat 3) Jumlah wheel chock yang di buat ada 4 buah agar dapat menjaga keamanan wheel kanan rear dan kiri rear. 4) Mengunakan design wheel chock yang segitiga dengan ukuran L.A: 250 mm dan Tinggi: 300 mm 300 mm 250 mm 5) Untuk memulai menyusun SOP Preventive Maintenance membutuhkan, map besar agar penyimpananya mudah dan tertata rapi. Lalu memasukan kertas yang sudah di print ke plastic agar dapat di gunakan saat pekerjaan dan tidak mengotori pada kertas. 6) Peyusunan SOP untuk Preventive Maintenance pada Skid Steel Loader mengacu pada manual di SIS (Service Information System), OMM (Operation Maintenance Manual) dan langsung pada unit untuk pengambilan foto dan data machine 7) Pembuatan SOP pada Skid Steel Loader didasari karena unit ini tidak mempunyai manual yang tersedia di kampus Politeknik Negeri Padang 53

65 8) Pembahasan SOP nantinya pada adalah procedure yang baik dan benar dalam melakukan Preventive Maintenance, mulai dari persiapannya (alat, unit, manual), lalu keselamatan kerjanya mulai (APD, CC tools), Walk Around Inspection pada machine, pembahasan perform PM (PM 1, PM 2, PM 3, PM 4), house keeping, serta cara pengisian form JSA (Job Safety Analisis), CC (Contamination Control) dan Sims Report sesuai standart caterpillar 4.2 Proses Kerja Didalam perform PM 1 sampai PM 4 tersebut dilakukan saat unit yang dikerjakan mencapai jam kerja sesuai standartnya atau mendekati pada masa jam kerjanya. Sesuai dengan kondisi unit di lapangan. Dalam proses melakukan Perform PM ada beberapa Step yang harus dikerjakan agar proses Preventive Maintenance berjalan dengan baik. Yaitu: 1) Pembuatan JSA dan CC JSA dan CC merupakan service form dari trakindo yang wajib diisi oleh setiap karyawan yang akan memulai suatau pekerjaan, gunanya agar dapat menganalisa bahaya-bahaya yang terkait dengan pekerjaan tersebut dan bagaimana cara mengatasinya, dan menganilasi contaminasi apa yang dapat terjadi pada suatu lokasi kerja atau dalam proses pekerjaan tersebut yang dapat mengontaminasi pada sytem. 54

66 2) Preparation Persiapan merupakan hal yang paling penting dilakukan sebelum memulai suatu pekerjaan agar ketika sedang bekerja waktu yang di gunakan dan tenaga yang di keluarkan lebih efisien, apalagi tidak terganggu fokusnya dalam melakukan pekerjaan itu, salah satunya pada Preventive Maintenance. Beberapa hal yang perlu di persiapkan dalam memulai kegiatan Preventive maintenance antara lain: Literature Tools Area Suplies (majun) Safety body and safety unit Literature yang di gunakan sesuai dengan machine yang dikerjakan dan S/N unit nya sesuai dengan machine tersebut Tools yang di gunakan lengkap dan sesuai. Tools yang digunakan dalam keadaan bersih rapih dan masih dapat di pakai dengan baik. 55

67 Area yang di gunakan dalam melakukan perbaikan machine adalah, tekstur tanah keras, luas sehingga tidak khawatir dengan machine atau unit di sekitarnya. (foto) Majun adalah kebutuhkan yang harus ada dalam menjaga contaminasi utamanya, karena jika dalam perbaikan malah menambah pada contaminasi berarti telah gagal dalam melakukan perbaikan. Safety body and Safety Unit merupakan hal yang perlu digunakan untuk perlindungan diri dan juga bagi machine. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan bagi safety body adalah Safety Safety Safety Safety Helm Glass Gloves Shoes 5. Wearpack / Baju Bengkel Safety Machine, untuk safety machine di sediakan agar mengetahui unit tersebut sedang melakukan perbaikan atau sedang dalam keadaan tidak boleh di operasikan oleh sembarang orang. Salah satunya memerlukan safety line sebagai pembatas bahwa area tersebut dilarang di masuki oleh sembarang orang. Hanya orang-orang yang di beri izin saja yang boleh masuk dan orang-orang yang sedang bekerja di unit tersebut. Lalu selanjutnya adalah mempersiapkan LOTO and Tag out. Di pasangkan pada unit sebagai akses siapa saja yang sedang bekerja di 56

68 unit tersebut dan agar mengetahui bahwa unit tersebut dilarang di pakai selain orang yang namanya berada di tag out tersebut. 3) Parking Machine Sebelum melakukan Parking Machine ada beberapa hal yang perlu di perhatikan. Menempatkan unit dalam keadaan yang mudah di jangkau dan baik dalam melakukan pekerjaan. Memarkirkannya temparkan pada permukaan yang datar, jika harus di parkir di taman tempatkan pada tanah yang keras, dan jangan lupa Chock Machine. Adapun beberapa langkah dalam memarkirkan machine sesuai dengan procedure yang ada adalah: NO Step / Langkah-Langkah 1 Gerakan Joystick control perlahan ke NEUTRAL position agar menghentikan machine Foto 57

69 2 Gerakan governor control lever ke LOW IDLE position - Symbol kelinci untuk High idle, Symbol kura-kura untuk Low idle 3 Turunkan Loader Arm dan Tilt linkage, agar work tool menempel pada tanah 4 Gerakan hydraulic control ke NEUTRAL position 5 Matikan engine start swtich key dan lepas kunci 58

70 6 Naikan arm Rest dan keluar dari machine 7 Pasang kan LOTO dan Tag out 8 Pasangkan Wheel Chock pada roda belakang 9 Pasang safety Line di area Kerja 4) Walk Around Inspection (WAI) Walk Around Inspection (WAI) Merupakan hal yang perlu di perhatikan sebelum melakukan pekerjaan. Salah satunya adalah pengecekan terhadap level dari 59

71 fluida, memastikan komponen dalam keadaan baik-baik saja. Bila ada kesalahan atau kerusakan atau kehilangan perlu di catat dan di laporkan ke atasan atau segera dilakukan action perbaikan kecil, dll. Dalam hal ini WAI dilakukan karena sebelum melakukan Preventive Maintenance, agar sebagai catatan bagi orang yang bekerja di sana mengetahui keadaan unit sebelum di lakukan PM. Bila pada prakteknya mengalami kesalahan atau kekurangan maka ulangi lagi pada kegiatan Preparation, jika pada saat praktek sudah mencukupi semua maka lanjut untuk Start up. Adapun beberapa hal yang perlu di check ketika melakukan Walk Around Inspection adalah: NO Pengecekan / Kegiatan 1 Pengecekan Level Oil Engine - Pengecekan pada level oil dapat di lihat pada dipstick - 2 Foto Bila berada pada no 3. Maka level oil kurang perlu di tambah Bila berada pada no 4. Maka level oil sudah penuh. Pengecekan Level Cooling - Untuk mengetahui level dari cooling dapat dilihat dari indicator yang ada pada sisi kanan radiator. 60

72 - Dan pastikan level dari coolant di antara MIN and MAX. 3 Pengecekan Filter udara dan dust valve - Membuang debu yang ada pada dust valve, pastikan tidak ada kerusakan pada dust valve dan filternya. 4 Pengecekan Level Oil Hydarulic - Cara pengecekan posisikan work tool di tanah dan tunggu sekitar 5 menit. 5 Pengecekan engine Compartment - Pengecekan yang dilakukan untuk mengamati komponen-komponen engine, system-sytem yang lain dan electrical systemnya. 6 Pengecekan level Fuel 7 Pengecekan area kerja Unit 61

73 8 Pengecekan Batteray - Pengecekan pada terminal, lead bateray dan voltase bateray (12,64 V) DC 9 Pengecekan Pada roda - Pada kegiatan ini, melakukan pengecekan pada roda dan tekanan roda dengan mengunakan pressure tire gauge. (alat tidak tersedia di kampus) 5) Start-UP Langkah Start UP ini menghidupkan machine dan mengerakan implement, kurang lebih sekitar menit agar oil yang ada pada Machine mencapai suhu kerja dan juga membuat sirkulasi pada Oil itu sendiri, sehingga jelaga-jelaga nantinya akan ketahuan saat di lakukan pengambilan sample, serta senagai Warm up bagi machine agar dapat melumasi pada systemnya. Bila saat melakukan start up mengalami ganguan atau kesalahan dalam prakteknya kembali ke langkah Walk Around Inspection (WAI) mungkin ada beberapa hal yang terlupakan atau terlewatkan. Dan bila selama proses Start up tidak terjadi maslaah apa-apa. Lanjut ke step langkah selanjutnya yaitu Perform PM. 1. Before Operating a) Bersihkan semua personel dari machine dan dari area b) Bersihkan semua hambatan dari jalanya machine dan waspadai bahaya seperti kabel, lobang, dll. 62

74 c) Pastikan semua pintu tertutup (engine compartment), d) Pastikan di machine bahwa horn, backup alarm dan semua warning device bekerja dengan semestinya e) Kencangkan seat belt dan turunkan armrest 2. Before Starting Engine a) Start Engine hanya dari operator compartment. Jangan mengambil langkah langsung dari starter terminal atau langsung ke batteray. Hubungan arus pendek dapat membahayakan electrical system dengan bypass engine neutral start system b) Inspect kondisi dari seat belt dan mounting. Ganti setiap part yang sudah usang atau rusak. Terlepas dari penampilan, ganti seat belt setelah 3 tahun pengunaan. Jangan gunakan seat belt extension pada retractable seat belt. c) Sesuaikan tempat duduk ketika dalam full pedal saat berjalan masih dapat di raih oleh operator. d) Pastikan machine tersedia dengan lighting system yang memadai untuk beberapa job kondisi. Pastikan semua lampu machine bekerja dengan baik e) Sebelum Start Engine dan sebelum mengerakan machine, pastikan tidak ada seseorang di bawah machine, di sekitar machine atau di atas machine. Pastikan area bebas dari personel. 3. Operation a) Hanya dapat mengoperasikan Machine saat berada di dalam cabin / tempat duduk. Seat belt harus di kencangkan ketika mengopersikan machine. Hanya mengoperasikan control ketika engine sudah running b) Sebelum mengerakan / memindahkan machine. Yakin kan tidak ada seseorang atau alat di sekitarnya c) Catatan bila memerlukan perbaikan selama machine beroperasi. Laporkan apa saja yang di perbaiki. 63

75 d) Jika machine mulai slip di sebagian sisinya pada tanah. Segera buang beban dan putar machine kearah yang lain. e) Perawatan pada control machine. Jangan melebihi capacitas machine. f) Jangan melewati kabel. Jangan bolehkan seseorang melewati kabel g) Ketahui maximum dimension dari machine h) Selalu menjaga pada Roll Over Protective Structure (ROPS) terpasang selama machine beroperasi. 6) Perform PM Kegiatan yang dilakukan pada PM 1 sampai PM 4 sesuai dengan jam kerja masing, PM 1 atau 250 Jam Kerja, PM 2 atau 500 Jam Kerja, PM 3 atau 1000 Jam Kerja, dan yag terakhir adalah PM 4 atau 2000 Jam Kerja. Semua kegiatan Preventive Maintenance ini dilakukan pada PM 4 karena PM 4 adalah urutan dari PM 1, PM 2, PM 3 yang telah dilakukan. Dalam praktek Perform PM 1, sampai PM 4 banyak kegiatan perawatan yang harus dilakukan sesuai Procedure perbaikan PM 1 / 250 Jam kerja PM 1 (250 HOURS) PERFORM PM 1 TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE OIL INSPECT & MAINTAIN V-BELT (S) PM 2./ 500 Jam kerja PM 2 (500 HOURS) REPLACE SECONDARY FUEL FILTER TAKE & ANALIZE S-O-S FROM ENGINE OIL INSPECT & MAINTAIN V-BELT (S) REPLACE WATER SEPARATOR ELEMENT REPLACE ENGINE OIL & FILTER TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE COOLING SYSTEM 64

76 LEVEL ONE CHECK DRIVE CHAIN FLUID LEVEL CHECK DRIVE CHAIN TENSIONER TAKE & ANALYZE S-O-S FROM HYDRAULIC SYSTEM REPLACE HYDRAULIC OIL FILTER PERFORM PM 2 PM 3 / 1000 Jam kerja PM 3 (1000 HOURS) PERFORM PM 3 TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE OIL INSPECT & MAINTAIN V-BELT(S) REPLACE WATER SEPARATOR ELEMENT REPLACE ENGINE OIL & FILTER TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE COOLING SYSTEM LEVEL ONE CHECK DRIVE CHAIN FLUID LEVEL CHECK DRIVE CHAIN TENSIONER TAKE & ANALYZE S-O-S FROM HYDRAULIC SYSTEM REPLACE HYDRAULIC OIL FILTER ADJUST INLET/EXHAUST VALVE ENGINE REPLACE SECONDARY FUEL FILTER CLEAN CRANKCASE BREATHER DRAIN & REFILL DRIVE CHAIN OIL INSPECT ROPS/FOPS CAB PM 4 / 2000 Jam kerja PM 4 (2000 HOURS) REPLACE A/C RECEIVER/DRYER TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE OIL TIME FUEL INJECTION PUMP INSPECT & MAINTAIN V-BELT(S) REPLACE WATER SEPARATOR ELEMENT REPLACE ENGINE OIL & FILTER CHECK DRIVE CHAIN FLUID LEVEL TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE COOLING SYSTEM LEVEL ONE TAKE & ANALYZE S-O-S FROM ENGINE COOLING SYSTEM 65

77 LEVEL TWO CHECK DRIVE CHAIN TENSIONER TAKE & ANALYZE S-O-S FROM HYDRAULIC SYSTEM REPLACE HYDRAULIC OIL FILTER ADJUST INLET/EXHAUST VALVE ENGINE DRAIN & REFILL DRIVE CHAIN OIL REPLACE SECONDARY FUEL FILTER CLEAN CRANKCASE BREATHER INSPECT ROPS/FOPS CAB PERFORM PM 4 Lalu beberapa cara bagaimana cara mengerjakan proses perform PM tersebut: 1. Replace A/C Recevier/Dryer Dalam Proses ini tidak dilakukan Karena tidak tersedia. Kebanyakan Unit SSL (Skid Steer Loader) yang memakai cabin bukan sekedar canopy 2. Take & Analyze S-O-S from Engine Oil Metode pengambilan sample mengunakan Vacuum Pump, dalam keadaan engine mati. No 1. Intruction Persiapkan Tool yang digunakan Vacuum Pump Botol SOS Oil Engine Tube / Selang2 Foto 66

78 2 Pengambilan Engine Oil di dapat dari lobang dipstick 3 Ukur Panjang tube / selang dengan panjang dipstick Di ukur agar selang atau tube tidak terbuang dengan sia-sia, sesuai dengan yang di butuhkan 4 Lalu pasang botol yang khusus untuk di gunakan pada Oil Engine pada vacuum pump dan lakukan pompa pada vacuum pump 5 Membersihkan Vacuum pump Setelah dilakukan pengambilan sample, lepas botol tersebut dari vacuum head, lalu panjangkan tube / selang sepanjang 4 cm. Setelah tube di panjangkan potong tube yang pada sisi luarnya tercampur dengan Oil Lalu lepas tube / selang dari vacuum head, dan bersihkan vacuum head 8 Pengisian Form S-O-S Setelah oil pada botol S-O-S di tutup (agar tidak ada kontaminasi) Tulis hasil dari pengambilan sample pada form yang sudah tersedia 67

79 9 Report Setelah mendapatkan sample dan melakukan pengisian form serahkan kepada Atasan / orang yang di tunjuk 3. Fuel Timing Pump Fuel Injection timing di Set di Factory / Pabrik. Fuel Injection Timing tidak dapat diganti selama beroperasi. Note : Jika Fuel Injection Pump di lepas. Ganti Shim lama (1) dengan Shim baru (1) dari Ketebalan yang sama. Untuk Shim lama (1) jangan di gunakan kembali Note : Jika ketebalan dari shim (1) adalah 0.5 mm ( inch) atau ketebalan dari shim (1) di bawah 0.5 mm ( inch), pasang beaded shims (1). Jika ketebalan shim di atas 0.5 mm ( inch), pasang non-beaded shim (1). Pastikan beading pada beaded shim (1) menghadap keatas, mengarah ke bawah dari fuel injection Pump. 68

80 Pada C2.2 Engine. Pilih combination yang sesuai dari shim. Jika ketebalan original shim tidak dapat di tekan. Hubungi dealer Solution Network. User harus menyediakan full engine number dari product yang akan di service. No Instruction 1 Arah putaran dari camshaft injection pump, searah dengan jarum jam (clockwise) dilihat dari depan engine Foto 69

81 2 1. kencangkan muounting Nut dan setscrew, torque sebesar 15 N.m (11 lb.ft) 2. kencangkan delivery valve holder sesuai torque sebesar 42 N.m (31 lb.ft) 3. shim Penyetelan shim timing pada fuel injection pump, shim tebal mundurkan timing, shim tipis majukan timing. Pergantian timing satu derajat dari setiap 0.10 mm ( Inch) perbedaan dari ketebalan shim. Lebih dari satu shim dapat digunakan. Jika fuel injection pump di pasang kembali, shim baru, shim yang mempunyai ketebalan dengan shim yang original. Harus di pasang. Jika pergantian komponen baru di pasang, shim harus di ganti : Camshaft Cylinder Block 70

82 4. INSPECT & MAINTAIN V-BELT(S) Pengecekan kondisi dari belt dan menjaga kekencangan V-Belt, agar tidak terjadi kerusakan pada komponen lain serta menjaga Alternator tetap suplay ke baterai dan menyediakan arus bagi accesoris di machine. No Intruction 1. Buka Door Engine Compartment 2 Lepas guard dari V-Belt Lepas Guard sekaligus dengan braketnya agar lebih memudahkan dalam membukanya (di tunjukan dengan arah panah) 3 Inspect Kondisi dari belt Menjaga Kekencangan V-Belt. Dengan mengunakan Belt Tension Gauge. (alat tidak tersedia). Di ukur diantara crankshaft pulley dan alternator pulley. Foto 71

83 Lalu inspect pada V-Belt itu sendiri Speksifikasi Tension Belt Tension Initial 400 to 489 N(90 to 110 lb) Belt Tension Used 267 to 356 N(60 to 80 lb) Memastikan tidak ada kerusakan pada tooth dari V-Belt dan kondisi VBelt tidak aus. Bila terjadi kerusakan pada tooth dan keausan pada sisi sebaliknya maka disaran kan untuk melakukan pengantian V-Belt baru. 72

84 4 Melakukan Pengadjustan pada V-Belt Untuk melakukan Pengadjustan pada V-Belt yang kendor dengan melongari bolt yang mengikat pada altenator, dan bolt pada adjusting altenator Setelah baut longgar mulai lah untuk melakukan pengencangan (karena alat tidak ada). Pengencangan di lakukan by feeling atau dengan orang yang sudah berpengalaman di bidang ini. 5 Gerakan altenator sampai mencapai kekencangan yang di inginkan Kencangkan kembali Bolt yang sudah di longarkan setelah mencapai kekencangan yang sesuai Check kembali Tension V-Belt. dan yakinkan bolt sudah kencang. 73

85 6 Tutup kembali Guard V-Belt 5. Replace Water Separator Element Pada proses ini menyediakan dua kegiatan, yang pertama drain fill water separator dan fuel filter. No Instruction 1 Buka pintu engine compartment 2 Foto Buka keran Drain pada fuel filter/ water separator Buang Fuel and water pada tempat yang disediakan Buka dan tutup keran valve (3) dengan tangan jangan gunakan tool. Akan mengakibatkan kerusakan pada valve atau seals 74

86 4 Putar Locking ring (1) berlawanan arah jarum jam, lepas fuel filter/water Separator 5 Putar locking ring (2) berlawanan arah jarum jam, lepas Bowl Asembly Bowl Asembly yaitu Mangkuk yang berwarna bening 6 7 Lalu bersihkan Bowl Asembly dan Mounting Base Pasang Bowl Asembly ke dalam Fuel filter/water Separator yang baru dan putar locking ring searah Jarum Jam. Pasang water separator / fuel filter kedalam Mounting base, putar locking ring searah jarum jam supaya mengencangkan Fuel filter ke Mounting base Pompa dari fuel system agar mengisi Fuel Filter/Water Separator dengan Fuel. -ada dua Cara untuk pengisian Fuel yaitu: a. Dengan Mengunakan Pompa manual b. dan dengan memutar start switch ke posisi on 75

87 6. Replace Engine Oil dan Filter Engine Oil merupakan Pelumas yang mempunyai masa pakai. Mereka membutuhkan. Kapasitas refill pada Oil Engine sekitar 10 Liter. Dan pergantian pada Filter Engine Baru. No 1 Instruction Buka Engine Access Door 2 Persiapkan Drain Container sebelum melakukan Drain dan membuka kran drain Buka keran drain dan tunggu sampai oil benar- benar habis (engine mati) Setelah oil Habis pada oil pan. Tutup kembali kerannya. 3 Lakukan Pergantian Filter baru. Posisi filter ada di sebelah kiri engine. Lokasinya sedikit sudah berada di dalam Gunakan Tool yang sesuai dengan kegunaannya Foto Saat Filter di lepas, persiapkan majun dan plastic agar oli yang tumpah tidak tercecr begitu banyak Lakukan Pengencangan Filter dengan mengunakan putaran tangan, jangan gunakan Filter starp / tool. Dapat merusak seal. 76

88 4 Lakukan Pengisian Pada Oil engine setelah itu daari Head cover 5 Untuk menjaga Kontaminasi masuk kedalam engine, gunakan kidney loop atau hand pump untuk pengisian Oil. Bersihkan Sisa Oil yang tercecer. 7. Check Drive Chain Fluid Level Pengechekan pada Drive chain yang berada pada sisi kanan dan kiri unit fungsinya untuk melumasi chain yang mengerakan pada final drive. Dilakukan pengecekan untuk melihat level dari oilnya. No Instruction 1 Lepas filler plug pada sisi kanan drive chain case Lokasinya berada di balik roda belakang dari sisi kanan dan sebaliknya di sisi kiri juga. Foto Cara melepas filler plug mengunkan handle bar Level oil harus berada di bawahdari theard fill port Gunakan 77

89 Quick Cure primer 5P-3413 Pipe sealant untuk thread pada filler plug Pasang kembali filler plug Dan ulangi pada sisi sebaliknya 8. Take and Analyze S-O-S From Engine Cooling System Level One Pengambilan Sample pada cooling system level satu. Dilakukan ketika keadaan cooling tidak panas. Dan ikuti peringatan yang ada pada manual. Fungsi dari pengambilan sample pada cooling untuk mengetahui material apa saja yang terkandung di dalam coolant tersebut No Instruction 1 Radiator Cap berada pada pojok kiri dari engine Compartment. Foto 78

90 2 3 4 Jangan mengambil Sample dari Aliran Reservoir Bila pengambilan sample diambil dari reservoir tank. Maka hasil yang di dapat tidak sesuai, tidak dapat mengetahui data yang consistent dari machine, agar mengetahui bersangkutannya dengan history data. Sample coolant diambil pada coolant tank (radiator) Buka radiator cap secara perlahan, untuk merelease presure dari coolant Dalam pengambilan Sample ikuti langkah-langkah dengan urut. Simpan sample botol kedalam plastic bersih Tetap tutup botol dalam keadaan kosong sampai kamu siap mengambil sample Lengkapi Informasi pada label dari botol sample sebelum mengambil sample Gunakan vacuum pump untuk menghindari kontaminasi ( Jangan mengunakan vacuum pump yang sama dengan vacuum pump untuk Oil sample, dapat menyebabkan kontaminasi) Jangan mengambil sample dari 79

91 lokasi lain. (coolant tank) Tempatkan sample pada tabung segera setelah pengisian sample, agar terhindar dari contamination Jangan mengambil sample dari drain system. 9. Take and Analysis S-O-S From Engine Cooling System Level Two Pengambilan Sample pada cooling system level dua. Dilakukan ketika keadaan cooling tidak panas. Dan ikuti peringatan yang ada pada manual. Fungsi dari pengambilan sample pada cooling untuk mengetahui material apa saja yang terkandung di dalam coolant tersebut No Instruction 1 Radiator Cap berada pada pojok kiri dari engine Compartment. Foto 80

92 2 3 4 Jangan mengambil Sample dari Aliran Reservoir Bila pengambilan sample diambil dari reservoir tank. Maka hasil yang di dapat tidak sesuai, tidak dapat mengetahui data yang consistent dari machine, agar mengetahui bersangkutannya dengan history data. Sample coolant diambil pada coolant tank (radiator) Buka radiator cap secara perlahan, untuk merelease presure dari coolant Dalam pengambilan Sample ikuti langkah-langkah dengan urut. Simpan sample botol kedalam plastic bersih Tetap tutup botol dalam keadaan kosong sampai kamu siap mengambil sample Lengkapi Informasi pada label dari botol sample sebelum mengambil sample Gunakan vacuum pump untuk menghindari kontaminasi ( Jangan mengunakan vacuum pump yang sama dengan vacuum pump untuk Oil sample, dapat menyebabkan contaminasi) Jangan mengambil sample dari lokasi lain. (coolant tank) 81

93 Tempatkan sample pada tabung segera setelah pengisian sample, agar terhindar dari contamination Jangan mengambil sample dari drain system. 10. Check Drive Chain Tensioner Proses pengecekan tension dari drive chain. Pada Skid Steer Loader memiliki 4 drive chain dan harus dilakukan pengecheckan dan penyetelan. Fungsinya agar mengetahui kekencangan dari chain dan kondisi chain. No Instruction 1 Parkir Machine pada lokasi yang datar Pasang wheel chock pada roda belakang 2 Foto Gunakan lantai yang sesuai untuk mengankat bagian depan machine sampai roda tidak menyentuh lantai. Block bagian depan machine dengan dua jack stand (1U-9758) Putar roda kedepan dan belakang ukur total free play (A) Jika total free play tidak mencapai 15 mm (0.6 Inch) kamu tidak perlu melakukan inspection Jika Total free play mencapai mencapai 15 mm (0.6 Inch), kamu harus melanjutkan inspeksi 82

94 Lepas 8 bolt roda (3). Gunakan nylon lifting strap untuk melepas roda dan rims (velg) (1). Perkiraan berat dari roda da rim 51 kg (113 lb). Lepaskan bolt dan cover (2) untuk drive chain case Note : Lepaskan sealant dari cover dan dari machine Lepaskan 8 bolt (5) dari axle housing. Tempatkan chain tension adjuster (7) diantara axle housing (6) Putrar axle agar dapat memastikan chain (8) dibawah sprocket. Tempatkan lurus dengan ujung sprocket. Ukur total pergerakan dari chain (B). setting chain tension total 15 mm (0.6 inch) pergerakan dari chain 7,5 mm (0.3 Inch) pergerakan diatas sprocket 7,5 mm (0.3 Inch) pergerakan dibawah sprocket Kencangkan bolt untuk axle housing sekitar 160 ± 15 N.m (118 ± 11 lb.ft). tambahkan putaran pada nut 60±5o sesuai star pattern. Remove chain tension adjuster Install bolt dan cover dari rive chain case Gunakan nylon lifting strap dan hoist untuk memposisikan roda dan rim ke axle. Kemungkinan berat dari sekitar 51 kg (113 lb). Untuk pengencangan nut pada roda. Gunakan star pattern ketika mengencangkan nut. NOTE : Gunakan 8T-9022 silicone Gasketin untuk seal cover machine 83

95 9 Turunkan bagian depan machine ke lantai. Ulangi procedure pada sisi sebaliknya dari machine jika dibutuhkan Ulangi penyetelan pada roda belakang jika dibutuhkan. 11. Take and Analysis S-O-S from Hydraulic System Pengambilan S-O-S untuk Hydraulic System, dilakukan mengunakan probe pada sampling port dari hydraulic oil, yang berada di fan motor. Pengambilan sample dilakukan ketika unit dalam keadaan low idle. 1. Persiapkan botol S-O-S untuk Non-Engine dan juga probe. 2. Isi label pada S-O-S form. Sesuai sample yang diambil 3. Hidupkan machine dalam keadaan low idle. Tunggu beberapa menit sebelum mengambil sample. (agar oil di dalam system bersirkulasi) 84

96 4. Pastikan kondisi dari sampling port dan probe bersih 5. Masukan tube pada probe ke botol dan probe masuk ke sampling probe. Isi sampai ¾ dari botol S-O-S. (bila dalam keadaaan low idle oil tidak naik, naikan ke high idle sampai oil naik) 6. Lepaskan probe pada sampling port dan bersihkan pada bekas oilnya. 7. Simpan botol S-O-S agar tidak terkontaminasi 12. Replace Hydraulic Oil Filter Dalam pengantian filter oil hydraulic harus dilakukan secara hati-hati pastikan selama pengantian filter oil tidak terkontaminasi. Persiapkan plastik container sebelum melakukan pengantian filter agar oil tidak tercecer. No 1 Instruction Hydaulic Oil filter berada di engine compartment Berada di dekat fuel filter/ water separator Foto 85

97 2 Lepas hydraulic filler cap Membuka penutup tanki hydraulic untuk merelease tekanan didalam system 3 Buka filter dengan mengunakan filter strap wrench Pengunaan alat Filter strap wrench dan rachet untuk membukanya Sediakan plastic container dibawah filter untuk penempatan oil yang mungkin tumpah atau keluar dari spill port atau dari filter mouinting base Bersihkan filter element mounting base dari filter element gasket yang tersisa Gunakan light coat dari oil untuk gasket dari filter baru Pasang filter baru mengunakan kekuatan tangan sampai seal dari filter kontak dengan base. (Note : posisi dari index mark pada filter berhubungan dengan fix point pada filter base) Berhubungannya index mark pada filter sekitar 90o atau ¼ dari setiap putaran. Gunakan index mark sebagai petunjuk dalam pengencangan Pertahankan hydraulic oil level pada batas tenggah dari gauge level (Jangan terlalu banyak mengisi hydraulic tank) Inspect gasket pada hydraulic tank filler cap dari kerusakan. Ganti bila di butuhkan. Pasang kembali hydraulic filler cap Tutup engine access door 86

98 13. Adjust Intake / Exhaust Valve Sebelum Melakukan penyetelan pada intake dan exhaust vale perlu di persiapkan beberapa tool yang di gunakan dala proses pengerjaanya. Fungsi dari penyetelan intake dan exhaust valve adalah mengkur clearance antara rocker arm dan valve brigde sesuai standartnya. Untuk menghindari timing pembukaan valve atau tertutupnya valve yang terlalu cepat atau terlalu lambat, efeknya dapat menganggu performa engine, mengurangi tenaga yang dihasilkan. Merusak pada komponen lain di engine. Jika valve lash membutuhkan penyetelan sebelum waktunya di tentukan, kemungkinan terjadi keausan pada part engine yang berbeda. Perbaiki problem agar dapat menjaga dari kerusakan pada engine Tidak cukup dari valve lash yang dapat mengakibatkan keausan pada camshaft dan valve lifter. Tidak cukup valve lash yang mengakibatkan keausan pada valve seat. Keausan valve dapat disebabkan karena Kesalahan operasi dari fuel injectors Terlalu banyak debu dan oil yang masuk kedalam filter dari inlet udara Kesalahn fuel setting pada Injection Pump Kapasitas beban sering melampui kemampuan engine Terlalu banyak clearance valve juga dapat mengakibatkan kerusakan pada valve stem, spring, dan Spring retainer. Terlalu banyak clearance dapat mengidikasikan problem pada: Keausan pada camshaft dan valve lifter Keausan pada rocker arm Bent pushrod Kerusakan socket pada ujung atas pushrod Longgarnya penyetelan screw dari valve lash Jika camshaft dan valve lifter mengindikasi keuasan, kemungkinan dari fuel didalam lubrikasi oil atau kotornya lubrikasi oil yang menyebabkannya Valve lash di ukur diantara top dari valve stem dan rocker arm lever (Note : No. 1 cylinder dari depan engine) Procedure penyetelan pada Valve intake dan exhaust 87

99 No 1 Instruction Buka door engine compartment 2 Buka cover v-belt, dan buka valve mechanism cover Foto Ketika melepas cover pada valve mechanism cover. lepas juga line hose untuk breather. Dan elbow inlet manifold. Lepas glow plug pada engine. Matikan disconnect switch baterai Lepas nut (1) dan washer (2) dari bus bar (3) Lepas bus bar (3) dari glow plug (4) Lepas glow plug (4) dari cylinder head ( pastikan semua part dalam keadaan bersih dari kontaminasi) 88

100 3 Setelah terbuka putar engine crankshaft sampai exhaust valve no. 1 cylinder hampir menutup dan inlet valve mulai membuka. 4 Sesuai procedure pemutaran engine mengunakan socket dan handle pada vibration damper, di putar searah jarum jam menghadap front engine Karena kurangnya tool yang ada di politeknik negeri padang, alternative lain mengunakan bolt dan breaker bar. Untuk mencari Top 1 No cylinder 1 yang dekat dengan front engine.dan yang menjauhi front engine No. 4 cylinder. Firing order 1,3,4, putar crankshaft searah dengan jarum jam dilihat dari front engine. Ketika inlet valve no. 4 mulai membuka dan exhaust valve no. 4 belum sepenuhnya menutup. Pastikan bahwa itu adalah Top mark (3) pada timing case menunjukan tanda dengan single dot. Check valve lash dan exhaust valve dari No. 1 cylinder, jika dibutuhkan lakukan penyetelan 89

101 6 Lakukan pengecheckan clearance valve lash pada setiap cylinder Specs valve clearance Inlet : 0.2 ± 0.05 mm (0.008 ± Inch) Exhaust : 0.2 ± 0.05 mm (0.008 ± Inch) 7 Lakukan penyetelan pada rocker arm bila membutuhkan clearance valve terlalu longgar dari specs. 1. Longgarkan valve adjustment screw locknut 2. Tempatkan feeler gauge (1) diantara rocker arm dn valve. Putar adjustmen screw (2) ketika valve adjustmen screw locknut di tahan berputar. Lakukan penyetelan valve lash sampai benar sesuai specsification. 3. Setelah melakukan penyetelan. Kencangkan valve adjustment screw locknut ketika adjustment screw (2) di tahan untuk berputar Kencangkan adjustment screw locknut sesuai torque 14 N.m (10 lb.ft) 90

102 8 2. putar crankshaft searah jarum jam sekitar 180o. ketika inlet valve no. 2 cylinder mulai membuka dan exhaust valve no. 2 cylinder belum sepenuhnya menutup. pastikan timing case pada posisi middle dot pada crankshaft pulley. Check valve lash pada inlet dan exhaust valve cylinder no. 3. Jika perlu lakukan penyetelan putar kembali crankshaft pulley searah jarum jam 180o. ketika inlet valve no. 1 cylinder mulai membuka dan exhaust no. 1 cylinder belum menutup sepenuhnya. Pastikan timing case pada posisi Single dot pada crankshaft pulley. Check valve lash pada inlet dan exhaust valve no. 4 cylinder. jika perlu lakukan penyetelan putar kembali crankshaft pulley searah jarum jam 180o. ketika inlet valve no. 3 cylinder mulai membuka dan exhaust valve no. 3 cylinder belum menutup sepenuhnya. Pastikan timing case pada posisi middle dot pada crankshaft pulley. Check valve lash pada inlet dan exhaust valve no. 2 cylinder. Jika perlu lakukan penyetelan 91

103 11 Bila semua cylinder sudah dicheck dan dilakukan penyetelan. Tutup kembali cover valve mechanism Kencangkan bolt valve mechanism (1) sesuai torque 10 N.m (39 ln in) Kencangkan bolt inlet manifold (2) sesuai torque 14 N.m (10 lb.ft) Kencangkan cap nuts (5) sesuai torque 14 N.m (10 lb ft) 12 Pasang kembali glow plug Kencangkan nut pada bus bar sebesar 1.2 N.m (11 lb in) Kencangkan glow plug sebesar 18 N.m (13 lb ft) 14. Drain And Refill Chain Drive Oil Pengantian oil drive chain dan pengisian oil drive chan. Oil drive chain berfungsi melumasi pada chain di dalam drive chain case yang meneruskan putaran dari motor ke final drive sehingga membantu dalam bergerak maju dan mundur. No Instruction 1 Lepas Drain plug untuk sisi kiri dan kanan drive chain case. Siapkan bak container untuk oil yang di drain agar menjaga contaminasi Foto 2 Gunakan Quick Cure Primer 5P 3413 Pipe Sealant untuk threads pada drain plug. Dan pasang kembali drain plug setelah oil didalam sudah kosong. Lepas Filler plug pada sisi kanan dan kiri drive chain case. Isi drive Chain case dengan oil sampai bawah threads pad fill port. Gunakan Quick Cure Primer 92

104 3. 5P 3413 Pipe Sealant Untuk thread pada filler plug. Pasang kembali filler plug pada drive chain case Ketika oil drive chain di ganti lakukan penginspeckan pada breather drive chain case. Lokasi breather ada dibawah dari cab. Lakukan pembersihan breather menggunakan solvent atau lowpressure Air. Jika breather tersumbat lakukan pergantian. 15. Replace Secondary Fuel Filter Secondary Fuel filter atau Fuel system filter (In-line), harus lebih berhati-hati untuk memastikan fluida tidak terkontaminasi selama performance dari inspeksi. Perawatan, testing, penyetelan, dan perbaikan dari product. Persiapkan suitable container untuk menyediakan fluida yang tumpah sebelum membuka compartment atau pembongkaran dari component Pengantian dari fuel filter sebelum scheduled intervalnya, disebabkan karena Lebih dari setengah filter screen terhambat Performance engine lemah / menurun No Instruction 1. Buka engine acces door Foto 93

105 2 Lepas hose clamp - Lepas fuel filter dan dan membuang fuel filter - Ganti fuel filter. Pastikan panah pada filter point upward - Kencangkan hose clamps - Strat the engine - Check kebocoran - Tutup engine acces door 16. Clean Crankcase Breather Pastikan area sekitar vent hole pada breather cover bersih dan vent hole tidak terbatas. Pastikan component dari breather assembly terpasang pada posisi yang benar No Instruction 1 Buka engine acces door Foto 94

106 2 Breather berada pada atas dari valve cover, 3 Lepas screw (1) lepas breather cover (2) - Lepas diaphgram assembly (4). Lepas spring (3). Diaphragrm assembly termasuk diaphragm dan locating ring - Bersihkan gauze untuk breather (5) - Lepas gauze pada lokasi diatas gauze dari breather Clean item dengan solar - Breather - Breather cover - Diaphragm assembly - Location ring assembly - Spring - gauze Keringkan part yang sudah di cuci. Gunakan pressure air untuk membantu mengiringkan. Turunkan radiator kebawah, dan tutup engine access door Rollover Protective Structure (ROPS) and Falling Object Protective Structure (Fops) Inspect ROPS dan FOPS berfungsi sebagai safety dikala machine terguling atau terbalik fungsi dari ROPS melindungi operator dari terjepit unit atau menindih pada operator, lalu fungsi dari FOPS adalah untuk keselamatan operator bilamana ada suatu benda atau batu atau benda yang berat menimpa ruang operator, bagian FOPS masih kuat untuk menahan bebannya. 95

107 1. Inspect ROPS dan FOPS dari bolt yang longer. Kencangkan bolt (1) mengikuti torque 125 ± 10 N m (92 ± 7 lb ft). kencangkan bolt (2) mengikuti torque 55 ± 5 N m(41 ± 4 lb ft). kencangkan bolt (3) mengikuti torque 240 ± 40 N m (177 ± 30 lb ft). Rops dan Fops dari kerusakan bolt dan kehilangan bolt. Ganti setiap kerusakan bolt atau kehilangan bolt dengan original part 2. Operasikan machine pada permukaan yang keras, ganti ROPS mounting support jika ROPS mengelami kebisingan. Ganti ROPS mounting support jika ROPS berbunyi. 3. Jangan straighten ROPS atau FOPS. Jangan meperbaiki ROPS atau FOPS dengan Pengelasan/Welding penguatan plate untuk ROPS atau FOPS 96

108 7) House Keeping House keeping merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua proses Preventive Maintenance selesai tetapi house keeping ini masih merupakan bagian dari proses kerja dimana. Di dalam house keeping ini kita membersihkan, memastikan dan merapikan peralatan-peralatan yang sudah dipakai dalam pekerjaan dan mebersihkan area kerja kita. Beberapa hal yang dikerjaka didalam house keeping ini No 1 Instruction Membersihkan Tool Membereskan Tool ke tempat semula Membersihkan Tool dari kontaminasi Merapikan Tool kedalam Tool Box 2 Membersihkan area kerja Membersihkan area dari Fluida Memngembalikan Safety line dan Cone Membersihkan bagian-bagian yang susah dijangkau 3 Mengembalikan Manual book Merapikan Manual ke tempat semula Foto 97

109 4 Membersihkan Manual dari debu dan kotoran Mengembalikan Posisi Machine Menata Kembali Machine kedalam parkiran yang telah disediakan Menata Work tool dan merelease pressure Meninggalkan Machine dalam keadaan safety (Electrical OFF) 8) Sims Report / Saran Setelah proses kerja kita ikutin secara urut, maka langkah terkahir dalam proses kerja Preventive Maintenacnce pada Skid SteerLoader 226 B adalah membuat Sims report, fungsinya adalah untuk mengetahui bahwa pekerjaan PM ini telah selesai dilaksanakan dan juga sebagai laporan kepada atasan bahwa kita telah menyelesaikan ke pekerjaan itu. Dalam dunia kerja khususnya di PT. Trakindo Utama pelatihan cara pengisian Sims Report sangat di sarankan karena itu merupakan salah satu skill yang harus dimiliki oleh Technician Trakindo. Karena Sims Report ini jua salah satunya dikirim ke pabrik asalnya Caterpillar. Dalam Pengisian Sims report harus di isi dengan jelas dan mudah dimengerti, sertidaknya sims report di buat satu sims report satu job kerja. Dan dibuat oleh mechanic yang mengetahui proses kerja dari pekerjaan itu. 98

110 1) SIMS Ticket Pada Bagian ini harus diisi dengan bahasa Inggris karena SIMS ticket ini yang akan di kirim ke Caterpillar utuk dipelajari. Kolom yang diarsir dengan warna merah adalah kolom yang wajib diisi 2) Long Form Pada bagian ini di usahakan diisi dengan bahasa inggris, tetapi apabila ada kendala dalam bahasa maka dapat juga diisi dengan bahas Indonesia. Apabila dapat menjelaskan suatu masalah diperlukan gambar pendukung maka gambar tersebut perlu disertakan. Jika ruangan pada form tidak cukup dapat disambung dengan form service report yang baru Pencapaian Skill Berhubungan dengan Standart Operational Procedure untuk Kegiatan Preventive Maintenance pada unit Skid Steel loader 226B maka ada beberapa pencapaian Skill yang ada pada SPB (Skill Proeficiency Book) sesuai dengan aplikasinya bekal untuk masuk ke dunia kerja., diantaranya : 99

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan 2.1.1 Definisi Pemeliharaan Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE

CORRECTIVE MAINTENANCE CORRECTIVE MAINTENANCE Definisi Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan pemeliharaan terencana dan kegiatan pemeliharaan tak terencana.

Lebih terperinci

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN BAB III JENIS JENIS PERAWATAN Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah perawatan dan perbaikan. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN VALVE SPRING REMOVAL SPECIAL TOOL

RANCANG BANGUN VALVE SPRING REMOVAL SPECIAL TOOL RANCANG BANGUN VALVE SPRING REMOVAL SPECIAL TOOL LAPORAN AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Teknik Mesin Program Studi Alat Berat Politeknik Negeri Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pemeliharaan Pemeliharaan atau perawatan dalam suatu industri merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung proses produksi. Oleh karena itu proses produksi harus didukung

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Pengambilan sampel pelumas yang sudah terpakai secara periodik akan menghasilkan laporan tentang pola kecepatan keausan dan pola kecepatan terjadinya kontaminasi. Jadi sangat

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pemeliharaan ( Maintenance Defenisi Pemeliharaan

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pemeliharaan ( Maintenance Defenisi Pemeliharaan Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1. Defenisi Pemeliharaan Pemeliharaan Mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM) Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

Kebijakan Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Kebijakan Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Kebijakan Perawatan Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Bahasan Jenis Perawatan Bentuk Perawatan Strategi Perawatan Jenis Perawatan Ditinjau saat perawatan dilakukan Perawatan yang direncanakan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SEBELUM OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN)

PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN) PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada 24 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Maintenance Defenisi dari maintenance adalah suatu kombinasi dari semua tindakan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

3. BAB III LANDASAN TEORI

3. BAB III LANDASAN TEORI 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perawatan (Maintenance) 3.1.1 Definisi Perawatan (Maintenance) Definisi Perawatan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah

Lebih terperinci

LAPOR. Program JURUSA MEDAN

LAPOR. Program JURUSA MEDAN ANALISAA PERFORMANSI MOTOR BAKAR 4 LANGKAH PADA MOBIL KIJANG 1800 CC LAPOR RAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan n dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diplomaa III Program Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3 PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3 PERAWATAN FORKLIFT Oleh FD20ST-3 Ady Prasetya (210345025) Hasan Basri (210345035) Muhamad Maulana (210345039) Apa itu forklift??? Forklift adalah sebuah alat bantu berupa kendaraan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis. A. Sebenernya apa sih perbedaan antara mesin diesel dengan mesin bensin?? berikut ulasannya. Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) (simplenya

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN LAS GESEK ( Perawatan dan Perbaikan )

RANCANG BANGUN MESIN LAS GESEK ( Perawatan dan Perbaikan ) RANCANG BANGUN MESIN LAS GESEK ( Perawatan dan Perbaikan ) LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great BAB IV PEMBAHASAN.. Proses Pengambilan Data Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great Corolla tipe A-FE tahun 99 ini, meliputi beberapa tahapan yakni pengambilan data sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN DUMP TRUCK HINO FM 260 JD

BAB III PERAWATAN DUMP TRUCK HINO FM 260 JD BAB III PERAWATAN DUMP TRUCK HINO FM 260 JD 3.1 Definisi Perawatan Mesin A. Perawatan Mesin Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi LAMPIRAN 66 Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP 01 Keterangan: 1. Palkah ikan 7. Kursi pemancing 2. Palkah alat tangkap 8. Drum air tawar 3. Ruang mesin 9. Kotak perbekalan 4. Tangki bahan bakar 10.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil, dan elektrikal

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER

LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: JOKO SUSILO NIM. I8610018 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK

Lebih terperinci

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL DEFINISI PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover), yang berfungsi

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM PENDAHULUAN Gambar 3.1 Jumlah bahan bakar yang terbakar pada sebuah engine berhubungan langsung dengan jumlah horsepower dan torque yang dihasilkan. Secara umum,

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

Fungsi katup Katup masuk Katup buang MEKANISME KATUP FUNGSI KATUP Fungsi katup Secara umum fungsi katup pada motor otto 4 langkah adalah untuk mengatur masuknya campuran bahan bakar dan udara dan mengatur keluarnya gas sisa pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

BAB I MOTOR PEMBAKARAN BAB I MOTOR PEMBAKARAN I. Pendahuluan Motor pembakaran dan mesin uap, adalah termasuk dalam golongan pesawat pesawat panas, yang bertujuan untuk mengubah usaha panas menjadi usaha mekanis. Pada perubahan

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 - BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal 35-43 MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN Oleh Muhammad Zaky Zaim Muhtadi 1 Abstrak Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BENSIN TYPE SOHC

TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BENSIN TYPE SOHC TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BENSIN TYPE SOHC Diajukan sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Teknik Mesin Oleh : FAUZY HUDAYA NIM D 200 940 169 NIRM 9461060303050169 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Dalam bab ini akan di jelaskan bagaimana metodologi dalam pembuatan layout, standar operasional prosedur, workshop equipment sehingga layout, Formulir, tagging, dan Solvent Stand ini

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas baik Harga pantas Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas baik Harga pantas Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat. 21 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PERAWATAN Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang dibuat

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Pengetahuan Selama Bekerja Pengetahuan selama bekerja 1. Selalu bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN Percobaan yang dilakukan adalah percobaan dengan kondisi bukan gas penuh dan pengeraman dilakukan bertahap sehingga menyebabkan putaran mesin menjadi berkurang, sehingga nilai

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200

BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 BAB III BAGIAN BAGIAN DASAR PADA EXCAVATOR TYPE JS 200 3.1 Definisi Excavator secara umum Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan mengangkut suatu material (tanah, batubara, dan

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam dunia usaha terjadi persaingan yang sangat kompetitif sehingga perusahaan-perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan kerja diberbagai aspek baik itu mesin, atau

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) Differential gear atau sering dikenal dengan nama gardan adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin

Lebih terperinci

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK LAPORAN LAB PNEUMATIK PRAKTIKUM DAC HIDROLIK Dikerjakan oleh: Lukman Khakim (1141150019) D4 1A PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR REKALKULASI MESIN DIESEL 4-TAK MULTI SILINDER

TUGAS AKHIR REKALKULASI MESIN DIESEL 4-TAK MULTI SILINDER TUGAS AKHIR REKALKULASI MESIN DIESEL 4-TAK MULTI SILINDER Diajukan sebagai salah satu tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya ( AMd ) Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Session 4 Diesel Power Plant 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Siklus Otto Four-stroke Spark Ignition Engine. Siklus Otto 4 langkah

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KONVERTER BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) KE LPG (LIQUFIED PETROLEUM GAS) PADA MESIN 4 LANGKAH LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN KONVERTER BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) KE LPG (LIQUFIED PETROLEUM GAS) PADA MESIN 4 LANGKAH LAPORAN AKHIR RANCANG BANGUN KONVERTER BBM (BAHAN BAKAR MINYAK) KE LPG (LIQUFIED PETROLEUM GAS) PADA MESIN 4 LANGKAH LAPORAN AKHIR Disusununtuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berada di Motocourse Technology (Mototech) Jl. Ringroad Selatan, Kemasan, Singosaren, Banguntapan,

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN KATUP KETIKA OVERHAUL MESIN BULLDOZER CATERPILLAR D8R DIATAS JAM

ANALISIS KERUSAKAN KATUP KETIKA OVERHAUL MESIN BULLDOZER CATERPILLAR D8R DIATAS JAM ANALISIS KERUSAKAN KATUP KETIKA OVERHAUL MESIN BULLDOZER CATERPILLAR D8R DIATAS 30.000 JAM Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG Ismael Marjuki Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Negeri Ketapang email : marjuki_ismael@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota BAB III PEMBAHASAN 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota 3.1 Dasar Pengertian Governor Governor adalah suatu benda atau alat penggerak mekanik variable propeller pada pesawat untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KATUP PENGATUR TEKANAN PADA SISTEM HIDROLIK ( PENGUJIAN )

RANCANG BANGUN KATUP PENGATUR TEKANAN PADA SISTEM HIDROLIK ( PENGUJIAN ) RANCANG BANGUN KATUP PENGATUR TEKANAN PADA SISTEM HIDROLIK ( PENGUJIAN ) LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD)

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD) BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS MODEL MAINTENANCE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (MQFD) Perancangan model Maintenance Quality Function Deployment (MQFD) terdiri atas dua tahapan besar. Tahapan pertama adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat memeriksa dan menyetel celah katup. A. Obyek, Alat dan Bahan a) Obyek

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KURSI GOYANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONTROL ( PERAWATAN & PERBAIKAN ) LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN KURSI GOYANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONTROL ( PERAWATAN & PERBAIKAN ) LAPORAN AKHIR RANCANG BANGUN KURSI GOYANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONTROL ( PERAWATAN & PERBAIKAN ) LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 6 BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 TUJUAN Tugas kerja praktek ini bertujuan menyelesaikan studi kasus mengenai aspek teknik mesin atau laporan suatu kegiatan atau proses yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

PROSES PERENCANAAN PERAWATAN POMPA LEAN AMINE[STUDI KASUS DI HESS (INDONESIA- PANGKAH)LTD]

PROSES PERENCANAAN PERAWATAN POMPA LEAN AMINE[STUDI KASUS DI HESS (INDONESIA- PANGKAH)LTD] PROSES PERENCANAAN PERAWATAN POMPA LEAN AMINE[STUDI KASUS DI HESS (INDONESIA- PANGKAH)LTD] ANDRILA N. AKBAR (2108 100 621) DOSEN PEMBIMBING Ir. Arino Anzip M.Eng.sc JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

A8720 777D Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8720 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - 777D CAT TRUCK

A8720 777D Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8720 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - 777D CAT TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - 777D CAT TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT.Perkebunan Nusantara 3 (PTPN 3) berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 3.1 Dasar Pompa oli Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari satu tempat ke

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.

Lebih terperinci