TANGGUNG JAWAB HUKM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANGGUNG JAWAB HUKM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN"

Transkripsi

1 SKRIPSI TANGGUNG JAWAB HUKM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN OLEH : NI LUH DEWI PRATIWI NPM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR 2017 i

2 TANGGUNG JAWAB HUKM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN OLEH : NI LUH DEWI PRATIWI NPM Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar ii

3 SKRIPSI I SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN PADA TANGGAL, 2017 Menyetujui Dosen Pembimbing Pembimbing I Dr. I Nyoman Sujana,SH.M.hum. NIK Pembimbing II A.A SG Laksmi Dewi,SH.MH. NIK Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Universitas Warmadewa DR. I Nyoman Putu Budiartha,SH.MH. NIP iii

4 PERNYATAAN ORISINALITAS Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara terang dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana Hukum) dibatalkan, serta di proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, Februari 2017 Mahasiswa, Ni Luh Dewi Pratiwi NPM iv

5 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENERAPAN LEMBAGA PAKSA BADAN TERHADAP DIREKSI PERSEROAN TERBATAS YANG DIJATUHI PUTUSAN PAILIT Skripsi ini merupakan tugas akhir selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar dan sebagai syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum (S-1) Adapun keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari keluarga dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. dr. Dewa Putu Widjana, DAP & E.Sp.Par.K, Rektor Universitas Warmadewa Denpasar. 2. Bapak Dr. I Nyoman Putu Budiartha, SH,MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar. 3. Dr. I Nyoman Sujana, SH,M.Hum dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak membimbing penulis sehingga skripsi ini bisa dirampungkan. 4. Ibu A.A. Sagung Laksmi Dewi, SH., MH, dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini, yang telah banyak membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Ibu Ni Luh Made Mahendrawati, S.H.,M.Hum., selaku Ketua Pengelola Kelas Reguler B Fakultas Hukum Universitas Warmadewa. v

6 6. Bapak/Ibu Dosen serta staf yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Warmadewa yang telah banyak membimbing penulis serta memberikan pelayanan administrasi oleh seluruh staf sehingga dalam penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 7. Orang tua dan saudara yang penulis cintai, yang telah begitu banyak memberi dorongan dan bantuan materi maupun moral yang tak terhingga, hingga selesainya penulisan skripsi ini. 8. Teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dan mendukung terselesainya penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk bahan perbaikan, terutama dari dosen Tim Penguji untuk tidak jauhnya menyimpang dari apa yang diharapkan. Sebagai akhir kata smeoga apa yang penulis dapat paparkan dalam skripsi ini ada manfaatnya bagi kita, demi kemajuan khususnya dalam bidang ilmu hukum Denpasar, Februari 2017 Penulis, Ni Luh Dewi Pratiwi NPM vi

7 ABSTRAK Berdirinya suatu perusahaan, tentu saja tidak selalu berjalan dengan lancar karena akan ada masalah yang timbul dalam perusahaan. Masalah yang timbul tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal tetapi tidak jarang masalah bahkan timbul dari faktor internal. Contoh masalah yang timbul karena faktor internal yaitu masalah yang timbul dari karyawan perusahaan itu sendiri. Kesalahan karyawan dapat merugikan dua pihak, yang pertama adalah merugikan konsumen dan yang kedua merugikan perusahaan itu sendiri. Konsumen tentu saja akan merasa sangat dirugikan oleh perusahaan dan akan meminta pertanggung jawaban perusahaan berupa ganti rugi atas segala kerugian yang dideritanya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, 1. Bagaimanakah tanggung jawab hukum perusahaan (P.T) terhadap kesalahan karyawan yang dapat merugikan konsumen? 2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa jika pihak perusahaan (P.T) tidak bersedia mengganti kerugian konsumen yang telah dirugikan? Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini untuk mengetahui mengenai tanggungjawab perusahaan (PT) terhadap kesalahan karyawan yang merugikan konsumen dan untuk mengetahui penyelesaian sengketa jika perusahaan (PT) tidak bersedia mengganti rugi terhadap konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap kesalahan karyawan yang merugikan konsumen yaitu berupa ganti kerugian kepada konsumen walaupun kesalahan tersebut dilakukan oleh karyawan perusahaan karena hal ini telah diatur dalam Pasal 1367 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Penyelesaian sengketa jika perusahaan tidak bersedia mengganti kerugian konsumen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyelesaian sengketa secara litigasi dan non litigasi. Dalam hal menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen biasanya pelaku usaha lebih memilih jalur non litigasi yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ( BPSK ). Kata Kunci: Lembaga Paksa Badan, Direksi Perseroan Terbatas, Putusan Pailit vii

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... HALAMAN PENILAIAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vii viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian Jenis Penelitian dan Pendekatan Masalah Sumber Bahan Hukum Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Analisis Bahan Hukum BAB II TANGGUNG JAWAB PERSEROTERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN 2.1 Pengertian Perusahaan dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha viii

9 2.2 Tanggung Jawab Pelaku Usaha Kepada Konsumen Perjanjian Kerja Jenis Jenis Perjanjian Kerja.. 28 BAB III PENYELESAIAN SENGKETA JIKA PIHAK PERUSAHAAN TIDAK BERSEDIA MENGGANTI KERUGIAN KONSUMEN 3.1 Pengertian Kerugian, Konsumen dan Sengketa Jenis Jenis Penyelesaian Sengketa BAB IV SIMPULAN dan SARAN 4.1 Simpulan Saran DAFTAR BACAAN ix

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, perkembangan ekonomi di Indonesia semakin membaik dari tahun-tahun sebelumnya, karena kehadiran investor-investor asing maupun dalam negeri merupakan salah satu penyebab pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia yang melakukan investasi secara langsung. Investasi langsung yaitu penanaman modal secara langsung dengan mendirikan suatu perusahaan yang menghasilkan barang dan/atau jasa, dengan berdirinya perusahaan-perusahaan di Indonesia tentu saja akan mengubah perekonomian di Indonesia untuk menjadi lebih baik, investasi tidak hanya memberi keuntungan bagi para investor saja melainkan dapat memberi keuntungkan juga bagi masyarakat karena semakin banyaknya perusahaan yang didirikan maka semakin luas pula lapangan pekerjaan bagi mereka. Peran pekerja/buruh tentu saja sangat penting di dalam mendirikan perusahaan guna dapat membantu perusahaan untuk memproduksibarang dan/atau jasa yangberkualitas. Berdirinya suatu perusahaan,tentu saja tidak selalu berjalan dengan lancar karena akan ada masalah yang timbul dalam perusahaan.masalah yang timbul tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal tetapi tidak jarang masalah bahkan timbul dari faktor internal.contoh masalah yang timbul karena faktor internal yaitu masalah yang timbul dari karyawan perusahaan itu sendiri. Kesalahan karyawan dapat merugikan dua pihak, yang pertama adalah merugikan konsumen dan yang kedua merugikan perusahaan itu sendiri.konsumen tentu 1

11 saja akan merasa sangat dirugikan oleh perusahaan dan akan meminta pertanggung jawaban perusahaan berupa ganti rugi atas segala kerugian yang dideritanya, tetapi perusahaan sering kali tidak bersedia bertanggung jawab terhadap kerugian konsumen karena perusahaan merasa bahwa bukan perusahaan yang melakukan kesalahan yang dapat menimbulkan kerugikan pada konsumen melainkan karyawannya yang melakukan kesalahan sehingga membuat konsumen merasa dirugikan, jadi karyawan yang harus bertanggung jawab bukan perusahaan. Karyawan seringkali menggunakan profesinya sebagai sarana untuk menipu konsumen, dengan bertingkah laku sopan dan ramah kepada konsumen, akan membuat konsumen dengan mudah untuk ditipu oleh karyawan apalagi karyawan tersebut bekerja dengan mengatasnamakan perusahaan tentu akan membuat konsumen akan semakin percaya terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan tersebut. Ketika konsumen merasa dirugikan, tentu saja akan meminta pertanggung jawaban kepada tempat perusahaannya bekerja, tetapi seringkali pihak perusahaan tidak bersedia bertanggung jawab atas kerugian konsumen yang disebabkan oleh karyawannya. Tindakan perusahaan yang melepaskan tanggung jawabnya disebabkan karena tidak adanya aturan yang jelas tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab terkait dengan hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan atau terjadi kekaburan norma dan pengaturan kontrak kerja antara perusahaan dengan karyawannya. Menurut Guidelines for Consumer Protectionof 1985, yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) menyatakan: konsumen yang dimanapun mereka berada, dari segala bangsa, mempunyai hak-hak dasar sosialnya. Yang 2

12 dimaksud hak-hak dasar tersebut adalah hak untuk mendapatkan ganti rugi hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar, dan jujur; hak untuk mendapatkan ganti rugi; hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar manusia (cukup pangan dan papan); hak untuk mendapat lingkungan yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga lingkungan; dan hak untuk mendapatkan pendidikan dasar. PBB menghimbau agar seluruh anggotanya memberlakukan hak-hak konsumen tersebut di negaranya masing-masing. 1 Sikap tanggung jawab tidak hanya penting bagi individu, tetapi sikap tanggung jawab juga penting dalam suatu perusahaan karena dengan tanggung jawab membuat konsumen merasa puas dengan pelayanan perusahaan dan terlihat profesional dimata konsumen. Konsumen yang merasa puas pada produk/jasa yang dibeli dan digunakannya akanmembangun kesetiaan pada konsumen terhadap barang/jasa yang dihasilkan perusahaan. 2 Menurut WJS Poerwodarminto tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan sebagainya. Dengan demikian jika terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya. Sedangkan tanggung jawab menurut kamus umum Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umumindonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. 3 1 Adrian Sutedi, 2009,Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Ghalia Indonesia, hal Etta Mamang Sangadji, Sopiah, 2014, Perilaku Konsumen, hal WJS Poerwodarminto,Kamus Umum Indonesia, amin.blogspot.com/2012/03/manusia-dan-tanggung-jawab_02.html, diakses pada hari Senin 8 September 2014 pukul Wita 3

13 Tanggung jawab sangat penting dalam suatu perusahaan, karena tanggung jawab merupakan salah satu kewajiban dari pelaku usaha terhadap konsumen. Jadi yang dimaksud dengan tanggung jawab perusahaan merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk menanggung segala resiko dan menggati kerugian yang diakibatkan oleh perusahaan, baik yang dilakukan langsung oleh perusahaan itu sendiri maupun karyawan yang bekerja pada perusahaan. Segala sesuatu yang dilakukan dengan mengatasnamakan perusahaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen maka perusahaan wajib menanggung resiko dan mengganti kerugian konsumen. Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara saksama. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam produk barang atau pelayanan jasa yang dipasarkan kepada konsumen di tanah air, baik melauli promosi, iklan, maupun menawarkan secara langsung. Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang dan/atau jasa yang diinginkan, konsumen hanya akan menjadi objek eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab atau bahkan dari karyawan perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Tanpa disadari, konsumen menerima begitu saja barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya. Menurut penjelasan umum Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, faktor utama yang menjadi penyebab eksploitasi terhadap konsumen adalah masalah rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan haknya. Oleh karena itu, keberadaan Undang-undang Perlindungan Konsumen adalah sebagai landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) untuk 4

14 melakukan upaya peberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.selain rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan haknya, yang menjadi faktor lain penyebab eksploitasi terhadap konsumen adalah belum terkondisikannya masyarakat konsumen karena memang sebagian masyarakat ada yang belum mengetahui hak-hak mereka dan kemana haknya dapat disalurkan jika mereka mendapat kesulitan atau kekurangan dari standar barang atau jasa yang sewajarnya, belum terkondisikannya masyarakat konsumen menjadi masyarakat yang mempunyai kemauan untuk menuntut hak-haknya, proses peradilan yang rumit dan memakan waktu yang berkepanjangan, dan posisi konsumen yang selalu lemah. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut yang berjudul TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan : 1. Bagaimanakah tanggung jawab hukum perusahaan (P.T) terhadap kesalahan karyawan yang dapat merugikan konsumen? 2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa jika pihak perusahaan (P.T) tidak bersedia mengganti kerugian konsumen yang telah dirugikan? 5

15 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum 1 Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya dibidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat 2 Memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di bidang ilmu hukum pada fakultas hukum universitas warmadewa 3 Mengembangkan diri mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat Tujuan Khusus 1 Mengetahui mengenai tanggungjawab perusahaan (PT) terhadap kesalahan karyawan yang merugikan konsumen 2 Untuk mengetahui penyelesaian sengketa jika perusahaan (PT) tidak bersedia mengganti rugi terhadap konsumen 1.4 Kegunaan Kegunaan Teoritis Kegunaan secara teori adalah : a. Supaya kita mengetahui sebagai konsumen lebih cerdas dalam memilih produk dan melakukan transaksi kepada suatu perusahaan guna tidak dirugikan oleh pihak yang tidak mau bertanggung jawab b. Supaya kita mengetahui agar perusahaan lebih mengawasi karyawan-karyawannya dalam bekerja agar tidak melakukan kesalahan yang merugikan konsumen 6

16 c. Supaya kita mengetahui karyawan agar dalam melaksanakan pekerjaannya dapat melayani konsumen dengan baik, memberikan informasi yang jujur dan melakukan pekerjaan denganetikat baik sehingga konsumen merasa puas dengan produk barang/jasa yang dibeli di perusahaan tersebut Kegunaan Praktis Kegunaan secara praktik adalah : a. Bagi konsumen lebih cerdas dalam memilih produk dan melakukan transaksi kepada suatu perusahaan guna tidak dirugikan oleh pihak yang tidak mau bertanggung jawab b. Bagi perusahaan, lebih mengawasi karyawan-karyawannya dalam bekerja agar tidak melakukan kesalahan yang merugikan konsumen c. Bagi karyawan agar dalam melaksanakan pekerjaannya dapat melayani konsumen dengan baik, memberikan informasi yang jujur dan melakukan pekerjaan denganetikat baik sehingga konsumen merasa puas dengan produk barang/jasa yang dibeli di perusahaan tersebut 1.5 Tinjauan Pustaka Perseroan Terbatas atau PT adalah suatu bentuk perusahaan yang dimana modalnya terbagi atas saham-saham dan tanggung jawab dari pemegang saham PT (Perseroan Terbatas). Karyawan adalah setiap orang yang memberikan jasa kepada perusahaan atau organisasi yang membutuhkan jasa tenaga kerja yang 7

17 mana dari jasa tersebut karyawan akan mendapatkan balas jasa berupa gaji dan kompensasi lainnya. Sedangkan konsumen menurut Undang-undang no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen : Pasal 1 butir 2 : Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Hornby : Konsumen (consumer) adalah seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa; seseorang atau suatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu; sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang; setiap orang yang menggunakan barang atau jasa. Didalam realitas bisnis seringkali dibedakan antara : 1. Consumer (konsumen) dan Custumer (pelanggan). a. Konsumen adalah semua orang atau masyarakat. Termasuk pelanggan. b. Pelanggan adalah konsumen yang telah mengkonsumsi suatu c. produk yang di produksi oleh produsen tertentu. 2. Konsumen Akhir dengan Konsumen Antara : a. Konsumen akhir adalah Konsumen yang mengkonsumsi secara langsung produk yang diperolehnya; b.konsumen antara adalah konsumen yang memperoleh produk untuk memproduksi produk lainnya. Menurut Undang-undang no. 8 Tahun 1999, pasal 1 butir 1 : segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. 8

18 GBHN 1993 melalui Tap MPR Nomor II/MPR/1993, Bab IV, huruf F butir 4a: pembangunan perdagangan ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan daya saing, meningkatkan pendapatan produsen, melindungi kepentingan konsumen. Hukum perlindungan konsumen adalah : Keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/ atau jasa konsumen. Jadi, kesimpulan dari pengertian pengertian diatas adalah : Bahwa Hukum perlindungan Konsumen dibutuhkan apabila kondisi para pihak yang mengadakan hubungan hukum atau yang bermasalah dalam keadaan yang tidak seimbang. 1.6 METODE PENELITIAN Metode penelitian dalam sebuah penelitian mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai pedoman guna mempermudah dalam mempelajari, menganalisis dan memahami permasalahan yang sedan diteliti. Sehingga akan mendapatkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan hasil penelitian yang di harapkan Jenis Penelitian Dalam melakukan penelitian khususnya penelitian hukum diperlukan metode penelitian dimana dengan menggunakan metode yang baik maka akan mendapat hasil yang maksimal dari permasalahan yang di teliti. Maka dari itu pengelolaan dan analisis bahan hukum yang digunakan oleh penulis merujuk pada jenis 9

19 penelitian normatif yaitu menelaah atau berpedoman pada literatur-literatur yang berupa peraturan perundang-undangan maupun ketentuan yang erat kaitannya dengan aspek yuridis formal tentang pokok permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini. Bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal bahan hukum sekunder saja, yang terdiri dari : bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Pada jenis ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas Pendekatan Masalah Untuk membahas dan menganalisis permasalahan, maka metode pendekatan yang digunakan adalah : 1. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) yaitu suatu pendekatan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkutan dengan isi hukum yang di hadapi. Dalam pendekatan mengkaji peraturan perundang-undangan yang relevan dengan masalah yang di teliti. 2. Pendekatan konsep (Conceptual Approach) yaitu, suatu pendekatan yang mempelajari pandangan dan doktrin-doktrin ilmu hukum dimana penelitian akan melahirkan pengertian, konsep dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang di hadapi. Dalam pendekatan ini mengkaji teori, kosep, pandangan para ahli sesuai dengan tema yang dibahas Sejarah Hukum yaitu bidang studi tentang bagaimana hokum berkembang dan apa yang menyebabkan perubahannya. 4. Perbandingan Hukum adalah metode yang membandingkan suatu system hukum dan perbandingan tersebut menghasilkan data system hukum yang dibandingkan 5. Kasus merupakan suatu permasalahan atau perkara yang masuk dalam ranah hukum yang dapat dibagi menjadi kasus pidana dan perdata 4 Djudju Hendro, 2015, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dari Iklan Di Televisi Yang Menyesatkan Perspektif Hukum Positif Di Indonesia, ( SKRIPSI S1 Hukum Universitas Mataram), hal

20 1.6.3 Sumber Bahan Hukum Dalam penelitian ini menggunakan sumber hukum normatif yang berpedoman pada perundang-undangan yaitu dengan mempelajari dan menelaah bahan hukum yang berkaitan dengan pembahasan yang akan dikaji. Adapun bahan hukum yang dimaksud adalah : 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang berasal dari ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap kesalahan karyawan yang merugikan konsumen, terdiri dari : a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen b. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan c. Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan d. Kitab Undang-undang hukum Perdata e. Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku, refrensi makalah-makalah hasil seminar, majalah-majalah ilmiah, internet serta bahan-bahan lain yang diperoleh dari dokumen resmi lainnya. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang merupakan bahan hukum yang bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Inggris, ensiklopedia dan lain-lain. 11

21 1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Bahan hukum yang dikumpulkan dengan cara studi dokumen, baik terhadap peraturan perundang-undangan, literatur, dan karya tulis yaitu dengan mengkaji dan menghimpun bahan-bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, buku dan laporan penulisan serta bentuk bahan-bahan kepustakaan lainnya yang ada relevansinya dan berkenaan dengan masalah yang diteliti. Studi dokumen dengan menginventarisasi, menyusun berdasarkan subjek, selanjutnya dikaji atau dipelajari, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang bahas dalam penelitian yaitu tanggung jawab perusahaan terhadap kesalahan karyawan yang merugikan konsumen menurut sistem hukum Indonesia Analisis Bahan Hukum Analisis bahan hukum setelah terkumpul kemudian diidentifikasikan sedemikian rupa kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian. Data-data dianalisis dengan pemaparan secara sistematis dan runtut terhadap ketentuan-ketentuan yang tidak jelas ditafsirkan sesuai metode interpretasi yang digunakan adalah penalaran deduktif. Penalaran deduktif yaitu metode penyimpulan data dari umum ke khusus, artinya melakukan pengkajian terhadap berbagai refrensi baik aturan perundangundangan, buku-buku literatur, kemudian dikaji secara spesifik dan mendalam guna memperoleh norma-norma dan asas-asas hukum atau memilih pasal-pasal yang ada relevansinya dengan permasalahan yang diangkat. 12

22 BAB II TANGGUNGJAWAB PERSERO TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN 2.1 Pengertian Perusahaan dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Definisi atau pengertian perusahaan secara umum tidak dijelaskan baik didalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang maupun Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hal ini karena kekuasaan perundang-undangan menyerahkan sepenuhnya penetapan pengertian itu kepada dunia keilmuan maupun yurisprudensi, sehingga dengan demikian akan terdapat beberapa pengertian berbeda-beda mengenai perusahaan.menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan perusahaan adalah : Setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus, bekerja serta berkedudukan di wilayah Indonesia dengan tujuan utama mencari keuntungan Selanjutnya di dalam mendirikan suatu perusahaan tentu tidak lepas dari tanggung jawab karena tanggung jawab merupakan salah satu kewajiban dari pelaku usaha terhadap konsumen, karyawan maupun lingkungan sekitarnya. Tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak di sengaja, tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu 13

23 sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing-masing orang akan memikul suatu tanggung jawabnya sendiri-sendiri. Apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka tentu ada pihak lain yang memaksa untuk tindakan tanggung jawab tersebut. Segala kesasalahan atau kelalaian pelaku usaha yang dapat menimbulkan kerugian pada konsumen khususnya, atau kepada masyarakat umumnya haruslah bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkannya. 5 Kerugian yang di derita oleh konsumen tidak selalu disebabkan oleh perusahaan, kerugian tersebut bisa saja terjadi karena kesalahan karyawan perusahaan yang dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat merugikan konsumen demi keuntungan pribadi. Definisi dari kesalahan merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh suatu individu atau sekelompok orang yang dimana perbuatan tersebut dilakukan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang berdampak buruk bagi orang yang dirugikannya. Manusia tidak lepas dari kesalahan, terkadang manusia sengaja melakukan kesalahan demi menguntungkan dirinya sendiri tanpa memikirkan kerugian yang di derita oleh orang yg dirugikan, tidak terkecuali kesalahan juga sering dilakukan oleh karyawan demi mendapatkan keuntungan dengan menggunakan profesinya. Pada dasarnya tindakan-tindakan karyawan telah diatur dalam aturan internal dalam perusahaan baik dalam bentuk peraturan perusahaan maupun kode etik dalam perusahaan, hal ini diperlukan agar karyawan tidak melakukan hal-hal yang dapat berdampak buruk bagi perusahaan, rekan kerja atau konsumen. Berikut ini adalah jenis-jenis kesalahan karyawan : Zaeni Asyhadie, Op.cit, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia hal. 14

24 1. Melakukan penipuan, penggelapan, pencurian barang atau uang milik perusahaan; 2. Memberikan keterangan palsu yang dapat merugikan karyawan; 3. Terlambat masuk kerja; 4. Sering bolos atau tidak masuk kerja; 5. Meminum-minuman keras atau memakai obat-obatan terlarang pada saat jam kerja atau dilingkungan kerja; 6. Dengan sengaja atau tidak membongkar rahasia perusahaan, dan lain-lain yang dapat merugikan perusahaan. 6 Apabila karyawan terbukti melakukan kesalahan tersebut maka perusahaan dapat memberi sanksi pada karyawan, sanksi-sanksi yang dapat diberikan antara lain : a. Peringatan tertulis (pertama, kedua,dan ketiga) b. Pemindahan tugas c. Pengurangan upah atau gaji d. Penurunan atau penundaan jabatan e. Diberhentikan sementara f. Diberhentikan dengan hormat, dan g. Diberhentikan tidak hormat. 7 Semua sanksi-sanksi tersebut dapat diberikan kepada karyawan harus berdasarkan pada tingkat kesalahan atau kelalaian yang telah dilakukannya. Selanjutnya tanggung jawab merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh setiap individu tanpa terkecuali, begitu juga halnya dalam mendirikan suatu perusahaan. Perusahaan harus memiliki rasa tanggung jawab bagi konsumen maupun tenaga kerjanya, sikap tanggung jawab sangat berperan penting dalam 6 Loc.cit 7 diakses pada hari Selasa, 9 Desember 2014 pukul Wita 15

25 suatu perusahaan demi terlihatnya sikap profesionalitas perusahaan di mata konsumen maupun karyawannya. Dalam suatu perusahaan tentu saja tidak selalu berjalan dengan lancar, tentu akan saja ada masalah yang timbul dari perusahaan baik masalah yang timbul dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Kesalahan perusahaan tidak jarang disebabkan oleh faktor internal perusahaan, misal kesalahan tersebut disebabkan oleh karyawan perusahaan yang menipu konsumen saat melaksanakan pekerjaannya sehingga merugikan konsumen. Konsumen yang merasa dirugikan oleh perusahaan tentu akan meminta pertanggung jawaban kepada perusahaan, konsumen tidak memperdulikan siapa pihak yang bersalah atau tidak dalam penyebab kerugiannya tersebut, konsumen hanya mengetahui bahwa dia harus meminta pertanggung jawaban kepada perusahaan tempatnya membeli barang/jasa yang dikonsumsinya. Di dalam prinsip-prinsip tanggung jawab kita mengenal salah satu prinsip yaitu prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan, prinsip ini dapat kita kaitkan dengan kesalahan karyawan yang merugikan konsumen, yang dimana dalam prinsip ini menyatakan bahwa seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum apabila ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Di dalam Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang mengatur perbuatan melawan hukum mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok perbuatan melawan hukum, yaitu : a. Adanya perbuatan; b. Adanya unsur kesalahan; 16

26 c. Adanya kerugian yang diderita; d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. 8 Jika dilihat dari empat unsur pokok perbuatan melawan hukum diatas, tentu hal ini dapat dikaitkan dengan perbuatan karyawan yang melawan hukum sehingga berdampak kerugian pada konsumen. Dalam hal ini perusahaan wajib bertanggung jawab kepada konsumen, tanggung jawab itu dapat berupa ganti rugi yang diberikan pada konsumen. Mengenai tanggung jawab pelaku usaha telah diatur dalam Pasal 1367 Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada alinea pertama dan kedua yang berbunyi : Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan atas perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusanurusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu. Dari bunyi pasal di atas maka dapat dikatakan bahwa perusahaan selaku pelaku usaha yang mempekerjakan orang-orang untuk membantu dalam kegiatan bisnisnya wajib bertanggung jawab kepada konsumen atas segala kerugian yang diderita oleh konsumen, baik kesalahan tersebut disebabkan oleh perusahaan maupun pembantu-pembantu perusahaan karena karyawan bekerja atas perintah perusahaan hanya saja dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan tersebut tidak melakukannya dengan itikad baik.tetapi pada prakteknya ada beberapa perusahaan yang tidak bersedia bertanggung jawab atas kerugian konsumen yang disebabkan oleh karyawannya, hal ini dapat 8 Asyhadie, Op.Cit,Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, hal

27 dikarenakan perusahaan tidak mau rugi atas kesalahan karyawan yang merugikan konsumen, tetapi perusahaan tentu tidak melepas tanggung jawab begitu saja perusahaan akan tetap membantu konsumen untuk menerima ganti rugi hanya saja peran perusahaan hanyalah sebagai jembatan penyelesaian masalah antara karyawan dengan konsumen dan dalam hal ini karyawan yang harus bertanggung jawab atas kerugian konsumen bukan perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada konsumen dapat berupa ganti rugi seperti pengembalian uang atau penggantian uang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya. Dalam hal ini yang ditekankan adalah pelaku usaha (pengusaha), ia wajib mengganti kerugian terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen baik kerugian itu disebabkan oleh perusahaan/pelaku usaha maupun orang-orang yang bekerja dibawahnya. Tetapi walapun perusahaan bersedia bertanggung jawab pada konsumen, karyawan tentu tidak boleh lepas tanggung jawab begitu saja, karyawan juga harus turut serta bertanggung jawab terhadap kerugian tersebut. 2.2 Tanggung Jawab Pelaku Usaha Kepada Konsumen Tanggung jawab yang diberikan kepada perusahaan tidak hanya diberikan kepada konsumen saja, tetapi apabila kerugian tersebut disebabkan oleh karyawannya maka perusahaan juga wajib memberikaan sanksikepada karyawannya yang telah diatur dalam Pasal 161 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi : (1) Dalam hal pekerja atau buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang dimaksud dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan suratperingatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. 18

28 (2) Surat peringatan sebagaimana yan dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku selama paling lama enam (6) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama (3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan kerja dengan alasan yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang pesangon sebesar satu (1) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar satu (1) kali ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Berdasarkan prosedur pemberian sanksi menurut Pasal 161 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dapat kita ketahui bahwa dalam memberikan sanksi terhadap karyawannya, perusahaan terlebih dahulu memberikan surat teguran kepada karyawan sebanyak tiga (3) kali berturut-turut, apabila karyawan tidak dapat memenuhi surat teguran tersebut maka pihak perusahaan dapat mengambil keputusan berupa sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawannya, tetapi sebelum pemutusan kerja diberikan perusahaan harus memerintahkan karyawannya untuk bertanggung jawab terhadap kerugian konsumen yang disebabkannya karena apabila perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya terlebih dahulu maka karyawanya dapat lepas dari tanggung jawabnya terhadap kerugian konsumen yang disebabkannya, setelah kewajiban itu diselesaikan oleh karyawan maka pihak perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan tersebut. Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 ayat (25), pengertian pemutusan kerja ialah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dengan pengusaha. 9 hlm Danang Sunyoto, Hak dan Kewajiban Bagi Pekerja dan Pengusaha, Pustaka Yustisia, 19

29 Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja atau buruh dengan alasan pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat sebagai beikut : a. Melakukan penipuan, pencurian, dan penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan; b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan; c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukan, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan kerja; d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja; e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha dilingkungan kerja; f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan; h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja apengusaha dalam keadaan bahaya ditempat kerja; i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara; atau b. Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang di ancam pidana penjara 5 ( lima) tahun atau lebih. Selain sanksi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diberikan oleh perusahaan, bagi pekerja yang melakukan pelanggaran ringan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dapat juga dikenakan denda (dalam prakteknya dilakukan dalam bentuk pemotongan upah). Hal ini merujuk pada Pasal 95 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan yang berbunyi: Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda. 10 Selain sanksi-sanksi diatas, apabila karyawan tersebut telah melakukan hal-hal yang membuat konsumen merasa dirugikan dan sampai membawa kasus tersebut ke pengadilan maka karyawan tersebut wajib menjalankan sanksi hukum yang telah diberikan oleh pengadilan karena bagaimanapun juga kesalahan tersebut disebabkan oleh karyawan sehingga ia 10 diakses pada hari Kamis 13 November 2015, pukul Wita 20

30 harus menjalani sanksi hukum yang diputuskan oleh pengadilan untuk mempertanggungjawabkan kesalahanya itu dan sebagai warga negara Indonesia yang baik kita harus mematuhi aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan menunjukan rasa tanggung jawab kepada konsumen akan membangun dan mempertahankan hubungan yan baik dengan konsumen merupakan kata kunci untuk sukses bagi sebuah perusahaan, 11 melalui perilaku inilah yang membuat suatu perusahaan berbeda dari perusahaan lainya. Menurut Happy Susanto menyatakan bahwa : Seiring dengan makin berkembangnya media masa promosi, iklan dan penawaran canggih, konsumen dihadapkan pada situasi yang sulit, konsumen hanya menjadi objek yang tidak mempunyai kekuatan mandiri untuk menimbang suatu barang/jasa yang akan dikonsumsi. Ketika mendapati masalah pada barang atau jasa tersebut, biasanya konsumen tidak bisa berbuat apa-apa, hanya diam seribu bahasa. Menurut hasil penelitian Badan dan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), ada lima faktor yang melemahkan konsumen yaitu : 1. Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan hak-haknya. 2. Belum terkondisikannya masyarakat konsumen karena memang sebagian masyarakat ada yang belum mengetahui tentang apa saja hak-haknya dan kemana hak-haknya dapat disalurkan jika mendapatkan kesulitan atau kekurangan dari standar barang atau jasa yang sewajarnya. 3. Belum terkondisikannya masyarakat konsumen menjadi masyarakat yang mempunyai kemauan untuk menuntut hak-haknya. 4. Proses peradilan yang ruet dan memakan waktu yang berkepanjangan. 5. Posisi konsumen yang selalu lemah. 12 Oleh karena itu perlunya pendidikan akan perlindungan konsumen agar konsumen mengetahui apa saja yang menjadi hak-hak dan kewajibannya sebagai konsumen agar konsumen dapat menjadi mandiri dan tidak selalu berada dibawah dari pelaku usaha sehingga pihak konsumen tidak mudah dipermainkan oleh pelaku usaha yang tidak mau bertanggung jawab. Adapun yang menjadi tujuan dari perlindungan konsumen telah di atur dalam Pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen, yaitu : 11 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Op.cit., hal Happy Susanto, Op.cit., hal

31 a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang/jasa. c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. f. Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. 2.3 Perjanjian Kerja Dalam kaitannya dengan hubungan hukum antara pengusaha dengan karyawan tidak bisa dipisahkan dengan perjanjian kerja, menurut Pasal 1 ayat (14) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/ buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.perjanjian kerja pada dasarnya harus memuat pula ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban pekerja/buruh dan hak dan kewajiban pengusaha. Ketentuan-ketentuan ini dapat pula ditetapkan dalam peraturan perusahaan yaitu peraturan yang secara sepihak ditetapkan dalam peratuan perusahaan. Dapat pula ditetapkan dalam suatu perjanjian, hasil musyawarah antara serikat pekerja (misalnya serikat pekerja seluruh Indonesia) dengan pihak pengusaha, perjanjian ini disebut perjanjian kerja bersama (PKB). Adapun jenis-jenis perjanjian kerja adalah sebagai berikut : 22

32 a. Perjanjian Tertulis Dalam membuat perjanjian kerja secara tertulis sekurang-kurangnya harus memuat antara lain ( Pasal 54 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ) : a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha; b. Nama, jenis alamat, umur dan alamat pekerja/buruh; c. Jabatan atau jenis pekerjaan; d. Tempat pekerjaan; e. Besarnya upah dan cara pembayarannya; f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh; g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja; h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. Dalam perjanjian tertulis setidak-tidaknya harus memuat tentang hak dan kewajiban antara pelaku usaha dengan karyawan, adapun hak dan kewajiban pengusaha dengan karyawan yaitu : 1. Adapun hak pengusaha adalah a. Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja. b. Berhak atas ditaatinya aturan kerja oleh pekerja, termasuk pemberian sanksi c. Berhak atas perlakuan yang hormat dari pekerja d. Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh pengusaha 2. Jika pengusaha memiliki hak tentu saja pengusaha juga memiliki kewajiban, adapun yang menjadi kewajiban pengusaha yaitu : a) Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan kewajiban menurut agamanya b) Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu, kecuali ada ijin penyimpangan c) Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan d) Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat peraturan perusahaan e) Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi f) Wajib mengikut sertakan dalam program Jamsostek Selain hak dan kewajiban pengusaha, pekerja juga memiliki hak dan kewajiban. Ada tiga kewajiban pekerja yang penting, yaitu kewajiban ketaatan, kewajiban konfidensialitas, dan kewajiban loyalitas: 1. Kewajiban ketaatan 23

33 Seorang karyawan yang memasuki sebuah perusahaan tertentu memiliki konsekuensi untuk taat dan patuh terhadap perintah dan petunjuk yang diberikan perusahaan karena mereka sudah terikat dengan perusahaan. Namun demikian, karyawan tidak harus mematuhi semua perintah yang diberikan oleh atasanya apabila perintah tersebut dinilai tidak bermoral dan tidak wajar. Seorang karyawan di dalam perusahaan juga tidak harus menaati perintah perusahaan tersebut apabila penugasan yang diberikan kepadanya tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati sebelumnya. 2. Kewajiban konfidensialitas Kewajiban konfidensialitas adalah kewajiban untuk menyimpan informasi yang sifatnya sangat rahasia. Setiap karyawan di dalam perusahaan, terutama yang memiliki akses ke rahasia perusahaan seperti akuntan, bagian operasi, manajer, dan lain lain memiliki konsekuensi untuk tidak membuka rahasia perusahaan kepada khalayak umum. Kewajiban ini tidak hanya dipegang oleh karyawan tersebut selama ia masih bekerja disana, tetapi juga setelah karyawan tersebut tidak bekerja di tempat itu lagi. Sangatlah tidak etis apabila seorang karyawan pindah ke perusahaan baru dengan membawa rahasia perusahaannya yang lama agar ia mendapat gaji yang lebih besar. 3. Kewajiban loyalitas Konsekuensi lain yang dimiliki seorang karyawan apabila dia bekerja di dalam sebuah perusahaan adalah dia harus memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Dia harus mendukung tujuan-tujuan dan visi-misi dari perusahaan tersebut. Karyawan yang sering berpindah-pindah pekerjaan dengan harapan memperoleh gaji yang lebih tinggi dipandang kurang etis karena dia hanya berorientasi pada materi belaka. Ia tidak memiliki dedikasi yang sungguh-sungguh kepada perusahaan di tempat dia bekerja. Maka sebagian perusahaan menganggap tindakan ini sebagai tindakan yang kurang etis bahkan lebih ekstrim lagi mereka menganggap tindakan ini sebagai tindakan yang tidak bermoral. 13 Sedangkan yang hak yang dapat diperoleh pekerja terhadap pengusaha yaitu : 1. Hak untuk mendapat upah/gaji 2. Hakatas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Hak atas pembinaan keahlian kejujuran untuk memperoleh serta menambah keahlian dan keterampilan lagi. 4. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,kesehatan serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. 5. Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja 6. Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa kerja 12 (dua belas) bulan bertutut-turut pada satu majikan atau beberapa majikan dari satu organisasi majikan. 7. Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan. 8. Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila saat diputuskan hubungan kerja ia sudah mempunyai masa kerja sedikit-dikitnya enam bulan 13 diakses pada hari Kamis, 22 Januari 2015 pukul Wita 24

34 terhitung dari saat dia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir, yaitu dalam hal hubungan kerja diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh buruh atau oleh buruh karena alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh majikan. 14 Perjanjian kerja hanya antara kedua pihak saja yaitu pihak pelaku usaha/ perusahaan dan pihak pekerja atau buruh, jika salah satu pihak tidak menyetujui isi dari perjanjian kerja maka tidak akan timbul perjanjian kerja antar para pihak. Dari pengertian perjajian kerja diatas makan unsur perjanjian kerja berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu : 1. Perjanjian 2. Antar pekerja atau buruh dengan pengusaha atau memberi kerja 3. Memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 15 Sebelum perjanjian kerja diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, perjanjian kerja telah diatur di dalam KUH Perdata dalam Pasal 1601a yang menentukan bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu, buruh mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak yang lain, majikan selama dalam waktu tertentu dengan menerima upah atau imbalan. Unsur-unsur perjanjian kerja menurut pasal 1601a KUH Perdata adalah : 1. Perjanjian 2. Pihak buruh mengikatkan diri kepada majikan 3. Suatu waktu tertentu 4. Buruh melakukan pekerjaan 5. Buruh menerima upah Perbedaan perjanjian kerja antara Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dengan KUH Perdata bahwa di dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, kedua belah pihak setara, sedangkan di dalam KUH Perdata tidak setara karena pihak buruh lebih rendah dari majikan Danang Sunyoto, Hak dan Kewajiban Bagi Pekerja dan pengusaha, hal Ibid 16 Rachmat Trijono, Op.cit., hal

35 Syarat sah perjanjian kerja menurut Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yakni : a. Kata sepakat b. Kecakapan c. Obyek tertentu d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Sedangkan syarat sah perjanjian kerja menurut pasal 52 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu : a. Kesepakatan kedua belah pihak b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Jenis Jenis Perjanjian Kerja Pada dasarnya, perjanjian kerja tidak harus dilakukan secara tertulis. Berdasarkan Pasal 50 jo. Pasal 51 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh, yang mana perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis atau lisan. Akan tetapi, terdapat pengecualian dalam hal perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT). 18 Dalam Pasal 57 UU Ketenagakerjaan ditegaskan bahwa PKWT harus dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. PKWT yang dibuat tidak tertulis dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).Dari ketentuan pasal Ibid 18 diakses pada hari Jumat, 13 Pebruari 2015 pukul Wita. 26

36 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu. 19 Adapun yang menjadi ketentuan mengenai perjanjian kerja untuk waktu tertentu yaitu : 1. Dibuat secara tertulis serta harus menggunakan Bahasa Indonesia dan huruf latin. 2. Jika dibuat tidak tertulis dianggap bertentangan dengan ketentuan diatas dan dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. 3. Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku adalah perjanjian kerja yang dibuat dalam Bahasa Indonesia. 20 Menurut Pasal 59 Ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan berbunyi Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaanya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun; c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan ata penjajakan. b. Perjanjian Lisan ( Tidak tertulis ) Dewasa ini perjanjian kerja umumnya secara tertulis, tetapi terkadang masih ada juga perjanjian kerja yang disampaikan secara lisan. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUKK) membolehkan hal tersebut dengan syarat perjanjian kerja yang dibuat secara lisan. 21 Akibat hukum dari perjanjian kerja yang dilakukan secara tidak tertulis (lisan) ini dapat mengakibatkan pemberi kerja dapat melakukan tindakan yang semena-mena terhadap buruh/pekerja seperti pemecatan/pemutusan hubungan kerja (PHK) 19 Danang Sunyoto, Hak dan Kewajiban bagi Pekerja dan Pengusaha, Pustaka Yustisia, hal Ibid 21 diakses pada hari Jumat, 13 Pebruari 2015 pukul Wita. 27

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi yang berhasil

Lebih terperinci

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO

SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN) PASAL 159 PASAL 162 2 PENGERTIAN PEMBERHENTIAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pekerja/buruh dan Pengusaha Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pekerja/buruh adalah Setiap orang yang bekerja

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XIII) PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1) copyright by Elok Hikmawati 1 Pemutusan Hubungan Kerja Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KERJA

SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA No. 168/SPK-01/AMARYAI/I/2017 Pada hari... tanggal... bulan... tahun... telah dibuat dan disepakati perjanjian kerja antara : Nama : PT.... Alamat : Jln.... Kemudian dalam hal ini

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN Ni Luh Dewi Pratiwi 1410121293 DR. I Nyoman Sujana, SH.M.hum. A.A SG Laksmi Dewi, SH.MH. ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :...

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Nomor :... Yang bertanda tangan dibawah ini : N a m a :... J a b a t a n :... A l a m a t :............ Dalam Perjanjian kerja ini bertindak untuk dan atas nama perusahaan...,

Lebih terperinci

Pemutusan Hubungan Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan Hubungan Kerja Suatu langkah pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha karena suatu hal tertentu. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan: Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan adalah salah satu masalah pokok yang sangat sering dihadapi oleh negara-negara seperti halnya Indonesia. Persoalan yang paling mendasar

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja HAK TENAGA KERJA ATAS JAMSOSTEK YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 1 Oleh: Marlina T. Sangkoy 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah Hak Tenaga Kerja atas Jamsostek yang mengalami

Lebih terperinci

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR 3.1. Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja oleh majikan adalah jenis PHK yang sering terjadi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-02/MEN/ 1993 TAHUN 1993 TENTANG KESEPAKATAN KERJA WAKTU TERTENTU MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai modal dari suatu usaha yang maju tetapi juga merupakan jalan atau modal utama untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan

Lebih terperinci

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Oleh: Arum Darmawati Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011 Hukum Ketenagakerjaan Seputar Hukum Ketenagakerjaan Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan Hubungan Kerja (Perjanjian

Lebih terperinci

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH.

Tata Tertib setiap pekerja ISH yang berada di layanan mengacu kepada Standard Operationg Procedure (SOP) yang dibuat oleh Div. Operation & ER ISH. A. Rujukan 1. Klausul 4.2.3 ISO 9001:2008 Pengendalian Dokumen 2. Klausul 4.2.4 ISO 9001:2008 Pengendalian Rekaman 3. Klausul 6.1 ISO 9001:2008 Pengelolaan Sumber Daya 4. Klausul 6.2 ISO 9001:2008 Sumber

Lebih terperinci

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 PENDAHULUAN Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat, dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja

2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA, PEMBERI KERJA, DAN PERJANJIAN KERJA 2.1 Pengertian Pekerja Rumah Tangga dan Pemberi Kerja 2.1.1. Pengertian pekerja rumah tangga Dalam berbagai kepustakaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI. pekerja diikat oleh suatu perjanjian yang disebut perjanjian kerja.

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI. pekerja diikat oleh suatu perjanjian yang disebut perjanjian kerja. BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS DAN KASUS POSISI A. Latar Belakang Pemilihan Kasus Pada dasarnya pekerja dan perusahaan merupakan dua faktor yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan. Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Hukum Ketenagakerjaan 2.1.1. Pengertian Ketenagakerjaan Menurut Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang Ketenagakerjaan menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja 2.1.1. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,

Lebih terperinci

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK Pada hari ini, tanggal bulan tahun Telah diadakan perjanjian kerja antara: 1. Nama : Alamat : Jabatan : Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) 2.

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN U M U M

BAB I KETENTUAN U M U M UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG K E T E N A G A K E R J A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] BAB XVI KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Bagian Pertama Ketentuan Pidana Pasal 183 74 1, dikenakan sanksi pidana

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. A. Alasan Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja

BAB II PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. A. Alasan Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja BAB II PROSEDUR PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Alasan Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja Alasan-alasan yang dapat membenarkan suatu pemberhentian/pemutusan dapat

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia

P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia P T G l o b a l T i k e t N e t w o r k Jl. Kawi No. 45, Setiabudi Jakarta Selatan 12980, Indonesia +622183782121 info@tiket.com http://www.tiket.com SURAT PERJANJIAN KERJA NO. 069/GTN/SPK-III/2013 Surat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS. tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut hanya diatur BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA YURIDIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK), maka keberadaan

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013 MK. ETIKA PROFESI ETIKA BISNIS Smno.tnh.fpub2013 Pengertian Etika Pengertian; Etika kata Yunani ethos, berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika flsafat moral, ilmu yang membahas nilai dan norma yang

Lebih terperinci

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (Termination of Employment Relationship) Amalia, MT SIKLUS MSDM Planning Siklus pengelolaan SDM pada umumnya merupakan tahapan dari: Attaining Developing Maintaining You can take

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya. Pada kemasan produk makanan import biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KETENAGAKERJAAN DAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) 1.1 Tenaga Kerja 1.1.1 Pengertian Tenaga Kerja Hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum masa kerja,

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. 1) Setiap bentuk usaha milik swasta yang memperkerjakan pekerjaan dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG JASA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN SWASTA Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-03/MEN/1996

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK 43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris; 59 dengan mencari unsur-unsur kesalahan dan kesengajaan dari Notaris itu sendiri. Hal itu dimaksudkan agar dapat dipertanggungjawabkan baik secara kelembagaan maupun dalam kapasitas Notaris sebagai subyek

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI KOTA DENPASAR

BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI KOTA DENPASAR 20 BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA ANAK DI KOTA DENPASAR 2.1 Pekerja Anak 2.1.1 Pengertian anak Pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan kedua setelah ayah dan ibu.

Lebih terperinci

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI RISMAN FAHRI ADI SALDI. NIM : 0810015276. Analisis Terhadap Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Cakupan pembagunan nasional ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SANJIWANI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13 BAB I PENDAHULUAN PEMBERIAN UPAH LEMBUR TERHADAP PEKERJA YANG BEKERJA DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga

Lebih terperinci

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem pengupahan yang berlaku sekarang ini sudah tidak lagi sesuai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam keseluruhan bab yang sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlindungan terhadap pasien dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon pekerja tersebut diterima bekerja. dan jaminan etos kerja tinggi pekerja mulai muncul pada tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. calon pekerja tersebut diterima bekerja. dan jaminan etos kerja tinggi pekerja mulai muncul pada tahun 2008. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ijazah adalah surat tanda tamat belajar yang menyatakan bahwa seseorang telah menyelesaikan dan berhasil mempelajari suatu tingkatan ilmu dan pelajaran. Mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan aktivitas perdagangan memperluas cara berkomunikasi dan berinteraksi antara pelaku usaha dengan konsumen. Globalisasi dan perdagangan bebas sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 711/P/SK/HT/2013 TENTANG TATA PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 711/P/SK/HT/2013 TENTANG TATA PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 711/P/SK/HT/2013 TENTANG TATA PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA Menimbang Mengingat REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum pada dasarnya tidak membedakan antara pria dan perempuan, terutama dalam hal pekerjaan. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

Lebih terperinci

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID

KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID KEPUTUSAN KETUA STT NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO NOMOR : NJ-T06/0204/A.1.1/08-2011 TENTANG PEDOMAN ETIKA DOSEN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO KETUA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NURUL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian A.1 Pengertian perjanjian Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, hal ini berdasarkan bahwa perikatan dapat lahir karena perjanjian dan undang undang. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb). BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN 2.1. Konsumen 2.1.1. Pengertian Konsumen Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan konsumen adalah pemakai

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KASUS VAKSIN PALSU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG Oleh: Ophi Khopiatuziadah * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016 Kejahatan yang dilakukan para tersangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis Perlindungan Konsumen Bisnis Hukum Bisnis, Sesi 8 Pengertian & Dasar Hukum Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas Baiturrahmah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan perekonomian suatu negara tidak terbatas, kemajuan teknologi informasi, lalu lintas dan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) NON PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu

diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerja merupakan awal dari lahirnya hubungan industrial antara pemilik modal dengan buruh. Namun seringkali perusahaan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN HUKUM MENGENAI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Istilah majikan dapat disebut juga sebagai

BAB II KETENTUAN HUKUM MENGENAI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Istilah majikan dapat disebut juga sebagai BAB II KETENTUAN HUKUM MENGENAI 2.1. Hak dan Kewajiban Buruh dan Majikan Dalam dunia ketenagakerjaan hubungan antara buruh dan majikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Istilah majikan dapat disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia menerima hukum sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 Menimbang LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN POKOK PEGAWAI TIDAK TETAP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep / Men / 2000 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA Nomor : Kep - 150 / Men / 2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008

Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Perjanjian Kerja PK 000/SDP DIR/III/2008 Yang bertanda tangan dibawah ini, masing-masing : I. PT. SURVINDO DWI PUTRA diwakili oleh : Nama : Ricky Wibowo Tjahjadi Jabatan : Direktur Utama Alamat : Wima

Lebih terperinci

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa Peraturan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Nomor : 01 Tahun 2007 Tentang Peraturan Disiplin Mahasiswa Bismillahirrohmanirrohim Rektor Universitas Muhammadiyah Malang : Menimbang : a. Bahwa Universitas

Lebih terperinci

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU Oleh Suyanto ABSTRAK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA, PERLINDUNGAN HUKUM DAN TENAGA KONTRAK 2.1 Perjanjian Kerja 2.1.1 Pengertian Perjanjian Kerja Secara yuridis, pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Pemberian Upah Lembur terhadap Pekerja yang Bekerja di Hari Libur di PT. Matahari Putra Prima Tbk (Hypermart) Bandung Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM 1 (satu) Hari Kerja ~ waktu paling lama, Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan sebagaimana

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Penyandang Cacat Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ATAU UNIT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-02.KP.05.02 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI IMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

c. bahwa unluk itu perlu ditetapkan dengan Keputusan Menteri. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-150/MEN/2000 TENTANG PENYELESAIAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN GANTI KERUGIAN DI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR ATAS PAILITNYA PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA DALAM PERJANJIAN KERJASAMA INVESTASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PEDAGANGAN BERJANGKA

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci