PERAN PERAWAT DALAM TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK DI RS DR. SOEDJONO MAGELANG. Tesis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PERAWAT DALAM TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK DI RS DR. SOEDJONO MAGELANG. Tesis"

Transkripsi

1 PERAN PERAWAT DALAM TATALAKSANA DIARE AKUT PADA ANAK DI RS DR. SOEDJONO MAGELANG Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Sarjana S2 Minat Keperawatan Anak Program Studi Magister Keperawatan Diajukan oleh: Septi Wardani 12/337995/PKU/13087 Kepada PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 i

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillaahi robbil alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala atas rahmat, kasih sayang dan kemudahan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian tesis ini yang berjudul Peran Perawat dalam Tatalaksana Diare akut pada Anak di Rumah Sakit Dr. Soedjono Magelang. Dalam penyusunan laporan hasil tesis ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar -besarnya kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan dukungan dan ijin atas terlaksananya peneliti ini. 2. Kepala bagian, Ketua Program Studi, Kepala Peminatan Anak beserta seluruh staf pendidikan Program pascasarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan dukungan dan bantuan. 3. Prof. dr. S. Yati Soenarto, Sp.A(K)., Ph.D selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam penyusunan laporan hasil tesis ini. 4. DR. Fitri Haryanti, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu, bimbingan, masukan, arahan dan saran dalam penyusunan laporan hasil tesis ini. iv

5 5. Dr. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., P.Si selaku Ketua Dewan Penguji yang telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam perbaikan laporan hasil tesis ini. 6. Dr. Dra. Sumarni, DW., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam perbaikan laporan hasil tesis ini. 7. Kepala Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang beserta jajarannya yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk dilaksanakannya penelitian ini. 8. Kepala Ruang Flamboyan Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang dan temanteman perawat yang memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penelitian ini. 9. Responden penelitian yang telah memberikan bantuan, dukungan dan kesediannya menjadi peserta penelitian. Untuk selanjutnya penulis berharap semoga laporan hasil tesis ini akan memberikan manfaat kepada semua pihak. Penulis menyadari bahwa laporan hasil tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan laporan hasil tesis ini. Yogyakarta, September 2014 Penulis v

6 PERSEMBAHAN Dalam kesempatan ini penulis mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar. Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mempersembahkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan, Wakil Dekan, Kepala Program Studi dan semua rekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang, yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan pendidikan. 2. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril, materiil dan spirituil selama penulis menempuh pendidikan. 3. Semua rekan satu angkatan Program Pendidikan Pascasarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada peminatan anak dan maternitas atas dukungan dan bantuannya. Demikian persembahan yang dapat penulis berikan, semoga pendidikan yang telah penulis tempuh akan memberikan manfaat kepada semua pihak. Yogyakarta, September 2014 Penulis vi

7 DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Persetujuan Kata Pengantar Persembahan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Skema Daftar Lampiran Daftar Singkatan Abstrak Halaman i ii iii v vi viii ix x xi xii xiv BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 10 C. Tujuan Penelitian 11 D. Manfaat Penelitian 11 E. Keaslian Penelitian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 A. Telaah Pustaka 14 B. Kerangka Teori 44 C. Kerangka Konsep 45 D. Pertanyaan Penelitian 46 BAB III METODE PENELITIAN 47 A. Jenis dan Desain Penelitian 47 B. Tempat dan Waktu Penelitian 48 C. Subjek Penelitian 48 D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 49 E. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data 50 F. G. Cara Analisis Data Keabsahan Data H. Etika Penelitian 55 I. Jalannya Penelitian 57 vii

8 J. BAB IV A. B. C. BAB V A. B. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tempat Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 128 viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan oralit lama dan baru...18 Tabel 2. Penentuan derajad dehidrasi 19 Tabel 3. Diagnosa keperawatan intervensi dan implementasi 42 Tabel 4. Karakteristik responden perawat 66 Tabel 5. Karakteristik Informan 66 ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Teori 44 Gambar 2. Kerangka Konsep 45 Gambar 4. Jalannya Penelitian 60 Gambar 3. Obat-obat essensial 83 x

11 DAFTAR SKEMA Skema 1. Peran perawat sebagai care giver 68 Skema 2. Peran perawat sebagai team member 75 Skema 3. Peran perawat sebagai pendidik 85 Skema 4. Peran perawat sebagai advocate 94 xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar penjelasan untuk responden Lampiran 2. Persetujuan keikutsertaan dalam penelitian Lampiran 3. Pedoman wawancara dengan responden Lampiran 4. Pedoman wawancara dengan orang tua Lampiran 5. Pedoman wawancara dengan kepala ruang Lampiran 6. Pedoman wawancara dengan dokter Lampiran 7. Panduan observasi partisipatif Lampiran 8. Panduan pengumpulan bukti dokumentasi Lampiran 9. Jadwal Penelitian Lampiran 10. Surat ijin penelitian fakultas Lampiran 11. Surat ijin penelitian komisi etik Lampiran 12. Surat ijin penelitian rumah sakit xii

13 DAFTAR SINGKATAN AAD ANA ASI BAB BAK BB COP ICN IMCI INOS IPSG JCI KLB LINTAS MDGs MTBS P2 PASI PPNI Riskesdas SKRT SPM : Antibiotik Associaed Diare : American Nursing Association : Air Susu Ibu : Buang Air Besar : Buang Air Kecil : Berat Badan : Care of Patient : The International Council of Nurse : integrated management of childhood illness : Inducible Nitric Oxide Synthase : International Patient Safety Goals : Joint Commission International : Kejadian Luar Biasa : lima Langkah Tuntaskan Diare : Millennium Development Goals : Manajemen Terpadu Balita Sakit : Penanganan Penderita : Pendamping Air Susu Ibu : Persatuan Perawat Nasional Indonesi : Riset Kesehatan Dasar : Survei Kesehatan Rumah Tangga : Standar Pelayanan Medis xiii

14 SPO SAK UGD UNICEF WGO WHO : Standar Prosedur Operasional : Standar Asuhan Keperawatan : Unit Gawat Darurat : The United Nations Children's Fund : World Gastroenterology Organization : World Health Organization xiv

15 INTISARI Latar belakang: Di Indonesia, penyebab utama tingginya kejadian diare pada anak adalah karena belum tepatnya tatalaksana diare pada anak, baik di rumah ataupun di pelayanan. Perawat sebagai tenaga kesehatan dapat menjalankan perannya dalam tatalaksana diare akut pada anak. Permasalahan yang muncul di Indonesia adalah belum ada kejelasan mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak. Tujuan: tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi apa dan bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang. Metode: metode yang digunakan adalah studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian yaitu perawat yang terpapar dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan diare akut yang berjumlah lima responden. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan strategi homogeneous sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara, dokumen, dan observasi partisipatif, serta analisis yang digunkan adalah model Miles dan Huberman. Triangulasi sumber dilakukan dalam uji validitas dan penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni Hasil: hasil penelitian didapatkan empat kategori, yaitu peran perawat sebagai pemberi pelayanan, kolaborator, pendidik dan pelindung. Sebagai pemberi pelayanan, perawat melakukan pengkajian, pendokumentasian asuhan keperawatan dan evaluasi. Sebagai kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan dokter dengan memberikan cairan intravena, pemberian ora lit, zink, antibiotik, antidiare tidak diberikan dan diberikan prebiotik, kemudian kolaborasi analis kesehatan dengan pemeriksaan darah dan feces. Sebagai pendidik, perawat melakukan edukasi dalam pemberian zink, makan dan nasehat. Perawat juga melakukan informed concent dalam pemberian antibiotik sebagai bentuk dari peran sebagai pelindung. Kesimpulan: Perawat sudah menjalankan perannya dalam tatalaksana diare akut pada anak pada empat area, tetapi terdapat kelemahan dalam pelaksanaan peran perawat tersebut. Kelemahannya yaitu belum dilakukan pengkajian riwayat penyakit, pendokumentasian perawat belum dilakukan secara terintegrasi, dan penentuan dehidrasi berat belum dilakukan dengan benar. Selanjutnya masih diberikan cairan intravena pada semua anak dengan diare akut atas instruksi dokter, antibiotik dan prebiotik masih diberikan. Selain itu perawat belum memberikan edukasi mengenai lama pemberian dan manfaat zink dan belum melakukan dokumentasi dalam pemberian informed consent. Kata kunci: peran perawat, diare akut, tatalaksana diare xv

16 Abstract Background: In Indonesia, the main cause of the high incidence of diarrhea in children is not yet precisely because of the treatment of diarrhea in children, either at home or in care. Nurses as health workers can perform its role in the management of acute diarrhea in children. The problems that arise in Indonesia is no clarity about the role of nurses in the management of acute diarrhea in children. Purpose: the purpose of this study to explore whether and how the role of nurses in the management of acute diarrhea in children in hospital dr. Soedjono Magelang. Methods: The method used was a qualitative study with a case study approach. Research subjects who are exposed to the nurse in the delivery of nursing care in children with acute diarrhea of five respondents. Samples were selected using purposive sampling method with homogeneous sampling strategy. Data were collected through interviews, documents, and participant observation, and analysis, we choose the model of Miles and Huberman. Triangulation is done in the validity and the research conducted from April to June Results: The result showed four categories, namely the role of the nurse as the service provider, collaborator, educator and protector. As caregivers, nurses perform assessments, documentation and evaluation of nursing care. As a collaborator, a nurse to collaborate with physicians to provide intravenous fluids, ORS, zinc, antibiotics, antidiarrheal not given and given a prebiotic, then collaborative healthcare analyst with blood tests and stool. As educators, nurses educate the administration of zinc, eating and advice. Nurses also conduct the informed concent in the administration of antibiotics as a form of role as protector. Conclusion: The nurse has to perform its role in the management of acute diarrhea in children in four areas, but there are weaknesses in the implementation of the nurse's role. The disadvantage is not done assessment of disease history, documenting the nurse has not done in an integrated manner, and severe dehydration determination has not been done properly. Further still given intravenous fluids in all children with acute diarrhea on the instructions of the doctor, antibiotics and prebiotics are still given. In addition, the nurse has not given duration of administration and education about the benefits of zinc and not made in the provision of informed consent documentation. Keywords : the role of nurses, acute diarrhea, management of diarrhea xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun 1990, terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. Kejadian diare tersebut mengalami banyak penurunan pada tahun 2011, menjadi 6,9 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. Meskipun sudah terjadi penurunan, namun diare masih menjadi penyebab kematian utama pada anak, yang ditunjukan dengan kejadian sebanyak 2 juta kematian pada anak pertahunnya yang disebabkan diare (WHO, 2013). Kecenderungan yang harus diperhatikan adalah pencapaian target Millennium Development Goals atau MDGs. Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, termasuk menurunkan angka kematian yang diakibatkan diare. Jika upaya dalam menangani masalah diare tidak dilakukan dengan cepat dan berkelanjutan, maka dimungkinkan sebanyak anak akan meninggal oleh karena diare setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah kematian anak karena diare akan menurun setiap tahunnya (WHO, UNICEF, 2013). Upaya untuk menurunkan angka kematian anak karena diare dengan melakukan tatalaksana secara tepat dan akurat. WHO mengembangkan kerangka kerja pelayanan kesehatan yang salah satunya dalam buku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, di dalamnya berisi panduan 1

18 2 tatalaksana anak sakit di rumah sakit oleh tenaga kesehatan termasuk perawat. Menurut WHO (2009), tatalaksana diare dapat dilakukan dengan lima langkah tuntaskan diare (lintas diare). Perawat sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan kontribusi dalam penanganan diare sesuai dengan perannya. Peran perawat tersebut adalah sebagai pemberi pelayanan yang mencakup pemberi rasa nyaman, pelindung, komunikator, mediator dan rehabilitator. Selain itu perawat berperan sebagai pendidik yang memberikan pemahaman kepada individu, keluarga ataupun masyarakat di semua lingkup pelayanan kesehatan. Peran perawat selanjutnya sebagai manajer, yaitu perawat mengelola kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan tanggung jawabnya dan dapat mengambil keputusan dalam memecahkan masalah. Perawat juga dituntut untuk dapat berpikir kritis dalam pengambilan keputusan, sehingga permasalahan yang dihadapi dapat terpecahkan dengan baik. Perawat juga mempunyai peran sebagai pelindung, yaitu melindung i klien baik perlindungan terhadap terapi atau pelayanan kesehatan yang didapatkan atau membantu klien dalam pengambilan keputusan (Delaune, Ladner, 2011). Dalam tatalaksana diare, perawat dapat melaksanakan perannya dalam beberapa hal, salah satunya adalah memberikan pendidikan kepada orang tua mengenai rehidrasi oral untuk mengatasi diare. Seperti penelitian di India yang dilakukan oleh Mazumder et al. (2010), dikemukakan bahwa pendidikan yang diberikan kepada orang tua atau pengasuh mengenai

19 3 pemberian zink dan oralit untuk anak diare, efektif dapat mengurangi diare pada anak. Selain perawat dapat melaksanakan perannya dalam tatalaksana diare di rumah sakit, perawat juga dapat memberikan kontribusi di masyarakat untuk menangani diare pada anak. Di Etiopia dan Haiti, perawat mempunyai peran yang komprehensif dalam menurunkan angka diare. Di negara tersebut perawat melakukan strategi menurunkan kejadian diare dengan melaksanakan peran kepemimpinannya dalam perbaikan sanitasi. Hal tersebut sangat efektif dilakukan, karena sudah terbukti menurunkan angka kejadian diare (Wake dan Tolessa, 2011). Pengalaman negara lain yang telah berhasil menurunkan angka kejadian diare adalah Bangladesh, yaitu dengan intervensi yang dilakukan terhadap keluarga dengan pelatihan mencuci tangan, secara signifikan dapat mengurangi kejadian diare pada anak (Luby et al, 2011). Pada penelitian sebelumnya tentang tatalaksana diare oleh Hoque et al. (2012) di Bangladesh, didapatkan hasil bahwa kualitas perawatan pada tatalaksana diare di rumah sakit pada 18 kabupaten adalah belum semua rumah sakit melakukan penilain dehidrasi dengan benar. Kemudian belum semua rumah sakit melakukan pemantauan rehidrasi berencana sesuai dengan tingkat dehidrasi, belum menerapkan pemberian antibiotik secara selektif dan belum memberikan anjuran kepada orang tua untuk melanjutkan makan selama diare. Dari hasil penelitian di Cina oleh Zhang et al. (2011), didapatkan hasil bahwa dari semua anak diare yang dirawat

20 4 jalan, belum mendapatkan oralit dan juga zink, serta penggunaan antibiotik masih cukup tinggi pada anak diare. Penelitian di Indonesia tentang tatalaksana diare yang sudah dilakukan di 18 rumah sakit, untuk mengetahui gambaran perawatan pada anak di rumah sakit, diperoleh hasil bahwa kelemahan yang didapatkan dari skor diare adalah adanya rencana rehidrasi yang tidak jelas, diberikannya cairan intravena pada semua kasus diare sedangkan oralit tidak diberikan, dan masih diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare cair (Sidik et al, 2013). Dari hasil penelitian Widayanti (2011) di Puskesmas Sleman, untuk mengetahui rasionalitas tatalaksana diare didapatkan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan belum optimal, yaitu masih didapatkan penggunaan antibiotik sebanyak 17,2%, pemberian oralit sebanyak 84, 5% dan zink 84%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), studi mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diketahui bahwa penyebab utama kematian pada balita di Indonesia adalah diare, yaitu sebesar 16,7%. Penyebab utama kematian pada balita akibat diare tersebut karena tatalaksana yang tidak tepat baik di rumah atau di pelayanan kesehatan. Hal tersebut ditunjukan dengan masih rendahnya pemberian oralit di masyarakat, yaitu sebesar 37% dan masih diberikannya obatobatan pada anak diare sebanyak 31,30%. Selain itu pengetahuan petugas kesehatan tentang tatalaksana diare masih rendah, yang ditunjukan dari laporan hasil pemantauan cakupan dan kualitas tata laksana diare dari

21 5 tahun ke tahun oleh subdit pengendalian diare dan infeksi saluran pencernaan Kemenkes RI. Laporan tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2009 pengetahuan petugas tentang anamnesa penderita diare dengan benar sebanyak 43,7%, mengetahui penentuan derajad dehidrasi sebesar 29,9%, mengetahui tatalaksana diare tanpa dehidrasi sebanyak 33,3%, mengetahui tatalaksana diare dehidrasi sedang atau ringan sebesar 12,6% dan mengetahui tatalaksana diare dehidrasi berat sebanyak 14,9% (Kemenkes RI, 2011). Menurut Riskesdas (2013), terjadi penurunan angka kejadan diare di Jawa Tengah, pada riskesdas 2007 sebanyak 9,2% dan pada riskesdas 2013 sebanyak 3,3%. Sedangkan kejadian diare pada balita pada riskesdas 2013 sebanyak 6,5%. Besarnya angka kejadian diare dan insiden diare pada balita di Provinsi Jawa Tengah tersebut berada di bawah rata -rata prevalensi diare nasional, angka rata-rata nasional kejadian diare adalah 3,5%, dan insiden diare pada balita sebesar 6,7%. Pada tahun 2012, cakupan kejadian diare di Provinsi Jawa Tengah masih cukup tinggi, yaitu sebesar 42,66%. (profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Selain hal tersebut, pemberian tatalaksana diare di jawa tengah masih belum optimal. Dari rekapitulasi laporan Penanganan Penderita (P2) diare propinsi tahun 2009, menunjukan bahwa cakupan pemberian oralit di jawa tengah masih rendah, yaitu sebanyak 65,2%. Kemudian pemberian antibiotik yang tidak rasional masih sangat tinggi, yaitu sebesar 96,7% (Kemenkes RI, 2011).

22 6 Menurut Riskesdas (2013), cakupan pemberian oralit pada balita diare sebanyak 23,1% dan cakupan pemberian zink sebanyak 14,6%. Di Magelang, angka kejadian diare sebesar 5,1%, dan angka tersebut berada di bawah rata-rata kejadian diare di jawa tengah, yaitu sebesar 9,2% (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2011, angka kejadian diare di Magelang masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 66,1 %. Pada bulan April 2011 telah terjadi Kejadian Luar Biasa di lokasi pengungsian Ngemplak, Ngrajek, Kabupaten Magelang. Korban diare yang tercatat adalah sebanyak 64 orang. (Dinas Kesehatan Kota Magelang 2012). Tingginya angka kejadian diare di Magela ng, salah satu kemungkinan penyebabnya dipengaruhi oleh faktor sanitasi. Hasil penelitian Mansyur (2013) menyampaikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare di Magelang adalah kurangnya kepemilikan sarana air bersih, kepemilikan jamban dan kurangnya kebiasaan cuci tangan. Menurut Riskesdas Provinsi Jawa Tengah (2007) tentang sanitasi rumah tangga di Magelang, penggunaan fasilitas Buang Air Besar (BAB) di Magelang yaitu sebanyak 54,2% menggunakan fasilitas sendiri, penggunaan secara bersama sebanyak 8,6%, penggunaan sarana BAB umum 12,3% dan rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas BAB sebanyak 25%. Selain itu, akses rumah tangga terhadap sanitasi masih kurang, yaitu sebanyak 50,8%. Kemudian persentase rumah tangga menurut jenis pembuangan air limbah, sebanyak 26,1% tidak ada tempat pembuangan air lim bah. Dari persentase rumah tangga terhadap jenis

23 7 penampungan sampah di dalam rumah, yaitu sebanyak 17,5% jenis penampungan terbuka dan sebesar 77,2% tidak ada penampungan sampah di dalam rumah. Kemudian untuk penampungan sampah di luar rumah, terdapat 48% jenis penampungannya terbuka dan tidak ada penampungan di luar rumah sebanyak 47,8%. Dari hal tersebut merupakan permasalahan nyata yang terjadi di Magelang, kaitannya dengan masih tingginya angka kejadian diare pada anak. Untuk itu penelitian ini penting untuk dilakukan di Magelang, untuk mengetahui peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak, sehingga diharapkan dari hasil penelitian dapat menunjang upaya dalam menurunkan angka kejadian diare di Magelang. Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang merupakan salah satu rumah sakit yang berada di Kota Magelang. Magelang merupakan wilayah yang luasnya paling kecil diantara kota atau kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, tetapi angka kejadian diare masih cukup tinggi. Menurut data dari pelayanan medis Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang, didapatkan bahwa data kejadian diare pada anak masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 549 pasien dari bulan Januari sampai November Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang adalah Rumah Sakit TNI AD yang merupakan pusat pelayanan rujukan kesehatan Angkatan Darat di wilayah Kodam IV Diponegoro. Selain melayani pasien dinas TNI AD, rumah sakit juga melayani pasien umum, yang diantaranya adalah anak dengan diare akut. Dari survei pendahuluan yang sudah dilakukan di bangsal anak RS dr. Soedjono Magelang mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut,

24 8 yang didapatkan dari wawancara dengan 2 orang perawat, bahwa sudah ada Standar Pelayanan Medis (SPM) untuk diare, tetapi perawa t belum bisa menunjukan SPM tersebut. Disampaikan bahwa Standar Pelayanan Medis yang diterapkan yaitu dengan pemberian rehidrasi oral dengan oralit dan parenteral dengan cairan infus Kaen 3b, pemberian probiotik, tablet zink dan antibiotik pada diare yang memanjang (lebih dari 5 hari) dan panas, serta terapi medis lain sesuai dengan gejala penyerta, contohnya pemberian anti muntah jika pasien terdapat gejala muntah. Dari tatalaksana diare cair akut rumah sakit tersebut, perawat memberikan penanganan diare sesuai dengan SPM yang ada. Hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat lain disampaikan bahwa perawat sudah melakukan pengkajian tingkat dehidrasi anak sebelum rehidrasi diberikan. Berhubungan dengan pemberian oralit dan zink, perawat menyampaikan bahwa sudah memberikan penjelasan mengenai dosis dan cara pemberiannya. Untuk pemberian oralit, diberikan dengan dosis 10cc/kg/BB pada setiap kali anak mencret, dan tablet zink diberikan dengan dosis 20 mg pada hampir semua umur. Untuk pemberian nutrisi, perawat sudah menganjurkan kepada orang tua untuk tetap memberikan ASI kepada anak. Dan untuk anak yang diberi susu formula, perawat menganjurkan untuk mengencerkan susu formula, atau mengganti dengan susu rendah laktosa. Kemudian belum ada pemberian nasehat kepada orang tua, mengenai kapan harus membawa anaknya kembali ke rumah sakit.

25 9 Dari wawancara yang dilakukan dengan Ibu pada dua pasien, disampaikan bahwa anak sudah mendapatkan oralit dan zink, tetapi Ibu belum mengetahui mengenai dosis zink yang harus diberikan, dan bagaimana pemberian zink jika anaknya muntah. Sekitar lima jam setelah anak dirawat di ruang perawatan, anak belum mendapatkan oralit dan zink. Selain itu, Ibu belum mengetahui kapan harus membawa anaknya untuk kembali ke rumah sakit. Dari hal tersebut di atas memperlihatkan adanya satu kasus yaitu peran perawat dalam tatalaksana diare akut di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang yang belum terlihat dengan jelas. Adanya ketidakjelasan peran perawat tersebut, maka perlu dilakukan eksplorasi mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak. Pentingnya dilakukan penelitian mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut karena perawat memegang peranan penting dalam perawatan pasien. Menurut Delaune, ladner (2011), sebagai pemberi pelayanan, perawat memberikan pelayanan terhadap kebutuhan pasien selama 24 jam dan melakukan pemantauan terhadap kemajuan kondisi pasien setiap waktu. Oleh karena itu, untuk mencapai kondisi yang baik pada pasien, maka perawat harus mampu melaksanakan perannya secara maksimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

26 10 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan terkait tatalaksana diare, diantaranya adalah : 1) Belum ada bukti Standar Pelaya nan Medis (SPM) untuk diare, 2) Antibiotik masih diberikan pada anak diare akut dan perawat belum menjalankan peran sebagai pelindung, untuk melindungi pasien dari pemberian terapi, 3) Perawat belum menjalankan peran sebagai pelindung terhadap terapi yang didapatkan pasien, ditunjukan dengan masih diberikannya anti muntah pada diare akut, 4) Pemberian tablet zink belum sesuai dengan dosis sesuai umur, 5) Perawat belum memberikan nasehat untuk orang tua mengenai kapan harus membawa anak kembali ke petugas, 6) Orang tua belum mengetahui dosis pemberian zink dan cara pemberian jika anak muntah, hal itu menunjukan bahwa perawat belum melaksanakan peran pendidik, 7) Selama kurang lebih lima jam anak dirawat di rumah sait, belum mendapat oralit dan zink, 8) Orang tua belum mengetahui kapan harus membawa anaknya kembali ke rumah sakit. Rumusan masalah yang didapatkan adalah: apa peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak dan bagaimana perawat melakukan perannya dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang?

27 11 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi apa dan bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi pasien dan orang tua Dengan dilakukannya penelitian mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut di rumah sakit, maka akan diketahui apakah perawat sudah menjalankan perannya dengan benar. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan perawat dapat melaksanakan perannya dengan optimal, sehingga pasien dan orang tua mendapatkan tatalaksana diare akut secara tepat. 2. Manfaat bagi Rumah Sakit Dengan diketahuinya peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak, dapat memberikan evaluasi bagi rumah sakit khusu snya perawat tentang tatalaksana diare akut yang sudah dilakukan, sehingga diharapkan perawat dapat melaksanakan perannya dengan tepat dan optimal. 3. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Memberikan gambaran mengenai bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit. Kemudian dari hasil

28 12 penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pelasanaan peran perawat dalam tatalaksnaa diare akut dan menjadi acuan melakukan penelitian selanjutnya mengenai peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak. E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa tentang evaluasi tatalaksana diare sudah pernah dilakukan di Indonesia, yaitu oleh Sidik et al. (2013), dengan judul Assessment of the quality of hospital care for children in Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah Stratified two-stage random sampling di 6 provinsi pada 18 Rumah Sakit di Indonesia, untuk menilai kualitas perawatan pada anak, termasuk penilaian tatalaksana diare. Hasil yang didapatkan dari penilaian terhadap tatalaksana diare yaitu terdapat kelemahan pada skor diare, berupa adanya rencana rehidrasi yang tidak jelas, oralit tidak diberikan tetapi cairan intravena diberikan pada semua kasus diare, dan masih diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare cair. Penelitian lainnya oleh Zhang et al. (2011) dalam publikasi jurnal dengan judul Care-seeking and quality of care for outpatient sick children in rural Hebei, China: a cross-sectional study. Penelitian dilakukan di Cina dengan menggunakan metode cross sectional. Hasil penelitian yang didapatkan berkaitan dengan tatalaksana diare adalah dari 114 anak yang

29 13 menderita diare, tidak ada satupun mendapatkan oralit dan zink serta masih diberikan antibiotik. Penilitian serupa lainnya yaitu di Bangladesh oleh Hoque et al. (2012), dengan judul An assessment of the quality of care for children in eighteen randomly selected district and subdistrict hospitals in Bangladesh. Metode menggunakan alat dan standar penilaian rumah sakit yang di adaptasi dari WHO. Penilaian dilakukan pada 18 kabupaten di Bangladesh yang dipilih secara acak. Hasil yang didapatkan dari kualitas perawatan pada tatalaksana diare adalah belum semua rumah sakit melakukan penilain dehidrasi dengan benar, belum semua rumah sakit melakukan pemantauan rehidrasi berencana sesuai dengan tingkat dehidrasi, belum semua menerapkan pemberian antibiotik secara selektif dan anjuran untuk melanjutkan makan selama diare belum dilakukan oleh semua rumah sakit. Penelitian yang akan dilakukan adalah tentang evaluasi peran perawat dalam tatalaksana diare akut di Rumah Sakit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di rumah sakit. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada perawat yang bekerja di bangsal perawatan anak. Kemudian tempat dilakukannya penelitian sekarang adalah di Jawa Tengah, di RS dr. Soedjono Magelang, yang berbeda dengan tempat penelitian sebelumnya.

30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Diare a. Definisi. WHO (2005) mendefinisikan bahwa diare yaitu BAB cair di luar kebiasaan, dengan frekuensi tiga kali dalam sehari. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) dari biasanya atau BAB lebih dari tiga kali dalam sehari, cair dan dengan tidak atau disertai darah dan atau lendir dalam tinja (Suratamaja, 2010). Suraatmaja (2010) menyebutkan diare akut adalah penyakit yang terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat, secara mendadak timbul diare. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (Depkes, 2011). Sedangkan Juffrie (2012) mendifinisikan diare akut sebagai buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari pada bayi atau anak, dengan disertai berubahnya konsistensi feces menjadi cair, dengan atau tanpa lendir darah dan berlangsung kurang dari satu minggu. b. Etiologi. WHO (2008) menyebutkan, terdapat tiga agen penyebab diare akut, yaitu bakteri, virus dan parasit. 14

31 15 1) Bakteri Di negara berkembang, penyebab diare paling banyak adalah karena bakteri dan parasit. Beberapa agen bakteri yang dapat menyebabkan diare antara lain Vibrio cholerae O1, vibrio cholerae O139, V Parahaemolyticus, E Coli, plesiomonas, aeromonas, bacreroides fragils, compylobacter jejuni, sigella species, salmonela, dan clostridium Defficile. 2) Virus Virus merupakan penyebab terjadinya diare yang utama di negara industri. Beberapa agen virus sebagai penyebab diare seperti rotavirus, norovirus, adenovirus, astro virus, sitomegalovirus dan coronavirus. 3) Parasit Dari agen parasit, yang paling banyak menyebabkan diare akut pada anak adalah Giardia intestinalis, Cryptosporidium parvum, Entamoeba histolytica, dan Cyclospora cayetanensis. c. Faktor risiko diare. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya diare atau penularan enteropatogen. Faktor-faktor tersebut yaitu tidak diberikannya ASI ekslusif pada bayi, tidak tersedianya air bersih, adanya pencemaran air oleh tinja, kurangnya jamban, kurangnya kebersihan lingkungan dan penyiapan atau penyimapanan makan yang tidak higienis (Juffrie, 2012).

32 16 2. Tatalaksana Diare. Sesuai dengan subdit pengendalian diare dan infeksi saluran pencernaan Kemenkes RI (2011), menyebutkan bahwa dalam pengendalian diare di Indonesia, pemerintah memberikan kebijakan melalui lintas program dan lintas sektor terkait menurunkan angka kesakitan dan kematian oleh karena diare. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah tersebut dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare yaitu: a. Melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga. b. Melaksanakan surveilans epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB). c. Mengembangkan Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. d. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek manejerial dan teknis medis. e. Mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program. f. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare. g. Melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya. Selain hal di atas, pemerintah melakukan strategi dalam pengendalian penyakit diare, yang dilaksanakan dengan:

33 17 a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare (LINTAS Diare). b. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar. c. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB diare. d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif. e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi. Menurut Depkes RI (2010), dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare pada anak, pemerintah melakukan tatalaksana diare dengan lintas diare, yaitu dengan : a. Memberikan oralit Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang, dapat diberikan oralit. Jika tidak tersedia oralit dapat diberikan cairan rumah tangga seperti air matang, tajin atau kuah sayur. Oralit adalah cairan khusus yang dikembangkan untuk rehidrasi oral. Oralit baru yang dikembangkan lebih efektif daripada oralit standar karena oralit baru mengandung osmolaritas rendah, dengan mengurangi konsentrasi sodium dan glukosa, sehingga dapat mengurangi muntah, mengurangi diare, dan dapat mengurangi kebutuhan cairan infus. Perbedaan oralit lama dengan oralit baru adalah sebagai berikut.

34 18 Tabel 1. Perbedaan oralit lama dan baru Oralit lama Oralit baru NaCl : 3.5 g NaCl : 2.6 g NaHCO3 : 2.5% Na Citrate : 2.9 g KCL : 1.5% KCL : 1.5 g Glucose : 20 g Glucose : 13.5 g Osmolar 331 mmol/l 245 mmol/l (sumber: Depkes, 2011) Perbedaan oralit lama dengan baru terdapat pada osmoralitas. Oralit baru osmolaritas lebih rendah yaitu 245 mmol/l, sedangkan oralit lama 331 mmol/l. Oralit baru lebih direkomendasikan dan lebih baik dari pada oralit lama karena sudah banyak bukti yang menunjukan keunggulan dari oralit baru. Menurut Walker et al. (2009), dalam publikasi artikel dengan judul Zinc and low osmolarity oral rehydration salts for diarrhoea: a renewed call to action, disampaikan bahwa dengan pemberian oralit osmolaritas rendah dapat mengurangi durasi diare, menurunkan angka kematian diare, dan diperkirakan lebih dari tiga perempat dari semua kematian akibat diare dapat dicegah dengan cakupan penuh dan pemanfaatan oralit. Oralit baru terbukti mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual muntah hingga 30% dan mengurangi secara bermakna pemberian cairan intravena (Depkes RI, 2011). Pemberian oralit disesuaikan dengan derajad dehidrasi anak. Derajad dehidrasi pada anak diare dapat ditentukan berdasarkan tanda klinis dalam tabel berikut.

35 19 Tabel 2. Penentuan derajad dehidrasi Tanda Diare tanpa Diare dehidrasi Diare klinis dehidrasi ringan atau dehidrasi sedang berat Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak sadar Mata Normal Cekung Cekung Rasa Minum Haus, ingin Tidak bisa haus biasa minumbanyak atau malas minum Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat (sumber: Depkes, 2011) Cara pembuatan dan pemberian oralit dapat diajarkan kepada orang tua. Menurut Kemenkes (2011), cara pembuatan oralit yaitu: 1) mencuci tangan dengan menggunakan sabun kemudian dengan air bilas sampai bersih., 2) menyiapkan satu gelas atau 200 cc air matang., 3) memasukan satu bungkus oralit ke dalam air matang tersebut. 4) mengaduk cairan oralit sampai dengan larut. Selain cuci tangan begitu penting dalam pembuatan larutan oralit, cuci tangan penting dilakukan sebelum menyiapka n dan memberi makan pada anak serta setelah membersihkan anus pada anak setelah BAB. Seperti penelitian yang dilakuakan oleh Luby et al. (2010) tentang efek cuci tangan terhadap kejadian diare berikutnya dengan judul The Effect of Handwashing at Recommende d Times with Water Alone and With Soap on Child Diarrhea in Rural Bangladesh: An Observational Study. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan melakukan cuci tangan sebelum

36 20 menyiapkan makan akan mencegah diare pada anak karena kontaminasi dari berbagai bakteri pada tangan menurun setelah cuci tangan. Menurut WHO (2009), dalam tatalaksana diare akut berkaitan dengan pemberian cairan tambahan dibagi menjadi 3 rencana terapi, yaitu rencana terapi A, rencana terapi B dan rencana terapi C. Masing-masing rencana terapi tersebut dibagi menjadi lintas diare, yaitu pemberian cairan rehidrasi, pemberian zink, lanjutkan pemberian ASI dan makan, antibiotik diberikan pada diare dengan ada darah dalam tinja dan pemberian nasehat. Hal yang membedakan dalam tatalaksana diare pada rencana terapi A, B dan C adalah Pada pemberian cairan rehidrasi, yang disesuaikan dengan tingkat dehidrasi anak. Pemberian cairan rehidrasi sesuai dengan tingkat dehidrasi anak adalah sebagai berikut: a. Rencana terapi A pada rehidrasi diare tanpa dehidrasi Pada rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi adalah dengan memberikan oralit, dengan dosis sebagai berikut : 1) Anak usia kurang dari 1 tahun diberikan oralit sebanyak ¼ sampai ½ gelas setiap kali mencret. 2) Anak usia 1 sampai dengan 4 tahun diberikan oralit sebanyak ½ sampai 1 gelas setiap kali mencret. 3) Anak usia di atas 5 Tahun pemberian oralit sebanyak 1 sampai 1½ gelas setiap kali mencret.

37 21 Dari hal di atas ajarkan kepada Ibu tentang dosis dan cara pembuatan larutan oralit, dan berikan Ibu 6 bungkus oralit atau 200 ml untuk dilanjutkan di rumah. Rencana selanjutnya jelaskan kepada Ibu supaya meminumkan oralit dari mangkuk atau gelas sedikit demi sedikit tetapi sering. Jika anak muntah, jelaskan kepada Ibu untuk menunggu 10 menit, kemudian dilanjutkan kembali secara lambat. Pemberian cairan dilanjutkan sampai diare berhenti. b. Rencana terapi B pada pemberian rehidrasi dengan dehidrasi ringan atau sedang Pada dehidrasi ringan atau sedang diberikan rehidrasi dengan oralit. Untuk dosis pemberiannya adalah sebanyak 75 ml per kilogram Berat Badan (BB) dalam 3 jam pertama, setelah itu dilanjutkan pemberian oralit dengan dosis sama seperti pemberian pada diare tanpa dehidrasi. Kemudian ajarkan kepada Ibu cara pemberian oralit, yaitu berikan oralit pada anak yang berumur di bawah 2 tahun sebanyak 1 sendok teh setiap 1-2 menit. Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian dilanjutkan pemberian oralit dengan lebih lambat. Pada anak yang lebih besar gunakan cangkir dalam memberikan oralit dengan sering. Jika Ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai, maka ajarkan kepada Ibu cara menyiapkan larutan oralit di

38 22 rumah, untuk menyelesaikan 3 jam pertama pengobatan, ajarkan kepada Ibu berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah, berikan kepada Ibu persediaan oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah 6 bungkus oralit. Kemudian jelaskan kepada Ibu aturan perawatan di rumah, yaitu dengan beri cairan tambahan, lanjutkan pemberian makan, beri tablet zink 10 hari dan jelaskan kepada Ibu kapan harus kembali ke rumah sakit (WHO, 2009). c. Rancana terapi C pada pemberian rehidrasi dengan diare dehidrasi berat 1) Beri anak cairan intravena secepatnya Menurut WHO (2009) dalam pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pada anak diare dengan dehidrasi berat dapat diberikan cairan intravena sebanyak 100 m l/ kgbb. Pada bayi di bawah usia 12 bulan, pemberian pertama cairan intravena adalah 30 ml/kg BB selama 1 jam, dan selanjutnya 70 ml/kg BB selama 5 jam. Sedangkan pada anak usia 12 bulan sampai dengan 5 tahun diberikan cairan sebanyak 30 ml/kg BB dalam 30 menit pertama, untuk selanjutnya 70 ml/kgbb selama 2,5 jam.

39 23 2) Periksa kembali anak Setelah diberikan cairan intravena, anak dilakukan pemerikasaan kembali setiap 15 sampai 30 menit. Jika status hidrasi anak belum menunjukan perbaikan, berikan tetesan intravena dengan lebih cepat. 3) Berikan oralit Selain pemberian cairan intravena, jika anak sudah mau minum, segera berikan oralit pada anak dengan dosis 5 ml/kg/jam. Pada bayi, setelah 3 sampai 4 jam dan pada anak, setelah 1 sampai 2 jam, berikan tablet zink sesuai dosis. 4) Periksa kembali anak Setelah 6 jam pada bayi atau setelah 3 jam pada anak, lakukan pemeriksaan kembali pada anak dan klasifikasikan kembali tingkat dehidrasi anak. Untuk selanjutnya pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan penanganan. (WHO, 2009). b. Pemberian Zink Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menyusun kebijakan bersama dalam pengobatan diare, yaitu dengan pemberian oralit dan zink. Hal itu didasarkan pada penelitian yang sudah dilakukan selama 20 tahun yang menunjukan bahwa pengobatan diare dengan

40 24 oralit disertai zink efektif dan terbukti menurunkan angka kematian pada anak sampai dengan 40%. Zink merupakan mikronutrien ya ng sangat penting bagi tubuh. Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Dengan pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang dan dapat mempercepat penyembuhan diare (Depkes, 2011). Dalam kondisi diare, terjadi peningkatan eksresi enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), yang akan berakibat hipereksresi epitel usus. Dengan pemberian zink, akan menghambat peningkatan enzim INOS tersebut dan akan mendukung epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan selam a terjadi diare (Kemenkes, 2011). Dosis pemberian zink untuk anak di bawah usia 6 bulan adalah 10 mg atau ½ tablet dalam sehari. Untuk anak usia di atas 6 bulan dosis zink yang diberikan adalah 20 mg atau 1 tablet sehari dan diberikan selama 10 hari (Juffrie, 2012). WHO merekomendasikan pemberian suplemen zink untuk anak-anak dengan diare. Karena dengan pemberian suplemen 20 mg per hari sampai diare berhenti dapat mengurangi durasi dan tingkat keparahan diare pada anak-anak di negara berkembang. Kemudian dengan pemberian zink dilanjutkan sampai 10 hari dapat mengurangi kejadian diare selama 2-3 bulan. Hal itu akan membantu dalam mengurangi kematian anak akibat diare (WGO,

41 ). Menurut Lazzerini dan Ronfani (2008) dalam systematic reviews dengan judul Oral zinc for treating diarrhoea in children in the developing world, disampaikan bahwa suplementasi zink dapat mengurangi durasi dan keparahan diare pada anak-anak yang menderita diare. Hasil systematic review lain terkait pemberian suplemen zink adalah oleh Patel (2010) dalam publikasi jurnal yang berjudul Therapeutic Value of Zinc Supplementation in Acute and Persistent Diarrhea: A Systematic Review, disebutkan bahwa dengan memberikan suplemen zink pada anak-anak dengan diare terbukti mengurangi durasi diare sebesar 19,7%. Menurut WHO (2009), orang tua harus diberi penjelasan mengenai pemberian zink, termasuk dosis dan caranya. Hasil penelitian mengenai efektifitas zink dikemukakan oleh Mazumder et al. (2010) dengan judul Effectiveness of zinc supplementation plus oral rehydration salts for diarrhoea in infants aged less than 6 months in Haryana state, India. Hasil yang didapatkan adalah dengan melakukan pendidikan terhadap pengasuh mengenai pemberian zink pada anak diare, terbukti dapat mengurangi kejadian diare. Dengan pemberian zink dapat mengurangi kejadian diare karena zink mempunyai kemampuan mengembalikan kekebalan pada anak dengan deficiency zink. Mekanismenya, dari kekurangan zink dalam tubuh, akan mengurangi jumlah limfosit B dan T (CD4 + limfosit) m elalui

42 26 peningkatan apoptosis dan mengurangi fungsi limfosit tersebut. Dengan kekurangan membran sel dan zink, akan mengganggu mukosa usus, mengurangi enzim dan meningkatkan permeabilitas dan sekresi air. Dengan penambahan suplemen zink selama diare, maka dapat membantu mengatasi permasalahan dalam usus tersebut, sehingga dapat mengurangi keparahan dan durasi diare. Suplemen zink diberikan pada anak selama 10 hari berturutturut dengan dosis 10 mg atau ½ tablet per hari pada anak di bawah usai 6 bulan. Pada anak usia di atas 6 bulan diberikan zink 20 mg atau 1 tablet perhari. Cara pemberian zink adalah dengan melarutkan zink dalam satu sendok air matang atau ASI, dan untuk anak yang lebih besar, zink dapat dikunyah (Depkes, 2010). c. ASI dan makanan tetap diteruskan Selama diare, pemberian ASI dan juga makanan tetap diberikan, dengan tujuan untuk memberikan gizi pada anak agar tetap tumbuh dan mencegah berkurangnya berat badan, serta sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Pada anak yan masih mendapat ASI, ASI tetap diberikan dengan lebih sering. Pada anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Pada bayi usia lebih dari 6 bulan yang telah mendapat makanan pendamping ASI, harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan dengan sedikit demi sedikit dan sering (Kemenkes, 2011).

43 27 ASI sangat penting diberikan pada anak diare, karena selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, ASI juga sangat bermanfaat untuk pencernaan. Menurut Duijts, et al. (2010) dalam publikasi artikel berjudul Breastfeeding Duration and Exclusivity Decrease Infant Infections, disebutkan bahwa pada bayi yang mendapatkan ASI ekslusif beresiko lebih rendah terkena gangguan pencernaan sebesar 59%. Hasil penelitian lain oleh Duijts (2010) di Netherland dalam publikasi jurnal dengan judul Prolonged and Exclusive Breastfeeding Reduces the Risk of Infectious Diseases in infancy, disebutkan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai berusia 4 bulan memiliki resiko lebih rendah terjadinya diare sampai usia 6 bulan. Hal tersebut dikarenakan ASI memberikan efek perlindungan yang berlangsung lama pada tubuh anak. Dengan diberikan ASI, akan mendukung pertumbuhan epidermal yang membantu menginduksi pematangan epitel usus, imunoglobulin A dan olisakarida. ASI juga mengandung laktoferin yang merupakan antimikroba penghambat masuknya bakteri dari luar dan mengatasi gangguan membaran usus, sehingga sangat bermanfaat untuk mencegah diare pada anak. d. Pemberian antibiotik dengan indikasi dan antidiare tidak diberikan Antibiotik tidak perlu diberikan pada anak diare akut, kecuali dengan indikasi, seperti diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan

44 28 flora usus dan clostridium difficile, sehingga akan menyebabkan diare sulit sembuh dan akan memperpanjang lamanya diare. Dengan pemberian antibiotik tanpa indikasi, kuman akan resisten terhadap antibiotik secara lebih cepat dan akan menambah biaya pengobatan (Juffrie, 2011). Clostridium defficile adalah floranormal dalam saluran pencernaan yang merupakan mikroorganisme oportunistik, gram positif, anaerob obligat dan sebagai salah satu penyebab diare karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Aldeyab et al. (2012) melakukan penelitian untuk mengevaluasi dampak dari penurunan penggunaan antibiotik terhadap kejadian infeksi clostridium defficile dalam publikasi jurnal yang berjudul An evaluation of the impact of antibiotic stewardship on reducing the use of high-risk antibiotics and its effect on the incidence of Clostridium difficile infection in hospital settings. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan penurunan penggunaan antibiotik, secara signifikan menurunkan kejadian infeksi oleh clostridium defficile. Menurut Rocha et al. (2012), dalam publiksi jurnal dengan judul Acute diarrhea in hospitalized children of the municipality of Juiz de Fora, MG, Brazil: prevalence and risk factors associated with disease severity menyampaikan, bahwa salah satu faktor risiko

45 29 yang berhubungan dengan tingkat keparahan diare akut pada anak adalah karena penggunaan antibiotik selama pengobatan. Menurut Depkes (2011), antidiare tidak perlu diberikan pada anak dengan diare. Tidak boleh diberikannya antidiare karena ketika anak mengalami diare, tubuh akan bereaksi meningkatkan peristaltik usus untuk mengeluarkan kotoran atau racun. Jika antidiare diberikan maka akan menghambat gerakan peristaltik, sehingga kotoran atau racun yang seharusnya dikeluarkan akan terhambat keluar. Antidiare juga dapat menimbulkan komplikasi seperti prolapsus pada usus. e. Nasehat Nasehat harus diberikan kepada Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan anak. Nasehat yang diberikan yaitu mengenai cara pemberian cairan dan obat di rumah dan nasehat tentang kapan orang tua harus membawa anaknya kembali ke Rumah Sakit atau petugas kesehatan. Menurut Kemenkes (2011), orang tua harus segera membawa anak ke pelayanan kesehatan jika ditemukan gejala sebagai berikut: a) Diare lebih sering, b) Muntah berulang, c) Sangat haus, d) Makan atau minum sedikit, e) Timbul demam, f) Tinja berdarah dan tidak membaik dalam 3 hari.

46 30 3. Peran dan fungsi perawat a. Perawat dan standar praktik keperawatan Menurut Taylor (2011), perawat adalah seseorang yang mampu memelihara, membina, melindungi dan siap memberikan perawatan kepada orang yang sakit, orang yang terluka dan lanjut usia. Sedangkan menurut The International Council of Nurse (ICN) (2002), perawat didefinisikan sebagai proses pemberian perawatan yang meliputi perawatan otonom, kolaborasi, pemberian perawatan kepada klien dari segala usia, keluarga, kelom pok dan masyarakat. Pemberian perawatan tersebut termasuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan orang sakit, cacat dan perawatan pasien terminal (Taylor, 2011). Selain definisi di atas, perawat sebagai suatu disiplin profesional, mempunyai penjelasan yang lebih luas untuk mendefinisikan perawat, yaitu sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai peran dan keterampilan dalam tindakan keperawatan. Perawat menggunakan pengetahuan yang ada dan baru dalam memecahkan suatu permasalahan secara kreatif dan memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam kondisi yang selalu berubah (Taylor, 2011). Menurut Kepmenkes RI no 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktek perawat, perawat adalah seseorang yang telah menempuh pendidikan perawat baik di dalam maupun luar

47 31 negeri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Perawat dalam menjalankan praktek keperawatan, harus selalu meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui pendidikan dan pelatihan. Perawat juga harus melakukan peran dan fungsinya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan harapan profesi dan masyarakat. Menurut Taylor (2011), secara umum perawat mempunyai 4 tujuan praktik keperawatan, yaitu: 1) untuk mempromosikan kesehatan, 2) mencegah penyakit, 3) memulihkan kesehatan 4) untuk memfasilitasi dalam mengatasi cacat atau kematian. Proses keperawatan adalah pedoman utama dalam melakukan praktik keperawatan. Perawat melaksanakan perannya melalui proses keperawatan, yang terintegrasi dalam seni dan ilmu pengetahuan keperawatan. Menurut American Nursing Association (ANA) dalam Taylor (2011), standar dan praktik keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Pengkajian Dalam pengkajian, perawat mengumpulkan data yang komprehensif berkaitan dengan situasi atau kesehatan pasien. 2) Diagnosis Dalam diagnosis, perawat menganalisis penilaian data untuk menentukan masalah atau diagnosa keperawatan.

48 32 3) Identifikasi hasil Perawat melakukan identifikasi mengenai hasil yang diharapkan, untuk selanjutnya dilakukan intervensi atau rencana tindakan terhadap masalah pasien. 4) Perencanaan Perawat mengembangkan rencana yang mengatur strategi dan alternatif untuk mencapai hasil yang diharapkan. 5) Implementasi Perawat mengimplementasikan rencana tindakan yang telah diidentifikasi, mengkoordinasikan pemberian perawatan, melakukan strategi untuk meningkatkan kesehatan dan lingkungan yang aman. 6) Evaluasi Dalam evaluasi, perawat mengevaluasi kemajuan dan pencapaian hasil dari tindakan yang sudah dilakukan. b. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem dan dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam ataupun dari luar (Kozier, 2008). Menurut Delaune dan Ladner (2011), perawat mempunyai beberapa peran, antara lain sebagai berikut.

49 33 1) Pemberi pelayanan Peran perawat dalam memberikan pelayanan kepada anak adalah bahwa perawat memberikan asuhan kepada anak dan keluarga, dengan menyediakan dan memberikan dukungan, dengan mendorong kemampuan anak dan orang tua serta meningkatkan kenyaman anak. Selain itu, perawat memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh, dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Menurut Taylor (2011), peran sebagai pemberi asuhan merupakan peran utama perawat. Perawat menyediakan perawatan untuk pasien yang menggabungkan seni dan ilmu keperawatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, emosional, intelektual, sosial budaya, dan spiritual. Sebagai pemberi asuhan, perawat mengintegrasikan peran komunikator, pendidik, konselor, pemimpin, peneliti, advokat, dan kolaborator untuk mempromosikan kesehatan melalui kegiatan pencegahan penyakit, memulihkan kesehatan, dan memfasilitasi, mengatasi kecacatan atau kematian. 2) Sebagi pendidik Dalam melakukan perannya sebagai pendidik, perawat menyediakan informasi yang dibutuhkan anak dan keluarga, berfungsi sebagai konselor dan memberdayakan keluarga

50 34 dengan perawatan berpusat pada keluarga untuk perawatan diri dengan mendorong kepatuhan terhadap terapi yang diberikan. 3) Pelindung Dalam melaksanakan peran sebagai pelindung, perawat memberikan perlindungan kepada anak dan keluarga, memberikan penjelasan sesuai dengan bahasa yang dimengerti oleh klien dan keluarga dan mendukung keluarga dalam pengambilan keputusan. Melindungi didefinisikan sebagai suatu proses dalam membina hubungan yang baik antara perawat dan klien, dengan meliha t klien sebagai manusia yang holistik dan unik. Dalam menjalankan peran perawat dalam memberikan perlindungan, perawat memberikan hak-hak pasien seperti informed concent, memberikan hak kepada pasien untuk menolak pengobatan dan perawat juga berperan untuk membantu pasien dalam menentukan kebijakan yang bermanfaat untuk pasien (Jansen & Stauffacher, 2010). 4) Sebagai Manajer Sebagai manager, perawat membuat keputusan, melakukan koordinasi dalam kegiatan pelayanan, menganggarkan sum ber daya untuk pelayanan kepada pasien, melakukan evaluasi terhadap proses perawatan, termasuk evaluasi secara personil kepada perawat lain. Selain itu sebagai manager, perawat

51 35 berfungsi sebagi pemimpin dan mengambil inisiatif dalam pelayanan kepada klien. 5) Ahli Peran perawat sebagai ahli adalah melakukan penelitian, melakukan pengajaran di sekolah-sekolah keperawatan, turut serta dalam pengembangan teori, berkontribusi pada literatur profesional dan memberikan kesaksian di pengadilan jika diperlukan. 6) Koordinator Sebagai koordinator, perawat melaksakan perannya dengan memantau kemajuan klien melalui sistem perawatan kesehatan. Selain itu perawat melakukan koordinasi untuk menjamin kelangsungan kesehatan klien. 7) Kolaborator Sebagai kolaborator, perawat melakukan perannya dengan melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain, mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi, dan mempunyai keterampilan dalam melakukan tindakan darurat untuk membantu pasien. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat Pelaksanaan peran perawat berkaitan dengan kinerja perawat. Bahwa kinerja didefinisikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, penampilan kerja atau hasil kerja. Menurut Mangkunegara

52 36 (2008), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perawat sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan penting dalam pelaksanaan tatalaksana diare akut. Hal itu terkait karena keberadaan perawat yang mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu antara 40-60% dan perawat yang selalu berada di samping pasien dan bertugas selama 24 jam (Potter dan Perry, 2005). Apabila perawat dapat melaksanakan peran nya secara baik dalam tatalaksana diare akut dan tercapai tujuan dari tatalasana tersebut, maka dikatakan seorang perawat mempunyai kinerja yang baik. Hal tersebut berkaitan dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Pabundu (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang antara lain: 1) Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi kinerja adalah kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi dan sifat-sifat seseorang. Sifatsifat seseorang meliputi sikap, sifat kepribadian, sifat fisik, motivasi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, dan latar belakang budaya.

53 37 2) Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja adalah lingkungan yang meliputi peraturan kerja, keinginan pasien, kebijakan, kepemimpinan, tindakan rekan kerja, jenis pelatihan, gaji dan lingkungan sosial. Menurut Mangkunegara (2008) ada 2 faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu : 1) Faktor kemampuan (ability) Faktor kemampuan terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality, yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan. Dalam faktor ability, dengan memiliki pendidikan yang memadai dan terampil, maka seseorang akan dapat mencapai kinerja secara maksimal. 2) Faktor motivasi Motivasi adalah sikap sesorang terhadap situasi kerja di organisasinya. Situasi kerja yang dimaksud adalah hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja. Seseorang yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya, maka akan menunjukan motivasi kerja yang tinggi. Jika sesorang bersikap negatif terhadap situasi kerja, maka akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Gormley et al. (2010) melakukan review tentang faktor faktor yang mempengaruhi peran perawat dengan judul publikasi Factors affecting nurse practitioner role implementation in Canadian

54 38 practice settings: an integrative review. Dari review tersebut disampaikan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi peran perawat. Faktor pertama adalah keterlibatan, yaitu adanya peran aktif dari stakeholder dalam pelaksanaan peran perawat, yang kedua penerimaan adalah pengakuan dan kesediaan untuk bekerja dengan praktisi lain dan ketiga adalah niat. Penelitian oleh Hafizurrachman et al. (2011) dalam publikasi jurnal berjudul Beberapa Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan di Rumah Sakit Um um Daerah. Hasil disampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja perawat adalah sejarah kesehatan keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan dan kemampuan perawat. Dari faktor-faktor tersebut, yang paling besar mempengaruhi kinerja perawat adalah faktor kemampuan perawat, yaitu sebesar 83,6%. d. Fungsi perawat Menurut Kozier (2008), perawat mempunyai tiga fungsi keperawatan, yaitu mandiri, ketergantungan dan kolaboratif. Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut, perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap semua hal yang dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat juga berlandaskan pada prinsip ilm iah, kemanusiaan dan berilmu pengetahuan serta mempunyai

55 39 keterampilan dalam pemberian asuhan keperawatan. Fungsi perawat tersebut dijelaskan seperti di bawah ini. 1) Fungsi keperawatan mandiri (independen) Tindakan keperawatan mandiri atau independen adalah tindakan yang dilakukan atas inisiatif perawat sendiri dengan dasar pengetahuan dan keterampilannya. Dalam keperawatan mandiri, perawat menentukan bahwa klien membutuhkan intervensi keperawatan yang pasti, yaitu membantu memecahkan masalah yang dihadapi secara mandiri atau mendelegasikan pada anggota keperawatan yang lain, dan akuntabilitas atau bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan. 2) Fungsi keperawatan ketergantungan (dependen) Tindakan keperawatan ketergantungan adalah semua tindakan yang dilakukan atas instruksi dokter atau di bawah pengawasan dokter dalam melakukan tindakan rutin yang spesifik. 3) Fungsi keperawatan kolaboratif (interdependen) Tindakan keperawatan kolaboratif atau interdependen adalah semua tindakan yang dilaksanakan atas kerja sama dengan tim kesehatan lain. Dalam melaksanakan praktik keperawatan kolaboratif secara efektif, perawat harus mempunyai kemampuan klinis, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan tanggung jawab dalam setiap tindakan.

56 40 4. Peran perawat dalam tatalaksana diare akut Pada anak dengan diare akut, perawat memberikan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan, yang didalamnya termasuk tatalaksana diare akut pada anak. Menurut Delaune dan Ladner (2011), proses keperawatan adalah langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan perawat, dengan tujuan memberikan perawatan pada klien yang bersifat individual, holistik, efektif dan efisien. Langkah-langkah tersebut meliputi pengkajian, perum usan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Dalam tatalaksana diare akut pada anak, perawat dapat memberikan kontribusi dengan melaksanakan perannya pada lintas diare, yang masuk di dalam proses keperawatan tersebut, yaitu dengan pemberian oralit, zink, lanjutkan makan atau ASI, antibiotik selektif dan antidiare tidak diberikan, serta pemberian nasehat. Menurut Hockenberry dan W ilson (2011), manajemen utama pada diare akut, anatara lain: 1) pengkajian ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, 2) rehidrasi, 3) pemeliharaan terapi cairan, 4) pemberian diet yang adekuat. Asuhan keperawatan pada anak dengan diare diberikan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan dan evaluasi. Secara rinci, proses pemberian asuhan keperawatan tersebut adalah sebagai berikut.

57 41 a. Pengkajian Menurut Wong (2009), pengkajian yang dilakukan pada anak dengan diare adalah: 1) Keadaan umum dan perilaku bayi atau anak 2) Pengkajian dehidrasi Pengkajian dehidrasi meliputi berkurangnya haluaran urine, menurunnya berat badan, memberan mukosa kering, turgor kulit, ubun-ubun cekung, kulit pucat, dingin dan kering. Pengkajian adanya dehidrasi berat, seperti gejala meningkatnya nadi, respirasi, menurunnya tekanan darah, waktu pengisian ulang kapiler memajang (lebih dari 2 detik). 3) Riwayat penyakit. Pada pengkajian riwayat penya kit, tanyakan kepada pengasuh mengenai pengenalan makanan baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata ke daerah dengan suseptibilitas tinggi. Selain itu tanyakan mengenai kontak dengan makanan yang terkontaminasi. b. Diagnosa keperawatan, tujuan dan rencana tindakan Menurut Hockenberry dan W ilson (2011), pada diare akut, perumusan diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensi adalah seperti pada tabel berikut ini.

58 42 Tabel 3. Diagnosa keperawatan, tujuan dan rencana tindakan Diagnosa keparawatan Kurang volume cairan berhubungan dengan diare, masukan tidak adekuat ditandai dengan: - Membran mukosa kering - Berkurangn ya turgor kulit - Mata cekung, ubun-ubun cekung - Nadi cepat, pernafasan cepat - Lemah, letargi Resiko infeksi berhubungan dengan Tujuan - Anak menunjuk an tanda hidrasi yang adekuat - Status nutrisi baik: masukan cairan dan makanan - Berat badan seimbang - Status hidrasi baik - Anak tidak menunjuk an tanda Rencana tindakan keperawatan - Pemberian oralit untuk mengganti cairan yang hilang melalui feces - Berikan oralit sedikit-sedikit tapi sering - Monitor pemberian cairan intravena - Setelah pemberian rehidrasi, berikan anak makan - berikan oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI dan susu formula - Setelah rehidrasi tercapai, berikan makanan seperti biasa pada anak - Monitor masukan dan keluaran cairan, seperti urine, BAB dan muntah untuk mengevaluasi kefektifan intervensi - Timbang berat badan anak setiap hari untuk menilai keadaan dehidrasi - Nilai tanda vital, turgor kulit, membran mukosa dan status kesadaran setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk menilai status hidrasi - Instruksikan untuk menghindari konsumsi jus buah, minuman ringan bersoda, karena biasanya banyak mengandung hidrat arang, kadar elektrolit rendah dan osmolaritas tinggi - Anjurkan keluarga untuk memberikan terapi yang sesuai, monitor masukan dan keluaran, beritahu keluarga mengenai tanda dehidrasi - Melaksanakan kewaspadaan standar dan praktek pengendalian infeksi lainnya, seperti pembuangan feces dan

59 43 masuknya mikroorganis me dalam sistem pencernaan, ditandai dengan: - BAB cair - Panas - Letargi - Mual muntah - Nyeri perut Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh seringnya BAB infeksi gastrointe stinal - Infeksi tidak menyebar pada sistem yang lain - Anak tidak menunjuk an adanya kerusakan kulit (Sumber: Hockenberry dan Wilson, 2011) penyisihan barang-barang cucian yang tepat dan penanganan spesimen yang tepat untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi - Mempertahankan kebiasaan cuci tangan - Menggunakan popok sekali pakai dengan daya serap tinggi - Menjaga bayi dan anak kecil supaya tidak meletakan tangannya dan benda apapun pada daerah yang terkontaminasi - Mengajarkan anak untuk cuci tangan setelah BAB - Menganjurkan keluarga untuk selalu melakukan cuci tangan - Mengganti popok dengan sering untuk menjaga kulit selalu bersih dan kering - M embersihkan pantat secara hatihati dengan menggunakan sabun non alkalis yang lunak - Oleskan salep seperto zink oksida untuk melindungi kulit terhadap iritasi - Jika memungkinkan, biarkan kulit utuh yang berwarna agak kemerahan terkena udara untuk mempercepat penyembuhan - Hindari pemakaian tissu pembersih yang mengandung alkohol pada kulit yang mengalami eksloriasi - Amati area bokong dan perineum untuk mendeteksi tanda infeksi

60 44 B. Kerangka teori Faktor Internal : Kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, sifat-sifat (sikap, kepribadian, fisik, motivasi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja Faktor eksternal: Lingkungan (peraturan kerja, keinginan pasien, kebijakan, kepemimpinan, tindakan rekan kerja, jenis pelatihan, gaji dan lingkungan sosial Etiologi - Bakteri - Virus - Parasit Faktor Resiko - Tidak mendapat ASI ekslusif - Tidak tersedianya air bersih - Pencemaran air oleh tinja - Kurangnya jamban - Kebersihan lingkungan kurang - Penyiapan dan penyimpanan makan tidak higienis Diare akut Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ sedang Dehidrasi berat G a m b a r Peran perawat: - Pemberi pelayanan - Pendidik - Pelindung - Manajer - Ahli - Koordinator - Kolaborator Tatalaksana diare (lintas diare): - Oralit - Zink - Lanjutkan makan/ ASI - Antibiotik selektif, antidiare tidak diberikan - Nasehat 1. Kerangka Teori

61 45 C. Kerangka Konsep Faktor yang mempengaruhi peran perawat: - Faktor internal: kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, sifat-sifat - Faktor eksternal: lingkungan Anak dengan diare akut Peran perawat Tatalaksana diare dengan lintas diare : - Pemberian oralit - Tablet zink - Lanjutkan makan/ ASI - Atibiotik selektif dan antidiare tidak diberikan - Nasehat Keterangan: Tidak diteliti Diteliti Gambar 2. Kerangka konsep

62 46 D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Apa peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang? 2. Bagaimana perawat melaksanakan perannya dalam tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang?

63 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah mengeksplorasi bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut di rumah sakit. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus (Case Study). Kasus dalam penelitian ini adalah adanya peran perawat yang belum optimal dalam tatalaksana diare akut. Penelitian akan menyelidik i fenomena peran perawat dalam tatalaksana diare akut di rumah sakit secara lebih dalam. Peneliti menggunakan metode studi kasus dalam penelitian kualitatif ini karena adanya peran perawat yang belum terlihat dengan jelas pada tatalaksana diare akut pada anak, dan dalam penelitian tidak hanya memerlukan data dari wawancara dengan partisipan, tetapi memerlukan data yang akurat dari observasi dan dokumentasi. Selain itu penelitian ini ingin menyelidiki lebih mendalam dan mengetahui peran perawat secara menyeluruh mengenai tatalaksana diare akut, dan ingin menjawab pertanyaan apa dan bagaimana pada peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak, sehingga studi kasus merupakan metode yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini, untuk mengga li dan merinci seseorang, yaitu perawat dalam melakukan perannya pada tatalaksana diare akut pada anak di Rumah Sakit (Yin 1984, dalam Mudzakir, 2013). 47

64 48 B. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di bangsal anak Rumah Sakit dr. Soedjon o Magelang dari bulan april sampai dengan Juni C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian kualitatif disebut dengan partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal anak Rumah sakit dr. Soedjono Magelang. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal anak dengan masa kerja minimal 1 tahun, berpendidikan minimal D3 dan terpapar dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan diare akut. Besarnya ukuran sampel pada penelitian kualitatif ini ditentukan oleh data yang diperoleh dan hasil dari analisa. Oleh karena itu peneliti melakukan pengumpulan data sampai dengan tidak ada lagi data baru yang didapatkan dan sudah tidak dapat lagi dilakukan pengkodean, atau yang disebut dengan terjadinya saturasi data. Sampel dalam penelitian kualitatif ini dipilih dengan metode purposive sampling, menggunakan strategi homogeneous sampling. Penggunaan metode dan strategi tersebut yaitu dengan memilih sampel, dalam hal ini difokuskan pada responden yang homogen, yaitu perawat yang dapat menyediakan informasi penting atau kunci mengenai apa dan bagaimana perannya dalam tatalaksana diare (Emzir, 2012).

65 49 D. Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini akan dijabarkan pada definisi berikut ini. 1. Perawat Perawat adalah seseorang yang bekerja di bangsal anak dengan pendidikan minimal D3 keperawatan, lama bekerja lebih dari 1 tahun dan terpapar dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan diare akut. 2. Peran perawat Peran perawat adalah tindakan perawat dalam praktik, yang meliputi pemberian pelayanan, pendidik, pelindung dan kolaborator. 3. Anak dengan diare akut Anak dengan diare akut adalah anak yang dirawat di bangsal anak selama dilakukan penelitian, dengan BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari. 4. Tatalaksana diare akut Tatalaksana diare akut adalah penanganan pada anak dengan diare akut, yang meliputi penentuan dehidrasi, rencana rehidrasi, pemberian oralit, zink, pemberian ASI dan makan serta pemberian nasehat. 5. Penentuan dehidrasi Penentuan dehidrasi adalah penilaian derajad dehidrasi oleh perawat yang dilakukan pada semua anak dengan diare akut dan diklasifikasikan.

66 50 6. Rencana rehidrasi Rencana rehidrasi adalah pemilihan rencana rehidrasi oleh perawat berdasarkan penilaian dehidrasi dengan pemberian jenis dan jumlah cairan yang sesuai serta dilakukan pemantauan terhadap rehidrasi yang diberikan. E. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau yang disebut dengan human instrumen, yaitu dalam menjalankan penelitian, peneliti melakukan penetapan terhadap fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data dan melakukan pengumpulan data. Setelah itu peneliti juga melakukan penilaian terhadap kualitas data, melakukan analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari semua data yang didapatkan (Sugiyono, 2013). Data yang dikum pulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan 3 teknik pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013), teknik pengumpulan data tersebut yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Secara rinci, pengumpulan data yang dilakukan adalah sabagai berikut: 1. Wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan respoden secara mendalam dan bersifat terbuka sejalan dengan berjalannya penelitian. Wawancara dilakukan kepada responden untuk menggali bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut di rumah sakit. Instrumen yang digunakan untuk wawancara adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara, voice recorder dan alat tulis. Dengan pertanyaan terbuka tersebut dimungkinkan akan muncul

67 51 pendapat ataupun permasalahan yang berhubungan dengan peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak. 2. Dokumen Peneliti mengumpulkan bukti dari dokumen tentang Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai tatalaksana diare meliputi penilaian dehidrasi, rencana rehidrasi, pemilihan antibiotik dan antidiare, pemberian makan selama diare, pemberian zink serta nasehat. Selain melihat bukti adanya SPO tatalaksana diare akut, peneliti juga mengumpulkan data mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi, yang dilihat dari laporan dan rekam medis. Instrumen yang digunakan dalam pengum pulan bukti dokumen adalah panduan pengumpulan dokumentasi dan rekam medis. 3. Observasi partisipatif Dalam observasi, instrumen yang digunakan adalah peneliti sendiri dan panduan observasi. Peneliti melakukan observasi partisipatif dengan jenis active partisipation (partisipasi aktif). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh partisipan, dalam hal ini adalah pelaksanaan pemberian tatalaksana diare akut pada anak, untuk mendapatkan data bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut, teta pi belum sepenuhnya lengkap. Obyek penelitian yang diobservasi dalam penelitian ini mencakup 3 komponen, yaitu tempat, pelaku dan aktivitas. Pada observasi tempat, hal-hal yang diamati meliputi ruang, fasilitas dan benda-benda seperti alat medis, obat-obat esensial dan lain sebagainya. Observasi terhadap pelaku

68 52 dilakukan dengan mengamati partisipan dalam melakukan tatalaksana diare akut pada anak. Sedangkan observasi aktivitas dilakukan dengan mengobservasi semua aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh partisipan dalam tatalakssana diare akut pada anak. F. Cara Analisa Data Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan model M iles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1984 : 21-23) dalam Emzir (2012), terdapat tiga macam kegiatan dalam analisa data studi kasus, yaitu: 1. Reduksi Data Dalam reduksi data, peneliti melakukan proses pemilihan hal-hal pokok, pemfokusan pada hal-hal yang penting, penyederhanaan, abstraksi dan pentransformasian dari data mentah, yang didapatkan dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kemudian peneliti membuat rangkuman, pengodean, membuat tema-tema, gugus-gugus, pemisahan-pemisahan dan menulis memo-memo. 2. Model Data (data display) Model adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun untuk dideskripsikan menjadi suatu kesim pulan dan pengambilan tindakan. Dalam tahap ini peneliti mendeskripsikan kesimpulan dengan membuat model dalam bentuk narasi, matriks, grafik, jaringan kerja dan bagan, untuk merakit informasi atau menyampaikan kesimpulan dari data yang didapatkan.

69 53 3. Penarikan atau verifikasi Kesimpulan Dalam langkah ketiga ini, yaitu verifikasi kesimpulan, peneliti mulai menentukan makna dari data yang dikumpulkan. Dari data tersebut akan diperoleh kesimpulan yang tentatif, kabur, kaku dan meragukan, sehingga kesimpulan tersebut perlu diverifikasi. Verifikasi dilakukan dengan melakukan pengecekan kembali reduksi data dan model data, sehingga tidak terjadi penyimpangan dari kesimpulan yang diambil. G. Keabsahan Data Keabsahan data sangat diperlukan dalam setiap penelitian, unt uk mengetahui validitas atau kesahihan dan reliabilitas atau keterandalan pada hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan empat standar untuk menguji keabsahan data, meliputi credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability atau obyektivitas (Lincoln dan Guba dalam Bungin 2012). Secara lebih rinci, uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Uji Kredibilitas Dalam uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data dalam penelitian ini dilakukan triangulasi, dengan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber. Dari hasil wawancara dengan partisipan terhadap tatalaksana diare akut pada anak, maka peneliti melakukan pengecekan terhadap informasi yang diberikan oleh partisipan, dengan melakukan wawancara terhadap orang

70 54 tua atau pengasuh anak, kepala ruang dan dokter mengenai tatalaksana diare akut yang sudah didapatkan. 2. Uji transferability Uji transferability atau keteralihan dilakukan untuk menunjukan ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian di tempat lain. Hal tersebut dapat ditunjukan jika pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dengan jelas mengenai hasil penelitian dan dapat diterapkan. Dari hal tersebut maka dikatakan laporan penelitian memenuhi standar transferabilitas. Untuk melakukan uji transferabilitas, peneliti membuat laporan dengan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan dapat dipercaya, sehingga pembaca memahami dengan jelas hasil penelitian dan dapat memutuskan apakah hasil penelitian dapat diterapkan di tempat lain atau tidak. 3. Uji dependability Uji dependability atau reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Suatu penelitian disebut reliabel jika orang lain dapat mengulangi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menguji dependability dengan dilakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor dalam hal ini adalah pembimbing. Pembimbing melakukan audit dari keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian, dari penentuan masalah, memasuki rumah sakit, menentukan sumber data, analisis data, melakukan uji keabsahan data sampai dengan membuat kesimpulan.

71 55 4. Uji Confirmability Uji Confirmability atau disebutt uji obyektivitas dalam penelitian kuantitatif dilakukan bersamaan dengan uji depenability. Pengujian dilakukan dengan menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian ini merupakan fungsi dari proses pen elitian yang dilakukan, maka penelitian ini disebut telah memenuhi standar konfirmability. H. Etika Penelitian Pada penelitian keperawatan ini, subjek yang digunakan adalah manusia. Manusia sebagai mahluk holistik, yang terintegrasi dalam aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Jika masalah terjadi pada satu kom ponen, maka akan mempengaruhi komponen lain. Dari hal tersebut memungkinkan adanya resiko ketidaknyamanan yang dirasakan subjek penelitian. Oleh karena itu penelitian keperawatan sangat memerlukan etika penelitian, yang dapat menjamin bahwa manfaat yang didapat dari penelitian adalah lebih banyak, daripada efek samping yang ditimbulkan (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 4 prinsip utama yang harus dilakukan dalam menjalankan penelitian, seperti yang disampaikan oleh Polit dan Beck, 2004, dalam Dharma Prinsip-prinsip tersebut antara lain: 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah membe rikan informasi kepada subjek penelitian, mengenai tujuan dan manfaat penelitian, prosedur

72 56 penelitian, resiko penelitian, keuntungan dari hasil penelitian dan penjaminan kerahasiaan subjek penelitian. Sesuai dengan prinsip respect for human dignity, peneliti memberikan kebebasan kepada subjek penelitian, untuk menentukan pilihan apakah bersedia ikut dalam penelitian atau menolaknya. Dalam hal ini tidak ada paksaan atau penekanan tertentu kepada subjek, untuk bersedia ikut dalam penelitian. Setelah subjek penelitian menentukan pilihannya untuk bersedia atau menolak sebagai subjek penelitian, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan inform consent, yaitu persetujuan oleh subjek penelitian untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian. 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and confidentiality) Sesuai dengan prinsip kedua ini, peneliti merahasiakan semau informasi yang menyangkut privasi subjek, dari segala informasi tentang diri subjek, yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Hal tersebut dapat peneliti lakukan dengan cara meniadakan identitas subjek, dan diganti dengan kode tertentu. 3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness) Dalam melaksanakan penelitian ini berprinsip pada keadilan, yaitu peneliti memberikan keuntungan kepada subjek penelitian, dan kerja yang dibebankan kepada subjek diberikan secara sama dan merata sesuai kebutuhan dan kemampuan subjek. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits)

73 57 Prinsip yang terakhir dalam penelitian, peneliti mempertimbangkan manfaat (beneficience) dan kerugian (nonmaleficience) yang ditimbulkan dari penelitian. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini digunakan untuk kepentingan partisipan, yaitu partisipan nantinya mengetahui bagaimana peran perawat sesungguhnya dalam tatalaksana diare akut pada anak. I. Jalannya Penelitian Penelitian ini dimulai setelah mendapatkan ijin dari komite etik penelitian. Untuk selanjutnya, peneliti mengajukan surat perijinan kepada Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang untuk melakukan penelitian di bangsal anak. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Rumah Sakit, maka penelitian ini dimulai pada tanggal 28 April Peneliti datang ke ruang anak Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang untuk melakukan uji coba terhadap pedoman wawancara terhadap informan yang bukan sebagai peserta penelitian, yang selanjutnya hasil uji coba tersebut dikonsulkan dengan pembimbing untuk melihat kemampuan peneliti melakukan wawancara dan untuk mengetahui apakah ada hal yang perlu ditambah atau dkurangi. Selanjutnya peneliti memilih partisipan, yaitu perawat yang bekerja di bangsal anak, sesuai dengan kriteria responden, yaitu berpendidikan minimal D3, masa kerja minimal satu tahun dan terpapar dalam tatalaksana diare akut pada anak. Setelah dilakukan pemilihan sesuai dengan kriteria responden, maka pengumpulan data dimulai dan diawali dengan melakukan wawancara mendalam dengan perawat. Wawancara mendalam dilakukan mulai dari satu responden ke

74 58 responden berikutnya, yang sebelumnya responden diberikan penjelasan mengenai semua hal yang berkaitan dengan penelitian, seperti tujuan, manfaat, keuntungan, risiko dan penjelasan mengenai penjaminan kerahasiaan partisipan, kemudian responden diberikan kuasa sepenuhnya untuk menentukan bersedia atau menolak untuk ikut serta dalam penelitian. Setelah itu, responden diminta menandatangani informed consent, sebagai bentuk persetujuan untuk menjadi subjek penelitian. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 5 (lima) responden, dalam tempat dan waktu yang berbeda, antara satu responden dengan responden lainnya. wawancara pertama dengan perawat dilakukan pada tanggal 30 April 2014, sesuai dengan janji yang sudah disepakati antara peneliti dan responden. Wawancara dilakukan di ruang tunggu, di depan ruang hemodialisa. Saat wawancara, suasana ruang tunggu sepi, karena pada sore hari dan hanya ada beberapa kali petugas yang lewat di tempat tersebut, tetapi tidak mengganggu jalannya wawancara. Selama wawancara berlangsung, peneliti melakukan perekaman. Setelah dilakukan wawancara dengan satu responden, peneliti melakukan transkrip hasil wawancara dan dilanjutkan dengan melakukan analisis. Kegiatan wawancara dengan responden lainnya dilakukan di rumah responden dan di tempat lain di rumah sakit, yang berakhir pada tanggal 28 Mei Pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan teknik yang lain, yaitu dengan melakukan observasi partisipatif aktif dan pengumpulan bukti dokumentasi. Observasi parsitipatif dan pengumpulan bukti dokumen dilakukan beriringan dengan dilakukannya wawancara mendalam. Dalam melakukan

75 59 observasi partisipatif, peneliti berperan sebagai perawat dan terlibat dalam kegiatan penatalaksanaan diare akut pada anak. Kegiatan observasi partisipatif tersebut dimulai pada tanggal 12 Mei 2014 dan berakhir tanggal 28 Mei 2014, yang dilakukan selama 9 hari, dengan rincian 5 hari observasi pada shift pagi, 2 hari pada shift sore dan shift malam selama 2 hari. Selain observasi terhadap aktivitas dan perilaku partisipan, peneliti juga melakukan observasi terhadap tempat. Pengumpulan data lainnya yaitu dokumentasi, yang dilakukan bersamaan dengan observasi, dengan melakukan pengecekan terhadap dokumen. Dokumen yang dilihat adalah dari standar operasional prosedur untuk melihat SPO tentang tatalaksana diare dan pelaksanaan asuhan keperawatan. Selanjutnya peneliti melakukan transkrip dari hasil observasi setelah dilakukan observasi pada setiap shift. Untuk bukti dokumentasi, peneliti mengambil gambar dokumen atas seijin rumah sakit dan melakukan transkrip dari dokumen yang sudah dikumpulkan. Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, peneliti melakukan triangulasi sumber untuk menguji kepercayaan terhadap data yang sudah dikumpulka n. Triangulasi sumber tersebut dilakukan dengan wawancara terhadap 1 (satu) kepala ruang, 1 (satu) dokter spesialis anak dan 4 (empat) orang tua atau pengasuh anak. Setelah dilakukan wawancara tersebut, maka peneliti melakukan transkrip dan analisa. Dari semua data yang sudah terkumpul, peneliti melakukan analisis sesuai dengan rencana tahapan analisis, dan dari semua data, baik wawancara mendalam, observasi partisipatif dan dokumen serta triangulasi sumber. Setelah tahapan analisis dilalui, maka peneliti mendokumentasikan hasil penelitian dalam bentuk

76 60 laporan hasil penelitian. Secara lebih ringkas, jalannya penelitian akan digambarkan pada skema berikut ini. Gambar 3. Jalannya Penelitian Ijin: prodi, komite etik, RS Uji coba wawancara non responden J. Pemilihan responden sesuai kriteria responden Pengumpulan data Wawancara mendalam Observasi partisipatif Dokumen Analisis Triangulasi sumber Analisis Penulisan laporan Sumber: data dasar

77 61 K. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian 1. Kesulitan Penelitian a. Peneliti menemui kesulitan pada saat melakukan pengumpulan data, yaitu observasi partisipatif. Ketika melakukan obervasi partisipatif, peneliti dihadapkan pada kondisi pemberian tatalaksana pada anak diare akut yang kurang tepat, yaitu pada penambahan cairan intravena pada anak yang tidak disesuaikan dengan derajad dehidrasinya. Kesulitan yang dirasakan peneliti adalah bahwa di satu sisi peneliti mempunyai pengetahuan tentang pemberian tambahan pada anak diare akut, sedangkan di sisi lain peneliti adalah seseorang yang sedang melakukan pengumpulan data yang harus menjalankan tugas penelitian secara profesional. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti berusaha menanggalkan segala bentuk pengetahuan, dan berusaha mengikuti dan melaksanakan tugas melakukan obervasi partisipatif tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan peneliti. b. Kesulitan yang sangat dirasakan oleh peneliti adalah ketika melakukan analisis. Peneliti menemui kesulitan dalam melakukan reduksi data dan kesimpulan, karena terdapat banyak data yang didapatkan, yaitu dari hasil wawanara dengan responden, data hasil observasi partisipatif, data hasil pengumpulan bukti dokumen dan data hasil triangulasi sumber. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan konsultasi dengan pembimbing dan dengan pakar kualitatif.

78 62 2. Keterbatasan Penelitian Peran perawat yang dieksplorasi dalam penelitian ini hanya terbatas dalam tatalaksana diare akut, belum menggali peran perawat pada program -program lain yang terkait dengan diare akut, seperti pencegahan dan upaya promotif lainnya.

79 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang adalah rumah sakit tingkat II yang merupakan rumah sakit utama di wilayah Kodam IV/ Diponegoro. Selain itu, rumah sakit dr. Soedjono juga menjadi rujukan dari rumah sakit tingkat III dan IV di jajaran Kesdan IV/ Diponegoro, dan tidak hanya melayani pasien dinas, tetapi juga pasien umum. Rumah sakit dr. Soedjono berdiri pada tahun tahun 1817 oleh pemerintah Belanda sebagai rumah sakit m iliter yang dipim pin oleh seorang dokter Belanda. Pada awal tahun 1942, yaitu masa penjajahan Jepang, rumah sakit berada dalam kekuasaan Jepang dan hanya khusu merawat tentara Jepang. Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, rumah sakit ini berubah menjadi rumah sakit PMI dan sejak 1 Januari 1948 rumah sakit PMI berubah menjadi RSU Wates Magelang. Pada tanggal 1 Maret 1948 RSU Wates diserahterimakan dari pemerintah kepada DKT Divisi III dan diganti namanya menjadi Rumah Sakit Tentara III yang dipim pin oleh Kolonel dr. Soetomo yang kemudian pada tanggal 1 November 1974, nama rumah sakit diganti menjadi Rumah Sakit dr. Soedjono. Luas tanah RS dr. soedjono Magelang adalah ± m 2 dan luas bangunan ± m 2 dengan status kepemilikan rumah sakit TNI-AD (Informasi Layanan RS dr.soedjono). 63

80 64 Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, rumah sakit memiliki tujuh instalasi pendukung. Ketujuh instalasi tersebut yaitu instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi penunjang perawatan, instalasi penunjang medis, instalasi penunjang umum, instalasi penunjang diagnosis dan instalasi farmasi. Instalasi rawat inap terdiri dari 10 ruang rawat inap dan 4 ruang khusus. Untuk ruang rawat inap terdiri dari lima ruang rawat untuk semua jenis penyakit dan lima ruang rawat untuk penyakit tertentu. Kelima ruang rawat inap untuk semua jenis penyakit tersebut adalah ruang Nusa Indah (ruang rawat VIP dan VIIP), ruang Dahlia (ruang VIP dan kelas I), ruang Melati (kelas I, II dan ruang Taruna), ruang Bougenvile (kelas II) dan ruang Cempaka (kelas I dan II). Untuk lima ruang rawat lainnya yaitu ruang Edelweis (kelas VIP, kelas I dan II) yang merupakan ruang pasca bedah, ruang Anggrek (ruang rawat kebidanan), ruang Flamboyan (ruang rawat anak), ruang Seruni (ruang rawat untuk askeskin) dan ruang ICU (VVIP, VIP dan kelas I). Empat ruang khusus yang sudah disebutkan sebelumnya terdiri dari ruang hemodialisa, ruang Bedah, ruang bersalin dan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Sedangkan Instalasi rawat jalan terdiri dari 18 poliklinik, antara lain Poliklinik Paru, Poliklinik Syaraf, Poliklinik Jantung, Poliklinik Jiwa atau Psikologi, Poliklinik THT, Poliklinik Gigi, Poliklinik Obsgin, Poliklinik Internis, Poliklinik mata, Poliklinik Umum, Poliklinik Kulit Kelamin, Poliklinik Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Bedah Syaraf, Poliklinik Anestesi, Poloklinik Fisioterapi dan Poliklinik Akupuntur (Informasi Layanan RS dr.soedjono).

81 65 Sebagai ruang rawat untuk anak adalah ruang Flamboyan, yang merupakan ruang kelas I dan II, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 37, yang dibagi untuk tempat tidur anak sejumlah 15 tempat tidur, 10 tempat tidur bayi dan 7 inkubator. Jumlah perawat di ruang Flamboyan sebanyak 15 orang, dengan kualifikasi pendidikan S1 Keperawatan sejumlah 4 orang, D3 Keperawatan sebanyak 10 orang dan SPK sebanyak 1 orang. Dilihat dari status kepegawaian, sejum lah 7 orang perawat berstatus tetap dan 8 orang perawat berstatus tidak tetap. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik subjek dan informan penelitian a. Karakteristik subjek penelitian Subjek atau responden dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang yang sesuai dengan karakteristik responden. Responden adalah perawat yang mempunyai pendidikan D3 sebanyak 3 orang dan S1 sebanyak 2 orang. Berdasarkan masa kerja, responden sudah bekerja di bangsal anak selama 1 (satu) tahun 5 (lima) bulan sampai dengan 6 (enam) tahun 5 (lima) bulan. Selain itu responden adalah perawat yang terpapar langsung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan anak dengan diare akut di bangsal anak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi partisipatif dan bukti dokumentasi. Karakteristik responden akan disajikan dalam tabel berikut ini.

82 66 Tabel 4. Karakteristik responden perawat Kode Pendidikan Status Lama bekerja Pelatihan diare R1 D3 Keperawatan Tidak tetap 1 tahun 5 bulan Tidak R2 D3 Keperawatan Tidak tetap 6 tahun 5 bulan Tidak R3 D3 Keperawatan Tetap 5 tahun 3 bulan Tidak R4 S1 Keperawatan Tetap 3 tahun Tidak R5 S1 Keperawatan Tidak tetap 4 tahun Tidak Sumber: data primer b. Karakteristik informan penelitian Selain pengumpulan data dengan wawancara terhadap responden, pengumpulan dengan observasi dan dokumentasi, dilakukan triangulasi sumber dengan melakukan wawancara terhadap informan. Informan tersebut terdiri dari 4 (empat) orang tua pasien atau pengasuh, 1 (satu) dokter spesialis anak dan 1 (satu) kepala ruang. Karakteristik informan akan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5. Karakteristik informan Kode Pendidikan Status Masa kerja I p 1 D3 Dinas - I p 2 D3 Dinas - I p 3 SMA Umum - I p 4 SMA Umum - I karu D3 Tetap 8 tahun 5 bulan I dktr S2 Tetap 6 tahun Sumber: data primer

83 67 2. Analisis Tema atau Kategori Hasil analisis tema atau kategori yang dihasilkan oleh peneliti yaitu ada 4 tema atau kategori utama yang berkaitan dengan tujuan penelitian tentang apa dan bagaimana peran perawat dalam tatalaksana diare akut pada anak di rumah sakit. Kategori-kategori yang didapatkan yaitu (1) peran perawat sebagai pemberi pelayanan, (2) peran perawat sebagai kolaborator, (3) peran perawat sebagi pendidik, (4) peran perawat sebagai pelindung. Kategorikategori tersebut terbentuk setelah dilakukan analisis terhadap data yang sudah didapatkan dari hasil wawancara dengan responden, dari hasil observasi partisipatif, dokumentasi dan triangulasi dengan kepala ruang, dokter dan orang tua atau pengasuh anak. Dari data yang terkumpul dibuat transkrip, untuk selanjutnya dilakukan reduksi data dengan memilih hal-hal pokok atau penyederhanaan dan dibuat pengodean. Setelah direduksi, data dikum pulkan dan dibuat sub-sub kategori dan kategori-kategori. Untuk selanjutnya peneliti melakukan verifikasi terhadap kategori-kategori yang didapatkan dengan melakukan pengecekan kembali reduksi data kategorikategori, dengan tujuan tidak terjadi penyimpangan dalam menyimpulkan tema-tema atau kategori-kategori. Adapun hasil analisis data tiap kategori akan disajikan dalam uraian berikut ini. a. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan Pada kategori peran perawat sebagai pemberi pelayanan terdiri dari tiga sub kategori yaitu (1) pengkajian, (2) dokumentasi asuhan keperawatan, (3) evaluasi. Kategori dan sub kategori tersebut terbentuk

84 68 dari kumpulan meaning unit atau kata kunci dari beberapa data yang terkumpul dan label atau pengodean yang diberikan pada kumpulan kata kunci. Kategori dan sub kategori tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut ini. Koding Sub kategori Kategori pengkajian umum diare pengkajian dehidrasi cara menentuan derajad dehidrasi ringan/ sedang Cara menentukan dehidrasi berat Melakukan pengkajian perumusan keperawatan intervensi diagnosa Melakukan Dokumentasi asuhan keperawatan Kategori 1: Peran perawat sebagai pemberi pelayanan monitoring diare monitoring rehidrasi Melakukan Evaluasi waktu pelaksanaan evaluasi rehidrasi Skema1. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan Sumber : data primer 1) Pengkajian Salah satu peran perawat sebagai pemberi pelayanan adalah melakukan pengkajian. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat tersebut yaitu dengan pengkajian umum diare, pengkajian dehidrasi, cara menentukan derajad dehidrasi ringan sedang dan cara menentukan derajad dehidrasi berat, seperti ungkapan responden berikut ini.

85 69 Biasanya yang pasti Vital sign, riwayat penyakit sebelumnya, demam, diarenya sudah berapa hari, makan apa, kalau ada alergi makanan atau obat (R1) kalau ada pasien baru ditanya riwayatnya, BABnya berapa kali, konsistensinya bagaimana, masih mau makan minum apa gak (R3) menanyakan keluhan pasien kepada orang tuanya, mengenai frekuensi dan konsistensi BAB, ada tidak muntah dan pengukuran tanda-tanda vital (obs) keluhan utama, tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, keadaan umum, kesadaran dan pola makan (dok)...dikaji, dianamnesa biasa, diarene berapa kali dalam sehari, njuk konsistensinya bagaimana, cair... (I-Karu) kalau pengkajian saya tidak tahu, ya mungkin melakukan ya... (I- Dktr) Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa perawat mela kukan pengkajian umum diare dengan menanyakan kepada orang tua mengenai keluhan BAB, pola makan, dan pengukuran tanda-tanda vital. Namun ketika dilakukan validasi dengan dokter mengenai pengkajian yang dilakukan perawat, dokter menyampaikan tidak mengetahui dan menyampaikan bahwa kemungkinan perawat melakukan pengkajian. Dokter tidak mengetahui apakah perawat melakukan pengkajian atau tidak, didukung dengan alasan dokter, seperti pernyataan berikut ini... itu tadi kalau kaitannya dengan perawatan, saya tidak tahu. kalau saya kan sekedar ngasih ini ini ini... perawat ngasih (I-Dktr) ya, karena saya kan tidak selalu di ruangan. Kalau visite ya pagi aja. (I-Dktr)

86 70 Pengkajian selanjutnya yang dilakukan perawat adalah melakukan pengkajian dehidrasi dengan melihat mata cowong atau tidak, turgor, dan BAK, seperti pernyataan di bawah ini....biasanya ada air matanya gak, cowong ndak, dari itukan biasanya tahu anak ini dehidrasi... (R1) Kita lihat turgor kulitnya, misalnya itu dari perut, kembalinya cepet gak, nanti misale menangis keluar air mata gak, terus masih sering BAK gak... (R2) ketika datang pasien baru, perawat langsung melihat KU anak, mata, dan menanyakan keluhan bab, pola makan minum,... (obs) pengkajian keadaan umum, pemeriksaan keringat (Dok) GCS, pola makan, Pengkajian selanjutnya yang dilakukan perawat adalah bagaimana cara menentukan derajad dehidrasi ringan-sedang dan berat yang digambarkan dalam pernyataan berikut ini.... Kalau dehidrasi sedang kan mungkin rewel, anak pengen minum terus, mungkin juga kalau mata cekung kan kelihatan (R4)... dehidrasi berat geh sampai nagis gak keluar air mata, gak sering BAK... (R2)... output kurang, kayak pipisnya, kayak.. eehh outputnya lebih, kayak minumnya yang kurang. Biasanya kan males, ngantuk ya, kalau dehidrasi berat (R5) dokumentasi penentuan tingkat dehidrasi oleh perawat tidak ada (dok)

87 71 terdapat dokumentasi penentuan tingkat dehidrasi oleh co ass (dok) Dengan melihat pernyataan di atas, perawat menentukan tingkatan dehidrasi ringan-sedang yaitu jika anak rewel, keinginan minum anak kuat dan mata cekung. Selanjutnya, perawat menentukan tingkat dehidrasi berat, jika tidak keluar air mata, malas, keluaran BAK kurang. Dari hasil dokumentasi tidak terdapat dokumentasi perawat mengenai penentuan tingkat dehidrasi, tetapi dari dokumentasi yang dilakukan asisten dokter terdapat penentuan tingkat dehidrasi. 2) Dokumentasi asuhan keperawatan Peran perawat sebagai pemberi pelayanan berikutnya adalah melakukan dokumentasi keperawatan dengan merumuskan diagnosa keperawatan dan melakukan intervensi, sebagaimana ungkapan dari responden berikut ini. Untuk dokumentasi askepnya dikerjakan, dari mulai membuat diagnosa keperawatan... (R1) Perawat terlihat melakukan dokumentasi perumusan diagnosa keperawatan (obs) masalah yang dituliskan adalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit (dok)...dari mulai penegakan diagnosa keperawatan... (I-Karu) untuk askepnya dikerjakan, dari mulai membuat diagnosa keperawatan, membuat intervensi juga... (R1)

88 72... terus kita merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi juga sudah, (R2) perawat melakukan dokumentasi perumusan diagnosa keperawatan (Obs) mendokumentasikan intervensi keperawatan (obs) Terdapat dokumentasi tujuan dan intervensi sesuai dengan maslaah yang dirumuskan (dok)... melakukan intervensi (I-Karu) Dari hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa perawat melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan merumuskan diagnosa keperawatan seperti masalah kebutuhan cairan. Perawat juga membuat intervensi atau rencana tindakan dari masalah keperawatan yang dirumuskan. Pernyataan responden di atas mengenai perumusan diagnosa dan intervensi sesuai dengan hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi dengan kepala ruang. 3) Melakukan evaluasi Melakukan evaluasi merupakan peran perawat selanjutnya sebagai pemberi pelayanan. Dalam melakukan evaluasi, perawat memonitoring diare, melakukan monitoring rehidrasi beserta kapan dilakukannya monitoring rehidrasi. Pelaksanaan evaluasi tersebut seperti pernyaataan respoden di bawah ini, dan dari hasil observasi dan dokumentasi serta triangulasi.... Misale yang pagi koq diarenya 8 kali, terus nanti yang sore tinggal 4 kali, nanti yang malem 2 kali... (R2)

89 73... paling itu kalau anak diare ditanya orang tuanya, diare berapa kali (R3) menanyakan BAB pasien, mengenai frekuensi dan konsistensi serta muntahnya (dok) Monitoring keadaan umum pasien, keluhan mengenai BAB dan pengukuran tanda-tanda vital dilakukan oleh mahasiswa (obs)... Babnya berapa kali (I-Karu) Dari pernyataan di atas dapat menggambarkan bahwa perawat melasanakan monitoring diare dengan menanyakan kepada orang tua pasien mengenai keluhan BAB, khususnya frekuensi BAB. Pernyataan responden tersebut sesuai dengan hasil observasi, dokumentasi maupun triangulasi dengan kepala ruang. Evaluasi selanjutnya yang dilakukan perawat adalah dengan monitoring rehidrasi. Hal tersebut digambarkan pada pernyataan berikut.... turgornya, intake outputnya bagaimana.. makannya habis berapa porsi, habis berapa banyak. Outputnya diarenya berapa banyak (R5) dilakukan oleh mahasiswa dengan melihat keadaan anak, masih lemas atau tidak, masih rewel atau tidak dan keinginan minum (obs) memonitor keadaan umum pasien, memonitor pemasukan dan keluaran (dok) dimonitor intake dan output cairannya. Babnya berapa kali, makan minumnya bagaimana, mau tidak, gitu...(i-karu)

90 74 Hal di atas menunjukan bahwa m onitoring rehidrasi yang dilakukan perawat adalah dengan melihat keadaan umum, memonitor pemasukan dan pengeluaran. Dari hasil observasi didapatkan bahwa monitoring rehidrasi dilakukan oleh mahasiswa praktek. Di bawah ini adalah pernyataan responden, hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi mengenai waktu pelaksanaan evaluasi rehidrasi. Setiap harinya tetep kita ngaten mbak, dimonitor satu shift itu berapa kali BAB (R2) tiap timbang terima kan pasti ditanyakan keluhannya (R4) setiap shift jaga (obs) dilakukan rutin setiap shift (dok) Kita observasinya tiap hari 3 shift itu to bu.. (I-Karu)... biasane kan kita yang rutin lho ya, yang rutin e.. jam 6 pagi, jam 11 siang sama jam 8 malam atau jam 7 (I-Karu) kalau monitoring saya kira setiap jaga itu perawat monitor ya... (I- Dktr) Ungkapan di atas menggambakan bahwa evaluasi rehidrasi dilaksanakan pada setiap shift atau setiap perawat melaksanakan jaga, sesuai dengan rutinitas. Dari hal di atas menunjukan adanya kesesuaian antara pernyataan responden dengan hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi dengan kepala ruang dan dokter.

91 75 b. Peran perawat sebagai kolaborator Dari hasil analisis, kategori yang kedua adalah peran perawat sebagai team member, yang terdiri dari dari dua sub kategori, yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan penunjang. Pembentukan kategori tersebut digambarkan dalam skema berikut ini. Koding Sub kategori Kategori konsul dokter Pemberian cairan parenteral jenis cairan parenteral pemberian oralit pemberian zink Pemberian antibiotik Antidiare tidak diberikan Pemberian prebiotik pemeriksaan penunjang Melakukan kolaborasi dengan dokter Melakukan kolaborasi dengan analis kesehatan Kategori 2: Peran perawat sebagai kolaborator Skema 2. Peran perawat sebagai kolaborator Sumber: data primer 1) Melakukan kolaborasi dengan dokter Salah satu peran perawat sebagai kolaborator adalah melakukan kolaborasi dengan dokter. Dari hasil analisis, terdapat delapan hal yang membentuk sub kategori, yaitu konsul dokter, pemberian cairan parenteral, jenis cairan parenteral, pemberian oralit, pemberian zink, pemberian antibiotik, antidiare tidak diberikan dan pemberian prebiotik.

92 76 Dari hasil analisis data menunjukan bahwa perawat selalu melakukan kolaborasi dengan dokter, dengan melakukan konsultasi terhadap terapi yang akan diberikan kepada pasien, seperti pernyataan di bawah ini. kalau dokter ya kita selalu laporan, nanti dokter ngasih terapi apa, kita laksanakan. Nanti ada apa, permasalahan, lapor lagi, per sms, per telelpon (R1) Perawat konsul dokter anak melalui telepon untuk mendapatkan teapi untuk pasien (Obs) tertulis hasil konsultasi dengan dokter mengenai terapi medis yang harus diberikan (Dok) Kalau data-data sudah mencukupi kita laporan ke dokter (I-Karu) Dalam pemberian cairan, semua anak dengan diare akut mendapatkan cairan parenteral. Jika anak masuk melalui UGD, pemasangan infus dilakukan di UGD tetapi jika anak datang dari poliklinik, maka diberikan infus di ruangan. Tetapi dalam SPM tertulis bahwa penambahan cairan elektrolit diberikan sesuai denga n derajad dehidrasi dan disesuaikan dengan berat badan anak. Pemberian cairan infus tersebut diuangkapkan dari pernyataan berikut ini. biasanya dari UGD sudah terpasang infus. kecuali kalau misal di UGD tidak pasang infus baru dipasang di ruangan, kalau perawatnya sana koq belum berhasil baru dipasang di ruangan (R1) Kalau dari poli, kita langsung pasang infus sesuai advis dokter (R4)

93 77 Pasien sudah terpasang cairan intravena dari UGD (Obs) perawat langsung memberikan cairan intravena sesuai dengan terapi (Obs) mendapatkan terapi infus (Dok) Penatalaksanaan yang dijelaskan di dalam SPM, yang pertama adalah resusitasi cairan dan elektrolit sesuai derajad dehidrasi dan kehilangan, yang dihitung berdasarkan pada berat badan anak (Dok SPM) dari UGD biasanya sudah terpasang (I-Karu) Untuk jenis cairan yang digunakan dalam memberikan cairan parenteral adalah cairan elektrolit, seperti pernyataan berikut.... kadang kan kalau di UGD kadang kan namanya dokter jaga kan infusnya D5, terus kadang dipantau. Kalau dokternya sini kalau diare kan harus infusnya ka-en 3B, kita ganti sendiri aja. Karena dokternya bilang bisa memicu diare (R1) kalau di sini ka-en 3b (R3) Perawat langsung menyiapkan alat untuk pemasangan infus, dan memasang infus dengan cairan ka-en 3b (Obs) mendapat infus ka-en 3b 400 cc/ 6 jam (Dok) Pada kolaborasi dengan dokter, selain pemberian cairan parenteral, perawat juga memberikan oralit, sebagaimana pernyataan di bawah ini.... kalau tiap kali pasien diare atau muntah, dikasih dehidralit. Pemberiannya 10 cc/ kg BB (R3) Tergantung berat badan, 15x10. Itu berat badan. BB kali 10 gitu pemberiannya (R5)

94 78 perawat memberikan oralit ke pasien (Obs) iya, dapat ini bu.. (sambil menunjuk botol renalit) (I-Ortu) resusitasi cairan dan elektrolit sesuai derajad dehidrasi dan kehilangan, yang dihitung berdasarkan pada berat badan anak (Dok) mendapat renalit 90 ml setiap mencret (Dok) Terus itu dehidralit apa oralit itu. Sesuai dengan berat badan. Di sini juga sudah ada patokan, per 1 kilo 10 cc. Berarti kalau 10 kilo berarti 100 cc setiap diare apa muntah. Karena diare biasanya diikuti dengan muntah. Jadi per 1 kilonya 10 cc (I-Karu) Dari pernyataan di atas, perawat memberikan oralit dengan dosis 10 cc per kg BB. Hal itu sesuai dengan hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi. didukung juga dari dokumen SOP, yang menyatakan bahwa pemberian resusitasi cairan dihitung berdasarkan berat badan. Dari observasi tempat, di ruang anak tidak terdapat ruang khusus untuk pemberian oralit. Bentuk kolaborasi selanjutnya adalah dengan pemberian zink, seperti pernyataan berikut ini. kalau yang bayi-bayi itu kadang separo, kalau 6 bulan ke atas itu satu tablet. Yang besar juga satu (R3) kalau pemberian zink itu satu kali 20. Ya dosisnya, itu diberikan pagi hari (R5) perawat memberikan tablet zink (Obs) pemberian orezynk 1x20 mg (Dok)

95 79 orezynk 1x10 mg (Dok) dosisnya satu kali sehari (I-Karu) ini dapatnya ini(sambil menunjuk sirup orezy nk, 1x1 sendok (I- Ortu) Terus kan sekarang kan acuannya pake zink itu. Diberikan zink (I- Dktr) Dari pernyataan responden, hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi di atas menggambarkan, bahwa perawat memberikan zink, baik tablet ataupun sirop dengan dosis 1x1 sehari atau 1x10 mg untuk anak usia kurang dari 6 bulan dan dosis 1x20 mg untuk anak dengan usia di atas 6 bulan. Dari pernyataan responden di atas, menunjukan ada kesesuaian antara pernyataan responden dengan hasil pengumpulan lain dan dengan triangulasi. Untuk kolaborasi selanjutnya yang dilakukan perawat adalah dengan memberikan antibiotik pada anak, seperti pernyataan di bawah ini. Terus untuk antibotik itu dokter mesti ngasih. Biasanya kalau yang sedang sampai berat antibiotik injeksi kalau ada panasnya. Kalau gak ada panasnya paling antibiotik per os (R1) untuk antibiotik itu... pak dokter ngasih injeksi. Mungkin kalau pas panas itu, maksudnya kalau diare sama panas itu dikasih antibiotik. Kalau gak ya dikasih cotrim. Kalau ada panas dikasih yang cefo injeksi. Cotrim untuk yang tanpa panas (R3) Perawat memberikan tablet sanprima (Obs) memberikan injeksi tridicef kepada pasien (Obs)

96 80 pasien mendapatkan cotrimoxazole 3x1 cth (Dok) pemberian injeksi tridicef 3x 200 gram (Dok) Penatalaksanaan yang kelima disebutkan, bahwa penggunaan antimikrobial tidak diperlukan, hanya untuk kasus-kasus tertentu dan kasus resiko tinggi (Dok) Kalau misalkan diarenya ada panasnya juga dikasih. Tapi kalau dari awal dia ada panasnya, sudah langsung dikasih itu antibiotik (I-Karu) diare akut itu bukan berarti bukan karena bakteri ya. Kalau akut kan sindroma aja, waktunya, penyebabnya bisa virus, bisa bakteri. Kalau misalnya itu bakteri ya dikasihkan (I-Dktr) Paling gak di periksa DL, atau kalau gak kalau lekositnya tinggi itu kan mengarah ke infeksi bakteri. Berarti dikasih antibiotic (I-Dktr) Kalau di luar negeri kan bisa kultur. Jadi kalau mau ngasih antibiotik yang sesuaipun bisa. Paling kan satu hari paling lama mereka. Tempat kita kultur 1 minggu. Terus kalau memang mau kultur ngapain... (I-Dktr)... kalau kita mau nuruti buku, ini gak perlu dikasih antibiotik, ee... pasiennya ujug-ujug mati. Terus siapa yang salah.. biasanya kan karena tool lab, gak memenuhi, gak bisa mendukung, akhirnya seperti antibiotik ya kalau itu karena infeksi, ya dikasih. Misalnya penyakit, jangan sampai pasiennya dengan diare, pulang-pulang muni (I- Dktr) geh dapet antibiotik, disuntik itu bu... (I-Ortu) Dari pernyataan responden di atas sesuai dengan hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa anak dengan diare akut yang disertai panas adalah diare karena bakteri atau infeksi. Dari pernyataan di atas menggambarkan, bahwa karena

97 81 fasilitas laboratorium kurang mendukung untuk pemeriksaan, sehingga antibiotik diberikan pada anak diare disertai panas. Diare karena infeksi oleh dokter diberikan antibiotik, dan perawat sebagai team member melaksanakan perannya dengan memberikan antibiotik. Antibiotik injeksi diberikan pada anak dengan diare disertai panas dan antibiotik oral diberikan pada anak diare tanpa panas. Dari hal tersebut terdapat perbedaan antara dokumen SOP dan data lainnya, yang mana pada SOP disebutkan, bahwa antibiotik diberikan pada kasus tertentu dan kasus resiko tinggi. Selanjutnya adalah antidiare tidak diberikan. Perawat tidak memberikan antidiare pada semua anak yang dirawat dengan diare akut. Dari semua pernyataan, baik dari responden, dari hasil observasi, dokumentasi dan triangulasi menunjukan bahwa anak tidak mendapatkan antidiare karena bisa menimbulkan ileus pada anak. Hal tersebut seperti pernyataan di bawah ini. oohhh... kayak diaform gitu, antapulgit gitu... ndak, karena dokter rudi kalau anak-anak gak (R1) gak ada antidiare, beliau gak pernah (R2) Penatalaksanaan yang keenam dengan pengobatan masalah penyerta dan yang ketujuh disebutkan bahwa tidak dianjurkan tobatobat diare (Dok) Kalau yang dokter rudi ini engak ada antidiare (I-Karu) antidiare gak. Kalau kemaren gak. Saya tanya perawatnya itu ya katanya untuk yang ke pencernaan (I-Ortu)

98 82 antidiare tidak pernah. Bisa ileus nanti.. (I-Dktr) Bentuk kolaborasi selanjutnya oleh perawat adalah dengan pemberian prebiotik, seperti pernataan berikut. selain itu, mesti pake lacto-b dan zink 1x1 (R1) ya itu, di sini pakenya lacto-b itu bu... (R3) l-bio diberikan begitu anak masuk kamar perawatan (Obs) Patokannya kan biasanya dokter pake e l-bio...lha itu biasane sudah dibungkus, kan ada ukurannya, di bawah 6 bulan ke sini ½ sachet (I- Karu) sama itu l-bio apa.. satu hari sekali.. (I-Ortu) terapi lacto-b 1x1 sachet (Dok) Yang keempat dengan probiotik satu bungkus perhari (Dok) paling ya itu, dikasih lacto-b (I-Dktr) Dari pernyataan di atas, menunjukan bahwa perawat memberikan prebiotik 1x1 sehari sebagai tindakan kolaboratif dengan dokter. Selain itu, dalam dokumentasi juga menunjukan bahwa prebiotik merupakan salah satu penatalaksanaan pada anak diare. Dari observasi terhadap tempat atau ruangan, belum tersedia ruang khusus oralit. Namun sudah terdapat atau tersedia obat-obat esensial untuk penyakit diare, seperti oralit, zink dan prebiotik, yang disebut dengan obat abadi. Di bawah ini adalah gambar tempat obat esensial, yang disebut dengan obat abadi, yang digunakan untuk kasus-kasus darurat.

99 83 Gambar 3. Obat-obat essensial 2) Melakukan kolaborasi dengan analis kesehatan Sub kategori yang kedua dari peran perawat sebagai kolaborator adalah melakukan kolaborasi dengan analis kesehatan, dengan memeriksa darah dan feces pada anak dengan diare akut. Berikut adalah pernyataan yang menggambarkan sub kategori tersebut. Pemeriksaan laborat itu biasanya DL, elektrolit, natrium, kalium. Sama periksa feces. Kalau diarenya masih sering. Beliau juga biasanya evaluasi, hari ini diarenya sudah berapa kali, kalau misalnya masih diare itu ya sudah, periksa feces (R2) itu protap koq. Langsung diperiksa feces sama DL itu pasti (R4) ya kalau ada pasien baru kan sudah protap itu ya.. periksa DL sama feces. Tapi kalau misalkan ada tadi itu, perubahan keluhan, fecesnya jadi berbau, ada darah, kita konsul dokter lagi apa perlu periksa feces lagi gitu.. (R5) Dilakukan pemeriksaan feces, serum elektrolit (Dok)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun 1990, terdapat 12 juta kematian anak yang diakibatkan oleh diare. Kejadian diare tersebut mengalami

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013).

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DAN ANTIDIARE PADA ANAK DIARE AKUT DI RUMAH SAKIT

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DAN ANTIDIARE PADA ANAK DIARE AKUT DI RUMAH SAKIT PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DAN ANTIDIARE PADA ANAK DIARE AKUT DI RUMAH SAKIT Septi Wardani 1), Nurul Purborini 2) 1) Departemen Keperawatan Anak/Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang 2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari karakteristik responden penelitian, diketahui bahwa seluruh responden belum pernah mengikuti pelatihan menganai tatalaksana diare pada anak. Penelitian tentang

Lebih terperinci

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit diare merupakan penyebab kematian pertama pada usia balita. Penatalaksanaan yang sesuai

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Ujian Akhir Program

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita diare sering disebabkan oleh diare itu sendiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

Keywords : diarrhea, zinc, diarrhea

Keywords : diarrhea, zinc, diarrhea PENGARUH PEMBERIAN TABLET ZINC DENGAN LAMANYA DIARE AKUT PADA BALITA DI KECAMATAN KURANJI PADANG TAHUN 2012 Delima, Yossi Suryarilnilsih, (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The purpose of

Lebih terperinci

Buku Saku Petugas Kesehatan

Buku Saku Petugas Kesehatan Buku Saku Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011 Publikasi ini dibuat oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan

Lebih terperinci

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen: SOP No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : 1/1 UPT PUSKESMAS DLINGO II dr. Sigit Hendro Sulistyo NIP. 198111262009031006 1. Pengertian Salah satu elemen yang

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN DIARE PADA ANAK OLEH PERAWAT DI RUAMAH SAKIT

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN DIARE PADA ANAK OLEH PERAWAT DI RUAMAH SAKIT ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMEN DIARE PADA ANAK OLEH PERAWAT DI RUAMAH SAKIT Septi Wardani 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang 2 Kutipan: Wardani, S. (2016). Asuhan Keperawatan Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa

Lebih terperinci

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea The Conformity Therapy of Diarrhea Disease in Children with Manual Therapy Diarrhea in Children According RI Kemenkes at Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung City Period 2013 Tarigan A, Umiana S, Pane

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air besar tiga kali sehari atau lebih dan dengan perubahan konsistensi tinja dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah salah satu penyakit menular yang merupakan penyebab kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari 5.000 anak yang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang harus dijaga dan dilindungi. Anak merupakan generasi penerus bangsa maka dari itu harus tumbuh menjadi

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SAKIT PADA AN A UMUR 4 BULAN DENGAN CAMPAK DISERTAI DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SAKIT PADA AN A UMUR 4 BULAN DENGAN CAMPAK DISERTAI DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BAYI SAKIT PADA AN A UMUR 4 BULAN DENGAN CAMPAK DISERTAI DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Ujian Akhir Program Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah dunia sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak terutama di negara berkembang, dengan perkiraan

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK

PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK PROFIL PENDERITA DIARE PADA ANAK BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009 Oleh : AHMAD SYAFIQ AKMAL BIN ISHAK 070100463 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini, diare masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di

Lebih terperinci

RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018

RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018 RUK PROGRAM DIARE TAHUN 2018 OLEH : PEMEGANG PROGRAM DIARE PUSKESMAS RAMPAL CELAKET KOTA MALANG JANUARI 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH : GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH : LUSIA A TARIGAN 110100243 NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE DI RUMAH TANGGA MERUPAKAN UPAYA MENEKAN ANGKA KESAKITAN DIARE PADA ANAK BALITA. Ade Wulandari. Abstrak

PENANGANAN DIARE DI RUMAH TANGGA MERUPAKAN UPAYA MENEKAN ANGKA KESAKITAN DIARE PADA ANAK BALITA. Ade Wulandari. Abstrak PENANGANAN DIARE DI RUMAH TANGGA MERUPAKAN UPAYA MENEKAN ANGKA KESAKITAN DIARE PADA ANAK BALITA Ade Wulandari Abstrak Penatalaksanaan diare akut (tanpa darah) yang dapat dilakukan di rumah tangga bertujuan

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbedaan Faktor Lingkungan, Perilaku Ibu dan Faktor Sosiodemografi Pasien Diare Anak di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Al Islam Bandung pada Peserta BPJS dan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 Ivone. 2008.Pembimbing I : July Ivone, dr., MS. Pembimbing II : Meilinah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE 79 /A/P2M/203 Salah satu elemen yang sangat penting untuk mendapat gambaran dan informasi program pengendalian penyakit diare Tujuan. Mendapatkan informasi hasil pelaksanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SEKAR AYU KINANTI TISTIA G0013214

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Sekitar 80% kematian

Lebih terperinci

PERBEDAAN BIAYA PERAWATAN DIARE DENGAN PENANGANAN

PERBEDAAN BIAYA PERAWATAN DIARE DENGAN PENANGANAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN BIAYA PERAWATAN DIARE DENGAN PENANGANAN RASIONAL DAN TIDAK RASIONAL PADA BALITA SEBELUM DIBAWA KE FASILITAS KESEHATAN Di Poli Anak RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Oleh: RIZKA DWIRAHMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL. EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL Tesis Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian dan kesakitan di negara berkembang, dan penyebab penting dari malnutrisi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anakanak di bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang. Diare masih merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada

Lebih terperinci

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE

SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Dokumen SOP PENCATATAN & PELAPORAN P2 DIARE No. Revisi : Halaman 79 /A/P2M/2013 Tanggal Ditetapkan : Disusun oleh : 1 Ditetapkan KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAGETAN Pengertian Tujuan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK I. Pengertian Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. dengan kata lain, pencegahan penyakit

Lebih terperinci

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1 105 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 I. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia. Sebanyak 1,4 juta anak atau sekitar 18% anak < 5 tahun setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dengan frekuensi lebih dari tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa karena mereka adalah sebagai salah satu penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi pasien merupakan salah satu tugas rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi pasien merupakan salah satu tugas rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan paripurna yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi pasien merupakan salah satu tugas rumah sakit. Rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Hubungan Perilaku Ibu Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara Tahun 2015 Oleh : SEO ZIH SIANG 120100438 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Definisi Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J 500 040 043 Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar

Lebih terperinci

Khusnul Khotimah Subyek: Balita, Diare, Dehidrasi Sedang. Description

Khusnul Khotimah Subyek: Balita, Diare, Dehidrasi Sedang. Description ASUHAN KEBIDANAN PADA An.A USIA 13 BULAN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RSU DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO Khusnul Khotimah 1211010114 Subyek: Balita, Diare, Dehidrasi Sedang Description Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015

RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015 RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DIARE PADA PASIEN BALITA DI PUSKESMAS CURUG TAHUN 2015 RATIONALITY DIARRHEA PRESCRIBING IN CHILDREN PATIENTS IN CURUG PUSKESMAS AT 2015 Nita Rusdiana 1*, Sofi Nurmay Stiani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca BAB VI PEMBAHASAN Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca suplementasi seng. Kejadian diare berulang dapat merupakan suatu infeksi menetap dimana proses penyembuhan tidak berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : UPTD PUSKESMAS PAUH SOP PENANGANAN DIARE No Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : dr. Hj. Nurlia, MM NIP.197306162006042011 1. Pengertian Buang air besar yg frekwensinya, lebih sering dari

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF, KEBIASAAN CUCI TANGAN, PENGGUNAAN AIR BERSIH, DAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA (Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo) Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia. 7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertekat memenuhi komitmen pencapaian target MDGs ( Millenium. anak (Laporan Pencapain Perkembangan Indonesia MDGs, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. bertekat memenuhi komitmen pencapaian target MDGs ( Millenium. anak (Laporan Pencapain Perkembangan Indonesia MDGs, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan Indonesia masih cukup banyak, Pemerintah Indonesiatelah bertekat memenuhi komitmen pencapaian

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN S UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN S UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN S UMUR 3 TAHUN DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI BANGSAL MELATI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Ujian Akhir Program

Lebih terperinci

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Batu Jaya Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Batu Jaya Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Batu Jaya Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 Henrikus Sejahtera Universitas Kristen krida Wacana Abstrak Hingga saat ini penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci