KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : TRIYANA WAHYUDIANTA NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

2 KARAKTERISTIK MESIN PENYEJUK UDARA DENGAN VARIASI ICE PACK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : TRIYANA WAHYUDIANTA NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

3 THE CHARACTERISTIC OF AIR CONDITIONING WITH ICE PACK VARIATION FINAL PROJECT As partial fulfillment of the requirement to obtain the Sarjana Teknik degree in Mechanical Engineering By TRIYANA WAHYUDIANTA Student Number : MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGI FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2017 ii

4 iii

5 iv

6 v

7 vi

8 ABSTRAK Kebutuhan masyarakat akan mesin penyejuk udara semakin hari semakin meningkat. Tujuan penelitian terhadap mesin penyejuk udara dengan menggunakan siklus kompresi uap ini adalah (1) merancang dan merakit mesin penyejuk udara sederhana yang terdiri dari mesin pendingin dan ice pack (2) mengetahui karakteristik dari mesin pendingin siklus kompresi uap, meliputi : COPaktual, COPideal dan Efisiensi mesin penyejuk udara (3) mengetahui lamanya waktu suhu udara berada dibawah 25 o C dengan berbagai variasi ice pack. Penelitian dan pengambilan data mesin penyejuk udara dilaksanakan di Laboratorium Prodi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma. Batasan-batasan dalam pembuatan mesin penyejuk udara sebagai berikut (1) mesin penyejuk udara terdiri atas mesin pendingin yang bekerja dalam siklus kompresi uap dan ice pack (2) komponen utama siklus kompresi uap meliputi: kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kapiler (3) daya kompresor sebesar: 1/8 pk. ukuran komponen utama siklus kompresi uap yang lain menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor (4) jenis evaporator: pipa dengan sirip (5) jenis kondensor: pipa dengan jari-jari penguat (6) refrigeran siklus kompresi uap: R134a (7) mesin penyejuk udara mempergunakan ruangan pendingin dengan ukuran: 60 cm x 50 cm x 45 cm (8) mesin penyejuk udara mempergunakan 20 ice pack dengan ukuran ice pack: 25 cm x 14 cm x 1,5 cm. Ice pack dibekukan pada freezer bersuhu -20 ºC selama 12 jam (9) mempergunakan kipas angin berdaya: 30 watt, dengan ukuran sudu kipas : 200 mm (10) semua komponen komponen utama mesin pendingin dan ice pack, diperoleh dipasaran. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jumlah ice pack: tanpa ice pack, 10 ice pack, dan 20 ice pack. Mesin penyejuk udara berhasil dibuat dan bekerja dengan baik. Hasil penelitian memberikan beberapa kesimpulan (1) Variasi mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack merupakan variasi terbaik dan mampu menghasilkan suhu udara yang sejuk selama 360 menit, suhu awal yang dihasilkan adalah 9,4 ºC dan mampu bertahan sampai menit ke 360 dengan suhu akhir 24,8 ºC (b) hasil karakteristik mesin penyejuk udara tanpa ice pack sebagai berikut: rata-rata nilai COPaktual sebesar 3,45; rata-rata nilai COPideal sebesar 4,49; (c) hasil karakteristik mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack sebagai berikut: rata-rata nilai COPaktual sebesar 3,30; rata-rata nilai COPideal sebesar 4,28; (d) hasil karakteristik mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack sebagai berikut: rata-rata nilai COPaktual sebesar 3,39; rata-rata nilai COPideal sebesar 4.31; Kata kunci: mesin penyejuk udara, siklus kompresi uap. vii

9 ABSTRACT People s need of air conditioner keeps increasing everyday. The objectives of this research are : (1) designing and assembling a simple air conditioner consisting coolant engine and ice pack (2) knowing the characteristic of air conditioner with cycle steam compression, including : COPactual, COPideal, and the efficiency of air conditioner (3) to know the duration of temperature under 25 o C in several ice-pack variations. This research was conducted in the laboratory of Mechanical Engineering of Sanata Dharma University. The limits of making the air conditioner are: (1) air conditioner consists of coolant engine working in steam compression cycle and ice pack (2) the main components of cycle steam compression including: compressor, evaporators, condenser, and capillary tube (3) compressor power: 1/8pk, the size of other main components of steam compression cycle adjusts the compressor power (4) type of evaporator: fin tubes (5) type of condenser: serpentine tube (6) refrigerant of steam compression cycle ; R134a (7) air conditioner using cooling room with size of: 60 cm x 50 cm x 45 cm (8) air conditioner using 20 ice-packs with size of: 25 cm x 14 cm x 15 cm. Ice pack was frozen in -20 C within 12 hours (9) using fan powered: 50 watt, the size of the convex blade of the fan: 200mm (10) all the main components of the air conditioner and the ice pack were obtained in markets. The research had been done by varying the amount of ice pack: without ice pack, 10 ice packs, and 20 ice packs. The air conditioner was successfully created and worked well. The result of the researches give some conclusions (1) air conditioner with 20 ice packs is the best variation. It can produce cool temperature starting from 9,4 C lasted in 24,8 C within 360 minutes (b) air conditioner without ice pack: average value of COPactual is 3,45 : average value of COP ideal is 4,49 : (c) using 10 ice packs : average value of COPactual is 3,30 : average value of COPideal is 4,28 : (d) using 20 ice packs: average value of COPactual 3,39 : average value of COPideal is 4,31 : Keywords: air conditioner, cycle steam compression, cooling machine viii

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas semua karunia dan kasih- Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyusun skripsi ini dengan judul Karakteristik mesin penyejuk udara dengan variasi Ice Pack. Skripsi disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Atas terselesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Match.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan petunjuk, pengarahan, dan saran selama penyusunan Skripsi ini. 3. Wibowo Kusbandono S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Doddy Purwadianto, S.T., M.T., selaku Kepala Laboratorium Energi, Prodi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi. 5. Jemina dan Wahyuningsih, selaku orang tua penulis yang telah memberi motivasi dan dukungan kepada penulis, baik secara materi maupun spiritual. ix

11 6. Yemi Eka dan Dian Arum, selaku kakak penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis. 7. Yuga Indrawan, Frischo Allesandro, dan Fransiskus Sonny, selaku teman kelompok Skripsi mesin penyejuk udara, atas kerjasamanya selama penelitian Skripsi. 8. Valentina Kurnia Palupi Sumarno yang telah memberikan semangat dan selalu mendampingi dengan setia selama pengerjaan skripsi ini. 9. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini. 10. Seluruh mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2013 yang juga telah memberi masukan dan dukungannya, terimakasih untuk kebersamaannya selama empat tahun di Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian dan penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakannya. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Terima kasih. Yogyakarta, 27 Juli 2017 Penulis x

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. TITLE PAGE. HALAMAN PERSETUJUAN.. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAK. ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xv xviii BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Rumusan masalah Tujuan penelitian Batasan masalah Manfaat penelitian... 4 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Dasar teori xi

13 2.1.1 Prinsip kerja mesin pendingin Siklus kompresi uap Perhitungan pada siklus kompresi uap Komponen komponen siklus kompresi uap Kompresor Kondensor Evaporator Pipa kapiler Filter Thermostat Kipas Psychrometric chart Parameter-parameter Udara Psychrometric chart Proses-proses Yang Terjadi Pada Udara 27 Dalam... Psychrometric chart Proses-proses yang terjadi pada Mesin Penyejuk 29 Udara dengan mesin pendingin dan ice-pack 2.2 Tinjauan Pustaka BAB III METODE PENELITIAN Objek Penelitian Variasi Penelitian Alur Penelitian xii

14 3.4 Alat dab Bahan Penelitian Alat Bahan Alat Bantu dalam Penelitian Proses Pembuatan Mesin Penyejuk udara Proses Pengisan Refrigeran Skematik Pengambilan Data Langkah-langkah pengambilan data Cara Mengolah Data Cara mendapatkan Kesimpulan BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Nilai entalpi, suhu evaporator, dan suhu kondensor Perhitungan dan pengolahan data Hasil perhitungan Pembahasan Mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack Mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack Mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan xiii

15 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 84 A. Foto alat yang digunakan dalam penelitian B. Gambar P-h Diagram. 85 xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Prinsip kerja mesin pendingin... 5 Gambar 2.2 Rangkaian Utama komponen siklus kompresi uap... 6 Gambar 2.3 Siklus Kompresi Uap Diagram P-h... 7 Gambar 2.4 Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-S Gambar 2.5 Kompresor open type Gambar 2.6 Kompresor scroll Gambar 2.7 Kompresor semi hermatik Gambar 2.8 Kompresor hermatik Gambar 2.9 Natural Draught Condensor Gambar Force Draught Condensor Gambar Evaporator jenis pipa dengan sirip Gambar Evaporator jenis pipa dengan jari-jari penguat. 21 Gambar Evaporator jenis plat Gambar 2.14 Pipa kapiler Gambar 2.15 Filter Gambar 2.16 Thermostat Gambar 2.17 Kipas Gambar 2.18 Psychrometric chart Gambar 2.19 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam Psychrometric chart Gambar 2.20 Proses-proses yang terjadi pada mesin penyejuk udara.. 30 Gambar Skematik mesin penyejuk udara Gambar 3.2 Skematik alur penelitian xv

17 Gambar 3.3 Papan kayu dan Akrilik Gambar 3.4 Roda 39 Gambar 3.5 Kompresor Gambar 3.6 Kondensor jenis pipa dengan jari-jari penguat.. 41 Gambar 3.7 Evaporator jenis pipa bersirip Gambar 3.8 Filter.. 42 Gambar 3.9 Pressure Gauge Gambar 3.10 Refrigeran R 134a. 43 Gambar 3.11 Penampil suhu digital dan thermokopel Gambar 3.12 Hygrometer Gambar 3 13 Stopwacth Gambar 3.14 Rancangan mesin penyejuk udara Gambar 3.15 Pengelesan sambungan pipa-pipa kapiler Gambar 3.16 Pengisian Refrigeran R134a Gambar 3.17 Skematik pengambilan data Gambar 4.1 Diagram p-h R134a Mesin penyejuk udara tanpa... menggunakan ice pack pada menit (t) ke 120 Gambar 4.2 Grafik Win, Qout, dan Qin mesin penyejuk udara tanpa... menggunakan ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.3 Grafik laju aliran massa refrigeran mesin penyejuk udara... tanpa ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.4 Nilai COPaktual dan COPideal mesin penyejuk udara tanpa... tanpa ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.5 Nilai efisiensi mesin penyejuk udara tanpa menggunakan... Ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.6 Suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara tanpa... menggunakan ice pack dari waktu ke waktu xvi

18 Gambar 4.7 Nilai Win, Qout, dan Qin mesin penyejuk udara... menggunakan10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.8 Nilai laju aliran massa refrigeran mesin penyejuk udara... menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.9 Nilai COPaktual dan COPideal mesin penyejuk udara... menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.10 Nilai efisiensi mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice... pack dari waktu ke waktu Gambar 4.11 Suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara... menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.12 Nilai Win, Qout, dan Qin mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.13 Nilai laju aliran massa refrigeran mesin penyejuk udara... menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.14 Nilai COPaktual dan COPideal mesin penyejuk udara... menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.15 Grafik efisiensi mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice.. pack dari waktu ke waktu Gambar 4.16 Suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara... menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu xvii

19 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Variasi Penelitian Tabel 3.2 Tabel yang digunakan untuk mencatat data penelitian Tabel 4.1 Hasil data rata-rata mesin penyejuk udara tanpa ice pack Tabel 4.2 Hasil data rata-rata mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice. 56 pack Tabel 4.3 Hasil data rata-rata mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice 56 pack Tabel 4.4 Data untuk perhitungan dan pembahasan mesin penyejuk udara 57 tanpa menggunakan ice pack Tabel 4.5 Data untuk perhitungan dan pembahasan mesin penyejuk udara 58 menggunakan 10 ice pack Tabel 4.6 Data untuk perhitungan dan pembahasan mesin penyejuk udara 58 menggunakan 20 ice pack Tabel 4.7 Nilai entalpi mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack Tabel 4.8 Nilai entalpi mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack.. 59 Tabel 4.9 Nilai entalpi mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack Tabel 4.10 Keterangan dari diagram P-h Tabel 4.11 Hasil perhitungan karateristik mesin penyejuk udara tanpa... menggunakan ice pack Tabel 4.12 Hasil perhitungan karateristik mesin penyejuk udara tanpa... menggunakan ice pack Tabel 4.13 Hasil perhitungan karateristik mesin penyejuk udara tanpa... menggunakan ice pack xviii

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sekarang sedang dalam masa pembangunan. Di setiap daerah banyak dilakukan pembangunan baik itu infrastruktur maupun manufaktur. Semua ini dilakukan untuk negara yang maju, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang diperlengkapi dengan semua syarat yang diperlukan untuk menjalankan pembangunan di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan negara lain. Dewasa ini mesin penyejuk udara sangat dibutuhkan di kehidupan sehari hari. Kebutuhan masyarakat akan penyejuk udara semakin hari semakin meningkat. Di setiap tempat ditemui pemakaian penyejuk udara, baik di tempat umum, di mallmall, di supermarket, di bank, di rumah sakit, di perkantoran, di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, di hotel, di gedung olahraga, di gedung kesenian,di perumahan, di perusahan, ataupun pada alat transportasi. Berbagai macam penyejuk udara ada di pasaran, dari berdaya kecil sampai berdaya besar. Namun demikian, selalu ada kelebihan dan kekurangan dari setiap mesin penyejuk udara yang ada. Kekurangan mesin penyejuk udara yang ada di pasaran saat ini adalah masih memerlukan daya listrik yang cukup besar untuk bekerjanya. Penggunaan mesin penyejuk udara masih didominasi masyarakat kelas ekonomi menengah atas. Kondisi ini merupakan persoalan yang harus dijawab supaya tidak menimbulkan 1

21 2 masalah soaial. Bagaimanakah merancang mesin penyejuk udara berdaya kecil, agar masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah ikut juga menikmati kehadiran mesin mesin penyejuk udara ini? Dengan memahami masih ada kekurangan pada mesin pendingin udara, maka penulis tertantang untuk mendapatkan mesin penyejuk udara yang menggunakan daya rendah namun menghasilkan efisiensi sebanding dengan daya yang dikeluarkan. Berangkat dari persoalan tersebut, penulis melakukan penelitian dengan topik tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Kebutuhan mesin pendingin ruangan seperti mesin penyejuk udara sekarang ini semakin meningkat. Penggunaan mesin penyejuk udara yang selama ini dipergunakan masih memerlukan daya yang cukup besar. Oleh sebab itu, diperlukan suatu inovasi mesin penyejuk udara yang membutuhkan daya yang rendah, lebih sederhana dan lebih praktis penggunaanya. Bagaimanakah merancang penyejuk ruangan yang lebih sederhana dan berdaya rendah untuk menyelesaikan persoalan ini? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Merancang dan merakit mesin penyejuk udara sederhana yang terdiri dari mesin pendingin dan ice-pack.

22 3 b. Mengetahui karakteristik mesin pendingin siklus kompresi uap yang dipergunakan di dalam mesin penyejuk udara, meliputi : besarnya nilai COPactual, COPideal dan efisiensi. c. Mengetahui lamanya waktu suhu udara berada dibawah 25 o C dengan berbagai variasi Ice Pack. 1.4 Batasan Masalah Batasan batasan yang diambil dalam pembuatan mesin penyejuk udara, yaitu : a. Mesin penyejuk udara terdiri atas mesin pendingin yang bekerja dengan siklus kompresi uap dan ice-pack. b. Komponen utama mesin siklus kompresi uap meliputi kompresor, evaporator, kondensor, dan pipa kapiler. c. Daya kompresor yang dipergunakan sebesar 1/8 HP, ukuran komponen utama yang lain, besarnya menyesuaikan dengan besarnya daya kompresor. d. Komponen utama siklus kompresi uap yang dipakai pada mesin pendingin merupakan komponen standar yang ada di pasaran. e. Fluida kerja dari siklus kompresi uap adalah R134a. f. Mesin penyejuk udara mempergunakan ice pack yang didapat di pasaran, dengan berat 0,2 kg dan ukuran 25 cm x 14 cm x 1,5 cm. g. Mempergunakan kipas angin berdaya 30 watt. h. Ukuran ruang pendingin : 60 cm x 50 cm x 45 cm

23 4 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Menambah kasanah ilmu pengetahuan tentang penyejuk udara berdaya listrik rendah. b. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi dalam pembuatan penyejuk udara bagi para pembuat. c. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai acuan bagi para peneliti lain untuk dapat merancang mesin penyejuk udara dengan kemampuan kerja yang lebih baik. d. Dihasilkan teknologi tepat guna berupa mesin penyejuk udara berdaya listrik rendah.

24 BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Prinsip kerja mesin pendingin Mesin pendingin adalah peralatan yang berfungsi untuk memindahkan kalor dari dalam ruangan ke luar ruangan atau menyerap kalor dari lingkungan bersuhu rendah kemudian dipindahkan ke lingkungan bersuhu tinggi. Mesin pendingin yang mempergunakan siklus kompresi uap mempunyai komponen utama yang terdiri dari empat bagian yaitu : kompresor, evaporator, kondensor, dan katup ekspansi atau pipa kapiler. Fluida yang dipergunakan pada siklus kompresi uap dinamakan dengan refrigeran. Gambar 2.1 menunjukkan prinsip dasar kerja mesin pendingin. Gambar 2.1 Prinsip kerja mesin pendingin 5

25 6 Mesin pendingin telah digunakan dalam banyak hal. Diantaranya sebagai pengawet bahan makanan ( kulkas, freezer, cold storage, dll ), pengawet minuman (show case, kulkas, dll), pengkondisi udara ruangan (AC, water chiller, dll) dan pembuat es (ice maker). Dengan berkembangnya informasi dan teknologi sekarang ini, manusia telah merasakan dampak positif dari teknologi mesin pendingin Siklus Kompresi Uap Dari sekian banyak jenis sistem refigerasi, yang paling umum digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap. Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan pipa kapiler atau katup expansi. Rangkaian komponen utama siklus kompresi uap digambar pada Gambar 2.2 dan siklus kompresi uap pada diagram P.h disajikan pada Gambar 2.3, pada diagram T-s pada Gambar 2.4. Qout 3 Kondensor Pipa Kapiler 2 4 Evaporator 1 Kompresor Win Qin Gambar 2.2 Rangkain Utama Komponen Siklus Kompresi Uap

26 Tekanan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Pada siklus kompresi uap, di evaporator refrigeran akan menghisap kalor dari dalam ruangan sehingga kalor tersebut akan menguapkan refrigeran. Kemudian uap refrigeran ditekan oleh kompresor hingga mencapai tekanan kondensor, dalam kondensor uap refrigeran dikondensasikan sehingga fase refrigeran berubah wujud cair dengan cara membuang kalor dari uap refrigeran ke lingkungannya. Kemudian refrigeran akan diturunkan tekanannya oleh pipa kapiler, sehingga fasenya berubah dari cair menjadi campuran cair dan gas dan diteruskan kembali ke dalam evaporator. Pada Gambar 2.2, Gambar 2.3 dan Gambar 2.4, Qin adalah besarnya kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran. Qout adalah besarnya kalor yang dilepas kondensor ke lingkungan karena suhu refrigeran didalam kondensor lebih tinggi dari suhu lingkungan. Proses penguapan berlangsung di evaporator secara isobar (tekanan sama) dan isotermal (suhu sama) sedangkan Win adalah kerja kompresor persatuan massa refrigeran. P Qout 3 3a 2a 2 Win P1 4 1a 1 Qin h3= h4 h1 h2 h Entalpi Gambar 2.3 Siklus Kompresi Uap Diagram P-h

27 Temperatur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 T 2 3 3a Qout 2a Win 4 1a 1 Qin Entropi S Gambar 2.4 Siklus Kompresi Uap pada Diagram T-s Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap (terjadi pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4) adalah (a) proses kompresi, (b) proses desupa heating, (c) proses kondensasi, (d) proses pendingin lanjut, (e) proses penurunan tekanan, (f) proses penurunan tekanan, (g) proses pemanasan lanjut. a. Proses kompresi (1-2) Proses kompresi dilakukan oleh kompresor terjadi pada tahap 1 2 dan berlangsung secara isentropik adiabatik (isoentropi atau entropi konstan).. Kondisi awal refrigeran pada saat masuk ke dalam kompresor adalah gas panas lanjut bertekanan rendah, setelah mengalami kompresi refrigeran akan menjadi gas panas lanjut bertekanan tinggi. Karena proses ini berlangsung secara isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun meningkat. b. Proses penurunan suhu gas panas lanjut menjadi gas jenuh (proses 2-2a)

28 9 Proses pendinginan dari gas panas lanjut menjadi gas jenuh terjadi pada tahap 2 2a. Proses ini juga dinamakan desupa heating. Refrigeran mengalami penurunan suhu pada tekanan tetap. Hal ini disebabkan adanya kalor yang mengalir dari refrigeran ke lingkungan karena suhu refrigeran lebih tinggi dari suhu lingkungan. c. Proses kondensasi (2a-3a) Proses kondensasi terjadi pada tahap 2a-3a berlangsung di dalam kondensor. Pada proses ini gas jenuh mengalami perubahan fase menjadi cair jenuh. Proses berlangsung pada suhu dan tekanan tetap. Pada proses ini terjadi aliran kalor dari kondensor ke lingkungan karena suhu kondensor lebih tinggi dari suhu udara lingkungan. d. Proses pendinginan lanjut (3a 3) Proses pendinginan lanjut terjadi pada tahap 3a 3. Proses pendinginan lanjut merupakan proses penurunan suhu refrigeran dari keadaan refrigeran cair. Proses ini berlangsung pada tekanan konstan. Proses ini diperlukan agar kondisi refrigeran yang keluar dari kondensor benar benar berada dalam fase cair, untuk memudahkan mengalir di dalam pipa kapiler. e. Proses penurunan tekanan (3-4) Proses penurunan tekanan terjadi pada tahap 3 4 berlangsung di pipa kapiler secara isoentalpi (entalpi sama). Dalam fasa cair refrigeran mengalir menuju ke komponen pipa kapiler dan mengalami penurunan tekanan dan suhu. Sehingga suhu dari refrigeran lebih rendah dari temperatur lingkungan. Pada tahap ini fasa berubah dari cair menjadi fase campuran cair dan gas.

29 10 f. Proses penguapan ( 4 1a) Proses evaporasi terjadi pada tahap 4 1a. Proses ini berlangsung di evaporator secara isobar (tekanan sama) dan isotermal (suhu sama). Dalam fasa campuran cair dan gas, refrigeran yang mengalir ke evaporator menerima kalor dari lingkungan, sehingga akan mengubah seluruh fasa fluida dari refriegeran berubah menjadi gas jenuh. g. Proses pemanasan lanjut (1a 1) Proses pemanasan lanjut terjadi pada tahap 1a 1. Proses ini merupakan proses dimana uap refrigeran yang meninggalkan evaporator akan mengalami pemanasan lanjut sebelum memasuki kompresor. Hal ini di maksudkan agar kondisi refrigeran benar-benar dalam keadaan gas agar proses kompresi dapat berjalan dengan baik dan kerja kompresor menjadi ringan Perhitungan pada Siklus Kompresi Uap Diagram tekanan entalpi siklus kompresi uap dapat digunakan untuk menganalisa unjuk kerja mesin pendingin kompresi uap yang meliputi kerja kompresor, energi yang dilepas kondensor, energi yang diserap evaporator, COPaktual, COPideal, efisiensi dan laju aliran massa refrigeran. a. Kerja kompresor (Win) Kerja kompresor persatuan massa refrigeran merupakan perubahan entalpi pada diagram P-h titik 1-2 dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.1) W in (2.1) h 2 h 1 Pada Persamaan (2.1) : Win : kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kj/kg).

30 11 h1 h2 : nilai entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kj/kg). : nilai entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kj/kg). b. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout) Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepaskan oleh kondensor merupakan perubahan entalpi pada titik 2-3, perubahan tersebut dapat dihitung dengan Persamaan (2.2) : Q out (2.2) h 2 h 3 Pada Persamaan (2.2) : Qout :energi kalor yang dilepaskan kondensor persatuan massa refrigeran (kj/kg). h2 h3 : nilai entalpi saat masuk kondensor (kj/kg). : nilai entalpi refrigeran keluar kondensor atau masuk pipa kapiler (kj/kg) c. Energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin) Energi kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran merupakan perubahan entalpi pada titik 4-1, perubahan entalpi tersebut dapat dihitung dengan Persamaan (2.3) : Q in (2.3) h 1 h 4 Pada Persamaan (2.3) : Qin : energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kj/kg) h1 : nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai entalpi pada saat masuk kompresor (kj/kg) h4 : nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar dari pipa kapiler. Karena proses pada pipa kapiler berlangsung

31 12 pada entalpi yang tetap maka nilai h4= h3 (kj/kg). d. Koefisien prestasi / Coefficient of Performance aktual ( COPaktual) Koefisien prestasi siklus kompresi uap standar adalah perbandingan antara panas yang disetiap evaporator dengan kerja yang yang diberikan evaporator. Energi kalor persatuan massa yang diserap evaporator dibagi kerja kompresi, dapat dihitung dengan Persamaan (2.4) : COP aktual Q W h h h h in 1 4 (2.4) in 2 1 Pada Persamaan (2.4) : Qin : energi kalor yang diserap evaporator persatuan massa refrigeran (kj/kg). Win : kerja kompresor persatuan massa refrigeran (kj/kg). h1 : nilai entalpi refrigeran saat keluar evaporator atau sama dengan nilai entalpi pada saat masuk kompresor (kj/kg). h2 h4 : nilai entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kj/kg). : nilai entalpi refrigeran saat masuk evaporator atau sama dengan nilai entalpi saat keluar dari pipa kapiler. Karena proses pada pipa kapiler berlangsung pada entalpi yang tetap maka nilai h4= h3 (kj/kg). e. Koefisien prestasi ideal / Coefficient Of Performance ideal (COPideal) Koefisien prestasi ideal pada siklus kompresi uap standar dapat dihitung dengan Persamaan (2.5) berikut ini : COP ideal T T cond evap (2.5) T evap

32 13 Pada Persamaan (2.5) : COPideal T cond : Koefisien prestasi ideal : suhu mutlak kondensor (K). T evap : suhu mutlak evaporator (K). f. Efisiensi mesin kompresi uap (η) Efisiensi mesin kompresi uap dapat dihitung dengan Persamaan (2.6) Pada Persamaan (2.6) : COPaktual 100% (2.6) COP ideal COPactual COPideal :Koefisien prestasi aktual mesin kompresi uap. :Koefisien prestasi ideal mesin kompresi uap. g. Daya Kompresor Mesin (P) Daya untuk kompresor dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.7) : P = V I (2.7) Pada Persamaan (2.7) : P V I : daya kompresor (J/det). : voltage (volt). : arus listrik kompresor (A). h. Laju Aliran Massa Refrigeran (ṁ) Laju aliran massa refrigeran dapat dihitung dengan Persamaan (2.8) :

33 14 m W in I V 1000 (2.8) Pada Persamaan (2.8) : ṁ I V Win : laju aliran massa refrigeran (kg/s). : arus listrik (A). : voltage (volt). : kerja yang dilakukan kompresor (J/kg) Komponen Komponen Siklus Kompresi Uap Komponen utama dari mesin dengan siklus kompresi uap terdiri dari kompresor, kondensor, evaporator dan pipa kapiler. Komponen tambahan mesin siklus kompresi uap terdiri dari filter, thermostat dan kipas Kompresor Kompresor adalah unit mesin pendingin siklus kompresi uap yang berfungsi untuk menaikkan tekanan dan mensirkulasi refrigeran yang mengalir dalam unit mesin pendingin. Dari cara kerja mensirkulasikan refrigeran, kompresor dapat dikalsifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu : a. Kompresor Open Unit (open type compresor) Pada jenis kompresor ini letak kompresor terpisah dari tenaga penggeraknya. Masing-masing bergerak sendiri dalam keadaan terpisah. Tenaga penggerak kompresor umumnya motor listrik. Salah satu ujung poros engkol dari kompresor menonjol keluar, sebuah puli dari luar dipasang pada ujung poros tersebut. Melalui belt puli dihubungkan dengan tenaga penggeraknya. Karena

34 15 ujung poros engkol keluar dari rumah kompresor, maka harus diberi perapat agar refrigeran tidak bocor keluar. Gambar 2.5 Kompresor open type Sumber: b. Kompresor Sentrifugal Prinsip dari kompresor sentrifugal adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk mendapatkan energi kinetik pada impeller sudu dan energi kinetik ini diubah menjadi tekanan potensial. Tekanan dan kecepatan uap yang rendah dari saluran sunction dihisap kedalam lubang masuk atau mata roda impeller oleh aksi dari shaft rotor, dan kemudian diarahkan dari ujung-ujung pisau ke rumah kompresor untuk diubah menjadi tekanan yang bertambah. c. Kompresor Scroll Prinsip kerja dari kompresor scroll adalah menggunakan dua buah scroll (pusaran). Satu scroll dipasang tetap dan salah satu scroll lainnya berputar pada

35 16 orbit. Refrigeran dengan tekanan rendah dihisap dari saluran hisap oleh scroll dan dikeluarkan melalui saluran tekan yang letaknya pada pusat orbit dari scroll tersebut. Gambar 2.6 Kompresor scroll Sumber: 11.jpg?w=243 d. Kompresor Sekrup Uap refrigeran memasuki satu ujung kompresor dan meninggalkan kompresor dari ujung yang lain. Pada posisi langkah hisap terbentuk ruang hampa sehingga uap mengalir kedalam. Nilai putaran terus berlanjut, refrigeran yang terkurung digerakan mengelilingi rumah kompresor. Pada putaran selanjutnya terjadi penangkapan kuping rotor jantan oleh lekuk rotor betina, sehingga memperkecil volume rongga dan menekan refrigeran tersebut keluar melalui saluran buang. e. Kompresor Semi Hermatik Pada kontruksi semi hermetik bagian kompresor dan elektro motor masing-masing berdiri sendiri dalam keadaan terpisah. Untuk menggerakan kompresor poros motor listrik dihubungkan dengan poros kompresornya langsung.

36 17 Gambar 2.7 Kompresor semi hermatik Sumber: 8/xjnMKDKCqLg/s1600/pkl.png f. Kompresor Hermatik Pada dasarnya, kompresor hermetic hampir sama dengan semi-hermetik, perbedaannya hanya terletak pada cara penyambungan rumah (baja) kompresor dengan stator motor penggeraknya. Pada kompresor hermetic dipergunakan sambungan las sehingga rapat udara. Pada kompresor semi-hermetik dengan rumah terbuat dari besi tuang, bagian-bagian penutup dan penyambungnya masih dapat dibuka. Sebaliknya dengan kompresor hermetic, rumah kompresor dibuat dari baja dengan pengerjaan las, sehingga baik kompresor maupun motor listriknya tak dapat diperiksa tanpa memotong rumah kompresor. Gambar 2.8 Kompresor Hermatik Sumber : aafvo/s1600/logo4.jpg

37 Kondensor Kondensor adalah alat penukar kalor untuk mengubah wujud gas refrigeran pada suhu dan tekanan tinggi menjadi wujud cair. Jenis kondensor yang banyak digunakan pada teknologi saat ini adalah kondensor dengan pendingin udara. Kondensor seperti ini memiliki bentuk yang sederhana dan tidak memerlukan perawatan khusus. Saat mesin pendingin bekerja, kondensor akan terasa hangat bila dipegang. Agar proses perubahan wujud yang diinginkan ini dapat terjadi, maka kalor atau panas yang ada dalam gas refrigeran yang bertekanan tinggi harus dibuang keluar dari sistem. Kondensor mempunyai fungsi melepaskan panas yang diserap refrigeran di evaporator dan kerja kompresor selama proses kompresi. Dilihat dari sisi media yang digunakan kondensor dapat dibedakan 2 macam yaitu: a. Kondensor Berpendingin Udara (Air Cooled Condenser) Air cooled condenser adalah kondensor yang menggunakan udara sebagai media pendingin. Air cooled codenser mempunyai dua tipe yaitu : (1) Natural Draught condenser (2) force Draught condenser. 1. Natural Draught Condenser Pada tipe ini proses perpindahan kalornya berlangsung secara konveksi bebas atau konveksi alami. Aliran udara berlangsung karenanya adanya beda massa jenis. Pada proses ini ada peralatan tambahan yang dipergunakan untuk menggerakan aliran udara. Kondensor jenis ini dapat ditemui pada kondensor kulkas satu pintu, show case, chest freezer maupun frezeer.

38 19 Gambar 2.9 Natural Draught Condensor Sumber : condenser2920dis phpapp jpg?cb= Force Draught Condenser Pada tipe ini proses perpindahan kalornya berlangsung secara konveksi paksa. Aliran udara berlangsung karena adanya kipas udara atau blower. Jenis ini ditemui pada mesin kulkas dua pintu maupun pada mesin AC. Gambar 2.10 Force Draught Condensor Sumber:

39 20 b. Kondensor Berpendingin Air (Water Cooled Condenser) Water cooled condenser adalah kondensor yang menggunakan air sebagai media pendinginnya. Menurut proses aliran yang ada pada kondensor ini terbagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Wate Water System Suatu sistem dimana air yang dipergunakan untuk mendinginkan kondensor, diambil dari pusat-pusat air kemudian dialirkan melewati kondensor setelah itu air dibuang keluar dan tidak dipergunakan lagi. 2. Recirculating Water System Suatu sistem dimana air yang di pergunakan untuk mendinginkan kondensor dan telah meninggalkan kondensor disalurkan ke dalam cooling tower, untuk diturunkan temperaturnya sesuai pada temperatur yang dikehendaki. Selanjutnya air dipergunakan lagi dan di beri kembali ke kondensor Evaporator Evaporator merupakan tempat perubahan fase dari cair menjadi gas, atau dapat disebut juga sebagai tempat penguapan. Saat perubahan fase, diperlukan energi kalor. Energi kalor tersebut diambil dari lingkungan evaporator. Hal tersebut terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah dari pada temperatur sekelilingnya, sehingga panas dapat mengalir ke refrigeran. Proses penguapan refrigeran di evaporator berlangsung dalam tekanan tetap dan suhu tetap. Berbagai jenis evaporator yang sering digunakan pada mesin siklus kompresi uap adalah jenis pipa dengan sirip, pipa-pipa dengan jari-jari penguat dan jenis plat.

40 21 Gambar 2.11 Evaporator jenis pipa dengan sirip Sumber : Gambar 2.12 Evaporator jenis pipa dengan jari-jari penguat Sumber: Tube-Evaporator-Refrugerator-Evaporator-.jpg Gambar 2.13 Evaporator jenis plat Sumber: pg

41 Pipa Kapiler Pipa kapiler berfungsi untuk menurunkan tekanan refrigeran pada siklus kompresi uap yang ditempatkan antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Penggunaan pipa kapiler pada mesin siklus kompresi uap mempermudah kerja kompresor pada waktu start, karena tekanan kondensor dan evaporator sama. Gambar 2.14 Pipa kapiler Sumber: RwRNrm5Mw/s1600/pipa%2Bkapiler.gif Filter Filter adalah alat yang berguna untuk menyaring kotoran yang terbawa saat proses sirkulasi refrigeran. Dengan adanya filter, refrigeran yang membawa kotoran akan tersaring dan kemudian refrigeran yang telah melewati filter menjadi lebih bersih sehingga proses proses sirkulasi refrigeran dapat berlangsung dengan maksimal. Jika tidak ada filter, kotoran akan masuk dalam pipa kapiler dan dapat membuat pipa kapiler menjadi tersumbat dan menyebabkan sistem menjadi tidak bekerja. Oleh sebab itu filter dipasang sebelum pipa kapiler.

42 23 Gambar 2.15 Filter Sumber: VICPl7Xk4/s1600/filter.jpg Thermostart Thermostart adalah alat yang mempunyai fungsi untuk mengatur batas suhu dalam ruangan evaporator, mengatur lama kompresor berhenti dan mengatur kerja kompresor. Pada thermostart dilengkapi dengan tabung yang berisi fluida. Tabung tersebut di tempatkan pada ruangan mesin pendingin (ruang evaporator), kemudian disalurkan oleh pipa kapiler ke ruang gas. Prinsip kerja thermostart adalah jika ruang dalam mesin pendingin siklus kompresi uap mencapai suhu yang ditentukan, maka fluida dalam tabung thermostart akan menyusut, dengan terjadinya penyusutan berarti gas dari ruang gas akan mengalir ke pipa kapiler yang kosong, ruang gas akan menjadi kendur, pegas akan menekan sehingga kontak saklar akan membuka dengan demikian terputuslah hubungan listrik dari PLN. Terputusnya arus listrik akan menyebabkan kompresor akan berhenti bekerja sementara waktu. Apabila ruang pendingin atau evaporator suhunya naik, fluida dalam thermostart akan mengembang yang berarti ruang gas memberi tekanan pada saklar kontak

43 24 sehingga saklar menutup dan menghubungkan kembali arus listrik dari PLN, kompresor akan bekerja kembali. Gambar 2.16 Thermostat Kipas Kipas tersusun atas motor listrik dan baling-baling atau sudu-sudu. Kipas ini berfungsi untuk mengalirkan udara. Udara yang dihembuskan oleh kipas akan mempercepat proses perpindahan kalor. Gambar 2.17 Kipas Psychrometric chart Psychrometric chart merupakan grafik termodinamis udara yang digunakan untuk menentukan properti-properti dari udara pada kondisi tertentu. Dengan Psychrometric chart dapat diketahui hubungan antara berbagai parameter

44 25 udara secara cepat dan cukup presisi. Untuk mengetahui nilai dari propertiproperti ( Tdb, Twb, W, RH, H, SpV ) bisa dilakukan apabila minimal dua buah parameter tersebut sudah diketahui Parameter-parameter Udara Psychrometric chart Parameter-parameter udara Psychrometric chart meliputi : (a) Dry-bulb Temperature (Tdb), (b) Wet-bulb Temperature (Twb), (c) Dew-point Temperature (Tdp), (d) Specific Humidity (W),(e) Relative Humidity (%RH), (f) Enthalpy (H) dan (g) Volume Spesific (SpV). Contoh Psychrometric chart disajikan pada Gambar Gambar 2.18 Psychrometric chart a. Dry-bulb Temperature (Tdb) Dry-bulb Temperatur adalah suhu udara pada keadaan kering yang diperoleh melalui pengukuran menggunakan termometer dengan kondisi bulb tidak basah (tidak diselimuti kain basah). Tdb diposisikan sebagai garis vertikal

45 26 yang berawal dari garis sumbu mendatar yang terdapat dibagian bawah Psychrometric chart. b. Wet-bulb Temperature (Twb) Wet-bulb Temperature adalah suhu udara pada keadaan kering yang diperoleh melalui pengukuran menggunakan termometer dengan kondisi bulb dalam kondisi basah (diselimuti kain basah). Twb diposisikan sebagai garis miring ke bawah yang berawal dari garis saturasi yang terletak di bagian kanan Psychrometric chart. c. Dew-point Temperature (Tdp) Dew-point Temperature adalah suhu dimana udara mulai menunjukkan terjadinya pengembunan ketika didinginkan/diturunkan suhunya dan menyebabkan adanya perubahan kandungan uap air di udara. Tdp ditandai sepanjang titik saturasi. d. Specific Humidity (W) Specific Humidity adalah jumlah uap air yang terkandung di udara dalam setiap kilogram udara kering (kg air/kg udara kering). Pada Psychrometric chart W diposisikan pada garis sumbu vertikal yang berada di samping kanan Psychrometric chart. e. Relative Humidity (%RH) Relative Humidity adalah perbandingan jumlah air yang terkandung dalam 1m 3 dengan jumlah air maksimum yang dapat terkandung dalam 1m 3 dalam bentuk persentase. f. Enthalpy (H)

46 27 Enthalpy adalah jumlah panas total yang terkandung dalam campuran udara dan uap air persatuan massa. Dinyatakan dalam satuan Btu/lb udara. g. Volume Spesific (SpV) Volume Spesific adalah volume dari udara campuran dengan satuan meter kubik persatuan kilogram udara kering Proses-proses Yang Terjadi Pada Udara Dalam Psychrometric chart Proses-proses yang terjadi pada udara dalam psychometric chart adalah sebagai berikut (a) proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidify), (b) proses pemanasan sensibel (sensible heating), (c) proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidify), (d) proses pendinginan sensibel (sensible cooling), (e) proses humidify, (f) proses dehumidify, (g) proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidify), (h) proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidify). Proses-proses ini dapatdilihat seperti pada Gambar Gambar 2.19 Proses-proses yang terjadi pada udara dalam Psychrometric chart Sumber: px/public/core-page-inserted-images/psycrometric_porcess.jpg?itok=a5jan_fn

47 28 a. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidify) Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (cooling and dehumidify) adalah proses penurunan kalor sensibel dan penurunan kalor laten ke udara. Pada proses ini terjadi penurunan temperatur pada bola kering, temperatur bola basah, entalpi, volume spesifik, temperatur titik embun, dan kelembaban spesifik. Sedangkan kelembaban relatif dapat mengalami peningkatan dan dapat mengalami penurunan, tergantung dari prosesnya. b. Proses pemanasan sensibel (sensible heating) Proses pemanasan (sensible heating) adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara. Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan temperatur bola kering, temperatur bola basah, entalpi, dan volume spesifik. Sedangkan temperatur titik embun dan kelembaban spesifik tetap konstan. Namun kelembaban relatif mengalami penurunan. c. Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidify) Proses pendinginan dan menaikkan kelembaban (cooling and humidify) berfungsi menurunkan temperatur dan menaikkan kandungan uap air di udara. Proses ini menyebabkan perubahan temperatur bola kering, temperatur bola basah dan volume spesifik. Selain itu, terjadi peningkatan temperatur bola basah, titik embun, kelembaban relatif dan kelembaban spesifik. d. Proses pendinginan sensibel (sensible cooling) Proses pendinginan (sensible cooling) adalah pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga temperatur udara mengalami penurunan. Pada proses ini, terjadi penurunan pada suhu bola kering, suhu bola basah dan volume spesifik,

48 29 namun terjadi peningkatan kelembaban relatif. Pada kelembaban spesifik dan suhu titik embun tidak terjadi perubahan atau konstan. e. Proses humidify Proses humidify merupakan penambahan kandungan uap air ke udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi kenaikan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. f. Proses dehumidify Proses dehumidify merupakan proses pengurangan kandungan uap air pada udara tanpa merubah suhu bola kering sehingga terjadi penurunan entalpi, suhu bola basah, titik embun dan kelembaban spesifik. g. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidify) Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (heating and dehumidify) berfungsi untuk menaikkan suhu bala kering dan menurunkan kandungan uap air pada udara. Pada proses ini terjadi penurunan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan suhu bola kering. h. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban (heating and humidify) Pada proses ini udara dipanaskan disertai penambahan uap air. Pada proses ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering Proses-proses yang terjadi pada Mesin Penyejuk Udara dengan mesin pendingin dan ice-pack Proses-proses yang terjadi pada mesin penyejuk udara dalam Psychrometric chart adalah sebagai berikut (a) Proses pendinginan sensibel atau

49 30 sensible cooling, (b) Proses pendinginan dan penurunan kelambaban atau cooling and dehumidifying, (c) Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban atau heating and humidify Gambar 2.20 Proses-proses yang terjadi pada mesin penyejuk udara a. Proses pendinginan sensibel atau sensible cooling (titik A-B) Pada proses ini terjadi penurunan suhu udara setelah melewati beberapa ice pack dan beberapa rangkaian pipa evaporator. Pada proses ini terjadi proses penurunan temperatur bola kering, temperatur bola basah dan volume spesifik dari udara, namun terjadi peningkatan kelembaban relatif. Proses ini dapat dilihat pada Gambar Titik A merupakan kondisi udara sebelum melewati beberapa ice pack dan evaporator. Udara pada titik A adalah udara luar sebelum masuk penyejuk udara. Titik A pada Psychrometric chart, diperoleh dengan melihat temperatur bola kering dan temperatur bola basah yang tertera pada hygrometer. Sedangkan titik B

50 31 diperoleh dengan menarik garis lurus secara horizontal menuju garis lengkung yang menunjukan kelembapan relatif 100%. b. Proses pendinginan dan penurunan kelambapan atau cooling and dehumidifying (titik B-C) Proses (B-C) merupakan proses penurunan suhu udara basah dan penurunan suhu udara kering. Nilai entalphi, volume spesifik, temperatur titik embun dan kelembaban spesifik mengalami penurunan. Sedangkan kelembapan relatif nilainya tetap pada nilai 100%. Pada proses ini udara didinginkan oleh evaporator hingga mendekati suhu kerja evaporator. Uap air yang terjadi di udara mengalami proses pengembunan sehingga berubah menjadi air. Proses pengembunan ini mengakibatkan tingkat kelembapan spesifik pada udara menjadi berkurang, Titik C pada proses ini merupakan kondisi dimana udara setelah didinginkan oleh evaporator atau dapat disebut juga udara keluaran evaporator. Titik C ini diperoleh dengan menggambar garis menurun mengikiti garis saturasi dari titik B hingga titik suhu sama dengan suhu udara keluaran dari mesin penyejuk udara. c. Proses pemanasan dan menaikkan kelembaban atau heating and humidify (titik C-A) Pada proses ini udara dipanaskan disertai penambahan uap air. pada proses ini terjadi kenaikan kelembaban spesifik, entalpi, suhu bola basah, suhu bola kering Tinjauan Pustaka Galuh. R. W (2013) melakukan penelitiannya tentang Penggunaan Refrigeran R22 Dan R134a pada Mesin Pendingin. Dikatakan refrigeran memiliki sifat karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi efek refrigerasi dan koefeisien prestasi yang dihasilkan. R22 adalah refrigeran yang memiliki

51 32 karakteristik yang baik pada mesin pendingin, sedangkan R134a adalah refrigeran yang lebih ramah terhadap lingkungan. Kedua refrigerant tersebut banyak digunakan karena dapat menghasilkan efek refrigerasi dan COP (koefisien prestasi) yang cukup baik. Dan hasil yang didapat adalah pertambahan beban berpengaruh pada naiknya kerja kompresi tetapi tidak diiringi kenaikan kapasitas evaporasi yang signifikan sehingga COP yang dihasilkan tiap penambahan beban mengalami penurunan dan karakteristik dari R22 dan R134a yang berbeda berpengaruh pada prestasi kerja masing- masing refrigeran. R22 dari segi prestasi kerjanya lebih baik daripada R134a, tetapi R22 tidak ramah lingkungan, sebaliknya, R134a lebih ramah lingkungan tetapi prestasi kerjanya lebih rendah dari R22. Suryadimal dan Marthiana (2013) melakukan penelitian tetntang performa mesin pendingin menggunakan refrigeran R22 dan R134a dengan variasi bukaan katup pada fan kondensor (1/4, 2/4, 3/4, dan 4/4.) dengan mengamati nilai COP yang dihasilkan dari refrigeran tersebut. Hasil penelitian menunjukkan nilai COP tertinggi untuk R22 terdapat pada bukaan katup 1/4 dengan nilai COP 3,66 dan nilai terendah terdapat pada bukaan katup 3/4 dengan nilai COP 3,53. Nilai COP tertinggi untuk R134a terdapat pada bukaan katup 1/4 dengan nilai 3,82 dan nilai terendah terdapat pada bukaan katup 4/4 dengan nilai COP 3,59. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan R22 lebih baik digunakan dengan variasi bukaan katup fan kondensor 1/4 karena menghasilkan nilai COP yang tinggi. Pornomo, Heroe (2015) melakukan penelitian untuk menganalisis karakteristik unjuk kerja sistem pendingin (air conditioning) yang menggunakan

52 33 freon r-22 berdasarkan pada variasi putaran kipas pendingin kondensor. Pengkondisian udara pada ruangan berfungsi untuk mengatur kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara di dalam ruangan tersebut. Pengkondisian ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga mampu mengurangi keletihan. Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan koefisien perpindahan kalor kondensasi dan dengan menambahkan kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga koefisien prestasi yang lebih besar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan menggunakan peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin udara di laboratorium Fluida, Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan dan perbedaan tekanan di kompresor. Untuk membuat variasi putaran poros fan kondensor dilakukan dengan melakukan beberapa perubahan frequensi motor listrik yang menggerakkannya. Variasi putaran motor listrik fan kondensor yang digunakan adalah 50 rpm sampai dengan 150 rpm. Data hasil pencatatan berupa tekanan dan temperatur selanjutnya diplot pada diagram P-h untuk refrigeran R-22. Berdasarkan pembahasan dan perhitungan data yang diperoleh, dapat ditarik beberapa kesimpulan karakteristik dan unjuk kerja sistem pendingin, Semakin besar laju aliran udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien prestasi semakin meningkat. Karena laju pelepasan kalor yang besar akan berimbas pada temperature kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada keluaran evaporator. Jadi kerja kompresor lebih ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang paling besar.

53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin penyejuk udara sistem kompresi uap dengan tambahan ice-pack. Ukuran ruang pendingin 0,6 m, lebar 0,5 m dan tinggi 0,45 m. Gambar 3.1 menyajikan skematik dari mesin penyejuk udara. Gambar 3.1 Skematik mesin penyejuk udara 34

54 35 Keterangan pada Gambar 3.1: a. Kompresor b. Kipas c. Ice-pack d. Evaporator e. Kondensor f. Pipa kapiler g. Pressure Gauge tekanan rendah h. Pressure Gauge tekanan tinggi i. Saluran udara penyejuk 3.2 Variasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jumlah ice-pack yang digunakan. Tabel 3.1 menyajikan variasi yang dilakukan. Tabel 3.1 Variasi Penelitian No 1 Tanpa menggunakan ice pack Variasi penelitian 2 Dengan menggunakan 10 ice pack 3 Dengan menggunakan 20 ice pack 3.3 Alur Penelitian Alur penelitian mesin penyejuk udara disajikan pada Gambar 3.2.

55 36 Mulai Perancangan mesin penyejuk udara Persiapan alat dan bahan Proses perakitan mesin penyejuk udara Uji coba, baik? Tidak baik Baik Pelaksanaan penelitian Variasi 1 s.d. 3 Pengambilan data Berlanjut? Ya Tidak Pengolahan, analisis data, pembahasan kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3.2 Skematik alur penelitian

56 Alat dan Bahan Penelitian Dalam penelitian mesin penyejuk udara diperlukan alat-alat bantu dan bahan penelitian Alat Adapun alat yang diperlukan dalam proses pembuatan mesin penyejuk udara antara lain: obeng, mistar, cutter, tang, tube expander, gas las Hi-cook, metil, dan bahan las. a. Obeng Obeng digunakan untuk memasang dan mengencangkan baut. Obeng yang digunakan adalah obeng (+) dan obeng (-). b. Meteran dan Mistar Meteran dan mistar digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi bahan yang akan digunakan dalam membuat mesin penyejuk udara. c. Pisau cutter Pisau cutter digunakan untuk memotong suatu benda. Digunakan untuk memotong akrilik dan lakban. d. Tang Tang kombinasi digunakan untuk memotong, menarik dan mengikat kawat agar bagian tertentu pada mesin penyejuk udara. e. Tube expander Tube expander atau pelebar pipa berfungsi untuk mengembangkan ujung pipa tembaga agar sambungan antar pipa lebih baik dan mempermudah proses pengelasan.

57 38 f. Gas las Hi-cook Peralatan las digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan pipa-pipa tembaga komponen lainnya mesin penyejuk udara. g. Metil Metil adalah cairan yang berfungsi untuk membersihkan saluran-saluran pipa kapiler. Pemakaian yaitu sebanyak 1 tutup botol metil. h. Bahan las Bahan las yang digunakan dalam proses penyambugan pipa kapiler yaitu menggunakan kawat las kuningan, dan borak. Borak berfungsi untuk menyambung antara tembaga dan besi. Hal ini bertujuan agar sambungan lebih merekat. i. Pompa vakum Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan gas-gas yang terjebak dalam sistem mesin, seperti udara dan uap air. Hal ini dilakukan agar nantinya tidak mengganggu dan menyumbat refrigeran pada saat mesin penyejuk udara dijalankan. Karena uap air yang berlebih dapat membeku dan menyumbat filter ataupun menyumbat pipa kapiler Bahan Bahan yang digunakan dalam proses pembuantan mesin penyejuk udara antara lain, adalah sebagai berikut: a. Papan kayu dan akrilik Papan kayu digunakan sebagai alas penyangga kompresor, tebal papan yang digunakan 1,5 cm. Sedangkan akrilik digunakan untuk dinding dari mesin

58 39 penyejuk udara mempunyai tebal 0,3 cm. Gambar 3.3 menunjukan gambar papan kayu dan akrilik yang dipergunakan di dalam pembuatan mesin penyejuk udara. Gambar 3.3 Papan kayu dan Akrilik b. Roda Roda digunakan sebagai alat bantu untuk mempermudah pada saat memindahkan mesin penyejuk udara. c. Kompresor Gambar 3.4 Roda Sumber: Kompresor adalah unit mesin pendingin siklus kompresi uap yang berfungsi untuk menaikkan tekanan dan mensirkulasikan refrigeran yang mengalir dalam unit mesin pendingin. Kompresor yang digunakan adalah kompresor

59 40 hermatik. Pada kompresor ini dipergunakan sambungan las sehingga rapat udara. Pada kompresor hermatik rumah kompresor dibuat dari baja dengan pengerjaan las, sehinnga baik kompresor maupun motor listriknya tidak dapat diperiksa tanpa memotong rumah kompresor. Kompresor hermatik, seri kompresor : FUJI-KOBE SR43 NO , daya kompresor : 97 watt (1/8 PK), voltase : v; 50 Hz, arus listrik : 0,75A. Gambar 3.5 Kompresor d. Kondensor Kondensor adalah alat penukar kalor untuk mengubah wujud gas refrigeran dari fase gas panas lanjut menjadi wujud cair. Yang digunakan untuk mesin penyejuk udara ini adalah kondensor jenis Natural Draught Condenser. Pada tipe ini proses perpindahan kalornya berlangsung secara konveksi bebas atau konveksi alami. Aliran udara berlangsung karena adanya beda jenis massa dari udara. Ketika udara panas massa jenisnya ringan dan ketika udara dingin massa jenisnya lebih berat. Kondensor tipe U dengan jari-jari penguat dengan jumlah U 12, panjang: 92 cm, lebar: 46 cm, diameter pipa: 5 mm, bahan kondensor: besi.

60 41 Gambar 3.6 Kondensor jenis pipa dengan jari-jari penguat e. Evaporator Evaporator merupakan tempat perubahan fase dari cair menjadi gas, atau dapat disebut juga sebagai tempat penguapan. Saat perubahan fase, diperlukan energi kalor. Energi kalor tersebut diambil dari lingkungan evaporator yaitu berupa yaitu dari benda atau dari udara di dalam evaporator mesin pendingin. Hal tersebut terjadi karena temperatur refrigeran lebih rendah dari pada temperatur lingkunganya, sehingga kalor dapat mengalir ke refrigeran. Proses penguapan refrigeran di evaporator berlangsung dalam tekanan tetap dan suhu tetap. Yang digunakan dalam mesin penyejuk udara adalah evaporator jenis pipa bersirip. Panjang evaporator: 36 cm, lebar: 20 cm, diameter pipa: 9,30 mm, banyak sirip: 62, bahan pipa: tembaga, bahan sirip: aluminium. Gambar 3.7 menyajikan gambar evaporator yang dipergunakan pada mesin penyejuk udara.

61 42 Gambar 3.7 Evaporator jenis pipa bersirip f. Thermostat Thermostat adalah alat yang mempunyai fungsi untuk mengatur batas suhu dalam ruangan evaporator, mengatur lama kompresor berhenti dan mengatur kerja kompresor. g. Filter Filter adalah alat yang berguna untuk menyaring kotoran yang terbawa saat proses sirkulasi refrigeran. Dengan adanya filter, refrigeran yang membawa kotoran akan tersaring dan kemudian refrigeran yang telah melewati filter menjadi lebih bersih sehingga proses proses sirkulasi refrigeran dapat berlangsung dengan maksimal. Jika tidak ada filter, kotoran akan masuk dalam pipa kapiler dan dapat membuat pipa kapiler menjadi tersumbat dan menyebabkan sistem menjadi tidak bekerja. Oleh sebab itu filter dipasang sebelum pipa kapiler. Panjang filter : 8 cm, diameter filter : 1,9 cm, dan bahan filter : tembaga. Gambar 3.8 Filter

62 43 h. Kipas Kipas tersusun atas motor listrik dan baling-baling atau sudu-sudu. Kipas ini berfungsi untuk mengalirkan udara. Udara yang dihembuskan oleh kipas akan mempercepat proses perpindahan kalor. Diameter kipas 200 mm, jumlah blade 5, voltase : v dan daya listrik 30 watt. i. Pressure Gauge Pressure Gauge digunakan untuk mengukur tekanan kerja refrigeran dalam siklus kompresi uap, pengukuran tekanan kerja kondensor dan tekanan kerja evaporator. Gambar 3.9 Pressure Gauge j. Refrigeran Refrigeran adalah fluida kerja yang digunakan pada mesin siklus kompresi uap. Refrigeran berfungsi untuk menyerap atau melepas kalor dari lingkungan sekitar. Jenis fluida kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah R 134a. Gambar 3.10 Refrigeran R 134a

63 Alat Bantu dalam Penelitian Dalam proses pengambilan data diperlukan alat bantu untuk melakukan penelitian, berikut alat-alat penelitian yang dipakai: a. Thermokopel dan Penampil suhu digital Termokopel berfungsi untuk mengetahui suhu ditempat yang diinginkan pada saat mesin penyejuk udara bekerja. Cara kerjanya adalah dengan meletakkan atau menempelkan bagian ujung dari termokopel pada tempat yang ingin diukur suhunya. Suhu akan terlihat pada layar penampil suhu digital. Sebelum digunakan termokopel dikalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat. Gambar 3.11 Penampil suhu digital dan thermokopel b. Hygrometer Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara dan suhu udara. Hygrometer dapat digunakan untuk mengetahui suhu udara kering dan suhu udara basah karena ada thermometer kering dam thermometer basahnya. Kondisi bulb dibasahi dengan air untuk termometer yang dipergunakan mengukur suhu udara basah, dan tidak dibasahi air untuk yang dipergunakan mengukur suhu udara kering.

64 45 Gambar 3.12 Hygrometer c. Stopwatch digital Stopwatch digital digunakan untuk mengukur lama waktu dalam melakukan pengujian mesin penyejuk udara. Lama waktu yang dibutuhkan dalam setiap pengambilan data adalah setiap 15 menit sekali, sampai suhu udara keluaran setara dengan suhu ruangan. Gambar 3.13 Stopwacth Sumber: 01-stopwatch.jpg 3.5 Proses Pembuatan Mesin Penyejuk Udara Dalam merancang mesin penyejuk udara, desain dilakukan dengan proses manual dan sederhana. Hal - hal yang dilakukan adalah : a. Memotong besi L berlubang dengan ukuran 100 cm dan 50 cm sebagai kerangka dari mesin penyejuk udara.

65 46 b. Memotong styrofoam sebagai alas pada ruang ice-pack agar dapat bertahan lama (tidak mudah mencair). c. Memotong akrilik sebagai bahan kotak dari mesin penyejuk udara. d. Pemasangan komponen dasar mesin penyejuk udara, seperti : kompresor, kondensor, evaporator, pipa kapiler, manifold gauge (pressure gauge) serta komponen-komponen lainya. Gambar 3.14 Rancangan mesin penyejuk udara e. Pengelasan sambungan-sambungan antar pipa-pipa kapiler. Gambar 3.15 Pengelesan sambungan pipa-pipa kapiler

66 47 f. Pengisian refrigeran R134a (freon) g. Pengecekan kebocoran refrigeran (freon) pada setiap sambungan pipa-pipa kapiler. h. Pemasangan kelistrikan kipas pada mesin penyejuk udara. i. Pengecekan ulang Proses Pengisian Refrigeran Sebelum melakukan pengisian refrigeran ada beberapa proses yang perlu dilakukan antara lain (a) proses pemetilan, (b) proses pemvakuman dan (c) proses pengisian refrigeran R 134a. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Proses pemetilan Proses pemetilan adalah pemberian metil pada pipa kapiler yang telah dipasang pada mesin kompresi uap dengan cara yaitu: 1. Menghidupkan kompresor dan membuka tutup pentil. 2. Menuang metil kira-kira 1 tutup botol metil pada tutup botol. 3. Memasukkan ujung pipa kapiler, pada tutup botol yang terisi metil, agar metil akan dihisap oleh pipa kapiler tersebut. 4. Mematikan kompresor dan mengelas ujung pipa kapiler pada lubang keluar filter, agar ujung pipa kapiler tertutup rapat. b. Proses pemvakuman Proses pemvakuman merupakan proses menghilangkan udara, uap air dan kotoran, yang terjebak dalam mesin siklus kompresi uap. Langkah-langkah pemvakuman yang dilakukan:

67 48 1. Mempersiapkan pressure gauge dengan 1 selang (low pressure), yang dipasang pada pentil yang sudah dipasang dopnya dan 1 selang (high pressure) yang dipasang pada tabung refrigeran. 2. Pada saat pemvakuman, kran manifold diposisikan terbuka dan kran tabung refrigeran diposisikan tertutup. 3. Menghidupkan kompresor, udara yang terjebak dalam siklus akan tersedot keluar melalui ujung dari pipa kapiler yang terdapat pada filter. 4. Memastikan udara yang terjebak telah habis. Untuk memastikannya dengan cara menyalakan korek api dan ditaruh di depan ujung pipa kapiler pada filter. 5. Pada jarum pressure gauge menunjuk ke angka 0 Psia. 6. Untuk mengecek kebocoran sambungan pada pipa dilakukan dengan mengusap sambungan pipa dengan sabun. Apabila terdapat gelembunggelembung udara maka sambungan tersebut masih terjadi kebocoran. 7. Setelah diketahui tidak terdapat kebocoran, langkah selanjutnya adalah dengan mengelas ujung potongan pipa kapiler tersebut, sampai ujung pipa kapiler buntu. c. Proses pengisian refrigeran R 134a Untuk melakukan pengisian refrigeran pada mesin dengan siklus kompresi uap, terdapat beberapa langkah, seperti berikut: 1. Memasang salah satu selang pressure gauge berwarna biru (low pressure) pada katup pengisisan katup tengah pressure gauge, dan ujung selang satunya disabungkan ke tabung refrigeran R 134a.

68 49 Gambar 3.16 Pengisian Refrigeran R134a 2. Menghidupkan kompresor dan buka keran pada tabung refrigeran secara perlahan-lahan. Setelah tekanan pada pressure gauge berada pada tekanan yang diinginkan maka tutup keran pada tabung refrigeran. 3. Setelah selesai melakukan pengisian lepaskan selang pressure gauge dan cek kebocoran lubang katub, sambungan pipa-pipa dengan busa sabun untuk mengetahui kebocoran yang terjadi Skematik Pengambilan Data ditempatkan. Gambar 3.19 Menyajikan posisi dimana alat-alat ukur penelitian

69 50 Keterangan pada Gambar 3.19: Gambar 3.17 Skematik pengambilan data a. P1 (Pevap) Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan kerja evaporator pada saat mesin penyejuk udara bekerja. b. P2 (Pcond) Pressure gauge berfungsi untuk mengukur tekanan kerja kondensor pada saat mesin penyejuk udara bekerja. c. Thermocouple dan penampil suhu digital (T1)

70 51 Thermocouple dan penampil suhu digital menunjukkan suhu refrigeran masuk kompresor dari evaporator. d. Thermocouple dan penampil suhu digital (T2) Thermocouple dan penampil suhu digital menunjukkan suhu refrigeran dari kompresor menuju ke kondensor. e. Thermocouple dan penampil suhu digital (T3) Thermocouple dan penampil suhu digital menunjukkan suhu refrigeran masuk pipa kapiler. f. Thermocouple dan penampil suhu digital (T4) Thermocouple dan penampil suhu digital menunjukkan suhu udara lingkungan (dalam ruangan pengambilan data / suhu udara di luar mesin penyejuk udara). g. Thermocouple dan penampil suhu digital (T5 ) Thermocouple dan penampil suhu digital menunjukkan suhu udara keluaran hasil dari mesin penyejuk udara. h. I Ampermeter jenis tang ampre menunjukkan besarnya arus listrik kompresor pada mesin siklus kompresi uap dari mesin penyejuk udara Langkah-langkah Pengambilan Data Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil data pada saat penelitian dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Kalor. 2. Mengkalibrasi thermo couple sebelum digunakan.

71 52 3. Meletakkan alat bantu penelitian pada tempat yang sudah ditetapkan. 4. Menyalakan mesin penyejuk udara sebelumnya melakukan pengecekan setiap bagian mesin dan memastikan setiap komponen berfungsi dengan baik. 5. Menyalakan kipas. 6. Catat P1 dan P2 yang tertera pada Pressure Gauge. 7. Mengatur stopwatch untuk pengambilan data setiap 15 menit sekali. 8. Data yang perlu dicatat setiap 15 menit adalah: P1 (Pevap) :Tekanan kerja evaporator (bar). P2 (Pcond) : Tekanan kerja kondensor (bar). T1 : Suhu refrigeran menuju ke kompresor ( o C). T2 : Suhu refrigeran menuju ke kondensor ( o C). T3 : Suhu refrigeran masuk pipa kapiler ( o C). T4 : Suhu udara ruangan kamar ( o C). T5 : Suhu udara keluar dari mesin penyejuk udara ( o C). I : Besarnya arus listrik yang dipergunakan kompresor (A). 9. Hasil data penelitian di sajikan pada Tzzabel 3.2 Tabel 3.2 Tabel yang digunakan untuk mencatat data penelitian. Waktu P1 P2 T1 T2 T3 T4 T5 I No menit (bar) (bar) ( o C) ( o C) ( o C) ( o C) ( o C) (A)

72 Cara Mengolah Data Cara yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung pada saat penelitian. Hasil pencatatan data dimasukan kedalam Tabel 3.2. Langkah-langkah mengolah data, dilakukan sebagai berikut: a. Data yang diperoleh dari penelitian dimasukkan dalam tabel seperti Tabel 3.2. Kemudian menghitung rata-rata dari percobaan setiap variasinya. b. Untuk dapat menggunakan diagram P-h maka tekanan refrigeran Pcond dan Pevap harus dikonversikan dari satuan ke satuan yang sesuai dengan diagram P-h yang dipergunakan. c. Menghitung kalor yang dilepas kondensor persatuan massa refrigeran (Qout) menggunakan Persamaan (2.2). d. Menghitung kerja yang dilakukan kompresor persatuan massa refrigeran (Win) menggunakan Persamaan (2.1). e. Menghitung kalor yang diserap oleh evaporator persatuan massa refrigeran (Qin) menggunakan Persamaan (2.3). f. Menghitung nilai COPaktual dan COPideal dari mesin siklus kompresi uap dengan menggunakan Persamaan (2.4) dan Persamaan (2.5). g. Menghitug efisiensi pada mesin penyejuk udara (ƞ) menggunakan Persamaan (2.6). h. Menghitung laju aliran massa refrigeran. i. Mengolah data suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara.

73 54 Untuk memudahkan pembahasan, hasil-hasil pengolahan data, digambarkan dalam grafik. Pembahasan dilakukan terhadap grafik yang dihasilkan, dengan mengacu pada tujuan penelitian Cara Mendapatkan Kesimpulan Kesimpulan didapat dari hasil pengolahan data. Dari pengolahan data dapat dilakukan pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Untuk mempermudah pembahasan, hasil pengolahan data ditampilkan dalam bentuk grafik. Pembahasan dilakukan dengan berdasarkan tujuan penelitian. Kesimpulan diambil dari intisari hasil-hasil pembahasan dan menjawab tujuan penelitian.

74 BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian Data hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian mesin penyejuk udara dengan variasi jumlah ice pack meliputi; tekanan refrigeran yang masuk kompresor (P1), tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2), arus listrik yang mengalir di dalam kompresor (I), suhu refrigeran yang masuk kompresor (T1), suhu refrigeran yang keluar kompresor (T2), suhu refrigeran yang masuk pipa kapiler (T3), suhu udara lingkungan diambil di ruangan sekitar mesin penyejuk udara (T4), dan suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara (T5). Pengambilan data dilakukan 4 kali untuk setiap variasi, kemudian dihitung dan didapat hasil rata-ratanya. Hasil rata-rata pengambilan data mesin penyejuk udara disajikan pada Tabel 4.1 s.d. Tabel 4.3. Tabel 4.1 Hasil data rata-rata mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack No Waktu (menit) P1 P2 I T1 T2 T3 T4 T5 (bar) (bar) (A) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) 1 0 1,6 13,0 0,81 25,3 55,8 39,8 28,3 19, ,0 15,0 0,82 25,5 69,3 45,6 28,3 25, ,1 15,6 0,83 25,2 75,7 47,4 28,6 25, ,2 15,8 0,85 26,1 77,5 47,3 29,0 25, ,3 15,9 0,86 26,2 79,7 47,7 29,1 26, ,3 15,8 0,88 26,2 81,6 47,4 29,1 26, ,4 15,9 0,90 26,2 82,1 47,8 29,0 26, ,3 16,0 0,90 26,2 82,9 48,4 29,1 26, ,3 16,0 0,90 26,2 83,1 48,4 29,1 26,4 55

75 56 Tabel 4.2 Hasil data rata-rata mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack No Waktu (menit) P1 P2 I T1 T2 T3 T4 T5 (bar) (bar) (A) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) 1 0 1,6 13,3 0,82 25,0 52,8 40,9 28,0 11, ,8 13,9 0,83 26,4 61,6 42,4 27,9 16, ,9 14,2 0,86 23,5 72,6 43,4 28,0 18, ,0 14,6 0,86 24,2 74,8 44,7 28,6 18, ,0 14,7 0,88 23,8 79,5 45,8 28,1 19, ,1 14,9 0,87 23,8 81,8 46,2 28,3 20, ,1 15,2 0,89 26,3 84,0 47,4 28,2 20, ,2 15,5 0,89 29,2 85,4 47,6 28,3 21, ,2 15,3 0,90 26,1 80,1 47,8 28,5 22, ,2 15,7 0,90 25,6 80,0 48,5 28,5 23, ,2 15,9 0,91 25,3 81,6 48,6 28,8 23, ,2 15,9 0,90 25,7 80,4 48,7 28,8 24, ,2 16,0 0,91 25,8 81,5 49,1 28,9 25, ,2 16,0 0,91 26,0 82,2 49,1 29,0 25, ,3 16,0 0,93 25,9 83,3 49,7 28,9 25, ,2 16,0 0,92 26,4 83,3 49,6 29,0 25, ,2 16,2 0,92 28,0 83,1 49,7 29,0 25,8 Tabel 4.3 Hasil data rata-rata mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack No Waktu P1 P2 I T1 T2 T3 T4 T5 (menit) (bar) (bar) (A) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) 1 0 1,6 13,0 0,80 22,5 59,2 40,2 28,1 9, ,8 14,0 0,81 22,4 64,0 41,9 29,1 11, ,8 14,2 0,84 22,2 69,9 42,7 27,9 12, ,9 14,4 0,86 22,4 79,9 44,0 28,0 12, ,9 14,5 0,86 21,8 79,7 44,6 28,2 13, ,9 14,7 0,87 21,9 81,5 44,9 28,4 13, ,9 15,0 0,87 22,3 84,4 44,8 28,2 14, ,0 15,2 0,88 21,9 80,0 45,2 28,2 14, ,0 15,5 0,88 22,6 83,6 45,7 28,6 15, ,0 15,7 0,88 22,5 85,6 46,3 28,6 16, ,1 15,7 0,88 22,3 87,2 46,5 28,5 17, ,1 15,9 0,89 22,3 86,0 46,4 28,8 18,0

76 57 No Waktu (menit) P1 (bar) P2 (bar) I (A) T1 (ᵒC) T2 (ᵒC) T3 (ᵒC) T4 (ᵒC) T5 (ᵒC) ,1 16,1 0,89 23,0 86,1 47,1 29,1 19, ,1 16,0 0,89 25,6 86,9 47,4 29,1 19, ,1 16,0 0,90 26,0 86,3 47,4 29,2 21, ,1 16,1 0,90 25,9 86,8 47,7 29,4 21, ,1 16,0 0,90 26,0 86,8 47,0 29,5 22, ,1 16,2 0,91 26,4 87,0 47,3 29,9 22, ,1 16,0 0,90 25,7 88,1 47,1 29,1 23, ,1 16,1 0,89 25,7 87,9 47,0 29,2 23, ,2 16,0 0,90 25,7 88,5 47,4 29,3 23, ,2 16,3 0,92 25,7 88,0 47,4 29,8 23, ,2 16,4 0,92 26,0 88,1 47,3 29,8 24, ,2 16,4 0,93 25,9 87,8 47,6 29,7 24, ,2 16,7 0,92 27,8 88,1 47,6 29,9 24,8 Dari pengambilan data diperoleh tekanan refrigeran yang masuk kompresor (P1) dan tekanan refrigeran yang keluar kompresor (P2) dalam tekanan pengukuran (Pgauge). Dalam menggambarkan p-h diagram tekanan refrigeran menggunakan tekanan absolut (Pabsolut). Untuk mengkonversi tekanan pengukuran ke tekanan absolut, dapat dilakukan mempergunakan persamaan Pabsolut = Pgauge + Patm. Tekanan atmosfer (Patm) yaitu 1 atm. Nilai-nilai pada Tabel 4.1 s.d. Tabel 4.3 sudah dikonversi dalam tekanan absolut. Untuk mempermudah dalam perhitungan dan pembahasan kemudian ambil lima data dari setiap variasi. Data disajikan pada Tabel 4.4 s.d. Tabel 4.6. Tabel 4.4 Data untuk perhitungan dan pembahasan mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack No Waktu (menit) P1 P2 I T1 T2 T3 T4 T5 (bar) (bar) (A) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) 1 0 1,6 13 0,81 25,3 55,8 39,8 28,3 19, ,1 15,6 0,83 25,2 75,7 47,4 28,6 25, ,3 15,9 0,86 26,2 79,7 47,7 29,1 26,0

77 58 No Waktu (menit) P1 (bar) P2 (bar) I (A) T1 (ᵒC) T2 (ᵒC) T3 (ᵒC) T4 (ᵒC) T5 (ᵒC) ,4 15,9 0,90 26,2 82,1 47,8 29,0 26, ,3 16 0,90 26, ,4 29,1 26,4 Tabel 4.5 Data untuk perhitungan dan pembahasan mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack No Waktu (menit) P1 P2 I T1 T2 T3 T4 T5 (bar) (bar) (A) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) 1 0 1,6 13,3 0,82 25,0 52,8 40,9 28,0 11, ,0 14,7 0,88 23,8 79,5 45,8 28,1 19, ,2 15,3 0,90 26,1 80,1 47,8 28,5 22, ,2 16,0 0,91 25,8 81,5 49,1 28,9 25, ,2 16,2 0,92 28,0 83,1 49,7 29,0 25,8 Tabel 4.6 Data untuk perhitungan dan pembahasan mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack No Waktu (menit) P1 P2 I T1 T2 T3 T4 T5 (bar) (bar) (A) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) (ᵒC) 1 0 1,6 13,0 0,80 22,5 59,2 40,2 28,1 9, ,9 15,0 0,87 22,3 84,4 44,8 28,2 14, ,1 16,1 0,89 23,0 86,1 47,1 29,1 19, ,1 16,0 0,90 25,7 88,1 47,1 29,1 23, ,2 16,7 0,92 27,8 88,1 47,6 29,9 24,8 4.2 Nilai entalpi, suhu evaporator dan suhu kondensor Nilai entalpi (h), suhu kerja evaporator (Tevap) dan suhu kerja kondensor (Tcond) diperoleh dengan menggunakan diagram P-h refrigeran R134a. Data suhu ( T1 & T3) dan tekanan (P1 & P2) yang telah diperoleh dari pengujian sebelumnya, digambarkan pada diagram P-h, untuk mengetahui hasil-hasil dari nilai entalpi (h1,

78 59 h2, h3, h4). Hasil seluruh nilai entalpi yang telah diolah disajikan pada Tabel 4.7 s.d. Tabel 4.9. Tabel 4.7 Nilai entalpi mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack Waktu h1 h2 h3 h4 Tevap Tcond No (menit) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (K) (K) ,2 323, ,2 328, ,2 329, ,2 330, ,2 329,2 Tabel 4.8 Nilai entalpi mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack Waktu h1 h2 h3 h4 Tevap Tcond No (menit) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (K) (K) ,2 321, ,2 323, ,2 327, ,2 330, ,2 331,2 Table 4.9 Nilai entalpi mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack Waktu h1 h2 h3 h4 Tevap Tcond No (menit) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (K) (K) 1 b ,2 322, ,2 326, ,2 331, ,0 330, ,2 332,2 Dari diagram P-h diperoleh suhu evaporator (Tevap) dan suhu kondensor (Tcond) dalam satuan ºC. Dalam perhitungan suhu evaporator (Tevap) dan suhu kondensor (Tcond) menggunakan suhu mutlak dalam satuan K (Kelvin). Untuk mengkonversi suhu dari satuan ºC ke Kelvin, dapat dilakukan dengan

79 60 mempergunakan persamaan T (K) = (ºC ). Suhu kerja evaporator (Tevap) dan suhu kondensor (Tcond) dapat dilihat pada Tabel 4.7 s.d. Tabel Perhitungan dan pengolahan data Contoh untuk perhitungan karakteristik mesin siklus kompresi uap yang dipergunakan mesin penyejuk udara, diambil dari data mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120. Perhitungan karakteristik siklus kompresi uap dari mesin penyejuk udara, meliputi: kerja kompresor (Win), energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout), energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin), koefisien prestasi aktual/coefficient of Performance aktual ( COP aktual ), koefisien prestasi ideal/coefficient of Performance ideal (COPideal), efisiensi ( ) dan laju aliran massa refrigeran ( m ). Data yang tertera pada diagram P-h dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Diagram P-h R134a Mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit (t) ke 120

80 61 Tabel 2.10 Keterangan dari diagram P-h yang tertera pada Gambar 4.1 yaitu : Waktu (menit) h1 h2 h3 h4 Tevap Tcond (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (kj/kg) (K) (K) ,2 329,2 Tevap dan Tcond didapat dari: Tevap = -4 ºC, Tevap = -4 ºC + 273,16 = 269,2 K Tcond = 56 ºC, Tcond = 56 ºC + 273,16 = 329,2 K a. Kerja kompresor (Win) Untuk mendapatkan kerja kompresor persatuan massa refrigeran yang diperlukan oleh mesin penyejuk udara, dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.1): W in h 2 h 1 Win = = 44 kj/kg Maka kerja kompresor mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar 44 kj/kg. b. Energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout) Untuk mendapatkan energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor yang dihasilkan oleh mesin penyejuk udara, dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.2): Q out h 2 h 3 Qout = = 196 kj/kg Maka energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor mesin

81 62 penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar 196 kj/kg. c. Energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin) Untuk mendapatkan energi kalor yang diserap oleh evaporator yang dihasilkan oleh mesin penyejuk udara, dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.3): Q in h 1 h 4 Qin = = 152 kj/kg Maka energi kalor yang diserap oleh evaporator mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar 152 kj/kg. d. Koefisien prestasi aktual ( COP aktual) COPaktual dipergunakan untuk mengetahui unjuk kerja mesin siklus kompresi uap dari mesin penyejuk udara, dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.4): COP aktual Q W in in h1 h4 h h 2 1 COP aktual Q W in in ,45 Maka COPaktual mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar 3,45. e. Koefisien prestasi ideal (COPideal) Untuk menghitung COPideal mesin siklus kompresi uap pada mesin penyejuk

82 63 udara, dapat menggunakan Persamaan (2.5): COP ideal T T cond evap T evap COP ideal 269,16 329,16 269,16 4,49 Maka COPideal mesin siklus kompresi uap pada mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar 4,49. f. Efisiensi ( ) Untuk mendapatkan efisiensi yang dihasilkan oleh mesin siklus kompresi uap mesin penyejuk udara, dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.6): COP COP 3,45 4,49 aktual ideal 100% 100% 77,0% Maka efisiensi siklus kompresi uap pada mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar 77,0%. g. Laju aliran massa refrigeran ( m ) Untuk mendapatkan laju aliran massa refrigeran pada siklus kompresi uap pada mesin penyejuk udara, dapat dihitung menggunakan Persamaan (2.8): m W in I V 1000 m 0, ,0045 kg/s

83 64 Maka laju aliran massa refrigeran dari mesin siklus kompresi uap pada mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack pada menit ke 120 sebesar sebesar 0,0045 kg/s. 4.4 Hasil perhitungan Hasil perhitungan secara keseluruhan dari mesin penyejuk udara untuk nilai kerja kompresor persamaan massa refrigeran (Win), energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout), energi kalor persatuan massa refrigeran yang diserap oleh evaporator (Qin), (COPaktual), (COPideal), efisiensi ( ), dan laju aliran massa refrigeran ( m ) disajikan pada Tabel 4.11 s.d.tabel Tabel 4.11 Hasil perhitungan karateristik mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack No Waktu (menit) Win Qout Qin kj/kg kj/kg kj/kg COPaktual COPideal Efisiensi ṁ kg/s ,83 3,75 75,4 0, ,25 4,13 78,7 0, ,17 4,14 76,4 0, ,35 4,50 74,4 0, ,45 4,49 77,0 0,0045 Tabel 4.12 Hasil perhitungan karateristik mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack No Waktu (menit) Win Qout Qin kj/kg kj/kg kj/kg COPaktual COPideal Efisiensi ṁ kg/s ,89 3,87 74,8 0, ,39 4,39 77,3 0, ,30 4,28 77,3 0, ,30 4,08 81,0 0, ,15 4,02 78,3 0,0042

84 kj/kg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Tabel 4.13 Hasil perhitungan karateristik mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack Waktu Win Qout Qin ɳ ṁ No COPaktual COPideal (menit) kj/kg kj/kg kj/kg (%) kg/s ,89 3,88 74,5 0, ,72 4,10 66,5 0, ,17 3,94 80,3 0, ,39 4,31 78,7 0, ,12 4,03 77,4 0, Pembahasan Mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Win, Qout, Qin, laju aliran massa refrigeran, COPaktual, COPideal, efisiensi dan suhu udara yang dihasilkan pada mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack dari waktu ke waktu. Gambar grafik hasil perhitungan mesin penyejuk udara tanpa ice pack secara keseluruhan disajikan pada Gambar 4.2 s.d. Gambar Win Qout Qin Waktu(menit) Gambar 4.2 Nilai Win, Qout, dan Qin mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack dari waktu ke waktu.

85 66 Gambar 4.2 memperlihatkan besar nilai kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) dari waktu ke waktu. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.2 nilai kerja kompresor dari menit 0 sampai dengan menit ke 120 tidak berubah secara signifikan nilainya relature tetap, perubahan kecil ini bisa terjadi karena kondisi kompresor yang dari waktu ke waktu semakin meningkat suhu casingnya dan juga kondisi udara kamar yang lerature tidak tetap. Nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 58 kj/kg dan nilai kerja kompresor terendah sebesar 46 kj/kg. dan nilai rata-rata sebesar 51,4 kj/kg. Gambar 4.2 memperlihatkan besar nilai energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout) dari waktu ke waktu. Nilai Qout tertinggi sebesar 218 kj/kg dan nilai Qout terendah sebesar 200 kj/kg. Kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor pada menit ke 30 sampai menit 120 cenderung konstan dan sedikit mengalami penurunan. Perubahan yang sedikit terjadi ini, kemungkinan karena ada kondisi udara di dalam ruangan yang berubah-ubah. Demikian juga adanya perubahan pada kondisi ice pack yang semakin meningkat suhunya. Gambar 4.2 memperlihatkan besar nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin) dari waktu ke waktu. Nilai Qin tertinggi sebesar 162 kj/kg dan nilai Qin terendah sebesar 152 kj/kg. Rata-rata nilai Qin dari menit ke 0 sampai menit ke 120 sebesar 156,2 kj/kg. Nilai ini relatif tidak berubah. Perubahan kecil yang terjadi pada Qin bisa jadi karena disebabkan karena kondisi ice pack yang semakin meningkat suhunya. Kondisi kerja kondensor yang selalu berubah-ubah

86 COP laju aliran massa refrigeran kg/s PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 dan kompresor mempengaruhi nilai dari Qin. Dibeberapa bagian pipa juga terjadi tiks es yang menempel pada bagian permukaan luar pipa. 0,0050 0,0045 0,0040 0,0035 0,0030 0,0025 0,0020 0,0015 0,0010 0,0005 0, Waktu (menit) Gambar 4.3 Nilai laju aliran massa refrigeran mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.3 memperlihatkan besar laju aliran massa refrigeran (ṁ) dari waktu ke waktu. Nilai laju aliran massa refrigeran tertinggi sebesar 0,0043 kg/s dan nilai laju aliran massa refrigeran terendah sebesar 0,0031. Rata-rata nilai laju aliran massa refrigeran dari menit ke 0 sampai menit ke 120 sebesar 0,0038 kg/s. 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0, WAKTU (MENIT) COPaktual COPideal Gambar 4.4 Nilai COPaktual dan COPideal mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack dari waktu ke waktu

87 Efisiensi (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Gambar 4.4 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi aktual (COPaktual) dari waktu ke waktu. Nilai COPaktual tertinggi sebesar 3,45 dan nilai COPaktual terendah sebesar 2,83. Rata-rata nilai COPaktual dari menit ke 0 sampai menit ke 120 sebesar 3,21. Gambar 4.4 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi ideal (COPideal) dari waktu ke waktu. Nilai COPideal tertinggi sebesar 4,50 dan nilai COPideal terendah sebesar 3,75. Rata-rata nilai COPideal dari menit ke 0 sampai menit ke 120 sebesar 4, Waktu (menit) Gambar 4.5 Nilai efisiensi mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.5 memperlihatkan besar nilai efisiensi ( ) dari waktu ke waktu. Nilai efisiensi tertinggi sebesar 78,7 % dan nilai efisiensi terendah sebesar 74,4 %. Nilai efisiensi tidak dapat mencapai 100% dan nilai rata-rata efisiensi karena proses pada siklus kompresi uap tidak berjalan secara ideal, seperti (1) Ketika

88 Suhu (ºC) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 kompresor bekerja, casing kompresor menjadi panas sehingga terjadi proses perpindahan kalor dari kompresor ke udara sekitar. (2) Ketika evaporator bekerja, di sebagian evaporator terjadi pembentukan bunga es, sehingga kalor yang diserap tidak berjalan dengan maksimal. (3) Ketika kondensor bekerja, suhu panas pada kondensor mempengaruhi unjuk kerja mesin penyejuk udara karena letak kondensor dekat dengan mesin penyejuk udara dan kondensor tidak diletakkan terpisah dengan mesin penyejuk udara. (4) Isolator yang tidak sempurna pada pipa-pipa saluran pada mesin pendingin yang menghubungkan antara komponen satu dengan komponen yang lain. Seiring semakin lama berjalannya waktu maka nilai efisiensi akan semakin turun Waktu (menit) Gambar 4.6 Suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara tanpa menggunakan ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.6 memperlihatkan suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara tanpa ice pack dari waktu ke waktu. Suhu udara terendah terjadi pada menit ke 0 sebesar 19,3 ºC. Mesin penyejuk udara tanpa ice pack dapat menghasilkan

89 kj/kg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 suhu udara yang sejuk dan mampu bertahan sampai 120 menit (2 jam) pada suhu 26,4 ºC, dengan bantuan kipas exhouse untuk membantu menghembuskan udara. Suhu udara yang dihasilkan semakin naik karena pengaruh dari ice pack yang mulai mencair Mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Win, Qout, Qin, laju aliran massa refrigeran, COPaktual, COPideal, efisiensi dan suhu udara yang dihasilkan pada mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu. Gambar nilai hasil perhitungan mesin penyejuk udara tanpa ice pack secara keseluruhan disajikan pada Gambar 4.7 s.d. Gambar Win Qout Qin Waktu (menit) Gambar 4.7 Nilai Win, Qout, dan Qin mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.7 memperlihatkan besar nilai kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) dari waktu ke waktu. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.7 nilai

90 71 kerja kompresor dari menit 0 sampai dengan menit ke 240 tidak berubah secara signifikan nilainya relature tetap, perubahan kecil ini bisa terjadi karena kondisi kompresor yang dari waktu ke waktu semakin meningkat suhu casingnya dan juga kondisi udara kamar yang lerature tidak tetap. Nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 56 kj/kg dan nilai kerja kompresor terendah sebesar 46 kj/kg. dan nilai rata-rata sebesar 48,4 kj/kg. Gambar 4.7 memperlihatkan besar nilai energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout) dari waktu ke waktu. Nilai Qout tertinggi sebesar 218 kj/kg dan nilai Qout terendah sebesar 198 kj/kg. Kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor pada menit ke 60 sampai menit 240 cenderung konstan dan sedikit mengalami penurunan. Perubahan yang sedikit ini, kemungkinan karena ada kondisi udara di dalam ruangan yang berubah-ubah. Demikian juga adanya perubahan pada kondisi ice pack yang semakin meningkat suhunya. Gambar 4.7 memperlihatkan besar nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin) dari waktu ke waktu. Nilai Qin tertinggi sebesar 162 kj/kg dan nilai Qin terendah sebesar 151 kj/kg. Rata-rata nilai Qin dari menit ke 0 sampai menit ke 240 sebesar 154,6 kj/kg. Nilai ini relatif tidak berubah. Perubahan kecil yang terjadi pada Qin bisa jadi karena disebabkan karena kondisi ice pack yang semakin meningkat suhunya. Kondisi kerja kondensor yang selalu berubah-ubah dan kompresor mempengaruhi nilai dari Qin. Dibeberapa bagian pipa juga terjadi tiks es yang menempel pada bagian permukaan luar pipa.

91 COP laju aliran massa refrigeran kg/s PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 0,0050 0,0045 0,0040 0,0035 0,0030 0,0025 0,0020 0,0015 0,0010 0,0005 0, Waktu (menit) Gambar 4.8 Nilai laju aliran massa refrigeran mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.8 memperlihatkan besar laju aliran massa refrigeran (ṁ) dari waktu ke waktu. Nilai laju aliran massa refrigeran tertinggi sebesar 0,0044 kg/s dan nilai laju aliran massa refrigeran terendah sebesar 0,0032 kg/s. Rata-rata nilai laju aliran massa refrigeran dari menit ke 0 sampai menit ke 240 sebesar 0,0040 kg/s Waktu (menit) COPaktual COPideal Gambar 4.9 Nilai COPaktual dan COPideal mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.9 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi aktual (COPaktual)

92 Efisiensi (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 dari waktu ke waktu. Nilai COPaktual tertinggi sebesar 3,39 dan nilai COPaktual terendah sebesar 3,16. Rata-rata nilai COPaktual dari menit ke 0 sampai menit ke 240 sebesar 2,89. Gambar 4.9 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi ideal (COPideal) dari waktu ke waktu. Nilai COPideal tertinggi sebesar 4,39 dan nilai COPideal terendah sebesar 3,87. Rata-rata nilai COPideal dari menit ke 0 sampai menit ke 240 sebesar 4, Waktu (menit) Gambar 4.10 Nilai efisiensi mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.10 memperlihatkan besar nilai efisiensi ( ) dari waktu ke waktu. Nilai efisiensi tertinggi sebesar 81 % dan nilai efisiensi terendah sebesar 74,8 %. Nilai efisiensi tidak dapat mencapai 100% dan nilai rata-rata efisiensi karena proses pada siklus kompresi uap tidak berjalan seara ideal, seperti (1) Ketika kompresor bekerja, casing kompresor menjadi panas sehingga terjadi proses perpindahan kalor dari kompresor ke udara sekitar. (2) Ketika evaporator bekerja, di evaporator terjadi pembentukan bunga es, sehingga kalor yang diserap tidak

93 Suhu (⁰C) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 berjalan dengan maksimal. (3) Ketika kondensor bekerja, suhu panas pada kondensor mempengaruhi unjuk kerja mesin penyejuk udara karena letak kondensor dekat dengan mesin penyejuk udara dan kondensor tidak diletakkan terpisah dengan mesin penyejuk udara. (4) Isolator yang tidak sempurna pada pipa-pipa saluran pada mesin pendingin yang menghubungkan antara komponen satu dengan komponen yang lain. Seiring semakin lama berjalanya waktu maka nilai efisiensi akan semakin turun Waktu (menit) Gambar 4.11 Suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.11 memperlihatkan suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dari waktu ke waktu. Suhu udara terendah terjadi dimenit ke 0 sebesar 11,9 ºC dan suhu udara tertinggi terjadi dimenit ke 240 sebesar 25,4 ºC. Mesin penyejuk udara menggunakan 10 ice pack dapat menghasilkan suhu udara yang sejuk dan mampu bertahan sampai 240 menit (4 jam) dan dengan bantuan kipas exhouse untuk membantu menghembuskan udara.

94 kj/kg PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Pengaruh 10 ice pack yang membuat mesin penyejuk udara mampu bertahan lebih lama dan udara yang dihasikan lebih sejuk dibandingkan dengan variasi mesin penyejuk udara tanpa ice pack Mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Win, Qout, Qin, laju aliran massa refrigeran, COPaktual, COPideal, efisiensi dan suhu udara yang dihasilkan pada mesin penyejuk udara dari waktu ke waktu dengan menggunakan tambahan 20 ice pack. Gambar grafik hasil perhitungan mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack secara keseluruhan disajikan pada Gambar 4.12 s.d. Gambar Win Qout Qin Waktu (menit) Gambar 4.12 Nilai Win, Qout, dan Qin mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.12 memperlihatkan besar nilai kerja kompresor persatuan massa refrigeran (Win) dari waktu ke waktu. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.12 nilai kerja kompresor dari menit 0 sampai dengan menit ke 360 tidak berubah secara signifikan nilainya relature tetap, perubahan kecil ini bisa terjadi karena kondisi

95 76 kompresor yang dari waktu ke waktu semakin meningkat suhu casingnya dan juga kondisi udara kamar yang lerature tidak tetap. Nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 58 kj/kg dan nilai kerja kompresor terendah sebesar 46 kj/kg. dan nilai rata-rata sebesar 51,4 kj/kg. Gambar 4.12 memperlihatkan besar nilai energi kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor (Qout) dari waktu ke waktu. Nilai Qout tertinggi sebesar 218 kj/kg dan nilai Qout terendah sebesar 200 kj/kg. Kalor persatuan massa refrigeran yang dilepas oleh kondensor pada menit ke 90 sampai menit 360 cenderung konstan dan sedikit mengalami penurunan. Perubahan yang sedikit ini, kemungkinan karena ada kondisi udara di dalam ruangan yang berubah-ubah. Demikian juga adanya perubahan pada kondisi ice pack yang semakin meningkat suhunya. Gambar 4.12 memperlihatkan besar nilai energi kalor yang diserap oleh evaporator (Qin) dari waktu ke waktu. Nilai Qin tertinggi sebesar 162 kj/kg dan nilai Qin terendah sebesar 152 kj/kg. Rata-rata nilai Qin dari menit ke 0 sampai menit ke 360 sebesar 156,2 kj/kg. Nilai ini relatif tidak berubah. Perubahan kecil yang terjadi pada Qin bisa jadi karena disebabkan karena kondisi ice pack yang semakin meningkat suhunya. Kondisi kerja kondensor yang selalu berubah-ubah dan kompresor mempengaruhi nilai dari Qin. Dibeberapa bagian pipa juga terjadi tiks es yang menempel pada bagian permukaan luar pipa.

96 COP laju aliran massa refrigeran kg/s PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 0,0050 0,0045 0,0040 0,0035 0,0030 0,0025 0,0020 0,0015 0,0010 0,0005 0, Waktu (menit) Gambar 4.13 Nilai laju aliran massa refrigeran mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.13 memperlihatkan besar laju aliran massa refrigeran (ṁ) dari waktu ke waktu. Nilai laju aliran massa refrigeran tertinggi sebesar 0,0043 kg/s dan nilai laju aliran massa refrigeran terendah sebesar 0,0031 kg/s. Rata-rata laju aliran massa refrigeran dari menit ke 0 sampai menit ke 360 sebesar 0,0038 kg/s COPaktual COPideal Waktu (menit) Gambar 4.14 Nilai COPaktual dan COPideal mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu

97 Efisiensi (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 Gambar 4.14 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi aktual (COPaktual) dari waktu ke waktu. Nilai COPaktual tertinggi sebesar 3,39 dan nilai COPaktual terendah sebesar 2,72. Rata-rata nilai COPaktual dari menit ke 0 sampai menit ke 360 sebesar 3,08. Gambar 4.14 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi ideal (COPideal) dari waktu ke waktu. Nilai COPideal tertinggi sebesar 4,31 dan nilai COPideal terendah sebesar 3,88. Rata-rata nilai COPideal dari menit ke 0 sampai menit ke 360 sebesar Waktu (menit) Gambar 4.15 Grafik efisiensi mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.15 memperlihatkan besar nilai efisiensi ( ) dari waktu ke waktu. Nilai efisiensi tertinggi sebesar 80,3% dan nilai efisiensi terendah sebesar 66,5%. Nilai efisiensi tidak dapat mencapai 100% dan nilai rata-rata efisiensi karena proses pada siklus kompresi uap tidak berjalan secara ideal, seperti (1) Ketika kompresor bekerja, casing kompresor menjadi panas sehingga terjadi proses

98 Suhu (ºC) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 perpindahan kalor dari kompresor ke udara sekitar. (2) Ketika evaporator bekerja, di evaporator terjadi pembentukan bunga es, sehingga kalor yang diserap tidak berjalan dengan maksimal. (3) Ketika kondensor bekerja, suhu panas pada kondensor mempengaruhi unjuk kerja mesin penyejuk udara karena letak kondensor dekat dengan mesin penyejuk udara dan kondensor tidak diletakkan terpisah dengan mesin penyejuk udara. (4) Isolator yang tidak sempuran pada pipa-pipa saluran pada mesin pendingin yang menghubungkan antara komponen satu dengan komponen yang lain. Seiring berjalanya waktu semakin lama nilai efisiensi akan semakin turun Waktu (menit) Gambar 4.16 Suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu Gambar 4.16 memperlihatkan suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dari waktu ke waktu. Suhu udara terendah terjadi dimenit ke 0 sebesar 9,4 ºC dan suhu udara tertinggi terjadi dimenit ke 360

99 80 sebesar 24,8 ºC. Mesin penyejuk udara menggunakan 20 ice pack dapat menghasilkan suhu udara yang sejuk dan mampu bertahan sampai 360 menit (6 jam), Pengaruh 20 ice pack yang membuat mesin penyejuk udara mampu bertahan lebih lama dan udara yang dihasikan lebih sejuk dibandingkan dengan variasi mesin penyejuk udara tanpa ice pack dan 10 ice pack.

100 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil dari penelitian mesin penyejuk udara dengan siklus kompresi uap mempergunakan variasi tanpa ice pack, 10 ice pack dan 20 ice pack, dapat disimpulkan bahwa : a. Mesin penyejuk udara sederhana yang terdiri dari mesin pendingin dengan siklus kompresi uap dan ice pack berhasil dibuat serta dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. b. Nilai rata-rata COP terbaik didapat pada variasi menggunakan 10 ice pack dengan nilai COPaktual sebesar 3,39 dan nilai COPideal sebesar 4,39. Nilai ratarata efisiensi terbaik dari waktu waktu didapat pada variasi menggunakan 10 ice pack sebesar 77,7% c. Mesin penyejuk udara dengan siklus kompresi uap mendapatkan hasil kondisi suhu udara dibawah 25 o C terbaik pada variasi menggunakan 20 ice pack. Kondisi udara pada menit 0 sebesar 9,4 o C dan mampu bertahan sampai 360 menit (6 jam) pada suhu 24,8 o C. 5.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat dijadikan pengembangan dan perbaikan dalam penelitian mesin penyejuk udara dengan siklus kompresi uap menggunakan kompresor berdaya 1/8 PK dan ice pack : 81

101 82 a. Agar mendapatkan hasil yang maksimal pada penelitian selanjutnya ruangan harus dalam kondisi tertutup rapat dan pintu tidak dibuka-tutup. b. Jumlah ice pack diperbanyak agar suhu yang dihasilkan lebih sejuk dan mampu bertahan lebih lama. c. Sebelum pengambilan data sebaiknya kalibrasi ulang alat ukur agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

102 83 DAFTAR PUSTAKA Aji Laksana, Wedha (2012). Mesin Pendingin Dengan Pemanasan Lanjut Dan Pendinginan Lanjut Skripsi pada Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Holman. JP perpindahan kalor edisi keenam Jakarta: Penerbit Erlangga Panggalih, L.L (2013). Mesin Pendingin Air Dengan Siklus Kompresi Uap Skripsi pada Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Pornomo, Heroe (2015) analisis karakteristik unjuk kerja sistem pendingin (air conditioning) yang menggunkan freon r-22 berdasarkan pada variasi putaran kipas pendingin kondensor Suryaimal dan Marthiana. (2013) performa mesin pendingin menggunakan refrigeran R22 dan R134a dengan variasi bukaan katup pada fan kondensor (1/4, 2/4, 3/4, 4/4). Willyam Runggkary, Reynold (2013). Karakteristik Mesin Frezzer Berpenukar Kalor Dengan Pipa Kapiler Melilit Pipa Keluaran Skripsi pada Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma da_mesin_pendingin

103 LAMPIRAN A. Foto alat yang digunakan dalam penelitian A.1 Rancangan mesin penyejuk udara A.2 Pengelasan sambungan pipa-pipa kapiler 84

104 85 A.3 Pengisian refrigeran R134a B. Gambar diagram P-h Gambar B.1 diagram P-h pada variasi tanpa ice pack pada waktu (t) ke 0

105 86 Gambar B.2 diagram P-h pada variasi tanpa ice pack pada waktu (t) ke 30 Gambar B.3 diagram P-h pada variasi tanpa ice pack pada waktu (t) ke 60

106 87 Gambar B.4 diagram P-h pada variasi tanpa ice pack pada waktu (t) ke 90 Gambar B.5 diagram P-h pada variasi tanpa ice pack pada waktu (t) ke 120

107 88 Gambar B.6 diagram P-h pada variasi menggunakan 10 ice pack pada waktu (t) ke 0 Gambar B.7 diagram P-h pada variasi menggunakan 10 ice pack pada waktu (t) ke 60

108 89 Gambar B.8 diagram P-h pada variasi menggunakan 10 ice pack pada waktu (t) ke 120 Gambar B.9 diagram P-h pada variasi menggunakan 10 ice pack pada waktu (t) ke 180

109 90 Gambar B.10 diagram P-h pada variasi menggunakan 10 ice pack pada waktu (t) ke 240 Gambar B.11 diagram P-h pada variasi menggunakan 20 ice pack pada waktu (t) ke 0

110 91 Gambar B.12 diagram P-h pada variasi menggunakan 20 ice pack pada waktu (t) ke 90 Gambar B.13 diagram P-h pada variasi menggunakan 20 ice pack pada waktu (t) ke 180

111 92 Gambar B.14 diagram P-h pada variasi menggunakan 20 ice pack pada waktu (t) ke 270 Gambar B.15 diagram P-h pada variasi menggunakan 20 ice pack pada waktu (t) ke 360

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase Wibowo Kusbandono, PK Purwadi T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh EKO ROMADHONI NIM :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN MESIN PENGERING KAPASITAS LIMAPULUH BAJU SISTEM TERTUTUP Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 PK Purwadi 1* 1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN DISERTAI PROSES EVAPORATIVE COOLING SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : EKIN THEOPHILUS BANGUN NIM : 135214096 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI

MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI MESIN PENGHASIL AIR AKI DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN PERALATAN CURAH AIR DARI PIPA PVC DENGAN JARAK ANTAR LUBANG PIPA 25 MM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KULKAS DUA PINTU DENGAN DAYA 1/8 PK, PANJANG PIPA KAPILER 150 CM DAN REFRIGERAN R134A SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: DUWI SEPTIYANTO NIM : 105214046

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI PENGARUH JUMLAH KIPAS KONDENSOR TERHADAP KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/3 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh MARSELINUS DWI SANTOSO

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK PENDINGIN

DASAR TEKNIK PENDINGIN DASAR TEKNIK PENDINGIN Oleh : Agus Maulana Praktisi Mesin Pendingin HP. 0813 182 182 33 PT Mitra Lestari Bumi Abadi Jl.Gading Indah Raya Blok C No. 25 Kelapa Gading - Jakarta, 14240 Siklus Sistem Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pendingin Sistem pendingin merupakan sebuah sistem yang bekerja dan digunakan untuk pengkondisian udara di dalam ruangan, salah satunya berada di mobil yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI

KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN DAYA 1/3 HP DAN PANJANG PIPA KAPILER 1 M DENGAN VARIASI JUMLAH KIPAS DI KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar Sarjana Teknik bidang Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER BERPENUKAR KALOR DENGAN PIPA KAPILER MELILIT PIPA KELUARAN EVAPORATOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat sarjana S-1 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PIPA PENCURAH AIR BERJARAK 13 MM ANTAR LUBANG SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin oleh :

Lebih terperinci

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Volume Nomor September MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK Kurniandy Wijaya PK Purwadi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Indonesia Email : kurniandywijaya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KULKAS 2 PINTU DENGAN KONDENSOR 14U DAN 12U SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: JULIUS SUTAWIJAYA

Lebih terperinci

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 AIR CONDITIONING SYSTEM Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 Fungsi dan Klasifikasi Air Conditioning System Fungsi : sistim yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 190 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: STEFANUS TRI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR

KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR KARAKTERISTIK MESIN PENDINGIN JENASAH MENGGUNAKAN TIGA DAN EMPAT KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh: KAREL GIOVANNI 125214079

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KONDENSOR 13U DAN 12U PADA MESIN PENDINGIN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan oleh: ANDRIAN NIM:

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN COP DAN EFISIENSI MESIN PENDINGIN REFRIGERAN SEKUNDER ANTARA REFRIGERAN PRIMER R-134a DENGAN R-404a SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik PK Purwadi 1, Wibowo Kusbandono 2 T. Mesin Fakultas Sains dan Teknologi, Univ. Sanata Dharma 1, pur@mailcity.com

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI COP DAN EFISIENSI SHOWCASE DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 250 CM DAN DAYA KOMPRESOR 0,5 HP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Program Studi Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI

MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI MESIN PENDINGIN MINUMAN DENGAN DUA EVAPORATOR RANGKAIAN SERI SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Mesin Oleh : MATHEIS EVERDIN MAKATITA 115214015 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air conditioner atau yang biasa di sebut AC merupakan sebuah alat yang mampu mengondisikan udara. Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin. Mengenal Cara Kerja Mesin Pendingin MESIN PENDINGIN Mesin pendingin adalah suatu rangkaian rangkaian yang mampu bekerja untuk menghasilkan suhu atau temperature dingin. Mesin pendingin bisanya berupa kulkas,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-2 DAN R-34a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W Ridwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma e-mail: ridwan@staff.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK PROS ID I NG 2 0 1 3 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SHOWCASE DENGAN REFRIGERAN R134a DAN R502 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana teknik program studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: FETERNUS ANDI 105214048

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura email : effendy@ums.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI

CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI CHEST FREEZER DENGAN DAYA KOMPRESOR 1/5 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 150 CM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : RATBAYU BANGKIT MARDIKA NIM : 125214076

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MESIN PENDINGIN (AC SPLIT) 1PK DENGAN PENAMBAHAN ALAT AKUMULATOR MENGGUNAKAN REFRIGERAN MC-22 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL. KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI

HALAMAN JUDUL. KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI HALAMAN JUDUL KARAKTERISTIK SHOWCASE MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-134a BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK AC MOBIL DENGAN PUTARAN KOMPRESOR 888 RPM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Oleh : ADIMAS NUKI PRADANA NIM : 115214029 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia ANALISIS KARAKTERISTIK UNJUK KERJA SISTEM PENDINGIN (AIR CONDITIONING) YANG MENGGUNAKAN FREON R-22 BERDASARKAN PADA VARIASI PUTARAN KIPAS PENDINGIN KONDENSOR 1) Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM

FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM FREEZER DENGAN DAYA 1/6 PK DAN PANJANG PIPA KAPILER 170 CM SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Mesin Diajukan Oleh CANDRA RISTIADI NIM : 105214054 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KARAKTERISTIK MESIN FREEZER DENGAN PANJANG PIPA KAPILER 175 CM TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin Diajukan Oleh: BONAVENTURA

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli 2005 25 PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR EVAPORATOR TERHADAP PRESTASI AIR COOLED CHILLER DENGAN REFREGERAN R-134a, PADA TEMPERATUR KODENSOR TETAP Bambang Yunianto 1) Abstrak Pengujian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar Perpindahan Kalor 2.1.1. Umum Penukaran Kalor sering dipergunakan dalam kehidupan sehari hari dan juga di gedung dan industri. Contoh kegiatan penukaran kalor dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas uantuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari

Lebih terperinci