menghubungkan teori dan temuan penelitian sebelumnya. 1. Pengaruh pendidikan terhadap risiko kanker serviks

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "menghubungkan teori dan temuan penelitian sebelumnya. 1. Pengaruh pendidikan terhadap risiko kanker serviks"

Transkripsi

1 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pembahasan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan sesuai dengan hasil penelitian alur kerangka konsep yang ada, yaitu menghubungkan teori dan temuan penelitian sebelumnya. 1. Pengaruh pendidikan terhadap risiko kanker serviks Mayoritas pendidikan ibu adalah SMA, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu di Kota Yogyakarta mayoritas sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 12 tahun. Nilai OR=0.14, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang terbalik (negatif) antara pendidikan dan risiko untuk mengalami kanker serviks, tetapi pengaruh tersebut secara statistik tidak signifikan (OR=0.14, CI= , p=0.155). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hestuningtyas (2015). Pendidikan mempengaruhi sesorang dalam mengambil keputusan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks (pap smear). Selain itu pendidikan juga mempengaruhi untuk lebih peduli terhadap risiko kanker serviks, pencegahan dan kepatuhan terhadap pengobatan terkait dengan pendidikan, mungkin dimediasi melalui tingkat penalaran yang lebih tinggi (WHO, 2011). Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Franceschi et al. (2009) bahwa tingkat pendidikan berbanding tebalik dengan risiko kanker serviks. Dimana tingkat 117

2 pendidikan tidak dapat dianggap sebagai paparan, tetapi sebagai penanda untuk kombinasi karakteristik yang mendominasi pada wanita dengan tingkat pendidikan rendah. Teori Dahlgreen dan Whitehead (1991) mengatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor struktural yang berpengaruh dalam kesehatan. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan teori dan hasil penelitian yang lainnya karena pendidikan ibu di Kota Yogyakarta rata-rata berlatar belakang pendidikan yang sama yaitu rata-rata SMA, sehingga ibu yang positif kanker serviks ataupun negatif cenderung memiliki latar belakang yang sama. Tingkat pendidikan seorang ibu dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan penegathuannya pun akan semakin tinggi. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang belum tentu mereka tahu menggunakannya. Perilaku hidup sehat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang masih rendah merupakan salah satu sebab rendahnya pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan serta pembentukan perilaku sehat. 118

3 Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi pada seseorang akan menjadikannya lebih kritis dalam menghadapi berbagai masalah. Sehingga pada wanita yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan membangkitkan pasrtisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatan. Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri, keluarga dan mencari informasi mengenai kesehatan terutama kanker serviks melalui penyuluhan, media, komunkasi informasi dan edukasi (KIE) tentang kanker serviks baik leaflet, booklet, spanduk dan media informasi lainnya. Pendidikan dan pendapatan keluarga dihubungkan dengan nutrisi yang dikonsumsi sehari-hari, higiene serta kepatuhan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. Dengan pendidikan yang tinggi maka semakin banyak seseorang mengetahui tantang permasalahan yang menyangkut perbaikan lingkungan dan hidupnya. 2. Pengaruh pendapatan terhadap resiko kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif kuat antara pendapatan keluarga dengan risiko kanker serviks dengan nilai OR=3.45. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mwaka (2016) dan Syatriani (2011) bahwa kanker serviks banyak ditemukan pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu 4 kali lebih berisiko mengalami kanker serviks dibanding wanita yang 119

4 berpenghasilan tinggi. Pendapatan yang lebih tinggi dan akumulasi kesejahteraan membuat seseorang lebih mampu untuk membayar iuran asuransi dan obat-obatan, untuk membeli makanan yang lebih bergizi, untuk mendapatkan kualitas perawatan anak yang lebih baik dan untuk hidup di lingkungan dengan sumberdaya yang mendukung sekolah yang baik dan fasilitas rekreasi. Sebaliknya, ekonomi yang terbatas berarti membuat kehidupan sehari-hari penuh perjuangan, hanya menyisakan waktu sedikit untuk gaya hidup sehat dan mengurangi motivasi (Braveman et al.2011) Faktor pendapatan berkaitan dengan gizi dan imunitas. Golongan pendapatan rendah biasanya umumnya memiliki kuantitas dan kualitas makanan kurang dan hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. Kelompok berpenghasilan rendah biasanya kurang terakses dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas termasuk pemeriksaan pap smear yang seharusnya dilakukan para wanita berusia 35 tahun keatas. Wanita berpenghasilan rendah biasanya tidak memperhatikan status gizi dan imunitas. Penghasilan sangat berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks. 3. Usia pertama melakukan hubungan seksual terhadap risiko kanker serviks Usia pertama melakukan hubungan seksual terdapat pengaruh yang positif kuat dan secara statistik signifikan antara usia pertama melakukan hubungan seksual dengan risiko mengalami kanker serviks dengan nilai OR=8.54. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang 120

5 dilakukan oleh Cooper (2007) dan Melva (2008) bahwa wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali kurang dari 20 tahun cenderung menderita kanker serviks, dari studi epidemiologi kejadian kanker serviks meningkat lebih sepuluh kali bila melakukan hubungan seksual pada usia kurang dari 20 tahun. Menurut Aziz (2006), wanita yang menikah dibawah usia kurang dari 20 tahun, biasanya kali lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks daripada mereka yang menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali lebih dari 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif dan serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia skuamosa yang aktif. Dimulainya awal aktivitas seksual terutama pada masa remaja dikaitkan dengan risiko lebih besar terkena kanker serviks karena kerentanan terhadap infeksi HPV (Ogunbode et al. 2005). Meningkatnya risiko kanker serviks karena melakukan hubungan seks pada usia muda mungkin karena pengaruh hormon steroid terhadap infeksi HPV dan respons daya tahan tubuh penjamu terhadap HPV selama masa pra remaja dan remaja. Zona transformasi dari epitel serviks telah dikenal sebagai tempat dimana infeksi HPV cenderung menyebabkan kanker, dan kerentanan area ini dipercaya terkait dengan denudasinya dari epitel yang berlapis (stratified ephitelium), sehingga lapisan basal mudah terpapar terhadap HPV hanya dengan trauma yang kecil. Ketidakmatangan secara biologis pada usia remaja juga ditunjukkan sebagai sebuah faktor 121

6 kerentanan tambahan. Selama masa remaja dan kehamilan, serviks terpapar terhadap level-level perubahan hormon yang meningkat (Singer dan Monaghan, 2000). Rodriguez (2010) menyatakan Puncak dari transmisi infeksi HPV biasanya terjadi di awal tahun pertama setelah dimulainya hubungan seks, karena infeksi HPV sangat mudah menular dan endemik. Wanita yang melakukan hubungan seks pertama kali usia dibawah 17 tahun berisiko 2-3 kali untuk terkena kanker dibandingkan dengan yang berhubungan seksual usia lebih dari 20 tahun. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual kurang dari 20 tahun pada teori Dahlgren dan Whitehead (1991) terdapat pada lapisan pertama (level mikro) dimana perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar seperti pertemanan, pola keluarga dan norma-norma di komunitas. 4. Jumlah pasangan seksual terhadap risiko kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki jumlah pasangan lebih dari satu memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 10 kali lebih besar dari yang jumlah pasangannya hanya satu(or=14.6; CI= ; p=0.001). Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang positif kuat dan secara statistik signifikan antara jumlah pasangan seksual dan risiko kanker serviks. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melva (2008) bahwa berganti pasangan merupakan faktor risiko untuk terjadinya kanker serviks. Dalam teori Dahlgren dan Whitehead (1991) bahwa pada lapisan 122

7 pertama (level mikro, hilir/downstream) determinan kesehatan meliputi perilaku dan gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan. Jumlah pasangan seksual merupakan salah satu faktor gaya hidup untuk mengalami terjadinya kanker serviks. Wanita memiliki banyak pasangan seks yang rentan terhadap HPV dan kanker serviks. Hal ini adalah karena lebih sering terpapar berbagai varian virus (Appleby et al. 2007). Pasangan dari pria yang telah memiliki pasangan berganda baik sebelum atau selama pernikahan saat ini juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks (Hammoudeet al. 2005). Menurut International Collaboration of Epidemiological Studies of Cervical Cancer (2006), bahwa mempunyai pasangan seksual lebih dari satu orang merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kanker serviks. Berkembangnya kanker serviks erat hubungannya dengan perilaku seksual. Risiko terkena kanker serviks akan meningkat lebih dari 10 kali bagi perempuan yang mempunyai pasangan seksual lebih 1 orang ataupun lebih.wanita memiliki banyak pasangan seks yang rentan terhadap HPV dan kanker serviks. Seks yang tidak aman merupakan penentu infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan kanker serviks. Penggunaan kondom menawarkan perlindungan parsial terhadap penularan Human Papilloma Virus (HPV) genital. Perlindungan parsial karena virus dapat ditumpahkan dari daerah yang tidak tercakup oleh kondom. Namun, beberapa wanita dengan Cervical Intraepithelial Neoplasm (CIN) memiliki regresi lebih spontan ketika pasangan mereka menggunakan 123

8 kondom (Winer et al. 2006). Penggunaan kondom dapat melindungi dari beberapa Penyakit Menular Seksual, akan tetapi kebanyakan penggunaan kondom tidak selalu digunakan, dikarenakan suami atau pasangan merasa tidak nyaman saat menggunakannya. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Yogyakarta bahwa proporsi terbesar terjadi pada kelompok subjek penelitian yang mempunyai riwayat hanya memiliki 1 pasangan seksual. Tidak seperti disebutkan beberapa teori dan beberapa hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia khususnya perempuan yang sudah berumah tangga, masih memegang norma dan budaya yang tinggi dimana akan merasa tabu bila mempunyai pasangan lebih dari 1, juga resiko kanker serviks meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi atau yang mengidap penyakit infeksi menular lainnya. Tetapi hal ini merupakan kelemahan peneliti karena merupakan hal yang tabu bagi subjek penelitian untuk menyatakan perilaku suami atau mungkin faktor ketidaktahuan subjek penelitian besar tentang suami yang suka berganti-ganti pasangan yang berisiko tinggi menularkan virus papilloma dari pasangan yang menderita kanker serviks. 5. Pengaruh kontrasepsi oral terhadap risiko kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi oral memiliki pengaruh yang lemah untuk memiliki risiko mengalami kanker serviks (OR=1.85; CI= p=0.452). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaisy 124

9 (2014) dan Roura (2016) bahwa lama penggunaan kontrasepsi oral memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami kanker serviks. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral (pil) dalam jangka waktu lama ( 5 tahun) meningkatkan risiko kanker serviks sebanyak dua kali. Namun, bagaimanapun penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker serviks sampai dengan empat kali pada wanita yang terinfeksi HPV (Morenoet al dan Naggar, 2014). Beberapa penelitian dari University Of Maryland Medical Center (UMMC) (2015), menunjukkan bahwa hormon dalam kontrasepsi oral membantu virus memasuki materi genetik dari sel-sel rahim. Perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral kurang untuk menggunakan diafragma, kondom, atau metode lain yang dapat membantu mengurangi risiko penularan HPV dan Penyakit Menular Seksual lainnya. Penggunaan kontrasepsi oral merupakan determinan gaya hidup individu dalam teori Dahlgreen dan Whitehead (1991) pada level mikro, dimana determinan ini mampu meningkatkan ataupun merugikan kesehatan. Pada level ini perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh keluarga, pola pertemanan dan norma-norma di komunitas dalam penggunaan kontrasepsi oral. 125

10 6. Pengaruh status gizi terhadap risiko kanker serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan status gizi tidak normal memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 4 kali lebih besar darapada wanita dengan status gizi normal (OR=5.69; CI= ; p=0.017). Terdapat pengaruh yang positif kuat dan secara statistik signifikan antara status gizi dan risiko kanker serviks. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Poorolajal dan Jenabi(2015) bahwa kelebihan berat badan tidak terkait dengan peningkatan risiko kanker serviks, namun obesitas yang lemah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Namun lebih banyak bukti, berdasarkan penelitian kohor, diperlukan untuk memberikan bukti konklusif apakah ada atau tidak BMI dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lopez dan Hernandez (2013) menunjukkan tren antara indeks massa tubuh dan peningktan prevalensi kanker serviks. Menurut Al-Naggar dalam bukunya Principles and Practice of Cancer Prevention and Control pada pasien obesitas tidak hanya meningkatkan risiko mengembangkan kanker, tetapi kematian mereka juga meningkatkan Body Mass Index (BMI). Obesitas telah diidentifikasi sebagai risiko untuk beberapa kanker termasuk kanker endometrium dan kanker payudara, usus besar dan rektum, esofagus, ginjal, pankreas, empedu, ovarium, serviks dan hati. Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Sediaoetama, 2010). 126

11 Status gizi adalah kekebalan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Pada penelitian ini, didapatkan mayoritas wanita dengan status gizi tidak normal (< atau 23.00). Menurut Kolawole (2008) bahwa kekurangan beberapa zat meningkatkan risiko kanker serviks, melalui pengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Studi berdasarkan banyak populasi telah menyarankan bahwa makan makanan yang kaya folat (vitamin B9), vitamin A, beta karoten, selenium, vitamin E, dan vitamin C dari buah-buahan dan sayuran dapat melindungi terhadap kanker serviks dan tingkat rendah dalam sel darah merah dan jaringan mungkin berhubungan. 7. Higiene Genetalia terhadap Risiko Kanker Serviks Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan higiene genetalia yang buruk memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 9 kali daripada wanita dengan higiene genetalia baik (OR=9.23; CI= ; p=0.009). Terdapat pengaruh yang positif kuat dan secara statistik signifikan antara keadaan higiene genetalia dan risiko kanker serviks. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syatriani (2011) dimana higiene genetalia berkaitan dengan penggunaan celana dalam yang ketat, penggunaan pembalut dan penggunaan sabun pembersih vagina. Salah satu penyebab wanita terjangkit infeksi vagina antara lain peggunaan pembalut yang tidak berkualitas dan kebiasaan mencuci vagina dengan antiseptik berupa obat cuci vagina dan deodoran untuk menjaga kebersihan dan kesehatan vagina atau alasan lain dapat meningkatkan risiko kanker. Higiene 127

12 genetalia yang buruk juga menyebabkan berkembangnya jamur candida albicans. Dimana salah satu faktor dari kanker serviks adalah kandidais. Kandidais sendiri merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh jenis mikroorganisme yaitu jamur candida. Kandida vaginalis merupakan penyakit yang bersifat kompleks, apabila tidak bisa menjaga kebersihan pada organ vaginalis maka tidak menutup kemungkinan akan terinfeksi kandidais yang kronis. dimana infeksi kandida albican mengindikasikan sistem imun didalam tubuh melemah, yang akan menyebabkan pertumbuhan dari bakteri dan sel kanker meningkat. Pada teori Dahlgreen dan Whitehead (1991), bahwa hygiene genetalia merupakan perilaku dan gaya hidup pada lapisan pertama (level mikro) dimana pada level ini perilaku dan gaya hidup dalam kebersihan alat kelamin dapat meningkatkan ataupun merugikan kesehatan. Wanita dengan higiene genetalia yang buruk lebih mudah mengalami risiko kanker serviks. akan tetapi pada setiap lapisan determinan kesehatan tersebut sesungguhnya dapat diubah (modifiable factors) dengan perilaku menjaga kebersihan alat kelamin menjadi lebih baik. Pada level 1 (individu) diatas seperti pendidikan, pendapatan, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, penggunaan kontrasepsi oral, status gizi dan higiene genetalia terdapat berbagai faktor dan faktor penentu terkait dengan kanker serviks, hal ini termasuk biologi, genetik, dan Infeksi Menular Seksual. 128

13 Kanker serviks merupakan keganasan pada setiap perempuan dimana serviks sebagai bagian paling bawah dari rahim ditutupi dengan epitel yang mengalami perubahan yang berbeda setelah dewasa. Pada saat remaja serviks mengalami Squamo Columnar Junction (SCJ) serviks mengalami metaplasia selama masa remaja dan merupakan target Human Papilloma Virus (HPV), sehingga infeksi HPV serviks terjadi pada banyak wanita setelah melakukan hubungan seksual, sehingga usia pertama kali melakukan hubungan seksual pada wanita sangat berpengaruh terhadap risiko mengalami kanker serviks (Kolawole, 2008). Hal ini sama dengan faktor biologi pada pria, dimana serviks yang sering terpapar prostaglandin dengan banyak air mani dapat berkontribusi untuk transformasi sel maligna terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV). Kanker serviks biasanya pada pasangan pria yang tidak disunat mungkin karena smegma dibawah kulup menguntungkan untuk terkena HPV dan Infeksi Menular Seksual lainnya. Dari beberapa faktor biologis, genetik juga merupakan penyebab kanker serviks, dimana pada saat penelitian rata-rata responden yang mengalami kanker serviks sebagian kecil memiliki keturunan penderita kanker serviks. Kolawole (2008), terdapat risiko 2-3 kali lebih tinggi jika ibu atau saudara perempuan memiliki penyakit kanker serviks, hal ini mungkin karena ketidakmampuan genetik untuk membersihkan Human Papilloma Virus (HPV) atau kesamaan dalam faktor gaya hidup dan lingkungan berperan penting dalam kanker serviks. Penyebab agen biologis lainnya adalah Infeksi Menular Seksual terutama yang ulseratif seperti chancroid dan yang viral seperti Herpes Simplex Virus (HSV), HIV dianggap sebagai ko-faktor 129

14 dalam angiogenesis kanker dan ada peningkatan terkait dalam Infeksi Menular Seksual. Ini mungkin karena perilaku seksual sebagai perancu. Sehingga pada penelitian ini harusnya perlu menggali lebih dalam tentang Infeksi Menular Seksual lainnya dan perilaku seksual suami yang berhubungan dengan risiko kanker serviks. 8. Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap kanker serviks Hasil penelitian ditunjukkan ICC=40.68%, indikator tersebut menunjukkan bahwa risiko kanker serviks pada ibu bervariasi, dan sebanyak 40,68% dari variasi tersebut ditentukan pada level yang lebih tinggi yaitu sanitasi lingkungan rumah. Angka tersebut lebih besar dari angka patokan rule of thumb 8-10%, maka pengaruh kontekstual sanitasi rumah tersebut yang ditunjukkan dari analisis multilevel memang penting untuk diperhatikan dan konstanta bervariasi menurt level 2 yaitu sanitasi lingkungan rumah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hammouda et al.(2005) bahwa lingkungan yang buruk atau kebersihan yang buruk memiliki risiko untuk mengalami kaker serviks 5 kali lebih besar dari lingkungan yang baik. Faktor lingkungan seperti gaya hidup, budaya, air dan kualitas udara memainkan peranan dalam penyebab kanker sehubungan dengan wilayah geografis. Penelitian yang dilakukan oleh Li et al.(2012) dengan analisis multilevel bahwa sanitasi lingkungan yang kurang sangat mempengaruhi untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas kanker serviks. Sanitasi lingkungan rumah yang masih kurang di perkampungan perkotaan yaitu terkait dengan kemiskinan penduduk, 130

15 dimana pada daerah perkotaan di Negara berkembang ditandai dengan kesesakan, kemacetan dan padatnya pemukiman sehingga mempengaruhi kualitas udara yang tidak baik. Sanitasi lingkungan yang buruk biasanya banyak terdapat di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar kota, perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai Kota. Kepadatan penduduk di daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, sehingga tanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan tempat tinggal kurang diperhatikan. Kondisi lingkungan rumah yang kumuh dan terlalu padat mengakibatkan sanitasi kesehatan lingkungan disekitar juga tidak terjaga sehingga mengakibatkan seseorang mudah sakit. Penggunaan toilet umum juga sangat berpengaruh terhadap berkembangnya HPV. Human Papilloma Virus dapat terjadi di lingkungan yang tidak bersih, sehingga lingkungan berpengaruh sangat besar terhadap kesehatan manusia karena berbagai faktor penyebab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Sanitasi lingkungan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan terutama sarana air bersih (Kasnodiharjo, 2013). Hal ini sesuai dengan teori Dahlgreen dan Whitehead (1991) dimana pada lapisan ketiga (level ekso) bahwa sanitasi lingkungan merupakan faktor yang dialami oleh individu untuk memperngaruhi kesehatan atau penyakit. Masalah kesehatan lingkungan cenderung memiliki efek yang mengancam langsung pada kesehatan. Ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu untuk melakukan pekerjaan di dalam rumah lebih rentan 131

16 terhadap infeksi daripada pria, dikarenakan wanita membawa tanggung jawab yang tinggi untuk pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu wanita memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan lingkungan rumah (Kjellen, 2001). Sanitasi lingkungan rumah di daerah perkotaan dihubungkan dengan urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang merupakan ancaman yang berkelanjutan bagi kesehatan (Pebley, 1998 dalam Kjellen, 2001). Menurut McGranahan et al.(1999) dalam Kjellen, 2001 bahwa hampir setengah dari populasi dunia tinggal di daerah perkotaan sekitar 2-3% dari luas daratan di Bumi, sehingga sangat penting untuk mengatasi kualitas sanitasi lingkungan rumah di daerah perkotaan. Kurangnya sanitasi di daerah perkotaan adalah penggunaan toilet umum yang masih aktif digunakan di daerah perkotaan, dimana pada wanita juga meningkatkan risiko untuk terkena kanker serviks. Penggunaan toilet umum yang sudah terkena virus HPV, akan menularkan ke wanita lain. Kondisi yang lembab toilet merupakan tempat yang subur bagi virus untuk berkembang biak. B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut: 1. Peneliti mengalami kendala saat pengambilan data, karena banyaknya subyek penilitian yang tidak terdapat di tempat seperti meninggal dunia, dirawat di Rumah Sakit, dan pindah rumah. 2. Penelitian ini seharusnya juga meneliti perilaku seksual suami, dan pekerjaan suami, dikarenakan perilaku seksual suami juga sangat erat kaitannya dengan terjadinya kanker serviks. 132

17 3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas, sehingga hasil dari penelitian ini mungkin akan berbeda bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia 4. Kurangnya keterbukaan responden dalam wawancara dan perasaan malu dalam menjawab serta ketidaktahuan responden tentang pertanyaan yang diajukan, khususnya pada variabel jumlah pasangan seksual dan perilaku higiene genetalia 5. Pada analisis multilevel ini tidak menjelaskan variabel antara, sehingga variabel-variabel pada level 1 individu merupakan variabel langsung dengan variabel dependent yaitu kanker serviks. 133

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ).

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak dijumpai pada perempuan di dunia. Setiap tahun terdapat 527.600 kasus kanker serviks invasif baru dan 265.700

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi International tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International Confererence on Population and Development) di Kairo tahun 1994 menyepakati perubahan

Lebih terperinci

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual a. Penyebab penyakit (agent) Penyakit menular seksual sangat bervariasi dapat berupa virus, parasit, bakteri, protozoa (Widyastuti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia. Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang dan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO, kanker jenis ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah kanker yang dimulai di leher rahim, bagian dari rahim atau rahim yang membuka ke dalam vagina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah kesehatan bagi wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi salah satu penyebab

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human pappiloma Virus (HPV) yang dapat ditularkan melalui hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human pappiloma Virus (HPV) yang dapat ditularkan melalui hubungan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis penyakit dengan tingkat keganasan yang sering ditemukan di kalangan wanita (Bustan, 2007). Menurut Yayasan Kanker Indonesia

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang. Di antara berbagai jenis kanker, ada beberapa yang khas menyerang pada kaum wanita diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara merupakan penyebab terbesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibentuk oleh satu set yang lebih luas dari kekuatan ekonomi, kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibentuk oleh satu set yang lebih luas dari kekuatan ekonomi, kebijakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Determinan Sosial Kesehatan 1. Definisi WHO (2008) mendefinisikan determinan sosial kesehatan adalah keadaan dimana orang dilahirkan, tumbuh, hidup dan sistem dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah masa ketika seseorang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi pada wanita, penyebab utamanya adalah adanya infeksi virus, yaitu oleh human papilloma virus (HPV)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan pembangunan di Indonesia memberi dampak pada bergesernya pola penyakit. Selain penyakit infeksi, saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak ketiga, pada perempuan di seluruh dunia dan diperkirakan terjadi 529.000 kasus baru setiap tahunnya dan 275.000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular dan merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dari 57 juta kematian pada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL Dewy Indah Lestary 1), Febriani Anita Ria 2) Akademi Kebidanan Wijaya Kusuma Malang Email : akbidwijayakusuma.ac.id 0341-7500328

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK 60 Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya Oleh : Septi Handayani ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk meningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lesi Prakanker 2.1.1 Pengertian Lesi prakanker serviks atau disebut juga lesi intraepitel serviks (cervical intraepithelial neoplasia) merupakan awal dari perubahan menuju

Lebih terperinci

A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit?

A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit? Lampiran 1 Kuesioner A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit? a. Penyakit ganas yang disebabkan oleh bakteri dan menyerang rahim (0) b.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sudah tak asing lagi ditelinga. Berbagai jenis kasus baru ditemukan, namun jenis kasus kanker yang paling tinggi di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serviks. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang

BAB I PENDAHULUAN. serviks. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker yang menyerang serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak yang menyerang wanita di dunia dan 80% terjadi di negara berkembang. Menurut WHO, 490.000 perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double burden, yaitu keadaan di mana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, dipelihara, dan dibina sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai kualitas hidup yang baik. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker leher rahim menduduki urutan pertama kejadian kanker ginekologis pada wanita secara keseluruhan di dunia. Di seluruh dunia kanker leher rahim menempati urutan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker yang menyebabkan

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga :

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga : Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya Rosnancy Sinaga : email : sinagaantyj@yahoocom Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang menyangkut baik secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik pencegahan kanker servik Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terebih dahulu terhadap stimulus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda negara negara di dunia termasuk Indonesia. Kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara

Lebih terperinci

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang menyerang manusia melalui transmisi hubungan seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation (WHO) (2015) diperkirakan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KANKER SERVIKS DI KALANGAN SISWI SMA SWASTA X, BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KANKER SERVIKS DI KALANGAN SISWI SMA SWASTA X, BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KANKER SERVIKS DI KALANGAN SISWI SMA SWASTA X, BANDUNG Bintang Hansel, 2014 Pembimbing 1: dr. Freddy T. Andries, M.S. Pembimbing 2: dr. July Ivone,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang berbahaya bagi kaum wanita diseluruh dunia terutama di negara berkembang. Kanker serviks sampai saat ini, masih

Lebih terperinci

Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan

Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan Artikel Penelitian Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan Risk Factor of Cervical Cancer in Dr. Wahidin Sudirohusodo Government

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar di dunia. Setiap tahun dijumpai hampir 6 juta penderita baru yang diketahui mengidap kanker dan lebih

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang dari 30 jenis mikroba (bakteri, virus,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum kanker serviks diartikan sebagai suatu kondisi patologis, dimana terjadi pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol pada leher rahim yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini akan timbul karena pola hidup yang tidak sehat dan mengakibatkan kondisi fisik yang tidak normal. Kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat di area antara pintu masuk rahim dan vagina. Kanker serviks muncul adanya pertumbuhan sel yang abnormal sehinggal menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan masa yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. 1 Remaja merupakan individu berusia 10-19 tahun yang mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 9, No 1, Januari 2015: 1-7 ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Ike Ate Yuviska¹,Khoidar Amirus²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang sudah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG Ravika Chandrawati Universitas Malahayati Email: ravikachandra89@gmail.com Abstrack: Risk Factors

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini penyakit kanker merupakan penyebab kematian utama kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terdapat dalam kesehatan reproduksi salah satunya terjadi pada sistem organ reproduksi.kanker reproduksi meliputi kanker alat kelamin perempuan, kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker yang khusus menyerang kaum wanita salah satunya ialah kanker serviks atau kanker leher

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini banyak penyakit yang membuat resah masyarakat, salah satunya yaitu penyakit kanker. Data dari World Health Organization dan Serikat Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada wanita setelah kanker payudara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Serviks Insidens kanker di Indoneisa masih belum dapat diketahui secara pasti, karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan (Depkes, 2010) Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim adalah salah satu keganasan atau neoplasma yang terjadi di daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari rahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA WANITA USIA SUBUR Tilawaty Aprina, Khulul Azmi. Abstrak

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA WANITA USIA SUBUR Tilawaty Aprina, Khulul Azmi. Abstrak FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM PADA WANITA USIA SUBUR Tilawaty Aprina, Khulul Azmi Abstrak Latar Belakang : Berdasarkan data 4 (empat) tahun yaitu tahun 2005, 2006, 2007,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker masih menjadi penyakit pembunuh nomor dua di dunia saat ini setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Dalam aspek ini, kanker menjadi masalah kesehatan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. Diperkirakan 529.000 kasus baru tahun 2008 dan > 85% kejadian secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia adalah kanker. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali,

Lebih terperinci