MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI TRI KAYA PARISUDHA. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI TRI KAYA PARISUDHA. Abstrak"

Transkripsi

1 MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI TRI KAYA PARISUDHA Oleh: I Wayan Sugita Fakultas Dharma Acharya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar wayansugita2@gmail.com Abstrak Artikel ini menguraikan tentang pembentukan karakter anak sejak dini melalui ajaran tri kaya parisudha. Hindu memberikan guide line bagaimana pendidikan karakter itu diajarkan kepada anak, baik berupa content ajaran maupun metodenya. Tri kaya parisudha merupakan ajaran yang bersifat baku yang telah teruji sejak ribuan tahun guna membentuk karakter anak-anak bangsa. Prinsip etika terletak pada ajaran ini. Jika seseorang mampu berpikir, berkata dan berperilaku yang benar, maka apapun bentuk disiplin dan nilai-nilai moral yang ada tidak sulit untuk dilaksanakan. Guna mengajarkan tri kaya parisudha ini kepada anak untuk membentuk karakternya, peran orang tua sangat signifikan. Orang tua adalah gerbang pendidikan awal bagi anak. Jika orang tua memiliki pemahaman yang benar dan kemudian senantiasa menjalani kehidupannya sesuai dengan prinsip ini, maka perilaku kesehariannya akan bisa menjadi teladan bagi anaknya. Prinsip tri kaya parisudha kemudian secara alami akan terbangun pada diri anak, melalui pelajaran yang ditularkan oleh orang tuanya secara langsung. Kata kunci: karakter, pendidikan, anak usia dini, tri kaya parisudha. IV. Pendahuluan Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa personality atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian manusia ada 4, yaitu : Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri. Sanguin : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang. 35

2 36 Plegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, perfeksionis, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai. Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia. Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masingmasing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara kasar dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, plegmatis seringkali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilema pribadi iya dimulut dan tidak dihati, serta cenderung perfeksionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan. Setiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di setiap aspek kehidupan sosial dan pribadi masing-masing. Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya, memperbaiki kelemahannya, dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah karakter. Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu dibina sejak usia dini ( karakter.com/). Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli, dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar, hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Oeh karena itu waktu yang tepat untuk memulai sebuah pendidikan karakter adalah sedini mungkin. Zaman dahulu pendidikan dimulai pada saat usia sekolah dasar, namun

3 sekarang sudah ada pendidikan pra sekolah untuk anak seperti taman kanak kanak (TK). Seiring dengan bermunculannya sekolah PAUD, orang tua mulai banyak untuk mendaftarkan anaknya untuk bersekolah di sana. Pada awalnya mungkin sekolah PAUD hanya diminati oleh orang tua dengan keadaan finansial yang baik, namun sekarang sudah ada beberapa sekolah PAUD yang dibuka dengan biaya terjangkau. PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasiko pendidikan lebih lanjut. PAUD itu sendiri bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berdasarkan pasal 28 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PAUD dapat diselenggrakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan/atau informal. PAUD jalur pendidikan formal diantaranya adalah TK (Taman Kanak-kanak), RA (Raudhatul Atfal) atau bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 4-6 tahun. PAUD jalur pendidikan non formal diantaranya adalah TPA (Taman Penitipan Anak), atau bentuk lain yang sederajat yang menggunakan program untuk anak usia 0 - <2 tahun, 2 - <4 tahun, 4-6 tahun tahun dan program pengasuhan untuk anak usia 0-6 tahun, KB (Kelompok Bermain) dan bentuk lain yang sederajat menggunakan program untuk anak usia 2 - <4 tahun dan 4-6 tahun, sedangkan PAUD jalur informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarag atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Penyelenggraan PAUD sudah mempunyai standar yang disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga bisa memberikan pelayanan yang berkualitas (Amini, 2014). Tujuan utama dari diselenggarakannya pendidikan anak usia dini adalah untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Terdapat perbedaan antara anak yang medapatkan pendidikan anak usia dini dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan usia dini. Seorang anak yang diberikan pendidikan sejak usia dini pra sekolah yang bagus maka anak tersebut akan belajar menjadi pribadi yang mandiri, kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide, mengembangkan ide, dan siap untuk 37

4 sekolah. Sedangkan anak yang tidak mendapatkan pendidikan anak usia dini akan cenderung lamban dalam menerima sesuatu. Pendidikan anak usia dini bukanlah sekedar jenjang pendidikan yang harus dilalui anak, namun lebih ditekankan kepada tujuannya untuk melatih adaptasi anak terhadap lingkungan yang akan dihadapi kelak. Salah satu alasan para orang tua tidak memberikan pendidikan pra sekolah untuk anaknya adalah karena tidak mau anaknya kehilangan masa bermain. Padahal pendidikan pra sekolah anak bukanlah pendidikan yang menyeramkan seperti sekolah dimana anak harus dituntut ini itu. Pendidikan anak usia dini tetap memberi kebebasan anak untuk bermain, tapi bermain sambil belajar. Pendidikan anak usia dini penting karena di usia inilah anak bisa membentuk kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah. Kepandaian kognitif, afektif dan psikomotor akan terbentuk dengan baik melalui pendidikan ini. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Dengan sumber daya manusia yang hebat maka terbentuklah bangsa yang kuat. Hebat tidaknya sumber daya manusia dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Kualitas pendidikan yang rendah mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas waktu yang paling tepat untuk membentuknya yaitu pada saat mereka masih kecil. Rendahnya kualitas calon siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diberikan sebelum mereka memasuki jenjang sekolah. Belajar dari pengalaman negara maju, pembentukan kualitas sumber daya manusia dilakukan sejak usia dini. Sebagai contohnya adalah Negara Singapura dan Korea Selatan, hampir seluruh anak usia pra sekolah telah terlayani PAUD. Dalam Hindu pendidikan karakter yang paling baik diberikan kepada anak usia dini adalah ajaran tri kaya parisudha.anak sejak dini diajarkan selalu berbuat yang baik, berkata yang baik dan cara berpikir yang baik. Penanaman nilai-nilai moral ini sejak awal diharapkan akan mampu membentuk anak menjadi seseorang yang berkarakter kedepannya, mampu mensinergikan dan menselaraskan apa yang ia pikirkan, katakana dan kerjakan secara bersamaan. Jika generasi muda seperti ini bisa dibangun, maka niscaya bangsa Indonesia ke depan akan menjadi maju baik secara ekonomi maupun moralitasnya (Amini, 2014). 38

5 V. Pembahasan 2.1 Konsep Tri Kaya Parisudha Tri Kaya Parisudha berasal dari bahasa sanskerta, yang tetdiri dari Tri artinya tiga, Kaya artinya perilaku atau perbuatan, dan Parisudha artinya baik, bersih, suci atau disucikan. Jadi Tri Kaya Parisudha adalah tiga perilaku manusia berupa pikiran, perkatan, dan perbuatan yang harus disucikan.pikiran, Perkataan, dan Perbuatan yang disucikan dimaksudkan perilaku manusia yang baik atau perilaku manusia itu tidak boleh dikotori dengan perilaku yang tidak baik. Ketiga perilaku yaitu berpikir, berkata dan berbuat yang baik harus selalu dijadikan pedoman khususnya bagi umat Hindu dan bagi manusia pada umumnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari,sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya, manusia dengan sesama dan manusia dengan pencipta ( Tuhan). Tri Kaya Parisudha dapat juga diartikan sebagai tiga unsur yang harus disucikan. Adapun ketiga unsur atau bagian Tri kaya parisudha itu sebagai berikut: A. Manacika parisudha Manacika berasal dari bahasa sanskerts, berasal dari kata manana yang artinya pikir,jadi manacika parisudha adalah pikiran yang harus disucikan. Seperti Dengki dan iri hati. Segala sesuatu di awali dari pikiran, pikiran yang baik adalah merupakan penerapan nilai-nilai ajaran agama yang pada akhirnya akan menuntun seseorang menuju jalan dharma. Pikiran ibaratkan riak gelombang yang terkadang akan nampak kepermukaan dan sesekali akan menghilang maka sebaik nya pikiran itu harus dikekeng sebagai langkah pengendalaian untuk menuju kebaikan dan kemuliaan, pikiran yang dalam bahasa sanskerta berasal dari kata manana yang berarti pikir, kemudian kata pikir ini berkembang menjadi doa, dengan demikian maka apa yang di pikirkan hakikatnya adalah doa yang pada akhirnya akan membuahkan hasil. Dengan adanya pikiran yang baik, suci dan benar akan melahirkan ucapa/perkataan dan tingkah laku perbuatan yang halus dan suci. Dengan adanya pikiran dan tuturkata atau perkataan yang halus dan suci akan mewujudkan perbuatan dan tingkahlaku yang baik, dan benar juga. Demikian juga sebaliknya yaitu tinkah laku, ucapan/kata-kata di kendalikan oleh pikiran. B. Wacika Parisudha Wacika berasal dari kata wacana yang artinya kata, jadi wacika parisudha adalah perkataan yang harus disucikan. Seperti berkata kasar, berbohong, mencaci maki dan menfitnah 39

6 orang lain adalah perbuatan tidak baik, tercela lebih-lebih hal tersebut dilakukan dihadapan orang banyak, didepan umum. Apalagi berani berkata-kata kasar, mencela orang tua atau orang yang lebih tua (Wisnu, 2001: 38). Perkataan adalah ucapan yang dikeluarkan melelui alat ucap yaitu mulut, perkatan yang dikeluarkan melalui mulut sebaiknya diupayakan agar siapa saja yang kita ajak bicara tidak merasa tersinggung. Kata-kata di ibaratkan seperti sebilah pisau yang sangat tajam yang bisa melukai siapa saja, maka oleh karena itu kendalikan perkataan dengan selalu mengucapkan perkataan yang baik demi menjaga keharmonisan bagi sesama. C. Kayika Parisudha Kayika berasal dari kata kriya yang artinya kerja atau berbuat,jadi Wacika parisudha adalah perbuatan yang harus disucikan. Seperti mencuri, berzinah, dan menyakiti atau membunuh makhluk lainnya. Kayika parisudha berarti peraturan tingkah laku yang baik dan mulia yang harus menjadi pedoman hidup manusia. Tindakan yang baik adalah bertujuan untuk membina hubungan yang selaras atau hubungan yang rukun antara seseorang dengan makhluk yang hidup di sekitarnya, berhubungan yang selaras antara keluarga yang membentuk masyarakat dengan masyarakat itu sendiri, antara satu bangsa dengan bangsa yang lain dan antara manusia dengan alam sekitarnya (Mantra, 2009: 10). Jadi pada dasarnya perkatan dan parbuatan bersumber atau berawal dari pikiran. Pikiran yang baik akan menuntun manusia berkata atau berbuat yang baik pula. Dari prinsip itu, maka yang paling awal harus dikendalikan manusia adalah pikirannya. Hal-hal yang mempengaruhi pikiran harus selalu dijaga, seperti kestabilan jiwa atau emosi, kebutuhan akan kesehatan jiwa dan raga, termasuk kebutuhan akan estetika. Dengan jiwa tenang orang dapat mengendalikan pikirannya sehingga dapat berfikir dengan jernih yang akhirnya akan terlihat dalam bentuk perkataan yang baik dan perbuatan yang baik (Darmawan, Gede, 2015). Hal ini dapat dipetik dari Manawa Dharma Sastra sloka 73 sebagai berikut : "Hana karma phata ngaranya, kahrtaning, india sepuluh kwehnya, ulahaken kramanya, prawr Hyaning manak sekareng, telu kwehnya, ulahaning wak, pat prawrttyangning kaya, telu, pinda sapuluh, prawrttyaning kaya, wakmanah kengeti". 40 Artinya: Adalah karma phala namanya, yaitu mengendalikan hawa nafsu, sepuluh banyaknya yang patut dilakukan, perinciannya, gerak pikiran tiga banyaknya, gerak perkataan empat jumlahnya, perbuatan yang

7 timbul dari gerakan badan tiga banyaknya, jadi sepuluh banyaknya yang timbul dari gerakan pikiran, perkataan dan gerakan badan inilah yang patut betul-betul diperhatikan. (G. Pudja, 1978 : 61) Di dalam Sarasamuscaya, mengenai Tri Kaya Parisudha disamakan dengan karma Phala, walaupun demikian pengertiannya adalah sama, yaitu terdiri dari sepuluh bagian antara lain: tiga berdasarkan perbuatan pikiran, empat berdasarkan perbuatan perkataan dan tiga berdasarkan gerak badan, gerak inilah hendaknya dikendalikan kejalan yang benar atau suci. Beberapa penjelasan tersebut di atas, tentang pengertian Tri Kaya Parisudha adalah tiga pengendalian prilaku manusia ke jalan yang benar. Dalam hal tersebut umat Hindu telah menyadarinya mana dikatakan baik atau mana dikatakan tidak baik. Dalam pernyataan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Sesuatu yang baik bersifat relatif, karena baik bagi diri sendiri belum tentu baik bagi orang lain misalnya : ngebut itu adalah baik, namun jika dilakukan di jalan umum atau jalan raya ini adalah bertentangan. Sedangkan ukuran untuk kebaikan adalah Dharma, yang merupakan ukuran yang kekal, karena segala sesuatu yang dilakukan berdasarkan kebenaran sudah tentunya baik, sehingga tercapai keharmonisan hidup diantara manusia, serta manusia dengan alam sekitarnya. Mengingat pentingnya ajaran Tri Kaya Parisudha ini dalam kehidupan sehari-hari, maka diusahakan untuk meresapi dan mengamalkan ajaran-ajaran Tri Kaya Parisudha tersebut sehingga menimbulkan suatu pengertian yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk pembinaan terhadap manusia pada umumnya dan umat Hindu pada khususnya (Pramana, 2014). 2.2 Penerapan Ajaran Tri Kaya Parisudha pada Anak Usia Dini Masa usia 0 6 tahun disebut dengan masa keemasan karena melalui stimulasi yang efektif pada usia ini di lingkungan dapat mengembangkan pertumbuhan otak dan stimulasi anak. Masa ini merupakan masa perkembangan kecerdasan yang cepat. Kecerdasan pada masa ini dapat meningkat dari 50% menjadi 80% jika mendapatkan stimulasi yang baik. Perkembangan kecerdasan pada anak akan berhenti pada usia 18 tahun dan setelah itu kognitifnya tidak akan berkembang lagi walaupun dengan pemberian nutrisi yang baik sekalipun. Usia 0 6 tahun merupakan masa dimana anak mulai mempunyai kepekaan terhadap kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, kemadirian, seni, moral, agama. Oleh karena itu pemberian pendidikan yang tepat dibutuhkan untuk terus menggali identitas diri anak. 41

8 Penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha kepada anak sangat penting karena dalam ajaran tersebut diajarkan untuk berpikir, berkata, dan berbuat yang baik. Hal ini dimaksudkan agar anak memiliki tutur kata serta perilaku yang baik, sehingga perilaku yang diharapkan orang tua pada anak akan terlaksana, karena kehalusan budhi bahasa anak merupakan cermin dari apa yang ditanamkan dan diterapkan oleh orang tua. Dalam pembentukan perilaku anak itu sendiri perlu adanya pembinaan melalui pengendalian diri baik melalui pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang merupakan ajaran etika untuk membentuk anak yang suputra. Dalam suatu keluarga yang sangat berperan dalam membentuk perilaku anak agar menjadi anak yang suputra adalah kedua orang tua. Dalam keluarga yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan anak adalah seorang ibu. Ibu diharapkan mampu memberikan kesejukan dalam keluarga. Pelanggaranpelanggaran nilai moral yang dilakukan anak sekarang dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri pada anak. Disinilah diperlukan peran dan tanggung jawab orang tua dalam menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha. Sebagai orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik kepada anaknya, karena terkadang seorang anak meniru perbuatan dan perilaku dari orang tuanya. Sesungguhnya bila seorang anak telah dididik dengan baik sejak usia dini, anak itu akan mampu untuk memilah dan memilih halhal yang baik buat dirinya. Kemerosotan moral harus diakhiri dengan meningkatkan pengetahuan tentang agama yang menekankan pada penerapan ajaran Tri Kaya Parisudha, hal ini dimaksudkan agar seorang anak memiliki tutur kata serta perilaku yang baik sehingga apa yang diharapkan orang tua kepada anaknya akan terlaksana. Untuk meningkatkan kualitas Tri Kaya agar menjadi Parisudha dalam hubungannya untuk membangun dan membentuk karakter anak menjadi anak suputra, dalam ajaran agama Hindu terdapat tiga landasan pokok yaitu tattwa, susila (etika), dan upakara (Merthawan, 2014: 44). Dalam kehidupan sehari-hari tidaklah mungkin ketiga ajaran pokok tersebut dapat dilaksanakan secara terpisahpisah, dikatakan demikian karena dalam pelaksanaan tattwa tidaklah mungkin tanpa kehadiran susila (etika), dan upakara. Kitab Sarasamuscaya sloka 78 meyebutkan: 42 Vaca katmanicitte ca durlabhah sagune janah Yasya tvevamvidhim karyam sa janah sarvadurlabhah Artinya:

9 Dikatakan amat sukar untuk menerapkan sifat guna (satwam) dalam perbuatan, perkataan, dan pikiran, meskipun hal itu merupakan kesulitan yang amat besar, seyogyanya janganlah hal itu dianggap penghalang merupakan kesulitan (harus terus berusaha sampai berhasil) (Kajeng, 1997: 68) Berkaitan dengan sloka di atas, sebagai orang tua yang menyadari akan kewajibannya sudah sepatutnya untuk selalu mengarahkan anak-anaknya pada kesuksesan agar terhindar dari hal-hal yang negatif dan berbagai bentuk kesulitan. Dalam pembentukan perilaku anak itu sendiri perlu adanya pembinaan melalui pengendalian diri baik melalui pikiran, perkataan, maupun perbuatan yang merupakan ajaran etika dalam membentuk anak yang suputra. Ajaran ini memberikan suatu tuntunan agar manusia dalam setiap gerak baik pikiran, perkataan, maupun perbuatan selalu terkontrol dan terkendali demi terciptanya keharmonisan dan kebahagiaan hidup, sehingga terbentuk budhi pekerti yang luhur (Mangku, 2010: 2). Bila ketiga hal tersebut dapat diterapkan maka akan terbentuk anak yang suputra (Merthawan, Gede, 2014: 45). Orang tua menanamkan pendidikan budhi pekerti sedini mungkin agar nantinya anak dapat membentengi diri untuk selalu berbuat sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak nantinya akan menjadi bekal dalam menjalani kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. Dengan mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai dalam ajaran agama Hindu yang ditanamkan oleh orang tua kepada anak mulai dari masih dalam kandungan, lahir hingga dewasa dengan membiasakan anak melakukan persembahyangan (Tri Sandhya) di rumah dalam satu hari satu kali dan ke pura pada saat Purnama Tilem serta hari raya lainnya. Teori Peran mengatakan bahwa setiap orang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, orang itu menjalankan suatu peranan. Perbedaaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, artinya orang tua mempunyai peranan dalam mengajarkan Tri Kaya Parisudha pada anak. Jadi berdasarkan Teori Peran, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk perilaku anak. Selain itu orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik, membina, menuntun dan membentuk perilaku anak sedini mungkin dengan mengajarkan hal-hal yang kecil seperti mengajak anak untuk ikut sembahyang dan mengajarkan ajaran agama pada anak. Sebagai orang tua sudah seharusnya dibina dan dituntun untuk selalu menerapkan ajaran agama 43

10 44 sedini mungkin. Sebagai orang tua juga harus dapat menerapkan ajaran agama dalam keluarga sehingga anak dapat mengikuti dan terhindar dari hal-hal yang kurang baik. Orang tua juga harus menanamkan nilai kejujuran dan disiplin. Menanamkan disiplin pada anak sangat penting dimana anak dapat menggunakan waktunya sebaik mungkin dan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua maupun kepada orang lain. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anakanaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua adalah guru yang pertama dalam membentuk perilaku anak agar sesuai dengan ajaran agama salah satunya ajaran Tri Kaya Parisudha. Dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak orang tua selain sebagai orang yang telah melahirkan, orang tua juga bisa menjadi teman atau sahabat dan juga guru. Anak yang disiplin diri menampilkan perilaku yang patuh dan taat terhadap nilai moral. Pengupayaannya dilakukan melalui latihan, kebiasaan, dan penyadaran pada anak. Hal ini diaktualisaikan melalui tampilnya perilaku orang tua yang taat moral, terutama pada saat pertemuan dengan anak, menata komunikasi dialogis baik secara verbal maupun nonverbal, melakukan kontrol terhadap perilaku-perilaku anak, penataan lingkungan fisik, penataan lingkungan sosial, penataan lingkungan pendidikan, penataan suasana psikologis, dan penataan lingkungan sosial budaya (Shochib, 1998: 36). Orang tua harus bisa menjadi model dalam kehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan yang dilakukan di hadapan anakanaknya akan menjadi contoh bagi mereka. Dimana orang tua sebagai guru yaitu orang yang patut digugu dan ditiru, untuk itu orang tua seharusnya menjadi panutan bagi anak-anaknya. Orang tua harus bisa memberikan contoh yang baik dalam berperilaku, berbuat dan berkata sehingga anak dapat menirunya. Orang tua sangat berperan penting untuk memberikan contoh bertingkah laku baik, bertutur kata yang baik, berpikir yang positif dan patut memberikan teladan kepada anakanaknya agar memiliki budhi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha yaitu berbuat baik, berkata yang baik dan berpikir yang baik, di samping memberikan pendidikan dalam arti luas. Dalam kitab Sarasamuscaya Sloka 20 berbunyi: perkataan yang mengandung maksud jahat, tiada beda dengan anak panah yang dilepaskan. Setiap yang ditempuhnya merasa sakit. Perkataan itu meresap dalam hati, sehingga menyebabkan orang tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari.

11 Untuk itu orang tua bisa memberikan contoh berkata-kata yang baik agar dapat mengikutinya. Taittiriya Upanisad menyatakan: matr devobhava, pitr devobhava Artinya: Ibu adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa, bapak adalah perwujudan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak heran bila di masyarakat muncul pandangan bahwa ayah dan bunda adalah wujud Tuhan yang nampak, oleh karena itu keteladanan orang tua merupakan suatu yang mutlak, artinya jangan sampai seorang anak kehilangan figur yang diidolakan. Maka orang tua harus senantiasa menjadi contoh dalam kebaikan, tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain apalagi di belakang orang yang bersangkutan, tidak menghina seseorang, tidak menyakiti dan mengembangkan kedermawan dan keramahan kepada tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitarnya. Keluarga perlu menanamankan budhi pekerti yang pertama dan perdana dalam hal ini ibu adalah guru yang pertama dan utama tidak ada yang melebihi seorang ibu sebagai seorang guru yang sejati (Titib, 2004: 3). Orang tua yang menjadi teladan bagi anak adalah saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilai-nilai moral. Dengan demikian mereka senantiasa patut dicontoh karena tidak sekedar memberikan contoh. Orang tua yang mampu berperilaku di atas telah menyadari bahwa perilakunya disadari untuk dicontohkan, oleh anak dapat dijadikan bahan pertimbangan dan identifikasi. Artinya anak sadar untuk bahan pertimbangan dan identifikasi perilaku orang tua yang tidak disadari sebagai bantuan bagi anak-anak. Di samping berperilaku di atas orang tua atau pendidik dituntut untuk mentaati terlebih dahulu nilai-nilai yang akan diupayakan kepada anak. Dengan demikian, bantuan mereka ditangkap oleh anak secara utuh sehingga memudahkan untuk menangkap dan mengikutinya (Shochib, 1998: 124). Orang tua harus senantiasa berusaha mendidik dan membimbing anak dengan menanamkan ajaran Tri Kaya Parisudha untuk mewujudkan budhi pekerti yang luhur sehingga dalam bergaul anak berpedoman pada ajaran Tri Kaya Parisudha. Sebagai orang tua selalu mengupayakan untuk mengingatkan dan mengarahkan anak dalam berperilaku yang baik. Orang tua juga harus dapat memahami lingkungan pergaulan anak dengan selalu mengawasi hal-hal yang dilakukan. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung: 45

12 anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid menggangu murid lain dan sebagainya. Anak akan belajar dari apa yang dilihatnya secara langsung. Belajar menurut aliran perilaku, penekanannya pada apa yang dapat dilihat, yaitu perilaku yang ditunjukan sebagai hasil belajar, dan tidak memperhatikan apa yang terjadi di dalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Seorang akan dikatakan telah belajar sesuatu bila orang itu mampu menunjukkan perubahan perilaku. Jadi orang tua harus selalu berupaya untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga anak dapat melihat secara langsung dan mengawasi perkembangan anak. Kitab Sarasamuscaya menyatakan Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku/potensi dan kemampuan manusia yang harus disucikan. Adapun ketiga perilaku yang harus disucikan manusia dalam kehidupannya yaitu manacika, wacika, dan kayika. Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka dijelaskan: Ananbhidhayam paraswesu sarwasatwesu carusam, Karmanam phalamastiti triwidam monasa caret (Sarasamuccaya sloka 74) Artinya: Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, tiga banyaknya, perinciannya: tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada semua makhluk, percaya akan kebenaran ajaran karmaphala, itulah ketiganya perilaku pikiran yang merupakan pengendalian hawa nafsu. (Kajeng, 1997: 65) Berdasarkan sloka di atas dapat diketahui bahwa perilaku yang harus disucikan yaitu manacika berarti berpikir dalam artian bahwa berpikir dan berencana sesuai dengan ajaran dharma. Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan yang terdiri atas tiga perinciannya yaitu: tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada semua makhluk, dan percaya akan kebenaran ajaran karmaphala. Ketiga perincian tersebut merupakan pengendalian hawa nafsu. Asatpralapam parusyam Paicunyamamnrtam tatha Vatvari vaca rajendra Najalpennanucintayet (Sarasmuccaya sloka 75) Artinya: 46 Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya, yaitu perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan memfitnah, perkataan bohong (tidak dapat dipercaya); itulah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan dipikir akan diucapkan.

13 (Kajeng, 1997: 66) Berdasarkan sloka di atas wacika berarti berkata yang baik. Adapun yang tidak patut timbul dari kata-kata terdiri empat perinciannya yaitu perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan menfitnah, dan perkataan bohong (tidak dapat dipercaya). Keempat perkataan tersebut harus disingkirkan dan jangan diucapkan. Orang tua harus selalu berusaha menghindari perkataan yang tidak baik agar anak tidak menirunya. Pranatipatam stainyam ca paradaranathapi, Va, trini papani kayena sarvatah parivarjavet (Sarasamuccaya sloka 76) Artinya: Inilah yang tidak patut dilakukan: membunuh, mencuri, berbuat zina. Ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat dalam khayalan sekalipun, hendaknya dihindari saja ketiganya itu. (Kajeng, 1997: 67) Berdasarkan sloka di atas kayika berarti berbuat yang baik. Ada tiga hal yang tidak patut dilakukan yaitu membunuh, mencuri, dan berbuat zinah. Ketiga itu hendaknya jangan dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat dalam khayalan sekalipun. Maka orang tua senantiasa berupaya untuk mendidik dan mengarahkan anak untuk selalu berpedoman pada ajaran Tri Kaya Parisudha sehingga sesuai dengan harapan setiap orang tua yaitu memiliki anak yang suputra (Merthawan, 2014: 46-48). VI. Penutup Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran pendidikan karakter kepada anak sejak dini melalui ajaran Tri Kaya Parisudha ternyata dapat membentuk karakter anak menjadi baik, apakah pikiran, perkataan maupun perbuatannya. Agar pendidikan ini dapat berjalan dengan baik, maka peran orang tua menjadi sangat sentral. Kemampuan orang tua di dalam mentransfer pengetahuan tersebut juga menjadi sangat signifikan. Disamping orang tua memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep tri kaya parisudha, juga yang lebih penting adalah mampu berperilaku yang sama dengan konsep tersebut, dan kemudian mampu menterjemahkannya ke dalam bahasa dan perilaku yang bisa ditangkap oleh anak kecil. Disamping itu, lingkungan juga 47

14 sangat berperan di dalam upaya mengajarkan tri kaya parisudha ini. Lingkungan sosial yang baik akan melahirkan anak didik yang baik pula. Dari kesepuluh perilaku yang keluar dari konsep tri kaya parisudha tersebut sepenuhnya dapat diajarkan kepada anak melalui bahasa yang ringan dan mudah dimengerti dan dicerna oleh anak kecil. Metode yang digunakan bisa melalui bentuk cerita, kejadian-kejadian tertentu yang mudah diingat oleh anak kecil, atau bisa juga dengan nyanyian dan drama. Apapun yang menjadi kesenangan anak kecil ketika bermain-main bisa digunakan untuk mentransformasi ajaran ini, sebab nilai yang ada di dalamnya akan bisa diserap secara bertahap. Karakter anak yang muncul nantinya ketika besar dengan mengamalkan ajaran Tri Kaya parisudha ini adalah pertama, anak tersebut akan memiliki viveka yang jernih dan cemerlang. Sejak awal pikirannya telah dilatih untuk senantiasa berpikir kea rah yang positif. Kedua, tata bicaranya juga akan jelas dan tidak bertee-tele serta mengada-ngada. Ia akan mampu berbicara secara efektif dan efisien. Tidak menyinggung perasaan dan tidak ambigu. Perkataannya senantiasa lurus, tidak berbelit-belit atau membingungkan. Ini terjadi oleh karena sejak awal telah dilatih untuk berbicara dengan benar sehingga apapun yang dibicarakan akan senantiasa mengandung kebenaran dan benar apa adanya. Ketika, tindakannya juga akan senantiasa mengikuti kaidah-kaidah moral yang telah ditentukan di dalam masyarakat. Ia akan mampu membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Daftar Pustaka 48 Amini, Siti, Pentingnya Pendidikan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini. Dalam: Diakses: Darmawan, Gede Tri Kaya Parisudha. Dalam: Diakses: Kajeng, I Nyoman Sarasamuscaya. Surabaya: Paramita. Mangku, I Nyoman Implementasi Pendidikan Tri Kaya Parisudah Dalam Meningkatkan Budi Pekerti Sisws Di SDN No.1 Budi Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala. Skripsi (Tidak Diterbitkan). STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah. Merthawan, Gede. Desember Peran Orang Tua dalam Menerapkan Ajaran Tri Kaya Parisudha pada Anak di Banjar Tunjung Sari Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Widya Genitri Volume 6, no. 1.

15 Pendidikan Karakter. tt. Peran Pendidikan Karakter dalam Melengkapi Kepribadian. Dalam: karakter.com/. Diakses: Pramana, Oka Peranan Tri Kaya Parisudha dalam Meningkatkan Nilai Etika Siswa Kelas 4 SD 1 Pemaron tahun Dalam: Diakses: Sudarsana, I. K. (2016, October). The Importance Of Morals Teaching In Shaping The Students Characters In School. In Dharma Acarya Faculty International Seminar (DAFIS) (No. ISBN : , pp ). Dharma Acarya Faculty Hindu Dharma State Institute (IHDN) Denpasar in Association with Jayapangus Press. Sudarsana, I. K. (2016, June). Praksis Teori Sosial Kognitif dalam Mengembangkan Karakter Peduli Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Agama. In Seminar Nasional (No. ISBN : , pp ). Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Shochib, Dr. Moh Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta. Titib, I Made & Ni Ketut Supariani Keutamaan Manusia Dan Pendidikan Budi Pekerti. Surabaya: Paramita. Pudja, MA.SH. Gede. Sarasamuscaya, PN. Proyek Pengadaan Kitab Suci Hindu. Departemen Agama Republik Indonesia. 49

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH.

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH. PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Gede Merthawan * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar PENDEKATAN PEMBELAJARAN KLASIKAL YANG DITERAPKAN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI 1 TABANAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN Oleh Wayan Suprapta

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: Interpersonal Communication Skill Perkenalan Mata Kuliah, Kontrak Belajar dan Pemahaman Soft Skill November 2016 Fakultas Ilmu Komunikasi Gadis Octory, S.Ikom, M.Ikom Program Studi Periklanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG Pendidikan adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia, sejak

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-6 Tahun merupakan usia yang sangat menentukan pembentukan karakter dan kecerdasan seorang anak.anak pada usia dini berada pada proses perkembangan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD Pencapaian Proses pendidikan yang berkarakter dalam kitab At-Tahliyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern dan serba canggih seperti saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi segala aspek dalam perkembangan kehidupan manusia. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga bagi setiap Negara. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-3 di dunia, memiliki

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN

PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN (Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan) Tawuran antara pelajar sering terjadi, terutama di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini ialah anak yang baru dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat fundamental dalam menentukan pembentukan karakter

Lebih terperinci

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18 Mempersiapkan generasi emas Indonesia adalah kebijakan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Semua komponen diharapkan terlibat dan bekerja sama menyukseskan gerakan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA Mata Kuliah Nama Dosen : Landasan Pendidikan : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag.,M.Pd.H PENDIDIKAN DALAM KELUARGA OLEH PUTU YULIA SHARA DEWI NIM : 15.1.2.5.2.0861 PROGRAM MAGISTER (S2) DHARMA ACARYA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

Pendidikan merupakan aset pen ng bagi kemajuan

Pendidikan merupakan aset pen ng bagi kemajuan BAB I PENDIDIKAN ANAK USIA DINI A. Penger an Pendidikan Pendidikan merupakan aset pen ng bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu se ap anak bangsa wajib mengiku pendidikan. Dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayakan pada setiap keluarga. Mengasuh dan mendidik mereka agar memiliki ahlak mulia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usianya. Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan yang penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan berbangsa dan bernegara. Hal ini sebagaimana tercantum undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses dalam rangka memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pendidikan

Lebih terperinci

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRI KAYA PARISUDHA DALAM MENINGKATKAN NILAI ETIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Luh Ayu Eka Damayanti * Staff Pengajar STAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par.

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par. KEDUDUKAN DAN PERANAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENDIDIKAN SOSIAL PADA ANAK USIA DINI DESA ADAT AMBENGAN DI DESA AYUNAN KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi wirasundaridewi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun 1. Pengertian hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun Perilaku sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan

Lebih terperinci

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA 21 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Karakter Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iketutsudarsana@ihdn.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan saat ini menghadapi tantangan besar sebagai akibat dari arus globalisasi, sehingga berbagai upaya dilakukan agar peserta didik kelak mampu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu usia 0-6 tahun yang mempunyai karakterikstik yang unik. Pada usia tersebut anak sedang menjalani pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden age,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life) merupakan semboyan yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah anak usia 0 (sejak lahir) sampai usia enam tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak yang mandiri. Kemandirian yang diharapkan oleh orang tua untuk anaknya yaitu kemandirian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1 1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1 Dyah Kumalasari 2 A. PENDAHULUAN Usia dini (0-5 thn) merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah Kamtini Abstrak Aktivitas perempuan bekerja di luar rumah sering menimbulkan berbagai persoalan, terutama dalam hal pengasuhan anak sehingga

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini Oleh: Lia Yuliana, M.Pd*) Pendahuluan Pendidikan moral diberikan di berbagai macam lembaga pendidikan, salah satunya di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa emas. Hal tersebut ditunjukkan dengan perkembangan yang cepat pada beberapa aspek yakni aspek sosial, emosional, kognitif, bahasa, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU

PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU PENANAMAN NILAI MORAL MELALUI METODE BERCERITA DI RAUDHATUL ATHFAL RAUDHATUL ISLAH MARGOSARI PAGELARAN UTARA PRINGSEWU Trisnawati, Ilmi muyasaroh Prodi Sistem Informasi, STMIK Pringsewu Jl. Wisma Rini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar kekuatan spiritual keagamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi, fenomena Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan keniscayaan. Pasalnya, perkembangan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 HAND OUT MATA KULIAH KELOMPOK BERMAIN KODE MK/SKS : UD 408/2 SKS 1 O L E H : N I N I N G S R I N I N G S I H, M. P D N I P. 1 3 2 3 1 6 9 3 0 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas / Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus wajib mengikuti jenjang pendidikan baik jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak dimasa depannya sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan dan sebuah proses belajar. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah objek

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti PENDIDIKAN TPA & KB Martha Christianti Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan

Lebih terperinci