PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG"

Transkripsi

1 GSBC 09 = TAHAPAN DAN METODA KERJA PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG PELATIHAN KEPALA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 Bab 1: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Modul ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan tahapan dan metode konstruksi (metode pelaksanaan konstruksi) untuk pekerjaan Bangunan Gedung, yang sering dipakai pada pelaksanaan pekerjaan Bangunan Gedung. Modul ini berisi prosedur dan pedoman yang perlu diikuti dan dikembangkan dalam pelaksanaan pembangunan gedung. Penggunaan metode konstruksi atau metode pelaksanaan yang sesuai akan menyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia serta mutu yang tercantum di dalam spesifikasi. Peningkatan mutu proses pelaksanaan pekerjaan akan mengurangi pekerjaan perbaikan atau rework yang jelas menambah biaya dan waktu penyelesaiannya. Metode konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyarataan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. dalam bentuk bagan diberikan pada Gambar 1.1. konsep metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk pemilihan dan penetapan sarana dan prasarana yang bersifat sementara sekalipun. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-1

3 Bab 1: Pendahuluan Gambar 1.1 Adapun lingkup pakerjaan bangunan gedung adalah pekerjaan yang umum dilaksanakan yang meliputi tahapan dan metode konstruksi (metode pelaksanaan ) untuk pekerjaan sebagai berikut : 1. Pekerjaan pengukuran dan pematokan 2. Pekerjaan Tanah dan pondasi 3. Pekerjaan struktur cetakan dan perancah 4. Pekerjaan arsitektur 5. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 6. Pekerjaan perpipaan dan sanitasi 7. Dan lain-lainnya 1.2 PENYUSUNAN RENCANA KERJA Pada tahap persiapan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan prasarana yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan rencana persiapan fisik dilapangan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan proyek menjadi lebih lancar. Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar atau pedoman untuk kesuksesan pelaksanaan dilapangan demi tercapainya pengendalian biaya, mutu dan waktu sesuai target yang direncanakan Dengan dibuatnya rencana pelaksanaan dan pada tahap operasional proyek dilakukan kontrol atas pengendalian pada setiap pekerjaan sesuai bidanganya masing-masing, maka kegiatan operasional tersebut akan terarah, terukur dan terorganisasi dengan baik Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-2

4 Bab 1: Pendahuluan Rencana pelaksanaan proyek terdiri dari : 1. Organisasi proyek dan jobdescription 2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya. 3. Rencana mutu kontrak 4. Metode pelaksanaan (Construction Method) 5. Survei lapangan 6. Mobilisasi dan site plan 7. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dan cashflow 8. Rencana K3 proyek 9. Rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Jelas bahwa metode pelaksanaan atau metode konstruksi (Construction Method) dapat bermanfaat di dalam memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan dan merupakan kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan proyek Penyusunan Kebutuhan Sumber Daya Manajemen dalam penyelenggaran proyek tergantung dari 2 faktor utama yaitu sumberdaya dan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen sebagaimana diketahui antara lain dirumuskan sebagai POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Sedangkan Sumber Daya biasanya diuraikan sebagai 4M yaitu Man (Manusia, Tenaga Kerja) Money (Uang), Methode (Metoda), Material (Bahan) dan Machine (Peralatan). Tetapi ada suatu pendapat dimana Sumber Daya bisa dikembangkan lagi menjadi 5 M, dimana ada tambahan satu M lagi yaitu Method. Dengan Method atau metode konstruksi yang baik, memenuhi syarat teknis, aman dilaksanakan, memenuhi syarat ekonomis (bisa termurah dan efisien) dan merupakan alternative/ pilihan terbaik sesuai kondisi lapangan akan merupakan sumber daya yang sangat menentukan didalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Untuk menyusun metode konstruksi yang lengkap diperlukan data dan analisa kebutuhan sumber daya tenaga kerja, bahan yang akan dipakai dan paling penting adalah daftar kebutuhan peralatan Kebutuhan Tenaga Kerja Didalam menganalisa dan menyusun kebutuhan tenaga kerja, penentuan produktivitas pekerja sulit karena hal itu sangat bervariasi dari kontraktor yang satu dengan kontraktor yang lain dan dari satu cabang keahlian ke cabang Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-3

5 Bab 1: Pendahuluan keahlian lainnya. Namun demikian dengan diskusi dengan pihak kontraktor dan survei kebutuhan proyek didaerah tersebut, akan dapat juga memberikan manfaat. Memperkirakan biaya konstruksi dalam daerah dimana diberikan toleransi terhadap jam istirahat, minum kopi, jam makan yang lama, penghentian saat kerja lebih dini, dan lain-lain akan sangat berlainan dengan pekerjaan yang sama dengan kontraktor yang mempunyai pengendalian yang cukup ketat terhadap tenaga kerja. Juga penentuan ketersediaan tenaga kerja adalah penting. Adalah perlu untuk selalu memegang mandor-mandor yang cakap dan mempunyai jaringanjaringan pekerja dengan jumlah yang cukup besar dengan keahlian yang cukup baik. Apabila kontraktor mendapat proyek tertentu, mandor-mandor langganan selalu harus dipanggil, dengan demikian ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan jumlahnya mencukupi akan selalu tersedia. Setelah kita mendapatkan jumlah pekerja untuk menyelesaikan suatu detail item pekerjaan maka kita harus membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja. Jadwal tersebut antara lain: - rincian item pekerjaan secara detail - rencana waktu pelaksanaan proyek - rincian waktu pelaksanaan pekerjaan per item pekerjaan - rincian jumlah pekerja (mandor dan tenaga terampil) untuk melaksanakan suatu item pekerjaan pada waktu tertentu Kebutuhan Bahan Sebelum kita menghitung kebutuhan bahan, setelah kita mempelajarii spesifikasi dan metode yang dipakai, maka kita perlu mengadakan survey dan penelitian bahan lokal yang cocok untuk dipergunakan. Bila didalam perencanaan, kondisi setempat belum dipahami secara mendalam, adalah sangat mungkin kita mendapat bahan yang jauh lebih murah yang sesuai dengan spesifikasi dan metode yang akan dipakai. Juga yang sangat penting adalah waktu pengadaan bahan. Berdasarkan pengalaman yang ada, meskipun bahan local volumenya berlimpah tetapi karena banyaknya proyek pembangunan di daerah tersebut menyebabkan waktu pengadaan bahan menjadi tersendat bahkan bisa terlambat dari jadwal. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-4

6 Bab 1: Pendahuluan Setelah kita mendapatkan jumlah bahan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan dengan spesifikasi tertentu, maka kita harus membuat jadwal kebutuhan bahan. Jadwal tersebut berisi antara lain: - Rincian item pekerjaan secara detail - Rencana waktu pelaksanaan proyek - Rencana waktu pelaksanaan per item pekerjaan - Rincian jumlah/ volume bahan dengan spesifikasi tertentu untuk melaksanakan item pekerjaan tersebut pada waktu tertentu Kebutuhan Peralatan Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hampir semua proyek menengah sampai besar merupakan proyek padat modal dan padat alat. Dengan menggunakan peralatan berat maka sasaran pekerjaan dapat dicapai dalam waktu relatif cepat. Didalam pembuatan Dokumen Metoda Konstruksi, pertama kali kita harus menetapkan dan menghitung Construction Plant atas kebutuhan peralatan berat yang dipakai pada suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan, tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif. Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut: 1. Menghitung produksi alat per jam (hourly production of equipment) 2. Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis item pekerjaan. Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume/ luas maka dapat dihitung jumlah alat yang diperlukan didalam menyelesaikan satu jenis item pekerjaan sesuai jadwal waktu yang tersedia. 1.3 PRINSIP PEMBUATAN METODA PELAKSANAAN KONSTRUKSI Umum Metode pekerjaan atau yang biasa disebut CM (construction method) merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-5

7 Bab 1: Pendahuluan Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan. Dengan demikian CM tersebut telah teruji saat melakukan klarifikasi atas dokumen tendernya terutama construction methodnya, namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan, CM perlu atau harus dirubah. Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan perusahaan yang bersangkutan. Karena itu dalampenilaian untuk menentukan pemenang tender, penyajian metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang tender/ pelelangan. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari: Project plan Denah fasilitas proyek(jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain) Lokasi pekerjaan Jarak angkut Komposisi alat (singkat/produktivitas alatnya) Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan pelaksanaan Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan. Uraian pelaksanaan pekerjaan. Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek (urutan secara global) Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan yang perlu penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting atau pekerjaan yang jarang ada, atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-6

8 Bab 1: Pendahuluan Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan pekerja) Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan yang diperlukan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik Memenuhi syarat teknis Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas memenuhi informasi yang dibutuhkan Bisa dilaksanakan dan efektif Aman untuk dilaksanakan - Terhadap bangunan yang akan dibangun - Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan - Terhadap bangunan lainnya - Terhadap lingkungan sekitarnya Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik yang berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi tonase tertentu, memenuhi mutu tegangan ijin tertentu dan telah memenuhi hasil testing tertentu. Memenuhi syarat ekonomis Biaya murah wajar dan efisien Memenuhi pertimbangan non teknis lainya Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui oleh lingkungan setempat Rekomendasi dan policy dari pemilik proyek Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan apabila hal itu merupakan alternatif pelaksanaan pelaksanan yang istimewa dan riskan Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan. Masalah metode pelaksanaan pekerjaan banyak sekali variasinya, sebab tidak ada keputusan engineering yang sama persis dari dua ahli teknik. Jadi pilihan yang Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-7

9 Bab 1: Pendahuluan terbaik yang merupakan tanggungjawab manajemen dengan tetap mempertimbangkan engineering economies. Manfaat positif construction method Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan. Merupakan acuan/ dasar pola pelaksanaan pekerjaan danmenjadi satu kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan di proyek. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-8

10 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan BAB II PENGUKURAN DAN PEMATOKAN 2.1 UMUM Pekerjaan konstruksi hakekatnya adalah pekerjaan untuk mewujudkan suatu bangun bangunan seperti gedung, jalan, jembatan, bendung, saluran irigasi dan lain-lain pada suatu lokasi berdasarkan gambar yang telah ditentukan. Bila kita datang ke lokasi dimana bangunan tersebut akan dibangun, lokasi tersebut dapat berupa tanah kosong (dalam arti belum ada bangunan), tetapi bisa juga di lokasi itu tersebut sudah ada bangunan lainnya baik dikiri maupun di kanannya. Lokasi dimana bangunan itu harus dibangun kadang-kadang letaknya terpencil di puncak gunung atau ditengah-tengah hutan. Contoh bangunan gedung, irigasi, jalan penghubung ke daerah terpencil, jalan rintisan dan lain-lain. Pekerjaan pengukuran dan pematokan mempunyai peran yang penting. Kesalahan pada pekerjaan pengukuran dan pematokan dapat berakibat fatal apalagi dalam pekerjaan jembatan. Salah mengukur atau menetapkan patok dapat mengakibatkan pekerjaan tidak berfungsi. Dalam hal ini seperti ini kontraktor akan rugi besar, karena harus membongkar dan memperbaikinya. Pekerjaan pengukuran dan pematokan pada pekerjaan konstruksi hakekatnya pekerjaan memindahkan titik-titik pada gambar ke lapangan. Di samping itu di lapangan tidak mudah untuk membuat satu titik, membuat sudut, siku-siku atau membuat garis sejajar seperti di atas kertas. Tujuan pengukuran dan pematokan pada pekerjaan konstruksi adalah untuk mengetahui atau menetapkan posisi satu titik-titik lain terhadap titik tetap. Titik-titik tetap dan titik lainnya yang telah ditetapkan ditandai dengan patok-patok. Dengan telah adanya titik-titik tersebut maka dapat diperoleh bentuk profil/ relief dari permukaan tanah dimana akan didirikan bangunan. 2.2 PEMATOKAN UITSET/ SETTING OUT Pekerjaan pematokan atau uitzet / setting out adalah pekerjaan menetapkan/menentukan lokasi bangunan di lapangan. Patok-patok ini sangat penting untuk pelaksanaan pekerjaan sebenarnya, oleh karenanya penempatan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-1

11 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan patok-patok tersebut harus dilaksanakan dengan ketelitian dan ketepatan yang tinggi Uitzet As (Centre Line) As bangunan dan tata ruang diukur dan ditandai (uitzet) dengan patok-patok dan yang perlu diperhatikan oleh pelaksana lapangan adalah sebagai berikut: 1. As pada umumnya ditunjukkan dengan paku 25 mm yang ditancapkan pada patok kayu dan disisakan 5 mm untuk supaya tidak menjadi bengkok akibat benturan atau gangguan lainnya. 2. As untuk suatu konstruksi yang waktu pelaksanaannya cukup lama, harus ditandai dengan patok kayu yang dilindungi dengan beton. Harus diperhatikan agar patok tersebut tidak berpindah/berubah sewaktu pengecoran beton. Beton di cor sekeliling patok, Batang baja Gb. 2.1 Patok Tetap 3. As untuk konstruksi berskala besar misalnya bendung dan jembatan, harus diukur (uitset) permanen dengan tanda as dibuat dari pelat kuningan berukuan 100x100x5 mm yang dipasang pada bagian atas balok beton. 4. Patok harus dikelilingi dengan pagar pengaman untuk melindungi dari kerusakan yang tidak disengaja oleh gangguan truk, mesin pemindah tanah manusia dan hewan. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-2

12 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Warna : Biru untuk patok Merah dan Putih untuk pagar Pengaman Gb. 2.2 Pagar Pengaman Patok 5. Patok atau tugu beton yang menandai titik referensi harus sering diperiksa, karena bisa rusak di tempat pekerjaan yang sempit/sesak. Mengganti satu patok adalah mudah, tetapi jika tidak segera dilaksanakan dan menunggu sampai beberapa patok rusak atau hilang, akan menghadapi saat krisis karena sebagian besar titik kontrol telah hilang dan pekerjaan terpaksa harus dihentikan untuk memasang kembali patok tersebut Uitzet sumbu (koordinat) Semua ukuran pekerjaan harus dihubungkan terhadap dua sumbu yaitu sumbu x dan y. Apabila gambar tidak menunjukkan sumbu-sumbu tersebut, maka harus dipilih dengan cara yang logis. As pada pekerjaan jalan, saluran dan bangunan pada umumnya digunakan sebagai sumbu utama dengan sumbu pembantu lainnya apabila diperlukan biasanya tegak lurus terhadap sumbu utama dan dapat juga bersudut runcing. Titik potong dan arah sumbu menjadi dasar untuk pekerjaan dan uitset. Patok-patok dipasang di tempat yang menunjukkan kedua ujung sumbu. Tanda-tanda ini harus dipasang kuat dan selalu dapat dilihat selama masa pelaksanaan. Patok-patok atau jalan dipasang ditempat yang menunjukkan kedua ujung sumbu. Patok-patok penunjuk ini harus ditempatkan diluar batas pekerjaan, sehingga tidak terganggu dan menghindarkan perlunya penempatan ulang Uitset Garis Kisi-kisi (Grid Lines) Untuk konstruksi atau bangunan yang besar, harus dibuat uitset garis kisikisi berdasarkan as yang ditunjukkan dalam gambar. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-3

13 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan uitset kisi-kisi : 1. Pada proyek-proyek besar patok-patok referensi yang terdapat dalam gambar pada umumnya mempunyai koordinat yang telah dikaitkan pada sistem jaringan triangulasi. 2. Apabila tidak ditunjukkan patok-patok yang menandai as pada gambar kontrak, pelaksana lapangan harus membuat kisi-kisi yang diperlukan. 3. Pada proyek-proyek yang kecil, garis tengah suatu jalan, ujung pagar halaman atau bangunan-bangunan atau garis-garis yang berhubungan dengan benda tetap diatas tanah dapat digunakan sebagai as. 4. Untuk proyek besar, sedikitnya harus dibuat 3 buah patok referensi, bila dibutuhkan untuk memenuhi kondisi sebagai as. 5. Patok-patok uitset kisi-kisi harus tahan lama, karena akan selalu dibutuhkan selama masa kontrak pekerjaan. 6. Patok-patok sementara dapat berupa paku pada patok kayu 7. Patok-patok yang sifatnya lebih permanen harus dari paku baja atau pelat dengan tanda yang ditanam dalam beton. 8. Dasar beton harus kokoh dan sebaiknya dasarnya digali dalam tanah dan di cor sampai pada elevasi patok atau permukaan paku. 9. Dibuat pagar pengaman mengelilingi patok untuk mencegah kerusakan 10. Dari patok-patok uitset kisi-kisi tertentu, sudut-sudut dan jarak-jarak dapat diambil terhadap benda-benda yang ada dan diperiksa untuk memastikan kebenaran tempatnya sehubungan dengan tempat pekerjaan. Gb. 2.3 Garis kisi-kisi Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-4

14 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Uitset Untuk Timbunan dan Galian Dalam pelaksanaan uitset timbunan dan galian ada beberapa hal yang harus diperhatikan : 1. Memberi tanda patok pada as untuk tiap interval 20 m. 2. Disebelah luar dari patok tersebut dan tegak lurus pada as, dipancangkan patok lain. 3. Apabila sulit menempatkan patok karena keadaan tanah, patok tersebut ditempatkan lebih dekat pada as sedemikian rupa, lalu dipasang paku pada titik perpotongan talud dan patok tersebut. Kemiringan akhir dari timbunan Paku yang ditancapkan Gb. 2.4 Tanda Kemiringan Akhir Timbunan dengan paku 4. Menggunakan kayu untuk menetapkan profil permukaan untuk timbunan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Profil kayu didirikan setelah bahan timbunan cukup untuk bisa memancang bagian atas patok kayu. Paku dipakukan disisi ketinggian akhir dari timbunan Kayu profil Gb. 2.5 Tanda Kemiringan akhir timbunan dengan kayu 5. Setelah semua patok sisi dipancang, maka patok as dapat dibongkar 6. Patok-patok batas lebar kemudian diikat pada patok petunjuk yang dipasang di luar batas, sehingga tidak terganggu dan untuk menghindarkan keharusan penempatan ulang. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-5

15 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan 7. Dalam hal timbunan yang besar dan pembangunannya akan memakan waktu beberapa tahun, dibuat patok-patok beton dengan jarak tertentu diluar patok-patok batas lebar, sehingga patok-patok dapat dipasang ulang secara teliti pada waktu diperlukan untuk membentuk talud. 8. Cara semacam itu dapat digunakan sama untuk pekerjaan galian, hanya bedanya bahwa patok batas lebar harus dibuat di luar tempat munculnya talud dari tanah. 12 m Patok Gb. 2.6 Patok Batas Timbunan Patok Talud ½ m Gb. 2.7 Patok Batas Galian Uitset Untuk Pemasangan Batu dan Bangunan Cara yang baik sebelum memulai pekerjaan uitset adalah membuat skets uitset terlebih dahulu untuk tiap-tiap konstruksi yang akan dilaksanakan. 1. Detail-detail yang harus dicantumkan pada skets tersebut adalah sebagai berikut : a. As b. Uitset sumbu (koordinat) atau garis kisi-kisi c. Titik referensi d. Elevasi referensi sementara e. Ukuran konstruksi keseluruhan termasuk gailan f. Bentuk dan ukuran berbagai komponen / bagian konstruksi g. Urutan-urutan melakukan uitset 2. Hal-hal yang penting untuk diingat pada waktu menyiapkan skets : a. Skets harus jelas dan sebanding dengan skala b. Skets harus digambar tangan atau dapat digunakan penggaris Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-6

16 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan c. Skets dibuat sebesar mungkin memenuhi lembaran kertas. d. Jika konstruksi luas, skets dapat melebihi satu lembaran kertas, maka sebanyak mungkin titik-titik dipindahkan kedalam lembaran kertas berikutnya untuk meneruskan ukurannya. e. Bagian-bagian yang rumit harus dibuat skets tersendiri dengan skala lebih besar. 3. Persiapan Sebelum Uitset Dimisalkan bahwa as telah lengkap dan elevasi referensi sementara telah dibuat sebelum pemasangan patok-patok dari tiap-tiap bagian bangunan dan garis-garis konstruksinya di pasang pada lokasi pekerjaan. Maka hal yang penting yang harus diperhatikan untuk uitset suatu konstruksi adalah : a. Pada semua titik penting atau referensi, mula-mula sebuah patok harus dipancang dan ditancapkan sebuah paku pada patok tesebut sebagai tanda letak titik yang tepat. b. Tergantung dari besarnya dan sifatnya, konstruksi, posisinya harus tepat dari garis kisi-kisi dan patok-patok. Hubungan dengan as dan lain-lain dapat diperoleh dengan menggunakan : 1) Waterpass 3) Mistar segitiga 2) Teodolit (untuk uitset yang cermat) 4) Pita ukur baja 4. Titik Uitset Tetap Biasanya garis-garis uitset dan patok sering terganggu pada waktu mengerjakan galian dan konstruksi. Maka perlu ada titik yang tetap dibuat agak jauh dari titik aslinya, sehingga tidak terganggu oleh mesinmesin atau para pekerja dan lain-lainnya. Selama pekerjaan berlangsung, uitset dapat diulang berkali-kali dan hal ini dilakukan dengan mengukur dari titik-titik tetap. Titik tetap pada papan acuan konstruksi/bouwplank lazimnya dipasang dengan cara seperti berikut : a. Bouwplank dibuat dari papan kayu mendatar ukuran 10cm x 2cm (panjang sesuai keperluan). Ditopang dengan tiang-tiang tegak (ukuran 5 x 5 cm). b. Bouwplank dipasang 2 sampai 3 m diluar batas konstruksi jika penggalian dilakukan dengan mesin dan 1,0 sampai 1,5 m dari lokasi Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-7

17 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan diluar batas konstruksi jika penggalian oleh tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan agar bouwplank tidak rusak/terganggu. c. Uitset yang penting diberi tanda pada papan horizontal dengan paku atau irisan gergaji d. Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi terkontrol ini ditulis pada papan horizontal tersebut. e. Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan jenis dan ukuran konstruksi pada bouwplank. Gb. 2.8 Papan Acuan Bangunan (bouwplank) 5. Uitset Galian untuk Bangunan Apabila patok uitset telah dipasang dan diperiksa, maka ditarik benang melalui patok-patok untuk menunjukkan garis konstruksi yang penting. Garis-garis as ditandai dengan menaburkan bubuk kapur atau pasir kering pada tali benang, sehingga terbentuk garis-garis lurus pada tanah. Benang dilepas dan penggalian dapat dilaksanakan. Benang dapat dipasang kembali untuk memeriksa penggalian selama pekerjaan berlangsung. Garis sumbu dapat dialihkan lebih rendah dengan bantuan unting-unting atau water pass. Untuk garis konstruksi yang tetap dapat dipasang paku baja sebagai titik tetap dan ditarik tali benang. Kedalaman galian harus di uitset dengan cermat dari elevasi referensi sementara terdekat. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-8

18 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Gb. 2.9 Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Profil Gb Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Papan Acuan (bouwplank) Dua macam teknik yang umum digunakan untuk uitset kedalaman penggalian adalah : a. Papan Bidik Papan bidik digunakan untuk memeriksa pekerjan penggalian, sama seperti pada pekerjaan timbunan. b. Patok-patok Elevasi Patok elevasi pada umumnya dipasang dengan menggunakan alat sipat datar dan diikat pada elevasi referensi sementara yang ditetapkan/disetujui. Patok-patok elevasi dipancang ke tanah atau dipasang pada konstruksinya sendiri untuk menunjukkan elevasi tahapan konstruksi. Ketinggian yang tepat ditunjukkan pada bagian as patok atau pada paku diatas patok tersebut. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-9

19 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Metode yang digunakan untuk mengalihkan elevasi dari patok uitset tergantung dari pada jenis konstruksi dan harus selalu diperiksa kembali dengan alat sipat datar secara cermat. Untuk konstruksi kecil, pekerja yang berpengalaman akan dapat memindahkan elevasi dengan slang plastik dari patok. 6. Ketepatan Uitset Harus diperhatikan benar-benar pada ketepatan uitset atau pembuatan alat-alat bantu tersebut diatas. Suatu kesalahan dalam hal ini akan terlihat pada hasil pekerjaan Uitset untuk Konstruksi Beton Konstruksi beton memerlukan pengawasan yang lebih ketat daripada pekerjaan lain. Pada konstruksi beton diizinkan toleransi minimal atau sama sekali tidak ada toleransi. Dan sangat penting agar ukuran dan elevasi benar-benar tepat. Perbaikan kesalahan pada konstruksi beton mengakibatkan pembengkakan biaya yang tidak sedikit dan akan membuang waktu. 2.3 PENGKLAPINGAN Pengkaplingan tanah adalah membagi luas tanah yang akan dipakai untuk pemukiman, menjadi beberapa petak tanah atau pekarangan. Tentu saja dalam membagi petak-petak tanah ini perlu diperhatikan adanya sarana umum seperti jalan, saluran air, taman dan sebagainya Pengukuran Situasi Sebelum membuat rencana pengkaplingan, daerah yang akan dijadikan tempat pemukiman harus diukur terlebih dahulu untuk mengetahui batasbatasnya, luasnya, topografinya maupun detail lainnya yang diperlukan untuk kemudian digambarkan petanya. 1. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan ada beberapa macam, tergantung luas daerah dan keperluannya. Jika daerahnya kecil cukup menggunakan alat ukur sederhana. Tetapi jika daerahnya cukup luas, harus menggunakan alat ukur optis. Hal ini untuk memudahkan pekerjaan dan hasil yang lebih teliti. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-10

20 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Adapun alat ukur yang biasa dipergunakan adalah : a. Pesawat theodolit dengan kelengkapannya b. Pesawat waterpass atau pesawat penyipat datar (PPD) dengan kelengkapannya c. Pita ukur panjang 30 m, 50 m atau 100 m. d. Rol meter panjang 3 m atau 5 m. 2. Cara Pengukuran Jika daerahnya cukup luas pengukuran yang perlu dikerjakan adalah : a. Kerangka peta yang diukur dengan cara poligon b. Batas-batas tanah atau daerah c. Detail situasi 3. Langkah kerja pengukuran a. Buat sket lapangan yang Jelas b. Tentukan titik ikat pengukuran Po yang diketahui koordinat dan ketinggiannya (jika tidak ada dapat ditentukan sendiri) c. Pasang patok kerangka P1 dan gambar dalam skets lapangan d. Pasang pesawat pada titik Po kemudian pasang kompas theodolit pada pesawat e. Arahkan teropong ke utara magnit, kemudian kunci gerak mendatarnya f. Stel bacaan sudut mendatarnya pada posisi 0 0 0, kemudian kunci piringan bacaan sudut mendatarnya. g. Buka pengunci gerak mendatar teropong dan arahkan teropong ke titik P1 kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai azimut awal di Po lalu ukur jaraknya Po ke P1 h. Pasang patok kerangka P2 dan gambar dalam sket lapangan i. Pasang pesawat pada titik P1, lalu arahkan teropong pada titik Po kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai bacaan ke belakang. j. Putar teropong searah jarum jam ke titik P2 kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai bacaan ke muka lalu ukur jaraknya P1 ke P2. k. Pasang titik-titik detail a, b, c yang diperlukan dan gambar dalam sket lapangan kemudian dengan cara yang sama baca dan catat sudut datarnya lalu ukur jaraknya. l. Ukur sudut datar dan jaraknya pada titik-titik kerangka poligon dan detail lainnya dengan cara yang sama seperti tersebut diatas. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-11

21 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Apabila daerahnya tidak rata, perlu diukur ketinggian titik-titiknya untuk menggambarkan keadaan topografinya. Gb Sket untuk Pengukuran Perhitungan Data Hasil Pengukuran Hasil pengukuran sudut datar dan jarak titik-titik kerangka maupun detail adalah sebagai berikut : Tabel 1 : Hasil Pengukuran Sudut Datar dan Titik-titik kerangka No. TTK Sudut β Jarak D P0 69,354 P ,8 68,154 a ,77 29,964 b ,892 c ,3 40,025 P ,6 86,833 a ,15 19,925 b ,58 9,434 c ,42 36,168 P ,2 61,814 a ,9 29,411 b ,48 17,000 P ,3 64,281 a ,7 23,345 b ,5 18,028 c ,8 24,352 P5 a ,05 17,000 b ,857 Azimut awal αp 0 = ,07 Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-12

22 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Penggambaran Peta Setelah koordinat titik-titik yang diukur didapat kemudian digambarkan peta situasinya dengan langkah kerja penggambaran seperti berikut : 1. Siapkan kertas millimeter 2. Gambarkan sumbu x dan sumbu y dengan skala pada kertas illimeter dengan terlebih dahulu menghitung selisih jarak x maksimum dengan x minimum dan y maksimum dengan y minimum. 3. Gambarkan koordinat titik-titik kerangka poligon, kemudian hubungkan titik-titiknya. 4. Gambarkan koordinat titik-titik detailnya 5. Hubungkan titik-titik batas lokasi pengukuran dengan mencocokkan sket lapangan 6. Gambarkan rencana pengaplingan pada peta situasi. Gb Peta Situasi Stake Out / Pematokan Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan patok-patok di lapangan dengan letak titik-titik yang ada dalam gambar rencana. Sebelum pematokan dilaksanakan perlu dihitung terlebih dahulu berapa besar sudut arahnya (β) dan jarak dari titik-titik patok yang sudah ada di lapangan. Contoh : Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-13

23 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan Misalkan akan memasang patok pada titik A (lihat gambar pada peta situasi) Patok titik Po dan P1 diketahui di lapangan Koordinat titik Po = (100;100) Koordinat titik P1 = (107;169) Koordinat titik A dapat dibaca / dilihat pada peta rencana pengaplingan ; hasilnya A = (119;153). 1. Perhitungan Sudut Arah Po P1 A (β) Sudut jurusan Po-P1 = ,07 Sudut jurusan P1-A dapat dihitung x Tan ( P1 A) y x ( P1 A) Arctan y a A xa xp y yp A xp1 yp1 12 Arc Tan 0, ( P1 A) ' 4,66" Karena terletak pada kwadran II, maka : Sudut jurusan P1-A= ,66 P1 A ' 55,3" Sudut arah PoP1 A (β) = sudut jurusan (P1-A)-sudut Jurusan (Po-P1) = ( , ,7 ) maka ditambah β = , ,2 2. Perhitungan Jarak Jarak P1-A dapat dihitung sebagai berikut : a. Rumus Pitagoras Jarak P1-A = = 2 y = = 18,439 m Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-14

24 Bab 2: Pengukuran dan Pematokan b. Dengan mesin hitung / kalkulator : Jarak P1-A = x INV R-P y 12 INV R-P 14 = = 18,439 m 3. Langkah Kerja Pematokan a. Pasang pesawat theodolit diatas titik P1, kemudian distel b. Putar pesawat searah jarum jam ke titik Po c. Stel sudut datarnya pada bacaan , kemudian kunci piringan sudut mendatarnya d. Buka pengunci gerak mendatar teropong, kemudian putar searah jarum jam sampai mendapatkan bacaan sudut mendatar sebesar ,2 lalu kunci gerak mendatarnya e. Ukur jarak dari P1 kearah bidikan teropong sepanjang 18,439 m, kemudian pasang patoknya (patok titik A) f. Untuk titik-titik yang lain dapat dikerjakan dengan cara yang sama seperti tersebut diatas U ,2 P1 18,439 A Po Gb Langkah Kerja Pematokan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-15

25 Bab 3: Pembukaan Tanah BAB III PEMBUKAAN TANAH 3.1 PEMBUKAAN LAHAN Pembersihan Semak dan Pohon 1. Pembersihan Semak Semak dan belukar ditebang (dibabat) oleh manusia atau oleh bulldozer. Penebangan dengan bulldozer lebih menguntungkan jika semak dan belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang telah ditebang biasanya dibakar. Gambar 3.1. Penumpukan semak dengan menggunakan bulldozer 2. Pembersihan Semak Belukar Lebat Urutan pembersihan semak lebat dengan bulldozer adalah seperti berikut : Bulldozer maju dan membersihkan semak sedikit demi sedikit. Asisten operator berjalan disekitar bulldozer untuk memeriksa apakah ada lubang disamping, kiri dan kanan atau di depan bulldozer lubang dielakkan bulldozer. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-1

26 Bab 3: Pembukaan Tanah Gambar 3.2. Pembersihan semak lebat dengan bulldozer 3. Penebangan Pohon a. Penebangan dengan tenaga manusia Penebangan pohon dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara seperti diperlihatkan pada gambar Gambar 3.3. Penebangan pohon dengan tenaga manusia Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-2

27 Bab 3: Pembukaan Tanah Hal-hal yang dapat terjadi pada waktu menebang pohon, pohon patah sendiri dibeberapa tempat. Gambar 3.4. Pohon patan pada beberapa tempat b. Penebangan dengan bulldozer Untuk penebangan pohin bulldozer karena dilengkapi blade khusus (blade). 4. Pencabutan tunggul dan akar-akarnya Pencabutan tunggul dan akarnya bisa dilakukan dengan backot, shavel dozer atau rantai dengan cara seperti diperlihatkan pada gambar. Gambar 3.5. Pencabutan tunggul dan akarnya dengan backhoe 5. Penyingkiran Batu Besar Batu-batu besar disingkirkan dengan cara dorong oleh bulldozer. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-3

28 Bab 3: Pembukaan Tanah 3.2 PENYIAPAN DAN PERATAAN TANAH Persiapan Perataan Tanah 1. Pengertian Kontur Gambar 3.6 Penyingkiran batu besar dengan bulldozer Pada dasarnya menarik garis kontur adalah menentukan titik-titik pada peta yang mempunyai ketinggian sama. Ketinggian suatu titik diukur dari permukaan laut. 2. Peta Topography Dari hasil pengukuran didapatkan peta topography yaitu peta contour yang menggambarkan tinggi rendahnya permukaan tanah. Pada pekerjaan tanah, peta ini dibutuhkan untuk menduga beberapa besar tanah yang harus dipindahkan dan diurus sehingga didapatkan ketinggian permukaan yang diinginkan. Gambar 3.7 Peta Topography Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-4

29 Bab 3: Pembukaan Tanah 3. Perhitungan Volume Tanah Gali dan Urug a. Volume dari titik-titik pengukuran Gambar 3.8 Volume Penggalian Volume tinggi rata-rata x luas Contoh : Tinggi rata-rata = ( ) : 4 = 4.0 m Grid Station Tinggi di atas 90.0 m Banyak dipakai Hasil A B C D E F G H I Jumlah Tinggi rata-rata penggalian = 360 : 16 m = 22.5 m b. Volume dari kontur Tabel 3.1 Tinggi rata-rata Penggalian Gambar 3.9 Volume Kontur Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-5

30 Bab 3: Pembukaan Tanah Volume tanah antara ketinggian 110 s/d 130 adalah 2h Volume = (A 1 + 4A 2 + A 3) 6 Volume tanah antara ketinggian 130 s/d 150 adalah 2h Volume = (A 3+ 4A 4+ A 5) 6 Volume tanah antara ketinggian 110 s/d 150 adalah 2h Volume = (A 3+ 4A 4+ A 5) 6 2h + (A 3+ 4A 4+ A 5) 6 h = [(A 1+ 4A 5+ 2A 3) 3 + 4(A 2+ 4A 4)] 4. Pematokan Untuk Penggalian Gambar 3.10 Petunjuk ukuran untuk galian memanjang Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-6

31 Bab 3: Pembukaan Tanah Gambar 3.11 Pematokan untuk galian Perataan Tanah dengan Bulldozer 1. Perataan tanah (Permukaan miring) Gambar 3.12 Perataan Tanah (Permukaan miring) Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-7

32 Bab 3: Pembukaan Tanah 2. Perataan Tanah (teras) Gambar 3.13 Perataan Tanah (Teras) 3. Perataan Tanah Bukit Gambar 3.14 Perataan Tanah Bukit 4. Perataan Tanah Miring Gambar 3.15 Perataan Tanah Miring Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-8

33 Bab 3: Pembukaan Tanah 3.3 PEKERJAAN GALIAN Pekerjaan galian tanah pada pekerjaan konstruksi pada umumnya meliputi galian lubang pondasi, parit, saluran, kolam, dan basement gedung bertingkat. Pelaksanaan pekerjaan bisa dilakukan secara manual ataupun masinal. Alat ini tergantung kepada besar/luasnya proyek. Berikut adalah pelaksanaan penggalian secara masinal : Penggalian Parit Dengan Menggunakan Backhoe Gambar 3.16 Penggalian parit denagn back hoe Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-9

34 Bab 3: Pembukaan Tanah Penggalian Saluran Dengan Camshell Gambar 3.17 Penggalian Saluran dengan Camshell Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-10

35 Bab 3: Pembukaan Tanah Penggalian untuk Basement Dengan Back Hoe Gambar 3.18 Penggalian untuk basement gedung bertingkat dengan back hoe Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-11

36 Bab 3: Pembukaan Tanah 3.4 STABILITAS LERENG Tanah Longsor Tanah longsor biasanya terjadi pad lereng-lereng bukit (alam atau buatan) akibat gerusan air terhadap butir tanah. Gambar berikut menunjukan bermacam-macam bidang galian yang mengakibatkan tanah longsor. Gambar 3.19 Bidang gelincir pada lereng Untuk mencegah terjadinya tanah longsor pada lereng perlu dilakukan stabilitas lereng dengan cara : 1. Membuat lereng lebih dasar yaitu mengurangi sudut kemiringan 2. Memperkecil ketinggian lereng 3. Membuat tanah timbunan pada kaki lereng Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-12

37 Bab 3: Pembukaan Tanah 4. Dengan mengurangi tegangan air pori didalam lereng 5. Dengan memasang tiang atau dengan membuat dinding penahan Cara Menstabilkan Lereng Gambar 3.20 Stabilisan lereng dengan membuat tanah timbunan pada kaki lereng Gambar 3.21 Stabilisan lereng dengan mengurangi tegangan air pori Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-13

38 Bab 4: Pekerjaan Pondasi BAB IV PEKERJAAN PONDASI 4.1 UMUM Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pondasi bangunan gedung, pertama kali yang harus dipahami adalah tata letak pondasi yang tertuang dalam gambar teknik atau gambar kerja. Terutama posisi dan jarak atau ukuran tata ruang tidak boleh terjadi kekeliruan dalam membacanya, karena kekeliruan membaca tata letak, ukuran dan jarak akan diikuti kekeliruan/ membuat bowplank/ papan acuan profil pembuat pondasi dan beruntun sampai bias terjadi kekeliruan struktur bangunan diatasnya. Selain tata letak pondasi yang tertuang dalam gambar teknik, perlu di mengerti jenis dan bentuk pondasi yang direncanakan. Adapun jenis-jenis pondasi menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro MSc, dalam bukunya, Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, berdasarkan kedalaman letaknya dibagi menjadi dua yaitu : - Pondasi Dangkal, dan - Pondasi Dalam 4.2 PONDASI DANGKAL Jenis pondasi ini, pada umumnya adalah pondasi yang dasarnya menopang pada tanah dasar tidak terlalu dalam dari permukaan tanah asli dan masih dapat kerjakan dengan alat sederhana oleh tenaga manusia. Berdasarkan bentuk pondasi dangkal dibedakan menjadi empat macam yaitu : a. Pondasi menerus b. Pondasi setempat c. Pondasi gabungan d. Pondasi plat Keterangan : a. Pondasi menerus Pondasi menerus dipasang di bawah seluruh panjang dinding bangunan dengan lebar dasar sama besar. Pondasi ini dipakai kalau kedalaman tanah baik antara 0,80 1,20 dari permukaan tanah asli. Bahan untuk pondasi dapat dipakai pasangan batu kali dengan perekat keras 1 semen : 5 pasir. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-1

39 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Untuk tanah labil atau tanah lembek, pondasi dapat dibuat dari beton bertulang atau kombinasi beton dengan pasangan batu kali. Diatas pondasi menerus harus dipasang balok sloof sebagai perangkai kaki beton. Pada pondasi menerus, seluruh beban bangunan diratakan lebih dahulu sepanjang balok sloof, baru kemudian dilimpah ke pondasi di bawahnya secara merata. b. Pondasi setempat Bila kedalaman tanah baik lebih dari 1,20 m dari permukaan tanah asli akan sangat mahal bila menggunakan pondasi menerus, karena tanah yang baru digali dengan volumenya sangat banyak dan kebutuhan bahan pasangan menjadi bertambah. Untuk lebih menghemat biaya pondasi dapat dipakai pondasi setempat. Pondasi setempat dipasang di bawah kolom-kolom utama pendukung bangunan. Seluruh beban bangunan dilimpahkan ke kolom-kolom utama dan diteruskan ke pondasi dibawahnya, jadi meneruskan ke pondasi setempat. Pondasi setempat mempunyai kedalaman 1,50 m 4,00 m. Tanah yang digali dalam hanya dibawah kolom-kolom portal pendukung utama bangunan, sedang di bawah balok sloof cukup digali sampai kedalaman 0,60 m 0,80 m. 1. Pondasi Bentuk dinding (Wall Footing) Pondasi telapak merupakan pondasi yang umum dan biasanya beban yang diterima relatif kecil. Panjang dinding bawah 2x yang di atas dan alasanya terbuat dari beton slab (concrete slab) atau campuran lainnya : Gambar 4.1 Pondasi bentuk dinding (Wall Footing) Kelemahan dari pondasi bentuk dinding (wall footing) ialah kemungkinan pecah pada kedua ujung bagian bawah karena reaksi-reaksi yang terjadi, oleh karena itu bentuk ini jarang dipakai untuk bangunan-bangunan besar. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-2

40 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Gambar 4.2 Pengaruh reaksi tanah pada alas pondasi Gambar 4.3 Macam pondasi bentuk dinding (wall footing) A = Bentuk umur B = Modifikasi dari bentuk A C = Bentuk untuk tanah liat (clay) yang sangat lunal Gambar 4.4 Penulangan pondasi bentuk dinding (wall footing) Gambar 4.5 Pondasi bentuk dinding dengan peletakan yang lebar Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-3

41 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Gambar 4.6 Pondasi bentuk dinding dengan peletakan yang lebar sekali 2. Pondasi setempat (Isolated footing) Pondasi setempat dipakai apabila kolom dpasang diatasnya, kakinya bisa berbentuk slab atau bertingkat (stepped) atau salah satunya membentuk sudut (slope). Beban yang diterima pondasi jenis ini bisa lebih besar. Gambar 4.7 Pondasi umum pondasi setempat 3. Pondasi Kombinasi (Conbined footing) Pondasi kombinasi biasanya dipakai apabila ada 2 atau 3 kolom yang akan dipasang sekaligus. Bentuk dari kaki disesuaikan dengan peletakan beban di atasnya sehingga keseimbangan akan lebih tercapai. Gambar 4.8 Pondasi Kombinasi. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-4

42 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 4. Pondasi Kontilever (Contilever footing) Pondasi kontilever mempunya kaki eksentris untuk kolom luar dan kaki konsentris untuk kolom dalam dan dihubungkan dengan sebuah sloof atau batang kontilever. Pondasi jenis ini dipakai apabila tidak dimungkinkan untuk membuat pondasi tepat di bawah kolom karena ruangan atau hal-hal lain. (Pembebanan yang eksentris). Beban dari kolom luar diimbangi oleh beban kolom dalam. Gambar 4.9 Pondasi Kantilever 5. Pondasi Menerus Beberapa kolom dipasang sebaris pada slab. Pondasi ini sangat baik untuk menahan goncangan gempa, kadang-kadang dipakai balik tambahan diantara colomm untuk menambah kestabilan. Gambar 4.10 Pondasi Menerus. 6. Pondasi Busur terbalik Digunakan untuk pondasi jembatan, resevoar tangki-tangki dan lain-lain, terutama untuk tanah-tanah yang lunak dengan kedalaman pondasi yang rendah. Gambar 4.11 Pondasi busur terbalik. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-5

43 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 7. Pondasi Grill (Grillage Foundation) Pondasi jenis ini dipakai untuk memindahkan beban struktur yang besar dengan daya dukung yang kecil (low bearing capasity) Gambar 4.12 Pondasi Grill 8. Pondasi Melebar (Ralf Foundation ) Pondasi melebar menggunakan kaki dengan slab yang menerus dan dipakai apabila daya dukung tanah kecil. Dalam keadaan terpasang kakinya sangat besar sehingga ruangan yang tersedia harus di perhitungkan. Gambar 4.13 Pondasi Melebar Pondasi jenis ini gunakan antara lain untuk : a. Memberikan pembesaran daerah kerja dari pondasi terutama untuk daya dukung tanah yang rendah b. Untuk menahan effek dari cara angkat hidrostatis Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-6

44 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 9. Pondasi Tangga (Stepped Foundation) Pondasi jenis ini dipergunakan apabila tanahnya tidak rata. Bagian yang saling tindih (overlab) antara 2 lapisan kira-kira sama dengan tinggi slab. Gambar 4.14 Pondasi Tangga 4.3 PONDASI DALAM Pondasi dalam biasanya mempunyai kedalaman lebih dari 6.00 m dari permukaan tanah asli. Dapat dibuat dua cara yaitu : 1. Pondasi tiang pancang 2. Pondasi sumuran Pondasi Tiang Pancang A. Pengertian, Klasifikasi dan Bahan Tiang Pancang 1. Pengertian Tiang pancang (piles) adalah elemen yang di tancapkan ke dalam tanah secara tegak lurus atau menyudut untuk memindahkan beban ke tanah 2. Klasifikasi Tiang pancang (piles) bisa diklasifikasikan menjadi dua golongan : a. Tiang yang tidak diperuntukkan menhanan beban (non-load bearing piles), terdiri dari tiang-tiang baja tipis (steel sheet piles) tiang-tiang beton tipis (concrete sheet piles), tiang kayu lapis (timber sheet piles). b. Tiang yang diperuntukkan menahan beban baik tiang yang bersifat memikul beban secara langsung (bearing poles) maupun memikulkan beban melalui pengesekan dengan dengan tanah (friction piles). Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-7

45 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Tiang jenis ini bisa dalam bentuk : 1) Tiang besi cor (cast iron piles) 2) Tiang komposit (composite piles) 3) Tiang pasir (sand piles) 4) Tiang kayu (Timber piles) 5) Tiang besi (steel piles) 6) Tiang besi tempa (wrought iron piles) 7) Tiang beton (comment concrete piles) Yang dikelompokkan menjadi : a) Tiang beton cor di pabrik (pre cast piles) b) Tiang beton cor di tempat (cast in site piles) Tiang beton cor di tempat (cast in site piles) terdiri dari tiang yang dicor tanpa menggunakan pipa (dinding) penahan (casing piles) seperti : - Simplex piles - Frankie piles - Pedestal piles - Pressure piles - Vibro piles - Under ream piles Tiang yang dicor dengan menggunakan pipa dinding penahan dikenal dengan istilah-istilah : - Raymond piles - Monotube piles - Mac arthur piles - Button-button piles - Cobipbeumatic mandral piles - BSP base driven piles - Swage piles 3. Bahan Tiang Pancang (piles) Sesuai dengan jenisnya, bahan tiang pancang terdiri dari : a. Besi Cor (Cast Iron) b. Beton (Cement Concrete) c. Tanah d. Baja Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-8

46 Bab 4: Pekerjaan Pondasi e. Besi kasar (Wrought Iron) f. Campuran 4. Macam-macam ujung Batang Pancang Pemilihan ujung batang oancang tergantung pada macam tanah dan kondisi bangunan. Gambar 4.15 Bentuk ujung tiang pancang pada umumnya Gambar 4.16 Ujung batang pancang besi (metal) Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-9

47 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Ujung jenis ini mengakibatkan akan bergeser pada arah tertentu akibat bentuk kaki yang tidak sentris. B. Bentuk dan Cara mengerjakan 1. Pondasi tiang strauss Gambar 4.17 Tahap pengerjaan pondasi tiang staruss Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-10

48 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 2. Tiang Pondasi Sekrup dari Besi Cor Gambar 4.18 Bentuk tiang pondasi sekerup Diameter dalam cm dan tebal dinding = mm. panjang pipa + 4 meter. Untuk menanamnya tidak dipergunakan palu karena bahan ini (besi cor) getas (brittle). Menanamkannya ke dalam tanah adalah dengan cara memutar (menyekrupkan). 3. Tiang Pondasi Simplex : Gambar 4.19 Bentuk tiang pondasi simplex Pipa baja ditanam ke dalam tanah dengan membuat mata pada ujung pipa, setelah itu campuran beton dituangkan ke dalam pipa. Setelah beton mengeras cetakan diangkat. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-11

49 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 4. Tiang Pondasi Frankie Gambar 4.20 Bentuk tiang pondasi Frankie Kekurangan : a. Pemacangan pipa (tiang) b. Pengecoran beton dalam pipa c. Pemadatan beton dalam pipa dan pengangkatan pipa d. Tiang pondasi yang sudah mati Diameter dan Beban Nominal shaft Diameter Nominal Working load (mm) (m) (kn) (tons) Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-12

50 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 5. Tiang Pondasi Terpadat (Pedestal piles) Tiang pondasi yang didapatkan dari pemadatan beton adalah inti. Gambar 4.21 Bentuk tiang pondasi terpadat (Pedestal piles) 6. Tiang Pondasi tekan (Pressure Piles) Pemadatan dilakukan dengan mempergunakan tekanan udara, cetakan (casting) pada akhir proses diangkat kembali. Gambar 4.22 Bentuk tiang pondasi tekan (Pressure Piles) Gambar 4.23 Tahap pengerjaan tiang pondasi tekan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-13

51 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Keterangan : Pelubangan dilakukan dengan boring, dan mempergunakan tekanan udara pada pemadatan campuran semen dan batuan 7. Tiang Pondasi Goyang (Swage Piles) Gambar 4.24 Tahap pengerjaan pondasi goyang 8. Tiang Pondasi Pasir (Sand Piles) Pondasi termasuk kedalam tiang pondasi beton pra-cor, yang menggunakan sistem penulangan sehingga beban yang diterimanya bisa lebih besar. Batu-batuan dan semen dipadatkan dengan mempergunakan penggetar (vibrator) Gambar 4.25 Bentuk tiang pondasi pasir Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-14

52 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 9. Tiang Pondasi Getar (Vibro Piles) Gambar 4.26 Tahap pembuatan tiang pondasi getar Keterangan : a. Pemancangan pipa untuk mengecor beton menjadi tiang b. Penuangan beton dalam pipa tiang c. Pencabutan pipa dengan penggetar Diameter dan Beban Tiang Pondasi Getar Nominal shaft Diameter Nominal maximum working load (mm) (m) (kn) (tons) Tiang Pondasi Underream Pondasi jenis ini utamanya dibuat untuk mencegah pergerakan lateral tanah yang dapat menyebabkan bangunan ambruk, biasanya dipakai untuk pondasi-pondasi menara, tiang-tiang transmisi listrik, dan bangunan yang tinggi lainnya, dan juga biasanya dipakai untuk tanah-tanah yang mengandung air yang tinggi (sandy or Clayey soils). Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-15

53 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Gambar 4.27 Bentuk Pondasi Underream 11. Tiang Pondasi Mac Arthur Gambar 4.28 Tahap pembuatan tiang pondasi Mac Arthur Cetakan dari baja dimasukkan ke tanah dengan inti didalamnya lalu inti tersebut di tarik dan dipasang cangkang bergelombang (corrugated shell), shell tersebut diisi dengan beton, sehingga dihasilkan seperti gambar diatas. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-16

54 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 12. Tiang Pondasi Bentuk Kancing (Button Botton Pile) Gambar 4.29 Tahap pembuatan tiang pondasi bentuk kancing Bentuk yang agak membesar pada ujung diperlukan untuk mendapatkan lubang yang agak besar apabila ditanam proses pemasukkan semen dan batuan hampir sama dengan Mac Arthur Pile. 13. Composite Pondasi Composit menggunakan macam-macam material. Biasanya digunakan kombinasi antara batu dan kayu, karena memiliki keuntungan antara lain : a. Murah b. Mudah membuatnya Gambar 4.30 Bentuk pondasi Composite 14. Tiang Pondasi Beton Tipis (Concrete Sheet Piles) Penampang segiempat selalu dipakai untuk bulkhead, dinding pemisah dinding atas, dinding pemisah, yang terlihat pada gambar adalah penyambungan antara satu tiang pondasi dengan tiang pondasi lainnya Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-17

55 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Gambar 4.31 Sambungan tiang pondasi besar tipis 15. Tiang Pondasi Kayu Tipis (Timber Sheet Piles) Tiang pondasi jenis ini sangat berguna untuk pekerjaan-pekerjaan sementara (temporary work) seperti untuk menumpu dan lain-lain, metode-metode penyambungan diperlukan apabila tiang agak panjang dan pemakaian metode penyambungan ini ditentukan oleh kondisi dan situasi pekerjaan. Gambar 4.32 Sambungan tiang pondasi kayu tipis Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-18

56 Bab 4: Pekerjaan Pondasi 16. Gaya Friksi Negative Gambar 4.33 Gaya Friksi Daya dukung tanah bisa turun karena periode waktu yang lama, arah gaya friksi negatif adalah ke bawah dan gaya ini tidak boleh terjadi karena bisa menyebabkan rusaknya suatu bangunan, 17. Caissons Biasanya pondasi Caissons dibuat untuk bangunan air dengan beban yang tidak terlalu besar. Kegunaan pondasi ini adalah : a. Untuk menahan gaya-gaya yang permanen seperti struktur pada bagian atas angin, gempa dan lain-lain b. Menahan gaya-gaya luar seperti tekanan air pada waktu mengapung Gambar 4.34 Bentuk pondasi Caissons Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-19

57 Bab 4: Pekerjaan Pondasi C. Konstruksi Sambungan Balok, kolom dengan Pondasi Tiang Pancang Gambar 4.35 Konstruksi Balok dukung ini diatas pondasi tiang pancang Gambar 4.36 Konstruksi sambungan kolom dengan tiang pondasi Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-20

58 Bab 4: Pekerjaan Pondasi Gambar 4.37 Konstruksi pondasi di atas tiang pondasi Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-21

59 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah BAB V PEKERJAAN STRUKTUR, CETAKAN DAN PERANCAH 5.1 STRUKTUR DAN PEMBEBANANNYA 1. Pengertian pekerjaan struktur Pekerjaan struktur pada bangunan adalah pekerjaan rangka bangunan yang mendapat atau memikul beban berada di atas pekerjaan pondasi dengan bentuk komponen berupa kolom, balok, joint balok dan kolom, lantai plat beton, kerangka atap serta tangga. Struktur bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana (bertingkat rendah) umumnya berupa Struktur Rangka Portal yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat. Gb. 5.1 Struktur Rangka Beton Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-1

60 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapoi lantai, agar pada satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Gb. 5.2 Perubahan Dimensi Kolom Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari palat-lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan Momen, Gaya Vertikal dan Gaya Horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, dibagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebal. Gb. 5.3 Penebalan balok pada pertemuan dengan kolom Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap beban-beban sebagai berikut: Beban-Mati, dinyatakan dengan lambang : M Beban-Hidup, dinyatakan dengan lambang : H Beban-Angin, dinyatakan dengan lambang : A Beban-Gempa, dinyatakan dengan lambang : G Beban-Khusus, dinyatakan dengan lambang : K Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-2

61 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 2. Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap : M + H Pembebanan Sementara : (M + H) + A atau : (M + H) + G Pembebanan Khusus : (M + H) + K atau : (M + H) + A + K atau : (M + H) + G + K dipilih pengaruh mana yang lebih besar Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu konstruksi bangunan dipakai pembebanan tetap yang terberat. Setelah diperoleh ukuran dari konstruksi portalnya berdasarkan tegangan ijin bahan (σ b), langkah-langkah selanjutnya adalah mengadakan hitungan kontrol terhadap beban sementara atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan konstruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata konstruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbesar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mendukung beban tetap, beban sementara dan beban khusus. 3. Pengertian Beban a. Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya. b. Beban-hidup adalah berat beban dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada atap, beban-hidup termasuk air hujan yang tergenang. c. Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). d. Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik. e. Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih, suhu, penurunan pondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-3

62 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat menahan gaya desak, sedang tulang baja mampu menahan gaya tarik, jadi bahan beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang. 5.2 JENIS PEKERJAAN STRUKTUR Pekerjaan Struktur dibedakan menurut jenis bahan-bahan yang digunakan untuk membuat struktur portal bangunan bertingkat antara lain: 1. Pekerjaan Struktur Baja Pekerjaan Struktur Baja yaitu dimana komponen-komponennya yang terdiri dari kolom, balok, lantai dan tangga semuanya dari bahan baja dan dibuat secara fabrikasi. Dimana untuk pekerjaan bangunan bertingkat di Indonesia saat ini belum pernah dilaksanakan mengingat biaya pembangunannya mahal, peralatan berat yang digunakan cukup banyak dan sistem pelaksanaan pekerjaan memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dengan tenaga kerja yang ahli di bidang pekerjaan baja. 2. Pekerjaan Struktur komposit Pekerjaan Struktur Komposit dimana komponen kolom, balok dan tangga memakai bahan baja sedang lantainya memakai bahan beton bertulang. Di Indonesia pekerjaan bangunan bertingkat rendah/ sederhana dengan sistem ini belum dapat dilaksanakan mengingat biayanya cukup mahal, peralatan yang dipakai cukup banyak dan sistem pelaksanaan pekerjaan memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi terutama pada sambungan-sambungan (joint). 3. Pekerjaan struktur Beton Pekerjaan Struktur Beton yaitu dimana komponen-komponennya yang terdiri kolom, balok, lantai, tangga semuanya dibuat dari bahan beton bertulang dan dicetak di tempat serta merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem struktur yang seimbang (stabil). Keuntungan Struktur Beton dalam pembuatan bangunan bertingkat antara lain: a. Bahan relatif murah dibanding baja dan precast b. Pengerjaannya mudah c. Bisa dibentuk sesuau dengan desain d. Teknik konstruksi secara konvensional Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-4

63 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 5.3 PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN Pelaksanaan Pekerjaan Beton 1. Bahan-bahan beton a. Semen Semen merupakan bahan yang terpenting untuk membuat beton. Semen merupakan bahan yang dapat menjadi keras bila diberi air. Dengan demikian maka semen menjadi bahan yang mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil menjadi satu kelompok. Semen yang akan digunakan sebagai bahan pembuat beton bertulang disyaratkan memenuhi ketentuan yang tercantum dalam NI-8. b. Pasir Pasil merupakan agregat halus sebagai bahan tambahan untuk pembuatan beton. Penggunaan pasir untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Pasir harus mempunyai tekanan hancur yang lebih besar daripada tekanan hancur semen yang telah menjadi keras. 2. Tidak mengandung Lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap berat kering. 3. Tidak mengandung bahan-bahan organis. 4. Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 mm 5 mm dan memenuhi analisa saringan (P.B.I. 1971). c. Kerikil dan Batu Pecah Kerikil dan batu pecah meruapakan agregat kasar sebagai bahan tambahan untuk pembuat beton. Penggunaan kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dengan besar butir lebih dari 5 mm. 2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering. 3. Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zatzat yang reaktif alkali. 4. Besar butir beraneka ragam dan memenuhi analisa saringan (PBI 1971). Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-5

64 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah d. Air Air yang digunakan adalah air bersih yang tidak mengandung minyak, kotoran organis, atau/dan bahan-bahan lain yang merusak beton/atau baja. 2. Campuran Beton a. Perbandingan Campuran Beton Untuk konstruksi digunakan bermacam-macam campuran beton dengan bermacam-macam perbandingan adukan. Sifat beton yang dihasilkan harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan; misalnya untuk bangunan tempat air, maka harus dipilih adukan yang memberi jaminan bahwa dinding tidak bocor. Beberapa contoh adukan untuk pekerjaan struktur dengan angka perbandingan antara semen: pasir : kerikil seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.1: Perbandingan campuran beton No. Perbandingan Air Semen W Slump (cm) Angka Meleleh Konsistensi dilihat dengan mata Kg. Semen per m 3 Tekanan hancur Kg/cm 3 Cocok untuk pekerjaan macam I. II. III Beton Kental Beton Encer Konstruksi beton tulang dengan besi renggang IV. V. VI Beton Cair Bertulang dengan besi biasa dan kolom VII. VIII IX Beton Amat Cair Untuk dinding beton yang tipis tidak dapat dipakai untuk konstruksi b. Kekentalan Adukan Beton Kekentalan (Konsistensi) adukan beton dipenuhi oleh banyak air. Konsistensi ini penting untuk mengerjakan beton, dan atas dasar ini beton dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam : 1. Beton-kering, mengandung 9% air per m 3 campuran kering semen-pasir-kerikil. 2. Beton agak encer, mengandung 11% air per m 3 semenpasir-kerikil. 3. Beton encer, mengandung hingga 14% per m 3 campuran kering semen-pasir-kerikil. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-6

65 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Banyaknya air adukan mempengaruhi kualitas beton. Tekanan hancur beton tergantung pada angka perbandingan air semen (water-cement factor) WFC. WFC Banyaknyaair( kg) Banyaknyasemen( kg) WFC = Water Cemen Factor Tabel di bawah ini memberikan angka-angka tentang jumlah semen minimum dan nilai faktor semen maksimum. Tabel 5.2: Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum Beton di dalam ruang bangunan : a. Keadaan keliling non korosif b. Keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensor uap-uap langsung Beton di luar ruang bangunan : a. Tidak terlindung dari hujan b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung Beton yang masuk ke dalam tanah : a. Mengalami keadaan basah b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air tanah Beton yang kontinu berhubungan dengan air a. Air tawar b. Air laut Jumlah semen Minimum per m 3 beton (kg) Nilai faktor air semen maksimum 0,60 0,52 0,60 0,60 0,55 0,52 0,57 0,52 c. Mutu pelaksanan dan kekuatan tekan beton karekteristik 1. Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyau sifat kekuatan tekan yang khas, yaitu apabila diperiksa dengan sejumlah benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari nilai-nilai hasil pemeriksan tersebut, jadi ukuran dari mutu pelaksanaanya, adalah deviasi standar. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-7

66 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Berbagai-bagai mutu pelaksanaan pada berbagai-bagai isi pekerjaan dicantumkan dalam tabel di bawah ini ( PB I 1971). Tabel 5.3: Mutu Pelaksanaan Diukur dengan Deviasi Standar Isi Pekerjaan Divisi Standar s (kg/cm 2 ) Sebutan Jumlah Beton Baik Sekali Baik Dapat (m 3 ) Diterima Kecil Sedang Besar < > < s < < s < < s < < s < < s < < s < < s < < s < < s < Dengan menganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan benda uji menyebar normal (mengikuti lingkungan dari gause), maka kekuatan tekan beton karakteristik σ 1 bm dengan 5% kemungkinan adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat-syarat dalam pasal 4.1. ayat 1 (PB I 1971), ditentukan oleh rumus : σ 1 bk = σ 1 bm 1,64.S Dimana σ 1 bk = kekuatan tekan beton karakteristik (kg/cm 2 ) σ 1 bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm 2 ) S = deviasi standar 3. Kemuatan beton dinyatakan dengan kekuatan tekan karakteristik σ 1 bk. Yang dimaksud dengan kekuatan tekan karekateristik ialah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Kekuatan tekan beton tersebut di atas diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang berisi 15 cm pada umur 28 hari. Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai umur terhadap beton yang berumur 28 hari, dapat diambil menurut tabel Beton untuk konstruksi beton bertulang dibagi dalam mutu dan kelas seperti tercantum dalam tabel di bawah ini. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-8

67 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Kelas Mutu Tabel 5.4 : Kelas dan Mutu Beton σbk (kg/cm 2 ) σbm dg.s = 46 (kg/cm 2 ) Tujuan Pengawas terhadap Mutu agregat kekuatan tekan Ringan Tanpa Non Ringan Tanpa I B0 strukturil B1 Strukturil Sedang Tanpa K Strukturil Ketat Kontinu II K Strukturil Ketat Kontinu K Strukturil Ketat Kontinu III K>225>225 > 300 Strukturil Ketat Kontinu 3. Pemeriksaan Mutu Beton a. Pengujian Kekuatan Adukan Beton Kekuatan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump. Adukan beton untuk keperluan pengujian slump ini harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan ember atau alat lain yang tidak menyerap air. Gb. 5.4 Kerucut Abrams 1. Cara pengujian Alat yang dipakai adalah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm, diletakkan di atas bidang alat yang rata yang tidak menyerap air misalnya : plat seng kerucut ini diisikan dalam tiga lapis yang kira-kira sama tebalnya dan setiap lapis ditusuk-tusuk 10 kali dengan tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung yang dibulatkan setelah bidang atasnya disipat rata, dibiarkan selama ½ menit. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-9

68 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Segera setelah itu penurunan puncak kerucut terhadap tingginya semula diukur. Hasil pengukuran ini dibuat slump dan merupakan ukuran dari kekentalan adukan beton tersebut. Senantiasa encer adukan beton, maka nilai slumpun bertambah besar. 2. Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu kental atau terlalu encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai-nilai slump yang terletak dalam batas-batas yang ditunjukkan dalam table di bawah ini. Tabel 5.5 : Nilai-nilai slump untuk berbagai-bagai Pekerjaan Beton URAIAN - Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang - Pondasi telapak bertulang, kaison dan konstruksi di bawah tanah - Pelat, balok, kolom dan dinding - Pengerasan jalan - Pembetonan masal SLUMP (cm) Maksimum Minimum 12,5 9,0 15,0 7,5 7,5 5,0 2,5 7,5 5,0 2,5 b. Pengujian Kekuatan Tekan Beton Cara pengujian dengan memakai alat test tekan kubus beton. Tabel 5.6 : Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai Umur Umur Beton Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,83 0,95 1 1,20 1,35 Semen Portland dengan kekuatan awal yang tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1 1,15 1,20 4. Perubahan-perubahan Bentuk dalam Beton Beton yang diberikan tekanan dalam waktu pendek akan mengalami perpendekan Mattis. Beton muda yang baru beberapa hari di cor, akan mengalami perpendekan, dikarenakan proses pengerasan, dimana beton mengeluarkan panas dan kelebihan air menguap, sehingga sel massa yang mengelilingi batu-batu koral akan mengerut dan beton akan menjadi pendek. Perpendekan ini disebut penyusutan. Kalau tekanan dalam beton berlangsung lama, maka beton akan mengalami perpendekan plastis (crup). Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-10

69 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah a. Penyusutan Beton (shrinkage) Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan beton adalah : 1. Faktor air semen (W.C.F) 2. Banyaknya semen tiap 1 m 3 beton 3. Nilai mortel : NO Beratbutir( 0 7mm) Beratbutirseluruhnya 4. Ukuran-ukuran dari konstruksi 5. Kelembaban udara b. Perpendekan Plastis Beton (crup) Apabila beton ditekan untuk waktu yang lama, maka disamping perubahan bentuk plastis terjadi pula perpendekan plastis (crup) yang berlangsung sampai bertahun-tahun. 5. Pengerjaan Beton a. Pengadukan 1. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk, kecuali untuk beton mutu B Mesin pengaduk untuk membuat kelas III harus terlebih dahulu oleh pengawas ahli sebelum dipakai. 3. Selama pengadukan kekentalan beton harus dikontrol besarnya slump untuk mengetahui jumlah air pencampur yang telah diberikan. 4. Waktu pengadukan tergantung pada : a. Kapasitas drum pengaduk b. Banyaknya adukan c. Jenis dan susunan butir agregat yang dipakai d. Slump dari beton bersangkutan. Waktu minimum yang harus diperhatikan adalah paling sedikit 1,5 menit setelah semua bahan masuk ke drum pengaduk. 5. Pengadukan yang baik akan menghasilkan adukan yang mempunyai susunan dan warna yang merata. 6. Setiap kegagalan pengadukan (misalnya terlalu encer, ada bahan-bahan asing) akan berakibat beton tidak dapat dipakai. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-11

70 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah b. Pengecoran dan Pemadatan 1. Persiapan sebelum mengecor a. Bersihkan semua peralatan pengaduk dan pengangkut b. Bersihkan ruang-ruang yang akan di cor c. Basahi cetakan-cetakan dan pasangan-pasangan yang akan berhubungan dengan beton sampai jenuh. d. Bidang-bidang beton lama yang akan dibersihkan, selanjutnya berikan air sampai jenuh. e. Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi beton, kecuali hal ini tidak perlu dilakukan. 2. Beberapa aturan yang harus diperhatikan a. Beton harus di cor sedekat-dekatnya ke tujuan yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam cetakan. b. Sejak pengecoran dimulai harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan c. Pemadatan dilakukan selama pengecoran d. Pemadatan dapat dilakukan dengan : - Menumbuk-numbuk - Dianjurkan untuk memakai alat-alat pemadat mekanis (alat penggetar) - Untuk beton kelas III pemakaian alat penggetar adalah wajib e. Dalam hal menggunakan alat penggetar, maka slump dari beton harus diperhatikan. Pada umumnya tidak boleh digunakan slump yang lebih dari 12,5 cm. f. Dalam hal pemadatan dengan alat-alat penggetar harus memperhatikan hal-hal berikut : Jarum penggetar masuk ke dalam adukan harus vertikal, tetapi dalam keadaan khusus boleh miring sampai 45 0 C. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digetarkan ke arah horizontal (menyababkan pemisahan bahan-bahan). Harus dijaga agar jarum tidak mengenai : - cetakan - tulangan - beton yang telah mengeras Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-12

71 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Lapisan yang digetarkan tidak boleh melebihi tebal panjang jarum dan umumnya tidak boleh lebih dari 30 s/d 50 cm. Untuk itu pengecoran beton untuk konstruksi yang tebal harus dilakukan lapis demi lapis sehingga dapat pemadatan yang merata. penarikan jarum penggetar dapat dilakukan setelah adukan mulai nampak mengkilap di sekitar jarum (setelah 30 detik). Penarikan jarum penggetar tidak boleh dilakukan terlalu cepat. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih, sehingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi. c. Siar Pelaksanaan 1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan konstruksi. Penempatan siar pelaksanaan harus disetujui oleh pengawas ahli. 2. Antara pengecoran balok atau pelat dengan pengakhiran pengecoran kolom harus ada waktu yang cukup (untuk memberikan kesempatan kepada beton dari kolom mengeras). 3. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai atau harus di cor secara menolit dengan itu. 4. Peletakan siar pelaksanaan pada pelat dan balok kira-kira di tengah-tengah bentang. Apabila ditengah balok tentang terdapat pertemuan atau persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 (dua) kali lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu. Gb. 5.5 Siar pelaksanaan pada pengecoran pelat diatas 2 tumpuan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-13

72 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Perhatikan : Pemberhentian pengecoran harus sejajar tulang pokok Gb. 5.6 Siar pelaksanaan pada pengecoran pelat yang terdiri dari beberapa petak Perhatikan : tempat pemberhentian : - Berjarak (1/5 1/7 x panjang bentang) - Membuat sudut Gb. 5.7 Siar pelaksanaan pengecoran balok Perhatikan jarak pemberhentian Pengecoran (1/5 1/7 x panjang bentang) 5.8 Siar pelaksanaan pada pengecoran kolom Perhatikan tempat-tempat pemberhentian. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-14

73 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb. 5.9 Pengecoran pada bidang yang menaik Gb Penuangan beton Dinding penahan (tidak boleh lebih tinggi dari 1,5 m) Sudut tanjakan (tidaklebih dari ). d. Perawatan Beton 1. Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus, antara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah. Pada pelat-pelat atap pembasahan terus menerus ini harus dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air. Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak boleh diganggu. Sangat dilarang untuk mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat. 2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai cara-cara ini harus disetujui terlebih dahulu oleh pengawas ahli. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-15

74 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan 1. Macam baja tulangan Gb Batang Baja Polos Gb Batang baja yang diprofilkan Gb Batang yang dipilin Gb Batang yang dipilin 2 (dua) kali Gb Baja silang dan baja TOR Gb Baja Johnson Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-16

75 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 2. Pemotongan dan pembengkokan baja tulangan a. Peralatan yang untuk memotong digunakan biasanya berupa : - gunting potong, - gunting parallel, - mesin potong dan - gergaji b. Persyaratan ukuran kait dan bengkokan Gb Kait penuh Gb Kait penuh Perhatikan perbedaan diameter batang D = Diameter batang polos dp = Diameter batang yang diprofilkan Gb Kait siku (90 0 ) Perhatikan ukuran-ukurannya. Kait siku hanya untuk pelat. Gb Kait miring Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-17

76 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Perhatikan perbedaan diameter batang D = Diameter batang polos Dp = Diameter batang yang diprofilkan Gb Kait miring pada sengkang Perhatikan ketetapan penekukan untuk memperoleh tulangan yang kokoh (rigid). Gb Pembengkokan tulangan Ketelitian bentuk sangat penting. Perhatikan perbedaan diameter d dan dp. Bila bahan kait adalah baja dengan titik Yield yang tinggi (high yield point) dan baja dengan proses pengerjaan dingin (cold-worked), maka ukuran-ukuran dasar hendaknya diambil sebagai berikut : E < 6 D, H < 11 D, B < 5,5 D dan radius tidak boleh < 3D. 3. Sambungan tulangan a. Sambungan tulangan harus dilaksanakan menurut gambar-gambar rencana dan atau uraian atau seperti yang disetujui oleh pengawas ahli. Sambungan tulangan hanya dapat dilaksanakan sebagai Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-18

77 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah sambungan lewatan menurut 8.12, 8.13, 8.14 atau sebagai sambungan las menurut pasal 8.15 (PBI 1971). b. Sambungan lewatan tidak boleh dipakai pada batang tulangan dengan diameter (diameter pengenal) lebih dari 30 mm. c. Batang-batang tulangan yang disambung dengan sambungan lewatan, dimana batang-batangnya tidak saling bersentuhan, tidak boleh mempunyai jarak antarapkp lebih dari seperlima panjang lewat yang diperlukan atau 15 cm. d. Pada sambungan lewatan, jarak bersih antara pasangan-pasangan batang yang disambung harus memenuhi pasal 8.16 (PBI 1971). e. Penyambungan batang tulangan sedapat mungkin harus berselangselang juga penempatan sambungan ditempat-tempat dengan tegangan maksimum sedapat mungkin harus dihindarkan. 4. Letak pembesian a. Pemasangan tulangan pada balok lantai Gb Pembebanan pada Balok Lantai Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-19

78 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah b. Pemasangan dan Peletakkan Balok Latei Gb Balok Latei diatas Pintu Gb Penulangan balok Latei Dibuat untuk diletakkan diatas pintu dengan lebar + 2 m terutama apabila tembok diatasnya cukup tinggi. Gb Tulangan dengan sengkang spiral Tulangan dengan penyetabil sengkang spiral juga dipergunakan untuk menahan momen puntir pada beton. Gb Tulangan dengan Balok Prismatic Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-20

79 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Tulangan untuk balok prismatik dipergunakan untuk latei luiffal yang menjorok keluar agar dimensi luiffal tidak terlalu besar. Gb Peletakkan balok Latei dalam sistem Bata c. Balok Luiffal Gb Penulangan balok luifell Balok luifel dipasang pada bangunan yang jarak tembok diatas pintu terlalu tinggi hingga kemungkinan akan membasahi pintu. Dipasang menjorok keluar. Tulangan tambahan yang dipasang membujur sekeliling pada jarak yang sama gunanya untuk menahan tegangan puntir. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-21

80 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah d. Pemasangan tulangan pada tangga Gb Penulangan tangga Bila pembebanan pada tangga dianggap sama dengan pembebanan pada patok (terdistribusi merata). Gb Penulangan tangga Bila pembebanan pada tangga dianggap sama dengan pembebanan pada lantai (terdistribusi merata). Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-22

81 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah e. Pemasangan Tulangan pada pelat Gb Sistim pelat pada bentang l x = l y Gb Tulangan pokok yang dipasang dalam 2 arah l x dan l y. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-23

82 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Tulangan plat beton dengan sistem tulangan pokok dan tulangan pembagi 5. Syarat Ketebalan Selimut Beton Tabel 5.6: Panjang lewat minimum sambungan lewatan tulangan tekan Kelas Beton Kelas II Kelas III Panjang Lewatan Minimum Untuk Batang yang diprofilkan Batang polos dengan mutu U 32 U < d 28 d p 32 d p 40 d 20 d p 24 d p Bagian Konstruksi Pelat dan selaput Dinding dan keeping Balok Kolom Tabel 5.7: Tabel Penutup Beton Minimum Tebal Penutup Beton Minimum (cm) Di dalam Di luar Tidak terlihat 1,0 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5 Tabel 5.8: Beberapa lapis pelindung yang dapat memperpanjang ketahanan dalam kebakaran kira-kira 2 jam Jenis Lapis Pelindung Tebal (cm) - Beton vermikulit, dipasang pada cetakan sebelum beton dicor - Plesteran gips vermikulit - Asbes dengan bahan perekat yang disemprotkan pada permukaan beton 2,5 2,2 1,9 Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-24

83 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Apabila ketahanan dalam kebakaran tidak dihitung berdasarkan karekteristik pembakaran dan kecepatan pemanasan tulang pokok yang didapat dari hasil-hasil percobaan, maka ketentuan-ketentuan yang diberikan berikut ini dapat dijadikan petunjuk untuk memperkirakan ketahanan dalam kebakaran dari berbagai bagian konstruksi. Tabel 5.9 : Ketahanan dalam kebakaran balok beton bertulang Jenis Lantai Lantai monolit, Lantai pra cetak Berbentuk U dan T Lantai blok Berongga, lantai pracetak berbentuk kotak atau L Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan dalam kebakaran selama : 4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam ,5 12, , Didalam tabel 11 untuk semua jenis lantai harus terdapat penutup beton pada tulangan pokok setebal minimum 2 cm untuk ketahanan 4 jam dan minimum 2 cm untuk ketahanan 4 jam dan minimum 1 cm untuk ketahanan yang kurang dari 4 jam. Tabel 5.10 : Ketahanan dalam kebakaran batok beton bertulang Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan Lapis pelindung dalam kebakaran selama : tambahan 4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam Tidak ada ,5 2,5 ½ Plesteran gips vermikulit setebal 1,2 cm Tabel 5.11 : Ketahanan dalam kebakaran dinding beton bertulang Lapis pelindung tambahan Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan dalam kebakaran selama : 4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam Tidak ada ,5 7,5 Plesteran gips vermikulit setebal 1,2 cm pada kedua bidang permukaan Plesteran gips vermikulit setebal 1,2 cm pada kedua bidang permukaan ,5 7,5 6,5 12,5 10 7,5 7,5 7,5 6,5 Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-25

84 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Tabel 5.12 : Ketahaan dalam kebakaran kolom beton bertulang yang menjadi satu kesatuan dengan dinding pemisah Lapis pelindung tambahan Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan dalam kebakaran selama : 4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam Tidak ada ,5 7,5 Plesteran gips vermikulit setebal 1,2 cm pada kedua bidang permukaan ,5 7,5 7,5 Tabel 5.13 : Ketahanan dalam Kebakaran kolom beton bertulang Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan Lapis pelindung dalam kebakaran selama : tambahan 4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam Tidak ada Plesteran gips vermikulit setebal 1,2 cm Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan Pekerjaan Beton 1. Pekerjaan Persiapan a. Periksa apakah gambar kerja, secara rinci dan detail telah ada dan disahkan oleh perencana / ahli konstruksi b. Periksa apakah sudah tersedia perhitungan perencanaan struktur beton c. Bilamana pelaksanaan secara prefab perlu diperiksa, apakah urutan pelaksanaan dan letak bagan-bagian struktur sesuai dalam sistem bangunan telah diserahkan dan disahkan oleh pemegang Hak Sistem yang bersangkutan d. Periksa apakah metode kerja secara teknis dalam pelaksanaan pekerjaan struktur beton telah diserahkan dan disahkan perencana / ahli konstruksi. 2. Pekerjaan Penyiapan Bahan a. Untuk pelaksanaan secara prefab, maka periksa apakah pemasokan bahan prefab dengan mutu dalam spesifikasi dan apakah sertifikasi mutu pabrik juga ada. b. Untuk pelaksanaan beton cor setempat, maka diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Semen a. Sebaiknya menggunakan satu merk semen b. Semen yang telah mengeras sebagian tidak diperkenankan untuk dipakai sebagai bahan campuran. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-26

85 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah c. Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga semen bebas dari kelembaban untuk menghindarkan cepatnya semen mengeras. 2. Pasir Pasir yang digunakan baik pasir alami maupun pasir buatan haruslahyang besih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan sejenisnya yang dapat mengganggu proses pengikatan semen. 3. Batu pecah (agregat kasar) a. Bentuk batu pecah (agregat) tidak pipih b. Batu pecah alami (koral) atau batu pecah buatan yang digunakan harus bersih, keras serta mempunyai gradasi c. Tempat penyimpanan / penimbunan pasir dan batu pecah harus dipisahkan satu dengan yang lain sehingga dapat dijamin bahwa kedua jenis bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan adukan dengan komposisi bahan yang tepat. 4. Air a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, garam dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang dapat merusak beton dan baja tulangan. b. Bila ada keragu-raguan mengenai air, harus dilakukan percobaan dengan membandingkan kekuatan tekan adukan semen dan pasir dengan air itu dan dengan air suling (destilasi). Air dapat dipakai kalau kekuatan tekananya pada umurnya 7 dan 28 hari paling sedikit 90% dari kekuatan dengan air suling. 5. Baja tulangan a. Mutu baja yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dan disertai sertifikat mutu atau hasil pengujian b. Untuk dilakukan pengujian atas baja yang mutunya diragukan c. Baja tulangan yang akan digunakan harus bersih dari minyak dan bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat antara besi dengan adukan beton. d. Secara visual baja tidak berkarat 3. Pekerjaan Pengecoran Beton a. Pengawasan Pengadukan 1. Komposisi adukan dan kekentalan adukan sesuai dengan spesifikasi (lihat table 8, nilai-nilai slump untuk pekerjaan beton di halaman 17). Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-27

86 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 2. Pengadukan harus dengan mesin pengaduk dan mesin pengaduk untuk beton mutu tinggi dan dilengkapi dengan alat yang dapat mengukur dengan tepat jumlah cairan pencampur. 3. Lama pengadukan paling sedikit 2 menit setelah semua bahan dimasukkan kedalam alat pengaduk dan setelah selesai pengadukan, adukan harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata. Bila adukan diberi campuran tambahan / additives seperti zat-zat kimia untuk kedap air dan sebagainya maka lama pengadukan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknik produsen bahan tambahan tersebut. b. Pengawasan Pengecoran Selama pengecoran hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan harus dilaksanakan tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan / tempat perhentian cor yang sudah ditetapkan. 2. Khusus pada pengecoran kolom beton, tinggi jatuh tidak boleh melebihi 2,00 m. Untuk pengecoran yang cukup tinggi alas tempat penuangan / dasar kolom diberi dulu adukan semen + pasir secukupnya untuk mencegah terjadinya segresi dari agregat kasar di dalam beton 3. Pemisahan antara agregat kasar dengan adukan (semen + pasir) sehingga timbul sarang-sarang kerikil dan rongga-rongga udara harus dicegah. Kemungkinan terjadinya pemisahan antara lain disebabkan : a. Terbentuknya adukan pada sisi acuan atau dasar penuangan yang keras sewaktu adukan di cor. b. Adukan tidak dipadatkan dengan alat penggetar atau c. Penggunaan jarum penggetar secara salah 4. Pemadatan adukan dapat dilakukan dengan cara mencocok adukan atau memukul cetakan, namun dianjurkan penggunaan alat-alat mekanis (alat penggetar). Khusus untuk pekerjaan beton mutu tinggi, penggunaan alat penggetar diwajibkan. Dalam hal penggunaan alat penggetar, nilai slump dari beton harus disesuaikan dengan ketentuan, pada umumnya tidak boleh lebih dari 12, 5 cm. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-28

87 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah c. Pengawasan Perawatan Beton Permukaan beton yang tidak terlindung acuan harus segera dilindungi terhadap kemungkinan kerusakan / cacat karena cuaca (air hujan). Pada hari-hari pertama setelah pengecora, proses pengerasan beton sama sekali tidak boleh diganggu, yaitu misalnya dengan mempergunakan sebagai tempat penimbunan bahan atau jalan untuk mengangkut bahan-bahan berat. Perawatan dibutuhkan untuk mempertahankan kadar air yang cukup didalam beton serta beton yang stabil untuk memungkinkan terjadinya persenyawaan kimiawi dalam beton selama proses pengerasannya (hasil terbaik tercapai antara 15,6-26,7 derajat celcius sedangkan masa-masa paling kritis ialah 7 hari pertama seteah pengecoran). Lama waktu perawatan bisa antara hari. Ada 5 (lima) sistem perawatan, yaitu : 1. Dengan air Slab beton digenangi air sekurang-kurangnya setinggi + 5 cm. Tanggul tanah bisa dibuat sekeliling slab untuk mempertahankan genanganair tersebut. Selain dengan genangan bisa dengan penyemprotan namun cara ini kurang menjamin kemerataan curing sehingga akan lebih mudah timbul retak-retak. 2. Dengan karung basah Terutama untuk bagian-bagian yang miring, vertikal dan lain-lain. Karung basah tersebut harus melapisi seluruh bagian dan terus menerus disirami. 3. Dengan kertas kedap air Dapat dipakai sebagai penutup untuk mencegah evaporasi. Kertas harus menutup seluruh permukaan dan diplester pada ujungujungnya agar suatu kesatuan yang menerus. Lapisan pasir basah ditaruh diatasnya untuk menajan agar kertas tersebut tidak lepas sekaligus untuk mengontrol suhu. 4. Dengan plastik Lapisan plastik ringan bisa dipakai sebagai penutup. Plastik berwarna susu / putih lebih baik karena akan memantulkan cahaya matahari sehingga menurunkan suhu di siang hari. Sambungan antara lapisan plastik tersebut harus disatukan dengan pemanasan atau lem plastik. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-29

88 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 5. Dengan bahan tambahan pembentuk membrane Bahan tambahan cair disemprotkan di atas beton (dengan tangan atau alat semprot) sehingga membentuk suatu lapisan membrane tipis secara menyeluruh di atas muka beton tersebut. Lapisan membrane tersebut bisa bening atau berwarna. Membrane yang bening biasanya dipakai dimana tampak dari muka beton itu dipentingkan. Di tempat-tempat berudara panas pemakaian membrane yang berwarna hitam harus dicegah karena ia akan menyerap panas matahari, sebaliknya yang berwarna putih dapat menurunkan suhu sampai sebesar 8,3 derajat celcius. Pemilihan macam bahan tambahan harus dipertimbangkan benar karena ada beberapa bahan tambahan yang menghalangi proses penyatuan cat dengan muka beton dan ada yang merupakan zat dengan muka beton dan ada yang merupakan zat dasar yang kurang bagus bagi lem penutup lantai. Contoh campuran bahan tambahan : a. vinyl emulsion 0,4-0,61/m2, dengan b. asphalt emulsion + 0,61/m2. 4. Pengecoran Poer, Balok Sloof, Lantai Dasar a. Untuk pekerjaan poer pada posisi pondasi tiang beton, periksa apakah ujung penulangan utama dari tiang beton penopang, menembus jaringanjaringan tulangan poer. b. Sebelum membuat lantai kerja, periksa dulu apakah tanah perlu diurug setiap lapis 20 cm dan dipadatkan. c. Periksa juga apakah telah disiapkan lantai kerja beton (1:3:5) untuk pekerjaan lantai dasar diatas lapisan tanah dalam lapisan pasir urug pada kedalaman dimana elevasi lantai dasar ditetapkan sesuai gambar rinci dan spesifikasi. d. Periksa juga apakah telah disiapkan penulangan komponen balok slof dengan ukuran diameter tulangan, jumlah tulangan dan jarak sengkang sesuai gambar dan spesifikasi. e. Periksa juga apakah telah disiapkan tulangan utama dan tulangan pembagi pada pelat lantai dasar diatas lapisan lantai kerja tersebut, sesuai gambar dan spesifikasi. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-30

89 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah f. Periksa letak dan apakah antara tulangan termasuk pada daerah overlapping sambungan tulangan apakah tidak menyulitkan proses pengecoran dan penggunaan alat penggetar beton. g. Periksa apakah untuk pekerjaan poer, balok, sloof dan lantai dasar telah disiapkan cetakan dan acuan, sesuai gambar rinci dan spesifikasi h. Periksa apakah digunakan beton ready-mix dan apakah mutu beton sesuai dengan spesifikasi. Jika dari ready mix dimintakan sertifikat mutu. i. Periksa apakah pengecoran poer dilakukan terlebih dahulu j. Periksa apakah metode dan tinggi pengecoran sudah disetujui Perencana / Ahli Konstruksi k. Periksa apakah tulangan tidak menghambat jatuhnya adukan pengecoran dan tidak menghalangi alat penggetar beton mencapai titik-titik paling ujung. l. Periksa apakah setelah pengecoran kolom beton diupayakan dalam keadaan terawat terus menerus selama minimum tujuh hari. 5. Pengecoran balok a. Penulangan balok diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau dilaksanakan setempat. b. Periksa diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang digunakan apakah sesuai spesifikasi dan gambar. c. Periksa penulangan pada hubungan balok dan kolom serta pelat lantai beton apakah sesuai gambar dan spesifikasi. d. Periksa apakah tulangan tidak menghalangi pengecoran beton dan masuknya alat pengecor beton. e. Periksa apakah metoda cetakan dan acuan sudah disetujui oleh perencana/ ahli konstruksi. f. Periksa apakah digunakan beton ready mix dan (mintakan sertifikat mutu), apakah mutu beton sesuai dengan spesifikasi. Jika dengan ready mix untuk diminta sertifikat mutunya. g. Apakah pada permukaan beton lama diberi bahan kimia dan atau air semen sebelum diadakan pengecoran lanjutan setelah pengecoran terpaksa dihentikan satu hari. h. Periksa apakah setelah pengecoran balok, beton dalam keadaan terawat terus menerus selama minimum tujuh hari. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-31

90 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 6. Pengecoran Lantai Tingkat I atau Lebih a. Penulangan lantai diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau dilaksanakan setempat. b. Periksa diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang digunakan apakah sesuai spesifikasi dan gambar. c. Periksa penulangan pada hubungan pelat lantai dan kolom balok, apakah sesuai gambar dan spesifikasi. d. Periksa apakah letak tulangan tidak menghalangi pengecoran beton dan masuknya alat penggetar beton. e. Periksa metoda cetakan dan acuannya, apakah sudah disetujui oleh perencana / ahli konstruksi. f. Periksa apakah digunakan beton readymix dan apabila dengan ready mix untuk dimintakan sertifikat mutu. Apakah mutu beton sesuai spesifikasi. g. Apakah pada permukaan beton lama diberi bahan kimia, sebelum diadakan pengecoran lanjutan setelah pengecoran terpaksa dihentikan satu hari. h. Periksa apakah setelah pengecoran lantai, beton diupayakan dalam perawatan terus menerus selama minimum tujuh hari. 7. Pada struktur sistem dinding pemikul geser (shear wall) Pada struktur dengan sistem dinding pemikul geser ini, maka dinding secara keseluruhan dari bawah sampai ke atas sebagai bagian struktur yang letaknya vertikal yang harus memikul beban/gaya yang bekerja pada bangunan terutama yang arahnya horizontal seperti beban angin dan beban gempa. Dinding yang terletak dengan keadaan bidang dindingnya sejajar dengan arah gaya horizontal tersebut yang akan berfungsi sebagai dinding pemikul. Oleh karena itu dinding harus diberi tulangan yang cukup kuat untuk memikul beban/gaya yang arah vertikal dan arah horizontal tersebut. Pekerjaan dinding geser dapat dilakukan dengan beton cor setempat atau beton prefab. a. Dinding geser prefab/ pre cast 1. Periksa apakah sertifikat komponen dinding precast beton sesuai gambar dan spesifikasi. 2. Periksa apakah ukuran tebal panjang dan lebar sesuai gambar dan spesifikasi. 3. Periksa apakah pasokan komponen dinding tidak retak, pecah atau cacat lainnya. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-32

91 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 4. Periksa apakah metoda pengangkutan, pengangkatan dan penempatan pada posisi dinding sudah disahkan perencana/ahli konstruksi. 5. Periksa apakah alat / mesin pemasangan sudah lengkap dan cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan. 6. Periksa apakah pekerjaan penyambungan hubungan antara satu dinding dengan dinding lainnya (termasuk dinding penyekat) dan dengan lantai disetujui perencana / ahli konstruksi. 7. Periksa apakah konstruksi tersebut dari tipe interlocking atau dilaksanakan dengan prinsip pengangkeran sesuai gambar dan spesifikasi. 8. Periksa apakah untuk masing-masing dinding diberi tanda yang cocok sesuai tempat/posisinya pada bagian bangunan yang bersangkutan. b. Dinding geser cor setempat 1. Penulangan dinding diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau dilaksanakan setempat 2. Periksa apakah diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang digunakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi 3. Periksa apakah penulangan pada hubungan dinding dan pelat lantai sesuai dengan gambar dan spesifikasi 4. Periksa apakah letak tulangan tidak menghalangi pengecoran beton dan masuknya alat penggetar beton 5. Periksa apakah cetakan dan acuannya sudah disetujui oleh perencana / ahli konstruksi 6. Periksa apakah digunakan beton ready-mix dan bila dengan ready mix untuk dimintakan sertifikat mutunya. Apakah mutu beton sesuai dengan spesifikasi 7. Periksa apakah pada permukaan beton lama diberi air semen dan atau bahan kimia sebelum diadakan pengecoran lanjutan setelah terpaksa dihentikan satu hari. 8. Periksa apakah setelah pengecoran dinding, beton dalam perawatan terus menerus selama minimum tujuh hari Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-33

92 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 8. Penempatan sporing pada beton struktur Penempatan sporing pada beton struktur harus diperhitungkan sehingga tidak mengurangi kekuatan dari beton struktur, dimana penempatan sporing yang berupa pipa dipergunakan untuk tempat instalasi listrik, instalasi telepon, instalasi pipa air bersih, instalasi pipa air kotor dan instalasi pipa gas. Dan pada tempat-tempat tertentu terdapat lubang kontrol terutama pada sambungan-sambungan antara pipa horizontal dan vertikal dimana pada tempat tersebut sering mengalami kemacetan atau penyumbatan akibat bentuk pipa disambungkan elbow. 9. Shaft untuk keperluan instalasi listrik, pipa air bersih, air buangan sampah Ruangan khusus yaitu disebut shaft dipergunakan untuk keperluan instalasi listrik, tempat berkumpulnya pipa air bersih, air buangan, gas dan tempat pembuangan sampah dimana bentuk ruangan tersebut berupa ruangan khusus dan menerus dari lantai bawah hingga atas serta mempunyai pintu tersendiri. Syarat ruangan shaft harus sedemikian rupa, sehingga dindingnya kedap terhadap bau, kedap terhadap air. Minimum dinding dari beton dengan mutu beton K.175 dengan tebal selimut beton minimum 2,0 cm (dalam K.175 dengan tebal selimut beton minimum 2,0 cm (dalam PBI 1971, disebutkan hanya 1,50 cm), dilebihkan 0,50 cm demi keamanan terhadap kebocoran dan yang terpenting pelaksanan pengawasan terhadap kebocoran dan yang terpenting pelaksanaan pengawasan lebih ditekankan sehingga hasil pengecoran dan permukaan beton hasilnya baik serta rapi dengan ketebalan selimut beton sesuai hal diatas. D. Gambar Contoh Pekerjaan Pengecoran Beton Gb : Penempatan beton di atas acuan yang sempit Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-34

93 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Betul (kiri) : Pemisahan dapat dihindarkan dengan pengecoran melalui hopper masuk ke corong cor. Dengan cara ini besi dan acuan akan tetapbersih ditutup oleh beton. Salah (kanan) : Membiarkan beton yang dituang darigerobak / corong menubruk acuan dan memantulkan pada besi dan acuan akan menimbulkan pemisahan agregat dan rongga-rongga sarang lebah disebelah bawah. Gb : Bila beton harus di cor di tempat yang miring Betul (kiri) : Mulailah mengecor dari bagian rendah sehingga pemadatan dapat ditambah oleh beban dari beton yang baru ditambahkan. Salah (kanan) : Bila beton mulai ditempatkan di bagian atas kemiringan beton yang diatas tersebut cenderung mengurai, terutama bila digetar di bawah, karena getaran menyebabkan ia mengalir ke bawah dan menghilangkan dukungan beton bagian atas tersebut. Gb Penggetaran yang teratur dari masing-masing lapisan cor Betul (kiri) : Penetrasi vertical dari alat penggetar beberapa inci ke dalam lapisan beton yang sebelumnya (yang tentunya belum kaku) pada jarak-jarak yang sistematis dan teratur cukup menjamin penyatuan kedua lapisan beton. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-35

94 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Salah (kanan) : Penetrasi yang acak-acakan dan tidak terarah pada bermacam sudut dengan kedalaman yang kurang, tidak menjamin penyatuan yang baik dari kedua lapisan. Gb Penempatan pada dinding beton yang tipis melalui lubang di acuan Betul (kiri) : Jatuhkan beton lurus kebawah ke penampungan luar di bawah tiap lubang acuan sehingga beton akan terhenti dan mengalir secara lancar ke dalam acuan tanpa timbulnya pemisahan (agregat) pada beton. Salah (kanan) : Memungkinkan beton yang mengalir secara cepat ke dalam acuan menyudut (miring) akhirnya akan menimbulkan pemisahan (agregat) pada beton. Gambar 5.38 Penempatan slab beton dari gerobak cor Betul (kiri) : Tuangkan beton menghadap ke coran-coran beton yang sebelumnya Salah (kanan) : Penuangan beton mengarah keluar dari cor-coran beton yang sebelumnya dapat menimbulkan pemisahan pada beton. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-36

95 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Bila pemisahan belum dihilangkan dalam pengisian ember-ember cor Betul (kiri) : Ember harus diarahkan sedemikian sehingga koral jatuh pada beton, dimana ia akan mudah dipersatukan dengan masa beton. Salah (kanan) : Penuangan yang menyebabkan koral-koral lepas jatuh pada permukaan acuan atau lantai kerja menyebabkan terjadinya pengelompokkan-pengelompokkan batu koral (rock pockets) pada beton. Gb Penempatan beton dipermukaan yang landai / miring Betul (kiri) : Adanya papan penahan diujung corong mencegah terjadinya pemisahan dan beton berada ditempatnya pada permukan yang miring tersebut. Salah (kanan) : Penuangan beton secara bebas diujung corong / bak pemisahan ke atas permukaan yang miring menimbulkan pemisahan dari koral yang lalu mengumpul diujung bawah. Faktor kecepatan dari benda cor cenderung mendorong beton kebagian bawah. 5.4 PELAKSANAAN PENGAWASAN PEKERJAAN BEKISTING Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang sifatnya sementara untuk membuat mencetak beton dan terdiri dari dua bagian utama yaitu acuan / cetakan yakni suatu konstruksi yang dibuat untuk mencetak beton dan penyangga / perancah yakni Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-37

96 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah konstruksi penyangga atau pendukung cetakan yang terdiri dari tiang-tiang penyangga dan balok-balok silang Persyaratan Bahan Cetakan dan Peralatan Pembantu Cetakan menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana untuk itu cetakan harus memenuhi persyaratan seperti berikut : 1. Persyaratan Cetakan a. Memenuhi suatu syarat konstruksi b. Murah dan kuat c. Tidak meresap air d. Mudah dibongkar e. Tidak bocor f. Bersih dari kotoran yang dapat mengganggu proses pembetonan 2. Bahan Utama Cetakan a. Kayu (papan, triplex, multiplex) b. Besi c. Fiber glass (terutama untuk bentuk-bentuk khusus) 3. Peralatan Pembantu Pembuatan Cetakan a. Tikar, anyaman bambu, kertas-kertas semen sebagai alas cetakan / bekisting, plastik b. Cat meni, paselin atau stempet agar cetakan / bekisting tidak melekat c. Paku, bout dan klemp besi 4. Bentuk-bentuk standar cetakan / bekisting yang dapat dipakai ulang Gb Panel-panel kayu dengan rangka baja Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-38

97 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Keterangan : (a) panel dengan papan, (b) panel dengan penutup bahan tahan air, (c) klem, (d) klem dengan sambungan,(e) detail dari pengencang panel untuk di klem. 1. Rangka baja 8. Penguat silang 2. Ujung rangka 9. Kayu 3. Papan penutup 10. Baji 4. Lubang sambungan 11. Pelat penyambung 5. Lubang untuk batang tarik 12. Kait penegang 6. Bahan tahan air 13. Penutup 7. Rangka penguat Gb Panel-panel cetakan dari baja/logam (a) panel utama, (b) panel pojok, (c) batang penahan, (d) rangkaian pengencang, (e) tiang siku, (f) pegas 5. Pedoman Umum Pembuatan Cetakan Gb Jarak tumpuan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-39

98 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 1. Jarak Tumpuan Jarang tumpuan kayu bekisting L = jarang sumbu tumpuan dalam cm D = tebal papan/ balok bekisting dalam cm H = tebal / tinggi beton yang akan dibuat / dicor dalam cm. Tabel 5.14 : Jarak tumpuan (L), tebal papan (d) dan tebal beton (h) dalam cm L h d=2 2,5 3 3, Cara Menyambung Papan untuk panel Gb Sambungan papan untuk panel dengan klem penguat 3. Cara Menyambung Papan untuk Sudut Gb Sambungan papan untuk sudut dengan paku Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-40

99 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 4. Merakit Papan Cetakan Dinding dengan Kawat Gb Papan cetakan dinding dengan penyirat kawat 5. Merakit Papan Cetakan dengan Baut Gb Papan cetakan dinding dengan penguat baut Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-41

100 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 6. Cara Menghindari Kerusakan pada bagian sudut Sudut beton dibuat tidak siku (lihat gambar) agar tidak mudah pecah. Gb Papan cetakan sudut Cetakan Kolom dan Dinding 1. Cara mendirikan cetakan kolom Gb Cetakan kolom dengan perkuatan tiang, klem dan shot Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-42

101 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Untuk menjaga agar cetakan kolom tetap berdiri tegak perlu dibuat tiang tegak yang ditanam / dipancang cukup dalam dan yang dijadikan pendukung utama. 2. Meletakkan pengikat Cetakan Gb Cetakan kolom dengan yokes Pada cetakan kolom dengan yokes, maka yoke pengikat dipasang sedemikian rupa sehingga makin ke bawah rapat, sesuai dengan tekanan pada dinding cetakan kolom yang makin ke bawah makin besar. 3. Cetakan kolom segi empat Gb Cetakan kolom dengan pengikat baut Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-43

102 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Lapisan papan (yang bersinggungan dengan beton) menempel pada yoke. Baut menghubungkan dua yoke (batang pengikat). Gb Cetakan kolom pengikat klem baja yang dapat diatur Cetakan ini terdiri dari empat bagian yang sama. Ukuran cetakan dapat diatur dengan mengubah penempatan baji (kunci) pada klem dan merubah lapisan papan. Gb Cetakan kolom dengan pengikat sabuk baja Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-44

103 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Papan bekisting diberi sirip untuk tempat sabuk baja. Sabuk baja disambungkan seperti pada pengepakan. Gb Cetakan kolom bukan segi empat Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-45

104 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Cetakan kolom bersegi banyak Gb Bekisting kolom bulat Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-46

105 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Cetakan kolom silindres dengan menggunakan sabuk baja. Makin ke bawah makin lebar sabuknya. Variasi lain dari cetakan menggunakan pengikat baut. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-47

106 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 4. Cetakan dinding Gb Cetakan dinding dibuat di lokasi kerja Gb Panel kayu lapis Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-48

107 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Selain dibuat di tempat kayu cetakan dinding juga bisa dipersiapkan lebih dulu. Panel kayu bisa digunakan dengan rangka kayu atau logam. Dengan membentuknya mejadi panel-panel maka cetakan ini bisa digunakan berkali-kali. Panel ini bisa disambungkan dengan yang lainnya dengan menggunakan baut. Gb Cetakan satu sisi Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-49

108 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Cetakan mendaki (climbing formwork) satu sisi Pada beton yang sedang dipasang jangkar (anker) sebagai tempat berpegang cetakan untuk pengerjaan selanjutnya (bagian atasnya). (a) Jangkar cetakan terdiri atas : kawat melingkar, baut, benda konis dan cincin penutup. (b) 1. Baut diambil dari sistem jangkar dengan meninggalkan kawat dan lubang 2. Jangkar atas dijadikan pendukung untuk pembetonan selanjutnya. 3. Jangkar baru Gb Detail jangkar cetakan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-50

109 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Paneldan pemandu dinaikkan untuk posisi baru Pemandu ganda Panel dinaikkan untuk posisi baru Panel kayu Pengikat Pengikat pada Posisi yang sama seperti 1 Pembetonan pertama Penumbuk Baja kayu Gb Cetakan mendaki (climbing formwork) untuk dua sisi Gb Detail jangkar untuk dua sisi Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-51

110 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Keterangan : a. Jangkar cetakan terdiri atas : kawat, baut, benda konis dan cincin penutup b. 1. Baut dilepas dan lubang ditutup 2. Jangkar atas dijadikan tempat pegangan cetakan untuk pembetonan selanjutnya 3. Jangkar baru Gb Potongan cetakan mendaki untuk dua sisi pada keadaan khusus Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-52

111 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Cetakan geser Plafform (tempat kerja) dapat dinaikkan dengan adanya dongkrak. 1. Cetakan untuk dinding tangki Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-53

112 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 2. Cetakan untuk dasar tangki Gb Cetakan untuk dinding melengkung 5. Cetakan Balok Melintang dan Lantai Gb Cetakan dari kayu Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-54

113 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Pandangan Stereometris Cetakan lantai dan kolom Tali untuk mencegah lolosnya pasak Pengunci pasak Lubang untuk memasukkan batang jika dibutuhkan Batang pengoperasian untuk memutar ulir Lubang untuk menyambung Gb Penyangga cetakan dari metal (penyangga teleskopik) Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-55

114 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Tinggi penyangga bisa diatur dengan menempatkan batang pengunci dan memutar ulir. Penyangga ini juga bisa disambungkan dengan penyangga dengan baut. Gb Rangka dari logam berkekuatan tinggi Gb Macam Kepala Penyangga Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-56

115 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Menggunakan batang penguat samping Mempergunakan baut Mempergunakan batang penguat samping dan baut Mempergunakan pengatur (klem) baja Gb Cetakan balok melintang Gb Cetakan lantai dengan balok baja Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-57

116 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Gb Cetakan untuk Balok yang saling berpotongan 6. Cetakan tangga Gb Cetakan tangga (streometris) Gb Potongan cetakan tangga Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-58

117 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 5.5 PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH Hal hal yang perlu diperhatikan dalam Pekerjaan Cetakan / Acuan 1. Cetakan yang dibuat harus menghasilkan bentuk akhir dari beton yang mempunyai bentuk dan kedudukan yang sesuai dengan yang ditunjuk oleh gambar rencana dan syarat-syarat uraian pekerjaan. 2. Cetakan harus terbuat dari bahan-bahan yang baik yaitu tidak cacat dan tidak mudah meresap air serta memenuhi persyaratan konstruksi. 3. Cetakan harus cukup rapat untuk menghindarkan kebocoran adukan beton ataupun air semen. 4. Konstruksi cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya untuk menjamin bentuk dan kedudukan yang tetap serta cukup menahan getaran-getaran yang diakibatkan alat vibrator. 5. Konstruksi cetakan harus direncanakan atau dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar atau dibuka dari beton dengan tidak menimbulkan kerusakan pada beton maupun perancah. 6. Pada cetakan beton, balok dinding dan lantai harus dibersihkan dari kotoran bekas bahan potongan cetakan, serbuk gergajian, potongan kawat pengikat dan lain-lainnya yang dapat mengganggu proses pembetonan. 7. Lendutan maximum dua penyokong / penyangga cetakan tidak boleh lebih sepertiga ratus bentangan atau dalam keadaan apapun tidak boleh melendut lebih dari 3 mm ( 1/300 l atau 3 mm). 8. Bila menggunakan exentral vibrator, maka sebelumnya harus diadakan persiapan seperti misalnya memakai bantalan karet antara acuan dan perancah. 9. Bagian dalam cetakan yang diberi bahan minyak, gemuk atau bahan lain dengan maksud untuk mempermudah membuka/membongkar cetakan atau untuk menghindarkan dinding cetakan menyerap air adukan beton, bahan tersebut tidak boleh mempengaruhi mutu beton/besi dan tidak menyebabkan warna kotor berlainan pada permukaan beton yang dicetak. 10. Untuk cetakan dari baja hendaknya diperhatikan agar baut-baut yang dipergunakan terpelihara dengan baik, agar supaya pada saat melepaskannya tidak menimbulkan kesulitan atau getaran beton sehingga menyebabkan kerusakan / geseran pada beton. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-59

118 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah Pekerjaan Perancah 1. Tiang-tiang penyangga cetakan beton harus terdiri dari bahan kayu yang tidak mudah lapuk sebaiknya dari baja. 2. Tiang penyangga cetakan beton harus tetap kokoh dan tidak berubah kedudukannya akibat pembebanan saat pelaksanaan beton dan pembebanan rencana yang ditanggungnya. 3. Tiang penyangga cetakan beton harus terdiri di atas bantalan alat yang kokoh, terhindar dari bahaya pemuaian, penggerusan atau pergeseran. 4. Tiang penyangga cetakan beton harus terhindar dari bahaya patah, khususnya tiang acuan dari bahan kayu tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan yang tidak disokong kearah samping. 5. Tiang penyangga cetakan beton harus mudah distel 6. Pembongkaran harus sesuai prosedur Pada Pembongkaran Acuan Beton 1. Cetakan dan konstruksi cetakan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang di cor telah mencapai kekuatan yang kokoh untuk memikul berat sendiri serta beton pelaksanaan yang bekerja padanya. 2. Kekuatan beton harus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji dan perhitungan-perhitungannya yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Apabila dalam menentukan saat pembongkaran dan acuan tanpa dibuat benda uji, maka jika tidak ditentukan lain, cetakan dan konstruksi cetakan baru boleh dibongkar setelah berumur 3 minggu. 4. Dan apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan dan konstruksi cetakan terbongkar, beban yang bekerja pada bagian konstruksi beton tidak akan melampaui 50% dari beban rencana total, maka pembongkaran cetakan dan konstruksi cetakan dapat dilakukan setelah berumur 2 minggu. 5. Jika tidak ditentukan lain diadakan persyaratan teknis yang bagian samping dari cetakan dinding, kolom maupun bagian samping dari balok boleh dibongkar setelah berumur 3 hari. 6. Pada bagian-bagian konstruksi, bilamana akibat pembongkaran cetakan dan konstruksi cetakan akan bekerja beton-beton yang lebih berat dari jumlah beban rencana sehingga akan terjadi keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan dan konstruksi cetakan dari bagian konstruksi beton, tidak boleh dibongkar selama keadaan beban-beban tersebut tetap berlangsung. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-60

119 Bab 5: Pekerjaan Struktur, Cetakan dan Perancah 7. Pembongkaran cetakan dan konstruksi cetakan dari bagian konstruksi yang berlangsung akan memikul praktis seluruh beton rencana seperti atap beton harus dilakukan dengan hati-hati. 8. Cetakan balok lntai baru boleh dibongkar jika cemua cetakan kolom sebagai pendukung gaya telah dibongkar, hasil cetakan berongga dan tidak terjadi sarang kerikil. 9. Apabila dibagian konstruksi beton yang dibongkar cetakannya dan ternyata berongga, harus diperbaiki dengan penuh keahlian sehingga menjadi bagian beton yang utuh dengan mutu beton tidak berubah sedikitpun. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-61

120 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur BAB VI PENGETAHUAN DAN PENGERJAAN TEKNIK ARSITEKTUR 6.1 UMUM Pada jaman purba, manusia purba (primitif) mula-mula tinggal dalam gua-gua atau berteduh sebagai tempat perlindungan dari bahan-bahan yang ada disekitarnya. Tetapi kadang-kadang bahan-bahan tersebut hanya cukup kuat sampai 3 bulan saja. Pada saat itu manusia mendirikan tempat berteduh atau bertempat tinggal dalam gua-gua semata-mata hanya untuk melindungi diri bersama keluarganya dari gangguan hewan dan cuaca atau dapat dikatakan gangguan dari luar naik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Kemudian setelah masanya berlalu atau pada tahun-tahun berikutnya manusia purba (primitif) mulai meninggalkan gua-gua dan mulai membangun suatu tempat yang baru dan sudah mulai berbeda dengan masa yang terdahulu. Ini tidak lain karena manusia tambah berkembang dalam kehidupan sehari-harinya yaitu mulai memikirkan keperluan bahan dan alat-alat guna mengelola bahan tersebut agar tercapai keinginan yang dikehendaki sesuai masa itu. Dan sebagai akibat perkembangan ini, pikiran-pikiran manusia mulai mencoba menguasai sifat-sifat bahan yang ada disekelilingnya antara lain : - Menciptakan alat-alat yang dapat mengerjakan atau mengolah bahan-bahan - Makin baik alat-alat perkakas yang digunakan makin sempurna juga hasilnya - Sifat bahan akan dapat menentukan jenis konstruksinya disamping akan dapat juga menentukan bentuk benda yang dibuatnya, sehingga dapat menentukan cirri arsitekturnya. Pada abad sekarang pengertian akan bangunan sudah mulai berubah lagi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan, sehingga fungsi bangunan bukan hanya sekedar untuk melindungi diri dari bahaya hewan dan cuaca tetapi sebagai tempat melakukan berbagai macam kegiatan baik yang bersifat umum maupun perorangan. Bangunan untuk kegiatan yang bersifat umum biasanya dalam bentuk bangunan gedung perkantoran, rumah sakit, hotel dan sejenisnya. Sedangkan bangunan untuk kegiatan perorangan dalam bentuk rumah tinggal yang bertempat sebagai rumah tinggal yang berfungsi sebagai : Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-1

121 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur - Tempat istirahat rekreasi keluarga - Tempat menikmati untuk kehidupan yang nyaman - Untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat (prestise) - Pembinaan keluarga 6.2 SENI ARSITEKTUR Estetika Dalam penyelenggaraan suatu bangunan mulai dari perencanaan sampai menjadi wujud bangunan tak akan lepas dari salah satu persoalan tentang aspek arsitektur yaitu berupa aspek seni. Seni yang berkaitan dengan bangunan disebut seni arsitektur yaitu merupakan keindahan suatu bangunan sehingga manusia yang menikmatinya akan merasa ada kepuasan dalam jiwanya. Perasaan-perasaan keindahan yang dimiliki oleh setiap orang akan dapat timbul bila syarat-syarat bentuk dipenuhi. Untuk itu perasaan atau jiwanya perlu selalu digugah secara terus menerus. Sedangkan agar seseorang dapat menilai dan menghargai seni arsitektur, maka perlu menyelami dasardasar dan syarat-syarat bentuk dalam kaitannya dengan keindahan. Estetika dapat digolongkan menjadi tiga yaitu formil, ekspressionis dan psikologis. 1. Estetika Formil adalah keindahan yang didapat dari bagian luar yang menyangkut persoalan tentang bentuk dan warna. Plato menyatakan bahwa keindahan pada pokoknya dicapai dari hubungan-hubungan bentuk yang sederhana. 2. Estetika Ekspressionis adalah keindahan yang tidak selalu terjelma dari bentuknya saja tetapi lebih ditekankan pada apa maksudnya atau ekspresinya. 3. Estetika Psikologis adalah suatu keindahan yang didasarkan atas 3 aspek : a. Keindahan adalah ritme yang sederhana dan mudah. b. Keindahan adalah akibat dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan secara psikoanalitis c. Keindahan adalah akibat dari rasa kepuasan dari sipenglihat sendiri terhadap obyek yang dilihatnya. Dengan demikian arsitektur adalah merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang saling berhubungan satu sama lain, karena yang dipersoalkan bertitik tolak dari aspek-aspek keindahan, kekuatan, keawetan dan efisiensi. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-2

122 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Agar dalam seni arsitektur dapat terwujud dengan baik, maka harus dipenuhi aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya yaitu : bentuk (form) dan kesatuan (unity), keseimbangan (balans), proporsi, aksen, harmonis, ekspresi dan gaya / lagam Bentuk dan Kesatuan dalam Arsitektur Menurut Pythagoras dan Aristoteles menyatakan bahwa keindahan adalah karakter dari suatu obyek. Obyek ini dapat terdiri dari macam-macam elemen yang mengahasilkan suatu efek kesatuan terhadap sensasi dari ayng mengalaminya atau melihatnya. Kesatuan adalah nilai dari suatu obyek yang diwujudkan secara organik dan pasti. Sifat dari pada kesatuan (unity) ini harus dipunyai oleh setiap bangunan baik itu merupakan perwujudan dari kelompok suatu elemen atau berdiri sendiri agar unsur keindahan menjadi sempurna. Dalam arsitektur sangat banyak unsur-unsur / bagian-bagian yang beraneka ragam corak / warna yang tidak bisa kita tinggalkan begitu saja dan harus mendapatkan suatu kesatuan. Apabila kita sepinyas lalu saja akan sulit terjadi untuk mendapatkan kesatuan tetapi kemungkinan selalu dapat terjadi. Untuk itu suatu bangunan yang baik harus dapat memperlihatkan kesatuan dari denahnya, tampak potongan dan detail-detailnya sehingga semua kesatuan yang terjadi dapat membentuk suatu komposisi yang harmonis. Sebagai gambaran untuk mendapatkan kesatuan dari bentuk elemen tertentu dapat diwujudkan sebagai berikut : 1. Paling sederhana dengan menggunakan bentuk geometris murni. Dengan kesederhanaan bentuk geomtris akan memberikan kesan yang mudah ditangkap oleh kita dan mudah pula memberikan kesatuan. Misalnya bentuk-bentuk piramida kubus, bola, kerucut memiliki suatu kesatuan yang baik karena berdiri sendiri (satu ragam). Tetapi bila dalam bangunan mempunyai bentuk geomtris yang berlainan, maka untuk mendapatkan kesatuan yang diinginkan harus dapat menguasai bentuk geometris sekelilingnya. Gb. 6.1 Bentuk-bentuk geomtris Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-3

123 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur 2. Dengan jalan mengkoordinasi dari bagian-bagian yang kurang penting (minor, sekunder) terhadap bagian-bagian yang diangap penting (mayor, primair). Contoh berikut adalah bagian A mendominasi bagian B dengan pengertian bahwa bagian samping didominir oleh bagian yang lebih lebar (dilihat dari sisi bidang dindingnya). Demikian halnya untuk hubungan antara bagian yang rendah dan tinggi akan memudahkan untuk mendapatkan unsur kesatuan. Yang berarti bagian yang mendatar (horizontal) akan mudah didominasi oleh bagian yang tinggi (vertical) dan ini diwujudkan dengan banyaknya bangunan gereja dan katedral di kota-kota Eropa. Tetapi untuk kota-kota besar didunia sekarang sudah mulai kabur karena banyaknya bangunan yang tinggi-tinggi. Gb. 6.2 Bagian yang lebih tinggi mendominan bagian yang rendah Persoalan yang paling berat adalah bagaimana memadukan berbagai bentuk atau macam-macam satuan yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan sehingga merupakan suatu pernyataan yang dapat mewakili seluruh bentuk tadi. Dan agar dapat tercapai biasanya dengan menggunakan proporsi yang tepat sekaligus dapat juga nilai estetikanya Faktor-faktor dalam Komposisi Agar komposisi dalam arsitektur suatu bangunan menghasilkan daya tarik yang maksimal, maka perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu : 1. Proporsi Suatu bangunan yang mempunyai proporsi yang baik menyebabkan bangunan tersebut menjadi bermutu (memiliki mutu) dan dapat memberikan suatu impresi yang menyenangkan bagi manusia. Dan proporsi ini dapat dicapai dengan adanya suatu skala. Skala dalam arsitektur adalah nilai-nilai dari konsepsi-konsepsi yang ditangkan oleh orang yang melihatnya dari ukuran yang sesungguhnya. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-4

124 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Skala dikatakan baik apabila dengan segera dapat memberikan atau menampakan suatu struktur yang sesungguhnya setelah melihat pada bangunan dengan demikian banyak elemen-elemen yang digunakan untuk menunjukkan proporsi suatu bangunan. Misalnya dengan memakai sarana patung, tinggi bangunan yang ditunjukkan dengan menggunakan banyak tangga sebagai penunjuk skala. Mengingat pentingnya proporsi suatu bangunan, maka skala dapat digunakan sebagai : a. Skala sebagai alat Misalnya pada suatu bangunan kecil menghendaki agar supaya dapat terlihat besar dengan jalan membuat jendela-jendela yang cukup besar. Demikian halnya bila ingin kelihatan lebih kecil jendelajendela dibuat kecil pula. Hal ini dapat terjadi karena hanya merupakan tipuan pandangan saja, walaupun kenyataannya tetap seperti semula. b. Skala dibuat berdasarkan keliling Untuk menghindari pemandangan yang membosankan karena bentuknya yang monoton, maka dibuatlah jendela-jendela dengan ukuran besar dan kecil. c. Skala dan Manusia Dalam suatu perencanaan harus bertitik tolak dari manusia karena manusia disini yang akan menempati sehingga manusia dapat merasakan bila masuk suatu bangunan. Sebagai contoh bila masik suatu bangunan masjid atau gereja akan terasa bahwa manusia itu akan kelihatan menjadi kecil. d. Skala sebagai pembesaran Dengan adanya kemajuan teknologi manusia memerlukan suatu ruangan yang luas, misalnya sebagai bangunan garasi kapal terbang (hanggar). Bangunan-bangunan mempunyai bermacam-macam skala berdasarkan kegunaannya antara lain apa yang disebut dengan : 1. Skala heroik, dipergunakan pada bangunan yang bersifat monumental dan megah 2. Skala intim, dipergunakan pada bangunan-bangunan yang kecil yaitu bangunan rumah tingal, restoran karena mempunyai ukuran yang relatif minimum. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-5

125 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Keseimbangan (balance) Setiap bangunan hendaknya dapat menciptakan suatu rencananya yang seimbang dengan jalan melalui garis-garis imajinatif yang diekspresikan pada setiap bagian-bagian bangunan. Dasar ini merupakan dasar keindahan baik secara psikologis maupun asosiatif. Suatu bangunan dapat dikatakan mempunyai keseimbangan yang baik apabila penglihatan kita dalam memandang suatu bangunan dapat berjalan dengan lancar melalui permukaan bidangnya dari sudut yang satu ke sudut lainnya tanpa halangan atau sesuatu hal yang dapat mengganggu kita saat melihat bangunan tersebut. Setelah itu dapat dirasakan bahwa penglihatan mata kita akan kembali tertuju pada garis keseimbangan (balans) tadi. Dengan terjadinya balans tercapailah suatu perasaan equilibrium yang menyenangkan. Keseimbangan (balans) dalam arsitektur dapat berbentuk simetris maupun tidak simetris (asimetris). Contoh : Deretan garis vertikal juga memiliki keseimbangan, tetapi keseimbangannya tidak jelas. Ini tidak lain karena deretan garisnya monoton disamping jumlah deretan banyak dengan jarak antara garis sama dan tingginyapun sama pula sehingga untuk menentukan titik keseimbangannya sangat sulit. Gb. 6.3 Deretan baris memiliki keseimbangan Deretan garis yang berselang dan bentuk lain dari suatu gambar yang dapat dengan lebih tegas untuk mendapatkan letak titik keseimbangan. Pada deretan garis, titik keseimbangannya terletak pada garis silang. Pada gambar lainnya, titik keseimbangannya terletak pada tumpuan yaitu dapat berupa tempat masuk, pintu atau dapat juga dengan cara memberi tanda khusus yang berbentuk lain misalnya pada silang guna mempertegas. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-6

126 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Gb. 6.4 Keseimbangan pada titik Bangunan-bangunan yang mempunyai sifat agung biasanya berbentuk simetris (masjid, candi Borobudur). Sering kita mengatakan bahwa bangunan yang berbentuk simetris kurang baik karena mempunyai sifat statis dan bersifat dinamis untuk bangunan tidak simetris (asimetris). Tetapi pada kenyataannya bahwa tidak semua bangunan yang berbentuk simetris tidak baik, malahan pada bangunanbangunan tertentu bahwa simetris sangat mutlak dipakai karena untuk sifat keagungannya, misalnya gedung pemerintah, monumen Ritme Ritme dalam suatu bangunan dihasilkan dari pengulangan suatu pola tertentu, warna, bentuk dalam jumlah tertentu. Pengulangan terjadi akibat dari suatu satuan yang mempunyai karakter yang kuat. Contoh : Adanya suatu kelompok jendela yang diletakkan dengan jarak yang sama, deretan kolom yang mempunyai bentuk dan ukuaran yang sama, ornamenornamen yang diulang-ulang. Kesemuanya tadi menciptakan suatu nada dari ritme sebagai keseluruhan dari bangunan tersebut. Kita dapat juga melihat ritme yang jelas pada gedung bertingkat pada tampak dengan adanya pengulangan pada jendela-jendela yang mempunyai ukuran modul tertentu. Dan juga kita tidak memperoleh sesuatu yang membosankan maka dibuat suatu bentuk dengan corak atau penonjolan yang lain. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-7

127 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Gb. 6.5 Ritme pada gedung bertingkat Klimaks / aksen Klimaks / aksen diartikan sebagai suatu penekanan pada bagian tertentu yang dianggap penting, sehingga bagian tadi dibuat lebih menarik dari bagian lain. Dan sebagainya aksen ini sangat erat kaitannya dengan unsur keseimbangan, karena begitu melihat dari satu sisi kesisi lain arah pandangan kita kembali lagi ke bagian tertentu yaitu aksennya. Arsitektur merupakan karya perencanaan dari bangunan secara menyeluruh maka pengambilan klimaksnya tidak hanya berdasarkan pada tampaknya saja. Yang terpenting penempatan titik klimaks itulah orang dapat merasakan keindahan dan kemegahan bangunan tersebut. Dan kadang-kadang pada bangunan tadi mempunyai beberapa klimaks yang perlu ditonjolkan untuk menarik perhatian orang. Bentuk atau teknis pemberian aksen pada bangunan baik interior maupun eksterior dapat diwujudkan berupa pintu masuk diberi hiasan, warna ataupun penonjolan secara khusus. Dapat juga aksen ditegaskan dengan adanya permukaan yang kasar dan atau komposisi warna yang harmonis. Dan sering kita lihat didalam masjid, gereja ada mimbar dan podium dalam gedung pertunjukkan, itulah sebagai tempat perhatian orang banyak tertuju. Pada prinsipnya pemberian aksen arahnya pada : a. Aksen vertikal penegasan arah vertical dapat berupa kolom. b. Aksen horizontal yaitu penegasan arah horizontal dapat berupa lisplang. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-8

128 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Gb. 6.6 Aksen vertikal Harmonis Harmonis merupakan ungkapan dari hasil bentuk dan struktur yang diperlihatkan secara detail sehingga nampak wajar apa yang dimaksudkan dari sifat-sifat bahan yang dipakai. Sebagai contoh pada struktur bangunan yang menggunakan rangka baja menyatakan kelangsingan dari bangunan tersebut. Dan sebaliknya bila menggunakan konstruksi batu yang bersifat masif menyatakan bahwa bangunan tersebut kokoh dan mantap. Hubungan antara bentuk, struktur dan sifat bahan yang dipakai untuk dijadikan satu menjadi bentuk karya yang harmonis merupakan persoalan yang sulit. Untuk itulah seorang perancang / pencipta benar-benar dituntut kejujurannya dalam mengungkapkan hasilnya berdasarkan sifat bahan yang dipergunakan guna mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam arsitektur. Jadi tidak hanya sekedar menggunakan bahan yang murah ataupun mahal harganya dalam merencanakan bentuk dan struktur bangunan Ekspressi Ekspressi sangat erat kaitannya dengan unsur harmonis dan langgamnya, karena dalam mengekspresikan sesuatu hal biasanya berdasarkan pada jiwa manusia dalam usahanya mencari nilai-nilai keindahan. Dan ini dapat kita rasakan bahwa dari tahun ke tahun seseorang mempelajari, menyelidiki, membuat benda selalu didasarkan atas usahanya guna mencapai kemajuan bagi masyarakat. Mengapa ada kaitannya dengan langgamnya/gaya? Langgam/gaya adalah merupakan nilai arsitektur yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja karena menyangkut unsur dari sejarah manusia. Berdasarkan sejarah kehidupan manusia dari abad satu dengan yang lain selalu mengalami perubahan sehingga langgam / gaya yang diciptakan akan berbeda sesuai masanya. Gaya dalam arsitektur lebih banyak diartikan suatu corak, sifat atau bentuk yang biasanya dibatasi berdasarkan : Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-9

129 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur a. Periode dan negara asal b. Bentuk / corak dari bendanya Dengan demikian dalam mengekspresikan nilai yang terkandung dalam arsitektur pada suatu bangunan tidak hanya dinilai dari bentuk dan keindahannya tetapu gaya apa sebenarnya yang dipakai, apakah mengikuti abad yang lalu atau abad sekarang. 6.3 Fungsi Arsitektur Dalam Rumah Tangga Unsur Pokok dalam Perencanaan Sebelum membahas tentang perencanaan bangunan rumah tinggal lebih baik kita mengenal dahulu pengertian kata-kata tentang rancangan dan rencana. Rancangan = design Merancang = me desain atau to design Perancang = designer Perancangan kota = urban design Rencana = plan Merencana = to plan Perencana = planner Perencanaan kota = city planning Kalau kita amati dari kata-kata tersebut ternyata mempunyai arti sendirisendiri, tetapi pemakaian pada biro-biro konsultan biasanya digabung menjadi satu yaitu biro Perencanaan dan Perancangan karena mempunyai makna yang menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Pengertian tersebut adalah bahwa dalam perencanaan tentu ada perancangan / penggambaran dan sebaliknya dalam perancangan tentu didasari atas perencanaan. Untuk itulah dalam pembahasan materi nanti jangan terlalu dipermasalahkan pengertian tersebut agar tidak membingungkan diri sendiri. Dalam merencanakan sesuatu apapun pada umumnya selalu didasari atas beberapa hal yang terkait, demikian juga halnya kalau kita merencanakan suatu bangunan rumah tinggal. Pada pokoknya syarat yang harus dipenuhi dalam perencanaan bangunan gedung adalah : Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-10

130 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur 1. Fungsional Merupakan unsur utama karena bila suatu bangunan tidak sesuai dengan fungsi / tujuan maka seakan-akan penghuni mendapatkan perlakukan yang tidak wajar atau merasa tidak nyaman. Penampilanj dan karakter (ciri khas) antara bangunan satu dengan lainnya akan berbeda. Contoh yang sangat sederhana adalah antara bangunan rumah tinggal dan bangunan kantor akan berbeda. Hal yang menyangkut fungsi ini, seperti yang dijelaskan oleh Horatio Greennough dalam bukunya yang berjudul Form and Function mengemukakan adanya hubungan yang erat antara bentuk dan fungsi dengan alam sekitar. Ada teori juga yang dikemukakan yaitu Form Follow Function yang berarti bentuk mengikuti fungsi. Dari prinsip tersebut membawa ketentuan : a. Bentuk akan berubah bila fungsinya berubah b. Fungsi baru tidak mungkin diikuti bentuk lama. 2. Struktural Struktural disini pada prinsipnya membahas tentang kekuatan suatu banguan yaitu hendaknya bangunan stabil, kuat dan kokoh dalam arti tidak mudah roboh karena pengaruh dari dalam maupun pengaruh luar. Adapun pemakaian struktur bergantung pada perancang sendiri dan pemberi tugas. 3. Estetika Estetika adalah menyangkut seni arsitektur yaitu berupa keindahan dari suatu eksterior dan interior sehingga penghuninya merasakan adanya kenyamanan dan ketenteraman. Ketiga unsur fungsional, strukutural dan estetika tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling berhubungan satu sama lainnya. Sehingga bilamana unsur fungsional, struktural dan bentuk daripada bangunan sudah tepat, unsur estetika baru dipikirkan atau disesuaikan. Disamping ketiga unsur tersebut masih perlu tambahan lagi tentang syarat diperhitungkan. Ekonomis diartikan sebagai suatu unsur dari segi moral dalam diri perncipta yang dinyatakan dalam kegiatan / pekerjaan dengan usaha minimal guna mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan demikian perencanaan yang baik harus mampu mewujudkan suatu bangunan yang fungsional dengan tidak meninggalkan segi strukural dan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-11

131 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur estetika, walaupun bahan yang dipakai sebagai struktur dan bahan finishing harganya relatif murah Proses Perencanaan Proses perencanaan merupakan urutan langkah suatu kegiatan yang didalamnya terdapat suatu usaha pemecahan masalah. Adapun urutan dalam perencanaan sebagai berikut : Survei - analisis - konsep - design - pelaksanaan 1. Survei Sebelum melakukan survei, kita harus mengetahui terlebih dahulu siapa yang memberi tugas, perorangan, pemerintah atau perusahaan karena hasilnya perancangan yang memakai adalah pemberi tugas. Survei meliputi, fungsi bangunan, aktivitas bangunan yang akan dibuat, berapa orang jumlah penghuninya, peralatan apa yang akan dipakai dalam ruang pada bangunan tersebut dan berapa dana yang disediakan dalam pembangunannya. Perancang harus mampu merumuskan persyaratan umum dalam mendirikan suatu bangunan di daerah yang akan dibangun. Setelah selesai perumusan, perancang mengadakan survei melalui pendekatan langsung ataupun tidak langsung ketempat yang akan didirikan bangunan. Cara yang dilakukan dapat dengan melalui pengukuran langsung lokasi, foto perbatasan lingkungan, penyelidikan tanah serta arah pandangan yang baik dan sebagainya. Data yang telah didapat sangat berguna sebagai tindak lanjut seterusnya. Kadangkadang dalam survei tidak cukup hanya sekali, tetapi perlu diulang dianalisis ternyata perlu tambahan data lainnya sebagai pelengkap dalam perencanaan. 2. Analisis Tujuan analisis data dari hasil survei adalah untuk menampung segala aktivitas yang sesuai dengan persyaratan fungsi masing-masing aktivitas agar terwujud dalam rancangan (gambar) bangunan. Konsep dari hasil analisis dapat berupa beberapa alternatif yang ditinjau dari beberapa segi yang menguntungkan dan merugikan. Hal ini dapat dilaksanakan sebagai dasar untuk menetapkan alternatif menguntungkan jika ditinjau segala komplek atau menyeluruh dalam memenuhi persyaratan kegiatan-kegiatan dan kondisi lingkungan yang ada. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-12

132 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Program analisis meliputi : a. Analisis Sistem Tapak, yaitu bagaimana memperoleh peruntukan site dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari tapak. Adapun yang mempengaruhi dalam perencanaan tapak bangunan adalah : 1. Peta tapak (site) 2. Iklim sekitar / daerah tapak 3. Orientasi matahari 4. Arah padangan (view) 5. Sistem Utilitas 6. Keadaan bangunan sekitar 7. dan sebagainya b. Analisis sistem guna yaitu mengenai hubungan fungsi setiap kegiatan, analisis hubungan ruang maupun diagram hubungan ruang. c. Alternatif pemilihan lokasi 1. Orientasi bangunan 2. Mudah pencapaian 3. Pengaruh sinar matahari dan arah angin 4. Denah kontur, karena akan menentukan besar penggalian dan penimbunan tanah dapat pula sebagai dasar penyesuaian bentuk bangunan dan peletakan permukaan lantai utama. 5. Arah pengaliran air kotor d. Sirkulasi Usahakan sirkulasi yang terjadi jangan sampai menyilang baik didalam bangunan maupun diluar bangunan, karena akan memboroskan luas ruangan atau bangunan. Unsur sirkulasi yang dimaksud disini adalah manusia, barang, kendaraan, ruang utama atau ruang pendukung. e. Utilitas Sistem utilitas yang dimaksud adalah kaitannya dengan perencanaan bangunan rumah tinggal yaitu : 1. Sistem pengadaan air minum dari PAM atau dari sumber lain. 2. Sistem penerangan buatan dari PLN atau diesel generator 3. Sistem komunikasi antar ruang atau hubungan dari rumah keluar yaitu telepon dan interkom. 4. Sistem pembuangan air hujan dan air kotor dengan peresapannya. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-13

133 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur 3. Konsep Perencanaan Setelah menganalisis semua unsur-unsur rancangan yang mempengaruhi suatu bangunan, kemudian dilanjutkan dengan penentuan alternantif yang baik dan inilah yang merupakan konsep dari suatu perencanaan yang akan dituangkan dalam rancangan (disain). Adapun isi konsep perencanaan tersebut antara lain meliputi : a. Penggunaan tanah (peruntukan tanah), yaitu meliputi keadaan site, prosentase yang digunakan untuk bangunan sekitar + 40% luas bangunan dan + 60% luas tanah (kapling) yang tidak dibangun. Tetapi juga tergantung dari persatuan pemerintah daerah setempat. b. Site plan, yaitu meliputi pengelompokan masa bangunan (pengaturan masa bangunan). Ini berguna untuk pemanfaatan pencapaian tujuan pelayanan bangunan tersebut. c. Gubahan masa, yaitu meliputi pengaturan tata letak bangunan berdasarkan fungsinya, sehingga memudahkan pengaturan sirkulasi ataupun dapat memanfaatkan penggunaan tanah untuk maksud lain. Perencanaan struktur meliputi pondasi, lantai, balok dan kolom. d. Pemakaian struktur bangunan tergantung pada perencanaan bangunan yang dikehendaki, sedangkan dalam struktur bangunan biasanya dikelompokkan dalam 3 macam kelompok utama, yaitu : 1. Bangunan dengan struktur masif yaitu dindingnya merupakan pemikul beban utama atau disebut bangunan dengan struktur bearing wall. 2. Bangunan dengan struktur kerangka yaitu kolom merupakan penyangga dan penyalur gaya ke tanah sehingga dindingnya hanya berfungsi sebagai penyekat atau pembatas ruang. Sedangkan kerangka sendiri merupakan susunan majemuk dari kolom dan balok dalam usaha untuk mencapai kekokohan. 3. Bangunan dengan struktur modern, bentuk strukturnya sudah lain daripada dua hal diatas dan pendekatannya banyak unsur dari analisis matematis walaupun juga tetap berdasarkan alam sekitar. Kesederhanaan suatu bentuk struktur hanya dapat mencerminkan murahnya daripada dua hal di atas dan pendekatannya banyak unsur dari analisis matematis walapun juga tetap berdasarkan alam sekitar. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-14

134 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur 4. Rancangan (design) Rancangan ini merupakan implementasi dari suatu konsep yang telah matang yang ditujukan dalam gambar rencana atau gambar bestek. Dan gambar bestek merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan bersamaan dengan peraturan administrasi dan teknis pelaksanaan. Pada hakekatnya rancangan merupakan rincian dari proses pelaksanaan pembangunan yang dituangkan pada kertas berupa gambar persyaratan teknis dan umum (administratif). 5. Pelaksanaan Pembangunan Pelaksanaan pembangunan merupakan perwujudan dari gambar perencanaan ke bentuk sesungguhnya pada suatu lokasi yang telah ditentukan. Untuk mewujudkannya perlu juga mengikuti pedoman pembangunan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yaitu tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan. Adapun uraian dari pedoman tersebut garis besarnya adalah : Setiap pembangunan rumah tinggal harus dimungkinkan penghuninya dapat hidup dan menjalankan kegiatan sehari-hari dengan sehat dan layak. Dan biasanya pedoman teknik ini, perhitugan besarnya untuk perencanan bangunan rumah tinggal sederhana penghuni 5 (lima) orang. Jarak Bangunan Jarak bangunan rumah tinggal satu sama lainnya harus didasarkan atas ketentuan : 1. Bahaya kebakaran 2. Ventilasi 3. Cahaya matahari 4. Sirkulasi manusia Bila bangunan tidak sampai batas persil maka : - Untuk luas persil kurang dari 900 m Konsep Perancangan Rumah Tinggal Seperti yang telah diuraikan diawali modul ini bahwa fungsi rumah tinggal tidak hanya sekedar untuk melindungi diri dari bahaya hewan dan cuaca, tetapi sebagai : - Tempat istirahat atau rekreasi keluarga - Tempat menikmati untuk kehidupan yang nyaman Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-15

135 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur - Untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat (prestise) - Pembinaan keluarga Manusia merupakan salah satu mahluk hidup didunia yang mempunyai akal serta pikiran yang tinggi. Oleh karena itu hal-hal yang menyangkut dengan manusia harus mendapatkan perhatian benar dan mendetail. Lain halnya bila bangunan tersebut untuk benda mati atau hewan akan berbeda faktorfaktor yang mempengaruhinya. 1. Penghuni Faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tinggal bagi penghuni atau manusia antara lain : a. Adat istiadat Adat istiadat daerah berbeda sehingga bentuk rumah dan susunan kemungkinan akan berbeda pula. b. Keinginan dan kebutuhan Keinginan penghuni juga akan mempengaruhi dalam konsep perencanaan. c. Taraf hidup dan pendidikan Antara keluarga satu dengan lainnya, taraf hidupnya akan berbeda sehingga dalam merencanakan rumah disesuaikan dengan kemampuan. Bahkan perbedaan tingkat pendidikannya akan berpengaruh juga. d. Susunan dan hubungan keluarga Ada satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, 1 (satu) anak perempuan, 2 (dua) anak laki-laki, 1 (satu) pembantu dengan tingkatan umur yang berbeda, tetapi ada pula keluarga yang susunannya lain. e. Mata pencaharian Sebagai guru, pegawai swasta, pedagang dan lain sebagainya. f. Kegiatan Kegiatan perorangan misalnya membaca, berkebun dan penyelesaian pekerjaan dari kantor atau kegiatan sosial. Kegiatan bersama misalnya santai bersama keluarga, ngobrol, nonton TV dan sebagainya. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-16

136 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur 2. Analisis Site a. Pendekatan (approach) Untuk daerah umum (public) karena dikehendaki pencapaianya cepat, maka sebaiknya diletakkan paling depan. Tetapi kalau mempunyai maksud lain misalnya untuk menunjukkan taman, dapat juga diletakkan sesuai rencana. Antara pintu utama (main entrance) dan pintu samping (side entrance) dipisahkan untuk menghindari persilangan (cross) antara lintasan ruang keluarga (living) dengan lintasan ruang service. Gb. 6.7 Posisi pintu utama b. Matahari Pengaruh matahari disini terutama bagaimana memasukkan atau memanfaatkan sinar matahari pagi hari kedalam ruang bangunan tanpa halangan. Gb. 6.8 Posisi bangunan terhadap matahari c. Kebisingan Ruang bagian mana yang peletakkannya perlu ketenangan. Biasanya ruang yang perlu ketenangan diletakkan pada bagian belakang. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-17

137 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur Gb. 6.9 Posisi bangunan terhadap kebisingan d. Orientasi / pandangan / view Dalam menentukan peletakkan ruangan harus memperhatikan arah pandangan / view yang paling baik sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. Misalnya arah pandangan ke jalan merupakan yang paling baik untuk ruang tamu dan arah ke taman untuk ruang duduk / keluarga. Gb. 6.9 Posisi bangunan terhadap orientasi pandangan e. Zoning 1. Zone pribadi / private terletak di timur 2. Zone umum/ public terletak di selatan 3. Zone semi umum / semi publik terletak di utara 4. Zone pelayanan / operative terletak di barat Kemudian kotak yang tertera notasi a, b, c dan d dicoba dianalisis ke dalam site yang telah ditentukan, sehingga akan mendapatkan gambaran awal tentang letak daripada ruang-ruang yang diperlukan. Gb Pengaturan ruang berdasarkan zoning Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-18

138 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur f. Sirkulasi Sirkulasi ini merupakan penetapan lalu lintas yang terdapat dalam gubahan masa bangunan tersebut maupun dalam ruangan. Misalnya bagaimana kalau seseorang akan ke ruang keluarga ataupun ingin langsug ke dapur, ke belakang, orang tersebut harus lewat pintu yang mana? Main Entrance Side Entrance JALAN Gb Posisi bangunan terhadap sirkulasi lalu lintas 3. Studi Ruang Studi ruang ini dipakai untuk menetapkan luas bangunan yang dikehendaki sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi luas bangunan antara lain adalah : a. Luas ruangan Luas ruangan ditentukan oleh : 1. Banyaknya perabot 2. Banyaknya penghuni 3. Sirkulasi (ruang gerak penghuni) Untuk sirkulasi biasanya ditambah 20% dari luas ruangan (untuk ruang gerak kecil). Bila ruang lebih luas, maka ditambah 30%. Kadang-kadang luasnya tergantung atau disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut. b. Banyaknya ruangan Sebagaimana kita telah pahami bahwa syarat utama sebuah rumah tinggal harus cukup sinar matahari pagi yang masuk, pergantian udara yang bersih, tempat beristirahat, ruang untuk gerak dan sebagainya. Kesemua hal diatas dimaksudkan supaya setiap penghuni rumah dapat merasa senang tinggal dalam rumah. Untuk itu banyaknya ruang tergantung kebutuhan dan luas daripada tanah yang dimiliki. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-19

139 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur c. Tata letak ruangan Tata letak ruang dalam suatu bangunan atau rumah tinggal harus diatur sedemikian rupa sehingga lalu lintas dalalm ruangan lancar, kebebasan dan kenyamanan penghuni terjamin. Untuk itu, pengaturannya hendaknya berdasarkan kelompok daerah umum (public area), daerah pribadi (private area), daerah semi umum (semi public area) dan daerah pelayanan (service area). Dengan pengaturan berdasarkan kelompok maka fungsi daripada ruangan tidak terjadi hubungan yang kurang harmonis karena adanya campuran yang fungsinya berbeda. d. Penghuni Penghuni sangat berpengaruh dalam menetapkan besar kecilnya suatu ruang ataupun macam ruangan yang diperlukan, sehingga akan dapat menentukan besar kecilnya bangunan tersebut. Dan untuk idealmya biasanya juga dipengaruhi oleh macam kegiatan daripada setiap penghuni. 4. Sistematika Hubungan Ruang Untuk menentukan tata letak ruang dalam bangunan rumah tinggal, perlu terlebih dahulu mencari hubungan antara ruang yang diperlukan. Dengan adanya diagram ini akan memudahkan pengaturan tata letak ruangruang yang perlu berdekatan dan atau sebaliknya. Ini diperlukan agar pemakaian ruangan dapat efisien bagi penghuninya. Gb Sistematika Hubungan ruang Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-20

140 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur 5. Struktur Organisasi Ruang Setelah melalui tahap hubungan ruang maka diterjemahkan lagi agar lebih jelas dengan pengorganisasian ruang, sehingga prosedur atau alur lalu lintas mulai masuk ruang dalam bangunan akan terlihat lebih mudah dipahami. Gb Struktur Organisasi Ruang Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-21

141 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur STANDARDS RUANG TIDUR Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-22

142 Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan Teknik Arsitektur STANDARDS RUANG TIDUR Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-23

143 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal BAB VII PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL 7.1 UMUM Aktivitas penghuni pada bangunan bertingkat sangat tergantung dengan fasilitas gedungnya, jadi sebuah bangunan bertingkat yang sudah jadi struktur rangkanya belum dapat dikatakan berfungsi dengan layak, jika fasilitasnya belum lengkap. Sebagai contoh : penghuni di lantai atas yang membutuhkan air untuk mandi akan sangat repot bila harus membawa air dari bawah ke atas. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sebuah bangunan gedung masih membutuhkan pekerjaan pelengkap yang termasuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal. 7.2 LINGKUP PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL Lingkup pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada bangunan bertingkat seperti halnya bangunan susun meliputi pekerjaan pemasangan instalasi listrik, instalasi penangkal petir, pemasangan pompa air berikut instalasinya, pemasangan alat pemadam kebakaran serta alat komunikasi dan air conditioner (AC). 1. Listrik Fungsi utama listrik adalah untuk penerangan di dalam rumah, sedangkan fungsi lainnya adalah untuk memberi nyawa kepada alat-alat elektronik dan mesin agar dapat bekerja yang pada zaman modern ini sumber sangat mewarnai kehidupan manusia. Sumber listrik umumnya diambil dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan pekerjaan jaringan listrik di dalam rumah harus dilaksanakan oleh orang yang telah mempunyai lisensi (PAS) dari PLN. 2. Penangkal Petir Sebuah benda yang lebih tinggi dibanding benda-benda disekitarnya akan lebih besar kemungkinan disambar petir. Untuk melindungi bangunan dan penghuninya dari sambaran petir yang dipasang pada bagian atap tertinggi. Pemasangan instalasi penangkal petir ini juga dilaksanakan oleh instalasi listrik yang telah mendapat rekomendasi dari PLN. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-1

144 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 3. Pompa Air Alat ini berfungsi untuk menaikkan air ke atas/bak penampung yang dipasang lebih tinggi dari ketinggian lantai tingkat, agar air nantinya dapat mengalir ke semua lantai tingkat. Setiap pompa mempunyai spesifikasi dan kekuatan yang berbeda. Untuk memilih pompa, harus diukur lebih dahulu kedalaman air yang akan dihisap dan ketinggian bak penampung yang akan disuplai. 4. Alat Pemadam Kebakaran Pada bangunan bertingkat, alat pemadam kebakaran mutlak harus disediakan, karena kebakaran sangat sulit diduga kapan datangnya dan bagaimana proses terjadinya, terutama bila kebakaran terjadi dilantai bawah, maka penghuni di lantai atas akan sangat sulit menyelamatkan diri. Pada bangunan bertingkat rendah (4 lantai atau kurang), persyaratan alat pemadam kebakaran yang dianjurkan adalah Sprin kler, yaitu alat pemadam kebakaran dengan semprotan air yang dipasang pada plafon. Untuk bangunan bertingkat rendah (4 lantai atau kurang), persyaratan alat pemadam kebakaran yang dianjurkan adalah Sprin Kler, yaitu alat pemadam dengan semprotan air yang dipasang pada plafon. Untuk bangunan umum sebaiknya juga harus dipasang Fire Hydrant yaitu pipa yang dapat menyemprotkan air bertekanan. Panjang selang pipa harus dapat mencapai ke sudut ruangan yang terjauh. Bak air untuk fire hydrant harus dibuat terpisah dengan bak air untuk kebutuhan hidup penghuni, agar bila terjadi kebakaran airnya tidak kosong karena sudah terpakai. 5. Alat Komunikasi dan AC Pelengkap gedung lainnya yang menunjang aktivitas penghuni, antara lain telepon atau intercon, yaitu alat komunikasi antara ruang di dalam gedung maupun komunikasi dengan pihak di luar gedung dan air conditioner (AC) yaitu alat untuk menyejukkan dan memberikan udara segar di dalam ruangan. Untuk bangunan rumah susun, biasanya pihak pengembang tidak melengkapi dengan fasilitas ini, mengingat rumah susun diperumuskan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Bangunan rumah susun bila dilengkapi dengan fasilitas AC dan telepon akan menambah komponen biaya sehingga harga jual akan bertambah tinggi / mahal. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-2

145 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 7.3 PEKERJAAN MEKANIKAL Penyegar Udara (AC) 1. Jenis Penyegar Udara a. Penyegar Udara Paket Penyegar udara jenis paket terdiri dari peralatan penyegar dan refrigerator yang terletak dalam satu rumah. Gambar 2.1 menunjukkan sebuah konstruksi, dimana komponen penyegar udara yang terdiri dari kipas udara, koil udara, saringan udara dan penampung terletak di bagian atas dari rumah. Dengan demikian udara yang terinduksi melalui lubang masuk dan akan mencapai temperatur dan kelembaban yang diinginkan. Selanjutnya udara tersebut ditekan masuk kedalam ruang plenum yang ada di bagian atas kipas udara, kemudian masuk ke dalam ruangan. Dalam keadaan di mana satu penyegar udara paket harus melayani beberapa ruangan, maka udara dimasukkan ke dalam ruangan melalui expansi langsung (DX coil), dimana refrigerator cair dari konsensor diuapkan sehingga udara yang mengalir melalui koil udara tersebut menjadi dingin dan kering. Penyegar uadara jenis paket semula ditujukan untuk pendinginan, tetapi dapat juga dipergunakan untuk pemanasan apabila dilengkapi dengan koil pemanas yang bekerja dengan uap atau air panas atau dengan pemanas listrik. Di bagian bawah dari penyegar udara terdapat mesin pendingin yang terdiri dari komporesor, kondensor, pengontrol otomatik dan peralatan listrik. Kompresor yang dipakai dapat berupa kompresor torak atau kompresor putar. Motor listrik yang dipakai berdaya sekitar 7.5 KW dan biasanya dari jenis hermetik, dimana motor dan kompresor terbungkus dalam satu rumah. Dalam hal ini dapat dipakai kondensor dengan pendinginan udara atau pendinginan air. Jika dipakai kondensor pendinginan air, kondensor biasanya diletakkan di dalam unit. Sedangkan kondensor pendinginan udara kondensor biasanya diletakkan di luar unit tersebut ; pipa refrigeran menghubungkan kondensor dengan mesin penyegar udara. Gambar 2.2 menunjukkan sistem pipa dari jenis penyegar udara paket dengan pendinginan air. Penyegar udara jenis paket berkapasitas antara 3 sampai 10 TR (Ton Refrigeran) dan dirancang untuk memberikan kenyamanan normal Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-3

146 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal maupun untuk keperluan industri atau keperluan lain, dimana dapat diperoleh udara bertemperatur dan berkelembaban rendah. Penyegar udara dari jenis pompa kalor tersedia untuk keperluan pendinginan maupun untuk pemanasan Ruang plenum 10. Kondensor 2. Gril pengeluaran 11. Pipa kapilar 3. Lubang masuk pembantu 12. Saklar tekanan / tekanan tinggi 4. Kipas udara 13. Kotak saklar elektromagnetik 5. Motor kipas udara 14. Panel kontrol 6. Pendingin 15. Pipa flexibel 7. Pemanas 16. Saringan pengering 8. Saringan udara 17. Karet peredam getaran 9. Kompresor 18. Pengukur tekanan campuran 17 Gb. 7.1 Penyegar udara jenis paket Pada jenis ini banyak dipergunakan kipas udara jenis daun banyak, dengan penghisapan tunggal untuk unit berkapasitas kecil atau penghisapan ganda untuk unit berkapasitas besar. Koil udara terbuat dari beberapa pipa tembaga dengan sirip alumunium dari jenis expansi langusng dengan refrigeran *5 R-12, R-22 atau R-500. selama proses pendinginan, air yang ada dalam udara mengembun pada koil pendingin dan dialirkan keluar melalui panci penampung. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-4

147 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Motor kipas udara Distribusi Pipa Kapilar Pengering Kondensor kipas udara Panci penampung Panci penampung Pendingin (evaporator) Pipa refrigeran Kompresor Air pendingin Gb. 7.2 Sistem pipa dari penyegar udara paket Penyegar udara paket yang dirakit di pabrik, sebenarnya tidak cocok untuk penyegaran udara sepanjang tahun karena tinggi biaya perawatannya disamping itu, efisiensi kipas udara dan kompresor relatif rendah. Namun, jenis ini banyak dipergunakan dalam berbagai gedung terutama karena harga awalnya yang rendah Penyegar Udara Kamar 1. Pendingin Udara Penyegar udara dalam kamar adalah penyegar udara paket berukuran kecil dengan kapasitas pendinginan antara 0,5 sampai 2 TR ; tersedia dalam jenis lantai, langit-langit, jenis dinding dan jenis jendela. Kondensor dengan pendinginan air dipakai pada instalasi yang besar, tetapi dapat juga dipakai kondensor dengan pendinginan udara, kondensor dengan pendinginan udara biasanya diletakkan di luar kamar, terpisah dari unit tersebut. Kadang-kadang dipakai pula kondensor yang dapat berfungsi sebagai evaporator pada musim dingin dan sebagai pompa panas untuk pemanasan. Gambar 2.3 menunjukkan konstruksi penyegar udara jenis jendela dengan kompresor torak atau kompresor putar. Kipas udara daun banyak dipasang di dalam kamar (di bagian evaporator), sedangkan kipas udara propeler dipasang di bagian luar (di bagian pendinginan (evaporator)) dan kondensor terdiri dari pipa-pipa bersirip pelat alumunium. Pengaturan temperatur kamar dapat dilakukan dengan menjalankan dan menghentikan kerja kompresor, berdasarkan pengukuran temperatur masuk. Penyegar udara ruangan yang biasanya berukuran kecil, mudah Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-5

148 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal dipasang dan dijalankan disamping itu, kapasitas pendinginannya cukup besar. Jenis ini banyak digunakan di rumah maupun di dalam gedung. Untuk keperluan pemanasan, mesin ini dilengkapi dengan pemanas listrik dan koil udara dengan uap atau air panas sebagai fluida kerjanya. Penyegar udara ruangan dapat memadai penyegar udara sentral berkapasitas besar jika dibandingkan dari segi biaya awalnya. Namun, jenis tersebut pertama kurang baik jika dibandingkan dengan jenis yang kedua, jika ditinjau dari segi distribusi udara. Penyaringan debu, ventilasi, pengaturan temperatur dan pengaturan kelembaban udara serta peredaman suara, khususnya dalam musim pancaroba. Motor kipas udara Kipas udara kondensor Paking (jenis propeler) Kondensor Kipas udara pendingin (jenis daun banyak) Gril pengeluaran Pemasukan udara Pendingin (evaporator) Pipa Kapilar Udara kembali Pengerinig Pembuangan air embun Kompresor Luar ruangan Udara buang Saringan udara Dudukan karet Damper udara buang Dalam ruangan Gb. 7.3 Pendingin ruangan jenis jendela 2. Pemanasan Penyegar Udara a. Pemasangan penyegar udara jenis paket Tempat dimana penyegar udara hendak dipasang sebaiknya memenuhi persyaratan tersebut di bawah ini dan disesuaikan dengan keinginan pemakai. Lihat gambar 5.4 dan gambar 5.5. Ruang plenum Jenis (dalam) ruangan Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-6

149 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Jenis dalam ruangan : Jenis ini diletakkan di tempat di dalam ruangan sehingga dapat diperoleh sirkulasi udara dingin yang baik. Ruangan plenum dapat dibuat dengan tiga lubang pemasukan udara ke dalam ruangan. Penyegar udara berukuran besar dapat memberikan distribusi arus udara yang tidak merata, oleh karena itu sebaiknya digunakan saluran jet dengan jumlah lubang udara keluar sesedikit mungkin. Saluran udara Udara luar Jenis luar-ruangan Jenis luar ruangan : Apabila sebuah ruangan dan ruangan di sebelahnya harus dilayani oleh sebuah penyegar udara saja, maka ruangan plenum dihubungkan dan saluran pada langit-langit dari ruangan sebelah. Sedangkan bagi ruangan di mana penyegar udara tersebut dipasang, udara segar diberikan langsung dari ruang plenum. Jadi ruangan sebelah harus dilengkapi dengan lubang udara sehingga udara dapat mengalir kembali masuk ke dalam ruangan dimana penyegar udara dipasang. Udara luar Jenis saluran udara untuk tingkat pertama dan tingkat kedua Jenis saluran udara untuk melayani tingkat pertama dan tingkat kedua : Apabila sebuah penyegar udara harus melayani beberapa tingkat (misalnya tingkat pertama dan tingkat kedua), maka harus dipasang saluran untuk mengalirkan udara segar ke setiap tingkat tersebut. Aliran udara kembali akan terjadi melalui jalan tanga menuju penyegar udara. Oleh karena itu, penyegar udara sebaiknya Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-7

150 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal diletakkan dekat pada jalan tangga, untuk mempermudah dan memperpendek lintasan udara kembali ke penyegar udara. Jenis saluran udara yang melayani beberapa ruangan Jenis saluran udara yang melayani beberapa ruangan : Apabila sebuah penyegar harus melayani beberapa ruangan, udara segar dapat dialirkan ke setiap ruangan melalui saluran udara dan menempatkan penyegar udara di serambi. Dalam hal tersebut harus diusahakan agar dapat diperoleh distribusi udara ke masing-masing ruangan, sesuai dengan beban kalornya. Sedangkan pada dinding serambi dari setiap ruangan tersebut harus mengalir kembali ke dalam penyegar udara. Oleh karena itu kapasitas pendinginan dari penyegar udara harus ditetapkan dengan memperhitungkan beban kalor dalam serambi. Saluran isap udara luar : Untuk mencegah pengotoran udara ruangan, maka dimasukkan udara luar yang bersih. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan saluran isap udara luar. Gb. 7.4 Pemasangan penyegar udara Udara kotor dapat diisap Gb. 7.5 Sirkulasi Udara Petunjuk pemasangan : 1. Bagi unit yang diletakkan di atas lantai, haruslah dibuat agar lantai benar-benar rata dan kuat. Jika lantai tidak kuat dan kaku Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-8

151 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal untuk mendukung beban penyegar udara, maka akan terjadi getaran dan gangguan bunyi. 2. Penyegar udara hendaknya diletakkan dekat dari terminal daya listrik, sehingga tidak diperlukan kabel listrik yang panjang. Demikian juga harus diusahakan agar kabel listrik yang digunakan terpasang dengan rapi. 3. Tempat yang disediakan untuk penyegar udara hendaknya cukup luas sehingga memudahkan pemeriksaan dan perawatannya. 4. Penyegar udara hendaknya dipasang di tempat yang bersih dan tidak musah kemasukan udara luar yang kotor (misalnya udara di sekitar dapur). 5. Letak penyegar udara dipilih di tempat yang tidak akan menimbulkan gangguan bunyi. 6. Untuk ruangan yang mensyaratkan tingkat gangguan bunyi yang rendah, penyegar udara dapat diletakkan di luar dan udara disalurkan ke dalam ruangan melalui saluran udara. Jika tidak, maka harus diusahakan agar gangguan bunyi dapat direndam dengan sebaik-baiknya yaitu dengan menggunakan isolasi bunyi. 7. Penyegar udara hendaknya diletakkan diatas tempat dengan lantai yang sedikit dimiringkan, supaya bebas dari genangan air. 8. Masalah pengangkutan komponen sistem penyegaran udara harus pula diperhatikan. Oleh karena itu harus disurvai terlebih dahulu jalan dan cara yang akan digunakan. 9. Posisi lubang udara dingin atau udara panas masuk ke dalam ruangan hendaknya ditetapkan dengan seksama. Hal tersebut dianggap penting supaya dapat diperoleh distribusi temperatur udara ruangan yang uniform dan konstan. Jarak lemparan (throw) arus udara dapat dihitung sesuai dengan besarnya kecepatan udara dan bentuk lubang udara masuk ruangan. Kondisi yang nyaman biasanya diperoleh dengan mengusahakan agar kecepatan udara di dalam ruangan tidak lebih dari pada 0.3 m/s. 10. Penyegar udara dengan saluran udara hendaknya dirancang dengan baik. Baik yang tajam akan menyebabkan kerugian gesek yang besar. Oleh karena itu, saluran keluar hendaknya dirancang dengan mempertimbangkan kecepatan udara dan jumlah belokan. Demikian pula saluran isap udara segar hendaknya dibuat dengan memperhitungkan posisi dan ukuran lubang isap. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-9

152 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 11. Bagi sistem yang menggunakan kondensor pendinginan air, lokasi tempat pemasangannya ditetapkan dengan mempertimbangkan instalasi pipa air pendingin yang diperlukan. Jadi, hendaknya dipilih tempat sedekat mungkin dari sumber air sehingga dapat digunakan pipa air pendingin yang lebih pendek. 12. Bagi sistem yang menggunakan kondensor pendinginan udara, kondensor harus diletakkan di tempat dimana udara pendingin dapat mengalir dengan leluasa dan tidak bersirkulasi. Jika udara yang keluar dari kondensor mengalir kembali ke kondensor, seperti yang dapat terjadi apabila kipas udara dipasang dekat dari dinding atau gedung sebelah, maka prestasi penyegar udara akan berkurang. 13. Penyegar udara tidak boleh dikenai radiasi matahari langsung atau sumber kalor lainnya. Penyegar udara dengan pendinginan udara tidak boleh bekerja di tempat yang dikenai radiasi matahari langsung. Jadi dalam hal seperti itu penyegar udara harus dilindungi atau diletakkan dibawah atap. 14. Penempatan penyegar udara hendaknya ditetapkan sehingga tidak merusak keindahan dan keserasian ruangan dengan dekorasi interior dan mebel yang ada. Penampang F- Dicamfer ( chamfered ) Dibuat celah untuk menghindari retak setelah dikeringkan (contoh) Pasak kayu Pasak kayu Gb. 7.6 Pembuatan kerangka alas dari kayu untuk penyegar udara jenis paket Penyegar udara hendaknya dipasang di atas papan kayu sehingga beban penyegar terbagi rata pada lantai. Alas kayu dibuat sebagai berikut. Untuk memperbaiki sifat isolasi getarannya, lembaran gabus Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-10

153 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal setebal 15 mm atau lembaran bahan isolasi getaran lain yang cukup tebal, dipasang dibawah alas kayu tersebut, seperti pada gambar 2.6. b. Pemasangan Penyegar Udara Ruangan Jenis Jendela Penyegar udara ruangan jenis jendela hendaknya dipasang pada jendela atau dinding yang berhadapan dengan udara luar yang cukup kuat dan tahan getaran. Pemilihan lokasinya akan mempengaruhi prestasi pendinginan atau pemanasannya. Oleh karena itu, lokasi hendaknya dipilih sesuai dengan keinginan pemakai. Penyiapan dan cara pemasangan penyegar udara ruangan jenis jendela dapat dilihat pada gambar 5.7 dan gambar Rel pengarah 2. Palang 3. Penghalang belakang 4. Penggantung Kerangka kayu Untuk jenis jendela Celah di bagian bawah ditutup untuk mencegah masuknya air hujan Untuk digabung dengan kerangka kayu Ditutup rapat Penggantung Sebaiknya kerangka kayu dan ambang jendela ditetapkan dengan pasak Gb. 7.7 Penyiapan dan pemasangan penggantung bagi penyegar udara jenis jendela Kerangka kayu Paking vinil Poliuretan lunak Dikauk (caulked) Poliuretan lunak Dikauk (caulked) pada sisi kiri dan sisi kanan Gb. 7.8 Cara merapatkan celah antara dinding dan penyegar udara ruangan jenis jendela Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-11

154 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Petunjuk pemasangan 1. Instalasi bagian dalam ruangan a. Ruangan yang disegarkan hendaknya diperiksa untuk mengetahui apakah terdapat tirai, lukisan dan perhiasan lainnya. b. Bagian penyegar udara yang menonjol ke dalam ruangan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga pemasukan udara segar dan pengisapan udara ruangan tidak terhalang. c. Jarak antara lantai dan alas penyegar udara sebaiknya 1 meter, supaya diperoleh distribusi temperatur yang baik tetapi juga untuk memungkinkan pengaturan dan perawatan mesin. d. Jika penyegar dipasang terlalu dekat dari langit-langit, pendinginan atau pemanasan. Selain itu juga sukar pengaturan dan perawatannya. e. Di samping itu hendaknya diperhatikan agar sirkulasi udara segar dapat berlangsung lancar, yaitu dengan cara mengurangi hambatan oleh barang-barang yang ada di dalam ruangan f. Penyegar udara hendaknya dipasang dengan kokoh pada dinding dan jangan sampai menimbulkan getaran pada jendela. g. Hendaknya diusahakan agar air hujan tidak masuk ruangan 2. Instalasi bagian luar ruangan a. Instalasi bagian dalam maupun bagian luar ruangan hendaknya diperiksa terhadap kemungkinan gangguan operasi dan perawatannya. Harus diusahakan agar udara pendingin kondensor dapat mengalir dengan lancar. Oleh karena itu, jarak antara bagian luar penyegar udara dengan dinding atau benda lain diusahakan tidak kurang dari 500 mm. Lubang samping dari penyegar udara hendaknya tidak tertutup oleh dinding atau benda lain. b. Hendaknya diingat bahwa apabila bagian luar dari penyegar udara dikenai udara pantai, maka bagian tersebut akan dihadapkan pada kemungkinan kerusakan karena korosi atau karat. c. Apabila bagian luar dikenai angina kencang, hendaknya dilindungi dengan menggunakan perisai yang dipasang sesuai dengan arah datangnya angin. d. Demikian juga harus dihindari pemasangan pada bagian di mana terdapat banyak debu. Demikian juga hendaknya diusahakan agar udara panas dari rumah ketel atau dapur tidak terisap. Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-12

155 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal e. Jika permukaan pendingin kondensor menghadap ke barat dan dikenai radiasi matahari langsung, hendaknya diberi pelindung atau diletakkan di bawah atap. f. Penyegar udara hendaknya tidak terpasang pada dinding di mana bagian luarnya berada di dalam ruangan. Jika bagian luar penyegar udara berada di selasar atau koridor, hendaknya diperiksa apakah terdapat ventilasi yang baik. g. Bagian luar penyegar udara hendaknya tidak menimbulkan gangguan bunyi atau udara panas ke sekitarnya. Pembuangan air embun dari udara hendaknya dapat dilaksanakan dengan baik Pompa Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan cairan melalui pipa dari satu tempat ke tempat yang lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah cairan dapat dialirkan per satuan waktu dan tinggi energi angkat. Faktor tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikkan fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk mengatasi tahanan aliran dalam pipa. Seperti terlihat pada gambar 2.9, pompa memberikan energi kinetik dan energi tekanan pada cairan. Jenis pompa seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.10, banyak digunakan untuk mengalirkan air. Impeler (berputar) Difusor (tetap) A Arah air keluar Gb. 7.9 Cara kerja pompa sentrifugal Arah putaran impeler Impeler Impeler Masuk Keluar Impeler Difusor Difusor Gb Beberapa jenis pompa Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-13

156 Bab 7: Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal Perlengkapan Pemadam Kebakaran Suatu bangunan tidaklah cukup hanya dilengkapi dengan pintu atau jalan keluar untuk petugas pemadam kebarakan saja, tetapi juga perlu dilengkapi dengan perlengkapan pemadam kebakaran sebagai penanggulangan awal pada saat terjadi kebakaran sebelum petugas pemadam kebakaran sampai di lokasi perlengkapan pemadam kebakaran yang sering menjadikan paket dalam kontrak dan persyaratan teknis dalam suatu pembangunan gedung adalah : 1. Tabung pemadam kebakaran Tabung biasanya dibuat oleh pabrik dari bahan besi yang tahan terhadap tekanan udara. Ada beberapa jenis bahan yang digunakan sebagai bahan pengisi tabung yang umum digunakan adalah : a. Tabung dengan bahan kimia yang dilarut dalam air pada tabung bagian dalam, jika posisi tabung dibalik maka bahan kimia akan bercampur dengan udara yang dipadatkan pada tabung bagian luar dan ketika katup dibuka akan menyembur busa hasil proses kimia yang akan memadamkan api. Tabung pada pemadam dengan bahan kimia (form extingnisher) cocok untuk memadamkan api akibat bahan bakar cair, karena busa akan terapung di atas cairan dan memadamkan api. b. Tabung dengan gas karbon dioksida (CO 2) yang dipadatkan dan diisikan ke dalam tabung, jika katup dibuka uap cair akan menyembur keluar dengan cepat dan memadamkan api. Cairan tidak merusak bahan-bahan yang disembur, sehinga sering digunakan untuk memadamkan api pada kebakaran mesin-mesin, perpustakaan, museum dan sejenisnya. Satu tabung biasanya berisi 3 kg karbon dioksida atau setara dengan 3 ember air. Gb Tabung Pemadam Bahan Kimia (Foam) dan Carbondioksida (CO2) Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-14

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi). Abstrak. Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi). Jalur transportasi, komunikasi, saluran irigasi dan utilitas adalah

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN 1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi : I. Perbaikan/Rehab dermaga TPI/PPI 2. Sarana bekerja dan tata cara pelaksanaan. a. Untuk kelancaran

Lebih terperinci

PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE)

PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE) SSBM 10 = REKAYASA BANGUNAN PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT

Lebih terperinci

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah. PONDASI Pondasi bangunan merupakan bagian yang penting dari konstruksi bangunan. Pondasi adalah bagian dari suatu konstruksi bangunan yang mempunyai kontak langsung dengan dasar tanah keras dibawahnya.

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1 Lingkup Tinjauan Khusus Tinjauan khusus pada laporan kerja praktek ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan pondasi. Pada tinjauan ini, penulis memaparkan metode pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG Pengertian Pondasi Adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas mendukung seluruh beban

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1 Latar Belakang Buku penilaian untuk unit kompetensi Menerapkan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang Terkait Dengan Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi dibuat sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi BAB III RENCANA PONDASI DAN DETAIL PONDASI Pengenalan Denah Pondasi Pondasi (Sub Structure/Foundation) sering disebut struktur bangunan bagian bawah, yaitu merupakan konstruksi yang terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pondasi adalah bagian terbawah dari suatu struktur yang berfungsi menyalurkan beban dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung. Pondasi sendiri jenisnya ada

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Uraian umum Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : a. Tower A 18 lantai - Atap 1 lantai b. Tower B & C 24 lantai - Atap 1 lantai c. Podium 5 lantai,

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas

Lebih terperinci

BAB I. Laporan Praktikum 1

BAB I. Laporan Praktikum 1 BAB I A. Teori Dasar Sebelum dilakukan pekerjaan penggalian tanah untuk pondasi, maka dilakukan terlebih dahulu pekerjaan pemasangan papan Bouwplank. Bouwplank adalah pembatas yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan METODA PELAKSANAAN Nama Perusahaan : Nama Paket Pekerjaan : No. Paket : CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan 481625 Jangka waktu pelaksanaan : Metode pelaksanaan merupakan hal

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK) NOMOR : TANGGAL : NOMOR URAIAN KEGIATAN Koef. A BANGUNAN GEDUNG 24.01 Pekerjaan Persiapan & Tanah 24.01.01.01 Pembuatan Bouwplank /Titik Titik 23.02.04.01.01.F Mandor 0.0045 Orang Hari 158,000.00 711.00

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 04 Judul Modul KONSTRUKSI BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1 I. INFORMASI / PENDAHULUAN 1. Peta lokasi pekerjaan : (lihat lampiran) a Lokasi pelaksanaan pekerjaan 2. Informasi Pekerjaan & Lapangan a Site : - Luas tempat kerja : memanjang - Topografi : daerah aliran

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK

BAB II DATA PROYEK DATA UMUM PROYEK BAB II DATA PROYEK 2.1 DATA UMUM PROYEK Pembangunan Pumping Station Island 2A Pantai Indah Kapuk di Kapuk Muara Jakarta Utara adalah merupakan rancangan penanggulangan banjir yang berfungsi memindahkan

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

PENGANTAR PONDASI DALAM

PENGANTAR PONDASI DALAM PENGANTAR PONDASI Disusun oleh : DALAM 1. Robi Arianta Sembiring (08 0404 066) 2. M. Hafiz (08 0404 081) 3. Ibnu Syifa H. (08 0404 125) 4. Andy Kurniawan (08 0404 159) 5. Fahrurrozie (08 0404 161) Pengantar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN METODE PELAKSANAAN I. PRA PEMBANGUNAN 1. Pemeriksaan gambar-gambar untuk pelaksanaan : Semua gambar-gambar yang disiapkan adalah gambar-gambar yang telah ditandatangani oleh Direksi dan apabila ada perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II Bahan Kuliah Ke-I Pengenalan Kolom Struktur Beton II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh September 2008 Materi Kuliah Definisi Pembuatan Kolom Apa yang dimaksud dengan Kolom?

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam makalah ini saya membahas mengenai macam-macam Pondasi Dangkal beserta karakteristik Pondasi Dangkal.

KATA PENGANTAR. Dalam makalah ini saya membahas mengenai macam-macam Pondasi Dangkal beserta karakteristik Pondasi Dangkal. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha ESa atas rahmat-nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah Pondasi Dangkal yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

LABORATORIUM KONSTRUKSI DASAR (Sumber : Teknik Konstruksi Bangunan Gedung, AG. Thamrin, 2008)

LABORATORIUM KONSTRUKSI DASAR (Sumber : Teknik Konstruksi Bangunan Gedung, AG. Thamrin, 2008) LABORATORIUM KONSTRUKSI DASAR (Sumber : Teknik Konstruksi Bangunan Gedung, AG. Thamrin, 2008) 1/5 A. Menyiapkan Lokasi 1. Lokasi Hal-hal yang perlu disiapkan di lokasi pekerjaan pasangan batu adalah; a.

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA

STANDAR LATIHAN KERJA STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan : Pengawasan Jembatan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridges) Kode SKKNI : INA.5212. 322.04 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Team ilmu sipil dalam websitenya mengartikan pile cap sebagai bagian dari pondasi bangunan yang digunakan untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DAFTAR JOBSHEET PRAKTIKUM KERJA BATU JS 01 JS 02 JS 03 JS 04 JS 05 JS 06 JS 07 JS 08 JS 9-10

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN STADION BAROMBONG TAHUN 2013

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN STADION BAROMBONG TAHUN 2013 PRELIMINARIES Pekerjaan ini meliputi : 1. Pekerjaan pembersihan Sebelum pekerjaan ini dimulai dengan kontraktor terlebih dahulu membersihkan lokasi pekerjaan, dari kotoran sampah, pohon dan semak belukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran

Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran dengan dinding dari Buis Beton. Perhitungan Untuk

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG. Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: A. METODE PELAKSANAAN GEDUNG 2 TINGKAT PONDASI TIANG PANCANG Adapun metode pelaksanaan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan merupakan pekerjaan persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan suatu konstruksi jalan layang (flyover) bertujuan mengurai kemacetan jalan, dengan merubah persimpangan sebidang menjadi persimpangan tidak sebidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia konstruksi terdapat beberapa aspek teknis yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan proyek dimulai, salah satunya adalah persiapan lahan untuk pembangunan.

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

Nama Pekerjaan : Pembangunan Abutmen Jembatan Air Jernih Gumpang Lempuh Perusahaan : CV. RABO PERKASA Lokasi : Gumpang Lempuh Tahun Anggaran : 2017

Nama Pekerjaan : Pembangunan Abutmen Jembatan Air Jernih Gumpang Lempuh Perusahaan : CV. RABO PERKASA Lokasi : Gumpang Lempuh Tahun Anggaran : 2017 METODE PELAKSANAAN Nama Pekerjaan : Pembangunan Abutmen Jembatan Air Jernih Gumpang Lempuh Perusahaan : CV. RABO PERKASA Lokasi : Gumpang Lempuh Tahun Anggaran : 2017 1. PEKERJAAN UMUM Mobilisasi Cakupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT)

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) 7.1 Uraian Umum Pada umumnya penggunaan bahan bangunan struktur gedung bertingkat proyek di Indonesia menggunakan bahan

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN BAWAH dengan sistim KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 Proyek : Gedung

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant 3. Hasil Pengujian Lapangan Pengujian sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1

METODE PELAKSANAAN. Pekerjaan Perbaikan Darurat Bencana Erupsi Gunung Merapi (Paket 2) - Lanjutan 1 I. INFORMASI / PENDAHULUAN 1. Peta lokasi pekerjaan : (lihat lampiran) a Lokasi pelaksanaan pekerjaan 2. Informasi Pekerjaan & Lapangan a Site : - Luas tempat kerja : memanjang - Topografi : daerah aliran

Lebih terperinci

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan

Lebih terperinci

Tugas I Teknik Pondasi Perbandingan konstruksi pondasi sarang laba-laba dengan mat/raft foundation

Tugas I Teknik Pondasi Perbandingan konstruksi pondasi sarang laba-laba dengan mat/raft foundation 2011 Tugas I Teknik Pondasi Perbandingan konstruksi pondasi sarang laba-laba dengan mat/raft foundation Pengertian, sejarah, keutungan, dan kelemahan dari pondasi sarang laba-laba Angga Wahyu Pratama 2009410130

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1. Material Perlu diketahui bahwa bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan dan kekakuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No. BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.476A (Zone C) 4.1. Pekerjaan Pembuatan Lubang Bor Pekerjaan pembuatan lubang

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN LOKASI KERJA F.45...... 02 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap BAB VI PEMBAHASAN Menyusun rencana anggaran biaya proyek merupakan langkah awal dalam proses pembangunan suatu proyek, sehingga harus diiakukan dengan teliti dan secermat mungkin agar diperoleh biaya bangunan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG METODE PELAKSANAAN REHABILITASI PRASARANA PENGENDALI BANJIR SUNGAI CITARUM HILIR WALAHAR MUARA GEMBONG PAKET III DI KAB. KARAWANG DAN BEKASI (BENDUNG WALAHAR W718) "SICKLE" LIFTING JACK TIANG PANCANG LIFTING

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K) VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K) Yervi Hesna 1, Radhi Alfalah 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) A. PENGERTIAN Dinding penahan tanah (DPT) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap ICS 93.025; 17.120.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM, BALOK, PELAT LANTAI DI LANTAI P1, P2, P3, P4, P5 PADA GEDUNG SATRIO TOWER DI JAKARTA SELATAN Nama : Rika Arba Febriyani NPM : 26312369 Pembimbing : Lia Rosmala Schiffer, ST.,

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder

(Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan. 1. Tipe Jembatan. a) Jembatan Pelat Beton Berongga. b) Jembatan Pelat. c) Jembatan Girder 1 PEKERJAAN JEMBATAN (Ir. Hernu Suyoso, MT., M. Akir.) A. Komponen Jembatan 1. Tipe Jembatan a) Jembatan Pelat Beton Berongga b) Jembatan Pelat c) Jembatan Girder d) Jembatan Beton Balok T e) Jembatan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci