Jurnal Penelitian Hayati UNAIR (accredited DIKTI), Special Edition No. 4E Tahun ISSN:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Penelitian Hayati UNAIR (accredited DIKTI), Special Edition No. 4E Tahun ISSN:"

Transkripsi

1 PERSEPSI MAHASISWA ITB TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI ITB DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KONSEP ECO CAMPUS Mochammad Chaerul 1, Yandi Rama Krisna 2, Fazlur Rahman Hasan 1 chaerul_@yahoo.com, 2 yandi288@gmail.com Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganecha, Bandung, Jawa Barat Abstrak Kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan saat ini telah merambah di segala aspek kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan. ITB mencoba mengimplementasikan hal tersebut melalui penyusunan suatu konsep eco-campus. Untuk menggambarkan kondisi eksisting kampus, diperlukan informasi terkait persepsi, pendapat dan penilaian dari semua stakeholder, termasuk mahasiswa sebagai populasi terbesar di lingkungan kampus. Kuesioner diberikan kepada orang responden dari sekitar. total mahasiswa ITB. Konsumsi energi masih dinilai wajar walaupun mahasiswa bersedia untuk berhemat ketika mengetahui besarnya pengeluaran untuk listrik. Lebih dari % responden masih berpendapat sistem drainase di kampus Ganesha ITB masih baik dan 75% responden mendukung kalau potensi air hujan perlu dimanfaatkan. % responden juga mengapresiasi positif adanya pusat pengolahan sampah terpadu yang dikelola secara swadaya oleh ITB di Sabuga. Kualitas udara masih dianggap cukup baik dan 9% responden bersedia mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi ke kampus. Walaupun % responden menyatakan sudah cukup dan merasa nyaman, tingkat sanitasi dari kantin yang ada di ITB dipersepsikan secara berbeda oleh mahasiswa. Hasil kuesioner yang telah diperoleh selanjutnya akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan konsep eco-campus, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan pengadaan berbagai macam infrastruktur untuk menuju kampus ITB yang berwawasan lingkungan.. Kata Kunci: eco-campus, ITB, kampus Ganesha, persepsi, mahasiswa, air, energi, kualitas udara, higienitas PENDAHULUAN Dewasa ini, isu-isu lingkungan menjadi topik hangat di kalangan akademisi, perencana, maupun praktisi. Isuisu lingkungan yang dimaksud antara lain penurunan kualitas udara, global warming, terbatasnya pengelolaan limbah dan sampah, dan lain-lain. Berbagai studi dan diskusi dilakukan guna mencari pemahaman dan solusi bersama akan penanganan isu lingkungan yang efektif dan efisien. Pada umumnya, penanganan isu-isu lingkungan tersebut sifatnya pada tataran makro mengenai konsep/metode penanganan dan belum pada tataran edukasi bagi komunitas yang berada dalam lingkungan tersebut. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu konsep penanganan isu lingkungan pada level yang lebih mikro dan adanya partisipasi langsung peran komunitas dalam lingkungannya sebagai produk dari proses edukasi yang diperoleh oleh komunitas itu sendiri. Kampus merupakan salah satu komunitas yang mempunyai potensi untuk berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang ramah lingkungan (eco community) melalui peningkatan pemahaman dan kepedulian (ecoliteracy), dan perancangan unsur-unsur lingkungan binaannya secara ekologis (ecodesign). Demikian halnya dengan kampus Institut Teknologi Bandung yang berada dalam wilayah Kota Bandung mempunyai potensi untuk menjadi kampus yang berwawasan lingkungan (eco-campus/green campus) dengan mengedepankan konservasi, penghematan (reduce, reuse, recycle), dan penanganan yang baik dan partisipatif, sehat dan berwawasan lingkungan. Dalam hal ini tujuannya adalah meningkatkan kepedulian masyarakat kampus untuk mewujudkan kampus yang bersih, hijau, tertib, dan nyaman, dimana berbagai unsur bangunan dalam kampus bersama-sama dengan lingkungan dan fasilitasnya yang diarahkanuntuk berfungsi dalam kondisi yang semakin ramah lingkungan. Konsep eco-campus merupakan konsep pengelolaan yang dikembangkan oleh komunitas institusi untuk mewujudkan lingkungan kampus hijau dan berwawasan lingkungan dengan mengedepankan konservasi, penghematan (reduce, reuse, recycle), dan penanganan yang baik, sehat, serta berwawasan lingkungan. Kelompok target (target group) dari konsep eco-campus ini adalah seluruh civitas akademika institusi (Koester et al., 6). Konsep eco-campus ini bertujuan untuk keberlanjutan (sustainability) kehidupan kampus melalui penataan lingkungan binaan agar terjadi keserasian antar penghuninya, konservasi sumber daya alam berdasarkan prinsip ekologi, pemanfaatan sumber daya dengan prinsip penghematan (bahan, air, dan energi), penggunaan bahan dan energy yang ramah lingkungan, pengurangan timbulnya emisi dan limbah, dan pengelolaan limbah terbentuk dengan prinsip guna-ulang (reuse), daur ulang (recycle), dan penanganan yang baik (Bonnet et al., 2). Pengembangan konsep eco-campus di Indonesia perlu diprakarsai sebagai wujud pencapaian keberlanjutan kampus dengan dengan meningkatkan kepedulian lingkungan civitas akademis dan menggali peluang bagi kampus untuk berkontribusi menuju pembangunan yang berkelanjutan melalui edukasi, penelitian, dan interaksi dengan komunitas yang lebih luas, serta melalui beberapa proyek kampus yang dapat menjadi contoh/studi kasus.

2 METODOLOGI Dalam melakukan penelitian tentang persepsi mahasiswa ITB terkait pengelolaan lingkungan guna mendukung konsep pengembangan Eco Campus. Pengembangan model Eco Campus ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampling dengan metode stratifikasi. Dengan mengelompokkan sesuai dengan program studi mahasiswa di ITB yang berjumlah 28 program studi. Jumlah sampling ditentukan berdasarkan perkiraan jumlah mahasiswa S1 ITB yang berjumlah. orang. Dengan menggunakan sitem akar dalam menentukan sampling, maka didapat jumlah sampel minimal adalah 141 orang. Dengan mempertimbangkan jumlah progra m studi yang cukup banyak dan memperbesar probabilitas keakuratan data yang diperoleh maka diambil jumlah sampel sebanyak orang dengan pembagian 6-7 orang tiap program studi. HASIL DAN DISKUSI Penggunaan Energi di ITB Hasil survey tentang penggunaan energi di ITB bermaksud untuk mengetahui tingkat efektifitas pemanfaatan listrik di ITB. Besaran biaya listrik yang ditanggung oleh ITB tiap bulannya rata-rata adalah Rp...,- s/d Rp.7..,- (Direktorat sarana prasarana ITB, 9). Mengingat besarnya potensi pemborosan listrik dari penggunaan alat-alat seperti lampu, komputer, air conditioner (AC), kipas angin, dispenser, TV, alat-alat laboratorium yang menggunakan listrik dan lain-lain. Pada penelitian ini difokuskan pada penggunaan listrik di lampu. Selain itu juga, diteliti beberapa alat-alat yang menggunakan listrik yang berpotensi menjadi faktor pemborosan listrik.. Hasil dari observasi lapangan menunjukkan bahwa banyak terdapat ketidakefektifan penggunaan lampu. Kebutuhan mahasiswa akan alat-alat elektronik seperti PC, laptop, fotocopy, printer dan alat-alat listrik lainnya berbanding lurus dengan meningkatnya biaya listrik ITB tiap bulannya. Dari hasil penelitian (Gambar 2a) didapat bahwa sebesar % responden menyatakan bahwa penggunaan listrik sudah sesuai standar, 43% menyatakan penggunaan listrik di ITB boros dan sisanya mengatakan hemat. Sedangkan jika dilihat dari tingkat pengetahuan masyarakat kampus tentang berapa biaya yang dikeluarkan ITB untuk membayar rekening listrik tiap bulannya dirasakan masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner pada Gambar 2b bahwa sebesar 65% responden tidak mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan ITB tiap bulannya untuk membayarlistrik. Penggunaan energi alternatif di ITB telah menjadi solusi alternatif dari krisis energi yang ada saat ini. Aplikasi dari penggunaan energi alternatif ini dapat dilihat pada lampu taman yang menggunakan energi surya. Teknologi lampu tenaga surya ini merupakana sumbangan dari alumni-alumni ITB. Adanya lampu tenaga surya ini diharapkan ITB dapat menjadi motor penggerak nasional pengembangan teknologi lampu tenaga surya. Walaupun lampu jenis ini masih sangat mahal tapi diharapkan akan terus ada penelitian untuk menyempurnakan lampu jenis ini dan membuat nilai dari lampu tersebut menjadi ekonomis.

3 Gambar 2. Persepsi dan Pengetahuan terkait Penggunaan Energi di ITB Pengelolaan Sumber Daya Air Hujan Tingginya intensitas hujan di ITB membuat beberapa titik terjadi kelebihan air atau banjir. Sistem drainase yang ada tidak dapat menampung lagi jumlah air hujan. Sedangkan sistem drainase ITB langsung menuju ke sistem drainase kota Bandung. Dengan meningkatnya debit air hujan dan menyebabkan terjadinya run off secara berlebih. Dilihat dari sisi pengelolaan terdapat potensi pemanfaatan air hujan berlebih ini dengan rekayasa teknologi. Pengelolaan air juga termasuk didalamnya adalah pengelolaan air limpahan hujan yang berpotensi untuk membuat genangan bahkan hingga terjadi banjir. Hal ini disebabkan beberapa faktor dimana salah satunya adalah kapasitas dari drainase ITB yang tidak mencukupi lagi. Drainase ITB bermuara langsung ke drainase kota Bandung. Jika mengacu kepada konsep penerapan eco campus sudah seharusnya ITB membuat sistem pengelolaan air hujan secara mandiri. Dari hasil penelitian (Gambar 3a) didapat bahwa 59% responden menyatakan kondisi drainase ITB masih cukup baik, 24% tidak baik, 16% baik dan hanya 1% yang menyatakan sangat baik. Walaupun demikian perlu peninjauan lebih lanjut terutama tentang kapasitas drainase di beberapa titik yang menyebabkan terjadinya banjir. Pemanfaatan air hujan harus dilakukan dengan mengacu kepada konsep bidang resapan ataupun pemanfaatan kembali. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi beban banjir yang hingga saat ini masi menjadi masalah lingkungan di Bandung yang tak kunjung terpecahkan. Sesuai dengan hasil penelitian (Gambar 3b) didapat bahwa 75% responden setuju untuk perlunya dilakukan pemanfaatan air hujan.

4 Gambar 3 Persepsi terkait Pengelolaan Air Hujan Pengelolaan Sampah Untuk pengelolaan sampah ITB telah memulai sistem pengelolaan yang mengarah kepada kemandirian pengelolaan sampah. Hal ini dimulai dari sistem pewadahan hingga ke tempat pemrosesan akhir sampah ITB. Telah lebih dari 4 tahun ITB mempunyai sistem pengelolaan sampah terpusat dengan nama Pusat Pengelolaan Sampah (PPS) ITB yang berlokasi di Sabuga. Secara kelembagaan PPS ITB berada langsung di bawah Direktorat Sarana Prasarana. Di ITB telah ada pewadahan sampah dengan sistem pemilahan 2 jenis sampah yaitu; sampah yang dapat membusuk (warna hitam) dan sampah yang tidak dapat membusuk (warna putih). Selain itu, Direktorat Sarana Prasarana juga melakukan peremajaan terhadap tong sampah jenis kaleng dalam periode tertentu. Hal ini dilakukan karena umur pakai dari tong sampah jenis ini hanya sekitar 3 tahun. Banyaknya tong sampah yang rusak membuat ITB memerlukan biaya tambahan untuk mengganti unit tong sampah tersebut. Direktorat Sarana Prasarana juga merancang tong sampah jenis kaleng dengan penutup. Kelebihan dari tong sampah dengan penutup ini adalah sampah tidak akan terkena air hujan sehingga nilai ekonomis dari sampah tidak akan terlalu berkurang. Dapat dilihat juga pada gambar di bawah ini tong sampah portable yang terbuat dari plastik. Tong sampah ini biasa digunakan untuk mengambil sampah dari sumber untuk dikumpulkan di titik-titik pengumpulan sampah ITB. Selain tong sampah jenis kaleng, terdapat juga beberapa titik tong sampah permanen dari konstruksi semen dan batubata. Tong sampah jenis ini mempunyai batas umur pakai yang jauh lebih lama dibandingkan tong sampah jenis kaleng. Pengelolaan sampah di ITB mengacu pada hasil penelitian (Gambar 4a) yang dilakukan, bahwa persepsi masyarakat kampus menyatakan pengelolaan sampah % menyatakan pengelolaan sampah di ITB cukuip baik, 22% tidak baik, 16% baik dan hanya 2% sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa masih belum optimalnya kondisi pengelolaan sampah eksisting. Sedangkan untuk jumlah pewadahan sampah sesuai dengan hasi penelitian (Gambar 4b) didapat bahwa sebesar 47% menyatakan jumlah tong sampah sudah cukup, 45% menyatakan masih kurang, 7% menyatakan sangat kurang dan 1 % menyatakan berlebih. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut dengan menyesuaikan jumlah timbulan sampah di ITB. Kondisi eksisting pewadahan sampah sesuai dengan hasil observasi adalah terdapat berlebihnya kapasitas pewadahan. Selain itu, dapat dilihat juga ketidaksesuaian jenis sampah dengan jenis pewadahannya. Hal ini mengindikasikan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat kampus dalam hal pemilahan sampah. Permasalahan tersebut juga dapat dilihat dari faktor teknis seperti kapasitas tong sampah yang tidak sesuai dengan jumlah timbulan sampah dan sistem penjadwalan pengumpulan sampah yang belum efektif. Upaya untuk mengoptimalkan fungsi tong sampah pemilahan ini juga dapat dilakukan dengan cara membuat program kampanye secara bertahap kepada masyarakat kampus.

5 Gambar 4. Penilaian Pengelolaan Sampah Dari hasil penelitian pada Gambar 5a tentang persepsi responden terhadap kondisi wadah sampah di ITB, sebesar 46% menyatakan kurang baik, 42% menyatakan baik, 11% tidak baik dan hanya 1% menyatakan wadah sampah dalam kondisi tidak baik. Sesuai dengan hasil observasi dapat diketahui bahwa kondisi tong sampah sudah mengalami kerusakan dan harus segera dilakukan peremajaan. Gambar 5. Penilaian Kondisi Wadah Sampah

6 Sedangkan pada Gambar 5b tentang penempatan wadah sampah di ITB, sebesar 44% responden menyatakan sedikit kurang tepat, 38% mengatakan tepat, 17% banyak yang tidak tepat dan 1% penempatannya sudah sangat tepat. Banyaknya tong sampah seharusnya akan meningkatkan kesadaran pemilik sampah untuk dapat membuang sampah di tempatnya dan sesuai dengan jenisnya. Upaya kampanye tentang pemilahan sampah harus terus dilakukan dan juga harus didukung dengan peraturan. Dengan mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing lembaga diharapkan pemilahan sampah ini dapat berjalan optimal. Kualitas Udara Pentingnya menjaga kualitas udara menjadi solusi untuk menjawab isu tentang pemanasan global. Oleh karena itu, upaya menjaga kualitas udara harus terus diupayakan agar selaras dengan uapaya dunia untuk mengurangi laju pemanasan global (Lukman et al., 9). ITB harus mulai merencanakan secara detail tentang upaya menjaga kualitas udara di lingkungan ITB sendiri. Dari hasil penelitian (Gambar 6a) didapat bahwa sebesar 52% menyatakan kualitas udara di ITB cukup baik, 43% menyatakan baik, 3% menyatakan tidak baik dan 2% menyatakan sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa kualitas udara di ITB masih baik dikarenakan masih banyaknya pepohonan hijau. Fungsi pepohonan ini menunjang kualitas udara di lokasi kampus ITB. Sedangkan untuk kesediaan responden pada Gambar 6b untuk mengurangi polusi di udara didapat bahwa sebesar 9% responden bersedia untuk mengurangi polusi udara dan % menyatakan tidak bersedia. Ketidaksediaan masyarakat kampus ini dikarenakan banyak faktor baik itu tentang faktor kenyamanan dalam berkendara dan lain-lain. Sanitasi Kesehatan masyarakat kampus ITB sangat tergantung dari sanitasi kantin di dalam ITB dan pedagang kaki lima yang berada di sekitar ITB sebagai sumber makanan masyarakat kampus. Sanitasi kantin dan akan berdampak langsung terhadap kesehatan mahasiswa. Kondisi dan kualitas makanan pada awalnya ditentukan dengan bagaimana cara membuat makanan tersebut. Seperti yang terlihat pada Gambar 7. lebih dari % responden menyatakan tidak mengetahui bagaimana cara membuat makanan di kedua tempat tersebut. Idealnya konsumen harus mengetahui bagaimana cara membuat makanan yang akan mereka konsumsi. Dengan mengetahui cara pembuatan setidaknya konsumen dapat menilai tingkat itas yang akan berpengaruh terhadapa kesehatan konsumen. Konsumen juga dapat memilih makanan yang dinilai sehat dan. Gambar 6. Persepsi dan Kesediaan Pengurangan Polusi Udara

7 7 58,5 51, ,5 Tidak tahu 3 Tidak Cukup 6,5 Higienis Gambar 7. Cara pembuatan makanan di kantin ITB dan Cara penyajian makanan akan mempengaruhi minat dan selera konsumen untuk membeli makanan tersebut. Penyajian makanan di kantin ITB menurut persepsi masyarakat kampus sebesar 9% cukup bersih, 5,5% tidak dan 4,5% sangat bersih. Sedangkan untuk didapat bahwa sebesar 61% cukup bersih, 37,5% tidak dan 1,5% sangat bersih (Gambar 8). Selain untuk mempengaruhi minat konsumen, cara penyajian juga berkorelasi terhadap kesehatan konsumen. Semakin cara penyajian maka akan semakin kecil pula vektor penyebaran penyakit lewat makanan. Kapasitas tempat duduk akan berpengaruh langsung terhadap tingkat kenyamanan konsumen saat makan di kantin ITB dan. Dari hasil penelitian didapat bahwa sebesar 56,5% responden menyatakan bahwa kapasitas tempat duduk di kantin ITB sudah cukup dengan tingkat kenyamanan mencapai 73,5% ,5 5,5 Tidak Cukup bersih 4,5 1,5 Sangat bersih Gambar 8 Cara penyajian makanan di kantin ITB dan Sedangkan pada Gambar 9, untuk sebesar,5% merasa cukup dengan kapasitas tempat duduk dengan tingkat kenyamanan %. Kesesuaian antara kapasitas tempat duduk dengan laju konsumen tiap harinya akan berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan konsumen untuk mengkonsusmsi makanan setiap harinya. Cara pencucian alat-alat makan juga akan sangat mempengaruhi ketertarikan konsumen untuk berbelanja di suatu tempat penjualan makanan. Apalagi jika konsumen tersebut berasal dari kalangan yang cukup terpelajar, maka standar kebersihan menjadi prioritas dalam faktor penentu tempat berbelanja makanan. Tidak semua kantin dapat diketahui cara pencucian alatnya oleh konsumen, karena tempat pencucian alat-alat makan suatu kantin biasanya terletak di bagian belakang kantin yang tidak terlihat oleh konsumen.

8 Berbeda halnya dengan pedagang kaki lima yang biasa mencuci alat-alat makannya di tempat yang bisa terlihat oleh konsumen, sehingga hal tersebut dapat menjelaskan mengapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 46% responden yang mengatakan tidak tahu terhadap cara pencucian alat-alat makan pada sedangkan untuk kantin ITB tingkat ketidaktauan responden mencapai 68%. Sebenarnya dari kebersihan kantin dan hasil pencucian alat-alat makan saja sudah dapat diduga bagaimana cara pencucian alat-alat makan tersebut apakah memenuhi standar kebersihan atau tidak ,5 41,5 2,5 2,5 Tidak sesuai Cukup Berlebih (a) Kapasitas tempat duduk di kantin ITB dan 8 73, , Ya Tidak Ragu-ragu (b) Kenyamanan saat makan di kantin ITB & Gambar 9 Persepsi Pelayanan dan Gambar a menunjukkan.5% responden merasa yakin cara pencucian di kantin ITB dan hanya 2.5% responden yakin akan cara pencucian. Dari hasil penelitian didapatkan terlihat cara pencucian alatalat makanannya kantin ITB dan

9 Tidak tahu,5 11,5 11,5 Tidak Cukup 2,5 Higienis (a) Cara Pencucian 7 66,5,5 36,5 Tidak tahu 8 Tidak 17,5 9,5 Cukup 7,5 3,5 Higienis,5 Sangat Higienis (b) Kondisi alat makan saat dicuci Gambar. Tingkat Higienitas & Pada Gambar 11. menunjukkan bahwa 48,5% responden menyatakan ketidaktahuannya terhadap persampahan kantin di ITB, sedangkan 34,5% responden menyebutkan bahwa kantin ITB memiliki tempat sampah kgusus. Dari gambar yang sama juga diketahui bahwa 66,5% responden tidak mengetahui kondisi persampahan, sedangkan 21.5% responden menyebutkan bahwa sampah yang berasal dari dibuang ke saluran drainase. 7 48,5 66,5 34,5 Tidak tahu 7 Sampah khusus 21, ,5 1 2,5 Drainase Dipisahkan Lain-lain Gambar 11. Kondisi Pengelolaan Sampah di dan

10 KESIMPULAN Berbagai persepsi mahasiswa ITB terhadap berbagai aspek pengelolaan lingkungan di kampus Ganesha menunjukkan bahwa masih memungkinkan adanya perbaikan, terutama terkait infrastruktur lingkungan, yang dapat dilakukan oleh ITB dalam rangka menuju ITB eco-campus. Dengan adanya keunggulan di bidang teknologi, maka penerapan eco-campus di ITB diarahkan untuk lebih banyak mengimplementasikan berbagai hasil penelitian teknologi yang telah dilakukan, diantaranya terkait pengelolaan air, energy terbarukan, pengelolaan sampah dan kesehatan lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH Makalah ini merupakan bagian dari penelitian induk yang berjudul Pengembangan Konsep Eco-Campus di Institut Teknologi Bandung. Penelitian tersebut didanai sepenuhnya melalui Riset Unggulan ITB tahun. DAFTAR PUSTAKA 1. Jean-Francois Bonnet, Christophe Devel, Patrick Faucher, Jacques Roturier, 2, Analysis of electricity and water end-uses in university campuses: case-study of the University of Bordeaux in the framework of the Ecocampus European Collaboration, Journal of Cleaner Production, Vol., No. 1, Hal Rebeka Lukman, Abhishek Tiwary, Adisa Azapagic, 2, Towards greening a university campus: The case of the University of Maribor, Slovenia, Resources, Conservation and Recycling, Vol. 53, No. 11, Hal Robert J. Koester, James Eflinand, John Vann, 6, Greening of the campus: a whole-systems approach, Journal of Cleaner Production, Vol. 14, No., Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu-isu tentang lingkungan menjadi salah satu suatu pusat perhatian seluruh Dunia, diantaranya isu global warming, krisis ketersedian sumber daya

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai kampus tertua dan terbesar di Indonesia, sudah sewajarnya bila Universitas Gadjah Mada memberikan contoh manajemen kampus hijau dan ramah lingkungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN Endah Asmawati 1, Marlina 2, Junanik Idayani 3 1 Teknik Informatika dan Pusat Studi Energi Terbarukan, 2 Hukum dan Pusat Studi Energi Terbarukan,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa yang tidak diinginkan setelah berlangsungnya sebuah proses, baik proses alami maupun akibat kegiatan atau aktifitas manusia. Sampah memiliki dampak

Lebih terperinci

Sustainable Green Campus

Sustainable Green Campus Sustainable Green Campus Kampus-kampus Hijau Ramah Lingkungan Delapan belas tahun menjadi warga Bogor, perubahan besar yang saya rasakan adalah peningkatan suhu lingkungan, perkembangan kota menjadi pusat-pusat

Lebih terperinci

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

menyebabkan kekeringan di musim kemarau, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Pengertian Drainase dan Perubahan Konsep Drainase Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah sangat berkembang dan terus semakin berkembang. Segala macam produk dan jasa yang disediakan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian untuk menyusun konsep green road bagi jalan menuju Bandar Udara Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi ini dengan beberapa tahapan ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bumi semakin lama semakin terasa panas, apalagi di kota- kota besar, karena dipenuhi oleh mobil, motor, kendaraan lainnya, dan jumlah pohon-pohon yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu pemanasan global sudah sering dibicarakan pada media berita dan masyarakat sendiri sudah tidak asing lagi dengan kata pemanasan global. Namun isu pemanasan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap makhluk hidup membutuhkan suatu ruang dimana dia dapat merasakan kenyamanan, keamanan dan perlindungan dari segala aspek yang ada disekitarnya

Lebih terperinci

PENJABARAN INSTRUMENT GREEN UNIT AWARD DAN PENGEMBANGAN SEBAGAI PROGRAM DI TIAP FAKULTAS/UNIT KERJA

PENJABARAN INSTRUMENT GREEN UNIT AWARD DAN PENGEMBANGAN SEBAGAI PROGRAM DI TIAP FAKULTAS/UNIT KERJA PENJABARAN INSTRUMENT GREEN UNIT AWARD DAN PENGEMBANGAN SEBAGAI PROGRAM DI TIAP FAKULTAS/UNIT KERJA No Indikator Isian Program yang dapat A DATA FAKULTAS 1 Jumlah Dosen 2 Jumlah Karyawan 3 Jumlah Mahasiswa*

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Pertambahan dan kepadatan penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 2004 kepadatan penduduk di Jakarta mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi perbincangan di semua kalangan dan telah merubah cara pandang serta pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya menciptakan lingkungan yang hijau dan bersih, sekaligus sebagai wujud kepedulian Universitas Mercu Buana terhadap lingkungan yang hijau, pada pembukaan

Lebih terperinci

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013 BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Program pengembangan sanitasi saat ini dan yang akan di rencanakan berdasar pada kajian yang telah dilakukan sebelumnya pada Buku Putih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Audit Industri Usaha-usaha untuk menghemat industri di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber industri yang tersedia dan semakin mahalnya

Lebih terperinci

sistem pengelolaan lingkungan yang baik dan terukur

sistem pengelolaan lingkungan yang baik dan terukur Tobing ISL. 2009. Universitas Nasional, Jakarta sistem pengelolaan lingkungan yang baik dan terukur IMRAN SL TOBING Universitas Nasional, Jakarta Tobing ISL. 2009. Universitas Nasional, Jakarta Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu program yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pelatihan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem tata udara merupakan sistem pengkondisian udara yang berfungsi untuk mengatur tingkat kenyamanan baik dari keadaan suhu maupun kelembaban udaranya. Sistem tata udara

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Universitas Mercu Buana merupaan salah satu universitas swasta di Jakarta yang saat ini banyak diminati oleh murid-murid yang baru lulus SMA/SMK maupun oleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1 Green Arsitektur Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup pesat dewasa ini. Wilayah di daerah Jakarta, khususnya

Lebih terperinci

HIDUP MODERN BERWAWASAN LINGKUNGAN

HIDUP MODERN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP MODERN BERWAWASAN LINGKUNGAN IMRAN SL TOBING Fak. Biologi UNAS, Jakarta PERSEPSI MANUSIA terhadap LINGKUNGAN Saling mengenal? Mengenal alam (lingkungan); tidak harus naik gunung, telusuri goa, atau

Lebih terperinci

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung V isi menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PENGHIJAUAN (GREEN CAMPUS INITIATIVE PROGRAM) UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

PEDOMAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PENGHIJAUAN (GREEN CAMPUS INITIATIVE PROGRAM) UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM Nomor Dokumen DOK/PED-UIB/01.07 PEDOMAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN PENGHIJAUAN (GREEN CAMPUS INITIATIVE PROGRAM) UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM TAHUN 2016 BATAM SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT (PERSPEKTIF DAN KESADARAN PENEREPAN GREEN COMPUTING DI LINGKUNGAN AKADEMISI, BISNIS DAN PEMERINTAHAN) INSENTIF RISET: REKOMENDASI Bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir akhir ini global warming tengah menjadi topik pembahasan yang sering di bicarakan oleh masyarakat dunia. Global warming adalah perubahan meningkatnya temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat dengan pesat sehingga jumlah kebutuhan akan hunian pun semakin tidak terkendali. Faktor keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak era 80-an, permasalahan lingkungan mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak era 80-an, permasalahan lingkungan mendapat perhatian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak era 80-an, permasalahan lingkungan mendapat perhatian yang sangat besar dari masyarakat dunia, khususnya mengenai isu-isu yang berhubungan dengan kerusakan-kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIA CADANGAN.HANYA GUNAKAN BAGIAN INI BIL STANDAR NILAI A. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah komplek kampus merupakan kebutuhan dasar bagi para mahasiswa, para dosen, dan pegawainya. Menyadari akan pentingnya suatu kampus maka sudah sewajarnya kampus

Lebih terperinci

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif Tujuan Kas 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif 1. Kebijakan 2. Kurikulum 3. Kegiatan Lingkungan 4. Pengelolaan Sarana A. Melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.90/MENLHK/SETJEN/SET.1/11/2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MASYARAKAT PADA POS-POS FASILITAS PUBLIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS

Lebih terperinci

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA

PETUNJUK EVALUASI PENCAPAIAN ADIWIYATA I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN A. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan IMPLEMENTASI PENCAPAIAN MAX. HASIL Upaya. Visi, Misi dan Tujuan sekolah yang tertuang

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan berkelanjutan hanya akan dapat dicapai melalui sinerginya tiga faktor utama; profit, people dan planet. Dengan kata lain, keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan, manusia menjadi salah satu komponen dari lingkungan hidup itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat bergantung pada kondisi lingkungan hidup dan tempat manusia tinggal. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahkan, manusia

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar BelakangProyek. Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar BelakangProyek Hunian tidak asing lagi di telinga masyarakat umum. Hunian merupakan sebuah ruang. Sebuah kata ruang secara tidak langsung pasti berhubungan dengan

Lebih terperinci

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian Mulai Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Analisis Kondisi Aktual Menentukan stakeholder sistem Kondisi Saat Ini Menentukan kebutuhan stakeholder sistem Ya

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang `BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara menjumpai berbagai tantangan permasalahan. Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan di bidang manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi tantangan terbesar bagi kemanusiaan, ilmu pengetahuan, dan politik di abad ke-21. Kegiatan manusia menambah konsentrasi gas rumah kaca

Lebih terperinci

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM PERMASALAHAN PEMUKIMAN POLUSI LINGKUNGAN KERUSAKAN HUTAN KEPUNAHAN HEWAN & TUMBUHAN PERLUASAN LAHAN KRITIS SANITASI

Lebih terperinci

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR

PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR PERANAN DAN TANTANGAN AKLI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN RENEWABLE ENERGI DI NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : M. Taufik Adraen Sekretariat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 101 Kupang Telp/fax. (0380)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

INISIATIF INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA MENUJU KAMPUS HIJAU YANG BERKELANJUTAN

INISIATIF INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA MENUJU KAMPUS HIJAU YANG BERKELANJUTAN INISIATIF INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA MENUJU KAMPUS HIJAU YANG BERKELANJUTAN Bimastyaji Surya Ramadan 1, Safrida Fatmawati 2 1 Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Bandung

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat perdagangan, sekaligus pusat konsumen. Di daerah perkotaan tinggal banyak manusia, fasilitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP No.933, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011

Lebih terperinci

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG ISSN: 2088-8201 PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG Anendawaty Roito Sagala 1, Adityas Prasetyo 2, Dwi Abdul Syakur 3, Nur Rahmah Amania 4, Daisy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global warming. Spanduk, billboard, pamflet dan aksi penggalangan dana pun dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman Agro-industri Ramah Lingkungan Nopember 2007 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Lebih terperinci

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram. 90 Lampiran 1. Flowchart Penelitian Mulai Identifikasi Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Pengamatan Awal Secara Visual Menentukan Stakeholder Sistem Analisis Kebutuhan Tidak Lengkap? Ya Perumusan

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari pengambilan bahan baku di tempat asal dan berakhir di tempat pembuangan. Namun, pemanfaatan berbagai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 2.1. Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Hingga pertengahan tahun 2005 pengelolaan lingkungan hidup di Kota Probolinggo dilaksanakan

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek. Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas swasta yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Proyek. Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas swasta yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Universitas Bina Nusantara merupakan salah satu universitas swasta yang diminati oleh murid-murid SMU yang baru lulus dan hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

PERUMUSAN PERMASALAHAN/ISU STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

PERUMUSAN PERMASALAHAN/ISU STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PERUMUSAN PERMASALAHAN/ISU STRATEGIS DAN PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGEMBANGAN WILAYAH BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA MALANG RUANG LINGKUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi manusia. Di samping disebabkan oleh faktor alam, seringkali disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci