KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Transkripsi

1 KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN SUKOHARJO Zain Nur Rusidi SMA N 1 Sukoharjo ABSTRACT United Development Party (Partai Persatuan Pembangunan) is a party founded on January 5, 1973 as a combination of four Islamic party in those days, namely Nahdlatul Ulama (NU), Muslim Party of Indonesia (Permusi), Party of Sarekat IslamIndonesia (PSII), and Party of Persatuan Tarbiyah Indonesia. At every election, the PPP vote is always up and down. Factors affecting the decline in the PPP vote in every election is a protracted internal conflict, lack of preparation in dealing with elections, enactment of a single principle, member withdrawal done by NU, multi-party system re-enactment. While the factors influencing the rise in the PPP vote in every election is the easing of internal conflict in the United Development Party, the more vocal of the United Development Party (FPP) in the House, the PDI internal conflict. Key Word: general election, political party, PPP ABSTRAK Partai Persatuan Pembangunan adalah salah satu yang didirikan pada tanggal 5 Januari 1973 sebagai gabungan dari empat partai Islam pada masa itu, yakni Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslim Indonesia (Permusi), Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Pada setiap pemilihan umum, suara PPP selalu naik turun. Faktor yang mempengaruhi menurunnya perolehan suara PPP dalam setiap Pemilu adalah konflik internal yang berkepanjangan, kurangnya persiapan dalam menghadapi Pemilu, diberlakukannya asas tunggal, penggembosan oleh NU, berlakunya kembali sistem multi partai. Sedangkan faktor yang mempengaruhi naiknya perolehan suara PPP dalam setiap Pemilu adalah meredanya konflik intern Partai Persatuan Pembangunan, semakin vokalnya Fraksi Persatuan Pembangunan (FPP) di DPR, adanya konflik intern PDI. Kata kunci: Pemilihan umum, partai politik, PPP PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Gagasan demokrasi ini tercantum jelas dalam pembukaan Undangundang Dasar 1945 dan pasal-pasal di dalam batang tubuhnya. Hal ini juga terdapat dalam sila keempat yang tertulis dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Dalam pasal 1 ayat 2 dalam batang tubuh UUD 1945 berbunyi: Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undangundang Dasar. Berdasarkan UUD 1945 di atas, maka jelas terlihat bahwa Indonesia menggunakan sistem demokrasi dalam pelaksaan pemerintahannya. Dalam negara demokrasi untuk mewujudkan asas kedaulatan rakyat harus dilaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga Dewan Perwakilan Paramita Vol. 21 No. 2 - Juli 2011 [ISSN: ] 179 Hlm

2 Rakyat (DPR). Pemilu sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Di Indonesia, Pemilihan Umum dilaksanakan setiap lima tahun sekali jika tidak terdapat hal-hal yang menyebabkan Pemilu dilaksanakan lebih cepat atau diundur. Hal ini seperti pada Pemilu 1999 yang dilaksanakan tiga tahun lebih awal karena adanya reformasi. Asas Pemilu adalah Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia serta dua asas lain yaitu Jujur dan Adil (Luber dan Jurdil). Pemilu adalah salah satu prestasi yang sering dibanggakan oleh pemerintahan Orde Baru. Selama 32 tahun pemerintahan Soeharto Indonesia telah melaksanakan Pemilu sebanyak enam kali. Dilihat dari segi kuantitas ini merupakan prestasi, terutama jika dibandingkan dengan masa sebelumnya (Orde Lama) yang hanya mampu melaksanakan sekali Pemilu. Pemilu dianggap sebagai perwujudan dari penggunaan hak -hak dan partisipasi rakyat dalam bidang politik, hal ini merupakan refleksi paling jelas atas tumbuhnya demokrasi. Walaupun perbedaan Orde Baru dan Orde Lama adalah sesuatu yang jelas, namun persamaan antara keduanya dalam beberapa hal juga cukup jelas. Hal ini sering diabaikan, karena selama Orde Baru berkuasa adanya pemikiran bahwa Orde Baru adalah alternatif yang lebih baik daripada Orde Lama. Dalam karya M. Rusli Karim (1999: 62) tertulis pendapat Liddle mengenai tiga ciri yang menonjol dari Orde Baru yang membuat orang optimis akan keberhasilan rezim ini. Pertama, menonjolnya golongan teknokrat, yaitu pakar ekonomi profesional berpendidikan Barat. Kedua, dominasi ABRI pada politik tingkat tinggi dan tiadanya oposisi sehingga stabilitas politik bisa terjamin. Ketiga, birokrasi yang kompak. Salah satu persamaan dari keduanya adalah pada UUD 1945 dan dasar negara yang digunakan, sedangkan yang membedakan adalah pelaksanaanan penafsiran antara keduanya. Persamaan dan perbedaan ini juga terlihat pada masa reformasi saat ini. Persamaan lain yang kurang disadari antara Orde Baru dan Orde Lama adalah pandangan tentang perlunya penyederhanaan sistem kepartaian. Presiden Soekarno adalah penganjur utama adanya penyederhanaan kepartaian pada masa Orde Lama, namun hal itu belum terlaksana. Ide ini didasarkan atas pemikiran bahwa ketidakstabilan politik bersumber pada banyaknya jumlah partai. Menurut Karim (1999: 53), memperbaiki kembali institusi-institusi politik merupakan salah satu tugas berat Orde Baru untuk menegakkan kembali kewibawaan pemerintahan setelah negara berada di bawah rezim Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama ( ). Orde Baru yang mewarisi pemikiran Soekarno tentang pentingnya penyederhanaan kepartaian, jumlah partai politik yang sepuluh buah itu pada masa setelah peristiwa G30S/PKI dianggap masih terlalu banyak, oleh karena itu fusi partai adalah suatu keharusan, fusi ini dilakukan awal tahun 1973 yang menghasilkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai Persatuan Pembangunan terbentuk oleh empat partai Islam saat itu, yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslim Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang berdiri tanggal 5 Januari 1973 (30 Dzulqa dah 1392 H) di Jakarta melalui deklarasi Hasil Rapat Presidium Badan Pekerja dan Pimpinan Fraksi Kelompok Partai Persatuan Pemban- 180

3 gunan yang ditandatangani oleh KH. DR. Idham Khalid (Ketua Umum PBNU), HMS. Mintaredja, SH. (Ketua Umum Parmusi), H. Anwar Tjokroaminoto (Ketua Umum PSII), Rusli Halil (Ketua Umum Perti), dan KH Masykur (Rois Syuriah PBNU) (Aziz, 2006: 88) Penyederhanaan partai sejak awal telah diperdebatkan, terutama oleh ABRI, karena dikhawatirkan akan menjadi kekuatan yang mengancam ABRI, kelompok ini berpendapat agar partai Islam dibiarkan seperti sebelumnya agar tetap lemah (Karim, 1999: 142). Gagasan penyederhanaan partai politik ini menimbulkan sejumlah masalah baru yang merusak keutuhan dan eksistensi partai politik. Selanjutnya menimbulkan kesan kuat bahwa partai politik baru hasil fusi ini tidak lebih dari partai yang diciptakan dari atas dan bukan sebagai pelembagaan aspirasi yang ada dan berkembang dalam masyarakat. Proses fusi ternyata tidak berhasil memantapkan eksistensi partai sebagaimana yang dibayangkan, bahkan sebaliknya mengalihkan konflik-konflik eksternal yang terdapat diantara sembilan partai politik masa sebelumnya menjadi konflik intern masing-masing partai yang berfusi. Selama Orde Baru pemerintah merupakan satu-satunya institusi politik yang berpengaruh (Karim, 1999: 58), sehingga pemerintah dapat dengan bebas menentukan kebijakan politik. Selain kebijakan fusi partai, untuk kestabilan politik pemerintah Orde Baru juga menerapkan kebijakan floating mass (massa mengambang) yang artinya bahwa partisipasi pada masyarakat harus dibatasi dan partisipasi politik masyarakat hanya diarahkan pada waktu-waktu tertentu (seperti Pemilu) dan partisipasi masyarakat hanya diarahkan pada bidang atau kegiatan yang mendukung pembangunan ekonomi. Dengan adanya kebijakan floating mass ini mengakibatkan partai politik, dalam hal ini Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia kehilangan akar dalam masyarakat. Karena partisipasi masyarakat hanya diarahkan dalam bidang ekonomi dan kepengurusan partai politik hanya sampai Daerah Tingkat II (kota dan kabupaten), sedangkan di kecamatan dan desa hanya dibentuk komisaris yang melaksanakan kepengurusan bukan membentuk kepengurusan secara otonom. Dalam buku M. Rusli Karim (1999: 148), tertulis pendapat Imawan bahwa kebijakan floating mass dilakukan untuk membatasi pengaruh partai ke dalam masyarakat desa. Kebijakan lain yang menghambat tumbuhnya partai politik adalah asas tunggal yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 5 tahun 1985, yaitu berlakunya Pancasila sebagai satusatunya asas bagi seluruh Organisasi Masyarakat (Ormas) dan Partai Politik (Parpol) yang ada di Indonesia, termasuk Partai Persatuan Pembangunan (Aziz, 2006: 5). Kebijakan ini jelas sangat merugikan partai politik terutama Partai Persatuan Pembangunan, karena pada masa itu Partai Persatuan Pembangunan selalu menggunakan Islam sebagai asasnya yang mampu mempersatukan umat Islam di bawahnya. Sehingga Partai Persatuan Pembangunan dipakasa melepaskan asas Islam dan lambang Ka bah yang menjadi simbol dan kebanggaan utamanya. Menurut Pamungkas (2001: 105), demokrasi Pancasila yang dibangun Soeharto tidak jauh beda dengan demokrasi yang dikembangkan oleh negara-negara Blok Timur pimpinan Uni Sovyet Rusia masa lalu. Bedanya Soeharto menggunakan Pancasila, bukan komunisme sebagai ideologi negara satu-satunya. Keberadaan Partai Persatuan Pembangunan sendiri dalam sistem politik yang dijalankan Orde Baru berada dalam posisi yang kurang menguntung- 181

4 kan. Sebagai akibat dari adanya keinginan pemerintah Orde Baru kebijakan untuk memperlemah kedudukan partai politik, maka dikeluarkanlah beberapa kebijakan yang hanya menguntungkan Golkar sebagai partai pemerintah. Hal itu merupakan salah satu pelaksanaan konkret karakteristik politik Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Gaffar (2005: ) menyebutkan ada delapan karakteristik politik Orde Baru yang utama, yaitu: (1) lembaga kepresidenan yang terlampau dominan; (2) rendahnya kesetaraan diantara lembaga tinggi negara; (3) rekruitmen politik yang tertutup; (4) birokrasi sebagai instrumen kekuasaan; (5) kebijaksanaan publik yang tidak transparan; (6) sentralisasi; (7) implementasi hak asasi manusia yang masih rendah; (8) sistem peradilan yang tidak independen. Dari delapan karakteristik tersebut, terlihat tidak ada sedikit pun yang menguntungkan bagi berkembangnya kehidupan partai politik. Potensi Partai Persatuan Pembangunan untuk mendapatkan dukungan secara mayoritas sebenarnya sangat besar. Karena umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas dan Partai Persatuan Pembangunan merupakan satu-satunya partai politik yang mengangkat dirinya sebagai partainya umat Islam. Namun hal itu justru kurang disukai oleh pemerintahan, maka dilakukan sandiwara agar Partai Persatuan Pembangunan tidak tumbuh dengan pesat, mulai dari berbagai kebijakan yang membatasi ruang gerak partai sampai campur tangan pemerintah dalam konflik intern partai yang sengaja diciptakan, sehingga Partai Persatuan Pembangunan dikondisikan dalam posisi yang sulit. Strategi ini ternyata cukup berhasil, karena Partai Persatuan Pembangunan sejak awal tahun 1980-an selalu dirundung konflik internal dan baru mereda pada akhir tahun 1980-an setelah naiknya Ismail Hasan, pada saat yang bersamaan pemerintah dapat dengan leluasa ikut campur di dalamnya dan Partai Persatuan Pembangunan menjadi tergantung pada pemerintah. Era reformasi memberikan wacana baru bagi perjalanan politik Partai Persatuan Pembangunan. Dalam Muktamar ke empat, Partai Persatuan Pembangunan membahas ulang identitas kepartaiannya. Dalam Muktamar tersebut diperoleh hasil untuk kembalinya Islam tidak sekadar sebagai identitas partai, tetapi sekaligus sebagai asas partai. Karena, setelah berhasil memperjuangkan dicabutnya Pancasila sebagai satu-satunya azas partai dalam Sidang Istimewa (SI) MPR 1998, Partai Persatuan Pembangunan langsung merevitalisasi ideologi partainya, menjadi berasas Islam dan berlambang Ka bah (Aziz, 2006: 5) Pada kenyataannya setiap sistem partai selalu menghadapi berbagai tantangan serius dan menentukan sepanjang hidupnya. Terhadap tantangantantangan tersebut sistem-sistem partai memberikan tanggapan berbeda-beda sesuai dengan tradisi partai masingmasing (Cipto, 1996: 123) Perubahan politik secara umum merupakan hal yang bersifat alamiah. Perubahan politik menyangkut persoalan nilai politik, struktur kekuasaan, serta strategi mengenai kebijakan umum yang berkenaan dengan lingkungan masyarakat dan lingkungan alam yang mempengaruhi dan dipengaruhi sistem politik (Sastroatmodjo, 1995: 235) Fenomena inilah yang menarik perhatian penyusun, yaitu bagaimana sebenarnya partai politik, dalam hal ini Partai Persatuan Pembangunan setelah adanya kebijakan fusi partai yang mengakibatkan perubahan konflik dari eksternal menjadi internal dan adanya kebijakan floating mass yang mengakibatkan partai politik kehilangan akar 182

5 dalam masyarakat, serta setelah diberlakukannya asas tunggal Pancasila yang mengakibatkan Partai Persatuan Pembangunan kehilangan pengikatnya yaitu Islam. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, karena penelitian ini berhubungan dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Metode sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman atau peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986: 32). Definisi yang hampir sama juga disampaikan oleh Nasir (1988: 55-56), metode sejarah adalah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan mempertimbangkan dengan teliti dan hatihati tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumbersumber keterangan tersebut. Langkahlangkah dalam melaksanakan metode sejarah meliputi: heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan PPP Sukoharjo memiliki perkembangan yang cukup dinamis. Untuk mengetahui perkembangan tersebut sudah selayaknya kita melihat hasil perolehan suara Pemilu, dengan demikian kita dapat mengetahui apakah perubahan itu merupakan penurunan, kenaikan, atau mungkin mengalami stagnasi dibandingkan Pemilu sebelumnya. Dalam hal ini kita akan menelusuri kondisi PPP dalam pemilu dengan melihat perolehan suara dan perolehan kursinya dalam setiap pemilu, termasuk di dalamnya kondisi-kondisi yang mempengaruhinya. Untuk itu penyusun akan menguraikan berdasarkan urutan pemilu tahun 1987 sampai pemilu tahun 2004 di Sukoharjo. Pemilihan Umum Tahun 1987 Pemilihan umum ini merupakan pemilu yang keempat kalinya dilaksanakan oleh Orde Baru. Tidak ada yang berubah dengan pemilu sebelumnya (1982), terutama dilihat dari peserta pemilu, yaitu PPP, Golkar, dan PDI yang telah kali ketiga ini partai-partai tersebut mengikuti pemilu setelah fusi tahun 1973 dan melaksanakan pemilu pertamanya tahun Pemilu dilaksanakan tanggal 23 April 1987 secara serentak di seluruh Indonesia. Hasil Pemilu PPP Sukoharjo tahun 1987 mengalami penurunan yang cukup siknifikan. Hal ini disebabkan karena adanya penggembosan suara yang dilakukan NU karena ketidakpuasan NU terhadap MI. Penggembosan dilakukan menjelang pemilu Para Kiai NU banyak yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah dan memberikan pengarahan kepada warganya, mereka membawa pesan sederhana yakni NU tidak wajib lagi memilih PPP dan tidak haram mencoblos Golkar atau PDI. Penerapan asas tunggal Pancasila juga masih merupakan penyebab menurunnya hasil pemilu tahun 1987, karena pada pemilu tahun ini PPP pertama kalinya menggunakan tanda gambar Bintang setelah dua pemilu sebelumnya menggunakan tanda gambar Ka bah sebagai akibat kebijakan politik asas tunggal Pancasila tersebut. Ketidaksiapan kader dalam melakukan kampanye juga merupakan penyebab menurunnya suara PPP. Selain itu, konflik intern PPP antara tahun 1980 hingga menjelang Pemilu tahun 1987 juga merupakan pen- 183

6 yebab menurunnya suara PPP (Romli, 2006: 64-67), konflik intern tersebut antara lain, pertama, konflik antara NU dan MI (Parmusi). Mengenai pernyataan keprihatinan 50 tokoh masyarakat yang disampaikan di DPR (Petisi 50) pada tahun NU mendukung dan dapat memahami petisi tersebut, tetapi MI mengecam isi pernyataan tersebut. Konflik ini tampak dari adanya Perebutan kursi ketua komisi VII DPR tahun Selain itu ada pula masalah pengajuan Daftar Calon Sementara (DCS) PPP untuk Pemilu 1982 oleh J. Naro tanpa sepengetahuan anggota DPP yang lain, terutama NU. Kedua, adalah konflik antara Idham Chalid dengan Sjaifuddin Zuhri, Imam Sofwan, dan J. Naro mengenai sikap NU yang menuntut Naro agar menegakkan prinsip-prinsip musyawarah partai pada tahun Ketiga, konflik antara Idham Chalid dengan J. Naro tentang pembentukan panitia muktamar I tahun Saat itu J. Naro membentuk panitia muktamar tanpa sepengetahuan Idham Chalid selaku presiden partai sehingga panitia itu dianggap tidak sah. Ketiga, konflik antara Soedardji, Sjaifuddin H, Taman Achda dengan J. Naro mengenai pembahasan pasal 18 ayat 1 RUU Pemilu tentang tanda gambar organisasi politik ( ). Kelompok Soedardji berpendapat bila PPP telah menerima asas tunggal maka tanda Ka bah yang berbau Islam harus diganti, namun pihak Naro menganggap tanda gambar itu (Ka bah) sudah menjadi keputusan muktamar. Keempat, konflik antara Kelompok 18 (Soedardji dkk) dengan J. Naro. Soerdardji membentuk DPP tandingan dengan Syahmanaf sebagai Ketua Umum dan Syarifuddin sebagai Sekjen setelah gagal menggeser Naro dengan isu tanda gambar pada Kelima, konflik antara Soedardji dan kawan-kawan dengan J. Naro. Konflik itu tampak dari perubahan pimpinan FPP di DPR tanpa sepengetahuan DPP oleh Soedardji pada tahun Pengajuan DCS PPP untuk pemilu 1987 pada tahun Keenam, konflik antara Ridwan Saidi dengan J. Naro mengenai isu modernisasi. Ridwan berpendapat formula Islam dalam PPP harus dibuang bila PPP menerima asas tunggal, kemudian hal itu diprotes oleh Naro. Ketujuh, konflik antara Soedardji dan kawan-kawan dengan Mardinsyah dan J. Naro mengenai surat DPW Sumatera Utara kepada FPP bahwa mertua Mardinsyah (Sekjen DPP PPP) berbau PKI. Soedardji berkesimpulan bahwa Mardinsyah berbau PKI juga. Karena itu, Soedardji selaku ketua FPP merecall Mardinsyah dari keanggotaan DPR.. Penurunan jumlah suara PPP Sukoharjo antara Pemilu tahun 1982 dan 1987 sebesar suara atau sekitar 2,47%. Seperti disebutkan sebelumnya, penurunan ini lebih disebabkan oleh konflik intern pengurus pusat PPP sekitar tahun 1980-an yang akhirnya berimbas pula pada perolehan suara di daerah, tidak terkecuali di Sukoharjo. Penurunan suara PPP dalam pemilu 23 April 1987 ini seperti apa yang telah diprediksikan sebelumnya. Pemilihan Umum Tahun 1992 Seperti pemilu sebelumnya, pemilu tahun 1992 diikuti oleh tiga partai, yaitu PPP, Golkar, dan PDI. Pemilu ini dilaksanakan pada 19 Juni Pada pemilu ini kenaikan jumlah suara PPP terjdi kenaikan sebanyak suara atau meningkat 1,51% dibandingkan dengan Pemilu Tidak jauh berbeda dengan situasi PPP di tingkat 184

7 pusat, dalam menghadapi Pemilu tahun 1992 PPP Sukoharjo dihadapkan pada masalah indikasi kecurangan dalam tahapan Pemilu serta ketidakpuasan mengikuti Pemilu. Dengan dikeluarkannya Undangundang No. 3/ 1975 tentang partai politik dan Golkar yang salah satu pasalnya memuat peraturan tentang dilaksanakannya floating mass dan larangan menggunakan tempat ibadah sebagai arena politik, sangatlah melemahkan kekuatan PPP yang berbasis pada umat Islam. Dengan diterapkannya hal tersebut PPP Sukoharjo tidak memiliki lagi organisasi di tingkat ranting yang akan mengkoordinasi massanya. Sehingga, secara tidak langsung menghambat hubungan dengan massa pemilihnya. Hal ini mengakibatkan pengkaderan di tingkat desa tidak dapat dilakukan lagi. Dengan demikian hubungan PPP tidak lagi memberi dan memerima akan tetapi hubungan PPP dengan massanya didasarkan pada fanatisme agama di dalam masyarakat yang telah diwariskan oleh partai-partai Islam masa lalu, tidak oleh PPP masa kini. Dengan tidak adanya kegiatan partai di tingkat kecamatan dan desa, jelas PPP dan PDI di Sukoharjo sangat sulit mencari kader penggerak massa di pedesaan. Hal ini disebabkan karena penggerak massa di pedesaan selama ini dipelopori oleh para aparat pemerintah desa dan kecamatan serta pemuka agama yang pada kenyataannya sudah tidak mungkin lagi diharapkan menjadi kader partai. Di Sukoharjo, mereka telah direkrut oleh salah satu kekuatan politik yang ada dan tidak mungkin mereka tolak karena keterikatan dengan kedudukan dan jabatan yang dimilikinya. Pemuka-pemuka masyarakat di tingkat desa dan kecamatan di Sukoharjo dapat dikatakan hampir semua menjadi pendukung utama Golongan Karya. Salah satu basis kekuatan umat Islam yaitu masjid yang selama ini menjadi ajang kegiatan masyarakat dan keagamaan. Dengan adanya pelarangan dari pemerintah maka kegiatan partai dan kampanye program partai tidak dapat dilakukan melalui tempat ibadah. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang melarang penggunaan tempat ibadah sebagai tempat kegiatan partai politik. Pemilihan Umum Tahun 1997 Pemilu tahun 1997 diikuti oleh tiga partai yaitu PPP, Golkar, dan PDI. Keterbukaan politik yang terus bergulir sepanjang tahun pasca Pemilu 1992 sudah tentu berpengaruh terhadap setiap kekuatan politik di Indonesia termasuk dalam hal ini PPP. Keterbukaan dilihat PPP sebagai keadaan politik Orde Baru menuju tahap yang lebih responsif terhadap tuntutan lingkungan internal dan eksternal. Menjelang Pemilu tahun 1997 hampir semua Pemda Tingkat II se-jawa Tengah disemarakkan dengan aksi pengecatan warna kuning mulai dari batang pohon, trotoar jalan, hingga gedung-gedung instansi pemerintahan. Kuningisasi disosialisasikan melalui anjuran langsung gubernur Jawa Tengah Suwardi kepada seluruh kepala daerah tingkat II yang kemudian dilanjutkan ke seluruh desa. Walaupun sempat mendapat protes dari PPP dan PDI karena dimaknai sebagai bentuk kampanye terselubung OPP tertentu, dalam hal ini Golkar. Hasil Pemilu 1997 Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Pemilu 1997 terjadi kenaikan suara PPP Sukoharjo. Hal ini disebabkan adanya konflik intern PDI, yaitu adanya PDI-Pro Suryadi dan PDI-Pro Mega. Dalam hal ini PDI yang mendukung Megawati (Pro Mega) membentuk 185

8 koalisi dengan PPP melalui konsep Mega Bintang yang dicetuskan di Solo 27 April Dalam kompromi politik itu terjadi kesepakatan, bahwa suara PDI-Pro Mega akan mendukung kampanye PPP di Solo dan akan memberikan suaranya untuk Pemilu 1997, dan Sukoharjo juga terkena imbas Mega Bintang tersebut. Ternyata hal ini terbukti dengan hasil pemilu Sukoharjo yang naik cukup signifikan pada Pemilu 1997 ini. Kenaikan suara PPP Sukoharjo sebanyak suara atau sekitar 16,54% merupakan angka yang cukup fantastis dibandingkan Pemilu sebelumnya. Hal ini sebagai bukti adanya kerjasama yang baik antar pengurus di tingkat cabang. Namun, tidak luput pula adanya konflik PDI yang akhirnya memisahkan diri menjadi Mega Bintang yang memberikan suaranya untuk PPP. Terjadi kenaikan sebanyak 6 kursi PPP di DPRD Sukoharjo atau naik sebesar 13,33% dari Pemilu tahun Pemilihan Umum Tahun 1999 Pemilu kali ini adalah yang pertama setelah runtuhnya rezim Soeharto yang lebih dikenal dengan masa reformasi, yang diganti oleh wakilnya sebagai presiden. Di masa kepemimpinan BJ. Habibie ini terjadi kebebasan dalam segala bidang, khususnya bidang politik. Sehingga hal ini sangatlah menguntungkan bagi para politikus, hal ini terlihat dengan banyaknya bermunculan partai-partai baru dengan berbagai asas dan misi yang mereka bawa. Pada pemilu 1999 tersebut partai yang terdaftar di Departemen Kehakiman berjumlah 141 partai politik. Dari sekian itu yang mendaftar kepada Panitia Persiapan Pembentukan Komisi pemilihan Umum (PPPKPU) hanya sejumlah 106, namun yang tidak memenuhi syarat untuk diverifikasi oleh PPPKPU sebanyak 46 partai, sedangkan yang layak untuk diverifikasi sejumlah 60 partai. Verifikasi dilaksanakan dalam dua tahap yaitu administrasi dan faktual. Verifikasi administrasi dilakukan dengan meneliti kelengkapan dokumen pendirian partai, sedangkan verifikasi faktual dilakukan dengan mengunjungi daerah-daerah untuk mengecek keberadaan pengurus partai politik di provinsi daerah tingkat I dan Kabupaten/ Kotamadya daerah tingkat II berdasarkan dokumen yang ada. Dari 60 partai politik yang lolos verifikasi oleh PPPKPU sejumlah 48 partai dan ditetapkan sebagai peserta pemilu 1999 oleh Menteri Dalam Negeri/ Ketua Lembaga Pemilihan Umum Nomor 31 Tahun (KPU, 2000: ) Untuk menentukan nomor urut partai politik peserta pemilu dilakukan dengan undian oleh anggota KPU wakil dari partai politik peserta pemilu dan selanjutnya ditetapkan dengan keputusan KPU Nomor 5 tahun 1999 (KPU, 2000: 239). Partai-partai politik peserta pemilu 1999 tersebut sesuai nomor urutnya adalah sebagai berikut: (1) Partai Indonesia Baru (PIB); (2) Partai Kristen Nasional Indonesia (Krisna); (3) Partai Nasional Indonesia (PNI); (4) Partai Aliansi Demokrat Indonesia (PADI); (5) Partai Kebangkitan Muslim Indonesia (Kami); (6) Partai Umat Islam (PUI); (7) Partai Kebangkitan Umat (PKU); (8) Partai Masyumi Baru; (9) Partai Persatuan Pembangunan (PPP); (10) Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII); (11) PDI Perjuangan; (12) Partai Abul Yatama; (13) Partai Kebangsaan Merdeka (PKM); (14) Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB); (15) Partai Amanat Nasional (PAN); (16) Partai Rakyat Demokratik (PRD); (17) Partai Syarikat Islam Indonesia 1905 (PSII 1905); (18) Partai Katolik Demokrat (PKD); (19) Partai Pilihan Rakyat (Pilar); (20) Partai Rakyat Indonesia (Pari); (21) 186

9 Partai Politik Islam Indonesia Masyumi; (22) Partai Bulan Bintang (PBB); (23) Partai Solidaritas Pekerja (PSP); (24) Partai Keadilan; (25) Partai Nahdlatul Ummat (PNU); (26) PNI - Front Marhaenis; (27) Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI); (28) Partai Republik; (29) Partai Islam Demokrat (PID); (30) PNI - Massa Marhaen; (31) Partai Murba; (32) Partai Demokrasi Indonesia (PDI); (33) Partai Golongan Karya (Golkar); (34) Partai Persatuan; (35) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB); (36) Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI); (37) Partai Buruh Nasional (PBN); (38) Partai MKGR; (39) Partai Daulat Rakyat; (40) Partai Cinta Damai; (41) Partai Keadilan dan Persatuan (PKP); (42) Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI); (43) Partai Nasional Bangsa Indonesia (PNBI); (44) Partai Bhineka Tunggal Ika Indonesia (PBI); (45) Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia (Suni Indonesia); (46) Partai Nasional Demokrat (PND); (47) Partai Umat Muslimin Indonesia (PUMI); (48) Partai Pekerja Indonesia (PPI) Dengan sekian banyaknya partai politik peserta pemilu, mengingatkan kita pada pemilu tahun 1955 dan 1971 yang masih menganut sistem multipartai sebelum adanya fusi partai tahun Hal ini sangat merugikan bagi ketiga partai hasil fusi Apalagi bagi Partai Persatuan Pembangunan, karena partai-partai baru yang muncul banyak yang berasaskan Islam dalam pelaksanaan kehidupan politiknya. Kemunculan partai Islam ini kemungkinan disebabkan oleh reaksi atas tatanan politik yang monolitas yang menafikan keragaman ciri dan aspirasi seperti ditunjukkan oleh asas tunggal (Basyaib, 1999: 35). Simbolisme politik Islam tampak kental pada sebagian besar partai Islam pada masa awal berdirinya muncul karena ketidakpuasan tatanan politik dan munculnya era reformasi. Pemilu 1999 terjadi penurunan yang sangat drastis dari hasil perolehan suara PPP Sukoharjo. Perolehan suara yang menurun ini diakibatkan munculnya partai-partai baru yang lebih giat dalam melaksanakan kampanye dan pendekatan pada masyarakat. Dari sekian banyaknya partai baru tersebut ada beberapa partai yang berasaskan Islam, sehingga terjadi perpecahan suara Partai Persatuan Pembangunan, karena lebih memilih partai Islam yang lain yang dirasa mampu menampung aspirasi mereka. Namun, partai-partai Islam yang lain juga belum bisa mengungguli perolehan suara PDI Perjuangan yang terbilang partai baru meski dengan mengusung format Orde Lama peninggalan Soekarno dan Partai Golkar yang merupakan penguasa Orde Baru. Sehingga, dapat dipastikan partai-partai Islam belum bisa bersaing menjadi partai terbesar yang mampu bersaing di Sukoharjo meskipun mayoritas penduduk Sukoharjo adalah umat Islam. Perolehan suara PPP pada Pemilu 1999 ini terjadi penurunan sebanyak suara atau sebesar 23,59%. Penurunan suara yang cukup signifikan, bahkan melebihi PPP adalah Golkar yang pada Pemilu sebelumnya memperoleh suara (69,91%) pada Pemilu 1999 ini hanya mendapat suara (12,72). Perolehan suara yang sangat luar biasa adalah PDI Perjuangan pimpinan Megawati dengan memperoleh suara (57,33%). Jadi dapat diperkirakan suara PPP dan Golkar selain terpecah melalui partai-partai baru yang lebih kecil, suara tersebut juga berkumpul untuk memilih PDI Perjuangan yang menjadi pemenang Pemilu di Sukoharjo, bahkan tingkat nasional. Selain menurunnya suara PPP yang cukup signifikan, hal ini juga 187

10 berimbas pada perolehan kursi di DPRD Sukoharjo. Karena kursi yang diperoleh PPP hanya 2, sedangkan PBB, PK, dan PKB masing-masing hanya memperoleh 1 kursi. Sehingga keempat partai ini membentuk koalisi fraksi di DPRD Sukoharjo dengan nama Partai Bintang Persatuan dan Keadilan Bangsa (BPKB) dengan jumlah 5 kursi. Perolehan kursi PPP Sukoharjo ini menurun sebanyak 8 kursi (17,78%). Pemilihan Umum Tahun 2004 Pemilu tahun 2004 adalah pemilu kedua pada masa reformasi. Pemilu ini di bawah pimpinan Megawati Soekarno Putri, yang terpilih menjadi presiden menggantikan Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang dirasa tidak dapat melanjutkan kepemimpinannya oleh MPR/ DPR. Pemilu ini diikuti oleh 24 partai politik. Partai-partai tersebut ada yang telah mengikuti pemilu sebelumnya, baik pemilu 1999 atau pemilu masa pemerintahan Soekarno ada pula yang merupakan partai baru yang sama sekali belum pernah mengikuti Pemilu. Partai-partai tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda sesuai dengan asas, misi, dan visi yang mereka bawa. Partai politik peserta Pemilu tahun 2004 sesuai nomor urutnya adalah sebagai berikut: (1) PNI Marhaenisme; (2) Partai Buruh Sosial Demokrat; (3) Partai Bulan Bintang; (4) Partai Merdeka; (5) Partai Persatuan Pembangunan; (6) Partai Demokrasi Kebangsaan; (7) Partai Indonesia Baru; (8) Partai Nasional Banteng Kemerdekaan; (9) Partai Demokrat; (10) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia; (11) Partai Penegak Demokrasi Indonesia; (12) Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia; (13) Partai Amanat Nasional; (14) Partai Karya Peduli Bangsa; (15) Partai Kebangkitan Bangsa; (16) Partai Keadilan Sejahtera; (17) Partai Bintang Reformasi; (18) PDI Perjuangan; (19) Partai Damai Sejahtera; (20) Partai Golkar; (21) Partai Patriot Pancasila; (22) Partai Sosial Indonesia; (23) Partai Persatuan Daerah; (24) Partai Pelopor Pada pemilu tahun 2004 ini terjadi peningkatan jumlah suara PPP Sukoharjo. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah peserta pemilu yang sebelumnya 48 menjadi 24 partai. Daerah yang menyumbang suara terbanyak adalah Kecamatan Weru, yang terjadi kenaikan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan adanya koordinasi yang baik antara Pengurus Anak Cabang dan Ranting di daerah tersebut, selain itu Weru juga membawa calon legislatifnya yang juga telah menjadi anggota DPRD periode sebelumnya, Suryanto, S.H. untuk mereka jagokan kembali dalam Pemilu saat ini, disusul Kecamatan Sukoharjo yang juga mengusung H. Sumarno Budi Pranoto, S.Pd. sebagai calon legislatif yang juga telah menjabat DPRD periode sebelumnya, selanjutnya Kecamatan Kartasura yang masih menjadi basis Islam di Sukoharjo. Terjadi kenaikan jumlah perolehan suara sebanyak suara atau sekitar 1,59%. Naiknya jumlah suara ini karena berkurangnya peserta pemilu yang sebelumnya 48 partai menjadi 24 partai. Namun, kenaikan ini tidaklah signifikan, hal ini disebabkan semakin kuatnya partai-partai Islam yang telah mengikuti Pemilu sebelumnya seperti PAN dan PKS (sebelumnya PK), dan munculnya kekuatan baru seperti Partai Demokrat yang mampu mengimbangi partai-partai yang telah lahir lebih awal seperti PKB. Seperti Pemilu sebelumnya PPP membentuk koalisi fraksi di DPRD Sukoharjo, yaitu dengan PKB dan Partai Demokrat. PPP hanya memperoleh 3 kursi dalam DPRD, sehingga dengan 188

11 koalisi Kebangkitan Persatuan Demokrat menjadi 9 kursi dalam DPRD Sukoharjo. Pada Pemilu 2004 terjadi kenaikan jumlah kursi di DPRD Sukoharjo sebanyak 1 kursi, atau sekitar 2,23%. Hal ini karena kenaikan suara PPP yang cukup signifikan yang mampu mendongkrak perolehan kursi di DPRD II Sukoharjo. SIMPULAN Faktor yang mempengaruhi menurunnya perolehan suara PPP dalam setiap Pemilu adalah konflik intern yang berkepanjangan, kurangnya persiapan dalam menghadapi Pemilu, diberlakukannya asas tunggal, penggembosan oleh NU, berlakunya kembali sistem multi partai. Sedangkan faktor yang mempengaruhi naiknya perolehan suara PPP dalam setiap Pemilu adalah meredanya konflik intern Partai Persatuan Pembangunan, semakin vokalnya Fraksi Persatuan Pembangunan (FPP) di DPR, adanya konflik intern PDI. Sebagai bagian akhir dari karya ini akan dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan PPP di masa yang akan datang. Saran tersebut antara lain PPP hendaknya mampu menghindari dan mengatasi konflik intern yang berkepanjangan, sehingga hubungan di antara personil pengurus menjadi solid dan akhirnya mampu mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Sikap vokal dan kritis para wakil PPP di DPR hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan agar simpati rakyat terhadap PPP semakin bertambah. PPP harus lebih akomodatif dalam menampung aspirasi rakyat terutama umat Islam, sehingga di era multi partai ini PPP tidak kalah bersaing dengan partai-partai baru yang bermunculan. PPP harus memperhitungkan segala potensi, kelemahan, kekuatan, dan hambatan yang akan menyertai perjalanan PPP di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Abdul Politik Islam Politik: Pergulatan Ideologi PPP Menjadi Partai Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana Basyaib, Hamid; Hamid Abidin (ed) Mengapa Partai Islam Kalah: Perjalanan Politik Islam dari Pra- Pemilu 1999 Sampai Pemilihan Presiden. Jakarta: Alvabet Cipto, Bambang Prospek dan Tantangan Partai Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar DPP Partai Persatuan Pembangunan Materi Muktamar V Partai Persatuan Pembangunan: Jakarta, Mei Jakarta: DPP Partai Persatuan Pembangunan DPW PPP Jawa Tengah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Persatuan Pembangunan Periode Semarang: DPW PPP Jawa Tengah Gaffar, Afan Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gottschalk, Louis Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press Karim, M. Rusli Negara dan Peminggiran Islam Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana KPU Laporan Penyelenggaraan Pemilu Tahun Jakarta: KPU KPU Kabupaten Sukoharjo Pemilu 2004, Pilkada 2005 Dalam Data dan Fakta. Sukoharjo: KPU Kabupaten Sukoharjo Nasir, Mohammad Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Pamungkas, Sri-Bintang Dari Orde Baru ke Indonesia Baru Lewat Reformasi Total. Jakarta: Erlangga 189

12 Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I Jawa Tengah Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 1992 di Jawa Tengah: Lampiran-lampiran. Semarang: PPD I Jawa Tengah Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I Jawa Tengah Buku Lampiran Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 1997 di Jawa Tengah. Semarang: PPD I Jawa Tengah Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I Jawa Tengah Buku Lampiran Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 1999 di Jawa Tengah. Semarang: PPD I Jawa Tengah Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II Kabupaten Sukoharjo Pemilihan Umum Tahun 1987 Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: PPD II Sukoharjo Romli, Lili Islam Yes Partai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Partaipartai Islam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sastroatmodjo, Sudijono Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press 190

Pemilu Hasil Pemilu 1999

Pemilu Hasil Pemilu 1999 Pemilu 1999 Setelah Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya pada tanggal 21 Mei 1998 jabatan presiden digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas desakan publik, Pemilu yang

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMILU A. PEMILU Bab ini menjelaskan tentang: Hasil Pemilu secara nasional mulai dari

BAB V HASIL PEMILU A. PEMILU Bab ini menjelaskan tentang: Hasil Pemilu secara nasional mulai dari KOMISI UMU M PEM I LI HAN BAB V HASIL PEMILU Bab ini menjelaskan tentang: Hasil Pemilu secara nasional mulai dari 1955 2009 A. Pemilu 1955 (DPR dan Konstituante) B. Pemilu 1971-1999 (DPR) C. Pemilu 2004-2009

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA Drs. ZAKARIA Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Kehidupan Kepartaian selama

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu menguntungkan, karena munculnya parpol-parpol tersebut tidak dikehendaki oleh pemerintahaan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh selama penelitian yaitu tentang bagaimana upaya PPP dalam meningkatkan perolehan hasil suara pada Pemilu tahun

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PILEG. pada 9 April Dalam pemilihan umum legislatif di provinsi Lampung

IV. GAMBARAN UMUM PILEG. pada 9 April Dalam pemilihan umum legislatif di provinsi Lampung 28 IV. GAMBARAN UMUM PILEG 4.1. Gambaran Umum Pileg Pemilihan umum Calon Anggota Legislatif Indonesia tahun 2014, dilaksanakan pada 9 April 2014. Dalam pemilihan umum legislatif di provinsi Lampung dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II PEMILU DI INDONESIA

BAB II PEMILU DI INDONESIA KOMISI UMU M PEM I LI HAN BAB II PEMILU DI INDONESIA Bab ini menjelaskan tentang: A. Pemilu 1955 (Masa Parlementer) B. Pemilu 1971 1997 (Masa Orde Baru) C. Pemilu 1999 2009 (Masa Reformasi) Waktu : 1 Jam

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

SEJARAH PEMILU DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM SEJARAH PEMILU DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM Ini merupakan Pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan Pemilu merupakan syarat minimal

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK - 1 - KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kota-019.435761/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN

Lebih terperinci

BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA 3.1 Teori Sosial Clifford Geertz Geertz adalah seorang Guru Besar di Universitas Chicago Amerika Serikat, ia melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa rezim Orde Baru kebebasan individu, dalam menyatakan pendapat, kebebasan berorganisasi dan kebebasan pers sangat dibatasi oleh aturan yang ketat secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian Perilaku pemilih di Indonesia secara spesifik memberi perhatian mendalam tentang pemungutan suara, khususnya mengenai dukungan dan pola perilaku yang berkenaan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012. KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan **

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan ** AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1 Yusuf Hamdan ** Abstrak Memahami Islam dapat dilakukan dalam tiga matra: Islam dalam cita, citra, dan fakta.

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah satunya adalah dengan adanya pelaksanaan pemilihan umum. Esensi dari pemilihan umum adalah

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 33/Kpts/KPU-Kab-019.964931/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN CALON YANG DIAJUKAN PARTAI POLITIK ATAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota-009.436512/2013 TENTANG PENETAPAN SYARAT MINIMAL JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK DALAM

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Banten Hari/Tanggal: 30 April 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 15.15-15.40 WIB Perbaikan Hari/Tanggal: 01 Mei 2009 Pukul: 21.10-22.50

Lebih terperinci

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi, apakah

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Sumatera Utara Hari/Tanggal: 02 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 11.20-11.55 WIB Disahkan Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Pukul:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum Pemilu 1955 Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI) Provinsi: Riau Hari/Tanggal: 03 Mei 2009 Dapil : I (Satu) Pukul: 09.15-09.50 WIB No Nama Partai Perolehan Suara Keterangan 1 Partai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG PENETAPAN PEROLEHAN KURSI DAN SUARA SAH POLITIK DALAM PEMILU ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISA KURSI SISA SUARA 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT III PARTAI KARYA PEDULI BANGSA

PEROLEHAN SISA KURSI SISA SUARA 1 PARTAI HATI NURANI RAKYAT III PARTAI KARYA PEDULI BANGSA MODEL EB 1 DPRD KAB/KOTA PENGHITUNGAN SUARA DAN PENETAPAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 PROVINSI : SULAWESI

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN STEMBUSACCORD PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF

MEKANISME PELAKSANAAN STEMBUSACCORD PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF MEKANISME PELAKSANAAN STEMBUSACCORD PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF Libasut Taqwa Pusat Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Pascasarjana Universitas Indonesia Kampus UI, Kota Depok, Jawa Barat 16424 Libasut.taqwa281@gmail.com

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN KONDISI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1987-2004 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang Oleh Zain Nur Rusidi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 999 TENTANG PENENTUAN DAN PEROLEHAN KURSI HASIL PEMILIHAN UMUM 999 UNTUK DPRD I PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH, DPRD II KABUPATEN PIDIE DAN ACEH UTARA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam kesempatan ini sebelum melakukan perbandingan antara kedua sistem dalam Pemilu DPR, DPD dan DPRD di 2009 dan 2014, terlebih dahulu yang dibahas adalah apa dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersamasama dan merealisasikan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118 TAHUN 1999 TENTANG PENENTUAN DAN PEROLEHAN KURSI HASIL PEMILIHAN UMUM 1999 UNTUK DPRD I PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH, DPRD II KABUPATEN PIDIE DAN ACEH UTARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 84 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM -1- KOMISI PEMILIHAN UMUM SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 10 /Kpts/KPU-Wng-012329512/2010 TENTANG PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN SUARA SAH PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU PADA PEMILU ANGGOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

Asas Tunggal Partai Politik

Asas Tunggal Partai Politik Asas Tunggal Partai Politik Asas tunggal Pancasila bagi partai politik (parpol) kembali diperdebatkan. Ada fraksi yang ingin dicantumkan secara eksplisit. Tapi ada yang berpendapat cukup implisit dan bahkan

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA MATAKULIAH : (PENGANTAR ILMU POLITIK) DI SUSUN OLEH : REXY MARTINO A321 15 135 PRODI PPKN JURUSAN PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO

Lebih terperinci

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan Daerah dan Ormas Partai Desak Munas Minggu, 24 Agustus 2014 JAKARTA, KOMPAS Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla mengatakan, tradisi Partai Golkar

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4801 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG PENYERTAAN MODAL NEGARA UNTUK PENDIRIAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BIDANG PERBANKAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan laju perdagangan

Lebih terperinci

Parpol Islam dan yang berbasis massa Islam, tak lagi terlihat menyuarakan Islam, bahkan seakan menghindar untuk diidentikkan dengan Islam.

Parpol Islam dan yang berbasis massa Islam, tak lagi terlihat menyuarakan Islam, bahkan seakan menghindar untuk diidentikkan dengan Islam. Pengantar: Partai politik Islam selalu berkiprah dalam pesta demokrasi di Indonesia. Meski sudah 10 kali ikut pemilu, alih-alih menang, parpol Islam sepertinya hanya menjadi penggembira. Mengapa sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga BAB V KESIMPULAN Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga berdiri PDI-P, bisa dilihat dari dua aspek, yakni: antar unsur penyokong fusi dan hubungan profesional PDI dengan

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri negara demokrasi adalah diselenggarakannya pemilihan umum (pemilu) yang terjadwal dan berkala. Amandemen UUD 1945 yakni Pasal 1 ayat (2), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

JAKARTA, 11 Juli 2007

JAKARTA, 11 Juli 2007 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI PENDAPAT TERHADAP RUU TENTANG PARTAI POLITIK DAN RUU TENTANG SUSDUK MPR, DPR, DPD, DAN DPRD JAKARTA, 11 Juli 2007 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kantor MPR/DPR RI,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan berada ditangan rakyat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang merubah sistem pemerintahan dari presidensial menjadi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang merubah sistem pemerintahan dari presidensial menjadi IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah PDI Perjuangan Pada awal kemerdekaan Indonesia, tanggal 16 Oktober 1945 dikeluarkannya maklumat wakil presiden No.X mengenai pembentukan KNIP yang diikuti

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu 7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR. Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR Lembaga Indonesia ASA PEMBUKAAN Setelah 68 tahun Indonesia merdeka, berbagai kemajuan dan prestasi telah dicapai oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia

PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia PARTAI POLITIK ISLAM Teori dan Praktik di Indonesia Oleh : Ridho Al-Hamdi Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi

Lebih terperinci