MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI"

Transkripsi

1 MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : THOMAS ADITYA YOGY EKAPUTRA NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

2 MACHINE THAT PRODUCES ACCU WATER WITH STEAM COMPRESSION CYCLE USING WATER FLOW EQUIPMENT FROM PVP THAT HAS 25 MM INTER-HOLE DISTANCE FINAL PROJECT As partial fulfillment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering By THOMAS ADITYA YOGY EKAPUTRA Student Number : MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGI FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2017 ii

3

4

5

6

7 ABSTRAK Air aki adalah sebuah komponen utama kelistrikan pada kendaraan bermotor. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah : (a) Merancang dan merakit mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap yang menggunakan peralatan pipa pencurah air dan mengetahui nilai tertinggi COP aktual, COP ideal dan efisiensi, (b) Mengetahui nilai tertinggi kelembaban spesifik (Δw) pada mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap, (c) Mengetahui jumlah air yang dihasilkan perjam dari mesin penghasil air aki. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Mesin penghasil air aki bekerja dengan siklus kompresi uap. Komponen utama mesin siklus kompresi uap adalah : kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaoprator dengan menggunakan fluida kerja R22a. Mesin dirancang dengan ukuran p x l x t : 190cm x 75cm x 90cm. Penelitian dilakukan dengan variasi : (a) kipas off dan pancuran air off, (b) kipas on dan pancuran air on, (c) kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air, (d) kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air, (e) kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. Mesin penghasil air aki berhasil dibuat dan bekerja dengan baik. Dengan rentang waktu selama 60 menit untuk kondisi kipas off dan pancuran air off dapat menghasilkan air sebanyak 1253,3 ml, waktu 60 menit untuk kondisi kipas on dan pancuran air on dapat menghasilkan air sebanyak 1706,7 ml, waktu 60 menit untuk kondisi kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air dapat menghasilkan air sebanyak 1806,7 ml, waktu 60 menit untuk kondisi kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air dapat menghasilkan air sebanyak 1840 ml dan waktu 60 menit untuk kondisi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air dapat menghasilkan air sebanyak 1846,7 ml. Kata Kunci : Mesin Penghasil Air Aki, Siklus Kompresi Uap, P-h Diagram, Psychrometric Chart. vii

8 ABSTRACT Accu water is a main electricity component in a motor vehicle. Accu can convert chemical power into electrical one. The purposes of this research are: (a) To design and assemble accu water producing machine with steam compression cycle that use water outpouring pipe and knowing the highest value of COP aktual, COP ideal and efficiency. (b) To know the highest value of specific humidity (Δw) in the accu water producing machine with steam compression cycle. (c) To know how much water produced each hour from the accu water producing machine. The research was done in Heat Transfer Laboratory, Mechanical Engineering Department of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The accu water producing machine worked with steam compression cycle. The main components of steam compression cycle machine are compressor, condenser, capillary pipe, evaporator using R-22a working fluid The machine was designed by with the size L x W x H : 190cm x 75cm x 90cm. The research was done with this following variation: (a) the fan off while the water shower off, (b) the fan on while the water shower on, (c) the fan and the water shower on/off every 5 minutes, (d) the fan and the water shower on/off every 10 minutes, (e) the fan and the water shower on/off every 15 minutes. The accu water producing machine is successfully made and it works well. With the time span of 60 minutes while the fan and the water shower off, the machine can produce ml of accu water. While both the fan and the water shower are on, the machine can produce ml of accu water. When the fan and the water shower on/off every 5 minutes the machine produce ml of accu water, when the fan and the water shower on/off every 10 minutes the machine produce 1840 ml ml of accu water. Lastly, when the fan and the water shower on/off every 15 minutes the machine is producing ml of accu water. Keywords : Accu Water Producing Machine, Steam Compression Cycle, P-h Diagram, Psychrometrics Chart. viii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya sehingga penyusunan Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Penulis merasa bahwa penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian yang tidak mudah, karena pada penelitian ini penulis melakukan banyak hal, seperti pembuatan mesin penghasil air aki, pengujian, pengambilan data, dan melakukan pembahasan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi berjudul Mesin Penghasil Air Aki dengan Siklus Kompresi Uap Menggunakan Peralatan Curah Air Dari Pipa PVC dengan Jarak Antar Lubang 25 mm ini melibatkan banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun Skripsi. ix

10

11 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... I TITLE PAGE... Ii HALAMAN PERSETUJUAN... Iii HALAMAN PENGESAHAN... Iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... V LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... Vi KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ABSTRAK... Vii ABSTRACT... Viii KATA PENGANTAR... Ix DAFTAR ISI... Xi DAFTAR GAMBAR... Xiv DAFTAR TABEL... Xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian Batasan Masalah Manfaat Penelitian... 4 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Dasar Teori Pengertian Air Aki Pembuatan Air Aki Definisi Siklus Kompresi Uap Perhitungan Pada Siklus Kompresi Uap Psychometric Chart Komponen Siklus Kompresi Uap xi

12 2.2 Tinjauan Pustaka BAB III PEMBUATAN ALAT Persiapan Komponen Utama Mesin Penghasil Air Aki 3.2 Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Penghasil Air Aki 3.3 Pembuatan Mesin Penghasil Air Aki BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Objek Penelitian Alat Bantu penelitian Alur Penelitian Variasi Penelitian Cara Pengambilan Data Cara Mengolah Data Cara Mendapatkan Kesimpulan BAB V HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Perhitungan Siklus Kompresi Uap Pembahasan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN a. P-h diagram variasi kipas off dan pancuran off b. P-h diagram kipas on dan pancuran on c. P-h diagram variasi kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air d. P-h diagram variasi kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air xii

13 e. P-h diagram variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air f. Psychrometric Chart variasi kipas off dan pancuran off g. Psychrometric Chart variasi kipas on dan pancuran on h. Psychrometric Chart variasi kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air i. Psychrometric Chart variasi kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air j. Psychrometric Chart variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air k. Hasil pengujian pengujian laboratorium fisika kimia air xiii

14 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2.1 Proses Penyulingan (destilasi)... 6 Gambar 2.2 Siklus Kompresi Uap... 8 Gambar 2.3 Siklus Kompresi Uap Pada Diagram P-h... 8 Gambar 2.4 Proses Kompresi Uap Pada Diagram T-s... 9 Gambar 2.5 Psychrometric chart Gambar 2.6 Dry bulb temperature Gambar 2.7 Wet bulb temperature Gambar 2.8 Dew point temperature Gambar 2.9 Relative humidity Gambar 2.10 Enthalpy Gambar 2.11 Proses yang terjadi pada psychrometric chart Gambar 2.12 Proses cooling dan dehumidifying Gambar 2.13 Proses pemanasan (heating) Gambar 2.14 Proses cooling and humidifying Gambar 2.15 Proses pendinginan (cooling) Gambar 2.16 Proses humidifying Gambar 2.17 Proses dehumidifying Gambar 2.18 Proses heating and dehumidifying Gambar 2.19 Proses heating and humidifying Gambar 2.20 Proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki Gambar 2.21 Kompresor sentrifugal Gambar 2.22 Kompresor scroll Gambar 2.23 Sketsa kompresor sekrup Gambar 2.24 Kompresor torak semi hermetik Gambar 2.25 Kompresor torak hermetik Gambar 2.26 Kondensor berpendingin udara Gambar 2.27 Kondensor berpendingin air Gambar 2.28 Evaporator kering xiv

15 Gambar 2.29 Evaporator basah Gambar 2.30 Pipa kapiler Gambar 3.1 Kompresor hermetik jenis rotari Gambar 3.2 Kondensor Gambar 3.3 Pipa kapiler Gambar 3.4 Evaporator Gambar 3.5 Refrigeran R Gambar 3.6 Skematik pencurah air Gambar 3.7 Kayu sengon Gambar 3.8 Styrofoam Gambar 3.9 Pompa air Gambar 3.10 Pipa PVC Gambar 3.11 Kipas kondensor Gambar 3.12 Kipas evaporator Gambar 3.13 Manifold gauge Gambar 3.14 Tabung las tembaga Gambar 3.15 Alat bor Gambar 3.16 Pemasangan kondensor, kipas kondensor dan styrofoam Gambar 3.17 Pemasangan kompresor dan manifold gauge Gambar 3.18 Pemasangan pompa air pada atas kerangka Gambar 3.19 Pemasangan pipa PVC ke dalam mesin penghasil air aki Gambar 4.1 Mesin penghasil air aki Gambar 4.2 Termokopel dan penampil suhu digital Gambar 4.3 Stopwatch Gambar 4.4 Termometer bola basah dan bola kering Gambar 4.5 Gelas ukur Gambar 4.6 Diagram alur pembuatan dan penelitian mesin penghasil air aki Gambar 5.1 P-h diagram dengan variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air xv

16 Gambar 5.2 Psychrometric chart dari variasi kipas on/off setiap menit dengan pancuran air Gambar 5.3 Perbandingan W in dari 5 variasi Gambar 5.4 Perbandingan Q out dari 5 variasi Gambar 5.5 Perbandingan Q in dari 5 variasi Gambar 5.6 Perbandingan COP aktual dari 5 variasi Gambar 5.7 Perbandingan COP ideal dari 5 variasi Gambar 5.8 Perbandingan efisiensi (Ƞ) dari 5 variasi Gambar 5.9 Perbandingan kelembaban spesifik (Δw) dari 5 variasi Gambar 5.10 Volume air yang dihasilkan dari 5 variasi selama 1 jam xvi

17 DAFTAR TABEL Hal Tabel 4.1 Tabel pencatatan hasil pengukuran tekanan dan volume air Tabel 5.1 Hasil data rata-rata dari percobaan tanpa pancuran dan tanpa kipas Tabel 5.2 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on dengan pancuran air Tabel 5.3 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on/off setiap menit dengan pancuran air Tabel 5.4 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on/off setiap menit dengan pancuran air Tabel 5.5 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on/off setiap menit dengan pancuran air Tabel 5.6 Hasil 5 variasi yang telah dikonversikan dari satuan psi ke satuan bar Tabel 5.7 Nilai-nilai entalpi refrigeran siklus kompresi uap dari variasi Tabel 5.8 Nilai suhu kerja kondensor dan evaporator dari variasi Tabel 5.9 Nilai kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ) Tabel 5.10 Nilai energi kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran (Q out ) Tabel 5.11 Nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) Tabel 5.12 COP aktual mesin penghasil air aki Tabel 5.13 COP ideal (COP ideal ) Tabel 5.14 Efisiensi mesin penghasil air aki (Ƞ) Tabel 5.15 Hasil perhitungan psychrometric chart dari 5 variasi xvii

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Accumulator atau yang biasa disebut dengan aki adalah salah satu komponen utama dalam kendaraan bermotor, baik mobil maupun motor. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Mobil dan motor memerlukan aki untuk dapat menghidupkan mesin dengan mengalirkan arus kelistrikan dari aki ke dinamo starter kendaraan. Terutama pada kendaran mobil yang tidak mempunyai kick starter, sehingga untuk menghidupkan mesin digunakan dinamo starter. Aki bukan hanya untuk menghidupkan mesin melainkan untuk semua komponen kelistrikan pada kendaraan bermotor. Contoh kelistrikan pada mobil adalah lampu utama, lampu kota, lampu sen, lampu tembak, lampu hasrat, sound sistem dan klakson dan contoh kelistrikan pada motor adalah lampu utama, lampu kota, lampu sen dan klakson. Dengan demikian aki mempunyai peranan penting pada komponen kendaraan bermotor. Cairan aki yang dijual di pasaran dibagi menjadi 2 jenis yaitu aki zuur (cairan isi ulang aki yang berlabel berwarna merah) dan air aki (cairan isi ulang yang berlabel berwarna biru). Aki zuur diisikan pertama kali pada aki karena mengandung zat kimia Asam Sulfat (H 2 SO 4 ). Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) mengandung elektrolit yang dapat menyimpan dan menghantarkan arus listrik. Namun aki zuur ini mempunyai resiko bahaya yang dapat menimbulkan rasa gatal jika mengenai kulit, bahkan bisa menimbulkan lubang pada kulit. Aki zuur memiliki unsur elektrolit yang begitu tinggi maka harus diisi pertama kali pada aki. Unsur sulfur 1

19 2 yang begitu kuat biasanya dapat menimbulkan karat pada logam tertentu dan logam yang tahan terhadap sifat sulfur adalah timbal (Pb). Jenis yang berikutnya adalah Air aki (air isi ulang aki yang mempunyai label warna biru). Air aki ini adalah air biasa atau air yang sudah mengalami proses destilasi sehingga menjadi air murni. Air aki ini digunakan untuk menambah air di dalam kotak aki yang sudah mulai berkurang atau sudah mendekati garis batas bagian bawah (lower). Air aki tidak mengandung logam sama sekali, air aki ini adalah air hasil dari proses destilasi. Air aki jika diminum oleh manusia tidak akan menyebabkan efek samping dikarenakan sifatnya yang bebas dari bahan kimia yang berbahaya. Air aki hanya digunakan untuk menambah volume air aki yang sudah berkurang (volume yang sudah mendekati garis batas bagian bawah). Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mendalami tentang mesin penghasil air aki menggunakan siklus kompresi uap dengan cara melakukan pembuatan dan penelitian. Diharapkan efisiensi yang dihasilkan dari mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap yang dihasilkan dapat bersaing dengan metode lain yang selama ini dipergunakan dalam menghasilkan air aki. 1.2 Rumusan Masalah Pembuatan air aki selama ini dilakukan dengan cara penyulingan dan cara demineralisasi. Diperlukan cara yang baru untuk mendapatkan air aki yang lebih mudah, praktis, dan ramah lingkungan. Di pasaran belum ada mesin penghasil air aki yang mudah, praktis, dan ramah lingkungan.

20 3 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tentang mesin penghasil air aki ini adalah : a. Merancang dan merakit mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap yang mempergunakan peralatan pipa pencurah air dan mengetahui nilai tertinggi COP aktual, COP ideal, dan efisiensi. b. Mengetahui jumlah air tertinggi yang dihasilkan perjam dari mesin penghasil air aki. 1.4 Batasan Masalah ini adalah : Batasan-batasan yang dipergunakan dalam pembuatan peralatan penelitian a. Mesin bekerja dengan mempergunakan siklus kompresi uap dan mempergunakan peralatan pencurah air. b. Komponen utama siklus kompresi uap meliputi : kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kapiler. c. Daya kompresor yang digunakan 1 PK, ukuran komponen utama yang lain menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor. d. Siklus kompresi uap bekerja dengan mempergunakan refrigeran R22. e. Peralatan pencurah air memiliki pipa berukuran ¾ inchi dan jarak antar lubang 25 mm.

21 4 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tentang peralatan mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap ini adalah : a. Menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap yang dapat diletakkan di perpustakaan, dan dipublikasikan pada kalayak ramai. b. Dapat dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis. c. Diperolehnya teknologi tepat guna yang berupa mesin penghasil air aki yang praktis, aman, dan ramah lingkungan.

22 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pengertian Air Aki Aki atau yang biasa disebut dengan accumulator adalah sebuah komponen utama kelistrikan pada kendaraan bermotor. Aki mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Air isi ulang aki adalah air hasil penyulingan (destilasi) yang murni tidak mengandung mineral. Air isi ulang aki yang memiliki label berwana biru merupakan air isi ulang aki yang aman karena sudah mengalami demineralisasi sehingga menjadi air murni. Air isi ulang ini hanya diperlukan untuk menambah volume air aki yang berada di garis batas bawah atau juga disebut lower. Air aki yang memiliki label warna merah merupakan air aki yang berbahaya karena mengandung asam sulfat. Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) mengandung elektrolit yang dapat menyimpan dan menghantarkan arus listrik. Saat ini banyak macam macam air aki yang dijual di pasaran dengan berbagai merk. Ada sebagian orang atau sekelompok orang yang mencoba untuk membuat air aki dengan cara yang lebih mudah dan bisa mendapatkan penghasilan dari membuat air aki. Ada yang membuat dengan cara demineralisasi dan ada yang membuat daya cara destilasi (penyulingan). Air aki hasil demineralisasi, memiliki harga jual di pasaran yang lebih murah, dibanding dengan cara destilasi (penyulingan). 5

23 Pembuatan Air Aki Pembuatan air aki dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan metode penyulingan (destilasi) dan demineralisasi. a. Penyulingan (destilasi) Proses penyulingan dilakukan dengan cara memanaskan air hingga menguap sehingga uap air melewati saluran yang pada dinding luarnya diberi aliran air dingin sehingga air akan mengalami proses kondensasi. Uap air yang sudah mengembun itu dialirkan kemudian ditampung pada suatu wadah. Hasil penyulingan ini adalah air murni yang tidak tercampur zat lain. Hasil penyulingan ini dinamakan akuades. Akuades ini tidak tercampur zat kontaminan, terutama kontaminan yang memiliki titik didih dan titik uap lebih tinggi dari pada air, misalnya zat logam. Proses penyulingan atau destilasi disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Proses Penyulingan (destilasi) (

24 7 b. Demineralisasi Demineralisasi adalah proses untuk menghilangkan material terlarut dalam air. Hasil dari proses demineralisasi adalah ultrapure water (air dengan tingkat kemurnian sangat tinggi). Air yang dihasilkan dari proses demineralisasi hampir tidak mengandung mineral sama sekali. Proses demineralisasi dilakukan dengan menggunakan resin anion dan kation. Resin yang ditambahkan ini berfungsi untuk mengikat mineral-mineral yang terlarut dalam air sehingga mineral-mineral yang terlarut akan terpisah dengan molekul air Definisi Siklus Kompresi Uap Pada siklus kompresi uap fluida kerja, mengalami proses yang bergantiganti, proses penguapan danproses pengembunan yang berlangsung secara terusmenerus. Fluida kerja yang dipakai pada proses ini menggunakan refrigeran. Siklus kompresi uap memiliki komponen utama kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kailer. Siklus kompresi uap seringkali digunakan dalam mesin pendingin, maupun dalam perpindahan kalor. Pada penelitian ini, siklus kompresi uap dipergunakan untuk menghasilkan air destilasi (penyulingan). Secara skematik, rangkaian komponen pada siklus kompresi uap disajikan pada Gambar 2.2. Gambar 2.3 dan Gambar 2.4, menyajikan siklus kompresi uap pada diagram P-h dan diagram T-s.

25 8 Gambar 2.2. Siklus Kompresi Uap Gambar 2.3. Siklus Kompresi Uap Pada Diagram P-h

26 9 Gambar 2.4. Proses Kompresi Uap Pada Diagram T-s Proses-proses pada siklus kompresi uap: a. Proses Kompresi 1 2 Proses kompresi terjadi pada tahap 1-2 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Refrigeran dalam bentuk gas panas lanjut masuk ke kompresor, kerja yang diberikan pada kompresor akan menyebabkan kenaikan tekanan sehingga refrigeran temperatur refrigeran akan naik dan lebih tinggi dari temperatur lingkungan (refrigeran mengalami fase superheated / gas panas lanjut). Proses kompresi berlangsung pada entropi yang konstan (iso-entropi). Kompresor dapat bekerja karena ada aliran listrik yang diberikan pada kompresor. Suhu yang keluar dari kompresor, merupakan suhu refrigeran yang tertinggi pada siklus kompresi uap. Daya yang diberikan pada kompresor besarnya bergantung pada besarnya arus listrik dan voltage-nya.

27 10 b. Proses pendinginan suhu gas panas lanjut (2-2a) (desuperheating) Proses pendingin dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh terjadi pada tahap 2-2a dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Refrigeran mengalami penurunan suhu pada tekanan tetap. Hal ini disebabkan adanya kalor yang mengalir ke lingkungan, karena suhu refigeran lebih tinggi dari suhu lingkungan. c. Proses Kondensasi (2a-2b) Proses kondensasi terjadi pada tahap 2a-2b dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Pada proses ini gas jenuh mengalami perubahan fase menjadi cair jenuh. Proses berlangsung pada suhu dan tekanan tetap. Pada proses ini terjadi aliran kalor dari kondensor ke lingkungan karena suhu refrigeran di kondensor lebih tinggi dari suhu udara lingkungan. Keluarnya kalor dari refrigeran di kondensor, tidak menyebabkan suhu refrigeran mengalami penurunan suhu, tetapi menyebabkan refrigeran berubah fase dari gas jenuh menjadi cair jenuh. d. Proses Pendinginan Lanjut (2b-3) Proses pendinginan lanjut terjadi pada tahap 2b-3 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Pada proses pendinginan lanjut terjadi proses penurunan suhu refrigeran dari keadaan cair jenuh ke refrigeran cair lanjut. Proses ini berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini di perlukan agar kondisi refrigeran keluar kondensor benar-benar dalam fase cair, sehingga memudahkan refrigeran mengalir ke pipa kapiler. Proses pendinginan lanjut dapat menyebabkan nilai entalpi h 3 atau h 4 rendah dan ini menyebabkan efek pendinginan menjadi besar (h 1 -h 4 ). Bila efek pendinginan besar maka nilai COP aktual juga menjadi besar. Efisiensi menjadi meningkat.

28 11 e. Proses Penurunan Tekanan (3-4) Proses penurunan tekanan pada tahap 3-4 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Dalam fasa cair refrigeran mengalir menuju ke komponen pipa kapiler dan mengalami proses penurunan tekanan dan penurunan suhu. Sehingga suhu refrigeran lebih rendah dari temperatur lingkungan. Pada tahap ini fasa refrigeran berubah dari fase cair menjadi fase campuran: cair dan gas. Proses berjalan dengan nilai entalpi yang tetap (iso entalpi atau isentalpi). f. Proses Evaporasi (4-4a) Proses evaporasi terjadi pada tahap 4-4a dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Refrigeran dalam fasa campuran cair dan gas mengalir ke evaporator dan kemudian menerima kalor dari lingkungan, sehingga fasa dari refrigeran berubah seluruhnya menjadi gas jenuh. Proses berlangsung pada tekanan yang tetap, demikian juga berlangsung pada suhu yang tetap. Kalor dapat mengalir dari lingkungan ke evaporator dikarenakan suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu kerja evaporator. g. Proses Pemanasan Lanjut (4a-1) Proses pemanasan lanjut terjadi pada tahap 4a-1 dari Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Pada saat refrigeran meninggalkan evaporator refrigeran kemudian mengalami proses pemanasan lanjut. Dengan adanya proses pemanasan lanjut fase refrigeran berubah dari fase gas jenuh menjadi gas panas lanjut. Dengan demikian refrigeran sebelum masuk kompresor benar-benar dalam fase gas. Proses berlangsung pada tekanan konstan. Proses pemanasan lanjut dapat menaikan nilai COP dan efisiensi.

29 Perhitungan Pada Siklus Kompresi Uap Dengan mempergunakan P-h diagram pada siklus kompresi uap dapat dihitung besarnya kerja kompresor, energi kalor yang dilepas kondensor, energi kalor yang diserap evaporator, COP, efisiensi. Pada perhitungan ini, satuan yang dipergunakan mempergunakan satuan yang biasa dipergunakan pada perhitungan siklus kompresi uap. satuan properti dapat mempergunakan sesuai dengan yang diinginkan. a. Kerja kompresor (W in ) Kerja kompresor perpersatuan massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.1). Satuan yang dipergunakan W in dapat berbagai macam, tetapi pada persoalan ini dipergunakan satuan kj/kg. W in = h 2 h 1, kj/kg... (2.1) Pada Persamaan (2.1) : W in h 2 h 1 : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, kj/kg : Nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor, kj/kg : Nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor, kj/kg b. Energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Q out ) Besarnya energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas kondensor dapat dihitung dengan Persamaan (2.2): Q out = h 2 h 3, kj/kg... (2.2)

30 13 Pada Persamaan (2.2) : Q out h 2 h 3 : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, kj/kg : Nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor, kj/kg : Nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor, kj/kg c. Energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) Besarnya energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan Persamaan (2.3): Q in = h 1 h 4, kj/kg... (2.3) Pada Persamaan (2.3) : Q in : Kerja kompresor persatuan massa refrigeran, kj/kg h 1 : Nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai enthalpi refrigeran saat masuk kompresor, kj/kg h 4 : Nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai enthalpi saat refrigeran masuk pipa kapiler, kj/kg d. COP aktual mesin siklus kompresi uap COP aktual (Coefficient Of Performance) mesin siklus kompresi uap adalah perbandingan antara kalor yang diserap evaporator dengan energi listrik yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor. Nilai COP aktual mesin siklus kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.4): COP aktual = Q in / W in = (h 1 h 4 ) / (h 2 h 1 ), kj/kg... (2.4)

31 14 Pada Persamaan (2.4) : Q in : Kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran, kj/kg W in : Kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigeran, kj/kg h 1 h 2 h 3 h 4 : Entalpi refrigeran keluar evaporator, kj/kg : Entalpi refrigeran masuk kondensor, kj/kg : Entalpi refrigeran keluar kondensor, kj/kg : Entalpi refrigeran masuk evaporator, kj/kg e. COP ideal mesin siklus kompresi uap COP ideal merupakan COP maksimal yang dapat dicapai mesin siklus kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.5): COP ideal = T e / ( T c T e )... (2.5) Pada Persamaan (2.5): T e T c : Suhu mutlak evaporator, K : Suhu mutlak kondensor, K f. Efisiensi mesin siklus kompresi uap (ƞ) Efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6): Ƞ = [COP Aktual / COP Ideal ]x 100%... (2.6) Pada Persamaan (2.6): Ƞ COP aktual COP ideal : Efisiensi mesin siklus kompresi uap. : Koefisien prestasi mesin siklus kompresi uap. : Koefisien prestasi maksimum mesin siklus kompresi uap.

32 Psychrometric Chart Psychrometric Chart adalah grafik yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai properti udara pada keadaan yang ditinjau seperti suhu, enthalpi, kelembapan udara dan spesifive volume. Untuk mengetahui nilai dari properti-properti pada udara (h, RH, w, SpV, T wb,t db, dan T dp ) bisa diperoleh apabila minimal dua buah diantara properti tersebut sudah diketahui dan bisa diketahui dengan diagram psychrometric chart pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Psychrometric chart

33 16 a. Data data yang terdapat pada Psychrometric Chart Di dalam Psychrometric Chart terdapat beberapa data data yang ada antara lain: 1. Suhu Bola Kering (Dry Bulb Temperature) Dry Bulb Temperature adalah suhu udara yang diperoleh melalui alat termometer dengan kondisi bulb dalam keadaan kering. Dry Bulb Temperature menggunakan simbol (T db ) dan satuan yang digunakan o C (Celcius), F (Fahrenhet) atau K (Kelvin). Gambar 2.6 Dry bulb temperature 2. Suhu Bola Basah (Wet Bulb Temperature) Wet Bulb Temperature adalah adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui termometer dengan kondisi bulb dalam keadaan basah. Wet Bulb Temperature menggunakan simbol (T wb ) dan satuan yang digunakan o C (Celcius), F (Fahrenhet) atau K (Kelvin).

34 17 Gambar 2.7 Wet bulb temperature 3. Suhu Titik Embun (Dew Point Temperature) Dew Point Temperature adalah suhu di mana uap air yang ada di udara mulai mengembun ketika udara didinginkan. Dew Point Temperature menggunakan simbol (T dp ) dan satuan yang digunakan o C (Celcius), F (Fahrenhet) atau K (Kelvin). Gambar 2.8 Dew point temperature

35 18 4. Kelembaban Relatif (Relative Humidity) Relative Humidity adalah persentase perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1m 3 dengan jumlah air maksimal yang dapat terkandung dalam 1m 3 udara kerja tersebut. Relative Humidity menggunakan simbol (RH). Gambar 2.9 Relative humidity 5. Entalphi (Enthalpy) Entalphi adalah jumlah kalor total dari campuran udara dan uap air di atas titik nol. Entalphi menggunakan satuan kj/kg. Gambar 2.10 Enthalpy

36 19 6. Specific Humidity Specific Humidity adalah jumlah kandungan uap air di udara dalam setiap kilogram udara kering. Specific Humidity menggunakan simbol (w) dan satuan yang digunakan adalah kg air/kg udara kering. 7. Volume Spesifik Volume spesifik adalah volume udara campuran dengan satuan meter kubik per kilogram udara kering, dapat juga dikatakan sebagai meter kubik udara kering atau meter kubik campuran per kilogram udara kering. Volume Spesifik menggunakan simbol (SpV) dan satuan yang digunakan (m 3 /kg udara kering). b. Proses proses yang terjadi pada Psychomeric Chart. Proses-proses yang terjadi di dalam Psychometric Chart meliputi proses cooling and dehumidifying, heating, cooling and humidifying, cooling, humidifying, dehumidifying, dan heating and humidifying. Gambar 2.11 Proses yang terjadi pada psychrometric chart

37 20 1. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidifying) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban adalah proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses pendinginan dan penurunan kelembaban terjadi penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik. Sedangkan kelembaban relatif dapat mengalami peningkatan dan dapat mengalami penurunan, tergantung dari prosesnya. Gambar 2.12 Proses cooling dan dehumidifying 2. Proses pemanasan (heating) Proses pemanasan (heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering, temparatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif mengalami penurunan.

38 21 Gambar 2.13 Proses pemanasan (heating) 3. Proses pendinginan dan kenaikan kelembaban (cooling and humidifying) Proses pendinginan dan kenaikan kelembaban berfungsi untuk menurunkan temperature dan menaikan kandungan uap air di udara. Proses ini menyebabkan perubahan temperature bola kering, temperatur bola basah, dan kelembaban spesifik. Pada proses ini terjadi penurunan temperatur kering dan volume spesifik. Selain itu, terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif, dan kelembaban spesifik. Gambar 2.14 Proses cooling and humidifying

39 22 4. Proses pendinginan (cooling) Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses pendinginan, terjadi penurunan pada suhu bola kering, suhu bola basah dan volume spesifik, namun terjadi peningkatan kelembaban relatif. Pada kelembaban spesifik dan suhu titik embun tidak terjadi perubahan atau konstan. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis horizontal ke arah kiri. Gambar 2.15 Proses pendinginan (cooling) 5. Proses humidifying Proses humidifying merupakan penambahan kandungan uap air ke udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis vertikal ke arah atas.

40 23 Gambar 2.16 Proses humidifying 6. Proses dehumidifying Proses dehumidifying merupakan proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. Garis dalam psychrometric chart adalah garis vertikal ke arah bawah. Gambar 2.17 Proses dehumidifying 7. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidifying) Pada proses ini berfungsi untuk menaikkan suhu bola kering dan menurunkan kandungan uap air pada udara. Pada proses ini terjadi penurunan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan suhu bola kering. Garis proses ini pada psychrometric chart adalah kearah kanan bawah.

41 24 Gambar 2.18 Proses heating and dehumidifying 8. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidifying) Pada proses ini udara dipanaskan disertai penambahan uap air. Pada proses ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering. Garis proses pada psychrometric chart adalah garis kearah kanan atas. Gambar 2.19 Proses heating and humidifying

42 25 c. Proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki W b T wb W a T evap T d T e T db T T b c Gambar 2.20 Proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki Proses-proses yang terjadi pada mesin penghasil air aki disajikan pada Gambar Proses pertama kali merupakan proses heating dimana proses ini terjadi di dalam kondensor yang menyebabkan udara berada pada kondisi panas, kemudian terjadi proses evaporative cooling untuk mendapatkan suhu rendah dan kadar uap air meningkat. Proses evaporative cooling berlangsung pada pipa pencurah air, kemudian proses cooling dimana proses ini terjadi pada evaporator yang menyebabkan suhu berada pada titik jenuh dan RH (relative huminity) berada pada 100%. Setelah melewati eaporator suhu kembali bercampur dengan suhu lingkungan menyebabkan suhu mengalami kenaikan dan kelembaban juga mengalami kenaikan.

43 26 d. Perhitungan-perhitungan pada psychrometric Chart Dengan mempergunakan psychrometric Chart dapat diperoleh data-data yang dapat dipergunakan untuk menghitung w b, w a, Δw, laju pengembunan, laju aliran massa udara : 1. Laju pengembunan ( m air ) Laju pengembunan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.7) : m air = m air / t, kg air /jam... (2.7) Pada Persamaan (2.7) : m air : Laju pengembunan, kg air /jam m air : Massa air, kg air t : Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan air, jam 2. Perhitungan massa air yang berhasil diembunkan (Δw) Massa air yang berhasil diembunkan dapat dihitung dengan Persamaan (2.8) : Δw = w b w a, kg air /kg udara... (2.8) Pada Persamaan (2.8) : Δw : Massa air yang diuapkan, kg air /kg udara w b : Kelembaban spesifik udara setelah keluar dari mesin, kg air /kg udara w a : Kelembaban spesifik udara masuk ke mesin, kg air /kg udara Nilai w b dan w a diperoleh dari Psychrometric Chart.

44 27 3. Laju aliran massa udara ( m udara) Laju aliran massa udara dapat dihitung dengan Persamaan (2.9) : m udara = m air / Δw, kg udara /jam... (2.9) Pada Persamaan (2.9) : m udara : Laju aliran massa udara, kg udara /jam m air Δw : Laju pengembunan, kg air /jam : Massa air yang berhasil diembunkan, kg air /kg udara Komponen Siklus Kompresi Uap Komponen utama mesin kompresi uap terdiri dari beberapa komponen seperti : kompresor, kondensor, evaporator, dan pipa kapiler. a. Kompresor Kompresor adalah unit mesin kompresi uap yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran yang mengalir dalam setiap unit mesin siklus kompresi uap. Kompresor juga mempunyai fungsi lain yaitu menaikan tekanan refrigerant dari tekanan kerja evaporator ke tekanan kerja kondensor. Ada berbagai macam kompresor yang dapat dipergunakan pada mesin siklus kompresi uap, seperti kompresor sentrifugal, kompresor scroll, kompresor sekrup, dan kompresor torak:

45 28 1. Kompresor Sentrifugal Prinsip dari kompresor sentrifugal adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk mendapatkan energi kinetik pada impeller sudu dan energi kinetik ini diubah menjadi tekanan potensial. Tekanan dan kecepatan uap yang rendah dari saluran suction dihisap ke dalam lubang masuk atau mata roda impeller oleh aksi dari shaft rotor, dan kemudian diarahkan dari ujung-ujung pisau ke rumah kompresor untuk diubah menjadi tekanan yang bertambah. Karakteristik kompresor sentrifugal dapat diklasifikasikan secara umum sebagai berikut: a. Aliran dischargeunifrom. b. Mempunyai kapasitas dari yang kecil sampai besar. c. Density udara mempengaruhi tekanan discharge. d. Mampu bekerja pada efisiensi yang tinggi dengan beroperasi pada tekanan yang besar. Gambar 2.21 Kompresor sentrifugal (

46 29 2. Kompresor Scroll Prinsip kerja dari komprespr scroll adalah mengunakan 2 buah scroll atau yang biasa disebut dengan pusaran. Fixed Scroll (pusaran yang tidak bergerak) dan Orbiting Scroll (pusaran yang bergerak) merupakan 2 buah scroll yang digunakan pada kompresor scroll. Satu scroll dipasang tetap dan salah satu scroll lainnya berputar pada orbiting scroll. Refrigeran dengan tekanan rendah dihisap dari saluran hisap oleh scroll dan dikeluarkan melalui saluran tekan yang letaknya pada pusat orbiting dari scroll tersebut. Gambar 2.22 Kompresor scroll 3. Kompresor Sekrup Uap refrigeran memasuki satu ujung kompresor dan meninggalkan kompresor dari ujung yang lain. Pada posisi langkah hisap terbentuk ruang hampa sehingga uap mengalir kedalamnya. Bila putaran terus berlanjut, refrigeran yang terkurung digerakkan mengelilingi rumah kompresor. Pada putaran selanjutnya terjadi penangkapan kuping rotor jantan oleh lekuk rotor betina, sehingga memperkecil volume rongga dan menekan refrigerant tersebut keluar melalui saluran buang.

47 30 Gambar 2.23 Sketsa kompresor sekrup ( 4. Kompresor Torak Pada konstruksi semi hermetik kompresor torak bekerjanya mempergunakan piston yang bekerja bolak-balik. Pada mesin kompresi uap berdaya rendah, biasanya kompresor yang dipergunakan adalah kompresor semi hermetik dan hermetik. Gambar 2.24 Kompresor torak semi hermetik (

48 31 5. Kompresor Hermetik Pada dasarnya, kompresor hermetik hampir sama dengan semi-hermetik, perbedaannya hanya terletak pada cara penyambungan rumah (baja) kompresor dengan stator motor penggeraknya. Pada kompresor hermetik dipergunakan sambungan las sehingga rapat udara. Pada kompresor semi-hermetik dengan rumah terbuat dari besi tuang, bagian-bagian penutup dan penyambungnya masih dapat dibuka. Sebaliknya dengan kompresor hermetik, rumah kompresor dibuat dari baja dengan pengerjaan las, sehingga baik kompresor maupun motor listriknya tak dapat diperiksa tanpa memotong rumah kompresor. Gambar 2.25 Kompresor torak hermetik ( jpg) b. Kondensor Kondensor mempunyai fungsi melepaskan kalor yang diserap refrigeran di evaporator dan energi yang diberikan pada proses kompresi. Dilihat dari sisi media yang digunakan kondensor dapat dibedakan 2 macam:

49 32 1. Kondensor Berpendingin Udara (Air Cooled Condenser) Kondensor yang menggunakan udara sebagai media pendinginnya. Selain udara sebagai media pendinginnya kondensor ini ada juga yang menggunakan kipas untuk membantu proses pendinginannya. Biasanya yang memakai kipas untuk membantu proses pendinginannya antara lain AC window dan AC split. Untuk proses pendingin kondensor tanpa kipas, proses pendinginan berlangsung secara konveksi bebas. Hal ini dapat dilihat pada mesin siklus kompresi uap pada kulkas 1 pintu. Gambar 2.26 Kondensor berpendingin udara 2. Kondensor Berpendingin Air (Water Cooled Condenser) Water cooled condensor adalah kondensor yang menggunakan air sebagai media pendinginnya. Kondensor berpendingin air dibedakan menjadi 2 kategori: a. Kondensor yang membuang air secara langsung. b. Kondensor yang mensirkulasikan air yang digunakan kembali.

50 33 Kondensor jenis pertama yang membuang air secara langsung berarti air yang telah disuplai melewati kondensor langsung dibuang keluar dari kondensor dan tidak dipergunakan lagi. Untuk kondensor jenis kedua, air setelah melewati kondensor tidak langsung dibuang, tetapi dipergunakan lagi. Air disirkulasikan kembali ke kondensor, setelah air mengalami proses pendinginan. c. Evaporator Gambar 2.27 Kondensor berpendingin air ( Evaporator adalah komponen penukar kalor yang memegang peranan yang paling penting di dalam siklus kompresi uap. Evaporator berfungsi untuk mendinginkan udara yang melewatinya. Selain itu fungsi evaporator pada mesin kompresi uap adalah sebagai pipa yang menguapkan refrigeran. Dilihat dari bentuknya, evaporator memiliki konstruksi yang sama dengan bagian kondensor, hanya menggunakan diameter pipa lebih besar dibandingkan pipa untuk kondensor. Ada beberapa macam evaporator :

51 34 1. Evaporator kering (dry expantion evaporator) Keadaan dimana cairan refrigeran yang diexpansikan melalui katup expansi pada saat masuk evaporator sudah dalam campuran air dan uap, sehingga pada saat keluar dari evaporator menjadi uap kering. Keuntungan dari evaporator kering : a. Tidak memerlukan banyak refrigeran dalam jumlah besar. b. Jumlahminyak pelumas yang tertinggal didalam evaporator sangat kecil. Kerugian dari evaporator kering : a. Perpindahan kalor yang terjadi tidak begitu besar dibandingkan dengan evaporator basah. b. Laju perpindahan kalor dalam evaporator lebih rendah dibandingkan dengan evaporator setengah basah. Gambar 2.28 Evaporator kering (

52 35 2. Evaporator setengah basah Keadaan dimana evaporator berada pada kondisi refrigeran diantara jenis evaporator jenis kering dan evaporator jenis basah, namun selalu terdapat refrigeran cair dalam pipa penguapannya. Keuntungan dan kerugian dari evaporator jenis setengah basah adalah laju perpindahan kalor jenis setengah basah lebih tinggi dari evaporator kering, tetapi laju perpindahan kalor lebih rendah dari evaporator jenis basah. 3. Evaporator basah (flooded evaporator) Dalam evaporator jenis basah sebagian jenis evaporator terisi oleh cairan refrigeran dan proses penguapannya terjadi seperti pada ketel uap. Pada evaporator basah terdapat sebuah akumulator untuk menampung refrigeran cair dan gas, dari akumulator tersebut bahan pendingin cair mengalir ke evaporator dan menguap didalamnya. Sisa refrigeran yang tidak sempat menguap di evaporator kembali kedalam akumulator, didalam akumulator refrigeran cair berada dibawah tabung sedangkan yang berupa gas berada diatas tabung. Keuntungan dari evaporator basah adalah laju perpindahan kalor jenis basah lebih tinggi dari pada evaporator kering dan evaporator jenis setengah basah.

53 36 Gambar 2.29 Evaporator basah ( d. Pipa Kapiler Pipa kapiler adalah sebuah pipa tembaga berdiameter kecil yang digunakan pada mesin siklus kompresi uap seperti pada kulkas, air conditioner, freezer, dan showcase. Pipa kapiler berfungsi untuk menurunkan regrigeran yang mengalir di dalam pipa kapiler tersebut yang, berasal dari pipa-pipa kondensor dan melewati proses penyaringan di filter. Gambar 2.30 Pipa kapiler ( krccdaf_lx8/vkyqutgkyui/aaaaaaaaaug/herwrnrm5mw/s1600/pipa%2bk apiler.gif)

54 Tinjauan Pustaka Anwar, Khairil (2010), melakukan penelitian yang membahas mengenai efek beban pendingin terhadap kinerja sistem mesin pendingin meliputi kapasitas refrigerasi, koefisien prestasi dan waktu pendinginan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan variasi beban pendingin yang diperoleh dengan menempatkan bola lampu 60, 100, 200, 300 dan 400 watt di dalam ruang pendingin. Hubungan antara beban pendingin dengan COP sistem membentuk kurva parabolik, di mana posisi COP terbesar terdapat pada beban 200 watt seebesar 2.64 dan kenaikan kapasitas refrigerasi dan daya kompresor terjadi seiring dengan penambahan beban pendingin. Laila Mustahiqul Falah, Gunawan, Abdul Haris, (2009), mengemukakan tentang Aqua DM (demineralisasi) merupakan air yang bebas ion atau tanpa mineral, aqua DM diperoleh dari air mineral yang mengandung ion yang dilewatkan dalam beberapa kolom resin sehingga mineral yang terbawa tertahan pada kolom resin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan air buangan AC sebagai bahan dasar pembuatan aqua DM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengalirkan air AC pada resin penukar kation dan anion. Resin kation diaktifkan dengan HCl dan resin anion diaktifkan dengan NaOH. Untuk mengetahui karakteristik kerja resin penukar ion dilakukan pengukuran konduktivitas, TDS (Total Dissolve Solid), serta P-h pada keluaran kolom resin penukar kation dan anion. Dan kadar Pb dalam keluaran kolom resin penukar kation dan anion dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan P-h serta penurunan konduktivitas dan

55 38 TDS dari air keluaran kolom resin penukar kation dan anion. Data yang diperoleh pada sampel di studio foto walet memiliki konduktivitas 4,1 µs, TDS 2,3 ppm dan P-h 7,42. Sampel di pabrik Coca Cola Ungaran memiliki nilai konduktivitasnya 3,1 µs, TDS 1,7 ppm dan P-h 7,09. Tempat isi ulang air minum Fine di Jati Raya Banyumanik nilai konduktivitasnya 5,87 µs, 2,88 ppm dan P-h 7,71. Kadar Pb sebesar 0,03 ppm hanya terdapat pada sampel pabrik Coca Cola Ungaran dan dapat dihilangkan dengan resin. Suma A, Enang (2013), melakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan kerja kompresor terhadap efek pendingin atau pencapaian temperatur pendinginan dan waktu pencapaian temperature pendingin, serta mendapatkan besar tekanan kompresor yang memberikan nilai COP yang optimum. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, variasi tekanan kompresor ditinjau terhadap kinerja mesin refrigerasi dan suhu refrigerasi yang keluar dari kondensor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar tekanan suction kompresor maka semakin besar efek refrigerasi yang terjadi. Semakin besar tekanan suction kompresor, temperatur pendingin (temperatur evaporator) yang dihasilkan semakin rendah. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur pendinginan rata-rata sama untuk masing-masing tekanan yang menghasilkan tekanan suction 1,4 bar menghasilkan COP 4,15. Bison, Alberto (2012), menyatakan bahwa aliran udara panas dalam sistem pengeringan melibatkan siklus refrijerasi dan siklus aliran udara. Siklus refrigerasi terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: kompresor, kondensor, pipa kapiler dan evaporator. Komponen dari siklus aliran udara meliputi

56 39 evaporator, kondensor, lemari pengering dan sebuah kipas (fan). Kondensor merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk memanaskan udara yang melewatinya dan juga bertugas untuk mendinginkan dan mengembunkan refrigeran dalam siklus refrijerasi. Evaporator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk mendingkan aliran udara yang melewatinya dan juga untuk mendidihkan dan memanaskan refrigeran dalam siklus refrijerasi. Kemas. Ridhuan (2010), melakukan penelitian tentang pengaruh media pendingin air pada kondensor terhadap kemampuan kerja mesin pendingin. Metode yang digunakan adalah secara experiment dengan membuat dan menguji alat mesin pendingin secara langsung. Pengujian dilakukan pada dengan kondensor menggunakan air dan udara, dengan variasi beban pendingin ruangan: 450W, 600W, 750W dan variasi debit aliran air di kondensor: 0,06 l/s, 0,075 l/s dan 0,09 l/s. Dari hasil yang didapat menunjukan bahwa Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu COP (Coefficient Of Performance) yang tertinggi yaitu 15,43 terjadi pada pendingin air dengan beban 450 watt pada debit 0,09 l/s. sedangkan dengan pendingin udara COP 6,44 pada beban 450W. Dan temperatur air tertinggi sebesar 38 C terjadi pada debit 0,06 l/s dan pada beban pendingin 750 watt. Ini temperatur airnya cukup tinggi sehingga cukup baik digunakan untuk air mandi.

57 BAB III PEMBUATAN ALAT 3.1 Persiapan Komponen Utama Mesin Penghasil Air Aki Komponen utama yang digunakan pada proses pembuatan mesin penghasil air aki dalam penelitian ini meliputi (a) mesin siklus kompresi uap yang memiliki komponen utama: kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaporator, refrigeran dan (b) sistem pencurah air, yang meliputi : pencurah air, tempat penampungan air, pompa dan tempat air destilasi. a. Kompresor Kompresor adalah alat yang digunakan untuk menaikan dan memompa tekanan refrigeran dan mengalirkan refrigeran. Gambar 3.1 menyajikan jenis kompresor yang digunakan saat mesin siklus kompresi uap. Gambar 3.1 Kompresor hermetik jenis rotari 40

58 41 Spesifikasi Kompresor : Jenis Kompresor Seri Kompresor Voltase Daya Kompresor : Kompresor hermetik jenis rotari : QK208PBD : V : 1 PK b. Kondensor Kondensor merupakan alat yang berfungsi untuk membuang kalor dan merubah wujud refrigeran dari bentuk gas menjadi cair. Spesifikasi Kondensor : Gambar 3.2 Kondensor Bahan Pipa Refrigeran Bahan Sirip Panjang Kondensor 12U Lebar Kondensor 12U Diameter Pipa Refrigeran : Tembaga : Alumunium : 55 cm : 52 cm : 0,19 inchi

59 42 Banyak Sirip Jarak antar Sirip : 550 buah : 1 mm c. Pipa Kapiler Pipa kapiler mempunyai fungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dari tekanan kerja kondensor ke tekanan kerja evaporator dan mengubah refrigeran dari kondisi cai jenuh menjadi bentuk cair dan gas. Gambar 3.3 Pipa kapiler ( Spesifikasi Pipa Kapiler : Bahan Pipa Kapiler : Tembaga Panjang Pipa Kapiler : 110 cm Diameter Pipa Kapiler: 0,032 inchi

60 43 d. Evaporator Evaporator adalah alat yang digunakan untuk menyerap kalor dari udara yang melewatinya sehingga refrigeran berubah fase dari cair ke gas. Spesifikasi Evaporator : Gambar 3.4 Evaporator Bahan Pipa Evaporator Bahan Sirip Evaporator Panjang Evaporator Lebar Evaporator Banyaknya Sirip Jarak antar Sirip : Tembaga : Alumunium : 67 cm : 23 cm : 670 buah : 1 mm

61 44 e. Refrigeran Refrigeran merupakan fluida kerja pada mesin siklus kompresi uap yang berfungsi mengambil kalor dari evaporator dan membuangnya melalui kondensor. Pada penelitian ini menggunakan refrigeran R22. Gambar 3.5 Refrigeran R22 f. Pencurah Air Pencurah air terbuat dari pipa PVC. Bentuk pencurah air seperti tersaji pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Skematik pencurah air

62 45 Spesifikasi pencurah air : Ukuran a Ukuran b Jarak antar Lubang Diameter Lubang Pencurah Air : 500 mm : 100 mm : 25 mm : 1,5 mm 3.2 Peralatan Pendukung Pembuatan Mesin Penghasil Air Aki Beberapa peralatan yang mendukung dalam pembuatan mesin penghasil air aki sebagai berikut : a. Kayu Fungsi kayu pada penelitian ini sebagai rangka mesin penghasil air aki. Kayu yang digunakan sebagai rangka adalah kayu sengon. Gambar 3.7 Kayu sengon ( b. Styrofoam Styrofoam berfungsi untuk mengarahkan aliran udara agar terarah lurus menuju evaporator.

63 46 Gambar 3.8 Styrofoam c. Pompa Air Pompa air yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk mensirkulasikan aliran air menuju ke pipa pencurah air. Spesifikasi pompa : Gambar 3.9 Pompa air Jenis Pompa Daya Pompa Head Discharge Head Hisap : Pompa air : 125 watt : 24 m : 9 m

64 47 d. Pipa PVC Pipa PVC digunakan untuk mencurahkan air agar udara mempunyai kandungan air yang besar. Jenis pipa PVC yang digunakan adalah maspion dengan ukuran ¾ inchi. Gambar 3.10 Pipa PVC ( e. Kipas Kondensor Kipas kondensor berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar kondensor menuju ke ruang pencurah air. Gambar 3.11 Kipas kondensor (

65 48 Spesifikasi Kipas Kondensor : Daya Kipas Jumlah Sudu : 35 watt : 3 buah Diameter Sudu Luar : 30 cm f. Kipas Evaporator Kipas evaporator diletakkan sesudah evaporator bertujuan untuk mengalirkan udara setelah melewati evaporator menuju keluar dari mesin penghasil air aki. Spesifikasi Kipas Evaporator : Gambar 3.12 Kipas evaporator Daya Kipas Jumlah Sudu : 40 watt : 3 buah Diameter Sudu Luar : 7 cm g. Manifold Gauge Manifold gauge berfungsi untuk mengukur tekanan refrigeran pada siklus kompresi uap baik pada saat pendinginan maupun pada saat beroperasi. Tekanan yang dapat dilihat pada manifold gauge yaitu tekanan evaporator atau tekanan hisap kompresor (berwarna biru) dan tekanan kondensor atau tekanan keluaran

66 49 kompresor (berwarna merah). Pada penelitian ini, tekanan masuk kompresor dan tekanan keluar kompresor, mempergunakan satuan tekanan psi. Gambar 3.13 Manifold gauge h. Alat dan Bahan Las Las yang digunakan dalam penelitian ini untuk memasang manifold gauge dan menyambung pipa kapiler. Gambar 3.14 Tabung las tembaga (

67 50 i. Alat Bor Di penelitian ini menggunakan alat bor untuk melubangi pipa PVC. Diameter mata bor yang digunakan sebesar 25 mm. Gambar 3.15 Alat bor ( 3.3 Pembuatan Mesin Penghasil Air Aki Berikut ini merupakan beberapa langkah-langkah dalam proses pembuatan mesin penghasil air aki : a. Merancang sketsa mesin penghasil air aki yang akan dipergunakan untuk penelitian. b. Mempersiapkan kayu sebagai kerangka mesin penghasil air aki. c. Mempersiapkan komponen-komponen utama seperti kompresor, kondensor, evaporator, pipa kapiler, refrigeran R22, serta alat-alat pendukung lainnya seperti alat las dan manifold gauge. d. Setelah kerangka selesai, kemudian memulai memasang kondensor, kipas kondensor dan styrofoam dibagian samping mesin penghasil air aki.

68 51 Gambar 3.16 Pemasangan kondensor, kipas kondensor dan styrofoam e. Pemasangan kompresor pada sebelah kondensor dan menyambungkan pipa kapiler dengan cara pengelasan yang disertai pemasangan manifold gauge. Gambar 3.17 Pemasangan kompresor dan manifold gauge f. Langkah selanjutnya memasang evaporator dan kipas evaporator yang telah disiapkan. g. Setelah komponen utama sudah terpasangkan pada kerangka, maka langkah selanjutnya untuk mengisi refrigeran. Refrigeran merupakan fluida kerja pada mesin penghasil air aki. Refrigeran yang digunakan pada mesin penghasil air aki ini adalah R22. Tekanan refrigeran yang dimasukan dalam siklus ini harus sesuai dengan standar kerja agar mesin dapat bekerja secara maksimal. h. Pemasangan pompa air pada atas kerangka. Pompa air ini berfungsi untuk mensirkulasikan air yang berada pada bak penampungan.

69 52 Gambar 3.18 Pemasangan pompa air pada atas kerangka i. Mempersiapkan alat bor dan mata bor. Lakukan pengeboran pada pipa PVC dengan jarak antar lubang 25 mm. j. Setelah pengeboran dilakukan penyusunan pipa PVC tersebut menjadi satu kesatuan rangkaian pipa. k. Pemasangan pipa PVC ke dalam mesin penghasil air aki berfungsi untuk mensirkulasikan air yang dihisap oleh pompa dan dikeluarkan ke dalam bak dalam bentuk curah air. Gambar 3.19 Pemasangan pipa PVC kedalam mesin penghasil air aki

70 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah mesin penghasil air aki. Ukuran mesin penghasil air aki memiliki panjang 190 cm, lebar 75 cm, dan tinggi 90 cm. Mesin penghasil air aki menggunakan daya kompresor 1 PK. Gambar 4.1 menyajikan mesin penghasil air aki yang dipergunakan sebagai objek penelitian. b e d c a Gambar 4.1 Mesin penghasil air aki Gambar 4.1 menyajikan skematik alat penelitian dan tata letak alat ukur yang digunakan dalam penelitian. 53

71 54 Keterangan untuk Gambar 4.1 : a. T wb dan T db Termometer bola basah dan bola kering untuk mengukur kondisi udara luar sebelum masuk ke kondensor. b. T b Termokopel untuk mengukur suhu udara setelah melewati kondensor. c. T c Termokopel untuk mengukur suhu udara sebelum melewati evaporator. d. T d Termokopel untuk mengukur suhu udara setelah melewati evaporator. e. T e Termokopel untuk mengukur suhu udara setelah melewati kipas evaporator. f. P in Pressure gauge untuk mengukur tekanan refrigeran sebelum masuk kompresor (berwarna biru). g. P out Pressure gauge untuk mengukur tekanan refrigeran setelah keluar dari kompresor (berwarna merah). 4.2 Alat Bantu Penelitian Alat bantu penelitian digunakan untuk membantu mengambil data selama penelitian berlangsung :

72 55 a. Termokopel dan penampil suhu digital Termokopel berfungsi untuk mengubah perbedaan suhu benda menjadi perubahan tegangan listrik menggunakan sensor suhu. Penampil suhu digital berfungsi untuk menampilkan suhu yang diukur. Gambar 4.2 menyajikan gambar termokopel dan penampil suhu digital. Gambar 4.2 Termokopel dan penampil suhu digital ( Thermocouple-2-Probe-Sensor-Metal-1300C-2372F- Dropship/ html) b. Stopwatch Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dalam mengambil data saat pengujian. Gambar 4.3 Stopwatch (

73 56 c. Termometer bola basah dan bola kering Alat ini berfungsi untuk mengukur kondisi suhu udara sebelum memasuki kondensor. Gambar 4.4 Termometer bola basah dan bola kering ( d. Gelas Ukur Gelas ukur berfungsi untuk mengukur hasil air destilasi (air aki) yang didapatkan dalam penelitian. Gambar 4.5 Gelas ukur (

74 Alur Penelitian Pada Gambar di bawah ini menunjukan diagram alur pembuatan dan penelitian mesin penghasil air aki. Gambar 4.6 Diagram alur pembuatan dan penelitian mesin penghasil air aki

75 Variasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara menvariasikan kondisi kipas evaporator. Air aki yang diperoleh dicatat untuk setiap variasinya. Demikian juga dengan data-data yang diperlukan untuk menggambarkan siklus kompresi uap pada diagram P-h dan proses siklus udara pada diagram psychrometric chart. Pada penelitian ini menggunakan 5 variasi yaitu kipas off dan pancuran off, kipas on dan pancuran on, kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air, kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air, kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. 4.5 Cara Pengambilan Data Cara pengambilan data pada penelitian menggunakan proses sebagai berikut : a. Menyiapkan termokopel dan termometer bola basah dan bola kering. b. Memasang termokpel dan termometer bola basah dan bola kering pada tempat yang sudah ditentukan. c. Menghidupkan mesin penghasil air aki terlebih dahulu sebelum melakukan pengambilan data agar kompresor bekerja secara optimal. d. Pencatatan dalam proses pengambilan data : P in : Tekanan refrigeran masuk kompresor. P out : Tekanan refrigeran keluar kompresor. T wba : Temperatur bola basah udara sebelum masuk ke kondensor. T dba : Temperatur bola kering udara sebelum masuk ke kondensor.

76 59 T b T c T d T e V : Temperatur bola kering udara setelah melewati kondensor. : Temperatur bola kering udara sebelum melewati evaporator. : Temperatur suhu udara setelah melewati evaporator. : Temperatur suhu udara setelah melewati kipas evaporator. : Volume air yang dihasilkan. Tabel 4.1 Tabel pencatatan hasil pengukuran tekanan dan volume air Variasi :... Percobaan :... No Waktu T a T b T c T d T e P in P out Jumlah Menit T wb ( o C) T db ( o C) ( o C) ( o C) ( o C) ( o C) Psi Psi Air (ml)

77 Cara Mengolah Data Prosedur pengolahan data dan pembahasan yang digunakan selama penelitian berlangsung : a. Data yang diperoleh dalam pengambilan data dimasukan pada Tabel 4.2 dan menghitung rata-rata dari 3 kali percobaan. b. Rata-rata dari hasil setiap penelitan akan digunakan untuk mencari temperatur refrigeran ketika melewati kondensor dan evaporator. c. Mencari rata-rata karakteristik dari mesin penghasil air aki dengan menggunakan psychrometric chart dan P-h Diagram dengan memasukan data T wba, T dba, T b, T c, T d, dan T e, d. Setelah mendapatkan data-data karakteristik dari mesin penghasil aki maka untuk memudahkan pembahasan dari hasil perhitungan akan digambarkan pada grafik. 4.7 Cara Mendapatkan Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dapat diperoleh dari pembahasan hasil penelitian yang dilakukan. Kesimpulan adalah intisari dari pembahasan dan kesimpulan harus dapat menjawab dari tujuan penelitian. Saran diberikan untuk mendapatkan hasil - hasil penelitian yang lebih baik untuk penelitian lanjut di masa mendatang.

78 BAB V HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian mesin penghasil air aki menggunakan siklus kompresi uap dengan variasi kondisi awal kipas setelah evaporator pada posisi on, kondisi kipas setelah evaporator off, dan membandingkan tidak menggunakan pencurah air meliputi : (T a ) kelembaban udara kering (T db ) dan kelembaban udara basah sebelum melewati kondensor (T wb ), kondisi udara setelah kondensor (T b ), kondisi udara sebelum masuk ke evaporator (T c ), kondisi udara setelah melewati evaporator (T d ), kondisi udara setelah kipas evaporator (T e ), tekanan refrigeran pada evaporator (P evap ), tekanan refrigeran pada kondensor (P kond ) dan dilakukan pengujian selama 3 kali setiap variasi kemudian menghitung rata-ratanya. Tabel 5.1 Hasil data rata-rata dari percobaan tanpa pancuran dan tanpa kipas Waktu T a T b T c T d T e P kond P evap Jumlah No T Menit wb T db ( o C) ( o ( o C) ( o C) ( o C) ( o Air C) Psi Psi C) (ml) ,5 29,2 56,0 49,4 16,1 25,0 418,3 63,3 146, ,5 29,3 56,6 49,6 16,7 25,7 418,3 64,7 233, ,8 29,3 56,9 50,0 16,9 25,5 423,3 64,7 320, ,0 29,5 57,5 50,2 17,0 26,2 428,3 66,7 386, ,2 29,7 57,9 50,3 16,2 27,1 431,7 67,3 480, ,3 29,8 58,0 50,6 16,3 27,5 436,7 67,3 553, ,3 29,8 58,6 51,1 16,8 27,8 436,7 66,7 646, ,5 30,3 58,9 51,2 17,0 28,0 438,3 68,0 746, ,5 30,3 59,2 51,5 17,1 28,4 438,3 68,0 840, ,5 30,5 59,5 51,9 17,4 28,6 446,7 70,0 966, ,5 30,5 59,7 52,2 17,3 28,8 451,7 71,3 1080, ,5 30,7 60,0 52,3 17,6 28,9 451,7 71,3 1253,3 Rata - Rata 26,2 29,9 58,2 50,9 16,9 27,3 435,0 67,4 1253,3 61

79 62 Tabel 5.2 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on dengan pancuran air Waktu T a T b T c T d T e P kond P evap Jumlah No T Menit wb T db ( o C) ( o ( o C) ( o C) ( o C) ( o Air C) Psi Psi C) (ml) ,8 29,5 57,0 35,9 20,3 21,2 390,0 68,0 200, ,8 29,5 57,1 36,4 20,5 21,4 390,0 68,0 340, ,0 29,5 57,4 36,2 20,8 21,5 391,7 68,7 440, ,8 29,5 57,8 36,5 20,8 21,7 391,7 69,3 540, ,8 29,5 58,0 36,1 21,0 21,9 390,0 68,0 660, ,8 29,5 58,0 36,9 21,4 21,7 391,7 68,7 800, ,8 29,5 58,6 36,5 21,4 21,9 391,7 68,7 900, ,8 29,5 58,8 35,5 21,2 21,9 391,7 68,7 1080, ,8 29,5 59,1 35,6 20,9 21,7 391,7 68,7 1260, ,3 30,0 58,9 36,6 20,9 22,0 395,0 70,0 1380, ,3 29,5 59,8 34,0 21,1 22,1 396,7 70,0 1540, ,3 30,0 58,8 37,1 21,1 22,3 400,0 70,0 1706,7 Rata - Rata 26,0 29,6 58,3 36,1 21,0 21,8 392,6 68,9 1706,7 Tabel data 5.3 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air Waktu T a T b T c T d T e P kond P evap Jumlah No T Menit wb T db ( o C) ( o ( o C) ( o C) ( o C) ( o Air C) Psi Psi C) (ml) ,7 28,8 57,0 30,2 21,1 22,7 353,3 60,0 220, ,5 29,8 57,1 29,7 15,2 27,7 426,7 64,0 373, ,7 29,7 57,5 31,5 21,5 22,3 350,0 60,0 520, ,5 29,8 57,8 30,7 15,5 26,8 430,0 64,0 660, ,8 29,0 57,9 31,6 21,2 22,5 356,7 60,7 773, ,0 29,7 58,0 32,3 16,4 24,0 425,0 63,3 920, ,7 28,7 58,5 33,8 22,9 22,1 351,7 59,3 1066, ,2 29,2 58,0 32,7 15,0 26,2 418,3 63,3 1226, ,8 29,0 58,9 32,9 23,5 23,0 350,0 59,3 1360, ,0 29,5 59,2 31,9 15,0 25,7 416,7 62,0 1500, ,7 29,0 60,4 33,0 23,4 22,3 351,7 59,3 1640, ,8 29,5 61,8 31,1 17,0 25,6 395,0 62,0 1806,7 Rata- rata 26,0 29,3 58,5 31,8 19,0 24,3 385,4 61,4 1806,7

80 63 Tabel data 5.4 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air No Waktu T a T b T c T d T e P kond P evap Jumlah Menit T wb ( o C) T db ( o C) ( o C) ( o C) ( o C) ( o C) Psi Psi Air (ml) ,0 29,0 57,4 37,9 26,9 21,4 350,0 58,0 330, ,3 29,5 60,1 39,9 16,2 27,6 426,7 64,0 616, ,0 29,0 57,8 36,9 26,4 22,0 350,0 58,0 913, ,5 29,8 60,3 41,0 16,0 26,7 428,3 64,0 1236, ,3 29,5 58,2 36,1 26,9 22,5 348,3 58,0 1500, ,5 29,5 60,3 41,8 16,2 27,2 430,0 64,0 1840,0 Rata-rata 26,3 29,4 59,0 38,9 21,4 24,6 388,9 61,0 1840,0 Tabel data 5.5 Hasil data rata-rata dari percobaan kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air Waktu T a T b T c T d T e P kond P evap Jumlah No T Menit wb T db ( o C) ( o ( o C) ( o C) ( o C) ( o Air C) Psi Psi C) (ml) ,8 29,0 57,5 35,1 20,0 22,0 398,3 70,7 513, ,8 30,3 61,8 41,4 18,4 27,4 495,0 82,0 940, ,2 29,3 58,0 35,6 20,6 22,7 400,0 71,3 1386, ,0 30,5 62,8 41,4 19,4 27,0 496,7 84,0 1846,7 Rata-rata 25,5 29,8 60,0 38,4 19,6 24,8 447,5 77,0 1846,7 5.2 Perhitungan Siklus Kompresi Uap a. p-h Diagram Perhitungan pada siklus kompresi uap dapat diselesaikan menggunakan perhitungan pada P-h diagram berdasarkan data yang telah didapatkan. Data yang digunakan dalam menggambar P-h diagram yaitu, tekanan kondensor dan tekanan evaporator. Sedangkan data yang didapatkan setelah melakukan

81 64 penggambaran pada P-h diagram yaitu suhu kerja kondensor (T kond ), suhu kerja evaporator (T evap ), nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator (h 1 ), nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (h 2 ), nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor (h 3 ), dan nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator (h 4 ). Perhitungan dalam mencari suhu kerja kondensor (T kond ) dan suhu kerja evaporator (T evap ) menggunakan data dari penelitian yaitu, P out dan P in. Dalam penelitian ini data yang diperoleh menggunakan satuan psi. Sebelum digambarkan pada P-h diagram data P out dan P in diubah menjadi tekanan absolut dengan satuan bar dapat dikonversikan dengan cara : P in = ( ,7) psi x 0, = 6,322 bar P out = (447,5 + 14,7) psi x 0, = 31,867 bar Tabel 5.6 Hasil 5 variasi yang telah dikonversikan dari satuan psi ke satuan bar No Variasi Tekanan (Psi) Tekanan (Bar) P kond P evap P kond P evap 1 Kipas off dan tanpa pancuran air 435,00 67,40 31,00 5,66 2 Kipas on dengan pancuran air 392,60 68,90 28,08 5,76 3 Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air 385,40 61,40 27,58 5,25 4 Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air 388,90 61,00 27,82 5,21 5 Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air 447,50 77,00 31,86 6,32

82 65 Setelah melakukan konversi satuan psi ke satuan bar, maka dapat membuat P- h diagram dan menghasilkan data-data entalpi seperti : suhu kerja kondensor (T kond ), suhu kerja evaporator (T evap ), nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator (h 1 ), nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (h 2 ), nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor (h 3 ), dan nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator (h 4 ). Gambar 5.1 P-h diagram dengan variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air Dari P-h diagram yang telah disajikan pada Gambar 5.1, dengan variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air selama 1 jam dapat menghasilkan data suhu kerja kondensor (T kond ), suhu kerja evaporator (T evap ), dan nilai-nilai entalpi refrigeran pada siklus kompresi uap yang meliputi : nilai entalpi refrigeran saat

83 66 keluar evaporator (h 1 ), nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (h 2 ), nilai entalpi refrigeran saat keluar kondensor (h 3 ), dan nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator (h 4 ). Tabel 5.7 Nilai-nilai entalpi refrigeran siklus kompresi uap dari 5 variasi No Variasi h 1 h 2 h 3 h 4 kj/kg kj/kg kj/kg kj/kg 1 Kipas off dan Pancuran off Kipas on dan pancuran on Kipas on/off setiap 5 menit dan pancuran on Kipas on/off setiap 10 menit dan pancuran on Kipas on/off setiap 15 menit dan pancuran on No Tabel 5.8 Nilai suhu kerja kondensor dan evaporator dari 5 variasi Variasi Suhu ( o C) T kond T evap 1 Kipas off dan Pancuran off 72,14 5,45 2 Kipas on dan pancuran on 68,14 5,90 3 Kipas on/off setiap 5 menit dan pancuran on 67,14 1,36 4 Kipas on/off setiap 10 menit dan pancuran on 67,14 1,36 5 Kipas on/off setiap 15 menit dan pancuran on 72,85 8,18 Pada P-h diagram didapatkan beberapa data yang digunakan untuk mengetahui kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ), energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ), energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Q out ), COP aktual, COP ideal dan efisiensi siklus kompresi uap ( ). Contoh perhitungan diambil dari variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air.

84 67 1. Menghitung kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ) Besarnya kerja kompresor persatuan massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.1) yaitu W in = h 2 h 1 (kj/kg). Contoh perhitungan untuk W in dapat diambil pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. No W in = h 2 - h 1 (kj/kg) W in = ( ) kj/kg W in = 40 kj/kg Tabel 5.9 menyajikan nilai W in untuk keseluruhan variasi penelitian. Tabel 5.9 Nilai kerja kompresor persatuan massa refrigeran (W in ) Variasi h 1 h 2 W in kj/kg kj/kg kj/kg 1 Kipas off dan Pancuran off Kipas on dan pancuran on Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air Energi kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran (Q out ) Besarnya energi kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.2) yaitu Q out = h 2 h 3 (kj/kg). Contoh perhitungan untuk Q out dapat diambil pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. Q out = h 2 h 3 (kj/kg) Q out = ( ) kj/kg Q out = 149 kj/kg

85 68 Tabel 5.10 menyajikan nilai Q out untuk keseluruhan variasi penelitian. Tabel 5.10 Nilai energi kalor yang dilepas oleh kondensor persatuan massa refrigeran (Q out ) No Variasi h 2 h 3 Q out kj/kg kj/kg kj/kg 1 Kipas off dan Pancuran off Kipas on dan pancuran on Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air Energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) Jumlah energi kalor yang diserap oleh evaporator dapat dihitung dengan Persamaan 2.3 yaitu Q in = h 1 h 4 = h 1 h 3 (kj/kg). Contoh perhitungan untuk Q in dapat diambil pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. Q in Q in Q in = h 1 h 4 = h 1 h 3 (kj/kg) = ( ) kj/kg = 109 kj/kg Tabel 5.11 menyajikan nilai Q in untuk keseluruhan variasi penelitian. Tabel 5.11 Nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Q in ) No Variasi h 1 h 3 Q in kj/kg kj/kg kj/kg 1 Kipas off dan Pancuran off Kipas on dan pancuran on Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air

86 69 4. COP aktual Jumlah perbandingan antara kalor yang diserap evaporator dengan energi listrik yang diperlukan untuk menggerakkan kompresor dapat dihitung dengan Persamaan (2.4) yaitu COP aktual = Q in / W in = (h 1 h 4 ) / (h 2 h 1 ). Contoh perhitungan untuk COP aktual dapat diambil pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. COP aktual = Q in / W in = (h 1 h 4 ) / (h 2 h 1 ) COP aktual = 109 kj/kg / 40 kj/kg COP aktual = 2,73 Tabel 5.12 menyajikan nilai COP aktual untuk keseluruhan variasi penelitian. Tabel 5.12 COP aktual mesin penghasil air aki No Variasi kj/kg kj/kg 1 Kipas off dan Pancuran off ,47 2 Kipas on dan pancuran on ,00 3 Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air ,68 4 Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air ,88 5 Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air ,73 Q in W in COP actual 5. COP ideal Koefisien prestasi ideal (COP ideal ) dapat dihitung dengan Persamaan 2.5 yaitu COP ideal = (T e ) / ( T c T e ). Contoh perhitungan untuk COP ideal dapat diambil pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. Tabel 5.13 menyajikan nilai COP ideal untuk keseluruhan variasi penelitian.

87 70 COP ideal = (T e ) / (T c T e ) COP ideal = (72, ,15) / ((72, ,15) (8, ,15)) COP ideal = 5,35 Tabel 5.13 COP ideal mesin penghasil air aki No Variasi T kond T evap ( o C) ( o C) 1 Kipas off dan Pancuran off 72,14 5,45 2 Kipas on dan pancuran on 68,14 5, Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air 67,14 1,36 67,14 1,36 72,85 8,18 COP ideal 5,18 5,48 5,17 5,17 5,35 6. Efisiensi mesin siklus kompresi uap yang dipergunakan dalam mesin penghasil air aki (Ƞ) Efisiensi mesin penghasil air aki dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.6) yaitu Ƞ = (COP Aktual / COP Ideal ) x 100%. Contoh perhitungan untuk efisiensi mesin penghasil air aki dapat diambil pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. Tabel 5.14 menyajikan nilai efisiensi untuk keseluruhan variasi penelitian. Ƞ = (COP Aktual / COP Ideal) x 100 % Ƞ = (2,69/5,35) x 100 % Ƞ = 50,28 %

88 71 Tabel 5.14 Efisiensi mesin penghasil air aki (Ƞ) No Variasi COP aktual COP ideal Efisiensi (Ƞ) 1 Kipas off dan Pancuran off 2,48 5,18 47,88% 2 Kipas on dan pancuran on 3,05 5,58 54,66% 3 Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air 2,67 5,17 51,64% 4 Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air 2,89 5,17 55,90% 5 Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air 2,69 5,35 50,28% b. Psychrometric Chart Siklus udara pada mesin penghasil air aki di dalam psychrometric chart disajikan pada Gambar 5.2 (untuk variasi ke-5). W b T wb T kond W a T evap T d T e T db T T b c Gambar 5.2 Psychrometric chart dari variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air

89 72 Perhitungan pada psychrometric chart 1. Laju pengembunan ( m air ) Laju pengembunan dapat diketahui dari data di lapangan, dengan diketahui massa air pengembunan yang dihasilkan di dalam gelas ukur selama selang waktu tertentu. Contoh data untuk laju pengembunan dengan kondisi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. m air = m air / t, kg air /jam m air = 1,8467 kg air /jam m air = 1,8467 kg air /jam 2. Perhitungan massa air yang berhasil diembunkan (Δw) Perhitungan massa air yang berhasil diembunkan dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.8) yaitu Δw = w b w a, kg air /kg udara. Contoh perhitungan untuk perhitungan massa air yang berhasil diembunkan dari variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air. Δw Δw Δw = w b w a, kg air /kg udara = 0, kg air /kg udara 0,0145 kg air /kg udara = 0, kg air /kg udara 3. Laju aliran massa udara ( m udara) Laju aliran massa udara dapat dihitung dengan Persamaan (2.9) yaitu m udara = m air / Δw, kg udara /jam. Contoh perhitungan laju aliran massa udara dari variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air.

90 73 m udara = m air / Δw, kg udara /jam m udara = 1,8467 kg air /jam / 0, kg air /kg udara m udara = 126,27 kg udara /jam Tabel 5.15 Hasil perhitungan psychrometric chart dari 5 variasi No Variasi Kelembaban Spesifik W b W a Δw m air m udara Kipas off dan pancuran off Kipas on dan pancuran on Kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air Kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air kg air /kg udara kg air /jam kg udara /jam 0,0237 0,0127 0,011 1, ,93 0,0299 0,020 0,0099 1, ,39 0,0304 0,0143 0,0161 1, ,21 0,0289 0,0162 0,0127 1, ,88 0, ,0146 1, ,27

91 Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil pada P-h diagram dan psychrometric chart. Hasil yang diperoleh dari P-h diagram meliputi, nilai kerja kompresor (W in ), nilai kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Q out ), nilai kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator (Q in ), Coefficient of Performance Actual (COP aktual ), Coefficient of performance Ideal (COP ideal ), nilai efisiensi (η), dan rata-rata air yang diperoleh dari 5 variasi penelitian. Untuk mempermudah melihati perbandinganperbandingan dari setiap variasi dapat dilihat pada Gambar 5.3 Gambar 5.9. Gambar 5.3 Perbandingan W in dari 5 variasi Pada Gambar 5.3 perbandingan grafik W in (kj/kg) dari 5 variasi diperoleh data yang tertinggi yaitu kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai W in yaitu 44 kj/kg dan data terendah pada grafik ini yaitu kipas on dengan pancuran on dan kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai yaitu 40 kj/kg.

92 75 Gambar 5.4 Perbandingan Q out dari 5 variasi Dari Gambar 5.4 perbandingan Q out kj/kg dari 5 variasi diperoleh data grafik yang tertinggi yaitu kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai Q out yaitu 163 kj/kg dan data terendah yaitu kipas off dengan pancuran off dan kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai Q out yaitu 149 kj/kg.

93 76 Gambar 5.5 Perbandingan Q in dari 5 variasi Dari Gambar 5.5 perbandingan Q in kj/kg dari 5 variasi diperoleh data tertinggi yaitu kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai Q in yaitu 121 kj/kg dan terendah yaitu kipas off dan pancuran off yang mempunyai nilai Q in yaitu 106 kj/kg.

94 77 Gambar 5.6 Perbandingan COP aktual dari 5 variasi Dari Gambar 5.6 Perbandingan COP aktual dari 5 variasi diperoleh data tertinggi yaitu kipas on dan pancuran on yang mempunyai nilai COP aktual yaitu 3,00 dan data terendah yaitu kipas off dan pancuran off yang mempunyai nilai COP aktual yaitu 2,47.

95 78 Gambar 5.7 Perbandingan COP ideal dari 5 variasi Dari Gambar 5.7 Perbandingan COP ideal dari 5 variasi diperoleh data tertinggi yaitu kipas on dan pancuran on yang mempunyai nilai COP ideal yaitu 5,48 dan data terendah yaitu kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air dan kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai COP ideal yaitu 5,17.

96 79 Gambar 5.8 Perbandingan efisiensi (Ƞ) dari 5 variasi Dari Gambar 5.8 Perbandingan efisiensi (Ƞ) dari 5 variasi diperoleh data tertinggi yaitu kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air yang memiliki nilai efisiensi (Ƞ) yaitu 55,90% dan data terendah yaitu kipas off dan pancuran off yang mempunyai nilai efisiensi (Ƞ) yaitu 47,88%.

97 80 Gambar 5.9 Perbandingan kelembaban spesifik (Δw) dari 5 variasi Dari Gambar 5.9 perbandingan kelembaban spesifik (Δw) dari 5 variasi diperoleh data tertinggi yaitu kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air yang memiliki nilai Δw yaitu 0,0161 kg air /kg udara dan data terendah yaitu kipas on dan pancuran on yang memiliki nilai Δw yaitu 0,0099 kg air /kg udara.

98 81 Gambar 5.10 Volume air yang dihasilkan dari 5 variasi selama 1 jam Dari Gambar 5.10 volume air yang dihasilkan dari 5 variasi selama 1 jam diperoleh data tertinggi yaitu kipas on/off selama 15 menit dengan pancuran air yang mempunyai nilai volume air yaitu 1.846,7 ml dan data terendah diperoleh dari variasi kipas off dan pancuran off yang mempunyai nilai volume air yaitu 1.253,3 ml.

99 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mesin penghasil air aki yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap berhasil dibuat dan dapat bekerja sesuai yang diharapkan. Nilai tertinggi yang diperoleh dari mesin penghasil air aki yaitu COP aktual : 3,05 (kipas on dan pancuran on), COP ideal : 5,48 (kipas on dan pancuran on), dan Efisiensi : 55,90% (kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air). b. Mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap mendapatkan hasil jumlah air terbanyak pada variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air yang dapat menghasilkan air aki (air destilasi) sebesar 1.846,7 ml dalam waktu 1 jam. 82

100 Saran Beberapa saran yang dapat dijadikan pengembangan dan perbaikan, terkait daya penelitian yang telah dilakukan : a. Merancang ulang kerangka mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap dengan mempergunakan mesin yang baru agar diperoleh data penelitian lebih baik. b. Untuk memaksimalkan jumlah air aki yang dihasilkan suhu kerja kondensor dapat dibuat lebih tinggi dan suhu kerja evaporator dapat dibuat lebih rendah. c. Jumlah lubang yang berada pada pipa PVC dapat diperbanyak agar kandungan air yang ada di udara sebelum masuk evaporator lebih banyak.

101 84 DAFTAR PUSTAKA Anti Jamur, Pengawet Kayu Ini Dapat Menambah 5 Kali Lipat Keawetan Kayu Sengon, kali-lipat-keawetan-kayu-sengon-2308.html (diakses 23 Mei 2017). Anwar, Khairil., 2010, Efek beban Pendingin Terhadap Kinerja Sistem Mesin Pendingin. Bpp Tegal, Artikel Permesinan Kapal Perikanan Dan Dasar-Dasar Refrigerasi, (diakses 22 Mei 2017). BukaLapak.com, Macam-Macam Ukuran Pipa Kapiler Siklus Kompresi Uap, (diakses 23 Mei 2017). Emsteknik, Macam-Macam Kompresor Torak Hermetik Siklus Kompresi Uap, (diakses 22 Mei 2017). Hamparan Mandiri, Macam-Macam Jenis Kompresor Torak Semi Hermetik, (diakses 22 Mei 2017). Irma Teknik Kimia, Macam-macam Kondensor Siklus Kompresi Uap, (diakses 5 Juli 2017)

102 85 Indiamart, Kompresor Semi Hermetik, (diakes 22 Mei 2017). Karyanto, E dan Emon Pariangga., 2005, Teknik Pendingin, Volume 1, Jakarta : Penerbit CV Restu Agung. Kemas, Ridhuan dan I Gede, Angga., 2010, Pengaruh Media Pendingin Air Pada Kondensor Terhadap Kerja Mesin Pendingin, Metro Universitas Muhammadiyah. Stoecker, WF., 1987, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Penerbit Erlangga. Suma A, Enang., 2013, Mengetahui Pengaruh Tekanan Kerja Kompresor Terhadap Efek Pendingin. Sumanto., 2004, Dasar-dasar Mesin Pendingin, Yogyakarta : Andi Offset. Lina Sundari Termodinamika, Evaporator Kering/Dry Expantion Evaporator, (diakses 22 Mei 2017). Teknik Mesin, Artikel Teknik Mesin, (diakses 22 Mei 2017) Wikipedia, Distilasi, Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia, (diakses 22 Mei 2017).

103 86 LAMPIRAN a. P-h diagram variasi kipas off dan pancuran off

104 87 b. P-h diagram kipas on dan pancuran on

105 88 c. P-h diagram variasi kipas on/off setiap 5 menit drngan pancuran air

106 89 d. P-h diagram variasi kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air

107 90 e. P-h diagram variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air

108 91 f. Psychrometric Chart variasi kipas off dan pancuran off

109 92 g. Psychrometric Chart variasi kipas on dan pancuran on

110 93 h. Psychrometric Chart variasi kipas on/off setiap 5 menit dengan pancuran air

111 94 i. Psychrometric Chart variasi kipas on/off setiap 10 menit dengan pancuran air

112 95 j. Psychrometric Chart variasi kipas on/off setiap 15 menit dengan pancuran air

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh EKO ROMADHONI NIM :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh MARSELINUS DWI SANTOSO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin oleh :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Wibowo Kusbandono, PK Purwadi T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Volume Nomor September MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Kurniandy Wijaya PK Purwadi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia Email : kurniandywijaya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI

KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : TRIYANA WAHYUDIANTA NIM : 135214108 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik PK Purwadi 1, Wibowo Kusbandono 2 T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Univ. Sanata Dharma 1, pur@mailcity.com

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN Pengaruh Kipas Terhadap Waktu dan Laju Pengeringan Mesin Pengering Pakaian (P.K. Purwadi dkk) PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN P.K. Purwadi 1, Wibowo Kusbandono

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 AIR CONDITIONING SYSTEM Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 Fungsi dan Klasifikasi Air Conditioning System Fungsi : sistim yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 190 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: STEFANUS TRI

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KULKAS 2 PINTU DENGAN KONDENSOR 14U DAN 12U SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: JULIUS SUTAWIJAYA

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK PENDINGIN

DASAR TEKNIK PENDINGIN DASAR TEKNIK PENDINGIN Oleh : Agus Maulana Praktisi Mesin Pendingin HP. 0813 182 182 33 PT Mitra Lestari Bumi Abadi Jl.Gading Indah Raya Blok C No. 25 Kelapa Gading - Jakarta, 14240 Siklus Sistem Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya

Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Cara Kerja AC dan Bagian-Bagiannya Di era serba maju sekarang ini, kita pasti sudah sangat akrab dengan air conditioner. Kehidupan modern, apalagi di perkotaan hampir tidak bisa lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar Perpindahan Kalor 2.1.1. Umum Penukaran Kalor sering dipergunakan dalam kehidupan sehari hari dan juga di gedung dan industri. Contoh kegiatan penukaran kalor dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39 BAB IV PEMBAHASAN Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan kerja sistem refrigerasi tanpa metode cooled energy storage dengan sistem refrigerasi yang menggunakan metode cooled energy storage. Pengujian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Air Conditioning (AC)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Air Conditioning (AC) BAB II DASAR TEORI 2.1 Deskripsi Alat Refrijerasi Gambar 2.1 Air Conditioning (AC) Sistem Pendingin Air Conditioner (AC) merupakan suatu komponen/peralatan yang dipergunakan untuk mengatur suhu, sirkulasi,

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : KURNIANDY WIJAYA NIM

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Teknik bidang Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP PK Purwadi 1,a*, Wibowo Kusbandono 2,b 1, 2 Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : TRI

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: KAREL GIOVANNI 125214079

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : EKIN THEOPHILUS BANGUN NIM : 135214096 PROGRAM

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI COP DAN EFISIENSI SHOWCASE DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 250 CM DAN DAYA KOMPRESOR 0,5 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Florist Cabinet Florist cabinet merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses pendinginan bunga. Florist cabinet beragam dalam ukuran dan konstruksi. Biasanya florist cabinet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KONDENSOR 13U DAN 12U PADA MESIN PENDINGIN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: ANDRIAN NIM:

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER BERPENUKAR KALOR DENGAN PIPA KAPILER MELILIT PIPA KELUARAN EVAPORATOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat sarjana S-1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI

MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Mesin Oleh : MATHEIS EVERDIN MAKATITA 115214015 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pendingin Sistem pendingin merupakan sebuah sistem yang bekerja dan digunakan untuk pengkondisian udara di dalam ruangan, salah satunya berada di mobil yaitu

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22 ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN 1-PK DENGAN PENAMBAHAN SUBCOOL MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik RIKARDO GOODLAS MANURUNG

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air conditioner atau yang biasa di sebut AC merupakan sebuah alat yang mampu mengondisikan udara. Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rancangan Evaporative Cooling pada Kondensor Penambahan evaporative cooling (EC) pada kondensor akan menurunkan temperatur masukan ke kondensor, sehingga tekanan kondensor

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PERALATAN PENGUJIAN Sistem cascade yang digunakan dalam pengujian ini terdapat di gedung P2M (Salemba). Sebelumnya sistem ini dimanfaatkan untuk mendinginkan komponen pesawat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama

Lebih terperinci