BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Tolak Peluru

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Tolak Peluru"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Tolak Peluru a. Pengertian Tolak Peluru Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolak benda berupa peluru sejauh mungkin. Menurut Aip Syaifudin (1992:144) bahwa tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat yang bundar dengan berat tertentu yang terbuat dari logam (peluru) yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sesuai dengan namanya tolak maka gerakannya menolak atau mendorong dengan satu tangan, bermula dari peluru yang diletakkan di pangkal bahu. Peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain yang lebih tidak lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau materi lain.peluru putra berat 7,25 kg (16 lb). Untuk Putri 4 kg (8 lb 13 ons). Ini harus berbentuk bola/ bulat dengan permukaan yang licin dan halus. Garis tengah peluru putra 110 mm 130 mm. Sedang peluru putra bergaris tengah 95 mm 110 m. Gambar 1. Peluru dan Lapangan Tolak Peluru (PASI, 1993: 100) Tolakan adalah suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong ke depan yang kuat. Perbedaan dengan melempar terletak pada saat melepaskan bendanya, pada saat menolak pergelangan tidak bergerak dan tenaga yang diperoleh dari gerakan meluruskan siku lengan. 6

2 7 Ada 2 (tiga) jenis gaya dalam tolak peluru, yaitu gaya menyamping (linier) dan gaya rotasi. Dari kedua gaya ini, setiap atlet atau siswa bebas menggunakan gaya apapun dan tidak ada aturan khusus dalam perlombaan menggunakan gaya tertentu.gaya yang paling mudah diantara kedua gaya tersebut adalah gaya menyamping (linier). Penggunaan gaya dalam tolak peluru pada prinsipnya bertujuan agar peluru dapat ditolakkan sejauh-jauhnya. Tamsir Riyadi (1985: 126) berpendapat, Gaya samping masih sering dipakai terutama bagi atlet pemula termasuk bagi anak-anak sekolah (SMP, SMA) dan yang sederajat. Disebut gaya menyamping karena sikap permulaan berdiri miring (menyamping), sehingga arah tolakan disebelah samping. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, tolak peluru gaya menyaping (linier) merupakan cara menolakkan peluru dengan menyamping dari sektor lemparan. Tolak peluru gaya menyamping (linier) paling mudah dilakukan dan diajarkan untuk siswa sekolah, karena lebih mudah jika dibandingkan dengan gaya rotasi (o brein). Untuk dapat menolakkan peluru gaya linier harus didukung oleh beberapa faktor. Jonath at.al. (1988: 44-45) menyatakan, Faktor-faktor terpenting yang menentukan prestasi pada tolak peluru antara lain, (1) Lintasan percepatan pelurunya, (2) tinggi berangkat dan sudut berangkat pelurunya, (3) putaran antara poros bahu dan poros pinggangnya, (4) percepatan peluru dan waktu mulai ditolak dan (5) pengakhiran semua tolakan tenaga bagian serta bersama dan pada saat yang tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan dan kaki. Pendapat tersebut menunjukkan, memahami biomekanika gerakan menolakkan peluru sangat penting agar diperoleh prestasi yang maksimal dalam tolak peluru. Biomekanika dari tolak peluru meliputi: lintasan percepatan pelurunya, tinggi berangkat dan sudut berangkat pelurunya, putaran antara poros bahu dan poros pinggangnya, percepatan peluru dan waktu mulai ditolak dan pengakhiran semua tolakan tenaga bagian serta bersama dan pada saat yang tepat, dan terutama koordinasi antara gerak lengan dan kaki.

3 8 b. Teknik Tolak Peluru Gaya Menyamping (Linier) Menguasai teknik tolak peluru gaya menyamping (linier) dengan baik dan benar merupakan syarat untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dari gaya tolak peluru memiliki karakteristik teknik yang berbeda, demikian halnya dengan teknik tolak peluru gaya menyamping (linier). Menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1992: 145) bahwa, Teknik tolak peluru yang harus dipahami dan dikuasai antara lain: (1) cara memegang dan meletakkan peluru, (2) sikap badan pada waktu akan menolak, (3) cara menolakkan peluru dan, (4) sikap akhir menolak. Pendapat tersebut menunjukkan, teknik tolak peluru terdiri empat bagian yaitu cara memegang dan meletakkan peluru, sikap badan pada waktu akan menolak, cara menolakkan peluru dan, sikap akhir menolak. Prestasi tolak peluru gaya linier dapat dicapai secara maksimal, jika teknik-teknik tersebut dikuasai dengan baik dan benar. Dari keempat teknik tersebut harus dirangkaikan secara baik dan harmonis dalam satu rangkaian yang utuh tidak boleh diputus-putus pelaksanannya. Untuk lebih jelasnya teknik pelaksanaan tolak peluru gaya linier dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 1) Cara Memegang Peluru Cara memegang peluru merupakan tahap awal dalam gerakan tolak peluru. Menurut Jes Jerver (2005: 80) bahwa, Salah satu tujuan memegang peluru yaitu mendapatkan pegangan yang paling efisien, sehingga penyaluran tenaga cukup efektif sewaktu peluru terebut dilontarkan. Cara memegang peluru menurut Aip Syarifuddin (1992: 145) sebagai berikut: (1) Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak tangan, diantara jari dan ibu jari. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka. Jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang atau menahan bagian samping agar peluru tidak tergelincir ke dalam atau keluar, sedangkan jari-jari yang lain bertugas menahan, menekan dan memegang peluru bagian belakang, ibu jari menahan ke dalam dan jari kelingking menahan keluar. (2) Setelah peluru dapat dipegang dengan baik, letakkan pada bahu dan menempel (melekat) di leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong ke depan. Lengan yang tidak memegang peluru menjaga keseimbangan.

4 9 Gambar 2. Cara Memegang Peluru (IAAF, 1993: 88) 2) Sikap Badan pada Waktu akan Menolak Peluru Sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru berkaitan dengan gaya tolak peluru. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa, cara menolakkan peluru ada dua cara yaitu menyamping dan membelakangi sektor lemparan. Dalam hal ini akan diuraikan cara atau sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru menyamping. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 146) sikap badan pada waktu akan menolakkan peluru menyamping sebagai berikut: (1) Berdiri tegak menyamping ke arah tolakan, kedua kakai dibuka lebar. Kaki kiri lurus ke depan, sedangkan kaki kanan lututnya dibengkokkan ke depan sedikit agak serong ke samping kanan, badan agak condong ke samping kanan. (2) Tangan kanan memegang peluru pada bahu, sedangkan lengan kiri dengan siku dibengkokkan di depan sedikit agak serong ke atas. (3) Tangan dan lengan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan. Pandangan ditujukan ke arah tolakan. Gambar 3. Sikap Badan pada Waktu akan Menolak Peluru (IAAF, 1993: 90)

5 10 3) Cara Menolakkan Peluru Cara menolakkan peluru merupakan tahap ketiga dari serangkaian gerakan tolak peluru. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 148) pelaksanaan cara menolakkan peluru gaya linier sebagai berikut: (1) Bersamaan dengan memutar ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang (ke arah samping kiri), pinggul dan pinggang serta perut didorong ke depan agak ke atas hingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan. (2) Pada saat seluru badan (dada) menghadap ke arah tolakan, secepatnya peluru itu ditolakan sekuatkuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan (parabola) bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluru badan ke atas serong ke depan (kalau menolak dengan tangan kanan, sedangkan jika dengan tangan kiri sebaliknya). Gambar 4. Cara Menolakkan Peluru (IAAF, 1993: 93) 4) Sikap Badan setelah Menolakkan Peluru Sikap akhir setelah menolakkan peluru merupakan salah satu faktor yang menentukan sah dan tidaknya tolakkan yang dilakukan. Menurut Aip Syarifuddin (1992: 150) sikap badan setelah menolakkan peluru sebagai berikut: (1) Setelah peluru lepas dari tangan kanan, secepatnya kaki yang digunakan untuk menolak itu diturunkan dan diletakkan kembali pada tempat bekas injakan kaki kiri, dengan lutut agak dibengkokkan. (2) Kaki yang berada di depan (kaki

6 11 kiri) diangkat ke belakanglurus dan santai, untuk membantu menjaga keseimbangan. (3) Badan condong ke depan, dagu diangkat dan badan agak miring ke samping kiri. Padangan ke arah jatuhnya peluru. (4) Tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di depan sedikit agak di bawah badan, lengan kiri lemas dan lurus ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan. Gambar 5. Cara Gerak Lanjut Setelah Menolakkan Peluru (IAAF, 1993: 94) Vektor Tolak Peluru Istilah vektor secara sederhana diartikan sebagai suatu kuantitas yang memiliki arah. Dalam mekanika, vektor sering diwakili secara diagram oleh anak panah. Kepala anak panah menunjukkan dalam arah mana daya tersebut beraksi, dan panjang dari anak panah tersebut mewakili skala jumlah daya yang sedang dikerahkan. Bergerak (atau vektor) dalam arah yang disebut resultan vektor. Ketika seorang atlet menampilkan keterampilan gerak, beberapa daya biasanya beraksi pada saat yang bersamaan. Marilah kita lihat daya-daya tersebut pada sebuah penampilan tolak peluru. Bayangkan seorang atlet tolak peluru yang berprestasi sedang menolakkan pelurunya dengan sudut naik sekitar 42 derajat dari garis horisontal. Untuk menolakkan peluru ke atas, si atlet harus mengerahkan daya dalam arah tersebut. Kemudian atlet tersebut mengerahkan beberapa (tapi tidak semuanya) dayanya dalam arah vertikal. Untuk menolakkan peluru secara horisontal, ia pun mengerahkan daya ke arah tersebut. Gabungan daya vertikal dan daya horisontal itu memberikan sudut trajektori sebesar 42 derajat. Tentu saja penolak tersebut tidak

7 12 akan menolak dengan mengerahkan seluruh dayanya hanya ke arah vertikal saja atau horisontal saja. Jika atlet berbuat demikian, misalnya ke arah vertikal saja, maka peluru itu akan tertolak ke atas dan segera kembali lagi ke bawah di tempat yang sama. Sebaliknya, jika peluru diarahkan benar-benar hanya horisontal, maka peluru itu akan segera jatuh dalam jarak yang dekat. Jadi sebuah sudut naik akan tergambar, merupakan bagian dari arah vertikal dan arah horisontal. Untuk atlet yang melepaskan peluru sekitar 2.3 meter (7 feet) atau lebih di atas garis horisontal, sudut naiknya berkisar antara 35 hingga 42 derajat. Selama peluru itu melayang, daya tarik bumi menarik peluru secara langsung ke bawah. Jadi tarikan bumi melawan vektor daya vertikal yang dikerahkan atlet pada peluru. Di samping tarikan bumi, tahanan udara juga memberikan perlawanannya pada peluru walaupun sangat kecil. Hasil dari perlawanan tersebut menentukan jarak yang ditempuh peluru (lihat gambar 2.9) Terdapat banyak contoh dalam olahraga di mana atlet menggabungkan daya-dayanya untuk menghasilkan jarak yang dikehendakinya. Pemain bertahan sepak bola yang berpengalaman mengetahui benar, seberapa lama sebuah bola akan melayang dalam jarak tertentu. Para pemain itu akan menaksir kelajuan (velocity) dari para pemain depan ketika berlari ke posisi yang terbuka. Ketika pemain bertahan membuat passing ke lapangan depan, mereka mempertimbangkan beberapa hal: (a) kelajuan (kecepatan dan arah) yang harus diberikan pada bola yang ditendang, dan (b) kelajuan pemain depan dalam berlari untuk menerima passing tersebut. Jika pemain bertahan menendang bola dengan jumlah daya yang benar dan memberinya trajektory (sudut naik) yang benar, bola tersebut akan jatuh tepat di kaki pemain yang berlari lurus. Prinsip yang sama berlaku pada pengumpan (quarterback) pada American Football yang ingin mengumpan penerima yang berlari memtong lapangan, atau pemain basket yang mencoba mengoper seorang temannya yang berhasil mematahkan penjagaan lawan. Dalam semua kasus tersebut, pengumpan melakukan suatu analisis vektor secara mental untuk memastikan bahwa bola tiba pada titik tertentu bersamaan dengan pemain penerimanya.

8 13 Gambar 15. Vektor Tolak Peluru (Garry A. Carr, 1997) Gerak Tubuh Manusia dan Hukum Fisika Terkait Olahraga Tolak Peluru 1. Gerak relatif Gerak adalah suatu kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi dari suatu objek ditinjau dari segi pandang tertentu. Apakah objek itu dalam diam atau gerak bergantung pada titik pandang tertentu ini disebut gerak relatif. 2. Penyebab Gerakan Suatu gerakan terjadi apabila disebabkan oleh Gaya. Gaya merupakan suatu dorongan yang menciptakan gerakan, apabila kita melihat sesuatu benda itu bergerak maka ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Sedangkan inertia adalah kekal atau abadi. Jadi benda tersebut mempertahankan keadaan semula. Sehingga untuk menghasilkan gerak diperlukan gaya yang lebih besar dari pada tahanan ( resistance ). Pada olahraga tolak peluru para atlet perlu menggunakan gaya yang besar untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam lemparanya. 3. Jenis Jenis Gerakan Ada 2 jenis klasifikasi pola gerakan yaitu Translasi dan Rotasi a. Gerak Translasi Gerak ini disebut gerak translasi karena objek bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain ( Translate ), gerak translasi juga disebut gerak linear. Gerak linear dikelompokan lagi menjadi rektilinear dan kurvilinear. Pada tolak peluru termasuk gerak kurvilinear atau gerak lengkung karena termasuk gerak yang lintasanya berbentuk garis lengkung. b. Gerak Rotasi

9 14 Gerak rotasi atau anguler terjadi bila objek bergerak pada lintasan lingkaran mengelilingi satu titik yang tetap. Jarak yang ditempuh bisa berupa busur yang kecil atau satu lingkaran penuh, kebanyakan gerakan segmen-segmen tubuh mengayun pada satu titik yang tetap dan lintasanya berbentuk suatu busur lingkaran. Gerakan lengan seperti kincir angin yang berputar pada sendi bahu merupakan gerak rotasi. Pada semua gerakan itu segmen tubuh yang bergerak merupakan radius suatu lingkaran. Sedangkan Pada tolak peluru gerakan linear telapak tangan sebagai hasil gerak anguler lengan bawah dan lengan atas merupakan gerak berulang (Reciprocating motion ). Hukum Newton Pada Olahraga Tolak Peluru a. Hukum I Newton Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol maka benda diam akan tetap diam dan benda bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan. ( Fneto = F = 0, dan Percepatan (a) = 0 ) Pada olahraga tolak peluru berlaku Hukum Newton I yaitu Bola tolak peluru akan diam jika tidak diberikan gaya dari luar. Dalam tolak peluru sifat kekekalan sebuah benda terdapat pada peluru. Pada saat peluru dilempar peluru akan terus bergerak secara beraturan dan akan jatuh dan berhenti, titik dimana peluru akan berhenti akan terus diam jika tidak digerakkan. Maka dibuktikan, bahwa setiap benda yang tidak bergerak, akan tetap diam, terkecuali ada gaya dari luar yang menggerakkan b. Hukum II Newton Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan besar gaya ( searah dengan gaya ) dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut. (Fneto = m.a) Pada olahraga tolak peluru berlaku Hukum II Newton yaitu Saat melakukan lemparan tolak peluru bola akan lebih jauh jika diberikan lemparan yang kuat dan sudut elevasi 45 derajat. Seberapa besar gaya yang dibutuhkan tangan dalam melempar untuk mendapatkan jarak yang jauh yang jelas, semakin cepat dan kuat tangan melempar maka sifat

10 15 inersia atau kekekalan dari bola akan dapat dipertahankan sejauh mungkin. c. Hukum III Newton Jika sebuah benda mengadakan pengaruh (gaya) pada sebuah benda lain maka benda yang lain mengadakan pengaruh juga pada benda pertama. Pada olahraga tolak peluru berlaku Hukum III Newton Saat tungkai ditekuk tanah akan memberikan reaksi sebaliknya terhadap tungkai. Sebagaimana diketahui sebuah reaksi akan timbul jika ada sebuah reaksi. Dalam lempar cakram, reaksi yang ada yaitu pada saat tungkai belakang yang ditekuk, diluruskan sehingga terjadi gaya dorong yang menyababkan tubuh bergeser ke depan. Ketika tungkai ditekuk tanah memberikan reaksi kepada tungkai untuk dapat melakukan tolakan dari di tekuk menjadi lurus." Momentum dan Impuls a. Momentum Momentum adalah ukuran kesukaran untuk menggerakan benda ketika berhenti atau dihentikan benda ketika bergerak atau hasil kali perkalian massa dengan kecepatan ( p = m v). Momentum termasuk besaran vektor, Momentum merupakan besaran gerak yang bertambah atau berkurangnya dengan cara menambah atau mengurangi massa atau kecepatannya. Pada pelempar peluru yang mampu menolakan peluru dengan kecepatan yang lebih besar dari pada lawanya akan menyebabkan peluru memiliki momentum yang lebih besar pada saat lepas, meskipun seorang pemain memiliki massa yang lebih kecil dari pada lawanya jika kecepatan cukup untuk mengembangkan momentum yang lebih besar dari lawannya maka atlet akan bisa menampilkan hasil yang optimal. b. Impuls Impuls merupakan hasil kali antara gaya dan waktu ( I = F t ). Impuls juga merupakan perkalian antara massa objek dan perubahan kecepatanya, Impuls termasuk besaran vektor. Maka gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan kecepatan tertentu selama waktu tertentu adalah sebanding dengan massa objek. Pada atlet tolak peluru melakukan suatu gaya kepada peluru dalam waktu yang lama sebelum dilepaskan bolanya. Atlet memberikan percepatan yang sebesar-

11 16 besarnya dengan cara menyesuaikan posisi segmen badan sehingga dapat menambah lamanya gaya yang dikerahkan. Komponen-komponen yang mempengaruhi gerak tolak peluru Lintasan Sebuah Peluru yang lemparkan dengan Kecepatan Awal (vo) dan Sudut (α) Terhadap Garis Horiontal Dari gambar diatas dapat dianalisis komponen - komponen yang mempengaruhi gerak tolak peluru yaitu: a. Perumusan komponen kecepatan awal pada gerak tolak peluru b. Perumusan kecepatan dan perpindahan benda arah horizontal pada gerak tolak peluru c. Perumusan kecepatan dan perpindahan benda arah vertikal gerak tolak peluru d. Perumusan besarnya kecepatan sesaat benda setiap saat pada gerak tolak peluru

12 17 e. Perumusan arah kecepatan sesaat gerak benda terhadap sumbu X positif pada gerak tolak peluru f. Perumusan tinggi maksimum benda pada gerak tolak peluru g. Waktu tempuh bola sebelum menyentuh permukaan tanah pada gerak peluru h. Jarak jangkauan maksimum benda (R) pada gerak peluru c. Otot Penggerak dalam Tolak Peluru a. Tahap Persiapan 1. Cara Memegang Tangan menggenggam peluru dan di tempelkan pada leher bagian samping Sendi: - Articulatio Intercarpea - Articulatio Carpometacarpea II V - Articulatio Carpometacarpea I - Articulatio Metacarpo Phalangea Otot: - M. Bicep Brachii - M. Coracobrachiali - M. Supraspinatus Jenis Pengungkit ke 3 2. Posisi Punggung Punggung membungkuk Sendi :

13 18 Articulatio lumbalo sacralis Otot : - M. Psoas Minor - M. Psoas Mayor 3. Posisi Tungkai Posisi lutut fleksi Sendi : - Articulatio Genue - Articulatio Coxae Otot : - M. Bicep Femoris b. Tahap Pelaksanaan 1. Gerakan kaki Kaki kiri diayunkan ke depan dan ke belakang Sendi : - Articulatio Coxae - Articulatio Genue Otot : - M. Gluteus Maximus - M. Iliacus Sumbu : Frontal Bidang : Sagital Gerakan : Abduksi Jenis Pengungkit ke 1 2. Gerakan Melangkahkan Kaki Kedua Kaki di langkahkan atau digeser ke belakang Sendi : - Articulatio Talotartalis - Articulatio talocal Caneonavicularis Otot : - M. Extensor digitorum longus

14 19 - M. Gastroknemeus Sumbu : Sagital Bidang : Frontal Jenis Pengungkit ke 2 3. Menolak Peluru Posisi pinggang diputar kemudian peluru dilepas Sendi : - Articulatio Intervertebralis - Articulatio Humeri Otot : - M. deltoideus - M. Obliquus Eksternus abdominis - M Pectoralis mayor c. Tahap Gerakan Lanjutan Setelah Peluru dilepas kaki kanan dilangkahkan kedepan Sendi : - Articulatio Coxae - Articulatio Genue Otot : - M. Quadricep Femoris - M. Rectus femoris Sumbu : Lateral Bidang : sagital Gerakan : Abduksi Pengungkit 1 Ada bebarapa articulatio yang ada pada tubuh kita terutama daerah pada lengan. Menurut pendapat yang dikemukakan (Richard S. Snell 2006 :420) extremitas superior dapat dibagi menjadi bahu ( hubungan antara bahu dan lengan atas), lengan atas, siku, lengan bawah, region carpalis dan tangan. Kemudian masing-masing pengelompokan pada jenis articulatio pada extremitas superior menjadi lebih spesifik lagi. Maka menurut pendapat

15 20 yang dikemukakan Satimin Hadiwidjaja (2003: 39) articulations dalam extremitas superior dikelompokkan menjadi 11 articulationes seperti tersebut dibawah ini: 1. Articulation sternoclavicularis 2. Articulation acromioclavicularis 3. Articulation humeri 4. Articulation cubiti dan articulation radioulnaris proximalis 5. Articulation radioulnaris distalis 6. Articulation radiocarpea 7. Articulation intercarpea 8. Articulation carpometacarpea 9. Articulation intermetacarpea 10. Articulation metacarpophalangea 11. Articulation interphalangea Untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau kegiatan olahraga yang melibatkan lengan seperti gerakan menangkap, melempar, mengangkat, memukul dan lain-lain, maka dibutuhkan otot-otot lengan yang baik dan terlatih. Adapun yang dimaksud dengan otot menurut Syaifuddin (1997: 35) yaitu, Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak. Menurut Evelyn Pearce (1999 : 15) bahwa, Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana. Sedangkan Imam Hidayat (1997: 50) menyatakan, Otot sebagai sumber gerak dapat disamakan dengan motor listrik atau mesin gasa. Otot mengubah tenaga kimia menjadi tenaga mekanis dan tenaga mekanis ini menyebabkan terjadinya gerakan tubuh. Berdasarkan pengertian otot yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, otot merupakan suatu jaringan yang merupakan alat penggerak tubuh manusia dimana otot mengubah tenaga kimia menjadi tenaga mekanis yang menyebabkan terjadinya gerakan. Suatu gerakan akan terjadi karena adanya rangsangan dari luar. Seperti dikemukakan Syaifuddin (1997: 35) bahwa, Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar.

16 21 Rangsangan ini dapat bermacam-macam bentuknya. Dengan adanya rangsangan, maka otot-otot berkontraksi sesuai dengan rangsangan yang diterima. 1. Otot lengan atas Dalam gerakan lompat jangkit terjadi gerakan pada bagian otot lengan atas yaitu gerakan ekstensi dan fleksi. Otot-otot yang bekerja dapat dilhat dalam tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 1. Muscle action table: Upper Extremity ; Shoulder Muscle Flexion Extension Biceps longhead Biceps shorthead Coracobrachialis Deltoid (anterior) Deltoid (middle) Deltoid (posterior) Pectoralis major (clavicular) Pectoralis major (sternal) Latissimus dorsi Infraspinatus Teres major Teres minor Triceps long head Subcapularis (Clayne R, et al 1983:109)

17 22 Gambar 6. Otot-Otot Lengan atas dilihat dari depan (R.Putz dan R. Pabst 2000: 29) Gambar 7 Otot-Otot Lengan atas dilihat dari belakang (R.Putz dan R. Pabst 2000: 34)

18 23 2. Otot Lengan Bawah Dalam gerakan lompat jangkit terjadi gerakan pada bagian otot lengan bawah yaitu gerakan ekstensi dan fleksi. Otot-otot yang bekerja dapat dilhat dalam tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 2. Muscle action table: Upper Extremities ; ELBOW Muscle Flexion Extension Flexor digitorum sublimis Flexor carpi ulnaris Flexor carpi radialis Palmaris longus Extensor carpi radialis brevis Extensor carpi radialis longus Extensor carpi ulnaris Extensor digiti quinti Extensor digitorum communis Anconeus Pronator teres Brachialis Brachioradialis Biceps Triceps (Clayne R, et al 1983: )

19 24 Gambar 8. Otot-Otot Lengan bawah dilihat dari depan (R.Putz dan R. Pabst 2000: 61) Gambar 9. Otot-Otot Lengan bawah dilihat dari belakang (R.Putz dan R. Pabst 2000: 65)

20 25 3..Otot-otot tungkai atas Dalam gerakan lompat jangkit terjadi gerakan pada otot-otot bagian tu ngkai atas yaitu gerakan ekstensi dan fleksi. Otot-otot yang bekerja dapat dilhat dalam tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 3. Muscle action table: Lower Extremities 1 ; HIP Muscle Flexion Extension Abducition Adduction Medial Rotation Lateral Rotation Rectus femoris Pectineus Psoas major Illacus Sartorius Adductor brevis Adductor longus Adductor magnus Gracilius Biceps femoris ( long head ) Semimembranosus Semitendinoosus Gluteus maximus Posterior Fibers Gluteus medius Anterior Posterior Fibers Fibers Gluteus minimus Anterior Posterior Fibers Fibers Tensor fasciae latae (Joseph Hamill,2015:185)

21 Gambar 10. Otot-Otot Tungkai Atas Dilihat Dari Depan. (R.Putz dan R. Pabst 2000: 311) 26

22 Gambar 11. Otot-Otot Tungkai Atas Dilihat Dari Belakang. (R.Putz dan R. Pabst 2000: 311) 27

23 28 4. Otot-otot tungkai bawah Dalam gerakan lompat jangkit terjadi gerakan pada bagian tungkai bawah yaitu gerakan ekstensi dan fleksi. Otot-otot yang bekerja dapat dilhat dalam tabel dan gambar dibawah ini. Tabel 4. Muscle action table: Lower Extremities 2 ; KNEE AND LOWER LEG Muscle Flexion Extension Biceps femoris Semimembranosus Semitendinoosus Gantrocnemius Sartorius Graciliis Plantaris Popliteus Rectus femoris Vastus intermedius Vastus medialis Vastus lateralis Clayne R, et al 1983:151)

24 29 Gambar 12. Otot-otot Tungkai bagian Bawah dari depan (R.Putz dan R. Pabst 2000: 326)

25 30 Gambar 13. Otot-otot Tungkai bagian Bawah dari belakang (R.Putz dan R. Pabst 2000: 330) 5. Otot-otot ankle dan kaki Dalam gerakan lompat jangkit terjadi gerakan pada bagian ankle dan kaki yaitu gerakan ekstensi dan fleksi. Otot-otot yang bekerja dapat dilhat dalam tabel dan gambar dibawah ini.

26 31 Tabel 5. Muscle action table: Lower Extremities 3 ; ANKLE AND FOOT Muscle Dorsiflexion Plantarflexion Toe extension Tibalis anterior Extensor digitorum longus Extensor hallucis longus Peroneus tertius Peroneus longus Peroneus brevis Gastrocnemius Soleus Plantaris Tibialis posterior Flexor digitorum longus Flexor hallucis longus Clayne R, et al 1983:152) Gambar 14. Otot-Otot Ankle dan Kaki. (R.Putz dan R. Pabst 2000: 338)

27 32 d. Prestasi Tolak Peluru Beberapa hal yang melandasi pentingnya sebuah analisis perkembangan prestasi dalam sebuah cabang olahraga. Prestasi merupakan salah satu faktor penting yang hendak dicapai dalam sebuah cabang olahraga. Prestasi merupakan hasil tertinggi dari pelaksanaan suatu tujuan atau target. Untuk mencapai prestasi dalam olahraga tidaklah mudah, perlu adanya usaha dan kerja keras dari olahragawan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Harsono (1988 : 233) untuk mencapai prestasi olahraga perlu pernyaratan antara lain : 1. Bakat, minat dan motivasi berolahraga si pelaku ( olahragawan ) 2. Dukungan moral dan materiil dari keluarga 3. Proses pembinaan secara berkesinambungan, terprogram, menggunakan pendekatan dengan metode yang baik, dalam waktu yang relatif lama 4. Dukungan pra sarana dan sarana yang memadai 5. Kondisi lingkungan fisik, geografis, dan cultural yang kondusif. Ada 7 Faktor yang harus ada untuk meningkatkan atau mencipatakan prestasi olahraga khususnya pada prestasi lompat jangkit: a. keadaan pra sarana dan sarana olahraga b. sistem pembinaan ( kompetisi ) c. keadaan postur tubuh atlet. d. kemampuan fisik atlet e. ketrampilan teknik / skill atlet f. perekaman taktik / strategi g. keadaan psikologi atlet : 1. rasa nyaman terhadap masa depan 2. percaya diri : motivasi dan disiplin. Tolak peluru memerlukan banyak latihan agar dapat mengembangkan gaya teknik yang sesuai. Perbedaan gaya yang ada menimbulkan banyak perdebatan, karena tiap atlet merasa bahwa gaya atau teknik yang digunakannya adalah yang paling baik dan benar memenuhi prinsip-prinsip biomekanis yang diperlukan untuk menghasilkan prestasi maksimum. Dibawah ini tabel standar prestasi putra tolak peluru menurut Gerry A. Car (1997:221) ;

28 33 Tabel 6. Standar Prestasi Putra yang disarankan Tolak Peluru (meter) Usia Berat Peluru (kg) Memuaskan Baik Sangat Baik ,5 5,5-8,0 7,0-9,0 7, ,5 5,5-8,0 7,0-8,6 7, ,5 6,5-9,0 8,0-9,7 8, ,5 7,5-10,0 9,0-10,8 9,8 2. Latihan Fisik a. Pengertian Latihan Fisik Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung kebugaran jasmani atau pencapaian prestasi olahraga yang optimal. Latihan fisik merupakan latihan yang menekankan pada komponen kondisi fisik tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Andi Suhendro (1999: 41) menyatakan, Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga. Latihan fisik pada prinsipnya memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambugan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan dengan latihan fisik Harsono (1988: 153) menyatakan Latihan fisik merupakan usaha untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh sehingga mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 35) Latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain.

29 34 Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, latihan fisik merupakan salah satu unsur latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, power otot tungkai, maka latihan fisik harus ditekankan pada peningkatan unsur-unsur kondisi fisik power otot tungkai. Latihan yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen kondisi fisik yang dikembangkan. b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Fisik Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif. Pelaksanaan latihan harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik (Nosseck, 1982: 14). Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Pengembangan kondisi fisik dari hasil latihan tergantung pada tipe dan beban latihan yang diberikan serta tergantung dari kekhususan latihan. Menurut Fox. Bowers, dan Foss (1999: 25-27) prinsip-prinsip dasar latihan fisik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan suatu latihan, antara lain: (1) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih. Pemanasan biasanya berisi peregangan, kalestenik dan aktivitas formal, dan setelah latihan diakhiri pendinginan. Pemanasan dapat dikerjakan secara umum dan khusus, yaitu dengan berbagai macam latihan aktif dan pasif. Atau dapat juga pemanasan dikerjakan dengan kombinasi latihan aktif dan pasif. Rusli Lutan (1992: 91) menyatakan bahwa: Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan adalah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita untuk menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Kecuali untuk memanaskan tubuh, kegunaan lainnya ialah agar (1) atlet terhindar dari kemungkinan bahaya cidera, (2) terjadi koordinasi gerak yang mulus, (3)

30 35 organ tubuh menyesuaikan diri dengan kerja yang lebih berat dan (4) kesiapan mental atlet kian meningkat. Melalui pemanasan yang dilakukan dengan aktif dan pasif akan meningkatkan suhu tubuh yang kemudian akan membantu meningkatkan kelancaran peredaran darah, meningkatkan penyaluran oksigen dan pertukaran zat. Selain itu pemanasan juga akan mempertinggi elasitas otot, dengan demikian akan memperkecil terjadinya cidera. (2) Prinsip Kekhususan Setiap latihan yang dilakukan tentunya akan menimbulkan pengaruh secara khusus terhadap tujuan yang diingikan sesuai dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Soekarman (1987: 60) menyatakan, Latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Pendapat lain dikemukakan Sadoso Sumosardjuno (1994: 10) menyatakan Latihan harus dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang dilakukan harus memiliki ciri-ciri tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan. (3) Prinsip Interval Latihan secara interval merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu. Faktor istirahat haruslah diperhitungkan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan. Sistem latihan secara interval digunakan hampir pada semua cabang olahraga. Menurut Suharno HP. (1993: 17) bahwa, Prinsip interval sangat penting dalam latihan yang bersifat harian, mingguan, bulanan, kuwartalan, tahunan yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental atlet dalam menjalankan latihan.

31 36 Ciri khas latihan interval yaitu adanya istirahat yang diselingkan pada waktu melakukan latihan. Istirahat diantara latihan tersebut dapat berupa istirahat pasif ataupun aktif, tergantung dari sistem energi mana yang akan dikembangkan. Istirahat disetiap rangsangan latihan memegang peranan yang menentukan. Sebab organisme yang mendapat beban latihan sebelumnya harus dipulihkan lagi. Istirahat yang terlalu panjang dan terlalu pendek dapat menghambat keefektifan suatu latihan. Setiap rangsangan gerak menyebabkan penggunaan energi dan pengurangan cadangan energi, akan tetapi juga mengandung rangsangan untuk pembentukan energi baru. Menurut Suharno HP. (1993: 17) bahwa kegunaan prinsip interval diterapkan dalam latihan untuk: (1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan, (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan. Kesediaan organisme yang lebih tinggi untuk menunjukkan gejala penyesuaian, terlihat pada pembebanan dalam istirahat berikutnya, sudah tentu tidak dalam jangka waktu yang tidak terbatas, melainkan dalam saat yang pendek sewaktu pemulihan kembali organisme secara menyeluruh. Jangka waktu istirahat yang pendek tetapi penting harus disesuaikan dan dipergunakan dengan baik, sebab dalam waktu yang pendek itulah tersusun rangsangan latihan yang baru. Oleh karena itu istirahat tidak boleh terlalu pendek, karena bila demikian saat yang baik dan menguntungkan belum tercapai. Juga istirahat tidak boleh terlalu panjang, karena dalam hal demikian saat yang penting berlalu tanpa dapat dimanfaatkan. Rangsangan yang baru harus cukup tetapi tersusun dalam tahap superkompensasi keseimbangan organisme secara keseluruhan. (4) Prinsip Beban Lebih Secara Progresif Peningkatan beban latihan dilakukan secara progresif. Yang dimaksud dengan peningkatan beban secara progresif yaitu peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Soekarman (1987: 60) menyatakan, "Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum, dan jangan berlatih melebihi kemampuan". Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian

32 37 meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik. Peningkatan beban latihan harus tepat disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi setahap. Pelatih harus cermat dalam memperhitungkan penambahan beban yang akan diberikan. Harus diperhatikan bahwa perlu dihindari pemberian beban yang berlebihan. Pemberian beban yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi olahragawan itu sendiri. Keuntungan penggunaan prinsip peningkatan beban secara progresif adalah atot-otot tidak akan terasa sakit dan kemungkinan melemahkan cedera tubuh. Dengan diberi beban lebih akan menambah latihan otot pada saat melakukan program latihan berbeban. Akibatnya pada latihan berikutnya beban lebih yang pertama tidak memberikan pangaruh yang memadai untuk meningkatkan kekuatan. Dengan kata lain, beban yang pertama itu akhirnya menjadi underload, karena kekuatannya telah bertambah. Peningkatan beban latihan paling tidak dilakukan setelah 1 minggu latihan, karena organisme tubuh baru akan beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharno HP. (1993: 14) bahwa, Peningkatan beban latihan jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi. Penambahan beban yang dilakukan dengan tepat akan dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan secara yang tepat pula. Dengan hal tersebut, maka hasil latihan akan lebih optimal. (5) Prinsip Latihan Beraturan Prinsip ini bertujuan agar beban latihan tertuju dan terjadi menuntut kelompok otot dan tempat berfungsinya otot. Menurut M. Sajoto (1995: 31) bahwa, Latihan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok otot-otot besar dulu yang dilatih, sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih dulu.

33 38 Alasan penyusunan ini bahwa otot-otot yang lebih kecil cenderung lebih cepat dan lebih lemah daripada kelompok otot yang lebih besar. Oleh karena itu untuk menentukan beban lebih yang tepat mendahulukan melatih otot-otot yang lebih besar, kemudian otot-otot yang lebih kecil sebelum mengalami kelelahan. Lebih lanjut M. Sajoto (1995: 31) mengemukakan bahwa, "Program latihan hendaknya diatur agar tidak terjadi dua bagian otot pada tubuh yang sama mendapat dua kali latihan secara berurutan". Pembebanan diberikan pada kelompok otot-otot yang lebih besar, kemudian otot-otot yang kecil sebelum mengalami kelelahan. Misalnya kelompok otot kaki dan paha dilatih lebih dahulu dari pada kelompok otot lengan yang lebih kecil. (6) Prinsip Perbedaan Individu Konsep latihan harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Perbedaan antara atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) mengemukakan, "Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang diterapkan harus bersifat individu. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet. Kemampuan atlet akan meningkat bergantung pada program latihan yang diterapkan. Sebagai seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam menyusun program latihan untuk atletnya agar tujuan latihan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. (7) Prinsip Kembali Asal Prinsip kembali asal ini penting untuk diperhatikan oleh seorang atlet. Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi semula apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontinyu. Penuruan yang bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan

34 39 latihan. Soekarman (1987: 60) menyatakan, Setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula. Oleh karena itu setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara kondisinya. Berlatih secara baik dan teratur adalah hal penting untuk menjaga kondisi dan prestasi seorang atlet. Jika latihan dihentikan maka secara otomatis kondisi dan prestasinya akan menurun. (8) Prinsip Nutrisi Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip nutrisi atau gizi makanan perlu diperhatikan juga. Hal ini penting karena, banyaknya kalori yang dikeluarkan selama latihan fisik harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Sarwoto & Bambang Soetedjo (1993: 231) menyatakan, Kualitas makanan yang kita makan dengan didukung oleh kegiatan fisik yang teratur akan memberikan jaminan terhadap tingkat kesehatan seseorang. Seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat memerlukan konsumsi makanan, terutama makanan yang mengandung zat energi yang lebih besar dari pada aktivitasnya ringan. Seperti dikemukakan Patte Rotella Mc. Clenaghan (1993: 263) bahwa, Karbohidrat dan lemak menggantikan sumber energi makanan yang dapat digunakan selama olahraga. Makanan yang tidak seimbang dengan kegiatan fisik yang dilakukan akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tubuh sehingga akan mengakibatkan sakit. c. Latihan Plyometric Latihan plyometric pertama kali dikemukakan oleh salah satu warga Amerika yang berpikiran jauh ke depan tentang kepelatihan Atletik bernama Fred Wilt pada tahun Kata plyometric berasal dari bahasa latin yaitu plyo dan metrics yang berarti measurable increase atau peningkatan yang dapat diukur (Chu,1992:1) Menurut Arnhaim (1985:83) latihan plyometric merupakan suatu tipe latihan nometrik beban lebih yang menggunakan reflek regangan otot atau reflex miostatic, yaitu kontraksi eksentrik atau kontraksi memanjang dimana sekumpulan otot benar-benar teregang secara cepat dan mendadak sebelum terjadi kontraksi

35 40 kosentrik atau kontraksi memendek. Istilah plyometric pertama kali dari katayunani plyethyein yang berarti dalam bahasa inggris augment atau to increase (memperbesar atau meingkatkan). Menurut Radcliffe & Farentinos (1985:3-7) bahwa latihan plyometric adalah suatu latihan yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamik atau regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat. plyometric disebut juga dengan reflek regang atau miotatik atau reflek muscle spindle. Pendapat lain dikemukakan oleh Fox, et al (1988:175) mengemukakan bahwa latihan plyometric merupakan tipe bentuk program latihan kelima yang mengkombinasikan suatu regangan awal pada unit tendon yang diikuti oleh suatu kontraksi isotonik. Pendapat lain dikemukakan oleh Fox, et al (1988:175) mengemukakan bahwa latihan plyometric merupakan tipe bentuk program latihan kelima yang mengkombinasikan suatu regangan awal pada unit tendon yang diikuti oleh suatu kontraksi isotonik. Menurut Chu (1992:1-3) berpendapat bahwa latihan plyometric adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Latihan plyometric dibuat berdasarkan elemen struktural tubuh manusia yang didukung oleh sistem mekanika, elastisitas, kekuatan, pembebanan, tekanan, dan tegangan otot, juga kartilago tulang, tendon dan ligamen adalah merupakan unsure penting dalam latihan plyometric. Ciri khas latihan plyometric adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja. Latihan ini dikerjakan dengan cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Pyke et al (1991:144) mengemukakan bahwa latihan plyometric didasarkan pada prinsip-prinsip pra peregangan otot yang terlibat pada saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan yang dilakukan otot sewaktu pendaratan.tipe latihan yang melibatkan unsur-unsur tersebut diatas, merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Berdasarkan definisi di atas, terdapat perbedaan akan tetapi pada prinsipnya adalah sama. Kesimpulan dari pengertian latihan plyometric adalah salah satu bentuk latihan yang didalamnya terdapat kontraksi dan regangan otot secara cepat yang memungkinkan otot mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang singkat. Latihan plyometric merupakan gerakan dari rangsangan peregangan otot secara

36 41 mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat. Latihan tersebut dapat menghasilkan peningkatan daya ledak dan kekuatan kontraksi. Daya ledak dan kekuatan kontaksi otot merupakan cermin peningkatan adaptasi fungsional neuromuscular. Peningkatan kontraksi otot merupakan perbaikan fungsi reflek peregangan dari muscle spindle. 1) Tinjauan Fisiologis Latihan Plyometric a) Reseptor otot Seluruh otot di dalam tubuh manusia mempunyai reseptor otot yang disebut propioreseptor yang terdiri dari Muscle Spindle (MS) dan Golgi Organ Tendon (GOT). Muscle Spindle adalah reseptor yang mengirimkan sinyal tentang kecepatan regangan otot dan panjang otot, sedangkan Golgi Organ Tendon adalah reseptor sensoris yang mengirimkan informasi tentang tegangan otot (tension) dari otot ke susunan syaraf pusat (Guyton, 1991:595). b) Muscle Spindle (MS) Muscle Spindle mempunyai komponen otot yang disebut berkas intrafusal yang terdiri dari serabut-serabut otot bergaris. Berkas intrafusal diselubungi oleh kapsul tipis. Muscle Spindle mengandung 2 jenis serabut otot intrafusal, yaitu Nuclear Bag Fiber (NBF) dan Nuclear Chain Fiber (NCF). Nuclear Bag Fiber lebih panjang dan lebih tebal dari pada nuclear chain fiber dan mempunyai banyak nuclei yang terletak disentral. Biasanya satu muscle spindle mempunyai 2 nuclear bag fiber dan 4 sampai 5 nuclear chain fiber (Best and Taylors, 1985:76). Serabut otot intrafusal juga menerima persyarafan motoris dan sekelompok syaraf efferent yang disebut neuron fusimotor (gamma motor fiber). Neuron fusimotor ini menyebabkan kontraksi dari bagian ujung-ujung serabut intrafusal dan menimbulkan regangan bagian tengah (sentral), akibatnya terminal afferent spindle mengalami deformasi dan depolarisasi (Best and Taylors, 1985:78). c) Alur Refleks

37 42 Suatu alur refleks terdiri dari 5 unit dasar, yaitu: (a) Reseptor dan ramifikasi perifer dari serabut afferent pada organ manusia. (b) Neuron affarent primer, yaitu akson sensoris dengan badan sel pada ganglion ramus dorsalis. (c) Medula spinalis (pusat), di mana afferent neuron membentuk hubungan sinap dengan neuron yang lain. Bila neuron eferen membentuk hubungan langsung dengan neuron skelemotor (eferen) maka refleks disebut monosinaptik. Bila neuron aferen berhubungan dengan interneuron lainnya sebelum berhubungan dengan neuron aferen, maka refleksnya disebut polisinaptik, bila hanya berhubungan dengan satu intraneuron sebelum berhubungan dengan neuron eferen disebut refleks disinaptik. (d) neuron eferen (neuron sekeletomotor), dengan badan selnya terletak pada cornuanterior medulla spinalis dan aksonnya menuju organ efektor. (e) organ efektor, misalnya otot skelet (Best and Taylors, 1985:78). d) Stretch reflex (miostatic reflex) Pada medulla spinalis hanya serabut syaraf Ia dan muscle splindle yang berperan dalam refleks monosinaptik. Serabut group Ib dan golgi organ tendon berperan dalam refleks disipnatik. Serabutserabut ramus dorsalis lainya terutama menimbulkan refleks polisinaptik (Guyton, 1991:596). Secara fisiologi refleks yang terpenting adalah refleks monosinaptik yang mempunyai masa laten singkat, sedangkan refleks polisinaptik mempunyai masa laten lama. Refleks monosinaptik berhubungan dengan jalur refleks polisinaptik ini terdapat diseluruh otot dan terjadi akibat regangan pada otot yang secara refleks menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot yang sama (Guyton, 1991:595). Urutan terjadinya stretch reflex adalah sebagai berikut: (a) Regangan otot menimbulkan regangan pada muscle spindle dimana terdapat terminal aferen group Ia, (b) Deformasi dari terminal ini menimbulkan aksi potensial pada serabut Ia, (c) Serabut aferen group Ia secara monosinaptik (tanpa melalui

38 43 interneuron) merangsang neuron sekeletomotor pada medulla spinalis yang kembali menuju ke otot yang sama. e) Refleks Fusimotor Refleks fusimotor termasuk refleks polisinaptik yang salah satu fungsinya adalah untuk menghilangkan kekenduran muscle spindle yang ditimbulkan oleh kontraksi otot (serabut ekstrafusal). Karena muscle spindle susunannya di dalam otot paralel dengan serabut ekstrafusal, maka bila serabut otot ekstrafusal berkontraksi dan memendek, muscle spindle akan mengendur. Akibatnya pembentukan impuls oleh reseptor akan berhenti dan informasi mengenai kecepatan dan besarnya panjang otot yang menuju ke pusat juga berhenti. Untuk menghilangkan kekenduran muscle spindle maka pada refleks fusimotor akan menimbulkan kontraksi atau tegangan pada bagian ujung-ujung serabut otot ekstrafusal dan akibatnya menimbulkan regangan pada bagian tengah muscle spindle, sehingga receptor akan mampu kembali mengadakan respon terhadap perubahan panjang otot selama kontraksi ekstrafusal, hal ini disebut mekanisme kompensasi dari fusimotor terhadap kontraksi serabut otot ekstrafusal. Fusimotor memiliki fungsi ganda sebagai berikut: (a) Selama kontraksi otot ekstrafusal, fusimotor mempertahankan pembentukan impuls pada reseptor muscle spindle sehingga informasi propioseptif dapat dikirim ke sentral dan susunan syaraf pusat dapat memutuskan apakah derajat kontraksi otot telah sesuai dengan kebutuhan motoris (gerak), (b) Fusimotor memungkinkan serabut syaraf aferen grup, untuk meneruskan pengaruh terhadap pembentukan impuls pada neuron skeletomotor. Fungsi fusimotor yang lain adalah menimbulkan kontraksi otot volunter melalui putaran gamma (gamma loop), yaitu melalui muscle spindle dan serabut syaraf grup Ia. Di sini sinyal motoris yang berasal dari otak akan menimbulkan impuls pada neuron fusimotor dimana medulla spinalis yang menginervasi muscle spindle dari otot

39 44 yang berkontraksi. Aktivasi dari fusimotor akan menyebabkan serabut otot intrafusal berkontraksi dan akan menimbulkan atau meningkatkan impuls pada aferen grup Ia dari otot tersebut. Meningkatnya pelepasan impuls dari serabut syaraf Ia akan merangsang neuron sekeletomotor yang menuju ke otot yang sama dan otot tersebut kemudian berkontraksi. Jadi fusimotor mengatur panjang otot yang akan berkontraksi. Makin tinggi frekuensi impuls fusimotor makin kuat kontraksi otot. Sebaliknya makin rendah frekuensi impuls fusimotor maka otot akan menjadi lebih rilek. Jadi panjang otot ditentukan oleh panjang dari muscle spindle yang diatur oleh fusimotor (Guyton, 1991:29). f) Refleks interaksi Refleks interaksi ini terlibat di dalam kerja motoris yang terkoordinir dan digunakan dalam melangkah atau meloncat. Refleks ekstensi menyokong tubuh dalam gerakan melangkah dan crossed reflex (refleks menyilang) berperan pada gerakan ritmis yang berganti-ganti antara fleksi dan ekstensi dari kedua tungkai (Guyton, 1991:29). Pada saat otot berkontraksi, maka struktur komponen elastis akan meregang sampai sebesar 3-5% dari panjang serabut otot. Fleksi dan ektensi otot-otot tungkai ini yang mendukung gerakan gerakan melangkah atau menyilang bahkan pada gerak yang lebih komplek. g) Long spinal reflex Refleks ini melibatkan aferen dari kulit, sendi dan otot. Refleks ini sangat penting sekali dalam koordinasi lengan dan tungkai pada waktu bergerak. Misalkan lengan akan mengayun sedemikian rupa pada waktu kedua tungkai bergerak untuk mencegah agar tubuh tidak berputar pada waktu melangkah (Guyton, 1991:29). Dalam pelaksanaan dari banyak keterampilan olahraga yang dipelajari terutama untuk suatu gerak reaksi eksplosif, otot mengalami suatu regangan yang sangat cepat sebagai akibat dari beberapa tipe pembebanan yang diberikan pada otot. Regangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter a. Definisi Lari 1) Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club

BAB I PENDAHULUAN. melakukan olahraga pada pagi maupun sore hari, serta banyaknya club BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup mengembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga pada pagi

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU

2015 PENGARUH LATIHAN BARBELL LUNGES D AN D UMBELL ONE-ARM SHOULD ERS PRESS TERHAD AP HASIL TOLAK PELURU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah gabungan dari beberapa nomor pertandingan yang secara garis besar dapat di kelompokan menjadi lari, lompat, dan lempar. Atletik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, baik sebagai hiburan, mulai dari latihan peningkatan kondisi tubuh atau sebagai prestasi untuk

Lebih terperinci

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Kamus Besar

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING DAN DEPTH JUMP TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DI UDARA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN DASAR ATLETIK Lempar (Throw) Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LEMPAR (THROW) Lempar Lembing (Javelin Throw) Tolak Peluru (Shot Put) Lempar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer, banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun orang tua. Permainan bulutangkis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tungkai berfungsi sebagai penopang gerak anggota tubuh bagian atas, serta BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Panjang Tungkai Panjang tungkai sebagai salah satu anggota gerak bawah memiliki peran penting dalam unjuk kerja olahraga. Sebagai anggota gerak bawah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah untuk

Lebih terperinci

ANALISIS MEKANIKA CABANG OLAHRAGA

ANALISIS MEKANIKA CABANG OLAHRAGA ANALISIS MEKANIKA CABANG OLAHRAGA Tantangan Pelatih : Mengamati penampilan atlet Memutuskan aspek keterampilan yang perlu dikoreksi Tak ada perencanaan yg baik, dihadapkan pada: Kompleksitas Kecepatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Stroke Tungkai Stroke tungkai atau gerakan tungkai merupakan gerakan tungkai ke atas dan bawah secara bergantian dan terus menerus. Gerakan tungkai gaya

Lebih terperinci

RUNNING SKILLS. Skill highlights

RUNNING SKILLS. Skill highlights RUNNING SKILLS Skill highlights 1. Waktu yg ditempuh atlet pada jarak tertentu ditentukan oleh panjang langkah (stride length) dan frekuensi langkah (stride frequency) Panjang tungkai atlet dan dorongan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lain yang menggunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Atletik Menurut Mukholid, (2004:100) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon (bahasa Yunani) yang artinya berlomba atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu olahraga yang paling terkenal di dunia. Olahraga ini dapat menarik perhatian banyak penonton, memiliki sisi tontonan atau hiburan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. kaki, kepala, dan dada. Hanya penjaga gawang yang disahkan memakai tangan. BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Permainan Sepakbola Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 11 orang termasuk penjaga gawang. Dalam bermain sepakbola hanya diizinkan melakukan gerakan kaki, kepala,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Power Otot Tungkai a. Pengertian Power otot tungkai Power otot tungkai adalah sekelompok otot tungkai dalam berkontraksi dengan beban tertentu. Salah

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP LEAP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA SSB BINTANG TIMUR MEDAN TAHUN 2009 MAHMUDIN MATONDANG Jurusan Pendidikan Jasmani,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi teoritis 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Bola Sepak bola adalah olahraga terpopuler di jagad raya ini. Hampir semua orang bisa memainkan olahraga yang mengandalkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang 1 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Takraw Sepak takraw berasal dari dua kata yaitu sepak dan takraw. Sepak berarti gerakan menyepak sesuatu

Lebih terperinci

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH

TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH TOLAK PELURU A. SEJARAH TOLAK PELURUH Beragam kegiatan lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu.

Lebih terperinci

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI

MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL. Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI MEKANISME GERAK SISTEM MUSKULOSKELETAL Sasanthy Kusumaningtyas Departemen Anatomi FKUI 1 ILMU GERAK KINESIOLOGI : Adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan bagian dari budaya kehidupan yang telah lama dianggap sebagai cara yang tepat untuk meningkatkan kesehatan baik sehat jasmani maupun rohani, disamping

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Atletik Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap atau posisi tubuh dalam keadaan diam atau bergerak (Harsono,1988:223). Menurut Oxendine dalam Harsono (1988:223)

Lebih terperinci

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1 BIOMEKANika olahraga dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Biomekanika/ikun/2003 1 Definisi Ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip mekanika terhadap struktur tubuh manusia pada saat melakukan olahraga. Penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Menendang Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ke tempat lain yang menggunakan kaki atau bagian kaki. Menendang bola merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Perubahan itu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Perubahan itu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Motorik Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Perubahan itu bertahan dalam waktu yang cukup lama, jadi semakin tekun orang belajar atau melatih

Lebih terperinci

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Tolak Peluru Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang terdiri atas nomor lari, jalan, tolak dan lempar. Pada nomor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang.

II. TINJAUAN PUTAKA. beregu, dimainkan oleh dua kelompok dan masing-masing kelompok. terdiri sebelas pemain termasuk penjaga gawang. 12 II. TINJAUAN PUTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Sepak Bola Sepak bola merupakan suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola dengan mengunakan kaki, bola dperebutkan dintara para pemain, yang

Lebih terperinci

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar Lampiran 4 No. Panduan Senam Bugar Lansia (SBL) Langkah Gerakan SBL Bag. 1 Gerakan Pemanasan Gambar Latihan Pernapasan 1. Meluruskan badan dengan kedua tangan lurus ke bawah sejajar dengan kedua sisi tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari kegiatan pendidikan. Manusia membutuhkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengerti dan memahami berbagai ilmu pengetahuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Jump Heading Tehnik dasar heading (jump heading) sangat penting dalam permainan sepak bola. Karena dengan jump heading

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan 2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bola voli (volleyball) adalah bagian dari cabang olahraga permainan yang di dalamnya merupakan perkembangan olahraga bola voli kompetitif. Di mana bola voli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah bangsa dapat berdiri tegak di antara bangsa-bangsa lain di dunia, salah satunya dengan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang olahraga. Prestasi olahraga

Lebih terperinci

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT

2016 PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempar lembing merupakan salah satu nomor lempar dan nomor yang diperlombakan dalam cabang atletik. Peraturan-peraturan umum perlombaan lempar lembing 1) lembing

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mensana end Corporisano merupakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dan akrab terdengar di telinga kita, bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga, proses latihan seyogyanya berpedoman pada teori dan prinsip-prinsip serta norma-norma latihan yang benar, sehingga

Lebih terperinci

MEKANIKA GERAK. Oleh: AGUS MAHENDRA FPOK UPI

MEKANIKA GERAK. Oleh: AGUS MAHENDRA FPOK UPI MEKANIKA GERAK Oleh: AGUS MAHENDRA FPOK UPI Pengertian Mekanika Gerak Mekanika gerak sesungguhnya merupakan sebuah studi terhadap pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh daya (seperti daya tarik bumi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN 2.1 Latihan Squat Trust Latihan Squat trust adalah sebuah latihan yang dimulai dengan sikap berdiri tegak, kemudian berjongkok dengan kedua tangan di lantai

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR

BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR BAB II HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI MEDIA BOLA BEREKOR A. Hakikat Lempar Lembing 1. Lempar Lembing Lempar lembing diikutsertakan dalam ajang Olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan

Lebih terperinci

Baseball Batting. Mekanika. Teknik

Baseball Batting. Mekanika. Teknik Baseball Batting Teknik 1. Dlm baseball, pemukul (batter) menghadap ke arah datangnya bola yg melayang berputar (spinning) dengan kecepatan (velocity) dan arah (direction) yg bervariasi. Bat baseball bentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor bergengsi dalam cabang olahraga atletik khususnya dalam nomor lompat. Lompat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu alat dalam pendidikan yang dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik menjadi manusia secara keseluruhan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT Pengenalan Salah satu sistem yang penting dalam badan. Pergerakan terhasil daripada penguncupan dan pemanjangan otot. Selain itu ia juga menentukan magnitud pergerakan.

Lebih terperinci

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra LOMPAT JANGKIT Definisi lompat jangkit : Lompat jangkit disebut juga lompat-lompat tiga, karena dilakukan dengan tiga lompatan yaitu jingkat (hop), langkah (step), lompat (jump) atau jingkat langkah lompat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini di Indonesia karate berkembang dengan baik, bahkan merupakan salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap kejuaran ditingkat

Lebih terperinci

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim

PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim PENERAPAN GAYA MENGAJAR INKLUSI MENGGUNAKAN MEDIA YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU. Samiun Alim Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lompat Jauh a. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompatdalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembinaan olahraga di Indonesia saat ini belum maksimal. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum menunjukan hasil yang

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan olahraga di Indonesia sebagaimana telah diungkapkan dalam Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) Nomor 3 Tahun 2005, bahwa kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah olahraga yang sangat populer dan digemari oleh orang tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin menjadi seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga voli merupakan salah satu cabang olahraga yang memasyarakat di Indonesia. Permainan ini sudah sangat populer dan digemari oleh masyarakat, dapat dibuktikan

Lebih terperinci

MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan

MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan MODUL 8 BADMINTON Pendahuluan Badminton merupakan sebuah permainan yang menuntut pemain untuk memiliki ketepatan timing yang tinggi, hal ini disebabkan karena keunikan dari dari melayangnya shuttlecock

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matras, sehingga terjadi touché, (kemenangan mutlak). Touché untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. matras, sehingga terjadi touché, (kemenangan mutlak). Touché untuk menyatakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gulat merupakan cabang olahraga beladiri yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu saling berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh untuk menjatuhkan lawan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi (2007: 33) BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hakikat Permainan Bola Basket Permainan bola basket adalah permainan yang banyak menuntut kesiapan dan kemantapan mental setiap pemainya. Ahmadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga yang sifatnya persaingan satu dengan lainnya, termasuk dalam olahraga permainan sepakbola untuk mencapai prestasi dibutuhkan kemampuan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kemampuan atau kondisi fisik. Menurut Harsono (2000:4) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atletik di ambil dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang artinya bertanding atau berlomba, menurut Syarifuddin (1992: 2) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Athlon

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH. HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Zukrur Rahmat 1 Abstrak Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di berbagai bidang, termasuk bidang olahraga. Untuk meningkatkan olahraga diperlukan

Lebih terperinci

TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY)

TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY) TITIK BERAT TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY) Definisi titik berat Lokasi titik berat pada manusia STABILITAS DAN EQUILIBRIUM Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG 1 HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya : ANALISIS MATERI Dalam buku Anak Prasekolah (2000), masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik ataupun segala kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. servis atas pada permainan bola voli siswa SMA Negeri 4 Gorontalo yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. servis atas pada permainan bola voli siswa SMA Negeri 4 Gorontalo yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan kumpulan fakta empiris untuk mendiskripsikan pengaruh pelatihan power otot

Lebih terperinci

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli B Permainan Bola Voli Apakah kamu menyukai permainan bola voli? Sebenarnya permainan bola voli telah memasyarakat. Apakah kamu telah dapat melakukan gerak dasar permainan bola voli dengan benar? Ayo kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK 1 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK MULTIPLE BOX TO BOX JUMPS WITH SINGLE LEG LANDING DAN SINGLE LEG BOUNDING TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V DAN VI SD NEGERI PENGKOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kita sangat terbantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kita sangat terbantu dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, kita sangat terbantu dalam mengerjakan pekerjaan dan kegiatan kita sehari-hari. Tanpa disadari, kemajuan teknologi

Lebih terperinci

Sejarah Lempar Lembing

Sejarah Lempar Lembing Sejarah Lempar Lembing Lempar lembing merupakan suatu aktivitas yang menuntut kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Medianya berupa lembing, yaitu sejenis tombak, tapi lebih ringan dan kecil. Awal mulanya,

Lebih terperinci

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot Kebugaran jasmani harus dipenuhi oleh setiap orang. Kebugaran jasmani merupakan pendukung keberhasilan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Latihan kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelenturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci