BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa, kata belajar merupakan kata yang tidak asing, bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka, dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik, daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran, di dalamnya terdapat peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan, sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda, antara satu dengan yang lainnya tentang pengertian belajar, namun semuanya mengacu pada prinsip yang sama, yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar, akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang, untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan 17

2 18 perubahan dalam arti belajar. James O.Whittaker (Slameto, 2010:12) merumuskan Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach (Slameto, 2010:13) berpendapat bahwa Learning is show by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pegalaman. Howard L.Kingskey (Slameto, 2010:13) menyatakan bahwa Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. W.S.Winkel (Antonius Novan, 2007:6) mengemukakan bahwa: Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Ciri-ciri perubahan dari belajar menurut Syaiful Sagala (2007:53) adalah: a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. c. Belajar merupkan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar. d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral. e. Belajar adalah proses interaksi. f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu, maka perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan, harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu

3 19 dan diluar individu. Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang, dapat disimpulkan dari hasilnya. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan sebagainya. Salah satu tanda seseorang telah mengalami proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, sebagai akibat interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya. Perubahan tingkah laku meliputi: perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif). Sejalan dengan pernyataan para ahli tentang definisi belajar, penulis menarik kesimpulan bahwa belajar dalam penelitian ini, adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya, dalam hal ini siswa yang belajar di sekolah, yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine. 2. Pembelajaran Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Antonious Novan, 2007:8) bahwa arti kata pembelajaran adalah cara, proses menjadikan orang belajar. Irvan Junaedi mengemukakan bahwa Pembelajaran berarti proses membuat orang belajar. Sedangkan menurut Udin Sarifudin Winata Putra (Antonious Novan, 2007:9) menyatakan bahwa Pembelajaran yakni proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Pengertian pembelajaran dalam arti sempit adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan lingkungan sekolah, seperti

4 20 guru, dan teman sesama siswa. Mengajar merupakan proses penyampaian informasi, berupa ilmu pengetahuan dari guru kepada murid dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengajaran, atau lebih tepatnya proses pembelajaran. Menurut Suherman dkk. dalam Wahyudin ( 2010:3), mengemukakan bahwa: Kendatipun antara kata pengajaran dan pembelajaran bermakna sama, namun esensinya relatif berbeda. Bila dalam pengajaran, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau gagasan-gagasan dan siswa bertindak pasif. Sementara dalam pembelajaran siswa mendapat porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan mereka harus dominan dan bertindak aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa siswa hanya akan berhasil dalam belajarnya, setelah siswa itu berusaha dengan sungguh-sungguh mengolah atau mencerna informasi dari guru. Dengan demikian, seorang guru harus dapat mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan metode pembelajaran yang tepat, dan sesuai dengan karakteristik topik yang akan diajarkan, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi yang akan dikomunikasikan berisi pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan. Pesan-pesan yang disampaikan bisa berubah arah, yaitu antara guru dengan siswa atau sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa. Menurut Dunkin dan Biddle (Syaiful Sagala, 2007:63) mengatakan bahwa:

5 21 Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu: kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan kompetensi metodologi pembelajaran. Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, maka diharuskan juga menguasai metode pembelajaran sesuai kebutuhan materi ajar. Metode digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan siswa, untuk menguasai materi ajar yang diberikan guru. Menurut Knirk dan Gustafson (Syaiful Sagala, 2007:64) mengatakan bahwa Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran. Hal senada juga diungkapkan Syaiful Sagala (2007:65) bahwa: Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru, untuk membantu seseorang atau siswa mempelajari suatu kemampuan, dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan pengertian para ahli tentang definisi pembelajaran, maka pengertian pembelajaran dalam penelitian ini, adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kompetensi tertentu, melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar dikelas, agar mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu penguasaan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine. Guru sebagai pendidik dalam membelajarkan siswa, harus membuat rancangan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang didalamnya terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan kepada siswa, agar siswa mampu belajar secara aktif yang tentunya didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.

6 22 Kegiatan belajar mengajar tidaklah bisa lepas dari komponen-komponen yang harus ada, dalam kegiatan (proses) belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut antara lain; tujuan yang hendak dicapai, materi bahan pelajaran, metode dan alat, alat penilaian. Keempat komponen di atas tidaklah dapat berdiri sendiri melainkan saling berhubungan dan saling berpengaruh. Tujuan dalam proses belajar mengajar, merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh siswa, setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar. Materi/bahan pelajaran merupakan isi tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Materi yang tersedia dirumuskan menjadi satu kemasan sedemikian rupa, untuk mendukung tercapainya tujuan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Metode dan alat merupakan jembatan atau media, untuk tercapainya tujuan yang hendak dicapai. Metode pembelajaran diusahakan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan. Tidak kalah pentingnya untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai atau tidak, maka kita harus mengadakan penilaian terhadap siswa, karena suatu proses kegiatan belajar mengajar tanpa diakhiri dengan penilaian, maka tidak bisa mengukur berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Sejalan uraian di atas, maka keempat komponen tersebut saling berpengaruh dan saling mendukung, agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang seoptimal mungkin dan sesuai yang diharapkan.

7 23 3. Hasil Belajar Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar, karena prestasi itu sendiri merupakan hasil dari belajar, biasanya dinyatakan dengan nilai. Prestasi menurut Rudiman (2008:1231) merupakan Hasil yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan hasil akhir berhasil atau tidaknya seseorang mengikuti kegiatan belajar. Hasil belajar perlu diukur, untuk mengetahui seberapa besar tingkat penguasaan siswa. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan mengajar guru, dan belajar siswa. Salah satu nya, yaitu dengan mengadakan evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar. Bloom (Syaiful Sagala, 2007:157) menyatakan bahwa Hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Hasil belajar kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir siswa, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain afektif berkenaan dengan nilai dan sikap. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar. Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak dari siswa. Hasil belajar menurut Bloom (Syaiful Sagala, 2007:157) diklasifikasikan kedalam tiga ranah, yaitu:

8 24 a. Kognitif Hasil belajar kognitif, mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan dan penalaran siswa. Menurut Bloom (Syaiful Sagala, 2007:157) domain kognitif ini mempunyai enam tingkatan yaitu: 1) Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajarinya dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. 2) Pemahaman (comprehention), adalah kemampuan memahami suatu objek atau subjek pembelajaran dengan kata-kata sendiri. 3) Aplikasi (application), adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur yang sudah dipelajari ke dalam suatu situasi kongkrit yang baru. 4) Analisis (analysis), adalah kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain. 5) Sintesis (synthesis), adalah kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk pola struktur yang baru. 6) Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. b. Afektif Hasil belajar afektif, mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bloom et al. (Syaiful Sagala, 2007:158) mengemukakan lima tingkatan hasil belajar afektif, yaitu: 1) Peneriman (receiving), aspek ini mengacu kepada kepekaan atau kesedian menerima, dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesedian menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekoplah. 2) Pemberian respon (responding), aspek ini mengacu kepada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Ini ditunjukan dengan kesedian dan kerelaan untuk merespon, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan kepuasan dalam merespon. 3) Penilaian (voluting), aspek ini mengacu kepada menerima, menghargai, memberikan penilaian terhadap dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada suatu norma.

9 25 4) Pengorganisasian (organization), aspek ini mengacu kepada proses membentuk konsep tentang suatu nilai, serta menyusun suatu sistem nilainilai dalam dirinya. 5) Pengkarakteristikan (characterization), yaitu pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu kepada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi, sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam dirinya. c. Psikomotor Hasil belajar psikomotor, mengacu pada kemampuan bertindak siswa. Menurut Elizabeth Simpson (Syaiful Sagala, 2007:160) hasil belajar psikomotor terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu: 1) Persepsi (perception), aspek ini mengacu pada penggunaan panca indera, untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkanya ke dalam kegiatan atau perbuatan. 2) Kesiapan (setting), aspek ini mengacu pada kesiapan memberi respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan. 3) Respon terbimbing (guided response), aspek ini mengacu pada pemberian respon perilaku, terhadap gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. 4) Mekanisme (mechanical response), aspek ini mengacu pada keadaan dimana respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan. 5) Respon kompleks (complex response), aspek ini mengacu pada pemberian respon, atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien. 6) Adaptasi (adaptation), aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respon atau gerakan dengan situasi yang baru. 7) Organisasi (organization), aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak-gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atau inisiatif sendiri. Hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, khususnya siswa SMK Negeri 8 Bandung harus dapat memenuhi ketiga aspek tersebut, baik dari aspek kognitif, psikomotor maupun afektif. Hal ini merupakan syarat yang harus dipenuhi agar siswa menjadi kompeten dalam bidangnya.

10 26 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sepenuhnya merupakan hasil dari proses pembelajaran, namun dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain, baik dari dalam diri siswa ataupun pengaruh dari luar siswa. Faktor dalam diri siswa biasa disebut faktor internal, merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan pengaruh dari luar siswa biasa disebut faktor eksternal, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya di luar diri siswa. lain: Menurut Slameto (2010:54) hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor antara a. Faktor-faktor internal terdiri dari: 1) Faktor jasmaniah meliputi dari kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor fisiologis meliputi dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan meliputi dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. b. Faktor-faktor eksternal terdiri dari: 1) Faktor keluarga meliputi dari cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah meliputi dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat meliputi dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, bisa dilihat faktor-faktor dominan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, dapat dilihat dari faktor internal berupa keadaan pribadi siswa itu sendiri yang meliputi dari kesehatan jasmani maupun rohani, serta bakat bawaan dari lahir, sedangkan dari segi eksternal berupa

11 27 pengaruh dari luar yang berhubungan langsung dengan siswa dimulai dari kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat. B. Metode Pembelajaran Strategi dalam menyampaikan materi perlu dimiliki oleh seorang guru, agar materi yang disampaikan dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (Bahri Djamarah dan Zain, 2006:74), Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Adapun menurut Syaiful Sagala (2009:169), Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya. Peranan metode pembelajaran adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik, apabila siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Sejalan dengan pengertian tentang metode pembelajaran, maka dalam penelitian ini penulis akan mencoba menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran dikelas, dengan tujuan untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa. Seiring dengan meningkatnya aktifitas belajar siswa, maka hasil

12 28 belajar sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, dalam hal ini penguasaan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine. 1. Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya, untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi yang ada di sekolah meliputi semua sumber-sumber daya (sumber-sumber belajar) yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pembelajaran tidak disebabkan oleh satu faktor, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai faktor yang saling mendukung. Salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran adalah siswa. Sudirman dalam Wahyudin ( 2010:4) menyatakan: Siswa adalah unsur pokok dalam pembelajaran, maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pembelajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Sejalan dengan pernyataan diatas, maka pemanfaatan siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi, atau siswa yang pandai sebagai komunikator atau pembimbing rekan-rekannya dalam pembelajaran selain guru, diharapkan dapat memberikan bantuan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan, dalam memahami bahan pelajaran yang akan dan sedang dipelajarinya. Pembelajaran tutor sebaya pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa, agar dapat mencapai hasil belajar optimal. Peer learning atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan

13 29 istilah tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar siswa. Ini bisa terjadi apabila siswa yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaanya sendiri, kemudian membantu siswa lain yang kurang mampu. Ada beberapa ahli yang meneliti masalah ini diantaranya: Edward L.Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia (Irvan Surya Naziat, 2010:22) menyebutkan pengertian tutor sebaya sebagai berikut: Tutor sebaya (Peer Learning) adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dalam usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar. Dedi Supriadi (Antonious Novan, 2007:18) berpendapat bahwa: Tutor sebaya dapat diartikan juga seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok siswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi dari siswa-siswa lainnya. Menurut Ischak dan Warji (Ika Marlita Sari, 2006:26) berpendapat bahwa: Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Conny Setiawan (Antonious Novan, 2007:19) berpendapat bahwa: Tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah. Berdasarkan pendapat para ahli, maka penulis dapat menjelaskan kembali bahwa yang dimaksud pembelajaran tutor sebaya, adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri,

14 30 sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Pembelajaran tutor sebaya, dapat dilakukan oleh teman sebaya yang lebih pandai, memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Branley (1974: dalam Antonius Novan Novan, 2007:33) menyebutkan bahwa ada tiga tipe dasar dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tutor sebaya yaitu: a. Student to student b. Tutor to group c. Tutor to student a. Tipe Student To Student Proses pembelajaran tutor sebaya tipe student to student, dalam pelaksanaannya akan terjadi interksi belajar antara siswa yang satu dengan siswa yang lainya, interaksi diantara mereka tidak terjadi dalam suatu kelompok, melainkan siswa yang memiliki potensi lebih melakukan bimbingan pada rekan dikelasnya, atau biasanya kegiatan tutor sebaya tipe ini terjadi secara spontanitas. Artinya siswa yang merasa dirinya belum mampu, tidak bertanya pada guru, melainkan pada teman dekatnya atau siswa yang mereka anggap mempunyai kemampuan lebih. Dalam kegiatan ini tutor tidak memimpin dalam suatu

15 31 kelompok melainkan dengan bimbingan individu pada masing-masing siswa yang mengalami kesulitan. b. Tipe Tutor To Group Gambar 2.1 Student To Student (Sumber: Antonius Novan, 2007:20) Proses pembelajaran tipe tutor to group berbeda dengan tipe student to student. Tipe tutor to group, guru melakukan pemilihan kepada siswa untuk dijadikan tutor. Tutor dipilih berdasarkan kemampuan/potensi yang mereka miliki, dan juga berdasarkan data dan pengamatan guru pada proses kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tutor yang terpilih diberikan petunjuk, pengarahan bahkan pelatihan oleh guru, tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan tutor didepan siswa, sebelum proses pembelajaran dengan tutor berlangsung. Setelah dilakukan pemilihan tutor, guru membagi kelompok sesuai dengan jumlah siswa dalam suatu kelas, diusahakan kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang heterogen. Pada masing-masing kelompok terdapat seorang tutor yang berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan kelompok. Tutor yang telah mulai membantu, memberikan materi pembelajaran harus diamati pelaksanaannya. Apakah tutor bekerja sesuai dengan petunjuk yang telah

16 32 diberikan, dan apakah tutor memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik. Hal ini perlu pengamatan dari guru, guru berhak melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Guru mengadakan evaluasi di akhir pembelajaran. Gambar 2.2 Tutor To Group (Sumber: Antonius Novan, 2007:20) c. Tipe Tutor To Student Kegiatan pembelajaran dengan mengunakan metode pembelajaran tutor sebaya tipe tutor to student, dimana guru membentuk tim tutor sesuai dengan kebutuhan pada tiap kelasnya, tutor memberikan bimbingan pada rekan-rekannya yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran maupun praktek. Gambar 2.3 Tutor To Student (Sumber: Antonius Novan, 2007:20)

17 33 2. Langkah-langkah Pelaksanaan Tutor Sebaya Tipe Tutor To Group Pembelajaran tutor sebaya dilakukan dengan memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut kemudian memberikan bantuan kepada teman-temannya yang belum memahami materi pelajaran. Tahaptahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan mengunakan pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut: a. Tahap persiapan 1) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan, mengenai Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine, yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan didalamnya mencakup judul penggalan dan tujuan pembelajaran. 2) Berdasarkan hasil pretes serta keaktifan siswa di dalam kelas, dipilih beberapa orang siswa yang prestasinya lebih tinggi untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk. 3) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 5-6 orang. Keanggotaannya heterogen, baik dari segi kemampuan akademis, maupun karakteristik lainnya. Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Pembagian kelompok berdasarkan hasil pretes. 4) Beberapa orang yang prestasinya lebih tinggi tersebut, dibimbing secara khusus mengenai tugas dan perannya sebagai tutor. Hal ini dapat dilakukan beberapa kali, sehingga siswa yang berperan sebagai tutor benar-benar mengerti tugasnya dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaan bimbingan ini

18 34 bisa dilakukan di luar jam pembelajaran atau sebelum proses pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan 1) Guru membuka pelajaran sambil menginformasikan kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang akan dilaksanakan 2) Guru menyajikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai, juga tentang topik materi yang akan dibahas. 3) Guru memberikan penjelasan umum terlebih dahulu mengenai pokok-pokok materi pelajaran, menggunakan media powerpoint. 4) Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Tutor menanyai anggota kelompoknya secara bergantian mengenai hal-hal yang belum dimengerti dari pembahasan materi yang telah disampaikan oleh guru. Tutor menyampaikan materi secara sekilas kepada anggotanya. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh tutornya dan menulis hal-hal yang penting pada materi yang disampaikan oleh tutornya. Siswa berdiskusi bersama teman-temannya ketika proses pembelajaran bersama tutornya berlangsung, dalam diskusi ini siswa harus berani mengajukan pertanyaan kepada tutor mengenai permasalahan yang belum dimengerti. Siswa berani mengeluarkan pendapat di depan teman sebayanya. Siswa melaksanakan tugas sesuai yang diminta oleh tutor atau guru. Tutor bertanggung jawab membimbing, dan memberikan bantuan kepada kelompoknya, serta menyampaikan permasalahan kepada guru jika ada materi yang belum dipahami. 5) Guru mengawasi jalannya proses diskusi, guru berpindah-pindah dari satu

19 35 kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan. Guru memonitoring tutor dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok, pada saat mereka berdiskusi dalam kelompoknya. 6) Secara klasikal guru bersama siswa, mendiskusikan kembali permasalahan yang dihadapi oleh siswa, setelah melakukan pembelajaran dan diskusi dengan tutor sebaya di dalam kelompoknya. c. Tahap evaluasi 1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal kepada semua siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Engine. Peranan guru terdiri dari: pembentukan kelompok, perencanaan tugas kelompok, pelaksanaan, dan tahap evaluasi hasil belajar kelompok. Tahap pembentukan kelompok dipertimbangkan antara lain tujuan yang diperoleh siswa dalam kelompok (latihan bergotong-royong, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja, dan lain-lain), latar belakang pengalaman siswa, minat/pusat perubahan siswa. Tahap perencanaan tugas kelompok, guru memperhatikan jenis tugas yang diberikan, apakah tugas paralel ataukah tugas komplementer. Tugas paralel artinya semua kelompok mendapat tugas yang sama, sedangkan tugas komplementer artinya kelompok saling melengkapi pemecahan masalah. Dalam tahap pelaksanaan mengajar, guru berperan antara lain: pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok, guru sebagai fasilitator pembimbing dan pengendali ketertiban kelompok. Peran guru dalam pembelajaran tutor sebaya hanya sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya

20 36 melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa, serta mengawasi kelancaran pelaksanaan pembelajaran, dengan memberikan pengarahan dan bantuan jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Tutor sebaya merupakan bagian dari cooperative learning atau belajar bersama. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam cooperative learning. Menurut Lie (2004:41) bahwa Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender (jenis kelamin), latar belakang agama, sosio-ekonomi, etnik, serta kemampuan akademik. Sejalan dengan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini, kelompok yang heterogen didasarkan atas kemampuan akademik siswa, sedangkan keaneka ragaman agama, sosio-ekonomi, dan etnik dianggap telah terwakilkan dan terpenuhi. Adapun cara untuk membentuk kelompok yang heterogen adalah sebagai berikut: a. Nilai akademik atau nilai hasil pretes diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Nilai KKM = Rendah KKM Nilai Rata-Rata = Sedang Nilai > Rata-Rata = Tinggi b. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademik, tinggi, sedang, dan rendah.

21 37 3. Skema Pembelajaran Tutor Sebaya Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan mengenai Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine. Berdasarkan hasil pretes serta keaktifan siswa di dalam kelas, dipilih beberapa orang siswa yang prestasinya lebih tinggi untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk Guru mengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri dari 5-6 orang. Keanggotaannya heterogen, baik dari segi kemampuan akademis, maupun karakteristik lainnya. Pembagian kelompok berdasarkan hasil pretes. Guru mengadakan bimbingan kepada tutor mengenai peran dan tugasnya nya sebagai tutor. Hal ini dapat dilakukan beberapa kali, sehingga siswa yang berperan sebagai tutor benar-benar mengerti tugasnya dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaan bimbingan ini bisa dilakukan di luar jam pembelajaran atau sebelum proses pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran Guru membuka pelajaran sambil menginformasikan kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang akan dilaksanakan Guru menyajikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai, juga tentang topik materi yang akan dibahas. Guru memberikan penjelasan umum terlebih dahulu mengenai pokok-pokok materi yang akan disampaikan, menggunakan media powerpoint. Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masingmasing kelompok yang telah ditentukan.

22 38 Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Tutor menanyai anggota kelompoknya secara bergantian mengenai hal-hal yang belum dimengerti dari pembahasan materi yang telah disampaikan oleh guru. Tutor menyampaikan materi secara sekilas kepada anggotanya. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh tutornya dan menulis hal-hal yang penting pada materi yang disampaikan oleh tutornya. Siswa berdiskusi bersama teman-temannya ketika proses pembelajaran bersama tutornya berlangsung, dalam diskusi ini siswa harus berani mengajukan pertanyaan kepada tutor mengenai permasalahan yang belum dimengerti. Siswa berani mengeluarkan pendapat di depan teman sebayanya. Siswa melaksanakan tugas sesuai yang diminta oleh tutor atau guru. Tutor bertanggung jawab membimbing dan memberikan bantuan kepada kelompoknya dan menyampaikan permasalahan kepada guru jika ada materi yang belum dipahami. Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan. Guru memonitoring tutor dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka berdiskusi. Secara klasikal guru bersama siswa, mendiskusikan kembali permasalahan yang dihadapi oleh siswa, setelah melakukan pembelajaran dan diskusi dengan tutor sebaya di dalam kelompoknya. Guru memberikan tugas individual Gambar 2.4 Skema Pembelajaran Tutor Sebaya 4. Kriteria Pemilihan Tutor Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari siswa yang ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar dikelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi kepada

23 39 teman-temannya. Untuk menentukan seorang tutor, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang siswa, yaitu siswa yang dipilih harus memiliki nilai prestasi lebih baik dari teman sekelas atau kelompoknya, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan memiliki kesabaran dan kemampuan memotivasi siswa lain dalam belajar. Pemilihan siswa sebagai tutor ini mengacu kepada beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Surya dan Amin (Wahyudin, Dalam memilih tutor diantaranya memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran, kemampuan membantu orang lain baik secara individu maupun kelompok, prestasi belajar yang tergolong baik, hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya, memiliki kemampuan dalam memimpin kegiatan kelompok, disenangi dan diterima oleh teman-temannya terutama kelompok rendah. Guru dapat menunjuk dan menugaskan siswa yang pandai untuk memberikan penjelasan, juga berbagi pengetahuan yang dia punya, dengan siswa yang kurang pandai. Karena hanya gurulah yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan perbaikan bukan mendiagnosis (Djamarah dan Zain, 2006:26). Demikian juga, siswa yang merasa kurang dalam pelajaran, dianjurkan untuk bertanya kepada teman sebayanya yang lebih pandai. Tutor sebaya melibatkan siswa belajar satu sama lain dengan cara berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antara siswa. Hal ini menanamkan bahwa belajar tidak harus dengan guru disekolah, yang mengakibatkan siswa menjadi tergantung dengan guru. Sejalan dengan itu Arikunto (Wahyudin, mengemukaan dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

24 40 a. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat pogram perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. b. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. c. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sosial kawan. d. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya. 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman, dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dengan metode pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru dengan teman sebayanya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Penerapan dari pembelajaran tutor sebaya ini, diharapkan agar siswa yang kurang aktif menjadi aktif, karena tidak perlu merasa canggung dan malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya secara bebas, juga rasa saling menghargai dan mengerti dibina antara siswa yang bekerja sama. Tutor sebaya merupakan salah satu pembelajaran, untuk memenuhi kebutuhan siswa. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, siswa juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna (caranya sendiri). Adanya pembelajaran tutor sebaya ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa, karena dalam hal ini siswa tidak akan merasa canggung, malu, dan lebih leluasa untuk bertanya dengan temannya (tutor sebayanya) tentang kesulitan-kesulitan yang didapatinya dalam suatu bahan

25 41 pelajaran tertentu, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kecakapan komunikasi siswa, maka dengan sendirinya siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang sedang dipelajarinya karena selain lebih leluasa, bahasa antar sesama teman sebaya lebih mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan demikian hasil belajar mereka akan dapat meningkat pula. Menurut Nurita Putrianti dalam ( mengemukakan bahwa: Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan, yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja. Metode pembelajaran tutor sebaya ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang diajarkan. Bagi tutor dengan membimbing temannya dan mengajarkan suatu konsep/topik, maka pengertian terhadap bahan materi pun akan lebih mendalam dan kesempatan mendapat pengalaman. Hal ini memperkuat daya pemahaman apa yang telah dipelajarinya dan belajar bertanggung jawab atas apa yang dibebankan kepadanya. Sedangkan bagi siswa yang dibimbing, akan lebih mengerti karena tidak canggung dalam bertanya atau meminta bantuan. Seorang siswa biasanya dapat menjelaskan suatu konsep dalam bahasa dimana siswa lainnya dapat memahami. Siswa dapat memberikan suatu sumber motivasi dan informasi, dalam suatu bahasa yang cocok dengan struktur kognitif siswa lainnya. Kelebihan lain dari tutor sebaya adalah bantuan belajar dengan teman-teman sekelasnya dapat

26 42 dilakukan di luar sekolah. Para tutor dilatih berdarkan silabus yang telah ditentukan. Sejalan dengan itu Djamarah dan Zain (2006:26) mengemukakan beberapa manfaat dari kegiatan tutoring, adalah sebagai berikut: a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru. b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah setra menghafalkan kembali. c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalan mengemban suatu tugas. d. Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Disamping kelebihan yang diberikan oleh tutor sebaya, kesulitan pun ada dalam pelaksanaan pembelajaran dengan tutor sebaya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2006:27) kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring, dikarenakan: a. Siswa yang dibantu kadang sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan temannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan. b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya diketahui temannya. c. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan. d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa siswa yang harus dibimbing. e. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada teman-temannya. 6. Metode Pembelajaran Konvensional Pembelajaran biasa yang sering disebut dengan pembelajaran konvensional, yang di dalamnya biasanya menggunakan pendekatan ekspositori. Di mana guru menyampaikan informasi berupa materi pelajaran secara lisan, yang dikenal dengan istilah kuliah atau ceramah. Komunikasi yang digunakan guru dalam

27 43 proses belajar mengajar yaitu komunikasi satu arah. Syaiful Sagala (2007:78) menjelaskan mengenai pendekatan ekspositori sebagai berikut: Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakekat mengajarnya yaitu menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan kepada siswa, di mana siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan materi secara lisan (ceramah) dan hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu antara guru dan siswa. Metode pembelajaran konvensional, yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Winarno Surachmad (Suryosubroto, 2002:166) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah: Penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar, agar uraianya menjadi lebih jelas tetapi metode utama dalam perhubungan guru dengan siswa adalah berbicara. Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok-pokok materi yang disampaikan guru. Belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional, cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar. Kegiatan-kegiatan yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasikal. Siswa yang berjumlah orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama, umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah. Dasar pemikiran metode pembelajaran konvensional adalah karena adanya anggapan bahwa kelas yang terdiri dari anak-anak sebaya, maka mereka relatif memiliki perhatian, minat, pengalaman, dan kemampuan yang sama pula, sehingga mereka diberikan program pembelajaran yang sama. Tujuan dari

28 44 pembelajaran konvensional adalah menanamkan pengetahuan kepada siswa. Siswa dianggap pasif dan sepenuhnya sebagai objek pembelajaran. Pembelajaran ini lebih bersifat teacher center, karena guru lah yang memegang peranan utama. Berdasarkan karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi, karena salah satu karakteritiknya adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa siswa memiliki posisi sentral unruk mengembangkan kompetensinya, dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. 7. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Pembelajaran Konvensional Beberapa kelemahan metode pembelajaran konvensional, dengan menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2007) adalah sebagai berikut: a. Membuat siswa pasif b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa c. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya d. Bila terlalu lama membosankan e. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) Suryosubroto, (2002:166) mengatakan beberapa kelemahan metode ceramah yaitu Guru sukar mengetahui sampai dimana siswa mengerti pembicaraanya dan siswa sering kali memberi pengertian lain dari pembicaraan guru. Disamping kelemahan dari metode pembelajaran konvensional, dengan menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, metode pembelajaran

29 45 konvensional ini juga memiliki beberapa keunggulan. Hal tersebut diutarakan oleh Syaiful Bahri Djamarah ( 2007) sebagai berikut: a. Guru mudah menguasai kelas b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar d. Mudah dilaksanakan 8. Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Konvensional Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran konvensional dengan menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, menurut Syaiful Sagala (2007:202) adalah sebagai berikut: a. Tahap pendahuluan 1) Guru membuka pelajaran sambil memberi pengarahan dan motivasi kemudian menjelaskan sekilas materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. 2) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai terlebih dahulu kepada siswa, agar siswa mengetahui arah kegiatan dalam belajar. 3) Sebelum memulai membahas materi yang akan disampaikan. Guru bertanya terlebih dahulu seputar materi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine untuk mengetahui kemampuan awal siswa. 4) Kemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas. 5) Memancing pengalaman siswa, yang cocok dengan materi yang akan dipelajarinya. b. Tahap Pelaksanaan 1) Perhatian siswa dari awal sampai akhir pelajaran, harus tetap terpelihara agar tetap fokus nmemperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. 2) Menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak berbelit-belit dan tidak meloncat-loncat. 3) Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif, jangan membiarkan siswa hanya duduk dan mendengarkan, beri kesempatan untuk berfikir dan berbuat. Misalnya pelatihan mengerjakan tugas, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, atau melihat peragaan. 4) Memberi ulangan pelajaran kepada responsi. Jawaban yang salah dan benar perlu ditanggapi sebaik-baiknya. 5) Menggunakan media pelajaran yang variatif sesuai dengan tujuan pelajaran.

30 46 c. Tahap evaluasi 1) Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan, dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan guru. 2) Memberi kesempatan kepada siswa, untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan. 3) Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur peningkatan siswa. 9. Skema Pembelajaran Konvensional Persiapan materi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine. Guru membuka pelajaran sambil memberi pengarahan dan motivasi kemudian menjelaskan sekilas materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai terlebih dahulu kepada siswa, agar siswa mengetahui arah kegiatan dalam belajar. Sebelum memulai membahas materi yang akan disampaikan. Guru bertanya terlebih dahulu seputar materi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Guru mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas. Memancing pengalaman siswa, yang cocok dengan materi yang akan dipelajarinya. Tahap pelaksanaan pembelajaran. Guru harus menjaga perhatian siswa dari awal sampai akhir pelajaran agar tetap fokus nmemperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

31 47 Guru menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak berbelit-belit dan tidak meloncat-loncat. Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif, jangan membiarkan siswa hanya duduk dan mendengarkan, beri kesempatan untuk berfikir dan berbuat. Guru memberikan ulangan pelajaran kepada responsi. Jawaban yang salah atau benar perlu ditanggapi sebaik-baiknya. Menggunakan media pembelajaran yang variatif sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menutup pelajaran. Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan, dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan guru. Memberi kesempatan kepada siswa, untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan. Guru memberikan tugas individual. Gambar 2.5 Skema Pembelajaran Konvensional C. Aktivitas Belajar Proses pembelajaran tidak akan lepas dari aktivitas yang melibatkan antara siswa, guru, dan lingkungan sekitarnya. Aktivitas belajar itu adalah aktivitas berupa fisik maupun mental. Sardiman (2007:101) mengelompokan kegiatan siswa dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar.

32 48 2. Oral activities, misalnya: bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, wawancara, diskusi. 3. Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, atau pidato. 4. Writing activities, misalnya: menulis cerita atau laporan, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, praktik. 7. Mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, membuat keputusan. 8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, gugup, tenang, berani. 1. Aktivitas Belajar dengan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Aktivitas belajar menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya terdiri dari tiga, yaitu: aktivitas guru, aktivitas tutor, dan aktivitas siswa. a. Aktivitas Guru Berdasarkan penjelasan diatas mengenai metode tutor sebaya, maka guru memiliki aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan agar kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik. Secara garis besar kegiatan guru dalam pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai pembimbing dan fasilitator, baik bagi tutor ataupun bagi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. 2) Guru menentukan berapa siswa yang akan diangkat menjadi tutor, dengan memperhatikan hasil pretes serta keaktifan siswa di dalam kelas. 3) Guru memberi bimbingan kepada tutor mengenai tugas dan perannya sebagai tutor. Hal ini dapat dilakukan beberapa kali, sehingga siswa yang berperan sebagai tutor benar-benar mengerti tugasnya dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaan bimbingan ini bisa dilakukan di luar jam pembelajaran atau sebelum proses pembelajaran.

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya ) Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ Metode Metode Instruksional Dina Amelia/ 702011094 1. Peer Tutoring Tutor sebaya adalah seorang/ beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsentrasi Siswa 1. Pengertian konsentrasi Konsentrasi menurut Sardiman (2007: 40) dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Kompetensi Belajar Berdasarkan pendapat Yamin (2010) kompetensi adalah kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran. a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan pembelajaran. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung maupun tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri Masalah dengan percaya diri hampir dialami oleh setiap individu dari usia remaja hingga dewasa. Percaya diri merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Aktivitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu sangat penting untuk memperhatikan kemajuan pendidikan yang ada di negara kita. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3). 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang - undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif. BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis a. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis sebagai salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI METODE PEER TUTORING PADA SISWA KELAS V SDN 1 PANDOWAN, KULON PROGO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI METODE PEER TUTORING PADA SISWA KELAS V SDN 1 PANDOWAN, KULON PROGO PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI METODE PEER TUTORING PADA SISWA KELAS V SDN 1 PANDOWAN, KULON PROGO Siti Sugiarti Guru di SDN 1 Pandowan, Galur, Kulon Progo Abstrak

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email : seriussembiring@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia pada umumnya dan pendidikan pada khususnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

MEIDITA CAHYANINGTYAS K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Proses belajar tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran gotong royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Energi Panas Mengenai hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi saat melakukan Program Latihan Profesi (PLP) di SMKN 2 Cimahi pada Mata Pelajaran Teknik Pengendali, terdapat beberapa permasalahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku intelektual, moral, maupun sosial. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Scaffolding Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa bangunan kerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rata diberi tugas untuk membantu kesulitan temannya untuk membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rata diberi tugas untuk membantu kesulitan temannya untuk membantu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2 Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Tutor sebaya adalah siswa dikelas tertentu yang memiliki kemampuan diatas rata rata diberi tugas untuk membantu kesulitan

Lebih terperinci