BAB I PENDAHULUAN. daya, seperti daya imajinasi dan daya kreatifitas dari para pengarangnya. Selain itu, karya sastra
|
|
- Teguh Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Masalah I.1.1. Latar Belakang Sastra merupakan hasil proses kreatif. Dalam proses penciptaannnya melibatkan banyak daya, seperti daya imajinasi dan daya kreatifitas dari para pengarangnya. Selain itu, karya sastra dalam proses penciptaannya juga membutuhkan pengetahuan yang luas dan pengalaman yang kompleks dari para pengarangnya untuk menghasilkan suatu produk seni yang lebih intens dan bertendens. Tanpa adanya hal tersebut niscaya akan menelurkan karya sastra yang bernilai seni rendah. Luasnya kehidupan manusia yang terekam di dalam sebuah karya sastra, telah pula melibatkan berbagai displin ilmu untuk memberikan beragam kontribusi terhadap proses penciptaan karya sastra, sampai pada proses pemberian makna atau interpretasi terhadap karya sastra itu sendiri. Ini merupakan suatu fenomena yang wajar, mengingat karya sastra dan ilmu sastra itu sendiri tidak mengenal kata berhenti dalam proses perkembangannya. Adanya gerak dinamis dalam bidang sastra tersebut telah pula menghasilkan suatu hubungan simbiosis dengan bidang atau ilmu lain, khususnya ilmu-ilmu sosial sebagai ilmu bantunya. Hubungan simbiosis tersebut merupakan suatu hubungan yang mengikat dua bidang atau ilmu yang berbeda namun terlihat sejalan dalam pengkajian obyek dan dalam proses perkembangan dari kedua bidang atau ilmu itu masing-masing. Ada banyak ilmu yang dapat digunakan sebagai ilmu bantu yang relevan dengan ilmu sastra seperti linguistik, psikologi,antropologi, ilmu sosial/kemasyarakatan, ilmu filsafat dan sebagainya. Berbagai displin ilmu
2 tersebut telah ikut meramaikan panggung sastra dunia, baik dalam proses perkembangan ilmu sastra maupun dalam proses pemberian makna dan penghayatan terhadap karya sastra; jauh sebelum kelahiran Reneisans di Eropa. Sastra dan Filsafat adalah dua bidang ilmu yang bersenyawa. Kedua bidang ilmu ini sama-sama memfokuskan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan menjadi objek kajian. Dalam hal ini penulis mengutip pendapat Tabir Sitepu (1982 : 6) sebagai berikut : Filsafat dan Cipta sastra adalah dua bidang ilmu yang masing-masing mempunyai kedudukan yang otonom. Namun, filsafat salah satu ilmu dari bermacam-macam ilmu kerabat sastra, kelihatannya bersenyawa dengan cipta sastra. Filsafat mempunyai sikap sistematis terhadap kehidupan manusia. Sedangkan cipta sastra bersikap imajinatif dan orisinil terhadap kehidupan manusia. Hubungan sastra dan filsafat sangat erat, bila dipandang dari sudut intensitasnya. Kedua bidang ini merupakan manisfestasi bentuk pemikiran radikal manusia yang bertujuan untuk mengungkapkan sebab dan rahasia terdalam kehidupan manusia. Oleh karena itu untuk mengkaji suatu karya sastra seorang peneliti atau penikmat sastra melibatkan ilmu filsafat sebagai ilmu bantu untuk memahami suatu karya sastra, agar diperoleh pemahaman yang intensif, juga sebaliknya ilmu filsafat kerap mengangkat suatu karya sastra menjadi objek kajian. Tentu dalam hal ini karya sastra yang banyak memuat nilai-nilai filosofis. Penulis sendiri dalam menyajikan penelitian ini menggunakan dua buah karya sastra sebagai objek kajian. Sesuai dengan judul penelitian ini yang mengarah pada tinjauan filosofis, tentu dalam hal ini penulis melibatkan ilmu filsafat sebagai ilmu Bantu dalam rangka pemahaman filosofis. Meskipun, penulis melibatkan ilmu filsafat dalam kajian, tetapi penelitian ini tidaklah semata-mata suatu pembahasan filosofis, melainkan penelitian sastra. Kedua karya sastra ini yaitu Ziarah karya Iwan Simatupang dan Kepundan karya Syafiril Erman merupakan karya sastra yang beraliran kesadaran atau stream of conciussnes bila kita
3 meminjam istilah Jassin (1983 :10). Kedua karya sastra ini memotret perjuangan manusia dalam mencari eksistensinya terhadap sesama manusia, alam semesta dan Tuhan (transeden). Manusia yang dilukiskan Iwan dalam Ziarah tidak hanya beresensi sebagai obyek saja yang penuh dengan sifat kematerian. Tetapi Ia juga harus berfungsi sebagai subjek yang bertanggung jawab untuk mengatasi semua benda yang bersifat materi. Manusia dalam Ziarah tidak hanya dituntut untuk hidup dan merasa puas bila kebutuhan raganya terpenuhi. Tetapi ia juga harus mengada atau bereksistensi agar kebutuhan rohani dan batin terpenuhi. Senada dengan Iwan, Syafiril Erman juga melakukan pengembaraan melalui imajinasinya dalam novel yang berjudul Kepundan. Perjuangan manusia dalam mencari eksistensi khususnya dalam gerak vertikal ke atas yang berakhir pada Tuhan (transedensi) terlihat intens dalam novel tersebut. Oleh karena itu, mengkaji novel tersebut dari sudut pandang filsafat bukanlah sesuatu yang mustahil. Di samping itu, novel Kepundan merupakan novel yang baru keberadaannya dalam kesusasteraan Indonesia modern. Oleh karena itu pengkajian novel Kepundan dari sudut pandang filsafat, serta membandingkannya dengan novel lain secara filosofis, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh ahli sastra maupun kritikus sastra. Berbeda dengan novel Ziarah karya Iwan Simatupang yang sudah tidak asing lagi eksistensinya dalam kesusateraan Indonesia modern dan sudah pernah diulas oleh Dami N. Toda dari sudut pandang filsafat. Hal inilah yang membuat penulis tertarik mengkaji dan membandingkan kedua novel tersebut dari sudut pandang filsafat Masalah
4 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapatlah dikemukakan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana nilai filsafat eksistensialisme dalam novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan novel Kepundan karya Syafiril Erman? 2. Apakah ada persamaan dan perbedaan nilai filsafat eksistensialisme antara novel Ziarah karya Iwan Simatupang dengan novel Kepundan Karya Syafiril Erman? 2. Batasan Masalah Filsafat adalah suatu ilmu yang begitu dalam dan tidak terhingga luasnya. Pendapat filosof pun bersimpang siur terhadap masalah filsafat. Filsafat mempunyai sifat ilmiah yang dengan sadar mencari kebenaran, metode dan sistem yang berlaku secara umum. Filsafat sebagai suatu ilmu tidak hanya menyelami sesuatu lapangan kenyataan tertentu, tetapi memajukan pernyataan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakikat, azas dan prinsip dari kenyataan. Filsafat adalah suatu ikhtiar berpikir radikal dan dengan jalan penjajakannya berusaha sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. Oleh karena luasnya cakupan ilmu filsafat tentang kehidupan manusia, maka penulis membatasi pokok masalah dari bidang tersebut. Pembatasan masalah memang sangat perlu, sebab studi terhadap filsafat secara umum sangat sulit dan niscaya akan menghasilkan hasil studi yang berkadar rendah. Adapun studi pokok dalam runutan selanjutnya ialah nilai-nilai filsafat eksistensialisme pada novel Ziarah karya Iwan Simatupang dengan novel Kepundan karya Syafiril Erman. Bila ternyata dalam uraian selanjutnya ada terdapat hal-hal di luar pokok masalah yang sudah ditentukan, bukan berarti penulis berpretensi untuk merunut secara luas, melainkan suatu yang
5 tidak dapat dihindari untuk memahami lebih mendalam sebagai rangka pelaksanaan studi filosofis terhadap novel-novel tersebut. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis nilai filsafat eksistensialisme dari novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan novel Kepundan karya Syafiril Erman. 2. Mencari persamaan dan perbedaan nilai filsafat eksistensialisme dari novel Ziarah karya Iwan Simatupang dengan Novel Kepundan karya Syafiril Erman Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini akan dijadikan manuskrip dalam jurusan Sastra Indonesia, sehingga dapat menambah pengalaman para pencinta sastra. 2. Hasil penelitian ini akan menambah pemahaman akan aliran filsafat tersebut. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kehalusan batin para pembacanya, karena sastra dan filsafat bertujuan menambah pengalaman para pembaca dan pecintanya agar lebih arif dan bijaksana. 4. Metode Penelitian 4.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang dilaksanakan penulis disini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini diklarifikasikan sebagai penelitian kualitatif karena bertitik tolak dari paradigma fenomenologis
6 yang objektifitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi tertentu, sebagaimana yang dihayati oleh individu atau kelompok social tertentu, dan relevan dengan tujuan dari penelitian tersebut. Mengenai penelitian kualitatif ini Bogdan dan Taylor (Moleong, 1983:3) berpendapat : Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Penelitan pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut biasanya dikenal dengan paradigma. Paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proporsi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. (Moleong, 1983 : 30) Dalam sebuah penelitian dibutuhkan sejumlah data yang dijadikan sebagai obyek untuk dikaji. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini disebut dengan data sekunder karena data ini diperoleh dari buku atau sumber bacaan, sehingga penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan (librarian riseth). Metode yang digunakan dalam memperoleh data penelitian adalah dengan metode membaca (heuristic) dan metode membaca berulang-ulang (hermeneutik) dan teknik catat pada kartu data. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Membaca novel Ziarah dan Kepundan secara keseluruhan dan membuat sinopsisnya. 2. Mencatat nilai filsafat eksistensialisme yang terdapat pada novel Ziarah dan Kepundan, serta mencari persamaan dan perbedaannya Metode dan Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul lalu dianalisis degan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
7 1. Mengidentifikasikan dan mengklasifikasikan data nilai filsafat eksistensialisme dari kedua novel tersebut. 2. Membandingkan data nilai filsafat eksistensialisme dari kedua novel tersebut untuk mencari persamaan dan perbedaannya. 3. Menyimpulkan hasil analisis data. 5. Landasan Teori Dalam melaksanakan penelitian tentu harus memakai landasan teori. Landasan teori inilah yang nanti akan menjadi pedoman bagi peneliti untuk sampai pada kesimpulan. Dalam ilmu sastra landasan teori yang digunakan dalam menganalisis karya sastra tentunya berbeda dengan bidang ilmu-ilmu lain. Ilmu sastra merupakan suatu cabang dari ilmu-ilmu sosial. Konsekuensi logis dari pada itu alat atau pisau bedah yang digunakan dalam mengkaji objeknya adalah teori-teori sastra yang sudah mapan dan ilmu bantu yang relevan dengan ilmu sastra. Filsafat sebagai salah satu ilmu bantu sastra tentu relevan dalam pengkajian suatu karya sastra. Ilmu filsafat dapat digunakan sebagai optik untuk melihat anasir-anasir dari suatu karya sastra yang menjadi titik temu antara sastra dan filsafat. Hubungan simbiosis antara sastra dengan filsafat bukanlah suatu hal yang asing lagi dalam ilmu sastra maupun dalam ilmu filsafat sendiri. Bahkan Ulrici peneliti karya-karya Shakespeare dari Jerman menyatakan hubungan sastra dengan filsafat secara gamblang. Ia mengatakan sastra dapat dilihat dalam bentuk filsafat atau sebagai bentuk pemikiran yang terbungkus. (Rene Wellek dan Austin Warren 1980 : 34). Pernyataan Ulrici di atas ada kebenarannya. Apabila kita mensejajarkan antara sejarah sastra dengan sejarah pemikiran atau filsafat akan terlihat jelas hubungannya. Ini dikarenakan secara langsung atau melalui alusi-alusi dalam karyanya, kadang-kadang pengarang menyatakan
8 bahwa ia menganut filsafat tertentu, mempunyai hubungan yang dominant pada zamannya, atau paling tidak mengetahui garis besar ajaran paham-paham tersebut (Rene Wellek dan Austin Warren (1980 : 38). Oleh karena adanya hubungan antara sastra dengan filsafat mendorong penulis untuk mengkaji suatu karya sastra dari sudut pandang filosofis. Filsafat sendiri dalam perkembangannya memilki banyak aliran. Ini merupakan suatu hal yang wajar dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang telah banyak melahirkan spesialisasi dalam berbagai disiplin ilmu. Adapun aliran filsafat yang digunakan dalam mengkaji kedua novel tersebut adalah aliran filsafat eksistensialisme. Uraian filsafat secara umum dan filsafat eksistensialisme akan dipaparkan selanjutnya Uraian Singkat Pengertian Filsafat. Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosphia yang tersusun atas kata philos dan sophia. Philos artinya cinta, dalam arti yang seluas-luasnya. Sophia artinya kebijaksanaan yang dalam arti pandai atau tahu dengan mendalam. Sehubungan dengan pembagian di atas arti filsafat keseluruhan boleh diartikan cinta kebijaksanaan. Secara pembatasan isi, filsafat adalah ilmu yang selalu mencari sebab yang sedalamdalamnya bagi segala sesuatu yang berdasar pada pikiran. Batasan ini bermakna bahwa filsafat dapat digolongkan ke dalam golongan ilmu, bersifat ilmiah yang secara sadar menuntut kebenaran. Filsafat harus bersistem, bermetode dan harus pula berlaku umum. Tetapi filsafat berbeda dengan ilmu. Filsafat mengatasi ilmu itu, sebab filsafat mencari keterangan yang sedalam-dalamnya. Poedjawijatna (1975 : 15) mengatakan : Filsafat baru mulai renungannya kalau ilmu berhenti. Filsafat tidak merendahkan pengalaman, malahan mempergunakannya juga, problem-problemnya kerap kali juga timbul dari pengalaman,
9 tetapi jalan pikiran tidak hanya berkisar pada fakta saja. Filsafat memang mencari keteranganketerangan atau sebab tetapi dalam pembuktiannya tidak membatasi dari pada pengalaman. Filsafat mencari sebab yang sedalam-dalamnya dan kalau ada batas, batas itu hanya daya pikir manusia. Filsafat memang ilmu, harus bersifat ilmiah, jadi kalau dirumuskan maka filsafat itu ialah ilmu yang mencari keterangan atau sebab yang sedalam-dalamnya. Mencari keterangan yang sedalam-dalamnya inilah yang membedakan filsafat dari ilmu. Filsafat didapati di dalam dan diantara manusia yang berpikir. Filsafat dapat dianggap sebagai perbuatan yang paling radikal dalam menggunakan kemampuan berpikir. Berpikir radikal ini ditujukan pada kedalaman dan bila kedalaman ini ditemukan maka dapat dipastikan apa yang berasal dari kedalaman itu. Berpikir secara radikal mempunyai implikasi yang universal. Filsafat adalah sebagai suatu yang umum dari berbagai keragaman pendirian, aliran dan sistem. Filsafat dipikirkan oleh manusia dan diterima oleh manusia. Terjadinya suatu filsafat apabila aktifitas manusia yang bersifat mencipta menghasilkan bentuk-bentuk tertentu. Secara konkret tidak ada filsafat secara umum, ada hanya berbagai-bagai filsafat. Di sini kita bertemu dengan banyak sistem, pandangan tentang dunia, keterangan-keterangan dunia secara filsafat. R. F. Beerling (1966 : 13) mengatakan : Kesatuan filsafat adalah dalam keseragaman bentuknya, tokohnya, pernyataan-pernyataannya. Berpuluh abad manusia mendalami persoalan-persoalan filsafat, tetapi belum juga didapatinya penyelesaian yang defenitif. Jika sekiranya tentang persoalan-persoalan itu ada didapat penyelesaian yang definitive, maka hal ini berarti matinya filsafat. Akan tak ada satu pun juga yang mendorong manusia mengadakan persoalan-persoalan lagi. Hal ini akan bertentangan dengan keadaan manusia, situasi manusia. Sifat situasi manusia itu adalah bahwa selalu ada sesuatu yang ditanyakan. Dengan argumentasi di atas jelaslah bahwa keadaan pendirian-pendirian filsafat yang esensial dan prinsipil tidak dapat dijelaskan pendirian mana yang benar dan mana yang salah. Untuk mengukur kebenaran dan kekekalan filsafat diluar filsafat tidaklah mungkin, sebab filsafat tidak mengakui ukuran demikian. Meskipun umurnya telah berabad-abad tetapi filsafat tidak mempunyai pengertian yang tetap. Oleh sebab itu banyak orang menganggap filsafat itu sebagai sesuatu yang tidak perlu dan berguna. Karena tidak ada ketegasan mengenai pengertian filsafat
10 itu, para filosof pun kadang-kadang merasa gelisah. Pernah filosof mencoba membuat sesuatu ketetapan yang tegas. Hal ini dilakukan dengan maksud agar filsafat dapat mencapai ilmu yang tegas dan sejati. Namun hal itu hanyalah khayalan belaka Akhirnya timbullah perpecahan menjadi berbagai aliran. Setelah penulis menguraikan pengertian filsafat secara umum, maka tahapan berikutnya penulis ingin mencoba menguraikan filsafat eksistensialisme secara singkat. Filsafat eksistensialisme adalah filsafat yang selalu berusaha mencari kebenaran manusia dan selalu mempertanyakan kehadiran manusia di atas dunia ini. Paham eksistensi menganggap bahwa manusia tidak hanya berada di dunia, tetapi mengahadapi dunia sekaligus. Manusia mengerti akan arti dan guna yang dihadapinya, dan dalam hal ini manusia mengerti bahwa hidup mempunyai arti. Untuk mendefinisikan eksistensialisme secara khusus merupakan masalah yang sulit sekali sebab pendapat penganut-penganut atau pun perintisnya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Tetapi karena dasar dari paham-paham penganutnya mempunyai titik persamaan maka dapatlah diberikan pengertian filsafat eksistensialisme itu secara umum. Poedjawijadna (1978 : ) mengatakan : Amat sukar mengatakan apa existensialisme itu karena di dalamnya terkandung beberapa aliran yang sungguh tidak sama. Pengaruh yang mengenai aliran ini bermacam-macam juga. Dalam keterangan yang amat sederhana ini akan kami majukan sifat-sifat umum bagi penganutpenganut yang dinamai orang eksistensialisme itu : 1. Orang menyuguhkan dirinya (existere) dalam kesungguhan yang tertentu. 2. Orang harus berhubungan dengan dunia. 3. Orang merupakan kesatuan sebelum adanya perpisahan antara jiwa dan badannya. 4. Orang berhubungan dengan ada Demikian juga pendapat R.F. Beerling (1966:212), Jadi apa yang kita cari dalam filsafat eksistensi adalah suatu gambaran tentang manusia dan suatu gambaran tentang dunia. Lebih tepat : satu melainkan pelbagai gambaran, tetapi segalanya berkisar pada sekitar pengertian eksistensi.
11 Menurut asal katanya eks berarti ke luar dan sistensi berarti menempatkan, berdiri N. Drijarkara S.J. (1978 : 57) menjelaskan, Dengan meninggalkan etimologi atau asal kata dulu, dengan langsung saja kami katakana, bahwa yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara manusia berada di dunia ini. Cara itu hanya khusus bagi manusia. Jadi, yang ber-eksistensi itu hanyalah manusia,. Jadi, ingatlah, eksistensi tidak sama dengan berada, atau lebih baik jika kita katakan : mengada! Akan tetapi tidak tiaptiap barang itu ber-eksistensi. Batu, pohon, kerbau tidak ber-eksistensi. Yang ber-eksistensi itu hanya manusia. Ada dari manusia, atau caranya manusia berada, itulah yang disebut eksistensi. Pengertian eksistensi adalah arti yang pokok, dasar dari aliran eksistensialisme. Arti eksistensialisme adalah berada dengan cara yang khusus bagi manusia. Walaupun demikian manusia di dalam eksistensialisme tidak hanya berhubungan dengan dirinya sendiri tetapi berhubungan dengan di luar diri sendiri. Terlibat di dalam diri sendiri dan terlibat di luar diri sendiri Bertolak dengan pengertian di atas, maka eksistensi merupakan peristiwa dan pengalaman azasi yang menjiwai seluruh kegiatan manusia. Ber-eksistensi berarti sadar akan diri sendiri dan dapat memberi arti kepada segala yang bersifat materi. Klerkegaard (Hasan, 1973:24) menyatakan : Manusia adalah pengambil keputusan dalam eksistensinya. Apapun keputusan yang diambilnya tak pernah ia mantap dan sempurna Pengertian yang telah diuraikan di atas adalah dasar dari paham eksistensi. Dari dasar tersebut berkembanglah berbagai macam aliran eksistensialisme, yaitu dalam melihat arti eksistensialisme itu sendiri. Dapatlah disebutkan dua aliran yang jelas sekali dalam eksistensialisme. Yang pertama memandang manusia dalam geraknya di dunia ini; dan yang kedua memandang manusia sebagai gerak vertikal ke atas yang berakhir pada Tuhan. Dalam
12 penelitian ini penulis menggunakan kedua macam aliran filsafat eksistensialisme tersebut dalam rangka pengkajiannya.
BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan
Lebih terperinciFILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI
Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang
Lebih terperinciPengantar. Jakarta, September Tim Penulis
Pengantar Segala puji bagi Allah SWT dan Shalawat untuk Muhammad SAW atas dipermudahnya pembuatan makalah ini. Makalah pengantar kurikulum ini dibuat untuk memenuhi tugas dari pa Khaerudin. Kami juga berharap
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciTinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu
Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,
Lebih terperinciPENGERTIAN FILSAFAT (1)
PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. 1 Sedangkan
Lebih terperinciModul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi
Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan
Lebih terperinciFILSAFAT PENDIDIKAN. Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum
FILSAFAT PENDIDIKAN Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi adalah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan
Lebih terperinciSek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara
Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah usaha untuk merekam isi jiwa sastrawannya yang berupa ungkapan pribadi manusia yang terdiri dari dari pengalaman, pemikiran, perasaan, ide
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum
EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif dimana manusia beserta kehidupannya menjadi objeknya. Sebagai hasil seni kreatif sastra juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia
Lebih terperinciTUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU
TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163
Lebih terperinciEPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT
EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang lahir dengan fungsi sosial dan fungsi estetik, novel sebagai hiburan dari kelelahan rutinitas kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan
Lebih terperinciEstetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen
Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Sastra lahir atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
Lebih terperinciEKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:
EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia
Lebih terperinciFILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI
FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,
Lebih terperinciPENGERTIAN FILSAFAT (1)
PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di
Lebih terperinciNILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA
NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
Lebih terperinciFILSAFAT MANUSIA. Intelek dan kehendak manusia. Masyhar Zainuddin. Modul ke: Fakultas Fakultas. Program Studi Pendidikan Psikologi
FILSAFAT MANUSIA Modul ke: Intelek dan kehendak manusia Fakultas Fakultas Masyhar Zainuddin Program Studi Pendidikan Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian intelek dan kehendak Intelek adalah daya atau
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai bentuk aspirasi, apresiasi, dan pandangannya terhadap suatu peristiwa dan perasaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah wujud tertulis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan seni cipta antara perpaduan imajinasi pengarang dan pengalaman kehidupan yang ada disekitarnya, mungkin pernah ia alami sendiri. Dalam hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat pada suatu waktu meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat
Lebih terperinciPendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis
Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.
Lebih terperinciThe Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th
The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?
Lebih terperinci2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan
BAB II LANDASAN TEORI Eksistensi dari karya sastra di tengah masyarakat tidak lepas dari pengakuan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang dihasilkan para pengarang. juga perlu membacanya. Memberikan sebuah bacaan yang bernilai sastra
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia sastra di Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Berkembangnya sastra berarti pula berkembangnya hasil karya sastra yang dihasilkan
Lebih terperinciETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan filsafat. Dengan demikian sastra dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra dan filsafat (pemikiran) memiliki hubungan yang erat. Sastra dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan filsafat. Dengan demikian sastra dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,
Lebih terperinci