BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposit Material komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan atau lebih yang berbeda dalam level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal. Komposit berasal dari kata kerja to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur (Diester, G.E, 1987). Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adala tunggal dimana merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusun. Komposit terdiri suatu bahan utama (Matrik-matrik) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat (fibre). Material komposit terdiri dari lebih dari satu tipe material dan dirancang untuk mendapatkan kombinasi karakteristik terbaikn dari setiap komponen penyusunnya. Bahan komposit memiliki banyak keunggulan, diantaranya berat yang lebih ringan, kekuatan dan ketahanan yang lebih tinggi, bahan korosi dan ketahahn aus (Hashim, J, 2003). Komposit bahan hibrida yang terbuat dari bahan resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Adapun tiga faktor yang menentukan sifat-sifat dari material komposit yaitu: 1. Material pembentuk. Sifat-sifat intristik material pembentuk memegang peranan yang sangat penting terhadap pengaruh sifat kompositnya. 2. Susunan struktur komponen, dimana bentuk serta orientasi dan ukuran tiap-tiap komponen penyusun struktur dan distribusinya merupakan faktor penting yang memberi kontribusi dalam penampilan komposit secara keseluruhan.

2 3. Interaksi antar komponen. Karena komposit merupakan campuran atau kombinasi komponen-komponen yang berbeda baik dalam hal bahannya maupun bentuknya (Hashim, J, 2003). 2.2 Matrik Resin PoliesterTak Jenuh Polyester Resin tak jenuh merupakan material polimer kondensat yang dibentuk berdasarkan reaksi antara kelompok polyol, yang merupakan organik gabungan dengan alkohol multiple atau gugus fungsi hidroksi, dan polycarboxylic yang mengandung ikatan ganda. Tipikal jenis polyol yang digunakan adalah glycol, seperti ethylene glycol. Sementara asam polycarboxylic yang digunakan adalah asam phthalic dan asam maleic. Polyester Resin tak jenuh adalah jenis polimer thermoset yang memiliki struktur rantai karbon yang panjang. Matriks jenis ini memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukannya. Struktur material yang dihasilkan berbentuk crosslink dengan keunggulan pada daya tahan yang lebih baik terhadap jenis pembebanan statik dan impak. Hal ini disebabkan molekul raksasa atom atom karbon yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian struktur molekulnya menghasilkan efek peredaman yang cukup baik terhadap beban yang diberikan. Data mekanik material matriks diperlihatkan pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Karakteristik Mekanik Polister Resin Tak Jenuh Sifat Mekanik Satuan Besaran Berat Jenis Modulus Elastisitas Kekuatan Tarik Elongasi Densitas (Hashim, J, 2003). kg/mm 3 MPa MPa % Mpa 1,215 x ,6 5,5 Polyester adalah resin thermoset yang berbentuk cair dengan viskositas yang relatif rendah, dengan penambahan katalis, Polyester mengeras pada suhu kamar. Resin Polyester banyak mengandung monomer stiren sehingga suhu

3 deformasi termal lebih rendah dari pada resin thermoset lainnya dan ketahanan panas jangka panjang adalah kira-kira 110 o C 140 o C. Ketahanan dingin resin ini relatif baik. Pada umumnya polyester tahan terhadap asam kecuali asam pengoksida, tetapi lemah terhadap alkali. Bila dimasukkan kedalam air mendidih dalam waktu yang lama (300 jam), bahan akan pecah dan retak-retak. Bahan ini mudah mengambang dalam pelarut, yang melarut polimer stiren. Kemampuan terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap kelembaban dan sinar UV bila dibiarkan diluar, tetapi sifat tembus cahaya rusak dalam beberapa tahun. Bahan ini dapat digunakan secara luas sebagai bahan komposit. Polyester yang 157BQTN-EX dengan spesifikasi seperti ditampilkan dalam tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Spesifikasi Unsaturated Polyester Resin Yucalac 157 Sifat Satuan Nilai Catatan Berat Jenis Kekerasan Suhu Distorsi Penyerapan air Suhu Ruangan Kekuatan Tarik Modulus Elastisitas Density Elongasi kg/mm 3 - C % % MPa GPa MPa % 1, ,188 0, ,3 5,5 2, jam 7 hari (Zulfadhli, 2013). Pada umumnya material ini digunakan dalam proses pembentukan dengan cara penuangan antara lain perbaikan body kendaraan bermotor, pengisi kayu dan sebagai material perekat. Material ini memilikin umur pakai yang panjang, kestabilan terhadap sinar ultraviolt (UV), dan daya tahan yang baik terhadap serapan air. Kekuatan material ini diperoleh ketika dicetak kedalam bentuk komposit, dimana material-material penguat seperti serat kaca, karbon dan lainlain, akan meningkatkan sifat mekanik material tersebut sementara ketika dalam keadaan tunggal material ini bersifat rapuh dan kaku (Zulfadhli, 2013) Poliuretan

4 Poliuretan adalah jenis polimer yang sangat unik dan luas pemakaiannya. Poliuretan ditemukan pada tahun 1937 oleh Prof. Otto Bayer sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat nylon. Tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa poliuretan bukan saja bisa digunakan sebagai serat, tapi dapat juga digunakan untuk membuat busa (foam), bahan elastomer (karet dan plastik), lem, pelapis (coating), dan lain-lain. Nama poliuretan sebenarnya mengandung kerancuan. Seharusnya polimer adalah monomer yang bereaksi membentuk rantai, tapi poliuretan bukan terdiri dari monomer uretan, melainkan suatu polimer yang terdiri dari pengulangan ikatan uretan seperti pada gambar 2.1 di bawah ini. H O R R N R1-N=C=O + R2-O-H R1-NHCOO-R2 O n (Gugus isosianat) (Gugus hidroksil) (Ikatan uretan) Ikatan uretan Gambar 2.1 Ikatan Uretan Dan Reaksi Pembentukan Poliuretan Poliuretan dibuat dengan mereaksikan molekul yang memiliki gugus isosianat dengan molekul yang memiliki gugus hidroksil. Dengan demikian, jenis dan ukuran setiap molekul pembentuk akan memberikan sumbangan terhadap sifat poliuretan yang terbentuk. Hal inilah yang membuat poliuretan menjadi polimer yang sangat fleksibel baik dalam sifat mekanik maupun aplikasinya. Saat ini, aplikasi poliuretan paling banyak (sekitar 70%) adalah sebagai bahan busa, kemudian diikuti dengan elastomer, baru kemudian sebagai lem dan pelapis. Pembuatan busa dari poliuretan dimungkinkan dengan menggunakan agen pengembang (blowing agent), yang akan menghasilkan gas pada saat terjadi reaksi sehingga poliuretan dapat membentuk busa. Jika poliuretan yang digunakan bersifat lunak, maka yang dihasilkan adalah busa lunak seperti pada kasur busa, alas kursi dan jok mobil. Ada juga jenis busa kaku (rigid foam), seperti pada insulasi dinding, insulasi lemari es atau insulasi kedap suara. Busa poliuretan

5 bersifat ulet dan tidak mudah putus. Dalam aplikasi sebagai insulasi dinding, poliuretan juga dapat dibuat menjadi tahan api dengan penambahan senyawa halogen (Nazaruddin, H. H, 2003) Blowing Agent Blowing Agent adalah material yang digunakan untuk menghasilkan struktur berongga pada komposit yang dibentuk. Blowing Agent ini biasanya dipakai ketika bahan dalam keadaan belum mengering atau belum terjadinya proses polimerisasi. Keuntungan dari penggunaan blowing agent ini yaitu struktur selular dalam matrik mengurangi densitas, meningkatkan isolasi termal dan akustik, sekaligus meningkatkan kekakuan relatif dari polimer aslinya (Zulfadhli, 2013). Blowing agent juga dikenal sebagai pneumatogens atau untuk membuat lubang atau rongga-rongga dalam matriks, telah diklasifikasikan sebagai berikut: blowing agent fisik misalnya CFC (namun bahan ini merusak ozon, dilarang oleh protokol montreal sejak 1987), HCFC (pengganti CFC, namun masih merusak ozon, sehingga masih dilarang), CO 2 cair. Proses polimerisasi menggelembung (busa) pada blowing agent adalah reversibel dan endotermik, yaitu perlu panas lingkungan. Namun pada pendinginan blowing agent akan mengembun, yaitu proses reversibel. Kimia Blowing agent misalnya isosianate dan air, hydrazine dan nitrogen sebagai bahan dasar (untuk termoplastik elastomer dan busa), natrium bikarbonat (baking powder digunakan dalam busa termoplastik). Blowing agent terbentuk dengan reaksi kimia yaitu proses atau polimerisasi bereaksi panas eksotermik. Karena reaksi blowing terjadi membentuk senyawa dengan berat molekul rendah, tambahan panas eksotermik juga dibutuhkan. Bubuk hibrida titanium digunakan sebagai busa dalam produksi metal foam, seperti terurai untuk membentuk titanium dan hydrogen gas pada suhu yang tinggi. Zirkonium hydrid digunakan untuk tujuan yang sama. Setelah membentuk senyawa dengan berat molekul rendah tidak akan pernah kembali ke blowing agent asli yaitu reaksi tidak dapat diubah. Penggunaan karbon dioksida cair (CO 2 ) sebagai blowing agent pembantu busa polyurethane adalah ide yang baik dan akan diterima dengan baik.

6 Penanganan cairan ini, yang merupakan gas pada suhu kamar, selalu menjadi salah satu masalah utamanya. Telah dikembangkan suatu proses baru untuk pembuatan busa slabstock fleksibel tanpa menggunakan CFC itu. Proses baru yang revolusioner yang disebut cardio (dari carbon dioksida), telah mampu untuk sepenuhnya menghilangkan penggunaan CFC dan senyawa organik volatil (VOC) dari produksi slabstock busa fleksibel. Hal ini telah dilakukan tanpa mengorbankan sifat fisik busa itu mekanis. Proses cardio juga secara dramatis juga mengurangi kebutuhan ukuran untuk tanaman berbusa, sehingga memungkinkan semua keuntungan yang berasal dari ruang lantai berkurang dan volume tanaman. Foamers slabstock fleksibel dapat terus memproduksi nilai yang ada busa dengan biaya kimia lebih rendah karena perbedaan harga yang signifikan antara CFC, ABAS, dan karbon dioksida (Zulfadhli, 2013). Jenis blowing abgent yang digunakan dalam penelitian ini adalah polyurethane. Polyurethane adalah suatu jenis polimer yang mengandung jaringan urethane yaitu NH-CO-O-. Ada dua reaksi kimia penting pada pembentukan polyurethane foam, reaksi pertama adalah antara isocyanate dengan polyol membentuk polyurethane. Reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut: R-NCO+HO-R 1 R-NHCOO-R kcal/mole...(2.1) Isocyanate alkohol Urethane Pada awal campuran, polyisocyanatedan polyol bereaksi sangat lambat. Setelah reaktan sedikit terkonversi, laju reaksi mulai meningkat karena hasil reaksi mempercepat pembentukan polyurethane (auto catalis). Agar pembuatan polyurethane terjadi cepat maka perlu digunakan katalis basa dan katalis logam. Mekanisme antara katalis logam dan basa yang berbeda memungkinkan penggunaan kedua jenis katalis secara simultan dan sinergis. Katalis basa mengandung gugus anime berfungsi untuk mempercepat reaksi isocyanate, baik terhadap polyol maupun air. Sedangkan katalis logam dapat mempercepat reaksi isocyanate dengan polyol. Surfaktan digunakan untuk mencampurkan komponenkomponen yang tidak saling larut, mengurangi tegangan permukaan pada fase fluida, dan menstabilkan ekspansi bubble dan menghasilkan struktur sel (sel terbuka atau sel tertutup) (Zulfadhli, 2013).

7 Reaksi kedua adalah reaksi antara air isocyanate menghasilkan polyurethane dan gas CO 2 sebagai Chemical blowing agent. Polyurethan dibentuk oleh reaksi senyawa isosianate yang bereaksi dengan senyawa yang memiliki hydrogen aktif seperti diol (polyol), yang mengandung group hydroksil dengan mempercepat katalis. Unsur nitrogen yang bermuatan pada kelompok alkohol (polyol) akan membentuk ikatan urethane antara dua unit monomer dan menghasilakan dimerurethane. Gas ini yang kemudian akan membentuk busa pada material polimer yang berbentuk (Wikipedia, 2013). Salah satu faktor yang penting dalam pembuatan polyurethane adalah reaksi oleh isacyanate. Isacyanate sangat reaktif terhadap suatu nukleofil, hal ini disebabkan oleh posisi atom C pada isacyanate berada diantara dua elemen elektronrgatif, yaitu oksigen dan nitrogen. Pada kondisi ini, atom karbon menjadi kekurangan elektron sehingga ketika ketemu dengan atom yang kaya elektron (nukleofil), dengan cepat akan membentuk suatu ikatan. Dengan kata lain, atom C adalah electron acceptor, ikatan kedua atom tersebut kemudian menghasilkan polyurethane (Wikipedia, 2013). Material yang terbentuk dari campuran blowing agent polimer disebut dengan material polymeric foam. Material polymeric foam banyak ditemukan sebagai busa kaku dan fleksibel yang digunakan sebagai pelapis atau perekat material. Berdasarkan sifat mekaniknya material ini memiliki 4 (empat) sifat penting diantaranya: 1. Sifat Elastik Sifat ini berhubungan dengan sifat kekakuan material yang terdiri dari geometri, bentuk dan mikrostrukturnya. 2. Sifat Viskoelastik Sifat peredaman solid material, sifat ini merupakan efek dari bentuk geometri material tersebut. 3. Sifat Akustik Sifat ini berhubungan dengan sifat media yang dilewati oleh perambatan suara akibat bentuk struktur yang berongga akan memudahkan gelombang udara masuk ke dalam material dan terserap atau terperangkap sebagian

8 besar ke dalam struktur tersebut. Dengan demikian suara yang keluar dan atau dipantulkan oleh material polymeric foam akan mengalami pelemahan. 4. Sifat Viskoakustik Sifat ini berhubungan dengan peredaman fluida yang dihubungkan dengan geometri, bentuk mikrostrukturnya yang sama dengan sifat elastiknya (Zulfadhli, 2013) Polyol Salah satu komponen penting dalam pembuatan polyurethane adalah polyol. Polyol dapat bereaksi dengan polyisocyanate untuk membuat polyurethane. Polyol mengandung dua gugus hidroksil disebut dioli dan yang mengandung tiga gugus hidroksil disebut triol dan lain-lain. Secara umum, jenis polyol yang digunakan dalam pembuatan polyurethane terbagi menjadi dua yaitu polyolyang terbuat dari produk alami dan polyol yang disebut secara sintetis. Sebagai polyol alami, castoroil banyak digunakan karena mengandung tiga group hydroksil yang akan menghasilkan cross-linked polymers. Sedangkan polyol yang dibuat scara sintetis terbagi menjadi dua yaitu polyester polyol dan polyether polyol. Polyol polieter merupakan polimer berat molekul rendah yang diperoleh dari reaksi pembukaan cincin pada polimerisasi alkilen oksida. Polyol poliester diperoleh dari reaksi polimerisasi glikol dengan asam dikarboksilat. Jadi pada dasarnya, poliuretan dibuat dari reaksi polimerisasi antara monomer-monomer diisosianat dengan polyol polieter atau poliester (Radiman, C.L, 2003) Isocyanate Salah satu komponen penting dalam pembuatan polyurethane selain poyol yaitu isocyanate. Isocyanatejuga sangat berpengaruh dari jenis yang banyak digunakan adalah aromatic dan aliphatic. Beberapa contoh isocyanate yang banyak digunakan dalam pembuatan polyurethan foam adalah toluene diisocyanate (TDI) dan diisocyanate diphenylmethane (MDI). Toluene diisocyanate adalah salah satu jenis isocyanate yang paling sering digunakan. TDI terdiri dari campuran dari 2,4 dan 2,6 Toluene diisocyanate isomer. Produk yang

9 paling sering digunakan adalah TDI-80 yang terdiri dari 80% dari 2,4 isomer dan 20% dari 2,6 isomer. Biasanya TDI digunakan dalam memproduksi low density foam. Struktur TDI itu sendiri dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini. CH CH NCO OCN NCO (a) (b) Gambar 2.2 TDI chemical struktur, (a) toluene 2,4 diisocyanate, (b) toluene 2,6 diisocyanate (Mashuri, 2007) Katalis Mekpo Katalis merupakan material kimia yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi polimerisasi struktur komposit pada kondisi suhu kamar dan tekanan atmosfir. Pemberian katalis dapat berfungsi untuk mengatur waktu pembentukan gelembung blowing agent, sehingga tidak mengembang secara berlebihan, atau terlalu capat mengeras yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan gelembung. Katalis untuk bahan pemercepat prosespembekuan dan silane dari jenis Dichloride(C14H20Cl2HSi2) sebagai bahan penggandeng (couplingagents).karakteristik katalis dimana karakteristik tersebut tergantung pada metode preparasi dan karakterisasi bahan penyangga, salah satu metode yang sering digunakan dalam preparasi katalis adalah metode impregnasi, karena ditinjau dari proses pembuatannya (Murdijanto, D.N&Setiabudi, A, 2010). 2.3 Penguat Dalam penelitian ini sebagai penguat yang digunakan adalah serat tandan kosong kelapa sawit(tkks). Kebanyakan serat TKKS setelah siap dipakai khususnya diperkebunan sering dibuang sebagai limbah dan hanya sedikit yang

10 dapat digunakan untuk diproduksi atau didaur ulang. Dan peneliti ingin coba mengamati sifat atau karakteristik dari serat ini karena sifatnya yang kuat dan juga ringan jika dicampur dengan bahan-bahan yang lain. Di indonesia merupakan negara dengan perkebunan kelapa sawit terluas didunia berjuta ha (Deptan). Tiap harinyaberton-ton kelapa sawit yang diolah. TKKS adalah salah satu produk samping kelapa sawit. Setiap ton kelapa sawit yang diolah diperoleh TKKS yang mencapai 250 [kg]. Penelitian mengenai penggunaan komposit serat TKKS diharapkan dapat menjadi acuan dan alternatif baru dalam pembuatan suatu produk yang dapat diperbaharui dan didaur ulang sementara hasil penelitian yang telah dilakukan oleh sebuah institusi komersial terhadap komposisi material kimianya diketahui bahwa kandungan material serat dalam TKKS merupakan kandungan maksimum. Berdasarkan data pada tabel 2.3 maka terlihat bahwa kandungan yang sangat dominan adalah serat, sehingga akan mampu memberikan sifat mekanik yang cukup baik terhadap material komposit yang akan dibentuk. Tabel 2.3 Parameter Tipikal Tandan Kosong Kelapa Sawit Per [kg] No. Bahan-bahan kandungan Komposisi (Wibowo,T.F, 2011). 2.4 Densitas Uap air 5.40 Protein 3.00 Serat Minyak 3.00 Kelarutan air Kelarutan unsur alkali 1 % Kotoran 5.00 K 1.71 Ca 0.14 Mg 0.12 P 0.06 Mn,Zn,Cu,Fe 1.07 Total Kerapatan (ρρ) suatu zat adalah massa zat tersebut per satuan volume. Dalam satuan Standard International (SI) kerapatan dinyatakan oleh kilogram per

11 meter kubik [kg/m 3 ], sebagai contoh kerapatan aluminium adalah 2700 [kg/m 3 ]. Satuan kerapatan lainnya yang umum adalah gram per centimeter kubik [g/cm 3 ], kerena 1 [kg] = 1000 [g/m 3 ] dan 1 [m 3 ] = 100 [cm 3 ] = 10-6 [cm 3 ] 1 [g/cm 3 ] = 10 3 [kg/m 3 ] (Kanginan, M, 2004). ρρ = mm VV.(2.2) Keterangan : ρρ = Massa jenis zat [kg/m 3 ] atau [g/cm 3 ] mm = Massa benda [kg] atau [g] VV = Volume benda [m 3 ] atau [cm 3 ] 2.5 Uji Impak Jatuh Bebas Bertujuan untuk mengetahui ketangguhan material akibat pembebanan kejut pada beberapamacam kondisi suhu.ketangguhan adalah suatu ukuran energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan kekuatan yang sama dengan bahan rapuh akan memerlukan energi perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik. Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal, oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau dikuantifitasikan secara konvensional yang mana hal tersebut dilakukan dengan uji impak (Meggitanu, 2010) Teori Benda Jatuh Bebas Jika benda jatuh kebumi dari ketinggian tertentu relatif kecil dibandingkan dengan jari-jari bumi, maka benda mengalami pertambahan percepatan dengan harga yang sama setiap detik. Hal ini berarti bahwa percepatan kebawah benda bertanbah dengan harga yang sama jika sebuah benda ditembakkan keatas berkurang dengan harga yang sama setiap detik dan perlambatan keatasnya seragam. Waktu dan kecepatan akan berbanding lurus karena tidak adanya gerak berubah beraturan atau berubah-ubah untuk menentukan kecepatan benda jatuh setiap detik diperoleh harga pendekatan seperti terlihat pada tabel 2.4 dibawah ini (Zulfadhli, 2013). Tabel 2.4 Waktu dan Kecepatan Benda Jatuh

12 Waktu t [s] Kecepatan v [m/s] ,8 19,6 29,4 39,2 49 Kecepatan [m/s] Waktu [s] Gambar 2.3 Grafik hubungan v t Grafik v t seperti ditunjukkan pada gambar 2.3 di atas yang merupakan sebuah garis lurus sehingga percepatan seragam (Zulfadhli, 2013). vv vv 0 tt = 49 5 = 9,8 [mm ss 2 ]...(2.3) Dimana: vv = kecepatan akhir [m/s] vv 0 = kecepatan awal [m/s] tt = waktu [s] Jika tahanan udara diabaikan gerakan benda jatuh bebas dapat dihitung dengan percepatan seragam melintas sebuah garis lurus, asalkan percepatan deganti dengan percepatan gravitasi (g) yaitu: 1. Untuk gerakan ke bawah a =+g 2. Untuk gerakan ke atas a = - g Percepatan geravitasi (g) dapat dipandang sebagai sebuah vektor dengan arah tegak ke bawah menuju pusat bumi (Zulfadhli, 2013) Gerak Lurus Perpindahan adalah perubahan kedudukan, hal ini merupakan besara vektor mencakup jarak dan arah. Kecepatan adalah laju perubahan kredudukan terhadap waktu, hal ini juga merupakan besaran vektor mencakup jarak, arah dan

13 waktu. Satuan perpindahan diukur dalam meter [m], kecepatan diukur dalam meter per detik [m/s], percepatan diukur dalam meter per detik kuadrat [m/s 2 ], persamaan gerakan lurus percepatan seragam. Persamaan gerak lurus percepatan seragam, penjelasannya dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini (Zulfadhli, 2013). vv tt vv 0 vv tt Gambar 2.4 Diagram Kecepatan dan Waktu Percepatan seragam memiliki partikel yang mengalami perubahan kecepatan yang sama dalam selang waktu yang sama secara berturut-turut tanpa peduli berapa selisih selang waktu tersebut, seperti ditunjukkan pada persamaan di bawah ini: Dimana: vv = kecepatan akhir [m/s] vv 0 = kecepatan awal [m/s] 1 2 (vv 0 + vv) = ss tt ss = 1 2 (vv 0 + vv)tt. (2.4) tt = waktu [s] ss = perpindahan kecepatan [m] Maka perbandingan antara kecepatan dan waktu adalah: vv tt = aa vv = vv 0 + vv tt tt vv = vv 0 tt aatt2 vv 2 = vv aaaa.. (2.5)

14 Dari persamaan di atas bila vv 0 = 0, maka untuk vv diperoleh seperti ditunjukkan pada persamaan di bawah ini: Bila a = g dan s = h maka, vv = 2 aaaa (2.6) vv = 2ggh (2.7) Dimana: vv = kecepatan [m/s] gg = gravitasi [m/s 2 ] h = ketinggian [m] Maka persamaan diatas adalah percepatan benda jatuh bebas tergantung pada jarak atau tinggi benda jatuh dari pusat bumi, ketika sebuah benda padat jatuh dengan kecepatan sedang, dapat dianggap benda mengalami percepatan gravitasi seragam, untuk pengertian umum para ilmuan mengambil harga percepatan gravitasi g = 9,81 m/s 2 (Zulfadhli, 2013) Momentum Sebuah benda bergerak dikatakan mempunyai momentum yang dinyatakan dengan hasil kali massa benda dengan kecepatan benda (Fisika Terapan). MM = mm vv[kgm/s] (2.8) Dimana: MM = momentum [kgm/s] mm = massa [kg] vv = kecepatan benda bergerak [m/s] Impuls Impuls sebuah gaya konstan adalah hasil kali gaya dengan selang waktu yang diperlukan gaya bekerjadengan rumus: II = FFFF..(2.9) Karena gaya = laju perubahan momentum terhadap waktu = perubahan momentum dibagi dengan selang waktu yang diperlukan, atau denganrumus:

15 Maka impuls = perubahan momentum Dimana: II = impuls [kgm/s] mm = massa [kg] vv = kecepatan benda bergerak [m/s] FF = mmmm tt (2.10) II = FFFF = mmmm [kgm/s].. (2.11) Energi Energi didefenisikan sebagai kesanggupan untuk melakukan kerja, prinsip kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnakan. Dalam hal ini terdapat dua bentuk energi mekanik yaitu: 1. Energi potensial (Ep) yaitu energi yang dapat dimiliki benda berdasarkan kedudukan benda, benda mempunyai energi berdasarkan massa dan posisi (tinggi) benda. Besarnya dapat ditentukan dengan rumus (Zulfadhli, 2013). Dimana: EEEE = energi potensial [Joule] mm = massa benda [kg] gg = gaya gravitasi [m/s 2 ] h = ketinggian benda [m] EEEE = mmmmh (2.12) 2. Energi kinetik (Ek) yaitu energi yang dapat dimiliki benda berdasarkan gerakan benda. Adanya pergerakan benda dari kecepatan awal vv 0 ke kecepatan perubahan vv 1. Besarannya dapat ditentukan denganrumus: EEEE = 1 2 mmvv 2.. (2.13) Dimana: EEEE = Energi kinetik [Joule] mm = massa benda [kg] vv = kecepatan benda jatuh [m/s] (Zulfadhli, 2013) Tegangan

16 Hasil output yang dihasilkan alat pengujian impak jatuh bebas yaitu gaya dalam force maka dapat diubah menjadi tegangan yang terjadi dengan membaginya dengan luas penampang yang terkena testrik. Dapat dilihat pada persamaan berikut (Gere & Timoshenko). σσ = FF AA..(2.14) Dimana: σσ = Tegangan [N/m 2 ] FF = Gaya [N] AA = Luaspenampang [m 2 ] Pengukuran Gaya Impak Kemampuan suatu benda dalam menyerap energi impak diketahui dengan melakukan pengujian impak. Biasanya yang dilakukan dalam dua jenis metode yaitu metode Charpy dan metode Izod. Pengujian ini hanya untuk melihat permukaan dari patahan spesimen yang telah diuji apakah itu getas atau ulet. Selain itu terdapat juga pengujian yang menggunakan kompressoe\ yaitu Air Gun Compressor yang terdapat dilaboratorium Impact and Fracture Unit 1 FT. USU yang mampu meluncurkan stricker dengan kecepatan yang bervariasi dan mencapai lebih kurang 50 m/s. Peralatan ini dapat memberikan gambaran terhadap kenyataan dilapangan dimana benda jatuh dari ketinggian tertentu dengan kecepatan tinggi. Akan tetapi pada penelitian ini digunakan pengujian Impak Jatuh Bebas dengan variasi ketinggian dan pengukuran besar gaya impak digunakan peralatan load cell yang dirancang dalam bentuk unit portabel. Alat ini juga mampu mengukur langsung besar gaya ketika sebuah benda yang mempunyai bobot dan ketinggian tertentu jatuhdan menimpa atau menyentuh alat sensor. Besarnya gaya impak terbaca langsung pada sebuah alat perekam dan sinyal dengan angka digital lalu ditampilkan pada destop. Kemampuan pengukuran besar gaya impak alat ini hanya pada batas 30 KN (Simanjuntak, R.K, 2011). 2.6 Hukum Hooke

17 Suatu keistimewaan dari diagram-diagram tegangan-regangan dapat dipergunakan dengan cukup teliti pada hampir semua bahan.kenyataannya,untuk jarak tertentu dari titik asal, harga-harga eksperimental dari tegangan vs regangan pada dasarnya terletak pada satu garis lurus. Hubungan antara tegangan dan regangan boleh dikatakan berbentuk linier untuk semua bahan, yang disemua bahan yang dikenal sebagai hukum hooke, hukum ini dinyatakan oleh persamaan: σσ = EE. εεatauee = σσ εε..(2.15) Tetapan E merupakan tetapan pembanding tegangan dan regangan yang disebut sebagai modulus elastisitas atau disebut juga sebagai modulus young.sedangkan σσ merupakan tegangan dan εε adalah regangan. Secara grafis tetapan E adalah kemiringan (slope) dari garis lurus yang ditarik dari titik asal kearah sektar titik A, tegangan yang didapat pada titik A tersebut dinamakan batas proporsional dari bahan tersebut. Nilai modulus elastis merupakan suatu sifat yang pasti dari suatu bahan.dalam eksperimen nilai εε selalu merupakan nilai yang sangat kecil (Gere & Timoshenko, 1996). 2.7 Pengenalan Tentang Catia Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Applicaton) Software inisangat berguna untuk membantu proses desain (CAD), rekayasa (CAE) maupun manufaktur (CAM), yang memungkinkan proses-proses pemodelan seluruhnya dilakukan secara digitalsehingga tidak diperlukan lagi gambar manual maupun model fisik. Software ini juga handal dalam memenuhi kriteria artistik, kelayakan mekanis, kenyamanan (ergonomis) dan jugakelayakan secara bisnis dari suatu desain produk. CATIA memiliki aplikasi yang sangatlengkap(140 aplikasi) untuk berbagai keperluan disiplin ilmu teknik. SejarahCATIA dimulai saat Dassault Systemes mengembangkannya untuk DassaultAviation dan mulai digunakan secara komersial sejak tahun Softwareini dipasarkan oleh IBM yang sebelumnya telah memiliki solusi sejenis yang disebut CADAM yang jugadigunakan antara lain di IPTN, PAL, National Gobel dan INKA. Pada tahun 1982 CADAM digabungkan dengan CATIA. Saat

18 ini setidaknya CATIA digunakan perusahaan di 80 negara dengan proporsi industri automotif sebesar 33%, aerospace (16%), alat elektronik dan konsumen (13%), fabrikasi dan assembly (34%) serta pabrik dan kapal (4%).Selaindigunakan untuk perusahaan-perusahaan besar,catiajuga sangat terbuka untukdimanfaatkan oleh UKM (usaha kecil dan menengah) dalam membuat inovasi-inovasi baru. Hal ini sangat terbantu dengan ketersediaan Software tersebut dalam paket yang scalable bagi industri besar mapun kecil.terkait dengan dengan pendidikan, saat ini telah berdiri beberapacatia Center di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dan salah satunya beradadi UMS,tepatnya di Lab.CAD/CAM/CAE? Fakultas Teknik UMS. Sejak 24 Februari 2005 Lab.CAD/CAM/CAE telah diresmikan IBM sebagi Authorized CATIA Education Providerdengan nama CATIA UMS Training Center yang memiliki hak untuk menguji danmengeluarkan sertifikasi bidang CATIA.CATIA merupakan Software CAD-CAE-CAM terintegrasi (3D Solid Modeling) dengan pengguna yang cukup luas, dari sebagian besar Dunia Penerbanganotomotif dan lain-lain (Admin, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposit Material komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan atau lebih yang berbeda dalam level makroskopik selagi membentuk komponen tunggal. Komposit berasal dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Kata komposit berasal dari kata to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material,

Lebih terperinci

ANALISA RESPON PARKING BUMPER REDISAIN DARI BAHAN POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK

ANALISA RESPON PARKING BUMPER REDISAIN DARI BAHAN POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK ANALISA RESPON PARKING BUMPER REDISAIN DARI BAHAN POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK Fernando Binsar Siagian 1, Bustami Syam 2 1,2 Departemen Teknik

Lebih terperinci

KEKUATAN KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PEMBEBANAN DINAMIK

KEKUATAN KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PEMBEBANAN DINAMIK Jurnal Ilmiah MEKANIK Teknik Mesin ITM, Vol. 4 No., November 016 : 67-76 KEKUATAN KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA PEMBEBANAN DINAMIK M yani Dosen Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBEBANAN IMPAK JATUH BEBAS PADA CONCRETE FOAM DENGAN VARIASI KOMPOSISI POLIURETAN YANG DIPERKUAT SERAT TKKS

PENGARUH PEMBEBANAN IMPAK JATUH BEBAS PADA CONCRETE FOAM DENGAN VARIASI KOMPOSISI POLIURETAN YANG DIPERKUAT SERAT TKKS PENGARUH PEMBEBANAN IMPAK JATUH BEBAS PADA CONCRETE FOAM DENGAN VARIASI KOMPOSISI POLIURETAN YANG DIPERKUAT SERAT TKKS Neil Leo Kaban 1, Bustami Syam 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit Tandan kosong kelapa sawit merupakan bagian dari pohon kelapa sawit yang berfungsi sebagai tempat untuk buah kelapa sawit. Setiap tandan mengandung

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR

STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR STUDI PERLAKUAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PEMBUATAN KOMPOSIT POLIMER BUSA SERTA ANALISA UJI LENTUR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Kata komposit berasal dari kata to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Komposit Komposit didefenisikan sebagai kombinasi antara dua material atau lebih yang berbeda bentuknya, komposisi kimianya, dan tidak saling melarutkan antara materialnya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISA STRUKTUR PARKING BUMPER MATERIAL KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK MENGGUNAKAN ANSYS REL. 5.4 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Material untuk rekayasa struktur terbagi menjadi empat jenis, diantaranya logam, keramik, polimer, dan komposit (Ashby, 1999). Material komposit merupakan alternatif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Bahan komposit merupakan bahan teknologi yang mempunyai potensi yang tinggi. Komposit dapat memberikan gabungan sifat-sifat yang berbeda - beda pada penggunaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta ton berat basah per tahun. PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN-III) sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. juta ton berat basah per tahun. PT. Perkebunan Nusantara III (PTPN-III) sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tandan kosong kelapa sawit (TKKS), sebagai limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) jumlahnya cukup banyak, yaitu 1,9 juta ton berat kering atau setara 4 juta ton berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi rekayasa material serta berkembangnya isu lingkungan hidup menuntut terobosan baru dalam menciptakan material yang berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

Cara Membuat Bahan Insulasi : Poliuretana.

Cara Membuat Bahan Insulasi : Poliuretana. Cara Membuat Bahan Insulasi : Poliuretana http://belajar-refrigerasi.blogspot.com/ Poliuretan atau polyurethane biasa dipakai untuk bahan isolasi temperatur pada mesin pendingin [Kulkas, coldsotage dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. denganredesain parking bumper bahan komposit polymeric foam diperkuat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. denganredesain parking bumper bahan komposit polymeric foam diperkuat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan tentang studi literatur yang berkaitan denganredesain parking bumper bahan komposit polymeric foam diperkuat TKKS yang diuji menggunakan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri

Lebih terperinci

Polyurethane pada Dashboard

Polyurethane pada Dashboard Polyurethane pada Dashboard Pendahuluan Dashboard merupakan bagian dari interior mobil yang terletak di bagian depan, tepatnya di depan kursi pengemudi dan kursi samping pengemudi yang biasanya berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biji karet berpotensi menjadi produk samping dari perkebunan karet yang tersebar luas di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sambungan material komposit yang telah dilakukan banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan sambungan ikat, tetapi pada zaman sekarang para rekayasawan

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang digunakan untuk memudahkan dalam pembuatan produk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan material di dunia industri khususnya manufaktur semakin lama semakin meningkat. Material yang memiliki karakteristik tertentu seperti kekuatan, keuletan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen, data yang diperoleh dari pengujian impak jatuh bebas.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen, data yang diperoleh dari pengujian impak jatuh bebas. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen, data yang diperoleh dari pengujian impak jatuh bebas. 3.1. Tempat dan Waktu 3.1.1. Tempat Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Indonesia mempunyai total areal perkebunan karet sebesar 3.338.162 ha (2003)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat mekanis hasil sintesis dan kualitas hasil sintesis pada bahan dasar kaca laminating dan tempered. Sifat mekanis yang diukur

Lebih terperinci

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN PENDAHULUAN Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material, dimana akan terbentuk material yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Impak dan Pembahasan Dari hasil pengujian impak yang telah didapat data yaitu energi yang terserap oleh spesimen uji untuk material komposit serat pelepah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Poliuretan memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai busa tempat tidur, sofa, asesoris mobil, serat, elastomer, dan pelapis (coating). Produk Poliuretan mempunyai bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini mendorong para peneliti untuk menciptakan dan mengembangkan suatu hal yang telah ada maupun menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi BAB I MATERI 1.1 Pengertian Materi Dalam Ilmu Kimia kita mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan yang dialami materi, baik dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lignin merupakan polimer alam yang terdapat dalam tumbuhan. Struktur lignin sangat beraneka ragam tergantung dari jenis tanamannya. Namun, secara umum lignin merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Polisi tidur (speed bump) atau disebut juga sebagai alat pengurang kecepatan adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Beton menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan koral atau agregat lainnya, dan air untuk

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat berbagai jenis bambu diperkirakan sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN POLYURETHANE FOAM DENGAN MENGGUNAKAN CASTOR OIL

PEMBUATAN POLYURETHANE FOAM DENGAN MENGGUNAKAN CASTOR OIL PEMBUATAN POLYURETANE FOAM DENGAN MENGGUNAKAN ASTOR OIL Oleh : 1 Tri Istiqomah Rahmawati (2309 105 22) 2 I Wayan Lingga Wardana (2309 105 23) Dosen Pembimbing : 1 Dr Ir Sumarno, MEng 2 Eva Oktavianingrum,

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1 PEMBUATAN SAMPEL 4.1.1 Perhitungan berat komposit secara teori pada setiap cetakan Pada Bagian ini akan diberikan perhitungan berat secara teori dari sampel komposit pada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SUKRIL AMIN NASUTION NIM.

SKRIPSI. Skripsi Ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SUKRIL AMIN NASUTION NIM. EKSPERIMEN DAN SIMULASI CATIA V5R21 KEKUATAN IMPAK JATUH BEBAS PADA STRUKTUR ATAP MOBIL DARI BAHAN KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Untuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SIFAT MEKANIK PLASTIK Sifat mekanik plastik yang diteliti terdiri dari kuat tarik dan elongasi. Sifat mekanik diperlukan dalam melindungi produk dari faktor-faktor mekanis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material komposit dengan filler serat alam mulai banyak dikenal dalam industri manufaktur. Material yang ramah lingkungan, mampu didaur ulang, serta mampu

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350 Aditya Sanjaya Putra aditya.2012ts001@civitas.ukrida.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN IMPAK CONCRETE FOAM DENGAN VARIASI KOMPOSISI POLIURETAN YANG DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT IMPAK JATUH BEBAS

ANALISA KEKUATAN IMPAK CONCRETE FOAM DENGAN VARIASI KOMPOSISI POLIURETAN YANG DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT IMPAK JATUH BEBAS ANALISA KEKUATAN IMPAK CONCRETE FOAM DENGAN VARIASI KOMPOSISI POLIURETAN YANG DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT IMPAK JATUH BEBAS SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI SERAT RAMI TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIESTER SERAT ALAM SKRIPSI Oleh : AMAR BRAMANTIYO 040304005Y DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi bahan sudah berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun sejak abad ke-20. Banyak industri yang sudah tidak bergantung pada penggunaan logam sebagai

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36

Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36 Pengaruh Penambahan Mepoxe Terhadap Sifat Mekanik dan Stabilitas Thermal Epoksi sebagai Bahan Adhesif ASTM A-36 Oleh : Delsandy Wega R 2710100109 Dosen Pembimbing Dr.Eng Hosta Ardhyananta, S.T.,M.Sc PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Composite. Fiber - Reinforced. Continous. Disontinous Streng. (Aligned) (Short) thened. Aligned. Matriks Penguat Komposit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Composite. Fiber - Reinforced. Continous. Disontinous Streng. (Aligned) (Short) thened. Aligned. Matriks Penguat Komposit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Bahan komposit merupakan bahan teknologi yang mempunyai potensi yang tinggi. Komposit dapat memberikan gabungan sifat-sifat yang berbeda - beda pada penggunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Komposit adalah campuran dua material atau lebih yang digabung atau dicampur secara makroskopik untuk menghasilkan suatu material baru. Artinya penggabungan sifat-sifat

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H POLIMER BAHAN TEKNIK 1 PENGERTIAN Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H C = C C C C H H H H H Etilen Monomer Polietilen Polimer Susunan molekul

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan secara garis besar pengetahuan teori yang menunjang dalam penelitian yang akan dilakukan. A. Batu Marmer Marmer adalah batuan kristalin yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara BAB IV HASIL DAN ANALISA Penelitian ini dilakukan dengan beberapa pengujian untuk mengetahui pengaruh variasi jenis pelindung terhadap waktu cuaca pada plastik PP-karet. Pengujian yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN PO LIMER

BAB IV BAHAN PO LIMER BAB IV BAHAN PO LIMER Polimer (polymer) berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu dari suku kata poly (banyak) dan meros (bagian). Polimer digunakan untuk nama suatu bahan yang tersusun dari satuan (unit)

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat sebagai elemen penguat menentukan sifat mekanik dari komposit karena meneruskan beban yang diteruskan oleh matrik. Orientasi, ukuran, dan bentuk serta material

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ke 21 ini, kebutuhan akan trasportasi dalam suatu masyarakat meningkat. Untuk itu diperlukan alat-alat angkut, dan pergerakan alat-alat angkut tersebut secara

Lebih terperinci

Pembuatan dan Uji Karakteristik Material Beton Ringan (Concrete Foam) yang Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Akibat Beban Statik

Pembuatan dan Uji Karakteristik Material Beton Ringan (Concrete Foam) yang Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Akibat Beban Statik Pembuatan dan Uji Karakteristik Material Beton Ringan (Concrete Foam) yang Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Akibat Beban Statik SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan

Tinjauan Pustaka. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar berikut: Gambar 2. 1 Struktur Ikatan Uretan Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Poliuretan 2.1.1. Sintesis Poliuretan Poliuretan ditemukan pertama kali oleh Prof. Otto Bayer pada tahun 1937 sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat Nylon.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan komposit tidak hanya komposit sintetis saja tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang dapat didaur ulang (renewable)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I- 1. I.1 Latar Belakang I- 1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong berbagai macam industri besar dunia untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam hal ini, industri carbon fiber semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu umat manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT DENGAN VARIASI POLYURETHANE YANG AKAN DIGUNAKAN PADA PESAWAT UAV

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT DENGAN VARIASI POLYURETHANE YANG AKAN DIGUNAKAN PADA PESAWAT UAV ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL KOMPOSIT POLIMER BERONGGA (POLYMERIC COMPOSITE FOAM) DENGAN VARIASI POLYURETHANE YANG AKAN DIGUNAKAN PADA PESAWAT UAV ANDRI SETIAWAN NIM : 090401054 TUGAS AKHIR YANG DIAJUKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH Alwiyah Nurhayati Abstrak Serabut kelapa (cocofiber) adalah satu serat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat alam khususnya pisang yang berlimpah di Indonesia sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai produk manufaktur. Berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan banyak sekali produk turunan dari minyak sawit yang dapat menggantikan keberadaan minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penggunanya dari ancaman senjata-senjata musuh maka helmet terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. penggunanya dari ancaman senjata-senjata musuh maka helmet terus berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemunculan helmet telah lahir sejak zaman Yunani kuno. Pada zaman ini helmet merupakan bagian dari teknologi perang yaitu sebagai pelengkap dari baju zirah/baju besi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Dikeringkan, Dipotong sesuai cetakan Mixing Persentase dengan Rami 15,20,25,30,35 %V f Sampel Uji Tekan Sampel Uji Flexural Sampel Uji Impak Uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi telah membangkitkan perhatian yang sangat besar dari para ilmuwan di seluruh dunia, dan saat ini merupakan bidang riset yang paling bergairah. Nanoteknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan komposit merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan kampas rem. Dalam perkembangan teknologi komposit mengalami kemajuan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sawit (PKS) jumlahnya cukup banyak, yaitu 1,9 juta ton berat kering atau setara 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Sawit (PKS) jumlahnya cukup banyak, yaitu 1,9 juta ton berat kering atau setara 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tandan kosong kelapa sawit (TKKS), sebagai limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) jumlahnya cukup banyak, yaitu 1,9 juta ton berat kering atau setara 4 juta ton berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap

Lebih terperinci

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012

SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA. Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012 NAMA : KELAS : SOAL REMEDIAL KELAS XI IPA Dikumpul paling lambat Kamis, 20 Desember 2012 1. Sebuah partikel mula-mula dmemiliki posisi Kemudian, partikel berpindah menempati posisi partikel tersebut adalah...

Lebih terperinci

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Misalnya kendaraan dapat mengangkat barang karena memiliki

Lebih terperinci

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang).

berupa ikatan tunggal, rangkap dua atau rangkap tiga. o Atom karbon mempunyai kemampuan membentuk rantai (ikatan yang panjang). HIDROKARBON Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C.

3. besarnya gaya yang bekerja pada benda untuk tiap satuan luas, disebut... A. Elastis D. Gaya tekan B. Tegangan E. Gaya C. LATIHAN SOAL PERSIAPAN UJIAN KENAIKAN KELAS BAB 1 ELASTISITAS A. Soal Konsep 1. Sifat benda yan dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya yang bekerja pada benda dihilangkan merupakan penjelasan dari...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci