BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA"

Transkripsi

1 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 01/III/PB/2011 NOMOR : 6 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MARET 2011

2 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDlDlKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR /PBI2011 NOMOR 6 TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDlDlKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, Menibang : bahwa dala rangka elaksanakan Pasal 41 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforasi Birokrasi Noor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya perlu enetapkan Peraturan Bersaa Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-Undang Noor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 1974 Noor 55, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Noor 3041), sebagaiana telah diubah dengan Undang-Undang Noor 43 Tahun 1999 (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Noor 169, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Noor 3890); 2. Undang-Undang Noor 20 Tahun 2003 tentang Siste Pendidikan Nasional (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Noor 6, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Noor 4301); 3. Undang-Undang Noor 32 Tahun 2004 tentang Peerintahan Daerah (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Noor 125, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Noor 4437), sebagaiana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Noor 12 Tahun 2008 (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Noor 59, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Noor 4844);

3 4. Undang-Undang Nornor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Noor 157, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Nornor 4586); 5. Peraturan Pernerintah Nornor 4 Tahun 1966 tentang PeberhentianlPeberhentian Sernentara Pegawai Negeri (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 1966 Nornor 7, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Nornor 2797); 6. Peraturan Pernerintah Noor 7 Tahun 1977 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 1997 Noor 11, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Nornor 3098), sebagairnana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pernerintah Noor 11 Tahun 2011 (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun Noor 24); 7. Peraturan Pernerintah Noor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 1994 Nornor 22, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Nornor 3547), sebagairnana telah diubah dengan Peraturan Peerintah Nornor 40 Tahun 2010 (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nornor 51, Tarnbahan Lebaran Negara Republik lndonesia Nornor 5121); 8. Peraturan Pernerintah Nornor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2000 Noor 196, Tabahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Noor 4017), sebagairnana telah diubah dengan Peraturan Pernerintah Noor 12 Tahun 2002 (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 2002 Nornor 32, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Noor 4193); 9. Peraturan Pernerintah Nornor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2000 Noor 198, Tabahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Noor 4019); 10. Peraturan Pernerintah Nornor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pernindahan, dan Pernberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Noor 15, Tarnbahan Lebaran Negara Republik lndonesia Nornor 4263), sebagairnana telah diubah dengan Peraturan Peerintah Nornor 63 Tahun 2009 (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nornor 164); 11. Peraturan Pernerintah Noor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nornor 41, Tabahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Noor 4496); 12. Peraturan Pernerintah Nornor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nornor 194, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Nornor 4941); 13. Peraturan Peerintah Noor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lernbaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Noor 23, Tarnbahan Lebaran Negara Republik lndonesia Nornor 5105), sebagaiana telah diubah dengan Peraturan Pernerintah Nornor 66 Tahun 2010 (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nornor 112, Tarnbahan Lernbaran Negara Republik lndonesia Noor 51 57);

4 14. Peraturan Peerintah Noor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lebaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Noor 74, Tabahan Lebaran Negara Republik lndonesia Noor 5135); 15. Keputusan Presiden Noor 87 Tahun 1999 tentang Rupun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 16. Keputusan Presiden Noor 731M Tahun 2007 engenai Pengangkatan Kepala Badan Kepegawaian Negara; 17. Keputusan Presiden Noor 84/P Tahun 2009 engenai Pebentukan Kabinet lndonesia Bersatu II; 18. Peraturan Presiden Noor 47 tahun 2009 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Keenterian Negara Republik Indonesia; 19. Peraturan Presiden Noor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Keenterian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Keenterian Negara, sebagaiana telah diubah dengan Peraturan Presiden Noor 67 Tahun 2010; 20. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforasi Birokrasi Noor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya; 21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Noor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Keenterian Pendidikan Nasional. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDlDlKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dala Peraturan Bersaa ini yang diaksud dengan: 1. Jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang epunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk elaksanakan kegiatan pengawasan akadeik dan anajerial pada satuan pendidikan. 2. Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk elaksanakan pengawasan akadeik dan anajerial pada satuan pendidikan. 3. Satuan pendidikan adalah taan kanak-kanaklraudhatul athfal, sekolah dasarladrasah ibtidaiyah, sekolah enengah pertaaladrasah tsanawiyah, sekolah enengah atas/adrasah aliyah, sekolah enengah kejuruanladrasah aliyah kejuruan, pendidikan luar biasa atau bentuk lain yang sederajat.

5 4. Kegiatan pengawasan adalah kegiatan Pengawas Sekolah dala enyusun progra pengawasan, elaksanakan progra pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan progra, dan elaksanakan pebibingan dan pelatihan profesional Guru. 5. pengebangan profesi adalah kegiatan yang dirancang dala rangka pengebangan ilu pengetahuan, teknologi, sikap dan keterapilan untuk peningkatan profesionalise aupun dala rangka enghasilkan sesuatu beranfaat bagi pendidikan sekolah. 6. Ti penilai jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah ti yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit dan bertugas enilai prestasi kerja Pengawas Sekolah. 7. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan danlatau akuulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Pengawas Sekolah dala rangka pebinaan karier kepangkatan dan jabatannya. 8. Standar nasional pendidikan adalah kriteria inial tentang siste pendidikan di seluruh wilayah huku Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Pejabat pebina kepegawaian pusat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pipinan Kesekretariatan Lebaga Kepresidenan, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pipinan Lebaga Peerintah Non Keenterian, Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keaanan Laut, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan serta Pipinan Kesekretariatan Lebaga Negara dan Lebaga lainnya yang dipipin oleh pejabat struktural eselon I dan bukan erupakan bagian dari Keenterian NegaralLebaga Peerintah Non Keenterian. 10. Pejabat pebina kepegawaian daerah Provinsi adalah Gubernur. 11. Pejabat pebina kepegawaian daerah KabupatenIKota adalah BupatilWalikota. 12. Daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi asyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang engalai bencana ala, bencana sosial, atau daerah yang berada dala keadaan darurat lain. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, RUMPUN JABATAN, BEBAN KERJA, DAN BIDANG PENGAWASAN Pasal 2 (1) Pencawas Sekolah berkedudukan sebaqai pelaksana teknis funisional di bidang pengawasan akadeik dan anajerial pada sejulah satuan pendidikan yang ditetapkan. (2) Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh Guru yang berstatus sebagai PNS.

6 Pasal 3 Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah elaksanakan tugas pengawasan akadeik dan anajerial pada satuan pendidikan yang eliputi penyusunan progra pengawasan, pelaksanaan pebinaan, peantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pebibingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan progra pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah khusus. Pasal 4 Jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah jabatan fungsional yang terasuk dala rupun pendidikan lainnya. Pasal 5 (1) Beban kerja Pengawas Sekolah adalah 37,5 (tiga puluh tujuh setengah) ja peringgu di dalanya terasuk pelaksanaan pebinaan, peantauan, penilaian, dan pebibingan di sekolah binaan. (2) Sasaran pengawasan bagi setiap Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. untuk taan kanak-kanaklraudathul athfal dan sekolah dasarladrasah ibtidaiyah paling sedikit 10 satuan pendidikan danlatau 60 (ena puluh) Guru; b. untuk sekolah enengah pertaaladrasah tsanawiyah dan sekolah enengah atasladrasah aliyahlsekolah enengah kejuruanladrasah aliyah kejuruan paling sedikit 7 satuan pendidikan danlatau 40 (epat puluh) Guru ata pelajaranlkelopok ata pelajaran; c. untuk sekolah luar biasa paling sedikit 5 satuan pendidikan danlatau 40 (epat puluh) Guru; dan d. untuk pengawas bibingan dan konseling paling sedikit 40 (epat puluh) Guru bibingan dan konseling. (3) Untuk daerah khusus, beban kerja Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (2) paling sedikit 5 (lia) satuan pendidikan secara lintas tingkat satuan dan jenjang pendidikan. Pasal 6 Bidang pengawasan eliputi pengawasan taan kanakkanaklraudhatul athfal, sekolah dasarladrasah ibtidaiyah, pengawasan rupun ata pelajaranlata pelajaran, pendidikan luar biasa, dan bibingan konseling.

7 BAB Ill INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA (1) lnstansi pebina jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah Keenterian Pendidikan Nasional. (2) lnstansi pebina sebagaiana diaksud pada ayat (1) epunyai tugas ebina jabatan fungsional Pengawas Sekolah enurut peraturan perundang-undangan dengan fungsi, antara lain: a. enyusun petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional Pengawas Sekolah; b. enyusun pedoan forasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah; c. enetapkan standar kopetensi jabatan fungsional Pengawas Sekolah; d. rnengushkan tunjangan jabatan fungsional Pengawas Sekolah; e. elakukan sosialisasi jabatan fungsional Pengawas - Sekolah serta petunjuk pelaksanaannya; f. enyusun kurikulu pendidikan dan pelatihan fungsionallteknis fungsional Pengawas Sekolah; g. enyelenggarakan pendidikan dan pelatihan fungsionallteknis fungsional Pengawas Sekolah; h. engebangkan siste inforasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah; i. efasilitasi pelaksanaan jabatan fungsional Pengawas Sekolah; j. efasilitasi pebentukan organisasi profesi dan penyusunan kode etik jabatan fungsional Pengawas Sekolah; k. elakukan koordinasi antara instansi pebina dengan instansi pengguna dala pelaksanaan berbagai pedoan dan petunjuk teknis; dan l, elakukan onitoring dan evaluasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah. BAB IV JENJANG JABATANIPANGKAT Pasal 8 (1) Jabatan fungsional Pengawas Sekolah erupakan jabatan tingkat keahlian. (2) Jenjang jabatan fungsional Pengawas Sekolah dari yang terendah sapai dengan yang tertinggi, yaitu: a. Pengawas Sekolah Muda; b. Pengawas Sekolah Madya; dan c. Pengawas Sekolah Utaa.

8 (3) Jenjang pangkat Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (2), sesuai dengan jenjang jabatannya, yaitu: a. Pengawas Sekolah Muda: 1. Penata, golongan ruang Illlc; dan 2. Penata Tingkat I, golongan ruang Illld. b. Pengawas Sekolah Madya: 1. Pebina, golongan ruang IVIa; 2. Pebina Tingkat I, golongan ruang IVlb; dan 3. Pebina Utaa Muda, golongan ruang IVIc. c. Pengawas Sekolah Utaa: 1. Pebina Utaa Madya, golongan ruang IV/d; dan 2. Pebina Utaa, golongan ruang IVle. (4) Jenjang jabatanlpangkat Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (3), adalah jenjang jabatanlpangkat berdasarkan julah angka kredit yang diiliki untuk asingasing jenjang jabatan. (5) Penetapan jenjang jabatan fungsional Pengawas Sekolah ditetapkan berdasarkan julah angka kredit yang diiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit sehingga diungkinkan jabatanlpangkat tidak sesuai dengan jabatanlpangkat sebagaiana diaksud pada ayat (3). BAB V UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN Pasal 9 Unsur dan sub unsur kegiatan Pengawas Sekolah, adalah: a. Pendidikan, eliputi: 1. engikuti pendidikan dan eperoleh gelarhjazah; 2. engikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional calon Pengawas Sekolah dan eperoleh Surat Tanda Taat Pendidikan dan Pelatihan (S'TTPP); dan 3. engikuti diklat fungsional Pengawas Sekolah serta ernperoleh SlTPP. b. Pengawasan akadeik dan anajerial, eliputi: 1. penyusunan progra; 2. pelaksanaan progra; 3. evaluasi hasil pelaksanaan progra pengawasan; 4. ebibine, dan elatih profesional Guru; dan 5. pelaksanaan-tugas kepengawasan di daerah khusus. c. Pengebangan profesi, eliputi: 1. enyusun karya tulis iliah; dan 2. ebuat karya inovatif. d. Penunjang tugas Pengawas Sekolah, eliputi: 1. peran serta dala seinarllokakarya di bidang pendidikan foral/kepengawasan sekolah; 2. keanggotaan dala organisasi profesi; 3. keanggotaan dala ti penilai angka kredit jabatan fungsional Pengawas Sekolah;

9 4. elaksanakan kegiatan pendukung pengawasan sekolah; 5. endapat penghargaanltanda jasa; dan 6. eperoleh gelarlijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diapunya. BAB VI RlNClAN KEGIATAN JENJANG JABATAN Pasal 10 Rincian kegiatan Pengawas Sekolah sesuai dengan jenjang jabatan, sebagai berikut: 1. Pengawas Sekolah Muda: a. enyusun progra pengawasan; b, elaksanakan pebinaan Guru; c. eantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kopetensi lulusan, dan standar penilaian; d. elaksanakan penilaian kinerja Guru; e. elaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan progra pengawasan pada sekolah binaan; f. enyusun progra pebibingan dan pelatihan profesional Guru di KKGIMGMPIMGP dan sejenisnya; g. elaksanakan pebibingan dan pelatihan profesional Guru; dan h. engevaluasi hasil pebibingan dan pelatihan profesional Guru. 2. Pengawas Sekolah Madya: a. enyusun progra pengawasan; b. elaksanakan pebinaan Guru danlatau kepala sekolah; c. eantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kopetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pebiayaan dan standar penilaian pendidikan; d. elaksanakan penilaian kinerja Guru danlatau kepala sekolah; e. elaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan progra pengawasan pada sekolah binaan; f. enyusun progra pebibingan dan pelatihan profesional Guru danlatau kepala sekolah di KKGIMGMPIMGP danlatau KKKSIMKKS dan sejenisnya; g. elaksanakan pebibingan dan pelatihan profesional Guru danlatau kepala sekolah; h. elaksanakan pebibingan dan pelatihan kepala sekolah dala rnenyusun progra sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepeipinan sekolah, dan siste inforasi dan anajeen; i. engevaluasi hasil pernbibingan dan pelatihan profesional Guru danlatau kepala sekolah; dan j. ebibing Pengawas Sekolah Muda dala elaksanakan tugas pokok.

10 gawas Sekolah Utaa: enyusun progra pengawasan; elaksanakan pebinaan Guru dan kepala sekolah; eantau pelaksanaan standar isi, standar proses, standar kopetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pebiayaan dan standar penilaian pendidikan; elaksanakan penilaian kinerja Guru dan kepala sekolah; elaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan progra pengawasan pada sekolah binaan; engevaluasi hasil pelaksanaan progra pengawasan tingkat KabupatenIKota atau Provinsi; enyusun progra pebibingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah di KKGIMGMPIMGP danlatau KKKSIMKKS dan sejenisnya; elaksanakan pebibingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah; elaksanakan pebibingan dan pelatihan kepala sekolah dala enyusun progra sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepeipinan sekolah, dan siste inforasi dan anajeen; engevaluasi hasil pebibingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah; ebibing Pengawas Sekolah Muda dan Pengawas Sekolah Madya dala elaksanakan tugas pokok; dan elaksanakan pebibingan dan pelatihan profesional Guru dan kepala sekolah dala pelaksanaan penelitian tindakan. BAB VII PENGANGKATAN DALAM JABATAN Bagian pertaa Pejabat yang berwenang engangkat Pasal 11 Pejabat yang berwenang engangkat Guru PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah adalah pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Penetapan Surat Keputusan Pengangkatan dala Jabatan Pasal 12 (1) Pengangkatan Guru PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah ditetapkan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang.

11 (2) Pejabat yang berwenang engangkat Guru PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah dapat enunjuk pejabat lain di Ungkungannya. (3) Surat keputusan pengangkatan Guru PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah tidak dapat berlaku surut. Bagian Ketiga Persyaratan Pengangkatan dala Jabatan Pasal 13 (1) Persyaratan pengangkatan PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah, sebagai berikut: a. asih berstatus sebagai Guru dan eiliki sertifikat pendidik dengan pengalaan engajar paling sedikit 8 (delapan) tahun atau Guru yang diberi tugas tabahan sebagai kepala sekolahladrasah paling sedikit 4 (epat) tahun sesuai dengan satuan pendidikannya asing-asing; b. berijazah paling rendah Sarjana (S1)lDiploa IV bidang pendidikan; c. eiliki keterapilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang pengawasan; d. eiliki pangkat paling rendah Penata, golongan ruang Illlc; e. usia paling tinggi 55 (lia puluh lia) tahun; f. lulus seleksi calon Pengawas Sekolah; g. telah engikuti diklat fungsional calon Pengawas Sekolah dan eperoleh STPP; dan h. setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dala Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai baik dala 2 (dua) tahun terakhir. (2) Untuk enentukan angka kredit dan jenjang jabatan fungional Pengawas Sekolah digunakan angka kredit yang berasal dari angka kredit jabatan fungsional Guru. (3) Surat Keputusan pengangkatan Guru PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah dibuat dengan enggunakan contoh forulir sebagaiana tersebut dala Lapiran I Peraturan Bersaa ini. Bagian Keepat Forasi Jabatan Pasal 14 (1) Di saping persyaratan sebagaiana diaksud dala Pasal 13 pengangkatan Guru PNS dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah dilaksanakan sesuai forasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah dengan ketentuan, sebagai berikut:

12 a. Pengangkatan Guru PNS Pusat dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah dilaksanakan sesuai dengan forasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara setelah endapat pertibangan Kepala Badan Kepegawaian Negara; b. Pengangkatan Guru PNS Daerah dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah dilaksanakan sesuai forrnasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah yang ditetapkan oleh Kepala Daerah asing-asing setelah endapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggungjawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan berdasarkan pertibangan Kepala Badan Kepegawaian Negara. (2) Forasi jabatan fungsional Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (I), berdasarkan beban kerja Pengawas Sekolah sebagairnana diaksud dala Pasal 6 ayat (I), diatur sebagai berikut: a, julah seluruh satuan pendidikan di ProvinsiIKabupatenIKota dibagi julah sasaran pengawasan; atau b. jurnlah seluruh Guru di Provinsi/Kabupaten/Kota dibagi sasaran Guru yang dibina. BAB Vl l l PENllAlAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT Pasal 15 (1) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan anska kredit, setiap Pengawas Sekolah wajib rnencatat dan rnenginventarisasi sernua kegiatan yang dilakukan. (2) Hasil inventarisasi kegiatan dituangkan dala bentuk Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) wajib diusulkan paling kurang I (satu) kali dala setahun. (3) Penilaian dan penetapan angka kredit Pengawas Sekolah dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dala setahun. (4) Penilaian dan penetapan angka kredit untuk kenaikan jabatanlpangkat dilakukan 2 (dua) kali dala 1 (satu) tahun yaitu 3 (tiga) bulan sebelu periode kenaikan pangkat PNS, dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan paling labat bulan Januari tahun yang bersanskutan; dan b. untuk kenaikan pangkat periode Oktober, angka kredit ditetapkan paling larnbat bulan Juli tahun yang bersangkutan.

13 Bagian Pertarna Pejabat Yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit Pasal 16 Pejabat yang berwenang rnenetapkan angka kredit, adalah: a. Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat lain yang ditunjuk setingkat eselon I bagi Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Tingkat I, golongan ruang IVlb sarnpai dengan Pengawas Sekolah Utarna, pangkat Pernbina Utarna, golongan ruang IVIe di lingkungan instansi pusat dan daerah. b. Direktur Jenderal Kernenterian Agarna yang ernbidangi pendidikan bagi Pensawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang IVIa di lingkungan Keenterian Agaa. c. Kepala Kantor Wilayah Kernenterian Agarna Provinsi bagi Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc dan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illld di lingkungan Kantor Wilayah Keenterian Agarna. d. Gubernur atau Kepala Dinas yang rnebidangi pendidikan bagi Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golonsan ruang Illlc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang IVIa di lingkungan Provinsi; e. BupatiIWalikota atau Kepala Dinas yang rnebidangi pendidikan bagi Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IVIa di lingkungan KabupatenlKota. f. Pirnpinan instansi pusat atau pejabat lain yang ditunjuk bagi Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golonsan ruang llllc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IVIa di lingkungan instansi pusat di luar Kernenterian Agarna. Pasal 17 (1) Dala rangka tertib adinistrasi dan pengendalian, pejabat yang berwenang rnenetapkan angka kredit sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 16 harus ebuat spesirnen tanda tangan dan disarnpaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian NegaraIKepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan. (2) Apabila terdapat pergantian pejabat yang berwenang rnenetapkan angka kredit, spesirnen tanda tangan pejabat yang rnenggantikan tetap harus dibuat dan disarnpaikan kepada Kepala Badan Kepesawaian Negara IKantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersanskutan.

14 Pasal 18 Apabila pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit sebagaiana diaksud dala Pasal 16 berhalangan sehingga tidak dapat enetapkan angka kredit sapai batas waktu yang ditentukan sebagaiana diaksud dala Pasal 15 ayat (3) dan ayat (4), aka penetapan angka kredit dapat dilakukan oleh atasan pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit atau pejabat lain satu tingkat dibawahnya, yang secara fungsional bertanggung jawab di bidang pendidikan nonforrnal dan inforal setelah endapatkan delegasi atau kuasa dari atasan pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit atau pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit. Bagian Kedua Ti penilai Pasal 19 Dala enjalankan kewenangannya, pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit sebagaiana diaksud dala Pasal 16, dibantu oleh: a. Ti penilai Keenterian Pendidikan Nasional atau pejabat lain yang ditunjuk setingkat eselon I bagi Menteri Pendidikan Nasional yang selanjutnya disebut tirn penilai Pusat. b. Ti penilai Direktorat Jenderal Keenterian Aqaa baqi ~irekkr Jenderal Keenterian Agaa yang ebidanii pendidikan yang selanjutnya disebut tirn penilai Keenterian Agaa. c. Ti penilai Kantor Wilayah Keenterian Agaa bagi Kepala Kantor Wilayah Keenterian Agaa yang selanjutnya tirn penilai Kantor Wilayah. d. Ti penilai Provinsi bagi Gubernur atau Kepala Dinas yang ebidangi pendidikan yang selanjutnya disebut tirn penilai Provinsi. e. Ti penilai KabupatenIKota bagi BupatitWalikota atau Kepala Dinas yang ebidangi pendidikan yang selanjutnya disebut tirn penilai KabupatenIKota. f. Ti penilai lnstansi Pusat di luar Keenterian Agaa bagi pipinan instansi pusat atau pejabat lain yang ditunjuk, yang selanjutnya disebut tirn penilai lnstansi. (1) Syarat untuk enjadi anggota tirn penilai adalah: a. rnenduduki jabatanlpangkat paling rendah saa dengan jabatanlpangkat Pengawas Sekolah yang dinilai; b. rneiliki keahlian serta apu untuk enilai prestasi kerja Pengawas Sekolah; dan c. dapat aktif elakukan penilaian. (2) Anggota tirn penilai jabatan fungsional Pengawas Sekolah harus lulus diklat calon tirn penilai dan endapat sertifikat dari Menteri Pendidikan Nasional.

15 (3) Masa jabatan anggota tirn penilai adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kebali untuk asa jabatan berikutnya. (4) Anggota tirn penilai yang telah enjabat 2 (dua) kali asa jabatan secara berturut-turut dapat diangkat kebali setelah elarnpaui asa tenggang waktu 1 (satu) asa jabatan. (5) Dala ha1 terdapat anggota tirn penilai yang berhalangan tetap, aka Ketua tirn penilai engusulkan pengganti antar waktu untuk eneruskan sisa asa tugas, kepada pejabat yang berwenang enetapkan tirn penilai. (6) Dala hal terdapat tirn penilai yang turut dinilai, Ketua tirn penilai dapat engangkat anggota tirn penilai pengganti. (7) Susunan anggota tirn penilai paling sedikit 7 (tujuh) orang terdiri dari unsur teknis, unsur kepegawaian, dan pejabat fungsional Pengawas Sekolah, dengan ketentuan sebagai berikut: a. seorang Ketua erangkap anggota dari unsur teknis; b. seorang Wakil Ketua erangkap anggota; c. seorang Sekretaris erangkap anggota dari unsur kepegawaian; dan d. paling sedikit 4 (epat) orang anggota. (8) Anggota tirn penilai sebagaiana diaksud pada ayat (7) huruf d paling sedikit 2 (dua) orang dari pejabat fungsional Pengawas Sekolah. (9) Dala hal koposisi julah anggota tirn penilai sebagaiana diaksud pada ayat (7) huruf d tidak dapat dipenuhi, aka anggota tirn penilai dapat diangkat dari pejabat lain yang epunyai kopetensi dala penilaian prestasi kerja di pengawasan akadeik dan anajerial. (10) Tata kerja tirn penilai dan tata cara penilaian angka kredit jabatan fungsional Pengawas Sekolah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional selaku Pipinan lnstasi Pebina jabatan fungsional Pengawas Sekolah. (1) Tugas tirn penilai Pusat: a. ebantu Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat lain yang ditunjuk setingkat eselon I dala enetapkan angka kredit Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina Tingkat I, golongan ruang IVIb sapai dengan Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pebina Utaa, golongan ruang IV/e di lingkungan instansi pusat dan daerah.

16 b. rnelaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat lain yang ditunjuk setingkat eselon I yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud pada huruf a. (2) Tugas tirn penilai Kernenterian Agarna: a. rnernbantu Direktur Jenderal Kernenterian Agarna yang ernbidangi pendidikan dalarn rnenetapkan angka kredit Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang lvla di lingkungan Kernenterian Agarna. b. rnelaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal Kernenterian Agarna yang rnernbidangi pendidikan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud pada huruf a. (3) Tugas tirn penilai Kantor Wilayah: a. rnernbantu Kepala Kantor Wilayah Kernenterian Agarna Provinsi dalarn rnenetapkan angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc dan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illld di lingkungan Kantor Wilayah Keenterian Agarna. b. rnelaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kernenterian Agarna Provinsi yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud pada huruf a. (4) Tugas tirn penilai Provinsi: a. rnernbantu Gubernur atau Kepala Dinas yang rnernbidangi ~endidikan dalarn rneneta~kan angka kredit Peneawas Sekolah < - ~uda, pangkat Penata, $olongan ruang Illlc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang lvla di lingkungan Provinsi. b. rnelaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur atau Kepala Dinas yang ernbidangi pendidikan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud pada huruf a. (5) Tugas tirn penilai KabupatenIKota: a. rnernbantu BupatiIWalikota atau Kepala Dinas yang rnernbidangi pendidikan dalarn enetapkan angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang lvla di lingkungan KabupatenIKota. b. rnelaksanakan tugas-tugas Lain yang diberikan oleh BupatiIWalikota atau Kepala Dinas yang rnernbidangi pendidikan yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud pada huruf a.

17 (6) Tugas tirn penilai instansi: a. ernbantu pirnpinan instansi pusat atau pejabat lain yang ditunjuk dala enetapkan angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang llllc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IVIa di lingkungan instansi pusat di luar Kernenterian Agaa. b. rnelaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pipinan instansi pusat atau pejabat lain yang ditunjuk yang berhubungan dengan penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud pada huruf a. (7) Apabila tirn penilai instansi belurn dibentuk, penilaian angka kredit Pengawas Sekolah dapat dirnintakan kepada tirn penilai Pusat. (8) Apabila tirn penilai KabupatenIKota belu dibentuk, penilaian angka kredit Pengawas Sekolah dapat diintakan kepada tirn penilai KabupatenIKota lain terdekat atau tirn penilai Provinsi yang bersangkutan atau tirn penilai Pusat. (9) Apabila tirn penilai Provinsi belurn dibentuk, penilaian angka kredit Pengawas Sekolah dapat diintakan kepada tirn penilai Provinsi lain terdekat atau tirn penilai Pusat. (10) Apabila tirn penilai Kantor Wilayah belurn dibentuk, penilaian angka kredit Pengawas Sekolah dapat dirnintakan kepada tirn penilai Kantor Wilayah terdekat atau tirn penilai Kernenterian Agarna. Bagian Ketiga Sekretariat Ti Penilai Pasal 22 (1) Untuk rnernbantu tirn penilai dalarn elaksanakan tugasnya, dibentuk Sekretariat tirn penilai yang dipipin oleh seorang Sekretaris yang secara fungsional bertanggung jawab di bidang kepesawaian. (2) Sekretariat tirn penilai dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang rnenetapkan angka kredit.

18 Bagian Keepat Ti Teknis Pasal 23 (1) Pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit dapat ebentuk ti teknis yang anggotanya terdiri dari para ahli, baik yang berkedudukan sebagai PNS atau bukan PNS yang epunyai keapuan teknis yang diperlukan. (2) Tugas ti teknis adalah eberikan saran dan pendapat kepada Ketua ti penilai dala hal eberikan penilaian atas kegiatan yang bersifat khusus atau kegiatan yang eerlukan keahlian tertentu. (3) Ti teknis dala elaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua ti penilai. Bagian ~elia Pengusulan Penetapan Angka Kredit (1) Untuk enilai prestasi kerja Pengawas Sekolah dilakukan penilaian angka kredit oleh ti penilai. (2) Setiap Pengawas Sekolah yang akan'dinilai prestasi kerjanya wajib enyiapkan bahan penilaian yang dituangkan dala DUPAK. (3) Bahan penilaian sebagaiana diaksud pada ayat (2) disapaikan kepada pipinan unit kerja elalui atasan langsung. (4) Pipinan unit kerja enyapaikan bahan penilaian angka kredit Pengawas Sekolah kepada pejabat.yang berwenang engusulkan penetapan angka kredit. (5) Pejabat yang berwenang engusulkan penetapan angka kredit Pengawas Sekolah enyapaikan usul penetapan angka kredit kepada pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit elalui sekretariat ti penilai. (6) DUPAK Pensawas Sekolah dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Lapiran 11-A sapai dengan Lapiran Il-C Peraturan Bersaa ini. (7) Setiap usul penetapan angka kredit Pengawas Sekolah dilapiri dengan : a. surat pernyataan elakukan pendidikan, dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Lapiran Ill Peraturan Bersaa ini. b. surat pernyataan elakukan kegiatan pengawasan akadeik dan anajerial, dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Lapiran IV Peraturan Bersaa ini;

19 c. surat pernyataan elakukan kegiatan pengebangan profesi, dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Lapiran V Peraturan Bersaa ini; dan d. surat pernyataan elakukan kegiatan penunjang tugas, dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Lapiran VI Peraturan Bersaa ini; (8) Surat pernyataan sebagaiana dirnaksud pada ayat (7) harus disertai dengan bukti fisik. (1) Setiap usulan penetapan angka kredit bagi Pengawas Sekolah harus dinilai secara obyektif oleh ti penilai berdasarkan rincian kegiatan dan nilai angka kredit sebagaiana tersebut pada Lapiran I Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforasi Birokrasi Noor 21 Tahun (2) Hasil penilaian ti penilai sebagaiana diaksud pada ayat (I) disapaikan kepada pejabat yang berwenang enetapkan angka kredit untuk ditetapkan angka kreditnya. Usul penetapan angka kredit Pengawas Sekolah diajukan oleh: a. Sekretaris Jenderal Keenterian Agaa, Gubernur atau Kepala Dinas yang ebidangi pendidikan, BupatiIWalikota atau Kepala Dinas yang ebidangi pendidikan, Pipinan lnstansi Pusat di luar Kernenterian Agaa atau pejabat Lain yang ditunjuk kepada Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat lain yang ditunjuk setingkat eselon I untuk angka kredit Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina Tingkat I, golongan ruang IVIb sapai dengan Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pebina Utaa, golongan ruang IVIe di lingkungan instansi pusat dan daerah. b. Kepala Kantor Wilayah Keenterian Agaa Provinsi kepada Sekretaris Jenderal Keenterian Agaa untuk angka kredit Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IV/a di lingkungan Kantor Wilayah Kernenterian Agaa Provinsi. c. Kepala Kantor Keenterian Agaa Kabupaten/Kota kepada Kepala Kantor Wilayah Keenterian Agaa Provinsi untuk angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golonzan ruang lll/c dan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illld di lingkungan Kantor Keenterian Agaa KabupatenIKota. d. Pejabat eselon Ill yang ebidangi kepegawaian kepada Gubernur atau Kepala Dinas yang ebidangi pendidikan untuk angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc sapai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IV/a di lingkungan Provinsi.

20 e. Pejabat eselon Ill yang rnernbidangi kepegawaian kepada BupatiIWalikota atau Kepala Dinas yang rnernbidangi pendidikan untuk angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang llllc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang IVIa di lingkungan KabupatenIKota. f. Pejabat eselon Ill yang rnernbidangi kepegawaian kepada pipinan instansi pusat atau pejabat lain yang ditunjuk untuk angka kredit Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang IV/a di lingkungan instansi pusat di luar Keenterian Agarna. (1) Penetapan angka kredit (PAK) Pengawas Sekolah sebagaiana dirnaksud dalarn Pasal 26 ayat (2), ditetapkan oleh pejabat yang berwenang rnenetapkan angka kredit, dibuat rnenurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Larnpiran VII Peraturan Bersarna ini. (2) Asli PAK disapaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian NegaraIKepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan dan tebusannya disarnpaikan kepada: a. Pengawas Sekolah yang bersangkutan; b. ~ekretaris tirn penllai PengawG Sekolah yang bersangkutan; c. Kepala BiroIBadan Kepegawaian DaerahIBagian Kepegawaian instansi yang bersangkutan; d. Pipinan unit kerja yang bersangkutan; dan e. Pejabat lain yang dipandang perlu. BAB IX KENAIKAN JABATANI PANGKAT Penetapan angka kredit sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 27 ayat (I), digunakan sebagai dasar untuk rnernpertirnbangkan kenaikan jabatanlpangkat Pengawas Sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 29 (1) Penetapan kenaikan jabatan sebagairnana dirnaksud dalarn Pasal 27, dapat dipertirnbangkan apabila: a. paling singkat 1 (satu) tahun dalarn jabatan terakhir; b, rnernenuhi angka kredit kurnulatif yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi; dan c. setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalarn Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling kurang bernilai baik dalarn 1 (satu) tahun terakhir.

21 (2) Kenaikan jabatan dari jenjang Pengawas Sekolah Muda rnenjadi Pengawas Sekolah Madya ditetapkan oleh Pejabat Pernbina Kepegawaian rnasing-asing. (3) Kenaikan jabatan dari jenjang Pengawas Sekolah Madya enjadi Pengawas Sekolah Utaa ditetapkan oleh Presiden setelah rnendapat pertirnbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pasal 30 (1) Penetapan kenaikan pangkat sebagaiana dirnaksud dalarn Pasal 27 dapat dipertirnbangkan apabila: a. paling singkat 2 (dua) tahun dalarn pangkat terakhir; b. rnernenuhi angka kredit kurnulatif yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi; dan c. setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalarn Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) paling kurang bernilai baik dalarn 2 (dua) tahun terakhir. (2) Kenaikan pangkat PNS PusatIDaerah yang enduduki jabatan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Tingkat 1, golongan ruang IVlb untuk rnenjadi Pernbina Utarna Muda, golongan ruang lvlc sarnpai dengan Pengawas Sekolah Utarna, pangkat Pernbina Utarna, golongan ruang IVIe, ditetapkan oleh Presiden setelah rnendapat pertirnbangan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara. (3) Kenaikan pangkat PNS Pusat yang rnenduduki jabatan Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc untuk rnenjadi Penata Tingkat I, golongan ruang lllld sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Tingkat I, golongan ruang IVlb, ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pernbina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan setelah rnendapat persetujuan teknis Kepala Badan Kepegawaian Negara. (4) Kenaikan pangkat PNS Daerah Provinsi yang rnenduduki jabatan Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc untuk rnenjadi Penata Tingkat I, golongan ruang Illld sarnpai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Tingkat I, golongan ruang IVlb, ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pebina Kepegawaian Daerah Provinsi yang bersangkutan setelah rnendapat persetujuan teknis Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersanskutan. (5) Kenaikan pangkat PNS Daerah KabupatenlKota yang rnenduduki jabatan Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang llllc untuk rnenjadi pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illfd, ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pernbina Kepegawaian Daerah KabupatenlKota yang bersangkutan setelah endapat persetujuan teknis Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan.

22 (6) Kenaikan pangkat PNS Daerah KabupatenIKota yanz enduduki jabatan Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang lllld untuk enjadi Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IVla dan pangkat Pebina Tingkat I, golongan ruang IVlb, ditetapkan oleh Gubernur yang bersangkutan setelah endapat persetujuan teknis Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan. Pasal 31 (1) Kenaikan pangkat bagi Pengawas Sekolah dala jenjang jabatan yang lebih tinggi dapat dipertirnbangkan apabila kenaikan jabatannya telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengawas Sekolah yang eiliki angka kredit elebihi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatanlpangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit tersebut secara kuulatif diperhitungkan untuk kenaikan jabatanlpangkat berikutnya. Pasal 32 (1) Julah angka kredit kuulatif inial yang harus dipenuhi oleh setiap Pengawas Sekolah untuk pengangkatan dan kenaikan jabatanlpangkat adalah sebagaiana tersebut dala Lapiran II, Lapiran Ill, dan Lapiran IV Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforrnasi Birokrasi Noor 21 Tahun 2010 dengan ketentuan: a. paling rendah 80% (delapan puluh persen) angka kredit berasal dari unsur utaa, tidak terrnasuk unsur pendidikan; dan b. paling tinggi 20% (dua persen) angka kredit berasal dari unsur penunjang. (2) Untuk kenaikan jabatanlpangkat setingkat lebih tinggi dari Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc sapai dengan Pengawas Sekolah Utarna, pangkat Pebina Utaa, golonzan ruang lvle wajib elakukan kegiatan pengebangan profesi. (1) Pengawas Sekolah yang pada tahun pertaa telah rneenuhi atau elebihi angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat dala asa pangkat yang didudukinya, aka pada tahun kedua wajib engupulkan paling kurang 20% (dua puluh persen) angka kredit dari jurnlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatanlpangkat setingkat lebih tinggi yang berasal dari sub unsur tugas pokok.

23 (2) Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Illlc yang akan naik pangkat enjadi Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illld angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 6 (ena) angka kredit berasal dari kegiatan pengebangan profesi. (3) Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illld yang akan naik jabatanlpangkat rnenjadi Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina, golongan ruang IVla angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatanlpangkat, paling sedikit 8 (delapan) angka kredit berasal dari kegiatan pengernbangan profesi. (4) Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina, golongan ruang lvla yang akan naik pangkat rnenjadi Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Tingkat I, golongan ruang IVIb angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 10 (sepuluh) angka kredit berasal dari kegiatan pengernbangan profesi. (5) Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Tingkat I, golongan ruang IVIb yang akan naik pangkat enjadi Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Utaa Muda, golongan ruang IVIc angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, palins sedikit 12 (dua belas) angka kredit berasal dari kegiatan pengebangan profesi. (6) Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pernbina Utarna Muda, golongan ruang IVIc yang akan naik jabatanlpangkat rnenjadi Pengawas Sekolah Utarna, pangkat Pebina Utaa Madya, golongan ruang IVId, angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatanlpangkat, paling sedikit 14 (epat belas) angka kredit berasal dari kegiatan pengernbangan profesi. (7) Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pernbina Utaa Madya, golongan ruang IVId yang akan naik pangkat enjadi Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pernbina Utaa, golongan ruang IVIe angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 16 (enarn belas) angka kredit berasal dari kegiatan pengebangan profesi. (8) Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pernbina Utaa, golongan ruang IVIe setiap tahun sejak rnenduduki jenjang jabatanlpangkatnya wajib engurnpulkan paling kurang 25 (dua puluh Lia) angka kredit yang berasal dari tugas pokok.

24 BAB X PEMBEBASAN SEMENTARA DAN PENGANGKATAN KEMBALI DALAM DAN DARl JABATAN Pasal 34 Pebebasan seentara dan pengangkatan kebali dala dan dari jabatan fungsional Pengawas Sekolah ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundangundangan. Bagian Pertaa Pebebasan Seentara Pasal 35 (1) Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Ill/c sapai dengan Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pebina Utaa Madya, golongan ruang IV/d, dibebaskan seentara dari jabatannya apabila telah 5 (lia) tahun dala jabatan terakhir tidak dapat engupulkan angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi Pengawas Sekolah yang jabatannya lebih rendah dari jabatan yang setara dengan pangkat yang diiliki. (2) Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang Ill/c sapai dengan Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pebina Tingkat I, golongan ruang IV/d dibebaskan seentara dari jabatannya apabila telah 5 (lia) tahun dala pangkat terakhir tidak dapat engupulkan angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi Pengawas Sekolah yang akan endapatkan kenaikan pangkat pertaa sejak diangkat dala jabatan terakhir. (3) Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang lll/c sapai dengan Pengawas Sekolah Madya, pangkat Pebina Tingkat I, golongan ruang IV/b dibebaskan seentara dari jabatannya apabila telah 5 (lia) tahun dala pangkat terakhir tidak dapat engupulkan angka kredit kuulatif untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi Pengawas Sekolah yang pernah endapatkan kenaikan pangkat sejak diangkat dala jabatan terakhir. (4) Pengawas Sekolah Utaa, pangkat Pebina Utaa, golongan ruang IV/e dibebaskan seentara dari jabatannya apabila setiap tahun sejak diangkat dala pangkat tidak dapat engupulkan paling kurang 25 (dua puluh lia) angka kredit dari kegiatan tugas pokok.

25 (5) Pebebasan seentara bagi Pengawas Sekolah sebagaiana diaksud pada ayat (I), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), didahului dengan peringatan oleh pejabat yang berwenang rnenetapkan angka kredit. (6) Peringatan sebagaiana diaksud pada ayat (5) dilakukan paling labat 6 (enarn) bulan sebelu batas waktu pebebasan seentara diberlakukan, dibuat enurut contoh forrnulir sebagaiana tersebut pada Lapiran Vlll Peraturan Bersaa ini. (7) Selain pernbebasan seentara sebagaiana diaksud pada ayat (I), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Pengawas Sekolah dibebaskan seentara dari jabatannya apabila: a. dijatuhi hukuan disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selaa 3 (tiga) tahun atau pernindahan dala rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; b. diberhentikan seentara sebagai Pegawai Negeri Sipil; c. ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pengawas Sekolah; d. rnenjalani cuti di luar tanggungan negara kecuali persalinan keepat dan seterusnya; atau e. tugas belajar lebih dari 6 (ena) bulan. (8) Pengawas Sekolah yang dibebaskan seentara sebagaiana diaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (7) huruf a dala rnenjalani hukuan tetap rnelaksanakan tugas pokok dan dinilai serta ditetapkan angka kreditnya. (9) Surat Keputusan pebebasan seentara dari jabatan Pengawas Sekolah dibuat enurut contoh forrnulir sebagaiana tersebut pada Lapiran IX Peraturan Bersarna ini. Bagian Kedua Pengangkatan Kebali Pasal 36 (1) Pengawas Sekolah yang telah selesai enjalani pebebasan seentara sebagaiana diaksud dalarn Pasal 35 ayat (I), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) apabila telah engupulkan angka kredit yang ditentukan, diangkat kebali dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah. (2) Pengawas Sekolah yang dibebaskan sernentara sebagaiana diaksud dala Pasal 35 ayat (7) huruf a, dapat diangkat kernbali dala jabatan fungsional Pengawas Sekolah paling kurang 1 (satu) tahun setelah pernbebasan seentara.

26 (3) Pengawas Sekolah yang dibebaskan sernentara sebagaiana diaksud dala Pasal 35 ayat (7) huruf b, dapat diangkat kebali dalarn jabatan fungsional Pengawas Sekolah apabila berdasarkan keputusan pengadilan yang telah rnernpunyai kekuatan huku yang tetap dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi pidana percobaan. (4) Pengawas Sekolah yang dibebaskan seentara sebagairnana diaksud dala Pasal 35 ayat (7) huruf c, dapat diangkat kernbali dalarn jabatan fungsional Pengawas Sekolah apabila berusia paling tinggi 55 (lia puluh lia) tahun. (5) Pengawas Sekolah yang telah selesai enjalani pebebasan seentara sebagaiana diaksud dala Pasal 35 ayat (7) huruf d dan e, dapat diangkat kernbali dalarn jabatan fungsional Pengawas Sekolah. (6) Pengangkatan kebali dala jabatan Pengawas Sekolah sebagairnana diaksud pada ayat (I), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dengan rnenggunakan angka kredit terakhir yang diiliki dan dapat ditarnbah angka kredit dari tugas pokok Pengawas Sekolah yang diperoleh selaa pebebasan seentara. (7) Surat keputusan pengangkatan kebali dala jabatan Pengawas Sekolah dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Lapiran X Peraturan Bersarna ini. BAB XI PEMBERHENTIAN DARl JABATAN (1) Pengawas Sekolah diberhentikan dari jabatannya apabila: a. dijatuhi hukuan disiplin tingkat berat dan telah epunyai kekuatan huku tetap kecuali hukurnan disiplin berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selaa 3 (tiga) tahun atau pernindahan dala rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, atau b. dala jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sernentara dari jabatannya sebagaiana diaksud dala Pasal 35 ayat (I), ayat (2),ayat (3), dan ayat (4) tidak dapat engurnpulkan angka kredit yang ditentukan. (2) Surat keputusan peberhentian dari jabatan Pengawas Sekolah dibuat enurut contoh forulir sebagaiana tersebut pada Larnpiran XI Peraturan Bersaa ini.

27 BAB XI1 KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 38 PNS yang diangkat dala jabatan Pengawas Sekolah tidak dapat enduduki jabatan rangkap, baik jabatan fungsional lain aupun jabatan struktural. BAB Xlll KETENTUAN PERALIHAN Pasal 39 Prestasi kerja yang telah dilakukan Pengawas Sekolah sapai dengan diteta~kannva Peraturan Bersaa ini, dinilai berdasarkan Ke~utusan ~enteii ~egara Pendayagunaan ' Aparatur Negara ' Noor 91 /KEPIM.PAN/10/2001. (1) Pada saat Peraturan Bersaa ini ditetapkan, Pen2awas Sekolah yang belu eiliki ijazah SlIDiploa IV dengan pangkat Penata Muda, golongan ruang Illla sapai dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang Illld elaksanakan tugas dan penilaian prestasi kerja sebagaiana tersebut dala Lapiran I Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforasi Birokrasi Noor 21 Tahun (2) Pengawas Sekolah yang asih eiliki pangkat Penata Muda golongan ruang lllla dan pangkat Penata Muda Tingkat I golongan ruang Illlb elaksanakan tugas sebagai Pengawas Sekolah Muda dan julah angka kredit kuulatif inial yang harus dipenuhi untuk kenaikan pangkat Pengawas Sekolah, yaitu: a. Pengawas Sekolah yang berijazah SLTAIDiploa I adalah sebagaiana tersebut dala Lapiran V Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforrnasi Birokrasi Noor 21 Tahun b. Pengawas Sekolah yang berijazah Diploa II adalah sebagaiana tersebut dala Lapiran VI Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforasi Birokrasi Noor 21 Tahun c. Pengawas Sekolah yang berijazah Diploa Ill adalah sebagaiana tersebut dala Lapiran VII Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reforasi Birokrasi Noor 21 Tahun 2010.

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PERl2lM.PANl3.12009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA. PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENlLlK DAN ANGKA KREDITNYA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA. PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENlLlK DAN ANGKA KREDITNYA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENlLlK DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 02/III/PB/2011 NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA I NOMOR : 03/III/PB/2011

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENERJEMAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 7 Tahun 2005 NOMOR : 17 Tahun 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L No.287, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Analis Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERINEGARAPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERINEGARAPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERINEGARAPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA MENTER NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMAS BROKRAS REPUBLK NDONESA PERATURAN MENTERNEGARAPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA DAN REFORMAS BROKRAS NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSONAL PENGAWAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPAIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPAIA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA. BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 33 TAHUN 201 1 TENTANG KENAIKAN PANGKAT BAG1 PEGAWAI NEGERI SlPlL YANG MEMPEROLEH SURAT TANDA TAMAT BEIAJARIIJAZAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN DAN ANGKA KREDITNYA XIEVTERI SIIG,\R4 PENDAYAGL'K.4AS Pt.R.4TL'R NEGARA REPUBLIK 1SI)OSESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA NOMOR : 19 IKEPIM.PAN11112000 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL SANITARIAN DAN ANGKA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH

PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH PEDOMAN PENETAPAN ANGKA KREDIT DAN KENAIKAN JABATAN/PANGKAT PENGAWAS MADRASAH Oleh : Team Penyusun KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH JAKARTA 2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : PB. 01/MEN/2009 NOMOR : 14 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2013 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Jabatan Fungsional. Auditor Kepegawaian. Ketentuan Pelaksana. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/2/M.PAN/3/2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA NOMOR : 135/~~~/~.~~~/12/2002

REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA NOMOR : 135/~~~/~.~~~/12/2002 MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA NOMOR : 135/~~~/~.~~~/12/2002 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEREKAM MEDlS DAN ANGKA KREDlTNYA MENTERIPENDAYAGUNAANAPARATURNEGARA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.288, 2014 KEMENPAN RB. Pemeriksa Keimigrasian. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran

MATERI BUKU. 3. Lampiran lampiran MATERI BUKU 1. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Keputusan Bersama Kepala Lembaga

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 6 TAH U N 009 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.875, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI.. Auditor Kepegawaian. Jafung. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

Lebih terperinci

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 20 TAHUN 2005 NOMOR : 14A TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Merk. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

- 5 - k. memfasilitasi

- 5 - k. memfasilitasi - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft Peraturan Menteri PAN Tgl. 4 Maret 2008 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya RANCANGAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU

Lebih terperinci

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan No.409, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Polisi Pamong Praja. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN: - 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEIMIGRASIAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PEDOMAN PENYUSUNAN POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SlPlL PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 35 TAHUN 2011 TANGGAL : 28 SEPTEMBER 201 1 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN

Lebih terperinci

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 04/PRT/M/2014 NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA KEPALA

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PERAN PENGAWAS SEKOLAH PENILIK DAN PAMONG BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 06/PKS/M/2007 NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER11 51M.PAN1912009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2015 KEMENHUB. Jabatan Fungsional. Perencana. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA - 1 - SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA - 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001 KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. No.31, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/8/2006 NOMOR : 18 A TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/17/M.PAN/9/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DOKTER PENDIDIK KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG- MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN

Lebih terperinci

PERA PER T A U T R U A R N A N BER

PERA PER T A U T R U A R N A N BER PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 611/MENKES/PB/VIII/2006 NOMOR 20TAHUN2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN DAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYESUAIAN PENETAPAN ANGKA KREDIT GURU PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB Sekretariat Jenderal DPR RI 15 April 2014 Setyanta Nugraha Karo Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 10/22/2013 Karo Analisa APBN 1 PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PNDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN XVII. PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. 2.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.750, 2014 PERATURAN BERSAMA. Penyuluh Hukum. Jabatan Fungsional. Angka Kredit Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

III. PENGAWAS BENIH IKAN

III. PENGAWAS BENIH IKAN III. PENGAWAS BENIH IKAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Undang-Undang Nomor 31

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI NEGARA PENDAYAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI

Lebih terperinci

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K No.2087, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perencana. Angka Kredit. PNS. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Setyanta Nugraha Ketua Tim Penyusun Jabatan Fungsional Analis APBN Sekretariat Jenderal DPR RI 2006 Kajian pembentukan jabatan fungsional di Setjen DPR RI: Wiyakarsa/Analis Kebijakan Parlemen/Analis Anggaran

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le No.2085, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Jabatan Fungsional. Perancang. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL DAN ANGKA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2015 PERATURAN BERSAMA. Jabatan Fungsional Perawat. Angka Kredit. Petunjuk Pelaksanaan. PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi No.1115, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Widyaiswara. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Penilaian. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN

IV. ANALIS KEPEGAWAIAN IV. ANALIS KEPEGAWAIAN A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 2. Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin pembinaan profesi, karir, kepangkatan

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERBER-MKP/2014 NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... - 1 - Menimbang PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH NARKOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGAR.4 REPUBLIK INDONES1.A. KEPUTUSAN MENTERI PENDAYACUN$dtt'.' APARATUR NEGARA NOMOR : ~ ~/KEP/M.

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGAR.4 REPUBLIK INDONES1.A. KEPUTUSAN MENTERI PENDAYACUN$dtt'.' APARATUR NEGARA NOMOR : ~ ~/KEP/M. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGAR.4 REPUBLIK INDONES1.A KEPUTUSAN MENTERI PENDAYACUN$dtt'.' APARATUR NEGARA NOMOR : ~ ~/KEP/M.PAN/~/~O~~ TENTANG JABATAN FUNGSIONAL TEKNlSl ELEKTROMEDIS DAN ANGKA KREDITNYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1237, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pemeriksa Bea dan Cukai. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184/PMK.04/2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.410, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN RB. Rescuer. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10

Lebih terperinci