Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok Perajin Tenun Endek di Desa Sulang Klungkung
|
|
- Verawati Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok Perajin Tenun Endek di Desa Sulang Klungkung Ni Luh W.Sayang Telagawathi Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk merancang model pelatihan dan pendampingan usaha kecil kelompok perajin kain tenun endek di Desa Sulang, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Hal ini dilakukan berdasarkan tantangan dalam pengembangan industri kerajinan tangan di Bali, dan di Indonesia secara umum adalah permasalahan manajemen usaha selain tentunya permasalahan modal dan pemasaran. Potensi industri kerajinan tangan kain tenun endek di Kabupaten Klungkung sangatlah besar karena berbasis kepada industri rumah tangga yang digeluti oleh para ibu rumah tangga yang semakin hari terus berkembang menjadi usaha kecil dan menengah yang menjanjikan. Penguatan kapasitas kelompok pengerajin sangatlah penting dengan pelatihan dan pendampingan manajemen usaha yang berkelanjutan. Dengan demikian kelompok pengerajin akan mempunyai kapasitas dalam pengelolaan usahanya. Motif-motif baru yang dihasilkan ini akan menjadi media promosi bagi desainer untuk mengenalkan endek menjadi produk budaya global. Kata kunci: pelatihan, pendampingan, manajemen usaha, kelompok perajin, usaha kecil ABSTRACT This article aims to design a model of training and assistance for small business group of endek woven fabric craftsman in Sulang Village, Klungkung Regency, Bali Province. This is done based on challenges in the development of handicraft industry in Bali, and in Indonesia in general is the problem of business management besides of course the problem of capital and marketing. The potential of endek woven handicraft industry in Klungkung Regency is very large because it is based on the household industry which is cultivated by the housewife who progressively growing into promising small and medium enterprises. Strengthening the capacity of the crafting group is essential with ongoing training and business management assistance. Thus the crafting group will have the capacity to manage its business. These new motives will be promotional media for designers to introduce endek into global cultural products. Keywords: training, mentoring, business management, group of artisans, small business 687
2 Telagawathi Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok... PENDAHULUAN Industri kerajinan tangan di Bali memiliki potensi yang sangat besar sebagai penggerak perekonomian rakyat. Sebagai salah satu dari sektor industri kreatif yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan, industri kerajinan beroperasi di kelompok-kelompok rumah tangga yang dengan jelas menyentuh kebutuhan ekonomi rakyat kecil. Sebagai penggerak perekonomian rakyat, industri kerajinan adalah potensi yang vital untuk mengembangkan sikap kewirausahaan di tengah masyarakat (Failyani, 2009). Industri kerajinan tangan khususnya termasuk satu diantara 14 sektor industri kreatif yang memberikan kontribusi dominan dalam perekonomian, baik dalam nilai tambah, tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan ekspor. Nilai tambah yang dihasilkan Subsektor fashion dan kerajinan berturut-turut sebesar 44,3% dan 24,8% dari total kontribusi sektor industri kreatif, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 54,3% dan 31,13%, dan jumlah usaha sebesar 51,7% dan 35,7%. Dominasi kedua subsektor sejalan dengan beragamnya budaya fashion dan kerajinan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Bali dengan keunggulan kreatifitas dan kesenian yang dimiliki oleh masyarakatnya sangat berpeluang untuk mengembangkan industri kerajinan secara maksimal dan secara langsung memberikan kesejahteraan bagi masyarakat selain tentunya industri pariwisata. Laporan Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa ekonomi kreatif yang dikembangkan oleh industri kerajinan adalah implikasi dari berkembangnya industri pariwisata. Industri pariwisata telah melahirkan peluangpeluang yang besar untuk mengembangkan industri-industri kerajinan agar terserap di jaringan bisnis pariwisata. Potensi pertumbuhan ekonomi pada 2012 di Provinsi Bali masih ditopang pada sejumlah sektor yang bergerak di bidang pariwisata serta ekonomi 688
3 kreatif. 1 Secara keseluruhan, industri kerajinan skala rumah tangga di Bali mampu memberikan kontribusi sebesar 197,45 juta dollar AS atau persen dari total nilai ekspor. 2 Namun nilai tersebut bisa saja menurun jika tidak dilakukan inovasi-inovasi dalam strategi pemasaran industri kerajinan tangan di Bali. Potensi yang ada sangatlah besar untuk dikembangkan. Industri Kerajinan kain tenun endek di Kabupaten Klungkung berbasiskan pada warisan budaya masih sulit untuk menemukan strategi pemasaran yang aplikatif yang bisa secara mudah dikembangkan oleh para pengerajin. Masyarakat di Kabupaten Klungkung khususnya di Desa Kamasan, Desa Gelgel, dan juga Desa Tanglad masih setia menekuni kerajinan kain tenun endek dalam kelompok-kelompok pengerajin berbasis banjar(desa) dan sekaa (kelompok). Sebagai kerajinan warisan dari nenek moyang di Bali, 1 Pariwisata dan Industri Kreatif Topang Pertumbuhan Ekonomi Bali, Bisnis Indonesia, 25 Oktober Nilai Ekspor Kerajinan Rotan Bali 4,17 Juta Dollar AS, Kompas, 15 Maret kain tenun endek memiliki daya pikat yang tinggi karena memiliki corak yang khas dibandingkan dengan kain-kain lainnya yang ada di Indonesia, khususnya Bali seperti cepuk,songkét, prada, poléng, keling, dan geringsing, Hauser (1990). Saat ini model pemasaran yang dikembangkan oleh para pengerajin industri kerajinan tangan dan kain tenun endek khususnya masih sangat tradisional dengan promosi dari mulut-kemulut dan pengerjaan pesanan secara simultan dan sementara sesuai dengan waktuwaktu tertentu. METODE Metode yang digunakan adalah dalam bentuk pelatihan, workshop, dan FGD untuk menjawab pertanyaan tentang kondisi manajemen usaha kain tenun endek yang telah dikembangkan saat ini dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Metode pelatihan manajemen usaha yang digunakan adalah dengan metode penelitian kualitatif Riset Aksi
4 Telagawathi Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok... Partisipatif (RAP) berbasis pemberdayaan masyarakat untuk perubahan sosial dengan penggalian data melalui FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam, dan observasi partisipasi. Dari perpaduan metode itu dilakukan berbagai kegiatan-kegiatan pendampingan untuk memperkuat kapasitas manajemen usaha kelompok pengerajin tenun endek di Desa Sulang,Klungkung,Bali. HASIL DAN PEMBAHASAN Industri kerajinan kain tenun menjadi wilayah dari Kabupaten Klungkung. Berbagai jenis kain tenun menjadi kekayaan budaya warisan dari leluhur di Bali. Diantaranya adalah kain tenun geringsing, endek, cepuk, songket, dan yang lainnya. Kain tenun geringsing warnanya semuanya berasal dari bahan pewarna alami. Tenun Gringsing terbuat dari benang kapas yang ditenun menggunakan teknik double ikat, yaitu tehnik dengan mengikatkan benang lungsi dan benang pakan secara bersamaan. Tehnik ini dikenal sangat langka, karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan satu lembar kain, berkisar antara 1-5 tahun. Di Asia hanya Jepang dan India yang masih menerapkan teknik tenun ganda ini. Hingga tidak aneh jika kain tenun Gringsing ini memiliki harga yang sangat mahal. Salah satu pengerajin endek di Kabupaten Klungkung terdapat di Desa Sulang, Kecamatan Dawan, tepatnya terletak di Banjar Kanginan. I Nyoman Darma, pemilik usaha kerajinan tenun endek Astika ini mulai merintis usahanya saat menjadi karyawan dari dari usaha kain endek terbesar di Kabupaten di tahun 1980an yaitu kain tenun Supani. Saat itu Darma bertugas untuk membuat ATMB (Alat Tenun Bukan Mesin) yang dipergunakan untuk memproduksi kain tenun endek. Pekerjaan ini dilakukan dengan sangat baik oleh Darma karena memang sebelumnya ia adalah seorang tukang kayu sebelum bekerja di perusahaan kain tenun Suparni itu. Bermodal sebagai 690
5 tukang kayu dan mengenal pembuatan kain endek itulah Darma kemudian mencoba-coba untuk membuat endek sendiri. Sementara istrinya saat itu bekerja sebagai buruh pasir Galian C di daerah Gunaksa, Kabupaten Klungkung. I Nyoman Darma pemilik usaha kain tenun endek Astika di Desa Sulang Kabupaten Klungkung yang telah memulai usahanya sejak tahun (foto: Ni Luh W.Sayang Telagawathi) Sejak tahun 1980-an itulah disamping bekerja sebagai teknisi untuk mesin ATBM, Darma juga menenun kain sendiri. Perlahanlahan nasib baik menyertainya. Pada tahun 1994, hasil kain tenun ikatnya mendapatkan penilaian baik dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klungkung. Karena keberhasilan itulah kemudian Darma mendapatkan bantuan sebesar 10 juta melalui BUMN Jasa Raharja yang bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali. Kewajibannya adalah mebayar bunga pinjaman tersebut sebesar Rp setiap bulannya selama 1 tahun. Setelah itu selama 4 tahun Darma membayar cicilan sebesar Rp. 241 ribu. Dengan bantuan modal itulah tekad Darma kemudian menjadi bulat untuk membuat usaha sendiri di bidang tenun endek. Keputusan untuk memilih usaha kain tenun endek bukannya tanpa permasalahan. Di tahun 1994 itu, usaha kayunya juga sedang berkembang pesat dengan melayani pembuatan bangunan dan hal-hal lain yang membutuhkan kayu. Saat itu Darma telah memilik 30 karyawan untuk usaha kayunya dan juga sedang berkembang. Berbagai pesanan kayu khususnya untuk melengkapi bangunan rumah dan gedung-gedung ia layani bersama dengan karyawannya. Ia merasa 691
6 Telagawathi Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok... bahwa usaha kayu juga mempunyai prospek yang bagus di kemudian hari. Namun ia merasa masih mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan kain tenun endek agar menjadi mata pencaharian masyarakat di sekitar Desa Sulang tempatnya tinggal. Saat itulah ia menghadapi dilema untuk memutuskan memilih usaha ke depannya. Bermodalkan suntikan dana Rp.10 juta dari Deperindag Kabupaten Klungkung ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan usaha kain tenun endek dan sedikitdemi sedikit mengurangi kegiatan di kerajinan kayu yang digelutinya. Ketrampilan membuat mesin ATBM yang didapatnya sebagai tukang kayu dan menjadi karyawan dari perusahaan kain endek Supani ternyata sangat berguna. Perlahan namun pasti ia kemudian berhasil membuat hingga kini sebanyak 90 buah mesin ATMB yang tersebar di rumah-rumah masyarakat pembuat endek di desa-desa di Kabupaten Klungkung, diantaranya adalah Desa Sulang sendiri, Gelgel, Dawan, Sidemen, Gunaksa, Paksebali, hingga ke Sukawati. Disamping itu ia juga sudah lama menjalin kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali sebagai pembuat mesin ATBM jika ada bantuan-bantuan dari pihak lain khususnya berupa mesin ATBM. Awalnya Darma membuat kain endek hanya untuk lingkungan keluarga besarnya saja di Desa Sulang. Namun kemudian usaha itu berkembang dan mendapatkan tanggapan yang bagus dari masyarakat sekelilingnya di desa. Sejak saat itulah ia kemudian meluaskan usahanya untuk melayani pembuatan kain tenun endek ATBM. Modal penting yang dimiliki Darma adalah ketrampilannya membuat ATBM dan menyebarkannya kepada pengerajin-pengerajin yang bersedia untuk membuat endek di rumahrumah sebagai usaha sampingan. Tidak hanya mesin ATMBM saja, Darma juga menyiapkannya dengan benang, kursi dan keperluan lain untuk menenun endek tersebut. 692
7 Bahkan jika mesin ATMBMnya rusak, Darma melalui karyawannya akan datang untuk memperbaikinya. Benang hasil dari pencelupan dan proses menenun dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). (foto: Ni Luh W.Sayang Telagawathi) Di rumah yang juga menjadi kantornya itu, Darma menunjukkan koleksi kain-kain endek yang sudah ia dapatkan hasil dari mengambil ke rumah-rumah pengerajin. Hasilnya memang sangat sedikit karena permintaan kain endek Bali begitu istilanya untuk membedakan dengan kain Jepara, Jawa Tengah selalu saja meningkat setiap bulannya. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan dari Pemerintah Daerah (Pemda) kabupaten/kota di Bali yang mempromosikan endek sebagai kain tenun khas Bali yang dipergunakan sebagai seragam di seluruh jajaran staf pemerintahan dan institusi pendidikan. Oleh karena itulah pemesanan endek dari berbagai kalangan di Bali sangat tinggi. Darma hingga menolak memenuhi pesanan dari beberapa instansi karena merasa tidak bisa memenuhi kain tersebut. Alasannya sudah tentu karena rendahnya jumlah produksi dari pengerajinnya yang tersebar di beberapa wilayah tersebut. Upah menenun 1,5 potong kain endek berjumlah Rp yang hanya diselesaikan dalam waktu setengah hari bagi ibu-ibu rumah tangga yang sudah terbiasa dengan pekerjaan menenun. Upah ini 693
8 Telagawathi Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok... termasuk lumayan tinggi dibandingkan sebelumnya. Namun jika dikerjakan dengan sambilan maka hasilnyapun tidak akan memenuhi target karena tidak dikerjakan dari pagi hingga sore. Para ibu-ibu rumah tangga yang menenun sambilan akan menghasilkan 1,5 potong kain dalam waktu 1,5 hari. Bagi Darma, kondisi seperti ini jelas sangat merugikan karena jumlah produksi kain tenunnya tidak memenui target sementara jumlah pemesanan selalu saja ada. Darma bersama karyawannya hanya bisa menangih ke rumah-rumah para pengerajin setiap 3 hari sekali untuk mengambil hasil tenunan dari ibu-ibu rumah tangga tersebut. Para pengerajin dari Darma yang tersebar di desa-desa itu adalah ibu rumah tangga yang menjadikan menenun endek sebagai usaha sampingan. Ia kemudian mencontohkan bagaimana pengerajin endeknya di daerah Kusamba, Gianyar kota, Paksebali, Gelgel dan Keramas yang mayoritas adalah ibu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan pokok yaitu mengurus anak-anak dan rumah tangga. Dengan demikian, menenun menjadi kegiatan sambilan. Hal inilah yang menyebabkan produksi menjadi rendah karena hanya kurang lebih 30% waktunya dipergunakan untuk menenun. Sebagian besar dipergunakan untuk mengurus anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lainnya. Bahkan ada yang bekerja di warung terlebih dahulu baru kemudian mulai menenun. Menenun endek ikat menjadi profesi dari ibuibu rumah tangga di Desa Sulang, Kabupaten Klungkung. (foto: Ni Luh W.Sayang Telagawathi) Di tengah permintaan yang tinggi terhadap kain tenun endek, Darma berusaha untuk memenuhi beberapa dengan mengandalkan para pengerajin yang dianggapnya cager 694
9 (mampu) untuk mengejar target dari pemesan. Pemesan dalam jumlah yang banyak terutama berasal dari pegawai negeri, PKK (Perhimpunan Kesejahteraan Keluarga), guru-guru hingga murid-murid dari mulai TK (Taman Kanak-Kanak) hingga SMP (Sekolah Menengah Pertama). Langganan dari kain tenun Darma banyak dari pedagang-pedagang di pasar yang secara rutin mengambil kain. Belum lagi para pengepul kainkain endek yang terdapat di Klungkung, Denpasar hingga Buleleng. Darma mencatat para pedagang-pedagang khususnya di Klungkung dan Denpasar yang mengambil kain di Darma dan belum membayarnya. Ia akan menagihnya setiap 2 minggu sekali. Selian dari para pedagang-pedagang di pasar ini, Darma juga mendapatkan pesanan dari instansi pemerintah dan swasta serta sekolah yang membutuhkan kain endek untuk pakaian seragam. Disamping itu pemesanan ATBM masih dikerjakan oleh Darma untuk melayani beberapa pihak yang membutuhkan mesin untuk disumbangkan kepada para pengerajin Kain tenun endek Astika I Nyoman Darma bisa dibilang sudah menjadi usaha yang mapan dengan jangkauan pasar yang luas. Pasar yang dilayaninya adalah para pedagang kain di pasar-pasar tradisional dan pengusaha kain lainnya yang juga berjualan kain endek. Darma telah membina pasar endeknya sejak tahun 1990-an dan menjalin hubungan dengan para pedagang dan pengusaha yang juga berjualan endek. Sebagai usaha yang sudah lama berkecimpung di endek, Darma faham betul bagaimana menjalankan usahanya. Di rumahnya, selain memiliki 9 mesin ATBM, pencelupan benang yang akan dijadikan bahan untuk menenun juga ia lakukan sendiri. Darma melibatkan keponakan dan menantunya yang 695
10 Telagawathi Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok... ikut membantunya dalam menjalankan usahanya tersebut. Para tetangganya dan anak-anak SMP juga dilibatkan dengan memberikan benang-benang yang telah dicelup untuk diikat dan siap untuk ditenun. Proses pencelupan dengan menggunakan zat pewarna dan hasil dari benang-benang yang telah dicelup dan siap untuk ditenun. (foto: Ni Luh W.Sayang Telagawathi) Usaha inovasi pemasaran dan penciptaan pasar mutlak dilakukan oleh para pelaku kerajinan kain tenun endek jika berkeinginan usahanya berkembang. Peluangpeluang pemasaran ke tingkat nasional bahkan global harus dipikirkan untuk lebih mengenalkan kain tenun endek lebih luas. Hal lainnya adalah dengan diperkenalkannya kain tenun endek ke pasar nasional dan global akan berarti peluang kesejahteraan bagi pengerajin endek juga terbuka lebar. Oleh sebab itulah diperlukan usahausaha yang sinergis antara berbagai pihak yang berkepentingan untuk pengembangan usaha kain endek agar mampu mensejahterakan kehidupan para pengerajinnya. Dalam usaha menembus pasar dunia, diperlukan upaya-upaya untuk menjadikan industri endek sebagai industri berbasis budaya lokal, tapi mampu masuk pasar internasional. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak-pihak terkait, namun masih ada beberapa upaya yang belum dijangkau oleh pelaku industri endek ataupun pemerintah. Usaha yang dimaksud menyasar kepada satu tujuan untuk melakukan inovasi dan penciptaan pasar bagi kain tenun endek agar mendapatkan tempat di tengah pasar nasional maupun internasional. DAFTAR PUSTAKA Ayyagari, M Micro and small enterprises: unexplored pathways to growth. USAID working paper. The Iris 696
11 Center, University of Maryland Failyani, Farida Hydro dkk, Pemberdayaan Perempuan Perdesaan dalam Pembangunan (Studi Kasus Perempuan di Desa Samboja Kuala, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara), Jurnal Wacana Vol. 12 No. 3 Juli Hariyati, Ratih, Penerapan Model Strategi Pemasaran Usaha Kecil Berbasis Web 2.0 sebagai Upaya dalam Meningkatkan Daya Saing Industri Kecil, Jurnal UPI, Tahun 11 No Johannessen, J.A., B. Olsen, and G.T. Lumpkin Innovation as newness: What is new, how new, and new to whom?. European Journal of Innovation Management 4: Hauser-Schäablin, Brigitta, Marie-Lousie Nabholz- Kartaschoff, dan Urs Ramseyer, Textiles in Bali, Singapore: Periplus Editions, 1990 Kotler, & Amstrong Prinsip- Prinsip Pemasaran, Jakarta: Erlangga Kuncoro, Mudrajad Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan Makalah yang disajikan dalam Studium Generale dengan topik Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil di Indonesia, di STIE Kerja Sama, Yogyakarta, 18 Nopember Laksono, P.M, Peta Jalan Antropologi Indonesia Abad Kedua Puluh Satu: Memahami Invisibilitas (Budaya) di Era Globalisasi Kapital. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Munizu, Musran, Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 12 No. 1, Maret 2010 hlm Pelham, A.M., Marketing orientation and other potential influences on performance in small and medium-sized manufacturing firms. Journal of Small Business Management. 38: Rangkuti, F Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 697
12 Telagawathi Pelatihan dan Pendampingan Manajemen Usaha Kelompok... Saefullah, Asep Ahmad Kebijakan Pemerintah dalam Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Provinsi Bali dan Sulawesi Utara Makalah ini merupakan ringkasan dari laporan penelitian tentang Pengembangan UKM di Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Pelayanan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI tahun Soetomo,Sugiono, Riset Aksi Partisipatif sebagai Pemberdayaan dalam Pengembangan Pendidikan Perencanaan, Jurnal Tata Kelola, Jurusan Planonlogi Universitas Diponogoro Semarang Vol. 5 No. 2 Agustus Tambunan, Tulus, Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dan Rumah Tangga di dalam Perekonomian Regional: Beberapa Indikator, Jurnal Agro Ekonomika No. 1 Thn. XXIV, Yayasan Agro Ekonomika, Yogyakarta. Telagawathi, Ni Luh W. Sayang, Model Pemberdayaan Kain Tenun Cepuk di Nusa Penida, Klungkung Bali, Penelitian Hibah Bersaing DIKTI
INOVASI PEMASARAN DAN PENCIPTAAN PASAR KAIN TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG
INOVASI PEMASARAN DAN PENCIPTAAN PASAR KAIN TENUN ENDEK DI KABUPATEN KLUNGKUNG Ni Luh W. Sayang Telagawathi STIE Triatma Mulya Badung, Bali gemilangsuryawan@gmail.com ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk
Lebih terperinciIbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI
476 IbM USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK DI KABUPATEN KARANGASEM BALI Ni Luh W. Sayang Telagawathi STIE Triatma Mulya gemilangsuryawan@gmail.com ABSTRAK Program IbM ini bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK SRADHA DI KABUPATEN KARANGASEM BALI
PEMBERDAYAAN USAHA RUMAH TANGGA OLAHAN BUAH SALAK SRADHA DI KABUPATEN KARANGASEM BALI Ni Luh W. Sayang Telagawathi Jurusan Manajemen, Universitas Pendidikan Ganesha e-mail: gemilangsuryawan@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan
Lebih terperinciPELATIHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA KELOMPOK PIA SALAK SRADHA DI DESA SIBETAN KARANGASEM. Oleh:
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN USAHA KELOMPOK PIA SALAK SRADHA DI DESA SIBETAN KARANGASEM Oleh: Ketua: Ni Luh Wayan Sayang Telagawathi, S.E.,M.Si NIP. 19761110
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Predikat Kota Batik telah sejak lama melekat pada Kota Pekalongan dan dikenal hingga ke mancanegara, terbukti dengan adanya sebutan The World City of Batik sehingga menjadi kebanggaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini sektor Usaha kecil menengah semakin menggeliat sebagai penopang ekonomi nasional. Hal tersebut terlihat dari pengalaman yang mampu melewati masa krisis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian
Lebih terperinciPenggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik
Karya Ilmiah Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis Oleh SUTONO NIM : 10.12.4644 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH KAIN TENUN CEPUK DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI
PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH KAIN TENUN CEPUK DI KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI Ni Luh Sayang Telagawathi Jurusan Manajemen, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali e-mail:
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR ABSTRAK
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah adalah serangkaian kebijakan sebagai usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, untuk menciptakan keseimbangan pembangunan diberbagai daerah
Lebih terperinciIbM KELOMPOK PENGRAJIN GERABAH MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN, ALAT PRODUKSI DAN MANAJEMEN PEMASARAN DI KABUPATEN KLATEN
IbM KELOMPOK PENGRAJIN GERABAH MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN, ALAT PRODUKSI DAN MANAJEMEN PEMASARAN DI KABUPATEN KLATEN Margana dan Istijabatul Aliyah Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN TANGAN MELALUI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KABUPATEN GIANYAR BALI
PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN TANGAN MELALUI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DI KABUPATEN GIANYAR BALI Ni Luh W. Sayang Telagawathi 1, Ni Nyoman Yulianthini 2, Ni Luh Sili Antari 3 1 Jurusan Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya kerjasama ekonomi ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Asean Ekonomic Community
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,
Lebih terperinciIbM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) SULAM PITA DI KOTA SEMARANG
IbM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) SULAM PITA DI KOTA SEMARANG Fatmasari Sukesti, Triyono, Musdalifah, Alwiyah Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas Negeri Semarang Email: fatmasaris@yahoo.com ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada semakin majunya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang namun tidak dibarengi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal sesuai potensinya menjadi sangat penting.
Lebih terperinciPeluang Bisnis Batik
KARYA ILMIAH Peluang Bisnis Batik Oleh M.Firdaus Pradana NIM : 11.12.5658 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012 Daftar Isi Cover Daftar Isi... i Kata Pengantar...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, yang dalam kehidupan sosialnya, tidak terlepas dari suatu tradisi yang disebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan pembangunan industri di era globalisasi ini bertujuan untuk menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini
Lebih terperinciBAB I. 2. Lokasi Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.
BAB I 1. Judul Tema Pemberdayaan Tenun Rangrang sebagai Pendukung Pariwisata di Desa Suana, Nusa Penida, Klungkung 2. Lokasi Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. 3. Bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah membawa banyak dampak. Terutama pada perubahanperubahan dalam masyarakat dan kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini tengah memasuki evolusi baru dalam perekonomiannya, yaitu evolusi ekonomi kreatif, pertumbuhan ekonomi kreatif ini membuka wacana baru bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia telah memasuki era industri pada gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Industri ini telah mampu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai strategi mencapai keunggulan bersaing. Tipe aliansi pada APIP S Kerajinan Batik adalah Nonequity
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN
E-Jurnal EP Unud, 2 [2] : 102-107 ISSN: 2303-0178 PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN Ni Wayan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kerajinan merupakan salah satu jenis pekerjaan yang berkembang dalam kehidupan manusia. Di Indonesia industri kerajinan terus mengalami perkembangan dan mendapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.
Lebih terperinciRagam Hias Tenun Ikat Nusantara
RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia. kerakyatan yang tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini selain karena usaha tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia merupakan pemain utama dalam kegiatan perekonomian, dan merupakan akselerator dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat
15 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan sejak adanya krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat luas dan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya
BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk diatasi. Masalah kemiskinan sepertinya juga menjadi sesuatu yang telah mengakar dan menjadi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan
Lebih terperinciPENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan manifestasi dari ekonomi rakyat, memiliki kedudukan, peran, dan potensi yang strategis dalam perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan
Lebih terperinciBAB III JABAR CRAFT CENTER
BAB III JABAR CRAFT CENTER Gedung Jabar Craft Center (JCC) di bangun sebagai salah satu upaya pembinaan Dekranasda Provinsi Jawa Barat dalam rangka menunjang terlaksananya peningkatan promosi dan pemasaran
Lebih terperinciKata Kunci: Perkembangan, Sistem Pewarisan, Kerajinan Tenun Ikat Endek. *) Dosen Pembimbing artikel.
Perkembangan dan Sistem Pewarisan Kerajinan Tenun Ikat Endek Di Desa Sulang, Klungkung, Bali (1985-2012) Oleh: Luh Gede Wijayanti Lakhsmi Dewi, ( Nim 0814021007 ), (e-mail: edisutaprawita@yahoo.com ) Desak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang industri merupakan suatu program pemerintah untuk mencapai pembangunan nasiaonal. Oleh karena
Lebih terperinciPengembangan Usaha Kain Endek di Denpasar
Pengembangan Usaha Kain Endek di Denpasar 1975-2015 Ni Made Ariani 1*, Putu Gede Suwitha 2, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni 3 123 Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1 [ariani_sejarah12@yahoo.co.id]
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah
BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia keramik sudah dikenal sejak jaman dahulu. Keramik disebut juga gerabah, termasuk bata dan genteng. Bata dan genteng sudah digunakan sejak jaman majapahit. Terbukti dari beberapa
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
123 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data-data dan pembahasan pada bab sebelum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Karakteristik dan Kondisi Industri Tenun
Lebih terperinciPERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY)
PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY) TUGAS AKHIR Oleh : ELISA NUR RAHMAWATI L2D000418 JURUSAN
Lebih terperinciPKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali
PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali Ida Ketut Kusumawijaya STIE Triatma Mulya, Badung, Bali ik_kusumawijaya@yaho.com ABSTRAK Tujuan pelaksanaan PKM ini adalah metode pengelolaan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan dan bakat individu demi menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA
BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA A. Analisis Daya Saing Konveksi Semar Daya saing merupakan suatu konsep perbandingan kemampuan dan kinerja
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. UKM di Indonesia telah
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM Seni Kerajinan Tenun Songket Desa Jinengdalem Oleh : Luh Joni Erawati Dewi, ST, M.Pd NIDN 0025067602 Ketua Tim Pengusul Putu Agus Mayuni, S.Pd, M.Si NIDN
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI
PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI Putu Adi Suprapto 1), Kadek Cahya Dewi 2), Ni Wayan Dewinta Ayuni 3} 1) Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Email: putuadisuprapto@gmail.com
Lebih terperinciBAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP)
BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN PROGRAM SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE PROMOTION (SMEP) 5.1 Strategi Pemberdayaan Program Small and Medium Enterprie Promotion (SMEP) yang dilakukan oleh Swisscontact kepada para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memulai sebuah usaha memang harus didahului dengan taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Mengawalinya dengan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN
PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN Oleh: Sri Wening, Enny Zuhni K, Sri Emy Yuli S A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam pengembangan UMKM mebel kayu di Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri. Industri mebel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif telah bergulir selama 10 tahun terakhir ini dan selalu hangat dibicarakan baik oleh pemerintah, swasta maupun pelaku sendiri. Istilah
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011
SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011 Yang terhormat Ibu Ani Yudhoyono; Yang terhormat Ibu Herawati Budiono; Yang terhormat Ibu-Ibu dari Solidaritas Istri
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan
Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Lama Usaha, dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar Nama : I Gede Ariyuda Pratama NIM : 1306105026 Abstrak Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI
EXECUTIVE SUMMARY PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PEMBERDAYAAN EKS-TENAGA KERJA WANITA (TKW) MELALUI KERAJINAN HANDICRAFT DI DESA KRADENAN KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beragam suku dan budaya di tiap-tiap daerah. Dari tiap-tiap daerah di Indonesia mewariskan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring waktu berlalu, kondisi dunia bisnis yang kian kompetitif membuat banyak perusahaan harus mengatasi beratnya kondisi tersebut dengan membuat strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rakyat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berdirinya suatu negara. Sebuah negara yang telah berdiri mempunyai keharusan untuk menjamin kesejahteraan
Lebih terperinciDIVERSIFIKASI DESAIN DALAM MENUNJANG DAYA SAING PRODUK TRADISIONAL
DIVERSIFIKASI DESAIN DALAM MENUNJANG DAYA SAING PRODUK TRADISIONAL I Made Sukerta, I Made Legawa, Eka Martiningsih* dan Anom Adiaksa** *Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar ** Dosen Politeknik Negeri
Lebih terperinciLab. Penyuluhan dan Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI DESA ABIANSEMAL, KECAMATAN ABIANSEMAL, KABUPATEN BADUNG, DALAM RANGKA MENCIPTAKAN WANITA TANI YANG KREATIF DAN INOVATIF B.R.T.Putri 1, I.K.W. Parimartha 2, I.W. Budiartha 3,
Lebih terperinciAssalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua.
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN SWARNA FEST 2015 ROTE NDAO, 6 NOVEMBER 2015 Yth. Gubernur Nusa Tenggara Timur, Yth. Bupati Rote Ndao Yth. Para Kepala Daerah se-provinsi Nusa Tenggara
Lebih terperinciINTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM
INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni
Lebih terperinciAssalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL CONFERENCE ON CREATIVE INDUSTRY (ICCI) 2015 DI BALI Denpasar, 11 Agustus 2015 Distinguished Fellow Speakers Ladies and gentlemen,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI
PENGEMBANGAN DAN PENDAMPINGAN PENGRAJIN SONGKET JAMBI Margarettha*ª, Nela Safelia** dan Hasriati Nasution* *Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UNJA **Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia Tenggara. Negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia yaitu dengan 258.316.051 jiwa (Central Intelligence
Lebih terperinci2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon
Lebih terperinci2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI
2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI Departemen Pendayagunaan IPTEK MITI Mahasiswa 2011 PETUNJUK TEKNIS Program Hibah MITI untuk Pemberdayaan Masyarakat LATAR BELAKANG Bangsa Indonesia adalah Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan kontribusi penting bagi perekonomian negara. Industri kreatif global diperkirakan tumbuh 5% per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang vital dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. Kontribusi
Lebih terperinciBAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal
BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENDANAAN BI MEMBERDAYAKAN SEKTOR UMKM DI DAERAH
KEBIJAKAN PENDANAAN BI MEMBERDAYAKAN SEKTOR UMKM DI DAERAH Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Forum Group Discussion (FGD) BI, dengan Tema : Arah Kebijakan Bank Indonesia dan Implikasi PAKJAN 2006
Lebih terperinciSambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan dilestarikan dan di wariskan secara turun menurun dari nenek moyang terdahulu untuk generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional sangatlah besar. Hal itu sudah tidak dapat diragukan lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan. Namun dalam proses pertumbuhan secara keseluruhan, peranan di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga pembangunan bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan Negara yang memiliki kekayaan warisan budaya yang beragam. Kebudayaan memiliki tiga wujud antara lain; (1) wujud ideal yang sifatnya abstrak,
Lebih terperinciKegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN
PEMBERDAYAAN KEKUATAN EKONOMI PEREMPUAN INDONESIA DI KABUPATEN GARUT MELALUI BATIK GARUTAN Makalah ini disajikan pada Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, Pusat Penelitian Peranan Wanita (P3W), Lembaga Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang
Lebih terperinci