PEDOMAN PRAKTIKUM MATA KULIAH MATERIAL AUTOMOTIVE (CII222) JURUSAN MESIN OTOMOTIF POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PRAKTIKUM MATA KULIAH MATERIAL AUTOMOTIVE (CII222) JURUSAN MESIN OTOMOTIF POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 2017"

Transkripsi

1 MATA KULIAH MATERIAL AUTOMOTIVE (CII222) Oleh: KURNIA DWI ART., ST., MT NIK JURUSAN MESIN OTOMOTIF POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 2017 Disahkan Oleh: Dilarang keras memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Jurusan Mesin Otomotif Politeknik Negeri Tanah Laut Diperiksa Oleh:

2 Praktikum ke 1 2 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Mengukur dan memotong Gerinda 1. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum adalah a. Dapat mengukur dimensi material sesuai dengan ketelitian yang diinginkan. b. Dapat memotong material dengan baik dan benar. c. Dapat mengoperasikan gerinda tangan dengan baik dan benar, yaitu untuk proses memotong ataupun menghaluskan material. 2. Dasar Teori Mengukur Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yang baik merupakan kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat ukur, elemen mesin tidak dapat dibuat cukup akurat untuk menjadi mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit, komponen yang dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur merupakan alat penting dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai dengan kontrol kualitas di akhir produksi. 1. Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin. Jangka sorong ini berfungsi sebagai alat ukur operator mesin yang dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm, kecermatan 0,05 mm. Pada Gambar 1.1 merupakan gambar jangka sorong yang dapat mengukur panjang dengan rahangnya, kedalaman dengan ekornya, lebar celah dengan sensor bagian atas. Jangka sorong tersebut memiliki skala ukur (vernier scale) dengan cara pembacaan tertentu. Ada juga jangka sorong yang dilengkapi jam ukur, atau dilengkapi penunjuk ukuran digital. Pengkukuran menggunakan jangka sorong POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 2

3 dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan diukur. Gambar 1.1 Sensor jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur berbagai posisi Beberapa macam jangka sorong dengan skala penunjuk pembacaan dapat dilihat pada Gambar 1.2 Gambar 1.2 Jenis Jangka Sorong Membaca hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang ditunjukkan oleh jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk pembacaan digital, hasil pengukuran langsung dapat dibaca pada monitor digitalnya. Jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara pembacaan ukurannya secara singkat adalah sebagai berikut : Baca angka mm pada skala utama (pada Gambar 1.3 : 2mm) Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis sejajar antara skala utama dengan skala nonius (pada Gambar 1.3 : 0,35) POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 3

4 Sehingga ukuran yang dimaksud 2,35. Gambar 1.3 Pembacaan Skala 2. Mikrometer Hasil pengukuran dengan mengunakan mikrometer (Gambar 1.4) biasanya lebih presisi dari pada menggunakan jangka sorong. Akan tetapi jangkauan ukuran mikrometer lebih kecil, yaitu hanya sekitar 25 mm. Gambar 1.4 MIkrometer luar dan dalam Mikrometer memiliki kecermatan sampai dengan 0,001. Jangkauan ukur mikrometer adalah 0 25 mm, mm, mm, dan seterusnya dengan selang 25 mm. Cara membaca skala mikrometer secara singkat adalah sebagai berikut : Baca angka skala pada skala utama/barrel scale (pada Gambar 1.5 adalah 8,5 ) Baca angka skala pada Thimble ( menunjuk 0,19) Jumlahkan ukuran yang diperoleh (pada Gambar 1.5 adalah 8,69) Gambar 1.5 Pembacaan Skala POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 4

5 Memotong PEDOMAN PRAKTIKUM Gergaji adalah sejenis alat yang digunakan untuk memotong sesuatu. Mata gergaji berbentuk gerigi, dan bentuk gigi gergaji tergantung pada bahan yang dipotong, misalnya kayu atau logam. Ada banyak jenis gergaji. Antaranya merupakan peralatan tangan yang bekerja dengan kekuatan otot ataupun dengan menggunakan bantuan mesin. Gergaji biasanya menimbulkan suara bising. Menggunakan gergaji untuk memotong bahan agak berbahaya karena tepinya yang tajam diperlukan ketrampilan dan prosedur yang tepat dalam penggunaanya. 3. Alat Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Mistar b. Gergaji c. Gerinda potong d. Gerinda penghalus e. Jangka sorong f. Penggaris siku g. Penanda baja h. Ragum 4. Bahan Baja Ringan (Galvalum) 20 x 30 mm 5. Keselamatan Kerja Perlu diperhatikan penggunaan APD di area workshop adalah sebagai berikut: Sarung tangan Kaca mata pelindung Sepatu safety Helm POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 5

6 PDH Masker 6. Gambar Kerja Dimensi benda kerja PxLxT adalah 380 x 350 x 350 mm 7. Langkah Kerja Berisi Berikut ini merupakan cara mengoperasikan sebuah mesin gerinda, yaitu sebagai berikut: Posisi benda kerja bebas, tergantung tingkat kesulitan pengerjaan. Pasang kabel penghubung ke stop kontak dan pastikan kabel kondisi normal, aman, tidak melilit dan tidak ketarik. Hidupkan mesin dengan memindahkan saklar ke posisi ON. Arahkan mesin secara perlahan lahan dari berbagai posisi (pertimbangkantingkat kesulitan) secara teratur dan aman, sampai benda kerja terlihat ratadan halus. Biasanya pengerjaan ini setelah proses pengelasan selesai. Untuk mematikan mesin, pindahkan saklar ke posisi OFF. Sisa material keluar berupa tatal panas dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit 8. Pertanyaan 1. Bagaimana cara yang benar dalam proses pemotongan dengan gerinda? 2. Bagaimana posisi yang dianjurkan dalam proses memotong BK? 3. Berapa toleransi yang diberikan supaya material yang dipotong tidak low size? Atau bahkan over size? 4. Bagaimana cara membaca skala jangka sorong? 5. Bagaimana cara pengukuran sudut siku? 9. Daftar Pustaka Rahdiyanta D Materi Kuliah Proses Pemesinan, Buku 1. FT.UNY, Yogyakarta POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 6

7 Praktikum ke 3 4 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Membuat lubang Gurdi (Drill) rangka plat 1. Tujuan Adapun tujuan dilaksanakan praktikum adalah sebagai berikut: a. Dapat membuat penitik dengan baik sesuai pengukuran jarak antar lubang yang direncanakan. b. Dapat mengoperasikan mesin gurdi tangan maupun gurdi duduk dengan baik dan benar. c. Dapat membuat lubang dengan baik, yaitu dimensi diameter, titik tengah, lubang tembus atau tidak tembus. d. Dapat mengganti tools pada mesin gurdi. e. Dapat merencanakan waktu dan kecepatan potong proses gurdi. 2. Dasar Teori Gurdi adalah sebuah pahat pemotong yang ujungnya berputar dan memiliki satu atau beberapa sisi potong dan galur yang berhubungan continue disepanjang badan gurdi. Galur ini, yang dapat lurus atau heliks, disediakan untuk memungkinkannya lewatnya serpihan atau fluida pemotong. Mesin yang digunakan untuk melakukan proses gurdi adalah mesin gurdi/drilling Machine. Proses pembuatan lubang bisa dilakukan untuk satu pahat saja atau dengan banyak pahat Mesin penggurdi portable Mesin penggurdi peka Pasangan bangku Pasangan lantai Mesin penggurdi vertical Tugas ringan Tugas berat Penggurdi gang (kelompok) Mesin penggurdi radial Mesin penggurdi turret POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 7

8 Mesin penggurdi spindle jamak Unit tunggal Jenis perpindahan Mesin penggurdi produksi Meja pengarah Jenis perpindahan Mesin penggurdi lubang dalam Mesin Penggurdi Portable dan Peka Penggurdi Portable (Gambar 2.1a) adalah mesin penggurdi kecil padat yang terutama digunakan untuk operasi penggurdian yang tidak dapat dilakukan dengan mudah pada kempa gurdi biasa. Mesin penggurdi peka adalah mesin kecil berkecepatan tinggi dari konstruksi sederhana yang mirip dengan kempa gurdi tegak biasa (Gambar 2.1b) Gambar 2.1 Penggurdi a) Portabel b) Peka Ragum Ragum untuk mesin gurdi digunakan untuk mencekam benda kerja pada saat akan di bor. Klem set Klem set digunakan untuk mencekam benda kerja yang tidak mungkin dicekam dengan ragum. Landasan (blok paralel) Digunakan sebagai landasan pada pengeboran lubang tembus, untuk mencegah ragum atau meja mesin turut terbor. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 8

9 Pencekam mata bor Digunakan untuk menceam mata bor yang berbentuk silindris. Pencekam mata bor ada dua macam, yaitu pencekam dua rahang dan pencekam tiga rahang. Sarung Pengurang (drill socket, drill sleeve) Sarung pengurang digunakan untuk mencekam mata bor yang bertangkai konis. Pasak pembuka Digunakan untuk melepas sarung pengurang dari spindel bor atau melepas mata bor dari sarung pengurang. Boring head Digunakan untuk memperbesar lubang baik yang tembus maupun yang tidak tembus. Mata bor Mata bor merupakan alat potong pada mesin gurdi, yang terdiri dari bor spiral, untuk membuat lubang yang sama dengan diameter mata bor, bor pemotong lurus, untuk material lunak (perunggu, kuningan, tembaga, plastik) bor untuk lubang yang dalam (Deep hole drill) bor skop (spade drill), untuk material keras tapi rapuh (getas), dan bor stelite, digunakan untuk membuat lubang pada material yang telah dikeraskan. Mata bornya mempunyai bentuk segitiga dan terbuat dari baja campuran yang tahan panas. Gambar 2.2 Geometri mata bor (twist drill) Parameter proses gurdi pada dasarnya sama dengan parameter proses pemesinan yang lain, akan tetapi dalam proses gurdi selain kecepatan potong, gerak makan, dan kedalaman potong perlu dipertimbangkan pula gaya aksial, dan momen puntir yang diperlukan pada proses gurdi, seperti pada Gambar 2.2. terdapat sudut sudut ujung dan helik yang merupakan gaya pemotongan. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 9

10 Adapun rumusan yang dipakai dalam perhitungan mesin gurdi adalah sebagai berikut: 3. Alat Peralatan yang dipakai adalah: Bor tangan / peka Mata bor 3 mm dan 5 mm Ragum Penggaris Jangka sorong Baja Penitik Palu 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum adalah: Baja Ringan (Galvalum) 20 x 30 mm Seng aluminium 2 mm 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai adalah: o o o o o o o Sarung tangan Sepatu safety Kaca mata pelindung PDH Helm Masker Petunjuk kerja POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 10

11 6. Gambar Kerja PEDOMAN PRAKTIKUM Membuat lubang sebanyak 5 lubang dengan pembagian merata sepanjang material yang sudah terpotong. 7. Langkah Kerja Prosedur praktikum adalah: a. Menyiapkan benda kerja yang sudah dipotong sesuai panjangnya. b. Mengukur dan membagi jarak lubang yang sesuai c. Menitik pusat lubang d. Memasang mata bor 3 mm dan 5 mm secara bergantian e. Mengebor tanda penitik dengan mata bor 3mm dan 5 mm dengan beralaskan kayu atau material lunak atau balok penyangga. f. Mengatur posisi yang sesuai dan memegang benda kerja (clamping). g. Berhati hati jangan sampai meleset/bergeser titik pusat lubang. h. Lakukan dengan pelan pelan dengan menekan bor, dan menahannya jangan sampai tembus ke belakang. 8. Pertanyaan Adapun pertanyaan yang harus dijawab adalah: 1. Apa perbedaan bor (boring) dengan gurdi (drilling)? 2. Apa yang dilakukan sebelum pengeboran, agar titik pusat lubang tidak bergeser? 3. Sebutkan macam macam mata bor dan kegunaanya? 4. Hitung kecepatan potong dan waktu pengeboran? 5. Bagaimana cara menajamkan/mengasah mata bor? 9. Daftar Pustaka Paryanto.. Proses Gurdi. FT.Mesin UNY Smith, Graham T., Cutting Tool Technology. Springer. Spain POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 11

12 Praktikum ke 5 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Membengkokkan (Bending) Material 1. Tujuan Tujuan dari suatu praktikum adalah: a. Dapat membengkokkan material dengan berbagai dimensi: balok, pipa, dan plat; b. Dapat melakukan berbagai teknik pembengkokan; c. Dapat melakukan penggoresan/tanda dalam pembengkokan metrial; d. Mengetahui proses pembengkokan dengan baik dan benar; e. Mempelajari tentang alat pembengkok/lipat; f. Mempelajari metode pembengkok/lipat. 2. Dasar Teori Pemukulan pelat di atas landasan dengan berbagai jenis palu mempunyai teknik teknik tersendiri. Teknik pemukulan ini biasanya sangat sulit dilakukan dengan pekerja yang tidak terbiasa dengan kerja pembentukan ini. Teknik pemukulan ini dapat dipelajari dari kebiasaan atau pengalaman yang dilakukan secara terus menerus. Pemukulan dengan palu untuk proses pembentukan ini harus dilakukan dengan teknik dan prosedur yang benar. Apabila proses pemukulan ini tidak dilakukan mengikuti teknik dan prosedur yang benar maka akan menghasilkan pemukulan yang menyebabkan pelat menjadi rusak atau cacat. Teknik memegang palu harus dilakukan secara benar yakni memegang palu harus berada di ujung tangkai palu. Jika dipengang berada diujung tangkai palu maka akan menghasilkan gaya pemukulan yang maksimal. Momen impak yang dihasilkan palu sebanding dengan masa palu dikali dengan jarak pemegang. Artinya semakin jauh jarak pemegang dengan kepala palu maka akan menghasilkan impak yang lebih besar. Teknik teknik pemukulan ini dapat dikategorikan sebagai berikut: Pemukulan Peregangan Pemukulan regang pada dasarnya adalah pemukulan yang dilakukan untuk meregang pelat menjadi lebih besar. Pelat hasil pemukulan regang ini menghasilkan bentuk pelat menjadi lebih panjang kearah bagian yang mengalami pemukulan. Teknik pemukulan regang ini menggunakan palu kepala pipih di atas landasan rata. Pada saat proses pemukulan pelat akan mengalami menurunan ketebalan akibat dari proses pemukulan regang. Pemukulan Pengkerutan Proses pemukulan kerut menghasilkan pelat menjadi terkompres. Pemukulan ini merupakan kebalikan dari proses pemukulan regang. Dimensi ketebalan pelatnyapun menjadi bertambah. Terjadinya proses pemukulan kerut ini dilakukan di atas landasan lengkung dengan palu kepala bulat. Pemukulan kerut ini digunakan untuk proses pembentukan pelat menjadi bentuk mangkuk. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 12

13 Pemukulan Perataan Pemukulan datar merupakan proses pemukulan yang berfungsi untuk mendatar bagain pelat yang mengalami peleng kungan. Pemukulan datar ini juga dapat diterapkan untuk proses pemukulan pembentukan di atas landasan. Seperti untuk mem bengkok pelat di atas landasan persegi. Teknik pemukulan ini juga dilakukan untuk meratakan hasil pemukulan regang. Pada saat proses pemukulan regang pelat mengalami cekungan dan tidak merata. Pemukulan datar ini sangat banyak digunakan untuk semua proses pembentukan pelat. Pemukulan Keseimbangan Pemukulan keseimbangan berguna untuk menyeimbangkan kondisi pelat yang mengalami penyimpangan akibat proses pengerolan. Hasil proses pengerolan pelat biasanya masih belum mengalami bentuk bulat sempurna, maka dengan teknik pemukulan keseimbangan ini akan dapat menghasilkan bulatan silinder menjadi lebih baik. Proses pemukulan ini dilakukan dengan memukul bagian pelat yang melonjong pemukulan pelat ini akan menekan pelat yang melonjong dan menjadi lebih datar sampai mendekati keseimbangan dari kebulatan silinder yang diinginkan. Pemukulan Pembentukan Pemukulan membentuk merupakan penggabungan dari beberapa teknik pemukulan yang ada. Proses pemukulan membentuk ini berguna untuk melakukan pembentukan di atas landasan. Pelat diletakan di atas landasan dan dipegang oleh salah satu tangan dan tangan yang satunya melakukan pe mukulan pembentukan sesuai dengan bentuk pelat yang inginkan. Apabila seseorang sudah dapat mensinergikan antara apa yang ada dalam pikirannya di salurkan melalui tangan dan palu maka akan menghasilkan bentuk pelat yang seperti apa yang diinginkan dalam pikiran tersebut. Proses Tekuk/Lipat Secara mekanika proses penekukan ini terdiri dari dua komponen gaya yakni: tarik dan tekan (lihat gambar). Pada gambar memperlihatkan pelat yang mengalami proses pembengkokan ini terjadi peregangan, netral, dan pengkerutan. Daerah peregangan terlihat pada sisi luar pembengkokan, dimana daerah ini terjadi deformasi plastis atau perobahan bentuk. Peregangan ini menyebabkan pelat mengalami pertambahan panjang. Daerah netral merupakan daerah yang tidak mengalami perobahan. Artinya pada daerah netral ini pelat tidak mengalami pertambahan panjang atau perpendekkan. Daerah sisi bagian dalam pembengkokan merupakan daerah yang mengalami penekanan, dimana daerah ini mengalami pengkerutan dan penambahan ketebalan, hal ini disebabkan karena daerah ini mengalami perobahan panjang yakni perpendekan atau menjadi pendek akibat gaya tekan yang dialami oleh pelat. Proses ini dilakukan dengan menjepit pelat diantara landasan dan sepatu penjepit selanjutnya bilah penekuk diputar ke arah atas menekan bagian pelat yang akan mengalami penekukan POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 13

14 Gambar 2.1 Metode pembengkokan Gambar 2.1 Dies bending Jenis jenis mesin lipat: Mesin Lipat Universal Sistem penekukan secara manual dapat dilakukan dengan sepatu tekan disepanjang pelat yang ditekan. Proses ini dapat dikerjakan dengan membuat tanda pada daerah pelat yang akan dibengkok. Selanjutnya pelat dijepit diantara landasan dan sepatu tekan. Garis tanda yang dibentuk harus sejajar dengan sepatu penekan atas. Selanjutnya Pembengkok diputar ke atas sampai membengkok pelat yang dijepit. Besarnya sudut pembengkokan dapat diatur sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki. Mesin Lipat Independent Pelipatan pelat independent ini menggunakan sepatu yang terpisah pisah. Sepatu penjepit ini dapat dengan bebas diatur sesuai dengan kondisi pelat yang akan dibentuk. Sepatu penjepit ini dapat dilepas atau diatur sesuai panjang pelat yang akan dilipat. Mesin Tekuk Hidrolik Mesin tekuk hidrolik merupakan sistem penekukan yang sangat berkembang di industri. Mesin mesin Bending sistem hidrolik ini POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 14

15 mempunyai kapasitas yang relatif besar dan umumnya dengan sistem pembentukan pelat yang panjang sampai mencapai panjang 2500 mm sampai 3000 mm. Mesin tekuk hidrolik ini memiliki dies sebagai landasan dan dies pada posisi bagian bawah tetap dan punch penekan ber gerak naik dan turun. Gerakan punch ini dapat dikontrol lang kahnya dengan sistem hidrolik. 3. Alat a. Gunting b. Tang c. Ragum d. Besi siku e. Palu f. Penjepit g. Kayu h. Gergaji i. Gerinda potong 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum, seperti plat aluminium dan balok baja ringan 2x3. 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium, seperti helm, sepatu safety, sarung tangan, masker dan baju PDH/kerja lab. 6. Gambar Kerja Gambar langkah kerja setiap bagian yang akan ditekuk 90 derajat. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 15

16 Gambar 6.1 Langkah proses penekukan material 7. Langkah Kerja Hal hal yang harus diperhatikan dalam proses pembengkokan pelat. Hasil pembengkokan pelat yang baik dapat dihasilkan dengan mempertimbangkan hal hal sebagai berikut: a. Sebelum melakukan proses pembengkokan pelat Mesin pembengkok harus diperiksa terlebih dahulu terutama dies, atau sepatu pembentuk, sudut pembengkokan yang diinginkan. b. Tadailah sisi bagian tepi pelat yang akan dibengkokkan. c. Posisi tanda pembengkokan ini harus sejajar dengan dien pembengkok. d. Penjepitan pelat harus kuat. e. Atur sudut pembengkokan sesuai dengan sudut pembengkokan yang dikehendaki. f. Sesuaikan dies landasan dengan bentuk pembengkokan yang diinginkan. g. Mulailah proses pembengkokan dengan memperhatikan sisisisi yang akan dibengkokan, hal ini untuk menjaga agar lebih dahulu mengerjakan posisi pelat yang mudah. h. Jika ingin melakukan pembengkokan dengan jumlah yang banyak buatlah jig atau alat bantu untuk memudahkan proses pembengkokan. Jig ini bertujuan untuk memudahkan pekerjaan sehingga menghasilkan bentuk pembengkokan yang sama Teknik dan prosedur pembengkokan yang benar akan menghasilkan pembengkokan yang lurus, rapi dan merata. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pembengkokan ini diantaranya. Menghitung panjang bentangan akibat proses pembengkokan, hal ini bertujuan agar hasil radius pembengkokan tepat sesuai POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 16

17 dengan ukuran yang dikehendaki. Membuat tanda pada sisi bagian pelat yang akan dibengkokan. Tanda ini dapat dilakukan dengan penggores yakni dengan menentukan ukuran sisi yang akan dibengkokan. Menentukan langkah yang tepat pada saat akan dilakukannya pembengkokannya. Langkah ini ditentukan berdasarkan urutan pekerjaan pembengkokan sehingga saat proses berlangsung tidak ada pembengkokan lainnya terganggu dengan proses pembengkokan dari sisi lainnya. Pada saat meletakkan pelat diatas landasan atau diantara landasan dan penjepit harus sejajar kelurusannya. Kelurusan bagian sisi pelat yang akan dibengkokan dengan tanda yang sudah digores terhadap dies penekan. Penjepitan pelat di sepatu mesin bending harus ditahan dengan baik agar pelat tidak mengalami perobahan posisi kelurusannya. Jika terjadi pergeseran maka hasil pembengkokan menjadi miring atau menyimpang. Sudut hasil pembengkokan harus dilebihkan dari sudut yang diinginkan. Kelebihan ini untuk mengantisipasi pengaruh elestisitas bahan pelat yang mengalami pembengkokan. Besarnya kelebihan sudut penekan ini berdasrkan pengalaman sangat ditentukan oleh jenis bahan, tebal, dan panjang pelat yang akan dibengkokan. Offset atau penyimpangan ini secara mekanika besarnya 0,02 %. 8. Pertanyaan 1. Bagaimana cara membengkokkan material? 2. Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembengkokan? 3. Bagaimana tahap tahap pembengkokan? 4. Kenapa penyimpangan mekanik 0.02%? jelaskan dengan diagram tegangan regangan!! 5. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis mesin bending? 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. a. Paryanto.. Proses Gurdi. FT.Mesin UNY b. Smith, Graham T., Cutting Tool Technology. Springer. Spain c. Ambiyar Teknik Pembentukan Pelat. Jakarta: Direktorat PSMK. d. Van Bergeyk, K dan A. J. Liedekerken Teknologi Proses. Jilid II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 17

18 Praktikum ke 6 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Menyusun bagian rangka 1. Tujuan Tujuan dari praktikum adalah: a. Mampu membentuk rangka secara presisi; b. Mampu mengurutkan proses, dari material awal (raw material) menjadi barang jadi (BK); c. Mampu membentuk sudut siku, kelurusan dan ketepatan lubang sambungan keeling; d. Mampu merencanakan bagian bagian yang penting untuk dikerjakan; 2. Dasar Teori Berisi tentang kajian yang berkaitan dengan kegiatan praktikum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum atau sebagai pengetahuan dasar berisi pengertian, jenis, spesifikasi dari alat dan bahan, cara kerja alat, manfaat dan kegunaan serta pengetahuan yang berkaitan langsung dengan tema praktikum. 3. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum adalah: a. Palu lunak b. Tembak rivet c. Gergaji d. Tang e. Siku f. Mistar g. Chuck h. Bor i. Penitik/paku j. Penanda/spidol 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum, adalah paku rivet, material plat aluminium, material baja ringan 2x3, dan material kayu 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 18

19 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar sebagai berikut: 7. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. Pembuatan balok dengan ukuran PLT: 38 cm; 35 cm; 40 cm. Dengan tiap strip dudukan Loyang 3x. 8. Pertanyaan 1. Bagaimana supaya rangka tidak goyang/lentur? 2. Apa yang perlu diperhatikan sebelum penyambungan tiap bagian? 3. Apa pengaruhnya dari kesalahan pengeboran/ riveting? 4. Kesulitan apa yang dialami saat penyambungan/mal? 5. Bagaimana penyambungan rangka yang baik? 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. a. Ambiyar Teknik Pembentukan Pelat. Jakarta: Direktorat PSMK. b. Van Bergeyk, K dan A. J. Liedekerken Teknologi Proses. Jilid II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 19

20 Praktikum ke 7 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Sambungan paku keling (rivet) 1. Tujuan Tujuan dari praktikum adalah: a. Dapat menggunakan tembak rivet dengan baik dan benar; b. Dapat melakukan pemasangan paku rivet dengan benar; c. Mengetahui posisi pemasangan sambungan yang baik; d. Dapat melakukan pengeboran dan reamer, sebelum pemasangan sambungan; e. Dapat mengetahui jenis jenis sambungan paku rivet; 2. Dasar Teori Sambungan Keling Biasa (Rivet) Riveting adalah suatu dari metoda penyambungan yang sederhana. Penggunaan metoda penyambungan dengan riveting ini sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat pelat alumnium, sebab plat plat aluminium ini sangat sulit disolder atau dilas. Dari metoda metoda lain yang digunakan untuk proses penyambungan aluminiu metoda riveting inilah yang sangat sesuai digunakan, dan mempunyai proses pengerjaan yang mudah dilakukan. Gambar 2.1 Jenis Paku Keling POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 20

21 Seperti pada Gambar 2.1, Rivet atau dalam istilah sehari hari sering disebut paku keling adalah suatu metal pin yang mempunyai kepala dan tangkai rivet. Bentuk dan ukuran dari rivet ini telah dinormalisasikan menurut standar dan kodenya. Pengembangan penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk pelat pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai kekhususan dalam penggunaannya. Seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Ukuran paku Rivet Paku Tembak (Blind Rivet Spesial) Rivet spesial adalah rivet yang pemasangan kepala bawahnya tidak memungkinkan menggunakan bucking bar. Penggunaan rivet jenis ini dikarnakan terlalu sulit kondisi tempat pemasangan bucking bar pada sisi shop headnya, sehingga sewaktu pembentukan kepala shopnya tidak dapat menggunakan bucking bar. Dari kenyataannya inilah diperlukan rivet spesial yang pemasangan hanya dilakukan pada salah satu sisi saja. Kekuatan rivet spesial ini tidak sepenuhnya diperlukan dan rivet tipe ini lebih ringan beratnya dari rivet rivet yang lain. Rivet spesial diproduksi oleh pabrik dengan karakteristik tersendiri. Demikian pula untuk pemasangan dan pembongkarannya memerlukan perlatan yang khusus atau spesial. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 21

22 Gambar 2.2 Bentuk paku rivet blind Komposisi rivet spesial ini mengandung 99,45 % aluminium murni, sehingga kekuatannya tidak menjadi faktor utama. Dimensi rivet spesial ini dapat dilihat pada Tabel 2.2 menurut standar diamond brand. Tabel 2.2 Diameter paku rivet Teknik dan prosedur riveting Teknik dan prosedur pemasangan rivet pada konstruksi sambungan meliputi langkah langkah sebagai berikut : Membuat gambar layout pada pelat yang akan di bor dengan menandai setiap lobang pengeboran menggunakan centerpunch. Mata bor yang digunakan harus tajam sesuai dengan ketentuan sudut mata bor untuk setiap jenis bahan yang akan dibor. Pengeboran komponen komponen yang dirakit harus dibor dengan posisi tegak lurus terhadap komponen yang akan dirivet. Komponen yang dibor sebaiknya dijepit, untuk menghindari terjadinya pergeseran komponen selama pengeboran. Pengeboran awal dilakukan sebelum pengeboran menurut diameter rivet yang sebenarnya. Pre hole (lobang awal) yang dikerjakan ukurannya lebih kecil daripada diameter rivet Teknik pemasangan rivet POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 22

23 Pemasangan rivet countersink Pemasangan rivet tipe countersink ini dapat dilakukan dengan machine countersink atau dimpling. Pengerjaan dengan mesin countersink umumnya digunakan untuk pelatpelat yang tebal. Dan pengerjaan dimpling digunakan pada pelat pelat yang relatif tipis. Pemasangan rivet dengan mesin countersink. Pembentukan sisi pelat yang akan disambung pada rivet countersink ini dapat digunakan alat pilot countersink atau dengan contersink drill bit. Kedua alat ini dapat dipasang pada mesin bor atau pada bor tangan. Penggunaan alat countersink ini dilakukan setelah pelat yang akan disambung dideburring terlebih dahulu. Gambar 2.3 Gun blint rivet Gambar 2.3 Pemasangan paku tembak 3. Alat Alat yang digunakan adalah: a. Bor tangan b. Mistar c. Jangka sorong d. Tembak rivet e. Gerinda potong Gambar 2.3 Proses Pemasangan paku tembak POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 23

24 f. Gunting baja g. Kayu h. Chuck/ragum i. Palu karet/lunak 4. Bahan Bahan yang digunakan adalah: a. Baja ringan 2x3 b. Plat aluminium c. Paku rivet 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium, adalah: a. Kaca mata b. Baju PDH c. Sarung tangan d. Helm e. Sepatu safety 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar/diagram/skema proses secara keseluruhan sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum berdasarkan urutan yang benar. 7. Langkah Kerja Adapun langkah kerja adalah sebagai berikut: 1. Langkah awal pemasangan rivet ini adalah dengan mengebor terlebih dahulu kedua pelat yang akan disambung; atau 2. Secara satu persatu metrial dilubangi dengan bor 3,2 mm dan 5,2 mm, untuk masing masing kepala rivet 3, 3.5, 4 dan 5mm. 3. Lobang dan penggunaan mata bor disesuaikan dengan diameter rivet yang akan digunakan. 4. Bersihkan serpihan bekas pengeboran pada pelat. 5. Masukan rivet diantara kedua pelat. 6. Tarik rivet secara tegak lurus dengan memasukan inti rivet pada penarik yang ada di tembak rivet. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 24

25 7. Penarikan dilakukan dengan menekan tangkai tembak (gun) secara berulangulang sampai inti rivet putus. 8. Apabila terjadi kesalahan, maka sambungan paku rivet dibuka kembali 9. Dan dilakukan pengukuran kesikuan terhadap rangka yang disambungkan. 10. Untuk tiap sambungan menggunakan 2 paku rivet yang saling crosslide, jangan sejajar. Hal ini untuk penguatan dalam geseran atau pembebanan. 8. Pertanyaan 1. Bagaimana cara menggunakan tembak rivet? 2. Bagaimana cara pemasangan paku rivet? 3. Hal apa saja yang perlu diperhatikan sebelum memasang paku rivet? 4. Bagaimana posisi pemasangan paku rivet? 5. Sebutkan jenis jenis sambungan? 6. Bagaimana pengukuran siku dan panjang, agar memiliki ukuran yang sama? 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum adalah: a. Ambiyar Teknik Pembentukan Pelat. Jakarta: Direktorat PSMK. b. Van Bergeyk, K dan A. J. Liedekerken Teknologi Proses. Jilid II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 25

26 Praktikum ke 8 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Memasang kaca mika 1. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini, diharapkan mahasiswa: a. Dapat memasang kaca dengan baik dan benar; b. Dapat memberikan toleransi terhadapa pemuaian kaca pada logam saat dipanaskan; c. Mampu melakukan riveting pada penyanggah kaca; d. Mampu memasang press kaca dan memotong kaca dengan baik; e. Mengetahui karakteristik kaca f. Mengetahui jenis jenis kaca beserta kegunaannya. 2. Dasar Teori Kaca Berasal dari bahan yang bersifat cair namun memiliki kepadatan tinggi, dan struktur amorf. Atom atom didalamnya tidak membentuk suatu jalinan yang beraturan, seperti kristal, atau biasa disebut gelas. Kaca kebanyakan dibuat dari silika (SiO 2), campuran batu pasir dengan fluks yang menghasilkan kekentalan dan tilik leleh yang tidak terlalu tinggi, untuk kemudian dicampur lagi dengan bahan stabilisator supaya kuat Gambar 2.1 Kaca Jenis kaca a. Kaca bening (float glass), Kaca bening sering disebut juga dengan kaca polos, karena tidak berwarna, rata, dan bebas distorsi. Karenanya, kaca ini bisa menghasilkan bayangan sempurna sampai lebih dari 90%. Kaca jenis ini tidak dianjurkan untuk eksterior bangunan bertingkat karena rendahnya kemampuan POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 26

27 menahan panas dan sinar matahari. Ketebalan kaca bening terdiri atas 3 mm, 5 mm, 6 mm, dan 8 mm, 10 mm. Ketebalan ini dipilih sesuai dengan ukuran yang akan dibuat. Semakin besar ukurannya, maka sebaiknya menggunakan kaca yang tebal. b. Kaca warna (tinted glass) Kaca ini sering disebut dengan kaca rayban. Untuk memberikan warna, kaca polos dilapisi dengan lembaran warna yang terbuat dari campuran logam. Kaca rayban mampu menahan panas dan sinar matahari sampai 55%, sehingga mengurangi beban pendingin ruangan dan menjaga privasi penghuninya. Untuk menambah tingkat kegelapannya, kaca rayban bisa dilapisi sampai beberapa kali. Kaca rayban tidak hanya berwarna hitam, tetapi juga warna biru gelap, biru kehijauan, abu abu gelap, tembaga, dan hijau gelap. c. Kaca es adalah jenis kaca yang salah satu sisinya bertekstur. Tekstur ini dihasilkan saat adonan kaca mulai dicetak dengan roll yang memiliki pola tertentu. Kaca jenis ini memiliki efek dekoratif dan mengaburkan bayangan. Selain itu, berkat teksturnya kaca es juga mampu mengurangi sinar matahari yang diterima sehingga ruangan tidak silau. Belakangan, masyarakat lebih suka memasang stiker kaca es, daripada membeli kaca es yang asli. Stiker kaca es atau kaca film memang lebih murah, tapi memiliki manfaat yang sama baiknya. Kaca es lebih banyak digunakan untuk interior, misalnya sebagai partisi, pintu kamar mandi, pintu kabinet, dan shower box. d. Kaca cermin (one way) atau kaca reflektif adalah kaca yang mengurangi sifat tembus pandang dari salah satu sisi. Kaca jenis ini juga biasa disebut dengan kaca one way, karena akan terlihat trasnparan di satu sisi, tetapi terlihat seperti cermin di sisi lainnya. Kaca cermin dibuat dengan tambahan lapisan oksida logam, melalui proses pyrolisis. Kaca ini sangat sesuai untuk Anda yang menginginkan privasi terjaga. e. Kaca tempered memiliki kekuatan yang sangat tinggi, mencapai 3 5 kali liat dari kaca biasa. Kaca tempered mampu menahan beban angin, berat, dan tekanan yang lebih tinggi. Kaca ini dibuat dengan memanaskannya lalu didinginkan secara mendadak. Secara visual, tidak ada yang berbeda dari kaca ini, sehingga tampilannya tetap terjaga. Kaca tempered juga sangat aman saat pecah, karena pecahannya bulat dan tumpul. Jika Anda menginginkan pintu tanpa frame, railing, dan dinding dari kaca, sebaiknya menggunakan kaca tempered ini. Tetapi, Anda harus membeli kaca tempered dengan ukuran jadi. Karena kaca jenis ini tidak bisa diberi proses lebih lanjut yang akan mengurangi kualitasnya. f. Kaca laminasi adalah jenis kaca yang sangat aman, karena diberi pelapis yang membuatnya sulit retak dan pecah. Kaca laminasi sangat sulit ditembus, karenanya kaca ini dulu banyak digunakan untuk alat transportasi umum, misalnya bis dan kereta api. Kaca laminasi dilapisi lembaran polofinil transparan yang menahan kaca agar tidak pecah. Bahkan meskipun sudah ada bagian yang pecah, kaca ini tetap menempel pada rangka dan sulit ditembus. Kaca laminasi banyak digunakan untuk balkon, skylight, anak tangga, dan tempat lainnya yang membutuhkan keamanan. Meskipun terkesan aman, Anda tetap perlu berhatihati. Jika sewaktu waktu terjadi kebakaran di dalam rumah, bisa jadi penghuni akan terjebak akibat kaca yang sulit dipecahkan. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 27

28 3. Alat Alat yang digunakan adalah: a. Bor tangan b. Mistar c. Jangka sorong d. Tembak rivet e. Gerinda potong f. Gunting baja g. Kayu h. Chuck/ragum i. Palu karet/lunak 4. Bahan Bahan yang digunakan adalah: a. Baja ringan 2x3 b. Plat aluminium c. Paku rivet d. Kaca/mika 3 mm dan 5 mm 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium, adalah: a. Kaca mata b. Baju PDH c. Sarung tangan d. Helm e. Sepatu safety 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar Gambar 6.1 Kaca pintu 7. Langkah Kerja Adapun langkah kerjanya sebagai berikut: 1. Membuat lubang pada plat aluminium; 2. Membuat pengunci pada tepi lubang, samping kanan kiri 3x dan atas bawah 2x; POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 28

29 3. Melakukan riveting pada penyangga: 4. Memasang kaca dengan hati hati dan perlahan; PEDOMAN PRAKTIKUM 5. Membuka penahan/penyangga, supaya kaca bisa masuk dan tertahan 6. Memasang balok penguat/pengunci untuk kaca 7. Supaya saat dibuka, kaca tidak lentur dan lepas. Maka diperlukan penguat segi empat yang dipasang di tepi kaca dengan toleransi/ kelonggaran muai kaca. 8. Selesai. 8. Pertanyaan 1. Kenapa harus ada toleransi pada penahan/penyangga kaca? 2. Apa yang perlu diperhatikan saat memasang kaca? 3. Terbuat dari apa bahan kaca? 4. Sebutkan karaketristik dari kaca? (Misal pada saat panas dan dingin, suhu cair, lebur)? 5. Bagaimana cara memotong kaca yang baik dan benar? 6. Apa perbedaan masing masing jenis kaca? Kelemahan dan keunggulannya! 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. a. Ambiyar Teknik Pembentukan Pelat. Jakarta: Direktorat PSMK. b. Van Bergeyk, K dan A. J. Liedekerken Teknologi Proses. Jilid II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. c Jenis Kaca. Diakses tanggal 4 Januari POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 29

30 Praktikum ke 9 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Memasang engsel dan pintu 1. Tujuan Penjelasan mengenai tujuan dari suatu praktikum. 2. Dasar Teori Engsel adalah alat bantu yang dipasang pada daun pintu atau jendela supaya bisa dibuka tutup. Bahan engsel berbeda beda ada yang terbuat dari besi, kuningan, plastik, maupun logam campuran. Model engsel sangatlah beragam dan kegunaannyapun berbeda beda. Untuk tukang bangunan tentunya harus bisa mengenali jenis jenis engsel dan fungsinya, karena kalau penggunaannya tidak tepat fungsi dari engsel tersebut tidaklah optimal malahan bisa jadi engselnya akan rusak. Jadi kesimpulannya ketepatan disini adalah engsel yang kita pasang haruslah sesuai dengan beban yang akan ditanggung oleh engsel. Jenis jenis engsel: Engsel Kupu Kupu. Gambar 2.1 Engsel Diberi nama seperti itu karena engsel ini cenderung sangat tipis dan memiliki bentuk seperti kupu kupu. Biasanya engsel kupu kupu terbuat dari logam besi maupun kuningan dan digunakan untuk menopang beban lemari berukuran sedang yang terbuat dari bahan yang ringan. Engsel kupu kupu sangat ringan dan tidak terlalu besar. Biasanya engsel ini digunakan pada pintu lemari atau semacamnya. Engsel Panel Memiliki bentuk yang mirip dengan engsel kupu kupu, perbedaan engsel panel ada di ukuran yang yang lebih tebal. Fungsi engsel panel adalah untuk menopang pintu maupun jendela yang memiliki beban yang berat seperti yang berbahan dasar kayu. Selain lebih kuat daripada engsel kupu kupu, engsel panel juga tidak cepat rusak karena lebih kuat. Engsel Sendok POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 30

31 Engsel yang memiliki bentuk seperti sendok ini biasanya digunakan agar pintu dapat tertutup sendiri atau tertutup dengan perlahan untuk kabinet. Engsel ini memiliki dua model yaitu engsel bengkok yang digunakan di bagian dalam pintu, yang kedua adalah engsel lurus yang digunakan di bagian luar pintu. Engsel ini memiliki kelebihan dalam pemasangan yang mudah sehingga cepat. Engsel Koboi Fungsi engsel koboi adalah untuk membuat pintu berayun ke dua arah. Biasanya pintu yang menggunakan engsel koboi ini bisa ditemui di berbagai restoran maupun kafe sehingga memudahkan pelayan maupun pengunjung saat lewat. Engsel ini menggunakan tekanan per di dalamnya sehingga pintu dapat berayun tanpa harus ditakik. Engsel Piano Sesuai dengan namanya engsel piano memang terdengar tidak asing, karena engsel ini dahulu memiliki fungsi sebagai penutup piano. Engsel piano memiliki dua pilihan bahan yaitu yang terbuat dari kuningan dan baja. Apabila Anda membutuhkan engsel yang panjang untuk lemari maupun peti maka engsel piano adalah jawabannya. Selain itu engsel ini juga meratakan berat ke seluruh bagian pintu, sehingga membuat pintu menjadi lebih awet saat digunakan karena tidak hanya satu sisi saja yang menopang beban. 3. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum. 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum. 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar berikut: POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 31

32 7. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. 8. Pertanyaan 1. Sebutkan jenis jenis engsel? 2. Bagaimana cara memasang engsel yang benar, agar supaya engsel dapat bekerja dengan baik saat posisi membuka dan menutup? 3. Apa yang perlu diperhatikan dalam pemasangan engsel? 4. Sebutkan keunggulan dan kelemahan masing masing jenis engsel? 5. Bagaimana posisi atau letak engsel yang seharusnya? Atas, bawah, samping kiri atau kanan? Jelaskan pertimbangan masing masing posisi! 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. a... Jenis Engsel Pintu. engsel pintu. Diakses 7 januari b Macam macam engsel dan kegunaannya. macamengsel dan kegunaannya.html. Diakses 7 januari POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 32

33 Praktikum ke 10 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Memasang pegangan dan finishing 1. Tujuan Penjelasan mengenai tujuan dari suatu praktikum. 2. Dasar Teori Berisi Handle merupakan pegangan, tangkai ataupun gagang yang dipasang pada pintu rumah, pintu jendela, pintu almari ataupun laci. Handle tidak hanya berfungsi sebagai tarikan pintu rumah, jendela, pintu almari ataupun laci tetapi juga lebih mempunyai fungsi dan nilai tambah yang menonjolkan keserasian, keseimbangan, dan nilai estetik (keindahan) dari suatu produk furnitur. (1) Spesifikasi handle (a) Handle Pintu Fungsi handle pintu ini umumnya berfungsi sebagai tarikan pintu pada pintu utama, tetapi kadang handle pintu ini juga sering dipakai sebagai pegangan pada pintu teralis rumah dan pintu kamar yang berfungsi untuk memperindah tampilan luar dari produk itu sendiri. Ukuran handle pintu umumnya berukuran lebih besar dan lebih panjang antara cm. Bahan handle, untuk bahan handle jenis ini ada beberapa jenis alternatif bahan yang dikombinasikan produsen penghasil handle yaitu: Logam jenis besi yang dipadukan kuningan, untuk kombinasi bahan ini biasanya bahan yang dominan dipakai sebagai bahan pokok adalah besi, sedangkan kuningan hanya sebagai pelapis luar dari handle sehingga handle tersebut bisa lebih tahan karat. (b) Handle Jendela Handle jendela umumnya berfungsi sebagai tarikan jendela rumah, tetapi kadang juga sering dipakai pada produk lain seperti pintu almari, laci yang besar. Ukuran handle jendela lebih kecil daripada handle pintu yaitu antara 8-12 cm. Bahan handle, untuk bahan handle jenis ini ada beberapa jenis alternatif bahan yang dikombinasikan produsen penghasil handle yaitu: a). logam jenis besi yang dipadukan kuningan, untuk kombinasi bahan ini biasanya bahan yang dominan POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 33

34 dipakai sebagai bahan pokok adalah besi, sedangkan kuningan hanya sebagai pelapis luar dari handle sehingga handle tersebut bisa lebih tahan karat. b). campuran logam jenis besi dengan kuningan yang dipadukan fiber glass, Untuk perpaduan jenis ini bahan dasar dari handle didominasi oleh logam campur agar lebih kuat saat dilakukan pemasangan. Sedangkan fiber glass hanya untuk melapisi dan mempercantik tampilan luar sehingga handle memiliki daya tarik yang lebih tinggi dan berkesan elegant. (c) Handle Laci Handle laci berfungsi sebagai tarikan pada laci. Bentuk handle laci umumnya berbentuk bulat tetapi ada juga yang tarikannya berbentuk ring atau cicin dan tarikan tunggal yang mengesankan bentuk yang klasik 3. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum. 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum. 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar berikut: 7. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. 8. Pertanyaan Berisi pertanyaan pertanyaan mengenai keseluruhan proses dari awal sampai akhir kegiatan praktikum, serta pengetahuan umum lainnya. 9. Daftar Pustaka POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 34

35 Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. a. Taufiqullah Pengertian handle. PEDOMAN PRAKTIKUM handle. Diakses pada tanggal 10 januari 2017 Praktikum ke 11 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Komposit resin lidi 1. Tujuan Penjelasan mengenai tujuan dari suatu praktikum. 2. Dasar Teori Berisi tentang kajian yang berkaitan dengan kegiatan praktikum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum atau sebagai pengetahuan dasar berisi pengertian, jenis, spesifikasi dari alat dan bahan, cara kerja alat, manfaat dan kegunaan serta pengetahuan yang berkaitan langsung dengan tema praktikum. 3. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum. 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum. 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar/diagram/skema proses secara keseluruhan sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum berdasarkan urutan yang benar. 7. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. 8. Pertanyaan Berisi pertanyaan pertanyaan mengenai keseluruhan proses dari awal sampai akhir kegiatan praktikum, serta pengetahuan umum lainnya. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 35

36 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. Praktikum ke 12 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Komposit resin sabut kelapa 1. Tujuan Penjelasan mengenai tujuan dari suatu praktikum. 2. Dasar Teori Berisi tentang kajian yang berkaitan dengan kegiatan praktikum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum atau sebagai pengetahuan dasar berisi pengertian, jenis, spesifikasi dari alat dan bahan, cara kerja alat, manfaat dan kegunaan serta pengetahuan yang berkaitan langsung dengan tema praktikum. 3. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum. 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum. 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar/diagram/skema proses secara keseluruhan sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum berdasarkan urutan yang benar. 7. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. 8. Pertanyaan Berisi pertanyaan pertanyaan mengenai keseluruhan proses dari awal sampai akhir kegiatan praktikum, serta pengetahuan umum lainnya. 9. Daftar Pustaka POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 36

37 Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. PEDOMAN PRAKTIKUM Praktikum ke 13 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Komposit resin serat bambu 10. Tujuan Penjelasan mengenai tujuan dari suatu praktikum. 11. Dasar Teori Berisi tentang kajian yang berkaitan dengan kegiatan praktikum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum atau sebagai pengetahuan dasar berisi pengertian, jenis, spesifikasi dari alat dan bahan, cara kerja alat, manfaat dan kegunaan serta pengetahuan yang berkaitan langsung dengan tema praktikum. 12. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum. 13. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum. 14. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. 15. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar/diagram/skema proses secara keseluruhan sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum berdasarkan urutan yang benar. 16. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. 17. Pertanyaan Berisi pertanyaan pertanyaan mengenai keseluruhan proses dari awal sampai akhir kegiatan praktikum, serta pengetahuan umum lainnya. 18. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 37

38 Praktikum ke 14 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Komposit resin fiberglass 1. Tujuan Penjelasan mengenai tujuan dari suatu praktikum. 2. Dasar Teori Berisi tentang kajian yang berkaitan dengan kegiatan praktikum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam melaksanakan praktikum atau sebagai pengetahuan dasar berisi pengertian, jenis, spesifikasi dari alat dan bahan, cara kerja alat, manfaat dan kegunaan serta pengetahuan yang berkaitan langsung dengan tema praktikum. 3. Alat Semua peralatan yang digunakan dalam proses/kegiatan praktikum. 4. Bahan Segala bahan yang dipakai dalam suatu kegiatan praktikum. 5. Keselamatan Kerja Segala Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) selama berada di laboratorium. 6. Gambar Kerja Adanya petunjuk gambar/diagram/skema proses secara keseluruhan sebagai acuan dalam melaksanakan praktikum berdasarkan urutan yang benar. 7. Langkah Kerja Berisi penjelasan tahapan proses yang harus terintegrasi antar kegiatan praktikum, berupa urutan persiapan, rumusan, prosedur proses dan tata cara yang benar sesuai SOP, serta penyelesaian langkah akhir dari praktikum. 8. Pertanyaan Berisi pertanyaan pertanyaan mengenai keseluruhan proses dari awal sampai akhir kegiatan praktikum, serta pengetahuan umum lainnya. 9. Daftar Pustaka Daftar rujukan teori atau praktikum dari berbagai sumber. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 38

39 Praktikum ke 15 Pokok/Sub Bahasan Waktu Hari, Tanggal Tempat Pengujian Logam Fe 1. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut: 1 Mengetahui kekuatan dari material automotive 2 Dapat melakukan pengujian kekerasan dan uji tarik dengan benar 3 Dapat mengetahui sifat dari material seperti sifat mekanis, statik dan kimia serta sifat teknologi bahan. 4 Dapat mengapilakasikan material sesuai dengan kekuatannya. 2. Dasar Teori Logam Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Bijih logam ditemukan dengan cara penambangan yang terdapat dalam keadaan murni atau bercampur. Bijih logam yang ditemukan dalam keadaan murni yaitu emas, perak, bismut, platina, dan ada yang bercampur dengan unsur unsur seperti karbon, sulfur, fosfor, silikon, serta kotoran seperti tanah liat, pasir, dan tanah [2]. Bijih logam yang ditemukan dengan cara penambangan terlebih dahulu dilakukan proses pendahuluan sebelum diolah dalam dapur pengolahan logam dengan cara dipecah sebesar kepalan tangan, dipilih yang mengandung unsur logam, dicuci dengan air untuk mengeluarkan kotoran, dan terakhir dikeringkan dengan cara dipanggang untuk mengeluarkan uap yang mengandung air [2]. Selain logam ada yang disebut dengan istilah bukan logam dan unsur metaloid, yang menyerupai logam, yaitu : 1. Logam berat : besi, nikel, krom, tembaga, timah putih, timah hitam, dan seng. 2. Logam ringan : alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 39

40 3. Logam mulia : emas, perak, dan platina. 4. Logam tahan api : wolfram, molibden, titanium, dan zirkonium. PEDOMAN PRAKTIKUM Dalam penggunaan serta pemakaiannya, logam pada umumnya tidak merupakan senyawa logam, tetapi merupakan paduan. Logam dan paduannya merupakan bahan teknik yang penting, dipakai untuk konstruksi mesin, kendaraan, jembatan, bangunan, dan pesawat terbang [2] Pengujian Logam Proses pengujian logam adalah proses pemeriksaan bahan bahan untuk diketahui sifat dan karakteristiknya yang meliputi sifat mekanik, sifat fisik, bentuk struktur, dan komposisi unsur unsur yang terdapat di dalamnya. Adapun proses pengujiannya dikelompokkan ke dalam tiga kelompok metode pengujian, yaitu : 1. Destructive Test (DT), yaitu proses pengujian logam yang dapat menimbulkan kerusakan logam yang diuji. 2. Non Destructive Test (NDT), yaitu proses pengujian logam yang tidak dapat menimbulkan kerusakan logam atau benda yang diuji. 3. Metallography, yaitu proses pemeriksaan logam tentang komposisi kimianya. Unsur unsur yang terdapat di dalamnya, dan bentuk strukturnya. Penjelasan mengenai pengujian logam akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab subbab berikutnya. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai ketiga metode pengujian logam [6] Uji Kekerasan (Hardness Test) Proses pengujian kekerasan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bahan terhadap pembebanan dalam perubahan yang tetap. Dengan kata lain, ketika gaya tertentu diberikan pada suatu benda uji yang mendapat pengaruh pembebanan, benda uji akan mengalami deformasi. Kita dapat menganalisis seberapa besar tingkat kekerasan dari bahan tersebut melalui besarnya beban yang diberikan terhadap luas bidang yang menerima pembebanan tersebut [6]. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 40

41 Kita harus mempertimbangkan kekuatan dari benda kerja ketika memilih bahan benda tersebut. Dengan pertimbangan itu, kita cenderung memilih bahan benda kerja yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Alasannya, logam keras dianggap lebih kuat apabila dibandingkan dengan logam lunak. Meskipun demikian, logam yang keras biasanya cenderung lebih rapuh dan sebaliknya, logam lunak cenderung lebih ulet dan elastis [6]. Dasar Dasar Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan bahan logam bertujuan mengetahui angka kekerasan logam tersebut. Dengan kata lain, pengujian kekerasan ini bukan untuk melihat apakah bahan itu keras atau tidak, melainkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekerasan logam tersebut. tingkat kekerasan logam berdasarkan pada standar satuan yang baku. Karena itu, prosedur pengujian kekerasan pun diatur dan diakui oleh standar industri di dunia sebagai satuan yang baku. Satuan yang baku itu disepakati melalui tiga metode pengujian kekerasan, yaitu penekanan, goresan, dan dinamik [6]. Tabel 2.1 Logam Ferro Dan Pemakaiannya Nama Komposisi Sifat Pemakaian Campuran ferro dan Ulet dan dapat Baja lunak Pipa, mur, baut, karbon ditempa (Mild Steel) dan sekrup (0,1% 0,3%) dingin Baja karbon sedang (medium carbon steel) Baja karbon tinggi (high carbon steel) Baja kecepatan tinggi (high speed steel) Campuran ferro dan karbon (0,4% 0,6%) Campuran ferro dan karbon (0,7% 1,5%) Baja karbon tinggi ditambah dengan nikel/krom/kobalt/tung sten/ vanadium Lebih ulet Dapat ditempa dan disepuh Getas, dapat disepuh keras, dimudakan, dan tahan terhadap suhu tinggi Poros, rel baja, dan peron Perlengkapan mesin perkakas, kikir, gergaji, pahat, tap, penitik, dan stempel Alat potong yang digunakan ialah pahat bubut, pisau fris, mata bor, dan perlengkapan mesin perkakas POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 41

42 Pengujian kekerasan dengan cara penekanan banyak digunakan oleh industri permesinan. Hal ini dikarenakan prosesnya sangat mudah dan cepat dalam memperoleh angka kekerasan logam tersebut apabila dibandingkan dengan metode pengujian lainnya. Pengujian kekerasan yang menggunakan cara ini terdiri dari tiga jenis, yaitu pengujian kekerasan dengan metode Rockwell, Brinell, dan Vickers. Ketiga metode pengujian tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing, serta perbedaan dalam menentukan angka kekerasannya. Metode Brinell dan Vickers misalnya, memiliki prinsip dasar yang sama dalam menentukan angka kekerasannya, yaitu menitikberatkan pada perhitungan kekuatan bahan terhadap setiap daya luas penampang bidang yang menerima pembebanan tersebut. Sedangkan metode Rockwell menitikberatkan pada pengukuran kedalaman hasil penekanan atau penekan (indentor) yang membentuk berkasnya (indentasi) pada benda uji [6]. Perbedaan cara pengujian ini menghasilkan nilai satuannya juga berbeda. Karena itu, tiap tiap pengujian memiliki satuannya masing masing sesuai dengan proses penekannya, yang mendapat pengakuan standar internasional. Perbedaan satuan itu ditunjukkan dalam bentuk tulisan angka hasil pengujiannya. Berikut ini merupakan uraian terperinci mengenai masing masing metode pengujian. Metode Pengujian Rockwell Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini diatur berdasarkan standar DIN Adapun standar kekerasan metode pengujian Rockwell ditunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.2 Skala Kekerasan Metode Pengujian Rockwell POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 42

43 Tingkatan skala kekerasan menurut metode Rockwell dapat dikelompokkan menurut jenis indentor yang digunakan pada masing masing skala. Dalam metode Rockwell ini terdapat dua macam indentor yang ukurannya bervariasi, yaitu : 1. Kerucut intan dengan besar sudut 120º dan disebut sebagai Rockwell Cone. 2. Bola baja dengan berbagai ukuran dan disebut sebagai Rockwell Ball. Untuk cara pemakaian skala ini, kita terlebih dahulu menentukan dan memilih ketentuan angka kekerasan maksimum yang boleh digunakan oleh skala tertentu. Jika pada skala tertentu tidak tercapai angka kekerasan yang akuran, maka kita dapat menentukan skala lain yang dapat menunjukkan angka kekerasan yang jelas. Berdasarkan rumus tertentu, skala ini memiliki standar atau acuan, dimana acuan dalam menentukan dan memilih skala kekerasan dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut : Tabel 2.3 Skala Kekerasan Dan Pemakaiannya Skala A B C Pemakaiannya Untuk carbide cementite, baja tipis, dan baja dengan lapisan keras yang tipis Untuk paduan tembaga, baja lunak, paduan alumunium, dan besi tempa Untuk baja, besi tuang keras, besi tempa peritik, titanium, baja dengan lapisan keras yang dalam, dan bahan bahan lain yang lebih keras daripada skala B 100 POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 43

44 D E F G H K L M P R S V Untuk baja tipis, baja dengan lapisan keras yang sedang, dan besi tempa peritik Untuk besi tuang, paduan alumunium, magnesium, dan logam logam bantalan Untuk paduan tembaga yang dilunakkan dan pelat lunak yang tipis Untuk besi tempa, paduan tembaga, nikel seng, dan tembaga nikel Untuk alumunium, seng, dan timbal Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Untuk logam, bantalan, dan logam yang sangat lunak lainnya, atau bahan bahan tipis Pembebanan dalam proses pengujian kekerasan metode Rockwell diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama disebut beban minor dan tahap kedua (beban utama) disebut beban mayor. Beban minor besarnya maksimal 10 kg sedangkan beban mayor bergantung pada skala kekerasan yang digunakan [6]. Berikut ini merupakan cara pengujian dan penggunaan dengan menggunakan metode pengujian Rockwell, yaitu : 1. Cara pengujian kekerasan Rockwell Cara Rockwell ini berdasarkan pada penekanan sebuah indentor dengan suatu gaya tekan tertentu ke permukaan yang rata dan bersih dari suatu logam yang diuji kekerasannya. Setelah gaya tekan dikembalikan ke gaya minor, maka yang akan dijadikan dasar perhitungan untuk nilai kekerasan Rockwell bukanlah hasil pengukuran diameter atau diagonal bekas lekukan, tetapi justru dalamnya bekas lekukan yang terjadi itu. Inilah perbedaan metode Rockwell dibandingkan dengan metode pengujian kekerasan lainnya. Pengujian Rockwell yang umumnya dipakai ada tiga jenis, yaitu HRA, HRB, dan HRC. HR itu sendiri merupakan suatu singkatan kekerasan Rockwell atau Rockwell Hardness Number dan kadang kadang disingkat dengan huruf R saja [4]. 2. Cara penggunaan mesin uji kekerasan Rockwell Sebelum pengujian dimulai, penguji harus memasang indentor terlebih dahulu sesuai dengan jenis pengujian POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 44

45 yang diperlukan, yaitu indentor bola baja atau kerucut intan. Setelah indentor terpasang, penguji meletakkan specimen yang akan diuji kekerasannya di tempat yang tersedia dan menyetel beban yang akan digunakan untuk proses penekanan. Untuk mengetahui nilai kekerasannya, penguji dapat melihat pada jarum yang terpasang pada alat ukur berupa dial indicator pointer [4]. Kesalahan pada pengujian Rockwell dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1. Benda uji. 2. Operator. 3. Mesin uji Rockwell. Kelebihan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu : 1. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras. 2. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik. 3. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak. Kekurangan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu : 1.Tingkat ketelitian rendah. 2. Tidak stabil apabila terkena goncangan. 3. Penekanan bebannya tidak praktis. Metode Pengujian Brinell Cara pengujian Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola baja yang terbuat dari baja krom yang telah dikeraskan dengan diameter tertentu oleh suatu gaya tekan secara statis ke dalam permukaan logam yang diuji tanpa sentakan. Permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Setelah gaya tekan ditiadakan dan bola baja dikeluarkan dari bekas lekukan, maka diameter paling atas dari lekukan tersebut diukur secara teliti, yang kemudian dipakai untuk menentukan kekerasan logam yang diuji dengan menggunakan rumus: dimana : P = beban yang diberikan (KP atau Kgf) D = diameter indentor yang digunakan d = diameter bekas lekukan POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 45

46 Kekerasan ini disebut kekerasan Brinell, yang biasa disingkat dengan HB atau BHN (Brinell Hardness Number). Semakin keras logam yang diuji, maka semakin tinggi nilai HB. Bahan bahan atau perlengkapan yang digunakan untuk uji kekerasan Brinell adalah sebagai berikut [4]: 1. Mesin uji kekerasan Brinell. 2. Bola baja untuk Brinell (Brinell Ball). 3. Mikroskop pengukur. 4. Stopwatch. 5. Mesin gerinda. 6. Ampelas kasar dan halus. 7. Benda uji (test specimen). Apabila kita memakai bola baja untuk uji Brinell, biasanya yang terbuat dari baja krom yang telah disepuh atau cermentite carbide. Bola Brinell ini tidak boleh berdeformasi sama sekali di saat proses penekanan ke permukaan logam uji. Standar dari bola Brinell yaitu mempunyai Ø 10 mm atau 0,3937 in, dengan penyimpangan maksimal 0,005 mm atau 0,0002 in. Selain yang telah distandarkan di atas, terdapat juga bola bola Brinell dengan diameter lebih kecil (Ø 5 mm, Ø 2,5 mm, Ø 2 mm, Ø 1,25 mm, Ø 1 mm, Ø 0,65 mm) yang juga mempunyai toleransi toleransi tersendiri. Misalnya, untuk diameter 1 sampai dengan 3 mm adalah lebih kurang 0,0035 mm, antara 3 sampai dengan 6 mm adalah 0,004 mm, dan antara 6 sampai dengan 10 mm adalah 0,005 mm. Penggunaannya bergantung pada gaya tekan P dan jenis logam yang diuji, maka penguji harus dapat memilih diameter bola yang paling sesuai [4]. Metode Pengujian Vickers Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan tertentu oleh sebuah indentor berupa pyramid diamond terbalik dengan sudut puncak 136º ke permukaan logam yang akan diuji kekerasannya, dimana permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih [4]. Setelah gaya tekan secara statis ini kemudian ditiadakan dan pyramid diamond dikeluarkan dari bekas yang terjad, maka diagonal segi empat bekas teratas diukur secara teliti, yang digunakan sebagai kekerasan logam yang akan diuji. POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 46

47 Permukaan bekas merupakan segi empat karena pyramid merupakan piramida sama sisi. Nilai kekerasan yang diperoleh disebut sebagai kekerasan Vickers, yang biasa disingkat dengan Hv atau HVN (Vickers Hardness Number). Untuk memperoleh nilai kekerasan Vickers, maka hasil penekanan yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus berikut ini: Bahan bahan atau perlengkapan yang biasa digunakan untuk uji kekerasan Vickers adalah sebagai berikut : 1. Mesin percobaan kekerasan Vickers. 5. Mesin gerinda. 2. Indentor pyramid diamond. 6. Ampelas kasar dan halus. 3. Mikroskop pengukur diagonal bekas. 7. Benda uji (test specimen). 4. Stopwatch. Hal terpenting yang harus dipelajari dalam pengujian Vickers adalah bagaimana menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam hal memasang indentor pyramid diamond, meletakkan specimen di tempatnya, menyetel beban yang akan dipakai, melihat dan mengukur diagonal persegi empat teratas dari bekas yang terjadi seteliti mungkin [4]. Spesifikasi Alat Uji Kekerasan POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 47

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

JOB SHEET I. KOMPETENSI

JOB SHEET I. KOMPETENSI JOB SHEET I. KOMPETENSI : MENYAMBUNG PLAT (LOGAM LEMBARAN) II. SUB KOMPETENSI : MENYAMBUNG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LIPATAN DAN PENGUAT TEPI SECARA MANUAL III. Tujuan Pembelajaran: Setelah proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI Oleh : Fajar Herlambang 11320006.p UNIVERSITAS IBA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN 2013 BAB I MESIN BUBUT Gambar 1. Mesin bubut Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat

2. KERJA PLAT Tujuan 3.1 Teori Kerja Plat Pemotongan Plat 2. KERJA PLAT Tujuan 1. Agar mahasiswa mengerti cara membuat pola, memotong, dan melipat benda kerja pelat / logam lembaran. 2. Agar mahasiswa mampu melakukan kerja pembuatan pola, pemotongan dan pelipatan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar 7 BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Dalam pembuatan suatu produk pastilah tidak terlepas dari pendekatan gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat dicapai dengan memegang penggurdi stasioner

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

a. Macam-macam palu yang kita jumpai : - Palu pena kepala bulat - Palu pena kepala lurus atau silang - Palu keling

a. Macam-macam palu yang kita jumpai : - Palu pena kepala bulat - Palu pena kepala lurus atau silang - Palu keling A. Teori Kerja Plat Yang dimaksud pengerjaan plat adalah pengerjaan membentuk dan menyambung logam lembaran (plat) sehingga sesuai dengan bentuk dan ukuran yang sudah direncanakan. Pengerjaan plat dapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Identifikasi gambar kerja merupakan suatu langkah awal pengerjaan benda kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Presentasi Proses Produksi 2 MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR MESIN PENGGURDIAN Mesin Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN MASALAH

BAB II PENDEKATAN MASALAH BAB II PENDEKATAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar merupakan suatu alat untuk menyatakan suatu maksud dari seorang sarjana teknik. Oleh karena itu gambar juga sering disebut sebagai bahasa teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4.

Palu Besi. Rivet 3. Penggaris Busur 4. NO. 1. GAMBAR Palu Besi 2. Rivet 3. Penggaris Busur 4. Penggaris Siku 5. Patri FUNGSI Alat untuk memukul atau membengkokan benda yang kerja yang keras sasuai dengan bentuk yang kita inginkan. Yaitu tangan

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek kerja bangku merupakan usaha sadar membekali individu dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skill yang sesuai standar untuk bekerja di industri

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja 1. Identifikasi Ukuran Identifikasi ukuran komponen merupakan langkah untuk menentukan ukuran dalam pembuatan casing mesin pemoles. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Materi Kuliah PROSES GERINDA Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1 : Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Pembelajaran 1 1). Peserta diklat dapat menentukan langkah kerja

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Las dan Tempa Disusun Oleh: FAJAR RIZKI SAPUTRA K2513021 PTM A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT BAB III METODE PEMBUATAN ALAT 3.1 Diagram Alir / Flowchart Dalam proses pembuatan suatu alat atau produk memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis serta pengetahuan

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

Joining Methods YUSRON SUGIARTO Joining Methods YUSRON SUGIARTO Sambungan lipat Sambungan pelat dengan lipatan ini sangat baik digunakan untuk konstruksi sambungan pelat yang berbentuk lurus dan melingkar. Ketebalan pelat yang baik disambung

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI Prosman - 04 Learning Outcomes PROSES PERMESINAN Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja mesin bor dan gurdi PROSES PERMESINAN (Part 2) Outline Materi Proses Pemesinan dengan Mesin Bor dan Gurdi Proses

Lebih terperinci

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Mesin fris melepaskan logam ketika benda kerja dihantarkan terhadap suatu pemotong berputar seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Operasi fris sederhana. Pemotong

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pipa Pipa adalah istilah untuk benda silinder yang berlubang ( tetapi ada juga yang berbentuk persegi ) dan digunakan untuk memindahkan zat hasil pemrosesan seperti cairan,

Lebih terperinci

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 9 Macam-macam bor Dibuat dari baja karbon tinggi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1. TEMPAT Pengujian dilakukan di laboratorium Prestasi Mesin Universitas Medan Area terhadap hasil rancang bangun alat Uji Konduktivitas Thermal Material.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI Disusun Oleh: Nama : Yulianus Dodi NIM : 201531014 Fakultas/Jurusan : Teknik Mesin UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA KARYA MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN JUNI 2017

Lebih terperinci

Mesin Perkakas Konvensional

Mesin Perkakas Konvensional Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada

Lebih terperinci

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017 Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017 Konsep Pembahasan Pengertian Mesin Frais 1 2 3 4 Cara kerja Bagian Bagian Fungsi Jenis-Jenis 5 Produk/Hasil

Lebih terperinci

KODE MODUL M.3.3A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN

KODE MODUL M.3.3A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN KODE MODUL M.3.3A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN MERAKIT PELAT DAN LEMBARAN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

2.6. Mesin Router Atas

2.6. Mesin Router Atas 2.6. Mesin Router Atas g f e d c b a Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Gb.5.2.89: Over Head Router Bagian-bagian Mesin Router Atas: a. Pedal untuk menaikturunkan mata pisau b. Pedal rem untuk menghentikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MEMAHAT) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 8 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 8 Bentuk-bentuk pahat Dibuat dari baja karbon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. KONSEP PEMBUATAN ALAT Membuat suatu produk atau alat memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis. Pemilihan mesin atau proses yang

Lebih terperinci

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel

Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel Keg. Pembelajaran 2 : Praktik Mekanik dan Tindakan Keselamatan Kerja di Bengkel 1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari materi kegiatan pembelajaran ini mahasiswa/peserta PPG akan dapat : 1)

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI TUGAS I MEMBUBUT POROS LURUS ( 2 JAM KEGIATAN )... 2 TUGAS II MEMBUBUT BERTINGKAT ( 4 JAM KEGIATAN )...

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong kerupuk rambak kulit. Pengerjaan paling dominan dalam pembuatan komponen

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Fabrikasi Logam Kode Soal : 1236 Alokasi Waktu

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PELAT

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PELAT MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PELAT BAG- TKB.001.A-75 63 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain: Cara Kerja Mesin Sekrap (Shaping Machine) Mesin Skrap atau biasa juga dituliskan sebagai sekrap (Shaping Machine) merupakan jenis mesin perkakas yang memiliki gerak utama yakni bolak balok secara horizontal.

Lebih terperinci

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diklat akandapat : 1. Menjelaskan jenis-jenis alat-alat ukur dalam kerja bangku 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

1. Base (Dudukan) Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut.

1. Base (Dudukan) Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut. sbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang permesinan, berbagai

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester 3 INSTRUKSI KERJA RODA GIGI LURUS 300 Menit No. LST/MES/STM320/ 01 Revisi : 01 Tgl : 04 September 2007 Hal 1 dari 3 TUJUAN Agar mahasiswa : Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 6 Macam macam kikir Dibuat dari baja

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM BAB 2 PROSES-PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM pengecoran masih membutuhkan pekerjaan pekerjaan lanjutan. Benda benda dari logam yang sering kita lihat tidaklah ditemukan dalam bentuknya seperti itu, akan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

Job Sheet. Kerja Bangku MES 6319

Job Sheet. Kerja Bangku MES 6319 Job Sheet Kerja Bangku MES 6319 Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 JOB SHEET KERJA BANGKU / MES 6319 Disusun Oleh: Drs. NURDJITO, MPd. & TIM PEMESINAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian Zat Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian zat padat, zat cair, dan gas menunjukkan karakteristik yang

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya D3

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Skema Alur Kerja Pembuatan - Skema proses pembuatan alat pneumatik transfer station adalah alur kerja proses pembuatan alat pneumatik transfer station

Lebih terperinci

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 7 Bagian-bagian gergaji Gergaji terdiri dari

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR KERJA BANGKU

PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR KERJA BANGKU PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR KERJA BANGKU DISUSUN OLEH : Nama : Fadhel Muhammad No. Pokok : 4414210026 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2015 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, saya panjatkan puji

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL FRAIS VERTIKAL 1. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada Mesin Frais b. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari Mesin Frais c. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis Mesin Frais

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mengacu pada rumusan masalah dan pembahasan pada bab 4 terkait proses pembuatan komponen rangka pada mesin perajang sampah organik, didapat beberapa kesimpulan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu metode tentang segala kegiatan yang dilakukan dalam suatu penelitian. Dalam bab ini akan membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

2. Pengoperasian Cam-lock

2. Pengoperasian Cam-lock Daftar isi 1. Kata pengantar. 2. Pengoperasian Cam-lock.. 3. Pencegahan Kebocoran Uap Air. 4. Panel Cold Storage Dengan Panel Atap & Lantai 5. Memasangan Lantai Panel Cold Storage. 6. Memasang Wall Panel

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Identifikasi gambar kerja merupakan langkah untuk mengetahui gambar

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Identifikasi gambar kerja merupakan langkah untuk mengetahui gambar BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Identifikasi gambar kerja merupakan langkah untuk mengetahui gambar kerja sebagai acuan dari perancang yang ditujukan untuk membuat komponenkomponen

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI

BAB IV PROSES PRODUKSI 28 BAB IV PROSES PRODUKSI 4.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian utama Dinamometer Arus Eddy adalah : 4.1.1 Alat Alat yang digunakan meliputi : 1. Mesin Bubut 2. Mesin

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci