ANALISIS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR OLEH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KEPRI NASKAH PUBLIKASI
|
|
- Susanti Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR OLEH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KEPRI NASKAH PUBLIKASI Oleh: BOBBI S. INDRA NIM PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017
2
3 ABSTRAK Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi setiap harinya. Hal ini mengakibatkan penyediaan akan air harus terus dilakukan walaupun ketersediaan air baku terbatas. Terbatasnya ketersediaan air baku disebabakan oleh berkurangnya daerah resapan air akibat alih fungsi lahan, lingkungan waduk yang belum dilestarikan secara optimal, serta waduk sebagai tempat penampungan air baku yang jumlahnya belum memadai, padahal air baku yang ada di Kota Tanjungpinang berasal dari curah hujan, sehingga perlu untuk dilakukan pembangunan waduk baru. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengelolaan sumber daya oleh PDAM Tirta Kepri. Hal ini dikarenakan PDAM Tirta Kepri sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan, penyediaan, dan pendistribusian air kepada masyarakat, sehingga memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sumber daya air. Penelitian ini dibuat dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi keadaan di lapangan, wawancara dengan enam orang informan dari pegawai PDAM Tirta Kepri, dan melalui dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. Langkah-langkah dalam penelitian ini berdasarkan model Miles dan Huberman, terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Fokus penelitian ini pada pelaksanaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, pengelolaan sistem informasi sumber daya air, serta pemberdayaan dan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah PDAM Tirta Kepri telah melakukan penanaman pohon, pengecekan kualitas air, dan terus berupaya menyediakan air untuk masyarakat. Namun, PDAM Tirta Kepri belum secara optimal melakukan pengelolaan sumber daya air karena PDAM Tirta Kepri tidak memiliki hak yang leluasa dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya air, hal ini dikarenakan pengelolaan sumber daya air di Kota Tanjungpinang dibebankan kepada beberapa pihak, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, dan BWSS IV Batam. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini bahwa PDAM Tirta Kepri belum optimal melakukan pengelolaan sumber daya air, tidak semua masalah dalam aspek pengelolaan sumber daya air dikelola dengan baik, dapat dilihat dari belum terjaganya daerah resapan air, belum terealisasainya pembangunan penampungan air baku, dan ketersediaan air baku yang masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada PDAM Tirta Kepri untuk dapat melakukan pengelolaan sumber daya air secara optimal pada setiap aspek pengelolaan sumber daya air, sehingga keberlangsungan sumber daya air akan tetap terjaga. Kata Kunci: Ketersediaan Air Baku, Daerah Resapan Air, Waduk, Pengelolaan Sumber Daya Air
4 ABSTRACT Water is a basic human need that must be fulfilled every day. This resulted supply of water should continue to be done although the availability of raw water is limited. Limited availability of raw water caused by reduced water catchment area due to land conversion, a reservoir environment that has not been optimally preserved, as well as reservoir as raw water reservoir that amount is not enough, whereas the raw water in Tanjungpinang City comes from rainfall, so it is necessary to do the construction of new reservoir. This research was conducted with the aim to know management of water resources by PDAM Tirta Kepri. This matter because PDAM Tirta Kepri as a company engaged in the management, provison, and distribution of water to the public, so it has responsibility for do managing water resources. This research was made using descriptive method with qualitative approach. The data obtained in this research comes from the observation of the situation in the field, interview with six informants from staff of PDAM Tirta Kepri, and through documents relating to this research. The steps in this research based on Miles and Huberman model s consists of data reduction. Data display, and conclusion drawing. The focus of this research on implementation of the conservation of water resources, utilization of water resources, control of water demaged power, management of water resources information system, and empowerment and the role of society in water resources management. The results obtained from this research are PDAM Tirta Kepri has been planting trees, water quality checking, and continuously strives to provide water to the society. However, PDAM Tirta Kepri not optimally manage water resources because PDAM Tirta Kepri has not a free right in implementing water resources management, this is because management of water resources in Tanjungpinang city charged to several parties, such as Department of Public work, Department of Forestry, and BWSS IV Batam. Conclusions can be drawn from this research from that PDAM Tirta Kepri not yet thoroughly managing water resources, not all problems in water resources management are well managed, can be seen from the lack of water catchment area, not yet realized the construction of raw water reservoir, and the availability of raw water is still limited. Therefore, researcher suggest to PDAM Tirta Kepri can optimally manage water resources in every aspect of water resources management, so that the sustainability of water resources will be maintained. Keywords: Availability of raw water, Water catchment area, Reservoir, Management of water resources
5 A. Pendahuluan Air merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang setiap saat harus selalu terpenuhi. Setiap harinya masyarakat membutuhkan air untuk dikonsumsi ataupun dipergunakan dalam melaksanakan aktifitasnya. Masyarakat memanfaatkan air untuk berbagai hal seperti: minum, memasak, mencuci dan lain sebagainya. Namun, krisis air menjadi salah satu masalah yang kerap terjadi di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah di Kota Tanjungpinang. Tanjungpinang merupakan Ibukota fungsi lahan, serta masalah peningkatan jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang setiap tahunnya yang mengakibatkan semakin bertambahnya permintaan akan air. Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Kota Tanjungpinang, air baku diperoleh dari Waduk Sei Pulai dan Waduk Sei Gesek. Kapasitas penampungan air di Waduk Sei Pulai dan Waduk Sei Gesek belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Tanjungpinang. Waduk Sei Gesek luasnya mencapai 20 Ha dengan kapasitas air maksimal yang bisa dari Provinsi Kepulauan Riau. Maka diproduksi adalah 100 liter/detik. Pemerintah Tanjungpinang harus giat berbenah diri, karena masih banyak masalah serta polemik yang terjadi di Tanjungpinang, salah satunya adalah masalah krisis air yang setiap tahunnya terjadi. Masalah air di Tanjungpinang sulit ditangani dikarenakan beberapa hal, seperti masalah rusaknya daerah resapan air, alih 1 Sedangkan Luas Waduk Sei Pulai secara keseluruhan mencapai 60 Ha, dengan kapasitas air yang bisa diproduksi maksimal 175 liter/detik (PDAM Tirta Kepri, 2017). Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
6 dalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat. Hal ini menjelaskan bawah hak masyarakat akan pemenuhan air bersih telah dijamin di dalam Undang- Undang Dasar 1945, Pemerintah sebagai penggerak roda Pemerintahan harus menjalankan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Apabila krisis air ini tidak dapat teratasi, nantinya akan muncul pihak-pihak yang dapat memonopoli harga air. Selain itu, belum tentu kualitas atas air yang diperjual belikan dapat terjamin mutunya, apabila kualitas air yang diperjual belikan tidak sesuai dengan standar mutu air bersih, maka nantinya masyarakat akan menjadi pihak yang sangat dirugikan. Di Tanjungpinang, pengelolaan sumber daya air dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kepri yang seterusnya disingkat dengan PDAM Tirta Kepri. Usaha Milik Daerah yang bergerak pada usaha pengelolaan dan penyedia air di Kota Tanjungpinang. Air yang diolah merupakan air yang berasal dari waduk-waduk yang ada. Berdasarkan pengamatan mendalam yang telah dilakukan, maka diperoleh gejala-gejala masalah yang menjadi landasan timbulnya masalah penelitian ini, antara lain : 1. Meningkatnya kebutuhan air bersih masyarakat Kota Tanjungpinang setiap tahunnya. 2. Berkurangnya daerah resapan air baku di sekitaran waduk yang mengakibatkan berkurangnya debit air. 3. Sering terjadinya keluhan dari masyarakat terkait kualitas air yang kurang layak untuk dikonsumsi. 4. Seringnya terjadi gangguan aliran air yang membuat masyarakat sulit untuk memperoleh air bersih. PDAM Tirta Kepri merupakan Badan 2
7 Berdasarkan pentingnya pengelolaan sumber daya air bagi keberlangsungan air dan sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta karena adanya gejalagejala masalah yang terlihat seperti yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait masalah tersebut dengan mengangkat judul, yaitu : ANALISIS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR OLEH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA KEPRI. B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2009:47), Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejalagejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif, penelitian hanya diarahkan untuk memberikan gejala, fakta, atau kejadian secara akurat tanpa 3 perlu merumuskan hipotesis dalam penelitiannya. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori dan Komariah, 2012:25). C. Landasan Teori 1. Pengelolaan Nugroho (2003:119) mengemukakan bahwa, Pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etimologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelolah (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Marry Parker Follet (Sule dan Saefullah, 2009:6) mendefinisikan bahwa,
8 Pengelolaan adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat, yaitu: (1) Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia maupun faktor-faktor produksi lainnya; (2) Proses yang bertahap mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan; dan (3) Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan. 2. Sumber Daya Air Menurut Purwanto dan Susanto (2015:1), Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang vital baik untuk kehidupan flora, fauna, dan dan daya air yang terkandung didalamnya. Menurut Kodoatie dan Sjahrief (2005:69), Komponen alami dari sumber daya air dapat disebutkan antara lain: sungai, muara, rawa, danau, daerah retensi, pantai, air tanah, mata air, dll. Masing-masing komponen terbentuk secara alami akibat dari sifat air yang mengalir dari hulu ke hilir dengan sistem gravitasi. Menurut GWP (Kodoatie dan Sjahrief, 2005: ), secara menyeluruh sumber daya air manusia di muka bumi maupun untuk tergantung dari banyak hal yang kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di berbagai sektor kehidupan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 1 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, Sumber daya air adalah air, sumber air, 4 memerlukan perpaduan baik dalam sistem alam maupun dalam sistem kehidupan. Perpaduan itu antara lain: 1. Perpaduan dalam sistem alam: antara pemakaian tanah dan air, antara permukaan air dan air tanah, antara jumlah dan kualitas air, antara hulu dan hilir, antara air tawar dan air asin, antara penyebab dan penerima dampak. 2. Perpaduan pengelolaan untuk pencapaian keseimbangan ideal
9 dalam sistem alam dan dalam sistem kehidupan (sistem manusia) langkah-langkah: pengutamaan air dalam sistem ekonomi, pengutamaan air dalam sistem sosial, pengutamaan air dalam sistem lingkungan, kepastian koordinasi antar sektor-sektor, kepastian adanya kerjasama antara pengelolaan sektor umum dan pribadi, pengikut sertaan semua stakeholders karena: water is every one s business! 3. Pengelolaan Sumber Daya Air Menurut Purwanto dan Susanto (2015), Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu proses yang mendorong keterpaduan antar pembangunan dan pengelolaan air, tanah, dan sumber daya lainnya, denga tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan tidak bisa dipungkiri bahwa jika ada keuntungan pasti ada kerugian. Aspekaspek dalam pengelolaan sumber daya air yang tidak boleh dilupakan, yaitu : a. Aspek utama yaitu konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. b. Aspek pendukung terdiri dari sistem informasi serta pemberdayaan dan peran masyarakat (Kodoatie dan Sjarief, 2010:380). Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat 3 tentang Dewan memperhatikan ekosistem. keberlanjutan Sumber Daya Air Nasional menjelaskan bahwa, Pengelolaan Pada umumnya pengelolaan sumber daya air adalah upaya sumber daya air hanya memandang merencanakan, melaksanakan, pada satu sisi saja yakni bagaimana mamanfaatkan dan mendapat memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber keuntungan dari adanya air. Namun 5
10 daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. a. Konservasi Sumber Daya Air Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 13 tentang Pedoman Penyusunan Berdasarkan Peraturan Rencana Pengelolaan Sumber Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 12 Daya Air menjelaskan bahwa, Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, tentang Pedoman Penyusunan penyediaan, penggunaan, Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air menjelaskan bahwa, Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. c. Pengendalian Sumber Daya Air keadaan, sifat, dan fungsi sumber Berdasarkan Peraturan daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. b. Pendayagunaan Sumber Daya Air Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 14 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air menjelaskan bahwa, Pengendalian daya rusak air Berdasarkan Peraturan adalah upaya untuk mencegah, Menteri Pekerjaan Umum 6 menanggulangi, dan memulihkan
11 kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. d. Sistem Informasi Sumber Daya Air Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan Menurut Kodoatie dan Sjarief (2010:398), mengatakan bahwa : Kegiatan pemberdayaan, antara lain: perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dengan melibatkan peran dikelola oleh berbagai institusi. masyarakat. Penyelenggaraan Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai pemberdayaan dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk kondisi hidrometeorologi, hidrologis, hidrogeologis, meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air. Pemberdayaan kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air (Kodoatie dan Sjarief, 2005:294). e. Pemberdayaan dan Peran Masyarakat 7 dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, instansiinstansi yang berkaitan dengan sumber daya air dan masyarakat. Semakin berkembangnya populasi penduduk akan juga berkembang jumlah maupun jenis pemanfaatan akan sumber daya air untuk mencukupi pola kehidupan yang akan makin maju mengikuti kemajuan peradaban. Ini akan membuat makin kompleksnya
12 persoalan yang menyangkut penyediaan sumber daya air, maka perlu dilakukan pengelolaan sumber daya air dengan alasan (Mulyanto, 2007:1), yaitu: 1. Terbatasnya ketersediaan air. Di beberapa daerah di bumi ini tidak tersedia sumber daya air (SDA) yang melimpah. 2. Dengan pergantian musim, akan juga berubah/bervariasi intensitas curah hujan yang menjadi sumber ketersediaan air. 3. Makin mengecilnya kemampuan alam untuk menyimpan kelebihan air pada saat pasokan alam melimpah pada musim hujan karena desakan ruang hidup yang akan memperkecil kapasitas simpan SDA. 4. Makin banyaknya jenis aktivitas hidup dan aktivitas ekonomi yang juga akan meningkatkan industri disegala bidang, akan makin banyak juga limbah yang akan diproduksi sebagai hasil samping atau byproduct kemajuan peradaban ini yang akan mencemari lingkungan hidup khususnya SDA. D. Hasil Penelitian 1. Konservasi Sumber Daya Air Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:287), Kegiatan konservasi sumber daya air mengacu pada pola 8 pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai dan menjadi acuan dalam perencanaan tata ruang meliputi: perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Dalam melakukan konservasi sumber daya air, PDAM Tirta Kepri telah berupaya menjaga kelestarian sumber air dengan melakukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, dalam hal ini Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, BWSS IV Batam, beserta masyarakat untuk melakukan konservasi sumber daya air. Kerja sama ini dilakukan karena pada dasarnya PDAM Tirta Kepri tidak memiliki hak dan wewenang yang leluasa dalam melakukan konservasi sumber daya air, dikarenakan pengelolaan sumber daya air di Kota Tanjungpinang dibebankan kepada
13 beberapa pihak. Sedangkan, upaya yang memang dilakukan sendiri oleh PDAM Tirta Kepri adalah selalu menjaga dan mengolah air sisa pengolahan sebelum dikembalikan ke alam, agar lingkungan pada sumber air selalu terjaga. PDAM Tirta Kepri telah melakukan pengawetan air dengan cara melakukan pengawasan melalui patroli langsung ke lapangan untuk mengatasi kebocoran air yang mengakibatkan melalui Seksi Laboratorium, sedangkan secara eksternal PDAM Tirta Kepri melakukan pengecekan kualitas air di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Batam yang dilakukan per 3 bulan sekali. 2. Pendayagunaan Sumber Daya Air Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:281), Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan terbuangnya air secara sia-sia serta penatagunaan, penyediaan, PDAM Tirta Kepri melakukan penindakan pemutusan aliran air kepada masyarakat Kota Tanjungpinang yang terbukti melakukan pencurian air. PDAM Tirta Kepri melakukan pengelolaan kualitas air dengan cara melakukan pengecekan kualitas air secara internal dan ekternal. Secara internal PDAM Tirta penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang dtetapkan pada setiap wilayah sungai. Ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil. Kepri melakukan pengecekan dan Dalam melaksanakan pengawasan kualitas air per 2 jam 9 pendayagunaan sumber daya air,
14 PDAM Tirta Kepri telah melakukan penyediaan air kepada masyarakat dengan cara tetap melakukan pendistribusian air kepada masyarakat di tengah kondisi minimnya ketersediaan air di sumber air. Pendistribusian ini tetap dilakukan dengan menggunakan sistem penjadwalan. Pengembangan sumber air menjadi tanggung jawab BWSS dan Dinas PU. PDAM Tirta Kepri tidak memiliki hak yang leluasa dalam melakukan pengembangan sumber air, sehingga upaya PDAM Tirta Kepri dalam pengembangan sumber air dengan melakukan pengajuan dan pengalokasian dana survei, kegiatan ini dilakukan untuk menemukan titik-titik aliran air yang berpotensi untuk dijadikan waduk serta PDAM Tirta Kepri menyampaikan masukan kepada Pemerintah terkait kebutuhan PDAM dalam penyediaan air Pengendalian Daya Rusak Air Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:292), Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Yang dimaksud dengan daya rusak air adalah daya air yang menimbulkan kerusakan dan/atau bencana, yang antara lain berupa: banjir; erosi dan sedimentasi; tanah longsor; banjir lahar dingin; tanah ambles; perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi, dan fisika air; terancam punahnya jenis tumbuhan dan/atau satwa; wabah penyakit; intrusi; dan perembesan. Pengendalian daya rusak air dilakukan oleh BWSS IV Batam, sehingga PDAM Tirta Kepri tidak memiliki tanggung jawab yang lebih pada pengendalian daya rusak air. PDAM Tirta Kepri hanya menyampaikan usulan kepada BWSS
15 IV Batam untuk membuat saluran endapan air sebagai upaya menghambat proses sedimentasi yang terjadi di waduk. 4. Sistem Informasi Sumber Daya Air Menurut Kodoatie dan Sjarief (2005:294), Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, melakukan pengukuran curah hujan, panas, dengan menggunakan alat hidrologi yang mereka punya. Hal ini dikarenakan Pengelolaan sistem informasi sumber daya air dilakukan oleh BWSS, untuk memperoleh informasi sumber daya air PDAM Tirta Kepri bekerjasama dengan pihak BWSS IV Batam. 5. Pemberdayaan dan Peran Masyarakat Menurut Kodoatie dan Sjarief hidrometeorologi, hidrogeologis, (2010:398), Kegiatan pemberdayaan, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial antara lain: perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat. ekonomi budaya masyarakat yang Penyelenggaraan pemberdayaan terkait dengan sumber daya air. PDAM Tirta Kepri belum melakukan pengelolaan sistem informasi sumber daya air secara optimal, PDAM Tirta Kepri hanya 11 dilaksanakan secara terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air. Pemberdayaan dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
16 instansi-instansi yang berkaitan dengan sumber daya air dan masyarakat. PDAM Tirta Kepri telah melibatkan masyarakat secara langsung dalam kegiatan penghijauan, pelestarian, dan penanaman pohon di daerah resapan air, serta memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya upaya menjaga kelestraian lingkungan, terutama lingkungan waduk dan daerah resapan air demi keberlangsungan sumber daya air. Selanjutnya PDAM juga melibatkan masyarakat untuk mengawasi kebocoran air yang terjadi dan melaporkan apabila terjadi kasus pencurian air. Namun, dalam kegiatan ini belum terlihat adanya usaha PDAM Tirta Kepri dalam melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. 6. Faktor Penghambat Pengelolaan Sumber Daya Air 12 Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kepri sebagai Perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan, pengelolaan, dan pendistribusian air kepada masyarakat telah berupaya untuk melakukan pengelolaan terhadap sumber daya air yang ada di Kota Tanjungpinang. Namun, faktanya dilapangan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air belum terlaksana secara baik, hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menghambat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air oleh PDAM Tirta Kepri, antara lain: a. Ketersediaan air baku b. Kepemilikan lahan c. Perizinan E. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada Bab IV mengenai Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air
17 oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kepri, maka dapat diambil kesimpulan diantaranya : a. Aspek Konservasi Sumber Daya Air. PDAM Tirta Kepri telah akan air bersih dengan cara melakukan pendistribusian air kepada masyarakat di tengah kondisi minimnya ketersediaan air di sumber air. Di dalam berupaya menjaga kelestarian pelaksanaan pengembangan sumber air dengan cara mengolah kembali air sisa pengolahan sebelum dikembalikan ke alam, agar lingkungan pada sumber air sumber air hal ini menjadi tanggung jawab BWSS IV Batam dan Dinas Pekerjaan Umum, PDAM Tirta Kepri belum selalu terjaga. Untuk menjaga sepenuhnya melakukan kualitas air yang dikelola, PDAM Tirta Kepri melakukan pengecekan kualitas air baik secara internal maupun secara ekternal. Di dalam melaksakana pengawetan air, PDAM Tirta Kepri berupaya dengan melakukan penghematan air dengan cara patroli langsung ke lapangan. b. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air. PDAM Tirta Kepri tetap memenuhi kebutuhan masyarakat 13 pengembangan sumber air, dikarenakan PDAM Tirta Kepri tidak memiliki hak yang leluasa dalam melakukan pengembangan sumber air. c. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa pengendalian daya rusak air menjadi tanggung jawab BWSS IV Batam. PDAM Tirta Kepri menyampaikan usulan kepada
18 BWSS IV Batam untuk membuat saluran endapan air sebagai upaya menghambat proses sedimentasi yang terjadi di waduk. d. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengelolaan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya upaya menjaga kelestraian lingkungan, terutama lingkungan waduk dan daerah resapan air demi keberlangsungan sumber daya air. Namun, dalam kegiatan ini belum terlihat upaya PDAM Tirta Kepri dalam sistem informasi sumber daya air melakukan pemberdayaan merupakan tugas dari BWSS IV Batam. Untuk memperoleh informasi sumber daya air PDAM Tirta Kepri bekerjasama dengan pihak BWSS IV Batam. e. Aspek Pemberdayaan dan Peran Masyarakat. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, bahwa PDAM Tirta Kepri telah melibatkan masyarakat secara langsung dalam kegiatan penghijauan, pelestarian, dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. f. Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air oleh PDAM Tirta Kepri, antara lain : 1) Ketersediaan Air Baku. Ketersediaan air baku membuat pengelolaan sumber daya air tidak dapat berjalan dengan baik, dengan jumlah air baku yang minim penanaman pohon di daerah sedangkan kebutuhan resapan air, serta memberikan 14 masyarakat akan air
19 meningkat, maka pemenuhan akan kebutuhan akan air tidak dapat dilakukan dengan maksimal, apabila hal ini terus dipaksakan tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah pasokan air baku di Kota Tanjungpinang tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan masyarakat. 2) Kepemilikan Lahan. Masalah lahan disekitar waduk dan daerah resapan air yang merupakan lahan milik warga menjadi faktor penghambat pengelolaan sumber daya air, PDAM Tirta Kepri melakukan pelestarian dan penghijauan warga maka kegiatan yang dilakukan belum mencapai hasil yang diinginkan. 3) Perizinan. Pihak PDAM tidak memiliki hak dan wewenang yang leluasa dalam melakukan pengelolaan sumber daya air, hal ini dikarenakan pengelolaan sumber daya air di Kota Tanjungpinang dibebankan kepada beberapa dinas, sehingga PDAM Tirta Kepri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan, pengelolaan, dan pendistribusian air kepada masyarakat tidak dapat bertindak lebih dalam dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang melaksanakan sumber daya air. pengelolaan dilakukan oleh dinas terkait, namun dikarenakan lahan tersebut merupakan milik Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan diatas,
20 maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : a. Aspek Konservasi Sumber Daya Air. Sebagai pihak yang menyediakan, mengelola, dan mendistribusikan air bersih, maka PDAM Tirta Kepri harus melakukan konservasi sumber daya air, melakukan pelestarian waduk dan daerah resapan air untuk meningkatkan jumlah air baku, melakukan pengecekan rutin terhadap kualitas air yang didistribusikan kepada masyarakat, dan segera mengatasi masalah kehilangan, agar air yang hilang nantinya dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. b. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air. Melihat semakin minimnya ketersediaan sumber daya air, maka PDAM Tirta Kepri harus melakukan pengembangan 16 terhadap sumber daya air, dengan melakukan kerja sama dengan pemerintah untuk terus mencari aliran air yang potensial dan membuat tempat penampungan air baku yang baru. c. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air. PDAM Tirta Kepri perlu melakukan pelatihan tentang pengelolaan daya rusak air, sehingga PDAM Tirta Kepri mempunyai kemampuan untuk mengatasi bencana yang terjadi di wilayah waduk akibat daya rusak air, seperti penanggulangan sedimentasi. d. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air. Sebagai pihak yang bergerak di bidang penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian air maka PDAM Tirta Kepri perlu melakukan pengelolaan sistem informasi sumber daya air, karena
21 sistem ini sangat bermanfaat. Di dalam sistem ini terdapat informasi terkait kondisi f. Untuk mengatasi faktor penghambat dalam pengelolaan sumber daya air, maka saran yang hidrologis, hidrometeorologi, peneliti berikan, antara lain: hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. e. Aspek Pemberdayaan dan Peran Masyarakat. Selain melibatkan peran masyarakat di dalam kegiatan pengelolaan sumber daya air, PDAM Tirta Kepri juga harus 1) Ketersediaan Air Baku. PDAM Tirta Kepri dan pihakpihak terkait seharusnya segera mencari lokasi baru untuk penampungan air baku, dikarenakan ketersediaan air baku di Kota Tanjungpinang mulai berkurang. 2) Kepemilikan Lahan. Perlu untuk melakukan pembebasan lahan yang berada di daerah resapan air, agar proses pengelolaan sumber daya air melaksanakan pemberdayaan tidak terhambat oleh masyarakat, agar masyarakat mampu secara langsung menjaga dan melestarikan lingkungan, agar sumber daya air tetap terjaga keberlangsungannya. 17 perubahan tata guna lahan oleh masyarakat. 3) Perizinan. Perlu diberikan wewenang yang lebih kepada PDAM Tirta Kepri agar
22 Daftar Pustaka mampu memberikan kontribusi dalam pengelolaan sumber daya air. Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2017 tentang Dewan Sumber Daya Air Nasional. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air. Mulyanto, H. R Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugroho Good Governance. Bandung: Mandar Maju. Purwanto, M. Yanuar J. dan Agus Susanto Pengelolaan Sumber Daya Air. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Satori, Djam an dan Aan Komariah Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Sule, Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Zuriah, Nurul Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3. 18
*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciPENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR. Cut Azizah Dosen Teknik Sipil Fakultas TekikUniversitas Almuslim ABSTRAK
PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR Cut Azizah Dosen Teknik Sipil Fakultas TekikUniversitas Almuslim ABSTRAK PENDAHULUAN Sumber daya air yang terdiri atas air, sumber air, dan daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinci~ 1 ~ BUPATI KATONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SUMBER DAYA AIR
~ 1 ~ SALINAN BUPATI KATONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN Menimbang : a. bahwa sumber
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 2 BAB II LANDASAN PENGELOLAAN AIR TANAH... 3 Bagian Kesatu Umum... 3 Bagian Kedua Kebijakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciRANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
Lebih terperinci11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir
Pengendalian Banjir 1. Fenomena Banjir 1 2 3 4 5 6 7 8 Model koordinasi yang ada belum dapat menjadi jembatan di antara kelembagaan batas wilayah administrasi (kab/kota) dengan batas wilayah sungai/das
Lebih terperinciOTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi
OTONOMI DAERAH Otda di Indonesia dimulai tahun 1999 yaitu dengan disyahkannya UU No.22 thn 1999 ttg Pemerintah Daerah yang kemudian disempurnakan dengan UU No.32 thn 2004. Terjadi proses desentralisasi
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4858 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 82) I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER
Lebih terperinciLD NO.5 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH Air tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh
Lebih terperinci~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014. TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
Lebih terperinciBUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU
SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated
IV. GAMBARAN UMUM A. Umum Dalam Pemenuhan kebutuhan sumber daya air yang terus meningkat diberbagai sektor di Provinsi Lampung diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air terpadu yang berbasis wilayah
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
1 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan
Lebih terperinciBUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang : a. bahwa air tanah merupakan
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang
Lebih terperinciTATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN
PEMANFAATAN SUMBER MATA AIR DALAM KAWASAN HUTAN Latar Belakang Air dan sumber daya air mempunyai nilai yang sangat strategis. Air mengalir ke segala arah tanpa mengenal batas wilayah administrasi, maka
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON
LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 8 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang : a.
Lebih terperinci1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG POLA INDUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa sumber daya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG Menimbang NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN TABALONG
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperincibahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;
LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. WALIKOTA SALATIGA, bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2012 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)
PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:
Lebih terperinciPEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
17 PEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR A. A. Sg. Dewi Rahardiani 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Air merupakan kebutuhan utama semua makhluk
Lebih terperinciPentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh : Purba Robert Sianipar Assisten Deputi Urusan Sumber daya Air Alih fungsi lahan adalah salah satu permasalahan umum di sumber daya air yang
Lebih terperinciWALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,
WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai peran yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33 TAHUN 2011 TANGGAL : 20 JUNI 2011 KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 3/2017 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut
Lebih terperinciBUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH
BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DI KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA AIR DI KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa Air merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang: a. bahwa kondisi
Lebih terperinciPENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR Oke, kali ini aku akan nge-jelasin tentang pengendalian daya rusak air, yang sumber asli dari UU No.7 th. 2004 tentang SUmber Daya Air. Semoga bermanfaat! tinggalkan komentar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
G U B E R N U R NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO
STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO Meny Sriwati Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Dharma Yadi Makassar ABSTRACT This study aimed (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak
Lebih terperinciPENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Kuliah 1 Jum at, 4 September 2009 (Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T) (Dadang Ruhiat,S.Si,MT) Istilah dan Definisi Istilah dan definisi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 2 2004 SERI. C PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program
Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang
Lebih terperinci1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2014 KEMENHUT. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Evaluasi. Monitoring. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61 /Menhut-II/2014 TENTANG MONITORING
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan untuk memelihara kelestarian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki
Lebih terperinciPERAN PENGEMBANG PERUMAHAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN KEMANG PRATAMA KOTA BEKASI TESIS
PERAN PENGEMBANG PERUMAHAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN KEMANG PRATAMA KOTA BEKASI ALAMAN JUDUL TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister Pembangunan
Lebih terperinciPERANAN LAHAN BASAH (WETLANDS) DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
1 Makalah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (KTMK 613) Program Pasca Sarjana / S2 - Program Studi Manjemen Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Dosen Pengampu
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan. ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah yang tetap.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan keberadaannya digunakan untuk seluruh mahluk hidup di muka bumi ini dengan ketersediaannya di alam semesta dalam jumlah
Lebih terperinciMAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n
MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO
PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)
Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,
BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa irigasi merupakan salah satu komponen yang mendukung
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciMetode Konservasi Sungai yang Tercemar Agung dan Shintia Rahmat
Metode Konservasi Sungai yang Tercemar Agung R(agungr@yahoo.com) dan Shintia Rahmat Abstrak Sungai yang mengalir didekat pembangunan Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung
Lebih terperinci