BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan maka lembaga keuangan harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh lembaga keuangan untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya dapat dilakukan dengan melalui prosedur penilaian yang benar. 21 Kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh lembaga keuangan untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition Of Ekonomi. 22 Prinsip analisis pembiayaan tersebut dilakukan untuk menghindari dan meminimalisir terjadinya risiko kredit / pembiayaan. Dimana pembiayaan macet yang nantinya akan menimbulkan profitabilitas dari lembaga keuangan akan berkurang. Dalam penelitian ini konsep dari 5C yang diterapkan, penulis hanya meneliti dua konsep yaitu karakter dan kemampuan. A. Risiko Pembiayaan 1. Pengertian Risiko Secara umum definisi risiko adalah eksposur terhadap ketidakpastian. Definisi lain, risiko adalah penyimpangan hasil aktual 21 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal

2 19 dari hasil yang diharapkan. 23 Menurut Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, risiko merupakan unsur penting dalam dunia keuangan syariah. 24 Dari berbagai definisi tersebut secara garis besar dapat dikatakan bahwa risiko selalu berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak diinginkan atau tidak terduga dan besar-kecilnya risiko yang terjadi tergantung pada tingkat eksposur dan tingkat ketidakpastian yang dihadapi. Dalam keuangan syariah terdapat dua kaidah fiqh yang terkait dengan risiko, yakni al kharaj bi al dhaman dan al ghummu bi al ghurm. Kedua kaidah fiqh ini memiliki arti bahwa setiap return yang didapatkan dari asset, secara intrinsik terkait dengan tanggung jawab atas kerugian yang muncul dari asset tersebut. 25 Jadi dalam dunia keuangan syariah dari asset yang didapatkan pasti adanya risiko dan pihak yang terkait siap menanggung apabila adanya kerugian. 2. Pengertian Pembiayaan Yang dimaksud dengan pembiayaan, berdasarkan Pasal 1 butir 25 UU. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan/ piutang yang dapat dipersamakan dengan itu dalam transaksi investasi yang didasarkan atas Akad Mudharabah dan/atau Musyarakah, transaksi sewa yang didasarkan atas Akad Ijarah atau Akad Ijarah dengan opsi perpindahan hak milik (Ijarah Muntahiyah 23 Suharjdono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), hal Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko: Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal Ibid., hal.136.

3 20 bit Tamlik), Transaksi jual beli yang didasarkan atas Akad Murabahah, Salam, dan Istishna, transaksi pinjaman yang didasarkan atas Akad Qardh, dan transaksi multijasa yang didasarkan atas Akad Ijarah atau Kafalah. 26 Hal ini ditegaskan oleh Faturrahman sebagai berikut : Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah serta atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. 27 Menurut veihtzal pengertian pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. 28 Dalam hal memberikan pembiayaan berarti pihak yang memberikan pinjaman atau lembaga keuangan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dipinjami atau nasabah untuk melaksanakan amanah yang diberikan oleh peminjam atau lembaga keuangan. Kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang dibuatnya. Dalam perjanjian 26 Undang-Undang Perbankan Syariah 2008 (UU RI No. 21 Tahun 2008), (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012). hal Veihtzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 681.

4 21 kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. 29 Dalam Al-Qur an dijelaskan tentang utang piutang, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 282 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (seperti jual beli, utang piutang dan sewa menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (QS. Al-Baqarah ayat 282) Pengertian Risiko Pembiayaan Menurut Darmawi, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Sedangkan pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. 31 Jadi, risiko pembiayaan adalah kejadian yang dapat diperkirakan maupun tidak yang muncul jika bank tidak memperoleh 29 Kasmir, Bank dan Lembaga, hal Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kitab Al-Qur an Al- Fatih Dengan Alat Peraga Tajwid Kode Arab, (Jakarta: PT Insani Media Pustaka, 2013), hal Herman Darmawi, Manajemen Resiko (Edisi 2), (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hal. 11.

5 22 kembali pokok pinjaman dan bagi hasil dari pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Risiko kredit menurut Tariqullah dan Habib adalah risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajibannya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. 32 Risiko kredit bagi perbankan adalah risiko kerugian yang dapat diderita sebagai akibat dari kemungkinan counterparty-nya gagal memenuhi kewajibankewajibannya yang jatuh waktu pada bank. 33 Sedangkan Menurut veithzal dan arviyan pengertian risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan memenuhi kewajibannya. 34 Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bawa risiko pembiayaan adalah kerugian yang diderita pemberi pembiayaan yang disebabkan kegagalan peminjam untuk memenuhi kewajibannya secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Veihtzal berpendapat bahwa: Setiap bisnis sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai risiko sehingga tidak ada suatu bisnis yang tiada risiko, tingkat risiko yang berbeda satu sama lain. Pemberian pembiayaan sudah pasti mengandung risiko, dan di sinilah peran Account Officer untuk memperkecil atau bahkan menghindarkan risiko dengan berbagai rambu yang dipersiapkan sebelumnya. 35 Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank atau lembaga keuangan memberikan pinjaman atau 32 Khan, Manajemen Risiko,hal Masyhud Ali, Manajemen Risiko: Strategi Perbankan Dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal Rivai, Islamic Banking, hal Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Manajemen: Teori, Konsep dan Aplikasi: Panduan Praktis Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 213.

6 23 melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian pembiayaan kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. 36 Jadi dalam memberikan pembiayaan pihak penganalisis harus mempertimbangkan dahulu, calon nasabah tersebut layak atau tidak diberikan pembiyaan sehingga dapat meminimalkan risiko dalam pembiayaaan. 4. Penggolongan Kualitas Pembiayaan Faturrahman menjelaskan kualitas pembiayaan dapat digolongkan menjadi lima, yaitu: 37 a. Lancar, yaitu apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tidak ada tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat. b. Dalam Perhatian Khusus, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin sampai dengan 90 hari, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat, serta pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian piutang yang tidak prinsipil. c. Kurang Lancar, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 90 hari 36 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari ah., (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2009), hal Djamil, Penyelesaian Pembiayaan, hal

7 24 sampai dengan 180 hari, penyampaian laporan keuangan tidak teratur dan meragukan, dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat, terjadi pelanggaran terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya melakukan perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. d. Diragukan, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan 270 hari. Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya, dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang. e. Macet, yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin yang telah melewati 270 hari, dan dokumentasi perjanjian piutang dan/atau pengikatan agunan tidak ada. Dari penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa dari lima golongan tersebut yang termasuk golongan pembiayaan bermasalah adalah kurang lancar, diragukan dan macet, apabila nasabah pembiayaan termasuk dalam tiga golongan yang bermasalah tersebut maka pihak lembaga keuangan harus mempunyai solusi untuk mengatasi hal tersebut agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

8 25 5. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah Dalam prakteknya kemacetan suatu kredit atau pembiayaan disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut: 38 a. Dari pihak perbankan Dalam melakukan analisis pembiayaan, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat juga terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak nasabah sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif dan akal-akalan. b. Dari pihak nasabah Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu: 1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar kewajibannya kepada lembaga keuangan sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar. 2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya nasabah mau membayar, tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran, dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. 38 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,hal. 129.

9 26 Sepandai apapun analisis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada. Sehingga pihak analisis harus lebih teliti dan harus bisa memprediksi di masa yang akan datang. 6. Teknik Penyelamatan Kredit Macet Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara sebagai berikut: 39 a. Rescheduling 1) Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. 2) Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentusaja jumlah angsuran pun mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. b. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti berikut ini: 39 Ibid., hal

10 27 1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok. 2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar sepeti biasa. 3) Penurunan suku bunga dimaksud agar lebih meringankan beban nasabah. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. 4) Pembebasan bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjaman sampai lunas. c. Restructuring a) Dengan menambah jumlah kredit b) Dengan menambah equity ialah dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik. d. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang di atas. e. Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya etiket baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya. Dalam hal kredit macet atau pembiayaan bermasalah pihak lembaga keuangan perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak

11 28 akan menimbulkan risiko yang mengarah pada kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi nasabah terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi nasabah yang sengaja tidak mau membayar. B. Penilaian Karakter Nasabah 1. Pengertian Karakter (Character) Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. 40 Menurut kasmir karakter merupakan suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. 41 Sedangkan Menurut Veithzal Rivai pengertian Karakter adalah keadaan watak/ sifat dari customer, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. 42 Dalam berbagai pengertian di atas karakter yang di maksud adalah menilai sifat atau watak untuk mengetahui sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian yang telah ditetapkan. Menurut veithzal karakter merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon nasabah pembiayaan tersebut cukup mampu 40 Setiawan Dimas, Definisi Pengetahuan dalam diakses 28 Mei Kasmir, Bank dan Lembaga, Hal Rivai, Islamic Financial, hal. 348.

12 29 untuk menyelesaikan utangnya, kalau tidak mempunyai itikad baik, tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan tersebut dikemudian hari. 43 Konsep karakter, dalam kaitannya dengan transaksi kredit ialah kesediaan untuk melunasi kredit dan memiliki niat yang kuat menepati kewajiban sesuai dengan persyaratan dalam perjanjian. Seseorang mempunyai karakter yang baik biasanya mempunyai sifat seperti jujur, terhormat, rajin, dan bermoral tinggi. Tapi karakter adalah sesuatu yang sulit diukur. Mungkin saja ada seseorang yang tidak memiliki semua sifat ini tetapi malah berkeinginan untuk melunasi kewajiban keuangannya. 44 Dalam dunia White Color Crime, ciri-ciri seseorang yang mempunyai bakat criminal justru di luar dugaan kita pada umumnya. Ciri-ciri tersebut digambarkan sebagai orang yang pandai bergaul, orang yang cerdas, orang yang mempunyai motivasi tinggi serta suka menghadapi tantangan, dan umur relatif muda sampai dengan 45 tahun. 45 Jadi, karakter merupakan suatu hal yang sulit dinilai karena yang terlihat baik belum tentu lancar dalam pembayaran angsuran pembiayaan dan sebaliknya yang terlihat tidak baik justru di luar dugaan dan lancar dalam pembayaran angsuran pembiayaan. Maka 43 Ibid., hal Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal Rivai, Islamic Financial, hal. 348.

13 30 pihak yang menganalisis harus benar-benar teliti dan sungguhsungguh. 2. Cara Menganalisis Karakter Hal yang perlu ditekankan pada nasabah di lembaga keuangan syariah adalah bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang nasabah. 46 Cara untuk membaca watak atau sifat dari calon nasabah dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. 47 Dari dua penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa cara-cara yang dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah untuk membayar itu dapat dilihat dari segi sifat maupun watak dari calon nasabah. Menurut Veithzal penilaian karakter pemberian pembiayaan harus atas dasar: 48 a. Kepercayaan Yang mendasari suatu kepercayaan yaitu dengan adanya keyakinan dari pihak lembaga keuangan, bahwa nasabah mempunyai: 1) Moral, yaitu perbuatan/ tingkah laku/ ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia 46 Asiyah, Manajemen Pembiayaan, hal Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, hal Rivai, Islamic Financial, hal. 348.

14 31 2) Watak, yaitu sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku budi, pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makluk hidup lainnya. 3) Sifat-sifat pribadi yang positif, yaitu kepribadian yang memuat sifat-sifat baik. 4) Dan sifat-sifat pribadi yang kooperatif, yaitu sikap yang menunjukkan kerjasama dan tidak melakukan penentangan. b. Mempunyai rasa tanggung jawab, dalam hal: 1) Kehidupan pribadi sebagai manusia 2) Kehidupannya sebagai anggota masyarakat, 3) Menjalankan kegiatan usahanya. Dalam hal pemberian suatu pembiayaan dari penjelasan di atas ialah dengan memberikan suatu kepercayaan kepada calon nasabah yang akan diberikan suatu pembiayaan dan mengetahui calon nasabah tersebut mempunyai rasa tanggung jawab dalam mengelola pembiayaannya sehingga pihak lembaga yang memberikan suatu pembiayaan dapat mempunyai kemantapan untuk memberikan pembiayaannya. Jadi dengan mengetahui karakter dengan melakukan penilaian tersebut dapat menetukan nasabah yang benar-benar layak. Menurut Veithzal Rivai untuk memperoleh gambaran tentang karakter calon nasabah dapat ditempuh langkah sebagai berikut: 49 a. Meneliti riwayat hidup calon Customer 49 Ibid., hal. 348.

15 32 b. Meneliti reputasi calon Customer c. Meminta bank to bank information d. Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon mudharib berada e. Mencari informasi apakah calon Customer memiliki hobi berfoya-foya. Apabila melakukan wawancara dengan calon customer, untuk menilai karakter seseorang perlu memerhatikan nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya. Adapun nilai (value) yang perlu diamati adalah Social Value, Theorical Value, Esthetical Value, Economical Value Religious Value dan Political Value. Seorang calon customer yang mempunyai value yang sangat dominan di bidang economical value dan political value akan ada kecenderungan mempunyai iktikad/ karakter yang tidak baik. 50 Jadi Idealnya, karakter calon nasabah mempunyai nilai-nilai yang berimbang dalam diri pribadinya. Karakter calon debitur perlu diteliti oleh analisis kredit sebelum diputuskan apakah calon debitur tersebut wajar atau tidak mendapatkan kredit. Kalau wajar mendapatkan kredit berapa besarnya plafon kredit yang diberikan. Karakter dimaksudkan adanya kesediaan untuk membayar utang. Karakter seseorang sulit diketahui secara pasti, tetapi dengan mengumpulkan informasi dari berbagai pihak mengenai kejujuran, nama baik, ketaatan memenuhi perjanjian, 50 Ibid., hal

16 33 keadaan keluarga dan pergaulannya maka dapat diketahui apakah kartakter seseorang baik atau buruk. Jika karakter baik maka pemohon dapat diberikan kredit, sebaliknya jika karakternya buruk maka ia tidak pantas diberikan kredit. 51 Perlunya analisis kredit meneliti karakter seseorang calon nasabah sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari agar kredit yang diberikan jangan sampai macet. C. Penilaian Kemampuan Usaha Nasabah 1. Pengertian Kemampuan Usaha (Capacity) Menurut kasmir capacity ialah untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. 52 Sedangkan menurut Ismail, kemampuan (capacity) adalah kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya guna memperoleh laba sehingga dapat mengembalikan pinjaman atau pembiayaan dari laba yang dihasilkan. 53 Jadi dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (capacity) adalah untuk melihat kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan yang disalurkan. 51 Malayu S.P Hasibun, Manajemen Perbankan dan Kunci Kehidupan Perekonomian, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1994), hal Kasmir, Bank dan Lembaga, hal Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), hal

17 34 Kemampuan usaha nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama untuk memperoleh pendapatan. Yang mana nantinya dari pendapatan yang didapat itu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk mengembalikan pembiayaan yang dipinjamnya. 54 Jadi, semakin baik kemampuan usaha nasabah, maka semakin baik pula pendapatan dan kualitas pembayaran pembiayaan, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan syariah dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Darmawi juga berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk menghasilkan pendapatan tergantung pada semua faktor yang mempengaruhi volume penjualan/ harga jual, biaya dan harga pokok. Ini juga mencangkup lokasi perusahaan, mutu barang dan jasa, efektifitas iklan saingan mutu moral dan angkatan kerja, ketersediaan bahan baku, dan mutu manajemennya. 55 Jika pinjaman akan dibayar dengan penghasilan, maka penting untuk menilai kemampuan peminjam untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk melunasi pinjaman, seperti pendidikan, umur, stabilitas pekerjaan dan bakat. 54 Ibid., Darmawi, Manajemen Perbankan, hal

18 35 2. Pengukuran Kemampuan Menurut Veithzal Rivai, pengukuran capacity ini dapat dilakukan dengan: 56 a. Pendekatan Historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. b. Pendekatan Finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja perusahaan. c. Pendekatan Yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau tidak. d. Pendekatan Manjerial, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan dan ketrampilan Customer melaksanakan fungsifungsi manajemen dalam memimpin perusahaan. e. Pendekatan Teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon musyarik mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan/ mesin-mesin, administrasi keuangan, industrial relation, sampai dengan kemampuan merebut pasar. Dengan pendekatan-pendekatan di atas maka pihak penganalisis dapat dengan mudah mengukur sejauh mana kemampuan seorang calon nasabah, dapat dilihat dari kemampuan mengelola usaha yang dijalankan maupun perkembangan usahanya. 56 Rivai, Islamic Financial, hal. 351.

19 36 Capacity pemohon kredit harus dianalisis oleh analisis kredit untuk mengetahui apakah calon debitur mampu dan trampil dalam memimpin usahanya. Capability adalah kemampuan untuk membayar utangnya atau ability to pay. Kemampuan dan ketrampilan calon debitur dalam memimpin usahanya, akan menjadi salah satu jaminan berkembangnya perusahaan itu. Jika perusahaanya maju atau sehat ini berarti likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya baik, maka ia akan mampu membayar utangnya atau pinjamannya ke bank, jadi kredit yang diberikan lancar. 57 Di sinilah letak pentingnya kemampuan calon nasabah pembiayaan dianalisis secara cermat dan obyektif oleh analisis pembiayaan sebelum plafon kredit disetujui. Jika analisisnya benar diharapkan pembayaran kredit yang diberikan akan lancar. Analisis capacity yang cermat dan obyektif merupakan tindakan preventive control dalam pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan. D. Pembiayaan Musyarakah 1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah Menurut Syafi i definisi Al-musyarakah adalah Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan Hasibun, Manajemen Perbankan, hal Muhammad Syafi I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hal. 90.

20 37 Sedangkan menurut Mauludi pembiayaan musyarakah adalah Akad kerjasama yang terjadi antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan usaha bersama dan pengelolaan bersama dalam suatu hubungan kemitraan. Bagi hasil ditentukan dengan kesepakatan, apabila terjadi kerugian ditanggung bersama secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal. 59 Kemudian menurut Ascarya pengertian musyarakah adalah akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana atau modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. 60 Dari ketiga definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha bersama, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati dan kerugian akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. 2. Rukun dan Syarat Musyarakah a. Rukun Musyarakah 61 1) Pihak yang berakad 2) Obyek yang diakadkan (a) Modal (b) Kegiatan usaha atau kerja 59 Ali Mauludi, Teknik Memahami Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: Alim s Publishing, 2013), hal Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hal Qomarul Huda, Fiqh Mu amalah, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 102.

21 38 (c) Keuntungan 3) Sighat (a) Serah (ijab) (b) Terima (Kabul) b. Syarat Musyarakah 62 1) Pihak yang berakat (para mitra) (a) Pihak (mitra) yang melakukan akad musyarakah harus dalam kondisi cakap hukum. (b) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. 2) Objek yang diakadkan (a) Modal diberikan dalam bentuk uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama. (b) Modal dapat pula berupa asset perdagangan, misalnya barang-barang properti, perlengkapan, dan sebagainya termasuk pula asset tidak berwujud seperti hak paten dan lisensi. (c) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah. 3) Sighat (a) Berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan. (b) Akad dianggap sah jika diucapkan secara verbal, atau dilakukan secara tertulis dan disaksikan. 62 Fitri Nurhartati dan Ika Saniyati Rahmaniyah, Koperasi Syariah, (Surakarta: PT Era Adicitra Intermedia, 2012), hal

22 39 3. Landasan Syariah Al-Qur an: Daud berkata: "Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat lalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.. (QS. Shaad: 24) Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah Menurut Adiwarman ketentuan-ketentuan umum pembiayaan musyarakah ialah: 64 a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. 63 Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kitab Al-Qur an, hal Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hal

23 40 b. Biaya yang timbul dalam pelaksananaa proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. c. Proyek yang akan dijalankan harus disebut dalam akad setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati. Hal di atas perlu diperhatikan karena ketentuan-ketentuan umum pembiayaan musyarakah tersebut harus dijalankan agar tidak terjadi masalah dalam pembiayaan musyarakah. 5. Jenis-Jenis Musyarakah Musyarakah terdiri dari dua jenis yaitu: 65 a. Musyarakah pemilikan Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan salah satu asset oleh dua orang atau lebih. b. Musyarakah akad Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah serta sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi al- inan, al-mufawadahah, al-a maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Beberapa ulama 65 Antonio, Bank Syariah, hal.91.

24 41 menganggap al-mudharabah termasuk kategori al-musyarakah dan ulama lain menganggap al-mudharabah tidak termasuk almusyarakah. 66 Ascarya juga menjelaskan dari pandangan berbagai ulama, syirkah akad ada empat (Madzab Hambali memasukkan syirkah mudharabah sebagai syirkah akad yang kelima), ada satu yang disepakati dan tiga yang diperselisihkan. 67 1) Syirkah Al- inan merupakan penggabungan harta atau modal antara dua orang atau lebih yang tidak harus sama jumlahnya dan keuntungannya dibagi secara proporsional dengan jumlah modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan. 68 Para ulama sepakat memperbolehkan bentuk syirkah ini. 69 2) Syirkah Al-mufawadhah merupakan kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih dimana semua pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. 70 Mazhab Hanafi dan Maliki memperbolehkan bentuk syirkah ini. Sementara itu Mazhab Syafi i dan Hambali melarangnya karena secara realita sukar terjadi persamaan 66 Ibid., hal Ascarya, Akad & Produk, hal Muhamad, Manajemen Keuangan Syari ah: Analisis Fiqh & Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), hal Ascarya, Akad & Produk,hal Antonio, Bank Syariah, hal. 92.

25 42 pada semua unsurnya, dan banyak mengandung unsur gharar atau ketidakjelasan. 71 3) Syirkah Al-a maal merupakan kontrak kerjasama dua orang yang mempunyai profesi sama untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan tersebut. 72 Jumhur (mayoritas) ulama, yaitu dari Mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali, membolehkan bentuk syirkah ini. Sementara itu, Mazhab Syafi i melarangnya karena Mazhab ini hanya membolehkan syirkah modal dan tidak boleh syirkah kerja. 73 4) Syirkah Al-wujuh merupakan perserikatan tanpa modal. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. 74 Mazhab Hanafi dan Hambali membolehkan bentuk syirkah ini, sedangkan Mazhab Maliki dan Syafi i melarangnya. 75 5) Syirkah Al-mudharabah merupakan bentuk kerjasama antara pemilik modal dan seseorang yang punya keahlian dagang 71 Ascarya, Akad & Produk, hal Antonio, Bank Syariah, hal Ascarya, Akad & Produk, hal Antonio, Bank Syariah, hal Ascarya, Akad & Produk, hal. 50.

26 43 dan keuntungan perdagangan dari modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. 76 Dari jenis syirkah akad di atas, macam syirkah yang diperbolehkan oleh semua ulama ialah Syirkah Al- inan. Karena semua mitra ikut andil menyertakan modal dan kerja yang tidak harus sama porsinya, jadi sesuai kemampuan dari pihak yang bermitra. E. BMT (Baitul Mal wa Tamwil) 1. Pengertian BMT BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. 77 Menurut Fitri pengertian BMT (Baitul Mal wa Tamwil) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkan serta mengembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kaum fakir miskin. 78 Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti; zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran komersial. Usaha usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi 76 Muhamad, Manajemen Keuangan, hal Ridwan, Manajemen Baitul Maal, hal Nurhartati, Koperasi Syariah, hal. 49.

27 44 masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. 79 Jadi, usaha yang dijalankan BMT tersebut sangatlah membantu dan bermanfaat bagi masyarakat kecil atau pengusaha mikro. 2. Visi dan Misi 80 Visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil-pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumya. Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan Syariah dan ridho Allah SWT. 3. Tujuan BMT Menurut Soemitra tujuan BMT yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami mengingat BMT berorientasi pada usaha peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: EKONISIA, 2015), hal Ridwan, Manajemen Baitul Maal, hal Soemitra, Bank dan Lembaga,hal. 452.

28 45 4. Azas dan Dasar Hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Baitul Maal wa Tamwil (BMT) berazazkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berlandaskan pada prinsip syari ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme Prinsip Utama BMT Dalam melaksanakan usahanya BMT berpegang teguh pada prinsip utama sebagai berikut: 83 1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengimplementasikannya pada prinsip-prinsip Syari ah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata. 2) Keterpaduan yaitu nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan berakhlaq mulia. 3) Kekeluargaan yaitu mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. 4) Kebersamaan yaitu kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua elemen BMT. 5) Kemandirian yaitu mandiri di atas semua golongan politik. Mandiri berarti juga tidak tergantung dengan dana-dana pinjaman dan bantuan tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya. 82 Ridwan, Manajemen Baitul Maal, hal Ibid., hal

29 46 6) Profesionalisme yaitu semangat kerja yang tinggi ( amalus sholih/ahsanu amala) yang dilandasi dengan dasar keimanan. 7) Istiqomah; konsisten, konsekuen, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa putus asa. 6. Fungsi BMT Soemitra berpendapat bahwa fungsi BMT meliputi lima aspek, yaitu : 84 a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya. b. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global. c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota. d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara agniya sebagai shohibul maal dengan du afa sebagai mudhorib, terutama untuk dana-dana social seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun 84 Soemitra, Bank dan Lembaga,hal. 453.

30 47 menyimpan dengan pengguna dana (mudhorib) untuk pengembangan usaha produktif. F. Kajian Penelitian Terdahulu Jurnal yang ditulis oleh Diah (2016). Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakter nasabah, jangka waktu pinjaman dan kemampuan mengelola kredit terhadap kredit macet. Didapatkan data bahwa Populasi dari penelitian ini adalah 359 orang dan yang menjadi sampel sebanyak 78 orang. Metode penelitian kuantitatif yang memperoleh data dari angket dan wawancara. Hasil penelitian menemukan bahwa semua variabel (X) yaitu karakter nasabah, jangka waktu pinjaman dan kemampuan mengelola kredit adalah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel (Y) yaitu kredit macet. Hasil hitung menggunakan uji T diketahui variabel karakter nasabah adalah sebesar t hitung 7,050 > t tabel 1,666 dengan tingkat signifikansi 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial atau individu karakter nasabah berpengaruh negatif terhadap kredit macet dan signifikan. Variabel jangka waktu pinjaman adalah 6,273 > t tabel 1,666 dan signifikan pada alpha 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini menunjukkan bahwa secara parsial atau individu variabel jangka waktu pinjaman berpengaruh negatif terhadap variabel kredit macet dan signifikan. Variabel kemampuan mengelola kredit adalah 3,283 > t tabel 1,666 dan signifkan pada alpha 5%, sehingga H1 diterima. Ini menunjukkan bahwa secara parsial atau individu variabel kemampuan

31 48 mengelola kredit berpengaruh negatif terhadap variabel kredit macet dan signifikan. Dari hasil nilai uji F adalah 92,628 dan signifikan pada alpha 5%. Hal ini berarti bahwa model penelitian ini adalah baik untuk digunakan. 85 Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada variabel penelitian, pada penelitian diah variabel yang diteliti ialah karakter nasabah, jangka waktu pinjaman dan kemampuan mengelola kredit, sedangkan variabel penulis meneliti karakter dan kemampuan usaha nasabah. Persamaannya adalah jenis metode yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif. Skripsi yang dilakukan oleh Selvia (2015). Yang bertujuan untuk menguji pengaruh modal, karakter dan kemampuan usaha anggota terhadap kredit macet produk pembiayaan murabahah pada tahun 2015 di BMT Sinar Amanah Boyolangu. Popolasi dan sampel berjumlah 32 anggota. Metode penelitian kuantitatif asosiatif dengan sumber data primer yang diperoleh dari hasil angket yang telah diisi oleh anggota pembiayaan murabahah yang mengalami kredit macet di BMT Sinar Amanah Boyolangu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal, karakter dan kemampuan usaha anggota secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik terhadap kredit macet produk pembiayaan murabahah tahun Hasil hitung menggunakan uji T diketahui variabel 85 Diah Yuliana, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Dana Bergulir Di PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, (Semarang: STIE Semarang, 2016), Hal diakses pada tanggal 04 Mei 2017, pukul WIB.

32 49 modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kredit macet dengan nilai sig. 0,007. Variabel karakter anggota mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit macet di BMT Sinar Amanah Boyolangu dengan nilai sig. 0,113 dan variabel kemampuan usaha anggota mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kredit macet di BMT Sinar Amanah Boyolangu dengan nilai sig. 0,005. Sedangkan dari hasil simultan uji F sesuai batas signifikansi < α (0,05), berarti menolak H 0 atau menerima H 1. Telah diketahui F hitung > F tabel (> 7,64) berarti menolak H 0 atau menerima H 1 yang artinya pada BMT Sinar Amanah menunjukkan bahwa modal, karakter dan kemampuan usaha secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kredit macet pembiayaan murabahah pada tahun Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada variabel dependen, pada penelitian Selvia variabel dependen adalah kredit macet produk pembiayaan murabahah sedangkan pada penulis adalah risiko pembiayaan musyarakah. Persamaannya adalah pada variabel independen yakni karakter dan kemampuan usaha nasabah serta metode penelitian yaitu kuantitatif asosiatif. Skripsi yang dilakukan oleh Muhamad (2015). Yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara/sarana untuk mengenali character nasabah dan pengaruhnya dalam meminimalisir resiko pembiayaan kredit di BPRS 86 Selvia Hendrianita, Pengaruh modal, karakter dan kemampuan usaha anggota terhadap kredit macet produk pembiayaan murabahah pada tahun 2015 di BMT Amanah Boyolangu Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi diterbitkan, 2015), diakses pada tanggal 17 Maret 2017, pukul WIB.

33 50 ASAD ALIF Semarang. Metode penelitian kualitatif dengan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu mengenai subyek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari variabel yang diperoleh, dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sarana yang digunakan BPRS ASAD ALIF semarang untuk mengetahui karakter nasabah yaitu melakukan on the spot/ kunjungan aktif, wawancara calon nasabah, melihat status daftar riwayat hidup nasabah, cheking in club, pengecekan DHN, melakukan BI cheking, pengecekan ke supplier dan mempelajari karakter setempat calon nasabah. Adapun pengaruh dari mengetahui karakter nasabah yaitu untuk meminimalisir kemungkinan resiko pembiayaan macet yang disebabkan watak nasabah yang kurang baik sehingga berdampak kurang baik pula terhadap kualitas BPRS ASAD ALIF. 87 Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada metode penelitian, pada penelitian Muhamad metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif sedangkan pada penulis metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Persamaannya adalah meneliti karakter nasabah berpengaruh terhadap risiko pembiayaan. 87 Muhamad Yusuf, Analisis Karakter Nasabah Dalam Meminimalkan Resiko Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus) Pada BPRS ASAD ALIF Cabang Dr.Cipto Semarang, (Semarang: UIN Walisongo, 2015), diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pukul WIB.

34 51 Jurnal yang ditulis oleh Saparuddin (2013). Yang bertujuan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi sebab pembiayaan bermasalah, bagaimana perilaku debitur di bank syariah dan menganalisis korespondensi teori weber di bidang ini. Tulisan ini bermula dari penelitian sosiologis religious dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Populasi penelitian adalah Bank Syariah di Sumatera Utara, di mana sample yang diambil adalah BPRS Puduarta Insani yang beralamat di Kabupaten Deli Serdang. Sumber data penelitian ini terdiri dari dokumen, catatan BPRS berupa daftar pembiayaan bermasalah posisi bulan Agustus Selain menghimpun data melalui studi dokumen, dilakukan pula wawancara kepada pejabat dan staf Bank Syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memberi pengaruh bagi penyebab pembiayaan bermasalah adalah Character yang buruk (33%), diikuti dengan Condition yang kurang mendukung bagi nasabah (27%) dan kekurangan Collateral (23%). Adapun faktor Capacity hanya menyumbang 10% sedangkan faktor Capital hanya 7%. Penurunan jumlah pembiayaan bermasalah di BPRS dengan pendekatan keagamaan, kegigihan, maupun preasure yang kuat, tampak memberi hasil positif pada penyelesaian kewajiban nasabah. 88 Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada metode penelitian, pada penelitian Sapparudin metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif sedangkan 88 Saparuddin Siregar, Character Debitur Bank Syariah Dalam Memenuhi Kewajiban, (Sumatera: IAIN Sumatera Utara Medan, 2013), Vol.9, No diakses pada tanggal 25 Maret 2017, pukul WIB.

35 52 penulis menggunakan metode kuantitatif asosiatif. Persamaannya adalah meneliti karakter nasabah pembiayaan. Skripsi yang dilakukan oleh Cicik (2012). Yang bertujuan untuk menguji pengaruh prosedur pemberian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit ini terhadap risiko terjadinya kredit macet, baik secara parsial maupun simultan. Metode penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif dan survey dengan sumber data dari kuesioner dan dokumentasi. Populasi yang diambil adalah nasabah yang menjadi debitur kredit prorangan dan kredit badan pada BRI Malang. Sampel sebanyak 50 nasabah. Hasil penelitian ini prosedur pemberian kredit sudah memenuhi syarat prinsip-prinsip 5c & 7p kredit, secara simultan dengan level of significant 10%, prosedur pemberian kredit, pencairan kredit dan pengawasan kredit berpengaruh signifikan dalam mengurangi tingkat risiko kredit macet.. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah pengawasan kredit dengan pendekatan kekeluargaan. Variabel bebas yang terdiri dari (prosedur pemberian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit) dapat menjelaskan model variabel terikat yaitu kredit macet sebesar 61,2% sedangkan sisanya 38,8% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. 89 Perbedaan dengan peneliti oleh penulis adalah pada variabel independen, pada penelitian cicik variabel dependen adalah prosedur 89 Cicik Rochmani Fatich, Pengaruh Prosedur, Pencairan dan Pengawasan Pemberian Kredit Terhadap Risiko Kredit Macet Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Unit Sawojajar Malang, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012), diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pukul WIB.

36 53 pemberian kredit, pencairan kredit, dan pengawasan kredit sedangkan pada penulis adalah penilaian karakter dan kemampuan usaha nasabah. Perbedaan yang kedua pada lokasi penelitian, pada penelitian cicik di Bank sedangkan pada penulis adalah di BMT. Persamaannya adalah pada variabel dependen yakni pada penelitian cicik risiko kredit macet dan pada peneliti risiko pembiayaan. G. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini ada dua variabel independen dan satu variabel dependen. Dua variabel independen yaitu pengaruh peniaian karakter dan kemampuan usaha nasabah, satu variabel dependen yaitu risiko pembiayaan musyarakah. X 1 = X 2 = Penilaian Karakter Nasabah Penilaian Kemampuan Usaha Nasabah Y= Risiko Pembiayaan Musyarakah Keterangan: : garis yang menggambarkan hubungan/ pengaruh.

37 54 H. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan proporsi atau hubungan antara dua atau lebih konsep atau variable (generalisasi konsep) yang harus diuji kebenarannya melalui penelitian empiris. 90 Jadi berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis dalam penelitian Pengaruh Penilaian Karakter dan Kemampuan Usaha Nasabah terhadap Risiko Pembiayaan Musyarakah di BMT Berkah Trenggalek adalah: 1. Ha : adanya pengaruh yang signifikan antara penilaian karakter nasabah terhadap risiko pembiayaan musyarakah di BMT Berkah Trenggalek (Ha:r = 0, Ho:r 0). 2. Ha : adanya pengaruh yang signifikan antara penilaian kemampuan usaha terhadap risiko pembiayaan musyarakah di BMT Berkah Trenggalek (Ha:r = 0, Ho:r 0). 3. Ha : adanya pengaruh yang signifikan antara Penilaian karakter dan kemampuan usaha nasabah terhadap risiko pembiayaan musyarakah di BMT Berkah Trenggalek (Ha:r = 0, Ho:r 0). 90 Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis: Pendekatan dan Praktis, (Jakarta: PT Indeks, 2009), hal. 46.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Penilaian Karakter Terhadap Risiko Pembiayaan Musyarakah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Penilaian Karakter Terhadap Risiko Pembiayaan Musyarakah BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Penilaian Karakter Terhadap Risiko Pembiayaan Musyarakah di BMT Berkah Trenggalek. Karakter merupakan tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Banyaknya lembaga keuangan khususnya Baitul Maal wa Tamwil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia kian lama mengalami peningkatan yang cukup signifikan, mulai dari perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan bantuan software SPSS 16.,0 for windows, maka akan dibahas tentang

BAB V PEMBAHASAN. dengan bantuan software SPSS 16.,0 for windows, maka akan dibahas tentang BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis dan pengujian model regresi yang telah dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.,0 for windows, maka akan dibahas tentang pengaruh variabel bebas yang berupa modal,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 Hasil pengujian data di atas dapat diketahui tabel Coefficient

Lebih terperinci

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian 16 1 BAB I BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnyayang dapat dijadikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara maju dan berkembang di Indonesia, sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah menelan korban membawa musibah besar dalam perekonomian nasional. Salah

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sistim Maintain 1. Pengertian Sistim Maintain Sistim maintain atau disebut juga pengawasan pembiayaan merupakan usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fikih tersebut. Implementasi fikih ini terjadi pula pada fikih muamalah

BAB I PENDAHULUAN. fikih tersebut. Implementasi fikih ini terjadi pula pada fikih muamalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fikih bukanlah sebuah norma hukum yang pasif dan berada dalam kerangka teoritis. Akan tetapi, fikih mulai diimplementasikan ke dalam setiap dimensi kehidupan. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. syari ah yaitu pembiayaan piutang yang mana merupakan bentuk pinjaman

BAB V PEMBAHASAN. syari ah yaitu pembiayaan piutang yang mana merupakan bentuk pinjaman 82 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dari bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengaruh Receivable Financing (X1) Terhadap Profitabilitas (Y) Receivable Financing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG A. Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT NU Sejahtera

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa tinjauan pustaka terdahulu yang berhubungan dengan sistem screening nasabah pembiayaan yaitu Skripsi oleh Maulana Syam Idris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan lembaga yang kegiatan usahanya di bidang keuangan yang didasarkan pada syariah atau hukum Islam, seperti perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak ada satu pun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan ekonomi syariah. Perkembangan bank syariah di Indonesia secara umum cukup menggembirakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan

Lebih terperinci

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

WAKA<LAH PADA KJKS MBS BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adalah penyedianaan uang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia saat ini organisasi bisnis Islam yang berkembang adalah bank syariah. Salah satu penyebab yang menjadikan bank syariah terus mengalami peningkatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil.

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya. Untuk meningkatkan perekonomian, fokus pemerintah. Indonesia salah satunya pada sektor keuangan dan sektor riil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi merupakan sesuatu yang penting untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu ekonomi juga menjadi indikator tingkat kesejahteraan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL A. Analisis Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT NU Sejahtera Cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu Negara, apalagi Negara yang sedang berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Dalam al-qur an, istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia diiringi dengan munculnya berbagai institusi komersial yang bergerak di bidang keuangan, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN Dalam kamus perbankan konsep yang dimaksud biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah dikenal masyarakat yaitu bank yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembang pesatnya bisnis Perbankan di Indonesia, yang mana perkembangan bisnis perbankan tersebut telah diantisipasi oleh pemerintah dengan dilahirkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit BAB V PEMBAHASAN A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit II Tulungagung Pembiayaan yang ada di Lembaga Keuangan Syariah khususnya BMT Istiqomah merupakan kegiatan penyaluran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Pembiayaan Ijarah Bermasalah di BMT Amanah Mulia Magelang Setelah melakukan realisasi pembiayaan ijarah, BMT Amanah Mulia menghadapi beberapa resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan BAB V PEMBAHASAN A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan Menurut Muhammad bahwa pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh setiap lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga sektor keuangan sangat dibutuhkan dalam mendukung permodalan dalam sektor riil, hal ini sudah dirasakan fungsinya sejak beberapa puluh tahun yang lalu di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGENDALIAN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO 75 ib DI BANK SYARIAH KANTOR CABANG CIREBON

MANAJEMEN PENGENDALIAN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO 75 ib DI BANK SYARIAH KANTOR CABANG CIREBON MANAJEMEN PENGENDALIAN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO 75 ib DI BANK SYARIAH KANTOR CABANG CIREBON LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, 20120730138 I. Flow-chart Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah : 1. Nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank dengan akad musyarakah untuk mendapatkan tambahan modal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Uraian Teoritis 1. Pengertian Sistem Menurut James A.Hall (2001:5), sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistemsubsistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan menjadi salah satu elemen yang vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bank berperan sebagai pihak Intermediasi antara kelompok yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara, ditandai dengan semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, telah muncul kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah. Disamping bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia baru pada akhir abad XX ini memiliki bank-bank yang mendasarkan pengelolaannya pada prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali Lembaga Keuangan baik konvensional maupun syariah yang memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menjadi lembaga perantara atau intermediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan utama lembaga keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk kredit (Konvensional) atau pembiayaan (Syariah) kepada masyarakat yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah merupakan bagian dari pelaksanaan ekonomi Islam. Bank syariah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah setiap lembaga yang kegiatan usahanya di

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung. 1 BAB V PEMBAHASAN A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung. Manajemen risiko adalah proses membangun kontrol untuk meminimalir kemungkinan

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin 45 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Penyajian Data 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Banjarmasin Akad musyārakah ada beberapa prosedur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus ekonomi, baik sektor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah atau yang disebut juga dengan qirad adalah suatu bentuk akad kerja sama antara

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

Prinsip Sistem Keuangan Syariah TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan lembaga keuangan syariah seperti Baitul Maal wat Tamwil sangatlah penting bagi sistem perekonomian di Indonesia. Sebagai lembaga keuangan syariah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo Dalam sebuah lembaga keuangan pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang baru atau asing lagi untuk didengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga keuangan mempunyai peranan penting terhadap perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat strategis dalam menggerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Pembiayaan Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung Piutang usaha merupakan merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual ke pembeli yang timbul karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, telah lama mendambakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung BAB V PEMBAHASAN A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung Berdasarkan paparan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat diketahui dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai makhluk sosial, kebutuhan akan kerjasama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan-keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup serta menggerakkan roda perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya lembaga keuangan di Indonesia ditandai dengan munculnya Perbankan Syariah. Dengan disetujuinya UU No. 21 Tahun 2008 dalam undang-undang tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual BAB V PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas Artha Mandiri cabang Tulungagung Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting dalam memperlancar jalannya pembangunan suatu bangsa. Saat ini perbankan syariah telah memasuki

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas temuan yang telah diteliti di BMT Berkah. yang dibahas di awal. Tujuan penelitian tersebut meliputi:

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis membahas temuan yang telah diteliti di BMT Berkah. yang dibahas di awal. Tujuan penelitian tersebut meliputi: BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas temuan yang telah diteliti di BMT Berkah Trenggalek kemudian dianalisa. Temuan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dibahas di awal. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal perbankan syariah. Semakin banyak yang menyadari bahwa perlunya lembaga keuangan yang beroperasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah di BMT Al Hikmah Ungaran BMT Al Hikmah merupakan sebuah lembaga keuangan syariah non bank yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perbankan berfungsi melayani masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di ndonesia, rural banking diakomodasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari munculnya perbankan syari ah di Indonesia pada era 1990-an, pertumbuhan bank syari ah di indonesia saat ini begitu pesat. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Teori tentang Pembiayaan Istilah pembiayaan pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I trust, yaitu saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan hingga saat ini masih menjadi problem yang terjadi bangsa indonesia. Kemiskinan biasanya diukur dengan pendapatnya. Kemiskinan pada dasarnya dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua aktivitas perekonomian

Lebih terperinci