Identitas Pasien Anamnesis Pemeriksaan Fisis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identitas Pasien Anamnesis Pemeriksaan Fisis"

Transkripsi

1 Identitas Pasien Nama pasien : Jan Pierre Umur: 20 tahun Rekam Medik : Jenis Kelamin : Laki-laki MRS : 25/06/2013 Alamat : BTN Tabaria 5/1 Ruangan : Ar rahman 3/III Rumah Sakit Haji Anamnesis KU : Rencana Aff plate AT : Riwayat KLL 2 tahun yang lalu. Saat itu pasien di diagnosa dengan Fraktur supracondylar Femur dan dilakukan operasi pemasangan orif di RS. Haji Juli Pemeriksaan Fisis STATUS GENERALIS : KU : Sakit sedang / Gizi cukup /Composmentis STATUS VITALIS : TD : 110/70mmHg Nadi : 90x/menit RR : 20x/menit Suhu : afebris STATUS LOKALIS : Kepala : Normocephal, Anemis (-), Ikterus (-), Sianosis (-) Leher : MT (-), NT (-) Thorax :I : Simetris Kiri dan Kanan, ikut gerak nafas, tipe thorakoabdominal, sianosis (-) P : NT (-), MT (-), vokal fremitus kiri dan kanan sama P : Sonor kiri dan kanan 1

2 Jantung A : BP bronchovesikuler, BT Rh-/- Wh-/- :I : Ictus cordis tidak tampak P : Ictus cordis teraba P : Pekak, Batas jantung kesan normal A : Bj I/II murni reguler, bising jantung (-) Abdomen : I : Cembung, ikut gerak nafas, warna kulit sama dengan sekitar tidak terdapat darm countour dan darm steifung P : Peristaltik ada, kesan normal P : MT (-) NT (-) A : Tympani Alat Genitalia : tidak ada kelainan Ekstremitas Superior : dalam batas normal Ekstremitas Inferior: Regio Femur Dextra I : tampak luka bekas operasi ± 20 cm pada bagian antero lateral, edema (-) P : nyeri tekan (-) ROM : baik NVD : baik 2

3 Foto klinis regio femoralis distal Gambar 1. Foto Femur anterior distal Gambar 2. Foto Femur posterior distal 3

4 Pemeriksaan Foto X-ray 25/06/2013 Hasil : Plate dan screws terpasang dengan baik Kedudukan fraktur relatif baik Tidak tampak lagi celah fraktur Callus forming banyak Mineralisasi tulang baik Soft tissue baik 4

5 Pemeriksaan Penunjang laboratorium tanggal 01/07/2013 Pemeriksaan Hasil Nilai normal WBC 4,8 4,00-10,0 RBC 6,0 4,00-6,00 HGB 11,2 12,0-16,0 HCT 40,3 37,0-48,0 PLT Ureum 23, Kreatinin 1,06 L(<1,3); P(<1,1) SGOT 12 < 38 SGPT 14 < 41 CT BT Resume Laki-laki, 20th, masuk rumah sakit dengan rencana Aff Plate. Riwayat KLL 2 tahun yang lalu. Saat itu pasien di diagnosa dengan Fraktur supracondylar Femur dan dilakukan operasi pemasangan orif di RS. Haji Juli

6 Dari pemeriksaan fisis regio femoralis, pada inspeksi tampak luka bekas operasi ± 20 cm pada bagian anterior lateral, edema (-) nyeri tekan (-), ROM : baik NVD : baik Pada pemeriksaan radiologi didapatkan Plate dan screws terpasang dengan baik Kedudukan fraktur relatif baik. Tidak tampak lagi celah fraktur.callus forming banyak. Mineralisasi tulang baik.soft tissue baik Diagnosis POST ORIF E.C FRAKTUR SUPRACONDYLAR (D) Penatalaksanaan REMOVE ORIF 6

7 FRAKTUR SUPRACONDYLAR FEMUR 1. Pendahuluan Fraktur adalah hilangnya kontinuitias tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur distal femur terjadi hanya pada 6% kasus dari semua fraktur femur. Pada umumnya terjadi akibat trauma energi tinggi pada pasien yang lebih muda dan proses osteoporotik pada pasien yang lebih tua. Pada pasien yang muda juga biasanya terjadi sebagai akibat dari trauma multipel seperti kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Area supracondylar dari femur didefinisikan sebagai zona antara condylus femoral dan hubungan antara metafisis dan batang femoral1. Walaupun kasus yang terjadi tidak banyak seperti fraktur hip ataupun batang femur, penanganan fraktur distal femur menjadi suatu tantangan. Adanya kerusakan jaringan lunak, komunitif, fraktur intraartikular yang meluas, dan kerusakan pada otot quadriceps menyebabkan hasil yang tidak memuaskan pada beberapa kasus. Sebelumnya, fraktur femur suprakondilar diterapi dengan traksi skeletal dengan durasi yang bervariasi dan diikuti dengan cast ataupun brace imobilisasi. Adanya komplikasi akibat penanganan secara tertutup dari fraktur ini menyebabkan dipilih metode alternatif yaitu internal fiksasi. Pada tahun 1996, Stewart dan pada tahun 1967, Near dan beberapa kasus fraktur distal femur diterapi dengan metode terbuka dan tertutup. Sebagian besar ahli bedah merawat pasien dengan menyarankan imobilisasi yang lama. Hal ini kemudian memperkuat untuk direkomendasikan dilakukannya manajemen tertutup2,3. 2. Epidemiologi Fraktur suprakondylar femur pada dewasa terjadi pada 7% kasus dari semua kasus fraktur femur yang terjadi, tapi karena gaya hidup yang modern dan 7

8 transportasi berkendaraan tinggi, kejadian fraktur ini meningkat frekuensinya. Pada usia muda, trauma ini biasanya terjadi sebagai suatu trauma multipel dengan kecepatan tinggi dan energi tinggi seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian. Kecelakaan merupakan penyebab utama pada trauma ini di usia tahun. Pada pasien yang lebih tua, fraktur yang terjadi sebagai akibat trauma yang ringan contohnya gagal untuk melakukan fleksi pada lutut, hal ini biasanya diakibatkan adanya proses osteoporotik2. 3. Anatomi Femur merupakan tulang yang paling panjang dan paling berat dalam tubuh manusia. Panjangnya kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri, femur meneruskan gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia. Terdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada ujung proximal terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris, trochanter major dan trochanter minor. Pada ujung distal terdapat condylus medialis dan condylus lateralis. Pada posisi Anatomi kedua ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada bidang horizontal yang sama4. Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah bulatan (bola), letak mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada ujung caput femoris, di bagian caudoposterior dan titik sentral, terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan dari ligamentum teres femoris. Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis femoris, ukuran panjang 5 cm, membentuk sudut sebesar 125 derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut lebih besar dan pada wanita lebih kecil4. Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral yang terdapat pada perbatasan collum dan corpus ossis femoris. Pada facies anteriornya melekat m.gluteus minimus. Pada permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi medial dari trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat m.obturator externus4. Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca, dan dapat dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri trochanter major berada pada 8

9 bidang horizontal yang sama dengan tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung os coccygeus. Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk bundar (konus), terletak mengarah ke medial dan berada di bagian postero-medial perbatasan collum dengan corpus ossis femoris. Di antara trochanter minor dan trochanter major, pada permukaan posterior terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat m.quadratus femoris4. Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk sudut sebesar 10 derajat dengan garis vertical yang ditarik melalui caput femoris, garis tersebut merupakan axis longitudinalis dari articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis femoris dengan axis longitudianlis dari collum ossis femoris membentuk sudut inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila sudut inklinasi mengecil maka kondisi ini dinamakan coxa valga4. Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke distal menjadi agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facies dorsalis terdapat linea aspera, yang terdiri atas labium laterale dan labium mediale. Ke arah superior labium laterale membentuk tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea sampai pada trochanter minor. Ke arah inferior labium laterale berakhir pada epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai epicondylus medialis femoris. Di antara kedua ujung distal labium laterale dan labium mediale terdapat planum popliteum. Pada linea aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, m.vastus lateralis dan caput breve m.biceps femoris4. 9

10 Gambar 1. Anatomi Femur Distal femur terdiri dari area supracondylar dan area condylar. Area supracondylar dari femur didefinisikan sebagai zona antara condylus femoral dan hubungan antara metafisis dan batang femoral. Daerah ini biasanya 9 cm dari distal femur, diukur dari permukaan artikular. Hal ini penting untuk membedakan fraktur suprakondylar dengan fraktur diafisial dari distal femur karena metode penanganan dan prognosisnya berbeda. Pada distal femur, terdapat dua condylus. Pada bagian anterior, condylus menyatu dan berlanjut menjadi batang femur. Pada bagian posterior, keduanya berpisah oleh fossa intercondylar1. Gambar 2. Pembagian dari distal femur Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan yang melengkung, disebut condylus medialis dan condylus lateralis. Daerah di antara kedua condylus itu, di bagian posterior dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di bagian ventral, kedua condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi oleh sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar, pars lateralis lebih besar dan kurang menonjol dibandingkan dengan pars medialis. Pars lateralis mengadakan persendian dengan facies articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih kecil dan lebih menonjol ke distal, mengadakan persendian dengan facies articularis patellae4. 10

11 Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal, sedangkan condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies medial dari condylus medialis femoris konveks dan kasar, dan bagian yang paling menonjol disebut epicondylus medialis. Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus lateralis femoris disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya lebih kecil daripada yang medial4. Adanya tekanan pada perlengkatan otot akan menyebabkan pergeseran yang karakteristik. Gastrocnemius akan menyebabkan fleksi dari fragmen distal menyebabkan pergeseran ke posterior dan angulasi. Otot quadriceps dan hamstring mendesak bagian proksimal sehingga menghasilkan pemendekan pada ekstremitas bawah6.. Gambar 3. Anatomi distal femur. (a) aspek anterior. (b) Aspek lateral. Batang femur berada segaris dengan sebagian dari bagian anterior condylus lateral. (c) aspek axial. Distal femur berbentuk trapezium. Bagian anterior melandai turun dari lateral ke medial, bagian dinding lateral cendering membentuk sudut 100 dan dinding medial cenderung membentuk sudut

12 4. Etiologi Etiologi dari fraktur suprakondyler femur adalah :7 Usia muda : trauma energy tinggi (contoh : kecelakaan dan jatuh dari ketinggian) Usia tua : trauma energy rendah (contoh : gagal melakukan fleksi pada lutut) Sebagai komplikasi dari arthtoplasty total pada lutut (jarang terjadi) Pada pasien anak-anak, trauma yang terjadi mengakibatkan fraktur pada daerah metafisis pada sisi kompresi, menyebabkan fraktur Salter Harris tipe II 5. Patofisiologi Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memutar (shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan3. Trauma bisa bersifat3 : Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung. Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Tekanan pada tulang dapat berupa3 : Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi 12

13 Kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z Fraktur oleh karena remuk Trauma karena tarikan pada ligament atau tendo akan menarik sebagian tulang Gambar 4. Mekanisme Trauma (a) berputar (b) kompresi (c) fragmen triangular butterfly (d) tension 13

14 Never et al (1967) menemukan bahwa mekanisme fraktur supracondylar berhubungan dengan kehebatan pada waktu melakukan fleksi lutut. Hal ini terbagi menjadi1 : Minor. Jatuh pada saat jalan di rumah (pukulan ringan pada fleksi lutut), sering terjadi pada medial ke aksis femur, menyebabkan deformitas ringan berupa valgus, mengakibatkan fraktur tidak bergeser. Hal ini umum terjadi pada pasien dengan usia tua dan mengalami proses osteoporotic. Mayor. Hal ini terjadi karena kecelakaan pada dash-board atau jatuh dari ketinggian, Tenaga dipergunakan untuk melakukan fleksi lutut dan derajat kegagalan dan pergeseran dari fragmen distal femur berdasarkan besar serta arah dari gaya yang ditimbulkan. Ekstrem. Biasanya terjadi pada aspek anterior dari fleksi lutut dikarenakan jatuh dari ketinggian dan kecelakaan mobil ataupun motor. Hal ini akan menimbukan kominusi yang parah pada area supracondylar dan condylar. Hal ini biasanya melibatkan bagian bawah dari batang femur. Fraktur supracondylar terjadi ketika gaya varus atau valgus yang berat ditambah dengan beban aksial serta gaya memutar. Beberapa tekanan atau gaya memiliki peranan pada pergeseran fraktur. Otot mengambil alih peran sebagai penjaga keseimbangan terhadap pergeseran yang terjadi setelah terjadinya fraktur. Hal ini terjadi akibat dari perubahan arah dan aksis dari aktifitas otot gastrocnemius, quadriceps, dan adductors. Hal ini penting untuk diketahui bahwa otot ini menjaga agar pergeseran tidak bertambah hingga fraktur menyatu. Berat tungkai dan gravitasi adalah factor lain yang member peran pada pergeseran. Semua factor ni akan saling mempengaruhi untuk menentukan derajat pergeseran fraktur yang terjadi1. Adanya tekanan pada perlengkatan otot akan menyebabkan pergeseran yang karakteristik. Gastrocnemius akan menyebabkan fleksi dari fragmen distal menyebabkan pergeseran ke posterior dan angulasi. Otot quadriceps dan hamstring mendesak bagian proksimal sehingga menghasilkan pemendekan pada ekstremitas bawah. 6 14

15 Gambar 5. Pada aspek lateral menunjukkan perlengkatan otot dan me babkan gaya deformitas. Hal ini menghasilkan pergeseran dan angulasi pada sisi fraktur. 6. Klasifikasi Beberapa klasifikasi yang dapat digunakan pada fraktur supracondylar adalah1 : Klasifikasi Neer. Klasifikasi ini disusun berdasarkan arah pergeseran dari fragmen distal. Hal ini disusun untuk dapat mengidentifikasi mekanisme kerusakan dan pola jaringan lunak serta terapi yang akan diberikan. Gambar 6. Klasifikasi Neer. I : minimally displaced < 1 cm II : medial displacement of the condyles > 1 cm 15

16 III : lateral displacement of the condyles > 1 cm IV : conjointed supracondylar and shaft fracture Klasifikasi Hall. Klasifikasi ini berdasarkan stabilitas fraktur setelah dilakukan reduksi dan menunjukkan cedera musculoskeletal yang terjadi. Pada klasikasi ini, dikelompokkan fraktur supracondylar dan fraktur intercondylar pada 4 kelompok yaitu : I : fraktur supracondylar stabil II : fraktur supracondylar tidak stabil III : fraktur intercondylar stabil IV : fraktur intercondylar tidak stabil Klasifikasi by AO (Muller and colleagues. Klasifikasi ini paling banyak digunakan dalam kasus fraktur supracondylar. Pada klasifikasi ini, diidentifikasi tiga tipe dari fraktur supracondylar dengan tiga subtype berdasarkan gambaran radiologi. Grup A : fraktur extra-artikular A1 : simple A2 : metafisis irisan A3 : metafisial kompleks Grup B : fraktur articular parsial B1 : condylus lateral (sagital) B2 : condylus medial (sagital) B3 : condylus lateral atau medial (coronal) Grup C : fraktur artikular total C1 : articular simple, metafisis simple C2 : articular simple, metafisis multifragmen C3 : articular multirgamen 16

17 Gambar 7. Klasifikasi AO (Muller and colleagues) 7. Diagnosis Fraktur pada supracondylar terjadi pada pasien yang memiliki trauma multiple dengan karakteristik adanya trauma pada kepala, dada, dan abdomen, dan system skeletal lainnya. Penilaian secara cepat dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa dan menjamin stabilitas cardiovascular adalah hal yang harus dilakukan. Walaupun fraktur ini jarang mengancam jiwa, namun dapat memberikan peran dalam hemodinamik tubuh serta menyangkut struktur neurovascular2. a. Anamnesis Pada anamnesis, didapatkan adanya nyeri ataupun ketidakmampuan untuk berjalan. Anmnesis penting untuk mengetahui apakah pasien mengalami trauma dengan energi besar atau tidak. Kecelakan motor, jatuh dari ketinggian lebih dari 10 kaki, dan ditabrak dengan kendaraan sementara berjalan merupakan contoh mekanisme trauma dengan energi tinggi. Anamnesis lainnya yang pertu ditanyakan adalah factor-faktor komorbid dari pasien yang akan berpengaruh pada terapi ataupun prognosis. Pasien dengan penyakit penyerta seperti penyakit arteri koroner, emfisema, perokok, ataupun diabetes tidak terkontrol memiliki resiko besar untuk timbulnya komplikasi dari cedera yang terjadi1,. 17

18 b. Pemeriksaan Fisis 1,3 1. Inspeksi Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi, perpendekan atau perpanjangan). Edema ataupun hematom. 2. Palpasi - Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur. - Krepitasi. - Pada lutut, didapatkan hemaarthrosis berupa edem dan nyeri pada lutut. 3. Range of Movement (ROM) Pergerakan dapat dinilai dengan mengajak penderita untuk menggerakaan - secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pasien fraktur akan terasa nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif. 4. Neurovaskular Distal (NVD) : Hal-hal yang dinilai pada neurovascular distal adalah pulsus arteri, pengembalian darah ke kapiler (capillary refil time), sensasi motorik dan sensorik. Pada fraktur supracondylar, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap arteri popliteal yaitu diantara proksimal dari adductor hiatus dan distal dari soleus serta pemeriksaan nervus peroneal. c. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologi harus menunjukkan keseluruhan femur pada aspek anterior-posterior dan lateral termasuk panggul dan sendi lutut. CT scan dan MRI dibutuhkan untuk menilai fraktur patologis dan diagnosis adanya kerusakan jaringan1. 18

19 Gambar 8. Gambaran radiologi pada fraktur suprakondilar femur 8. Penatalaksanaan Pengelolaan penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangat penting, karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai initial assessment yang secara garis besar terdiri dari primary survey dan secondary survey3. Secondary survey baru dilakukan setelah primary survey selesai, resusitasi dilakukan dan ABC nya penderita dipastikan membaik. Survey sekunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination), termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital. Pada survey sekunder ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap termasuk mencatat skor GCS bila belum dilakukan dalam primary survey. Prosedur khusus seperti laboratorium dan radiologis dapat dilakukan. Terapi pada fraktur suprakondyler dapat berupa operatif dan non-operatif. a. Terapi non-operatif 1 Manajemen non operatif termasuk reduksi tertutup, traksi skeletal, dan imobilisasi cast. Metode ini membutuhkan kenyamanan di tempat tidur, waktu yang lama, mahal, dan tidak cocok pada pasien dengan kerusakan multiple serta pasien yang tua. Studi comparative mengenai fraktur suprakondylar melaporkan hasil yang baik pada 54% pasien yang diterapi dengan metode tertutup dan memberikan hasil yang baik pada 84% yang diterapi bedah. Walaupun resiko pembedaham dihindari dengan metode tertutup, namun kesalahan alligment dan kekakuan pada lutut dapat juga terjadi. Beberapa 19

20 masalah pada terapi traksi dapat diatasi dengan menggunakan metode brace. Nicke et al menjelaskan masa rawat inap yang pendek, ambulasi yang cepat, dan menopang tubuh memberikan hasil pergerakan lutut yang lebih baik dan menurunkan insidens non-union. Indikasi dari terapi non-operatif adalah : Fraktur yang tidak bergeser dan incomplete Pasien berusia tua dnegan kominusi yang berat atau osteopeni atau keduanya Fraktur non-intraartikular pada anak-anak yang lebih tua atau dewasa muda Fraktur terbuka yang terkontaminasi (tipe IIIB) Osteoporosis Beberapa fraktur dapat direduksi dengan traksi yang melewati distal femur atau proksimal tibia. Walaupun demikian, pemasangan dari pin pada distal femur bisa menjadi sulit dikarenakan adanya pembengkakan jaringan lunak, hemaarthrosis, dan fraktur kominusi. 20

21 GGambar 9. (a) Titik masuk dari pin adalah 2 cm dibawah dan dibelakang dari tibial tuberosity. (b) pin Steinman dimasukkan dari lateral ke medial. (c) Pin terpasang parallel terhadap aksis dari sendi lutut. Sementara traksi, pasien dianjurkan untuk mengurangi pergerakan fleksi dari lutut. Setelah pembengkakan akut dari jaringan lunak mereda dengan nyeri tekan minimal pada daerah fraktur dan foto x-ray menunjukkan formasi callus, pasien dapat menggunakan brace. Brace digunakan selama 3 hingga 6 minggu setelah trauma. Alat ini harus digunalan dengan tungkai dalam keadaan ekstensi, eksternal rotasi, dan valgus minimal. Gejala klinis dan radiologi harus diperiksa kembali pada 1, 2, dan 3 minggu setelah pemasangan brace. b. Terapi operatif 8,10 Terapi operatif dengan internal fiksasi dapat secara akurat menjadi cara reduksi fraktur, khususnya pada permukaan sendi dan pergerakan yang lebih awal. Jika fasilitas dan kemampuan tersedia, terapi ini merupaka suatu pilihan yang baik. Pada pasien yang lebih tua, imobilisasi yang lebih cepat merupakan hal penting dan fiksasi internal merupakan suatu yang wajib dilakukan. Kadangkadang, keadaan tulang yang osteoporotic, pasien yang tua dengan tulang yang rapuh membuat mobilisasi sulit atau beresiko tinggi, namun perawatan di tempat tidur membuat lebih mudah dan pergerakan lutut dapat dimulai lebih cepat. Beberapa alat-alat yang dapat digunakan adalah : Locked intramedullary nail. Alat ini cocok untuk fraktur tipe A atau tipe C 21

22 Gambar 10. Lockerd Intramedular Nail Plat yang dipasang pada permukaan lateral dari femur. Alat ini cocok untuk fraktur tipe A dan tipe C. Pada fraktur kominusi yang berat (tipe C), rancangnan plat dengan screw yang terkunci dapat disarankan. Hal ini akan menyebabkan stabilitas yang adekuat, bahkan pada keadaan yang osteoporotic, tapi penopang tubuh yang tidak terlilndungan sebaiknya dihindari hingga terjadi union. Gambar 11. Plat yang dipasang pada permukaan lateral femur Lag screw yang sederhana. Alat ini cocok untuk fraktur tipe B dan dipasang parallel dengan kepala screw terkubur di dalam cartilage sendi untuk menghindari pengelupasan dari permukaan sendi. Alat ini juga digunakan untuk menjaga condylus femoral pada fraktur tipe C sebelum intramedullary nail atau plat lateral digunakan untuk menjaga kerusakan supracondylar. 22

23 Gambar 12. Lag screw sederhana Gambar 10. Terapi pada fraktur supracondylar fractue. (a) fraktur condylar dapat direduksi dengan open dan Kirschner wire (b) pemasangan screw (c) fraktur yang berbentuk T atay Y baik jika diterapi dengan plat dan screw condylar 9. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur supracondylar adalah1,8 : a. Dini Kerusakan arteri. Insidensi terjadinya kerusakan vaskular pada fraktur suprakondylar femur yaitu sekitar 2% hingga 3%. Oleh karena itu, insidensi kerusakan arteri popliteal setelah trauma sangat rendah. Hal ini terjadi karena kumpulan vaskular tertambat secara proksimal pada hiatus dari adductor magnus dan secara distal pada arkus soleus. Kerusakan vaskular 23

24 dapat disebabkan oleh laserasi langsung atau kontusio dari arteri atau vena oleh fragmen fraktur atau secara tidak langsung oleh pemanjangan tunika intima. Pemeriksaan secara menyuluruh dan hati-hati meliputi tungkai dan denyut perifer, walaupun gambaran radiologik menunjukkan hanya terjadi pergeseran yang minimal. b. Lanjut Kekakuan sendi lutut. Hal ini hampir tak dapat dihindari. Diperlukan masa latihan yang lama, tetapi gerakan penuh jarang diperoleh kembali Non-union. Hal ini dapat disertai kekakuan lutut dan mungkin sesungguhnya diakibatkan oleh gerakan lutut yang dipaksakan terlalu awal. Fraktur sulit diterapi dan kecuali kalau dilakukan dengan amat cermat, batas rentang gerakan lutut mungkin lebih sedikit daripada rentang gerakan saat terjadi fraktur. Malunion. Fiksasi internal pada kasus ini sangat sulit dan malunion (biasanya varus) kadang terjadi. Osteotomi dibutuhkan pada pasien yang masih melakukan aktifitas fisik untuk melakukan koreksi terhadap malunion yang terjadi. 10. Prognosis Prognosis dari fraktur suprakondylar femur adalah7 : Prognosis dari kasus ini tergantung dari tipe serta tingkat keparahan fraktur (semakin kompleks fraktur yang terjadi semakin jelek prognosisnya) Pada umumnya, terapi yang sesuai akan memberikan hasil yang baik pada pasien Terapi dengan intramedullary nail memberikan hasil yang memuaskan. 24

25 DAFTAR PUSTAKA 1. Kamel Kasem. Management of Supracondylar Fracture of The Femur. Department of Orthopaedic Surgery & Traumatology Faculty of Medicine Minia University p52-65, Chapman, Michael W. Chapman s Orthopaedic Surgery 3rd edition. Lippincolt William & Wilkins p Chairuddin, Rasjad Prof, MD, PhD.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Makasar. P Luhulima JW. Musculoskeletal. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Indonesia p Netter, Frank H. Netter s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition. Saunders Elseiver. 25

26 6. Koval, Kenneth J. Handbook of Fractures 3rd edition. Lippincolt William & Wilkins p Frassica, Frank dkk. The 5-Minute Orthopaedic Consult 2nd edition. Lippuncolt William & Wilkins p Alan Graham Aplpley. Appley s System of Orthopedics and Fracture 9 th edition. Butterworths Medical Publications p687-90,

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya fraktur. Definisi fraktur Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment Dislokasi Hips Posterior Mekanisme trauma Caput femur dipaksa keluar ke belakang acetabulum melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi.

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri

Lebih terperinci

DISLOKASI SENDI PANGGUL

DISLOKASI SENDI PANGGUL DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

Lebih terperinci

REFERAT BEDAH FRAKTUR FEMUR

REFERAT BEDAH FRAKTUR FEMUR REFERAT BEDAH FRAKTUR FEMUR Annisa Inayati MS G99141123 A. Anatomi Tulang Secara umum, tulang dibagi menjadi 4 bagian yaitu epifisis, lempeng pertumbuhan, metafisis, dan diafisis. Masing-masing bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

Fraktur Mandibula. Oleh : Uswatun Hasanah Radinal. Pembimbing : dr. Irzal. Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk

Fraktur Mandibula. Oleh : Uswatun Hasanah Radinal. Pembimbing : dr. Irzal. Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk Fraktur Mandibula Oleh : Uswatun Hasanah Radinal Pembimbing : dr. Irzal Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk Identitas Pasien Nama Umur JK : Nn. K : 18 tahun : Perempuan Alamat : Kukku Enrekang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patah tulang atau dalam bahasa medis biasa disebut fraktur adalah kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang dapat berupa patahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatominya. Fraktur neck femur dan intertrokanter femur memiliki

Lebih terperinci

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D. OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat

Lebih terperinci

DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I

DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam

Lebih terperinci

FRAKTUR SHAFT FEMUR OLEH : Rizka Amelia PRESEPTOR: dr. Delsi Hidayat, Sp.OT

FRAKTUR SHAFT FEMUR OLEH : Rizka Amelia PRESEPTOR: dr. Delsi Hidayat, Sp.OT Case Report Session FRAKTUR SHAFT FEMUR OLEH : Rizka Amelia 1010311015 PRESEPTOR: dr. Delsi Hidayat, Sp.OT BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RS ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI 2014 PRESENTASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan

Lebih terperinci

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV merupakan kelainan pada kaki, dimana kaki belakang equinus (mengarah ke bawah), varus (mengarah ke dalam/ medial), dan kaki depan adduktus (mendekati

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK SEORANG LAKI-LAKI 17 TAHUN DENGAN FRAKTUR SEGMENTAL MANDIBULA DEXTRA TERTUTUP NON KOMPLIKATA Pembimbing dr. Benny Issakh, Sp.B, SpB.Onk Disusun Oleh Hj Mutiara DPR 22010111200152

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung

Lebih terperinci

Fraktura Os Radius Ulna

Fraktura Os Radius Ulna Fraktura Os Radius Ulna Pendahuluan Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Fraktur os radius dan fraktus os ulna

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

1. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah. Fraktur bersifat segmental atau komunitif hebat.

1. tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah. Fraktur bersifat segmental atau komunitif hebat. 1. Kalau kalian sudah mengenal tentang fraktur coba jelaskan klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustilo dan Jelaskan critical point serta implikasi bagi perawat dari masing - masing derajat? Klasifikasi

Lebih terperinci

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J 100 050 019 KARYA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur Femur 2.1.1. Definisi Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian),

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK

BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK BAB III LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK DOKUMEN MEDIK A. Identitas Pasien Nama : Ny. F Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 51 tahun Suku : Jawa Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang Pakaian Alamat : Bojonegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 ETIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 ETIOLOGI FRAKTUR FEMUR 1 BAB I PENDAHULUAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,

Lebih terperinci

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J 100 050 035

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR Diajukan guna melengkapi tugas Komuda Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dewasa (Nareliya & Kumar, 2012). Pada sendi coxae (Hip Joint)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dewasa (Nareliya & Kumar, 2012). Pada sendi coxae (Hip Joint) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi Femur Proksimal Pada tubuh manusia, femur adalah tulang yang paling panjang dan besar. Rerata panjang femur laki-laki adalah 48cm dan rerata diameter

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Fraktur merupakan suatu kondisi hilangnya kontinuitas tulang baik yang bersifat parsial atau total. 1 Fraktur tulang panjang yang sering terjadi adalah pada tulang femur,

Lebih terperinci

Askep Fraktur Femur. Penyebab Fraktur Adalah Trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa

Askep Fraktur Femur. Penyebab Fraktur Adalah Trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa Askep Fraktur Femur. Definisi Fraktur Femur Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mulai memilih alat transportasi yang praktis, modern, dan tidak membuang banyak energi seperti kendaraan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : LENY MUSTIKA PUTRI J 100 050 049 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa,

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika manusia mendapatkan sebuah ujian salah satunya diberikan rasa sakit karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa, bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau keadaan patologis (Dorland,1994) tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan

BAB I PENDAHULUAN. atau keadaan patologis (Dorland,1994) tungkai bawah yang terdiri dari tulang tibia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuaan teknologi dan informasi yang berkembang pesat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap manusia.dampak positif yang muncul misalnya adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur Collum Femoris Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang terjadi antara ujung permukaan articular caput femur dan regio interthrocanter dimana collum femur merupakan

Lebih terperinci

a. fraktur midshaft umum pada anak-anak maupun orang dewasa muda.

a. fraktur midshaft umum pada anak-anak maupun orang dewasa muda. 1. Klasifikasi patah tulang terbuka: menurut Gustilo Tipe I Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis II.1.1 Defenisi Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu

Lebih terperinci

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD.

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD. FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD. DEPARTEMEN / SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur.

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur. B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat,

BAB I PENDAHULUAN. patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah patahan tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan umumnya disebabkan oleh tulang patah dapat berupa trauma

Lebih terperinci

PANDUAN ASESMEN PASIEN

PANDUAN ASESMEN PASIEN PANDUAN ASESMEN PASIEN BAB I : PENDAHULUAN Semua pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan asesmen atau pengkajian yaitu asesmen informasi (yang berisi tentang asesmen medis, riwayat sakit dahulu),

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK)

PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) PENILAIAN KETERAMPILAN KELAINAN THORAX (ANAMNESIS + PEMERIKSAAAN FISIK) Nama Mahasiswa : Tanggal Pemeriksaan : No. 1. 2. 3. 4. Aspek yang dinilai Membina sambung rasa, bersikap baik dan sopan, serta menunjukkan

Lebih terperinci

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi

Lebih terperinci

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda Apakah Anda menderita nyeri MAKOplasty pilihan tepat untuk Anda Jangan biarkan radang sendi menghambat aktivitas yang Anda cintai. Tingkatan Radang Sendi Patellofemoral compartment (atas) Medial compartment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

Lebih terperinci

FRAKTUR. Buckle fracture fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam.

FRAKTUR. Buckle fracture fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam. I PENDAHULUAN Fraktur calcaneus adalah fraktur paling sering pada os tarsal. Penatalaksanaannya fraktur ini sukar disebabkan kerana jenis fraktur yang bervariasi dan seringnya terjadi komplikasi. Fraktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk BAB I PENDAHULUAN Pertama pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean

CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS. Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan Abednego Panggabean CASE REPORT SESSION OSTEOARTHRITIS Disusun oleh: Gisela Karina Setiawan 1301-1210-0072 Abednego Panggabean 1301-1210-0080 Pembimbing: Vitriana, dr., SpKFR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan pada fragmen tulang. Fraktur dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL. Masykur Khair FRAKTUR

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL. Masykur Khair FRAKTUR ASKEP KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL Masykur Khair FRAKTUR 1 Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (Oswari, 2000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang

Lebih terperinci

ALAT DAN BAHAN. 2 buah penggaris / mistar. Pulpen. Kapas dan alkohol SKENARIO SESAK NAFAS

ALAT DAN BAHAN. 2 buah penggaris / mistar. Pulpen. Kapas dan alkohol SKENARIO SESAK NAFAS (JVP) dalam bahasa Inggris, adalah tekanan sistem vena yang diamai secara idak langsung (indirek). Secara langsung (direk), tekanan sistem vena diukur dengan memasukkan kateter yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk indonesia mencapai 237 juta jiwa lebih, setelah merdeka hingga sampai tahun 2010 telah dilakukan enam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN INTRA MEDULLARY NAIL DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang kesehatan BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka untuk mewujudkan pembangunan nasional bidang kesehatan maka perlu pengadaan dan fisioterapi sarana dan kesehatan lainnya perlu ditingkatkan dan kemampuannya serta penyebaran

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY Abstrak lutut mudah sekali terserang cedera traumatik. Persendian ini kurang mampu melawan kekuatan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA Oleh : SAYAT J 100 050 007 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: IDA WAHYU NINGSIH J KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF FRAKTUR TIBIA 1/3 MEDIAL DAN FIBULA 1/3 PROKSIMAL DEKSTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI BANGSAL BOUGENVILLE RUMAH SAKIT ORTHOPEDI. Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan perlengkapan berkendara dan

Lebih terperinci

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN S IDENTITAS PASIEN S NAMA: MUH FARRAZ BAHARY S TANGGAL LAHIR: 07-03-2010 S UMUR: 4 TAHUN 2 BULAN ANAMNESIS Keluhan utama :tidak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Klavikula merupakan tulang penghubung antara lengan atas dengan dada (trunkus), sehingga klavikula memiliki peran penting dalam fungsi pada gelang bahu.

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di FK USU

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput

BAB I KONSEP DASAR. berhubungan dengan asetabulum menbentuk kepala sendi yang disebut kaput BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae, dan persendian (Depkes, 1995: 3). Fraktur adalah

Lebih terperinci

CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai :

CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL. Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : CHECKLIST KELUHAN UROGENITAL Nama mahasiswa : Penguji : Tanggal : Nilai : No Aspek yang dinilai Nilai 0 1 2 Anamnesis 1 Memberi salam dan memperkenalkan diri keduanya 0 : melakukan< 2 3 Menanyakan identitas

Lebih terperinci

BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI

BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI BAB I REKAM MEDIS I. IDENTIFIKASI Nama : Tn. A Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status : Belum Menikah Bangsa : Indonesia Alamat : Luar Kota Pekerjaan : Pedagang MRS : 1 Agustus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan berbagai dampak, baik

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST ORIF FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL KARYA TULIS ILMIAH Disusun oleh: Herru Fratomo J100100037 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas

Lebih terperinci

Cedera Spinal / Vertebra

Cedera Spinal / Vertebra Cedera Spinal / Vertebra Anatomi 7 Servikal Anterior 12 Torakal Posterior 5 Lumbal Sakral Anatomi Posterior Anterior Motorik Cedera Spinal Sensorik Otonom Susunan Syaraf ke Ekstremitas Plexus Brachialis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi tangan dan penggunaan jarijari tangan sangat penting untuk sebagian besar melakukan berbagai aktifitas dan hampir setiap profesi.

Lebih terperinci

Fraktur Terbuka Pada Tibia Dextra 1/3 Bagian Medial Hanna Maria Gracella Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Fraktur Terbuka Pada Tibia Dextra 1/3 Bagian Medial Hanna Maria Gracella Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Fraktur Terbuka Pada Tibia Dextra 1/3 Bagian Medial Hanna Maria Gracella Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat Hannagracella@gmail.com Abstrak Fraktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya (WHO, 2004).

Lebih terperinci