KAJIAN NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MITIGASI BENCANA
|
|
- Utami Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MITIGASI BENCANA Ruli As ari dan Nandang Hendriawan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi; Tasikmalaya ABSTRAK - Kebudayaan merupakan produk hasil pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, kebudayaan tidak diperoleh melalui warisan genetika yang ada di dalam tubuh manusia, melainkan diperoleh lewat kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang merupakan pengalaman melalui proses belajar dari interaksi dengan lingkungannya. Salah satu dari bentuk kebudayaan tercermin dalam suatu kearifan lokal (local wisdom). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat adat Kampung Naga terkait dalam pengelolaan lingkungan berbasis mitigasi bencana dan mengetahui proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat Adat Kampung Naga sehingga sampai saat ini tetap terjaga kelestariannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, satuan/subjek kajian dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat adat Kampung Naga yang masih mempertahankan dan memegang teguh adat dan nilai-nilai tradisi setempat warisan leluhurnya, yang berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik snowballing/ snowball sampling. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian diantaranya adalah: Kuncen, Punduh adat, Lebe adat, dan Ketua RT. Hasil penelitian menunjukkan Kandungan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di Kampung Naga terkait pengelolaan lingkungan berbasis mitigasi bencana adalah diantaranya: 1) Nilai Kedisiplinan dan Kejujuran, 2) Nilai Religi, 3) Nilai Patuh, 4) Nilai Gotong-royong dan Kebersamaan, 5) Nilai Sederhana, Ramah dan Mandiri. Masyarakat Kampung Naga dipersatukan oleh adat istiadat yang terus dipertahankan dan dilestarikan sebagai pedoman hidup warganya yang dinamakan papagon hirup yang terdiri atas empat nilai, yaitu wasiat, amanat, akibat dan pamali atau tabu. Nilai-nilai itu mereka jungjung tinggi dan dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi landasan kepribadian anggota masyarakat Kampung Naga dalam mengelola lingkungan tempat tinggalnya hingga lestari sampai saat ini. Kata Kunci : Nilai, Kearifan Lokal, Kampung Naga, Pengelolaan Lingkungan, Mitigasi Bencana PENDAHULUAN Latar Belakang Kebudayaan merupakan produk hasil pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, pengetahuan itu tidak diperoleh melalui warisan genetika yang ada di dalam tubuh manusia, melainkan diperoleh lewat kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang merupakan pengalaman melalui proses belajar dari 472
2 interaksi dengan lingkungannya. Salah satu dari bentuk kebudayaan tercermin dalam suatu kearifan lokal (local wisdom). Kearifan lokal memiliki pengertian kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan (Rosidi, 2011:29). Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge), atau kecerdasan setempat (local genious), sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, bentuk perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia (Wagiran: 2012). Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya sehingga manusia itu memiliki pengetahuan dan sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalalui pengalaman. Pengalaman itu sendiri terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif. Pengalaman sebagai hasil proses interaksi menjadi pengetahuan dalam diri manusia. Soekanto (1987: 5) menyatakan bahwa pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), tahayul (superstitions), dan peneranganpenerangan yang keliru (missing-formations). Dalam hal ini proses sosialisasi dalam masyarakat membantu individu belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Saat ini perbincangan tentang nilai-nilai kearifan lokal dalam mendukung kemajuan suatu bangsa semakin mendapat perhatian. Dalam lingkup internasional, kemajuan yang dicapai Jepang dengan etos kerja Bushido merupakan bukti bahwa pembangunan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari penanaman nilai-nilai khas bangsa tersebut. Jepang menjadikan tradisi sebagai modal untuk memasuki persaingan di era global. Masyarakat Jepang membuktikan, tradisi justru bisa dijadikan landasan kokoh bagi pengembangan modernisasi. Kearifan lokal (local geneousi) tidak terkalahkan oleh masuknya nilai-nilai budaya asing, tetapi sebaliknya menjadi kekuatan transformatif yang dapat membawa mereka menjadi masyarakat yang maju. Nilai-nilai masa lalu dan kejayaan masa lalu sebagai dasar pijakan untuk bergerak maju dan bersaing dengan bangsa lain. Dalam lingkup Indonesia, nilai-nilai kearifan lokal terbukti turut menentukan kemajuan masyarakatnya. Beberapa contoh misalnya: 1) sistem kearifan lokal Subak di Bali tidak hanya menjadikan masyarakat Bali menjadi masyarakat yang rukun dan damai, tetapi juga menjadi masyarakat yang pandai mengatur sistem ekonomi dan pertanian; 2) nilai kearifan lokal yang terkandung dalam semboyan masyarakat Sunda heuras peureupna, pageuh keupeulna tur lega awurna telah mampu memotivasi orang Sunda untuk menjadi seorang yang pekerja keras dan wirausaha handal; 3) nilai-nilai Adek Pangadereng menjadikan masyarakat Wajo sangat menghormati dan menjunjung tinggi hukum, hak asasi manusia dan pemerintahan yang demokratis; 4) semboyan Oreng Madura ta tako mateh, tapeh tako kalaparan telah mengantarkan orang-orang Maudra menjadi perantau dan 473
3 pekerja keras; 5) budaya Sasi di Maluku, Tara Bandu di Papua tidak hanya berperan dalam pelestarian lingkungan, tetapi lebih jauh mampu mempertahankan keselarasan hubungan manusia dengan alam, keselarasan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam secara arif. Dalam hal ini budaya tersebut tidak hanya menyangkut kearifan ekologis, tetapi menyangkut sosial, polotik, budaya, dan ekonomi. Kampung Naga secara administrasi berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, yang lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Tasikmalaya dengan Garut. Kampung Naga berjarak 30 km dari Kota Tasikmalaya, dengan batas wilayah di sebelah Barat dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawahsawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Melihat lokasi tempat tinggal masyarakat Kampung Naga yang berada tidak jauh dari pusat pemerintahan di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut menjadikan mereka mengalami interaksi yang intensif dengan masyarakat luar, dan hubungan itu sudah barang tentu telah menimbulkan masuknya nilai-nilai baru dalam kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Kampung Naga. Namun yang menarik adalah, bagaimana mereka menapis dan menyaring pengaruh nilai-nilai baru tersebut tanpa mengakibatkan mereka mengisolasi diri. Masyarakat Kampung Naga merupakan salah satu masyarakat di Jawa Barat selain masyarakat adat lainnya seperti masyarakat di Kampung Kuta Ciamis, Kampung Dukuh dan Kampung Pulo di Garut, Kampung Mahmud di Kabupaten Bandung, Kampung Urug di Bogor, dan Kampung Citarasa-Sirnarasa di Kabupaten Sukabumi. Masyarakat adat Kampung Naga menempati wilayah yang disebut Kampung Naga seluas 1,5 ha, yang masih tetap mempertahankan nilainilai dan tradisi warisan leluhurnya, seperti yang dikemukakan oleh Suganda (2006:5) bahwa warga Kampung Naga sebagai bagian dari masyarakat Sunda telah memperkaya budaya Sunda, dimana prinsip-prinsip yang diwariskan leluhurnya ternyata memiliki kearifan dalam sistem pengetahuan lokal, sesuatu yang selama ini dikesampingkan oleh manusia modern. Salah satu yang tetap dipertahankan adalah pengelolaan lingkungan yang sampai saat ini masih dijaga kelestariannya. Permasalahan Mercermati uraian di atas, dalam paparan ini ingin mencoba untuk mengkaji lebih dalam mengenai kandungan dari nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat adat Kampung Naga di Desa Neglasari kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya dalam pengelolaan lingkungan berbasis mitigasi bencana. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat adat Kampung Naga terkait dalam pengelolaan lingkungan berbasis mitigasi bencana dan mengetahui proses pewarisan 474
4 kebudayaan pada masyarakat Adat Kampung Naga sehingga sampai saat ini tetap terjaga kelestariannya. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif. Unit analisis atau satuan/subjek kajian dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat adat Kampung Naga yang masih mempertahankan dan memegang teguh adat dan nilai-nilai tradisi setempat warisan leluhurnya, yang berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Informan Penelitian Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik snowballing/snowbll sampling, yaitu berdasarkan informasi informan sebelumnya untuk mendapatkan informan berikutnya sampai mendapatkan data jenuh. Dengan teknik snowballing ini jumlah informan tidak terbatas jumlahnya, tergantung dari karakteristik informan, tidak ditentukan oleh peneliti, melainkan didasarkan pada rekomendasi informan sebelumnya. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian diantaranya adalah: Kuncen/Ketua adat, yaitu Bapak Ade Suherlin, merupakan jabatan tertinggi pada struktur keorganisasian masyarakat adat Kampung Naga. Punduh Adat, yaitu Bapak Ma un, yang memiliki peran dan tugas membantu kuncen dalam hal mengawasi, mengurus dan memperhatikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kemasyarakatan Kampung Naga. Lebe Adat, yaitu Bapak Ateng, memiliki kewenangan membantu kuncen dalam bidang keagamaan di masyarakat Kampung Naga. Ketua RT, yaitu Bapak Uron, penghubung atau yang menyampaikan amanat dari pemerintah kepada masyarakat Kampung Naga. Beberapa kepala keluarga anggota masyarakat Kampung Naga berdasarkan rekomendasi informan sebelumnya. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif naturalistik yang didasarkan atas fenomenologi yang pada dasarnya bertujuan untuk menangkap dan memaknai tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu sendiri. Fenomenologi mempelajari pengalaman manusia dalam kehidupan, yang mempercayai bahwa kebenaran akan terungkap melalui upaya menyelami interaksi perilaku manusia, dan akhirnya memperoleh kesimpulan tentang apa yang penting, dinamis dan berkembang. Penggunaan pendekatan metode kualitatif naturalistik didasarkan pada pertimbangan yang menjadi obyek penelitian ini tentang perilaku manusia dalam situasi pendidikan, pembinaan kepribadian. Data tersebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan data situasi adegan yang wajar. HASIL Deskripsi Kawasan Kampung Naga Kampung Naga terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Luas wilayah Desa Neglasari ± 326 Ha dan terletak pada ketinggian 475
5 ± 584 m dpl. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari Kota Garut sekitar 26 kilometer. Secara administratif Kampung Naga berbatasan dengan wilayah desa/ kecamatan yang lain yaitu sebagai berikut. Sebelah utara dengan Kecamatan Cigalontang, sebelah timur dengan Desa Karangmukti, sebelah selatan dengan Desa Sundawenang, dan sebelah barat dengan Desa Tanjungsari. Luas wilayah Kampung Naga seluruhnya + 4 ha, 1,5 ha masing-masing digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan lahan pertanian, sisanya hutan. Dilihat dari lokasinya, Kampung Naga merupakan perkampungan yang terletak disebuah lembah perbukitan dengan produktivitas tanah yang sangat subur dan berada dipinggir Sungai Ciwulan yang bersumber dari Gunung Cikuray Kabupaten Garut. Sesuai dengan kondisi geografisnya, Perdesaan dengan iklim tropis ini mengandalkan kehidupan agraris. Pola hidup masyarakat adat Kampung Naga sangat erat kaitannya dengan kondisi geografisnya. Hal itu tergambar dari cara masyarakat Kampung Naga mengelola kawasan dengan sangat baik. Kawasan Kampung Naga terbagi ke dalam beberapa kawasan yang memiliki fungsi masing-masing. Perencanaan tata ruang tersusun dengan sangat baik dan memiliki perencanaan yang berprinsip berkelanjutan. Secara umum Kampung Naga terbagi kedalam tiga kawasan pokok sebagai berikut. 1. Kawasan suci, yaitu suatu kawasan yang memiliki makna bahwa wilayah ini tidak boleh dikunjungi sembarangan orang dan harus dijaga kelestariannya. 2. Kawasan bersih, merupakan wilayah yang terdiri dari rumah-rumah warga dan bangunan lainnya yang berada di pemukiman masyarakat Kampung Naga. Kawasan Kotor, merupakan wilayah yang berada di daerah lembah dan berada di luar daerah bersih bersebelahan dengan sungai Ciwulan. Kawasan ini berfungsi untuk aktivitas seperti kamar mandi, kandang ternak dan lainnya. Beberapa hal/aspek sosial yang masih sustainable/continue diantaranya: 1. Teraturnya kawasan (arsitektur) dan jumlah bangunan. 2. Tanggungjawab sosial yang tinggi dan ikatan sosial antar warga yang sangat erat. 3. Dihayatinya warga Sanaga sebagai saudara sepenanggungan, kondisi saling membutuhkan dan bekerjasama antar warga. 4. Jumlah dan aturan upacara adat yang berasal dari kompromi aturan agama Isalam dan aturan adat. 5. Dihormatinya lelulur, terutama Eyang Singaparana 6. Sustainability banyak dipengaruhi atau disebabkan aturan adat yang walaupun cukup kompromis namun ketat dilaksanakan. Beberapa aturan adat ini sangat khas dan unik sehingga membentuk karakter orang-orang di dalamnya. Kekhasan karakter ini akan membuat mereka agak sulit beradaptasi bila hidup di luar daerah dan merasa paling nyaman tinggal di dalam kampung. 7. Kondisi geografis dan topografi yang terjaga kelestarian lingkungannya. Misalnya luasan lahan desa yang tetap, karena sudah berbatasan dengan 476
6 batas administratif desa lain, atau terhambat kondisi perbukitan yang lebih sulit dibudidayakan atau ditinggali. Kearifan masyarakat Kampung Naga dalam kehidupan tentang manusia, alam, dan hubungan manusia dengan manusia maupun manusia dengan alam memberikan gambaran tentang masyarakat yang memiliki kesadaran ekologis dalam pengelolaan lingkungan hidup, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Kampung Naga dapat dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang sekaligus membentuk pola perilaku manusia sehari-hari baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam dan Tuhan. PEMBAHASAN Nilai Kearifan Lokal dalam Sistem Pengelolaan Lingkungan Berbasis Mitigasi Bencana Secara morfologi wilayah Kampung Naga berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah: di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan yang dikeramatkan (karena di dalamnya terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga). Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan disebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan. Hal itu dapat dilihat dengan adanya keunikan pada karakteristik dan identitas lokal yang diperlihatkan oleh masyarakat Kampung Naga yang berbeda dengan lokasi di sekitarnya. Penduduk Kampung Naga membagi wilayahnya menjadi tiga, yaitu 1. Leuweung Keramat (makam nenek moyang) di sebelah barat, 2. Perkampungan di tengah-tengah, dan 3. Leuweung Larangan (tempat para dedemit) di sebelah timur. Leuweung Keramaat Leuweung Larangan Perkampungan. Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 Gambar 1. Morfologi Wilayah Kampung Naga Berdasarkan pembagian wilayah tersebut, bila menggunakan kerangka teori antropologi budaya, mereka membangun kosmologi ruang: atas-tengah477
7 bawah; atau baik-netral-buruk. Lueweung Larangan di arah timur dan leweung Keramat di arah barat sebagai sumber kekuatan sakral kehidupan keseharian mereka. Leuweung Larangan sebagai wilayah tempat semua dedemit dan roh jahat berada. Leweung Karamat berada di sebelah barat adalah sumber kebaikan; masjid dan harta pusaka menjadi penghubung untuk mengalirkan kesakralan ke arah barat. Hutan Keramat dan Bumi Ageung yang berada di bagian barat masjid, secara simbolis menunjukkan negosiasi ajaran Islam dan tradisi lokal. Menghadap ke kiblat berarti membayangkan penghadapan pada Ka bah yang harus melalui penghadapan terhadap harta pusaka dan hutan keramat. Sistem kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap ruang terwujud pada kepercayaan bahwa ruang atau tempat-tempat yang memiliki batas-batas tertentu dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tertentu pula. Tempat atau daerah yang mempunyai batas dengan kategori yang berbeda seperti batas sungai, batas antara pekarangan rumah bagian depan dengan jalan tempat antara pesawahan dengan selokan, tempat air mulai masuk atau disebut dengan huluwotan, tempat-tempat lereng bukit, tempat antara perkampungan dengan hutan, dan sebagainya, merupakan tempat-tempat yang didiami oleh kekuatan-kekuatan tertentu. Untuk menciptakan suatu sistem lingkungan yang sustainable dan manusiawi, diperlukan keseimbangan, fleksibilitas terhadap perubahan. Dalam konteks arsitektur, aspek sosial dan budaya yang melingkupi kehidupan suatu komunitas, harus diciptakan atau diatur sehingga tercipta lingkungan yang sustainable dan seimbang. Aspek sosial budaya yang berjalan baik membutuhkan kesadaran-manusia yang merupakan unsur utama terciptanya suatu komunitas untuk berpartisipasi aktif dan bersedia diatur/mematuhi suatu tatanan tertentu yang telah disepakati bersama. Kearifan lokal berkaitan dengan suatu kawasan yang memang memiliki keunikan tersendiri, seperti kampung adat. Dalam kebudayaan di kampung adat, masyarakatnya tidak akan lepas dari ajaran-ajaran warisan nenek moyangnya terdahulu, baik itu tentang tata cara hidup, dalam nuansa religinya, maupun dalam pemeliharaan lingkungan yang menjadi tempat tinggal masyarakat itu sendiri. Sehingga sudah tidak asing lagi jika pada perkampungan adat terdapat keunikan atau peraturan khas yang tidak didapatkan di kampung-kampung lain pada umumnya, yang kebanyakan orang menyebutnya dengan sebutan kearifan lokal. Kearifan tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahamanatau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dari masyarakat Kampung Naga sesuai dengan IIttelson (dalam Walmsley dan Lewis, 1984 :11) menyatakan ada delapan asumsi berkenaan dengan lingkungan (1) lingkungan dipandang sebagai peristiwa/pengalaman yang bersatu/unity; (2) manusia menjadi bagian yang integral dengan lingkungan beserta objek lain yang ada didalamnya; (3) semua lingkungan fisik berkaitan erat dengan system social; (4) pengaruh lingkungan terhadap individu bermacam-macam termasuk terhadap 478
8 perilakunya; (5) lingkungan sering beroperasi dibawah tingkat kesadaran; (6) terdapat perbedaan yang signifikan antara observed and real environment, (7) lingkungan tersusun oleh seperangkat gambaran mental; (8) lingkungan mempunyai nilai-nilai simbolis. kearifan lokal yang dapat dijadikan sumber pembelajaran khususnya dalam pengelolaan lingkungan sebagai berikut : 1. Zonasi penggunaan lahan yang mengalokasikan daerah penyangga lebih besar dari yang dipergunakan (3:1) menghasilkan kesimbangan lingkungan; 2. Sengkedan/terracering secara teknologi terbukti efektif mencegah erosi dan longsor apalgi dengan mempergunakan batu sebagai penguat tebing teras; 3. Keberadaan hutan tetap terpelihara sebagai fungsi klimatologis, hidrologis dan ekologis; 4. Dengan adanya alokasi tata ruang di kawasan kampung Naga daur ulang air dilakukan secara alami dan kebersihan air yang masuk ke sungai dan sawah menjadi terpelihara, 5. Rumah panggung dengan konstruksi kayu sistem knockdown terbukti efektif terhadap kerusakan disaat gempa Pola Pemukiman Masyarakat Kampung Naga Rumah-rumah di Kampung Naga merupakan jenis rumah panggung dengan ketinggian kolong sentimeter. Jenis rumah ini sebetulnya merupakan jenis rumah tradisional yang biasa dijumpai di daerah-daerah pedesaan Priangan Bentuk dasar rumah berbentuk empat persegi panjang, dengan bubungan arah memanjang, dalam bahasa sunda disebut suhunan panjang. Dinding terbuat dari anyaman bambu (seseg, gedeg, bilik), sedangkan atap rumah bagian luar terbuat dari injuk, sedangkan lapisan bagian dalamnya menggunakan daun tepus. Bentuk, jenis, dan material rumah semuanya merupakan ketentuan adat. Penyimpangan dari ketentuan ini merupakan sesuatu hal yang sulit diterima oleh setiap warga masyarakat Kampung Naga, karena takut berakibat buruk apabila melanggarnya. Fungsi dan peranan sosial rumah bagi masyarakat Kampung Naga bukan sekedar tempat bernaung dari teriknya panas matahari dan derasnya air hujan serta tempat tidur belaka, melainkan tempat kegiatan seluruh keluarga, tempat berputarnya siklus kehidupan individu dalam keluarga. Karena itu masalah rumah tidak dapat dipisahkan dengan aspek-aspek kepercayaan dan pandangan masyarakat terhadap alam semesta. 479
9 Kawasan Kampung Naga Pemukiman Masyarakat Kampung Naga Kawasan Hutan Kampung Naga Bangunan Adat Masyarakat Kampung Naga Pemukiman Masyarakat Bangunan untuk Pengolahan Kampung Naga Hasil Pertanian Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 Gambar 2. Kondisi Pemukiman Kampung Naga Tasikmalaya Sikap dan perilaku kearifan dalam mengelola lingkungan, mencerminkan nilai-nilai sistem sosial yang perlu dilestarikan dan dijadikan sumber belajar, yaitu :1) Nilai Kedisiplinan dan Kejujuran, 2) Nilai Religi, 3) Nilai Patuh, 4) Nilai Gotongroyong dan Kebersamaan, 5) Nilai Sederhana, Ramah dan Mandiri. Kandungan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam upacara adat yang dilakukan di Kampung Naga diantaranya: Nilai Kedisiplinan Upacara adat rutin dilaksanakan dalam setiap tahunnya tanpa terkecuali. Kegiatan ziarah membersihkan makam Sembah dalem singaparana dilakukan dengan tertib, nilai kedisiplinan diperlihatkan (dicontohkan) oleh masyarakat laki-laki dewasa ketika selesai membersihkan makam dengan berbaris rapi membasuh sapu ke sungai ciwulan dan menyimpannya kembali ke tempat semula. Nilai Religi Dalam setiap upacara adat selalu diawali dengan berdoa, mengucap rasa syukur yang tiada hentinya kepada sang Pencipta. Nilai Patuh Tata aturan upacara adat tidak pernah mengalami perubahan, dan setiap aturan adat yang berlaku di Kampung Naga telah menjadi terinternalisasi pada setiap warga masyarakat Kampung Naga. Nilai Gotong-royong Pada masayarakat Kampung Naga ada upaya untuk mempertahankan sistem norma dan tata nilai lokal yang selalu dihubungkan dengan keberadaan kelestarian sumberdaya alam. Sistem nilai yang dianut akan tetap menjaga 480
10 kesederhanaan dan tingkat kecemburuan sosial pada masyarakat Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga menunjukkan adanya pola pewarisan -nilai budaya dan tradisi secara terus-menerus kepada masyarakat, termasuk di dalamnya salah satu aspek nilai budaya, yaitu pewarisan nilai-nilai karakter kepada semua lapisan masyarakat dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Sumber nilai budaya/nilai budi pekerti berasal dari wasiat karuhun/leluhur, yaitu suatu pemahaman dan Sembah Dalem Singaparana sebagai pendiri Kampung Naga yang intinya mengacu pada ajaran Agama Islam 2. Wujud dari wasiat sepuh itu berupa pantangan yang berisi perintah dan larangan, inti nilai pantangan adalah menolak hal-hal yang akan merusak agama dan akhlak masyarakat. 3. Adanya pantangan, larangan, dan perintah yang telah dijalankan dalam kurun waktu yang lama telah melahirkan nilai-nilai budaya dan tradisi dalam masyarakat Kampung Naga. 4. Nilai-nilai budaya dan tradisi tersebut dipelihara dan diwariskan melalui tiga pranatapendidikan, yaitu: masyarakat, keluarga, dan upacara tradisi. Ketiga pranata pendidikan ini saling memperkuat dalam mewariskan nilai-nilai tradisi tersebut. 5. Kuncen merupakan faktor kunci dalam pewarisan nilai-nilai tradisi yang berperan ketua adat, pengayom, teladan, mediator, dan pengontrol terhadap struktur dan proses sosial masyarakat Kampung Naga secara keseluruhan. 6. Semua lingkungan input, proses, dan output pewarisan nilai-nilai tradisi secara keseluruhan berada dalam lingkungan kebudayaan dalam struktur masyarakat Kampung Naga yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Nilai Kearifan Lokal Tabu Masyarakat Kampung Naga Nilai kearifan lokal lainnya yang terdapat di Kampung Naga adalah terdapatnya sejumlah pantangan (tabu) yang terbagi kedalam tiga jenis tabu yaitu: 1) Tabu Ucapan, 2) Tabu Perbuatan, dan 3) Tabu Benda. Nilai-nilai tabu bagi masyarakat Kampung Naga adalah merupakan amanat yang diwariskan oleh karuhun mereka yaitu Sembah Dalem Singaparana yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan agar senantiasa mendapatkan keselamatan dan ketenangan jiwa dalam hidup bermasyarakat. Tabu dalam kehidupan masyarakat Kampung Naga merupakan papagon hirup (pegangan hidup) dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai tabu bagi masyarakat Kampung Naga pada dasarnya suatu benteng untuk melindungi diri dari kemungkinan gangguan-gangguan yang ditimbulkan oleh berkembangnya nilai modernisasi. Selain tabu, pada masyarakat Kampung Naga terdapat hukum adat, yaitu merupakan ketentuan adat yang berupa hukuman atau sanksi bagi anggota masyarakat Kampung Naga yang melanggar terhadap adat. Sanksi bagi masyarakat Kampung Naga tertuang dalam ungkapan bahwa: Bandung Parakan Muncang Mandala Cijulang, ana saseda satapa baeu tunggal sapuputu, kulit kasaban ruyung keureut piceun bisi nyeri 481
11 artinya Bagi anggota masyarakat Kampung Naga yang ada di Bandung, Parakan Muncang, Mandala, Cijulang, selagi menjunjung tinggi adat Kampung Naga, masyarakat Kampung Naga masih mengakui, tetapi walaupun warga Kampung Naga, apabila melanggar aturan adat, orang Kampung Naga tidak akan mengakui lagi orang tersebut dan membuangnya jauh-jauh. Penjelasan jenis-jenis tabu yang terdapat di masyarakat Kampung Naga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis-Jenis Tabu Masyarakat Kampung Naga No Jenis Tabu Keterangan 1 Tabu Ucapan 1) menyebut nama Sembah Dalem Singaparana secara langsung menyebut namanya saja 2) menyebut nama karuhun 3) menyebut kata-kata Garing menjadi tuhur : kering 2 Tabu 1. Memperbincangkan riwayat karuhun (leluhur) pada Perbuatan waktu-waktu yang ditabukan (selasa, Rabu, sabtu, dan selama bulan safar) 2. Memperbaiki atau mendirikan rumah pada waktu-waktu tabu (selasa, Rabu, sabtu, dan selama bulan safar) 3. Mengadakan Kenduri pada waktu tabu (selasa, Rabu, sabtu, dan selama bulan safar) 4. Beberapa perbuatan yang ditabukan saat upacara ngadeuheus ke makam Sembah Dalem Singaparana, antara lain: - Tabu menggunakan alas kaki, - Tabu menggunakan perhiasan, - Tabu menggunakan pakaian dalam, - Tabu berbicara (bercakap-cakap), - Makan nasi sebelumnya. 5. Tabu menggunakan kayu sisa membuat tambir makam Sembah Dalem Singaparana. 3 Tabu Benda 1. Rumah Tembok 2. Jure 3. Atap genting dan daun kiray 4. Pintu kori (dua daun) 5. Arah hubungan selain timur barat 6. Arah menghadap selain utara selatan 7. Padi hawara (usia pendek) 8. Penerangan listrik 9. Kursi tamu 10. Gendang dan Gong 11. Televisi 12. Pesawat radio transitor Sumber : Hasil Wawancara dengan Kuncen (Penelitian 2015) Hukum adat dalam kehidupan masyarakat Kampung Naga terbagi dalam tiga hukum adat yaitu : 482
12 1) Pamali (matak kabadi), yang artinya bahwa sesuatu yang ditabukan tidak boleh dilanggar, karena apabila dilanggar akan menimbulkan malapetaka bagi si pelanggar tersebut dan seluruh masyarakat Kampung Naga. 2) Teu hade (matak paeh), yang artinya bahwa sesuatu yang ditabukan tidak boleh dilanggar, karena apabila dilanggar akan menimbulkan kematian pada diri si pelanggar. Arti kematian disini mengandung arti yang sangat luas, yaitu mati hati, mati perasaan, mati akal atau pikiran, yang menyebabkan si pelanggar tidak akan berguna lagi hidupnya. 3) Cadu (matak tumpur), yang artinya bahwa sesuatu yang ditabukan tidak boleh dilanggar dan apabila dilanggar akan mengakibatkan hancurnya kehidupan si pelanggar termasuk keluarganya. Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kuncen, bahwa sampai saat ini belum pernah terjadi pelanggaran adat yang dilakukan oleh anggota masyarakat Kampung Naga. Seluruh anggota masyarakat Kampung Naga sangat mentaati dan patuh dalam melakukan adat istiadat, mereka hidup tentram, damai, dan penuh dengan sikap kekeluargaan, serta kesederhaannya. KESIMPULAN Kandungan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di Kampung Naga terkait pengelolaan lingkungan berbasis mitigasi bencana adalah diantaranya: 1) Nilai Kedisiplinan dan Kejujuran, 2) Nilai Religi, 3) Nilai Patuh, 4) Nilai Gotong-royong dan Kebersamaan, 5) Nilai Sederhana, Ramah dan Mandiri. Masyarakat Kampung Naga dipersatukan oleh adat istiadat yang terus dipertahankan dan dilestarikan sebagai pedoman hidup warganya yang dinamakan papagon hirup yang terdiri atas empat nilai, yaitu wasiat, amanat, akibat dan pamali atau tabu. Nilai-nilai itu mereka jungjung tinggi dan dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi landasan kepribadian anggota masyarakat Kampung Naga dalam mengelola lingkungan tempat tinggalnya hingga lestari sampai saat ini. PENGHARGAAN (acknowledgement) Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Adat Kampung Naga Bapak Ade Suherlin yang telah sangat membantu dalam proses penelitian,kepada Punduh adat, Lebe Adat, Ketua RT, Masyarakat Adat Kampung Naga (Sa Naga) dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. REFERENSI Adimihardja, Kusnaka, dkk. (1992). Pola Pengasuhan Anak SecaraTradisional Pada Orang Sunda. Bandung: Depdikbud. Ahmadi, Abu. (1991). Psikologi Perkembaangan. Jakarta: Rineka Cipta. Andi M, dan Syarifuddin Mengungkap Kearifan Lingkungan Sulawesi Selatan. Makasar: Kementrian Negara Lingkungan hidup RI dan Masagena Press. 483
13 Asmani, Jamal Ma mur Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Budimansyah, Dasim. Masyarakat Kampung Naga: anatara Tradisi dan Perubahan. Bandung: Tidak diterbitkan. Budiyono, Kabul Nilai-Nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Alpabeta, Bandung. Daeng. J. Hans Manusia Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan Antropologis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Dister, Syukur Teologi Sitematika. Yogyakarta: Penerbit Kansius. Endraswara, Suwardi. (2006). Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Antropologi Sosial Budaya Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Field, David. (1991). Kepribadian Keluarga. Yogyakarta: Kanisius. Feist, Jess and Gregory J. Feist Teori Kepribadian (Theories of Personality). Jakarta: Salemba Humanika. Hamka. (1978). Pribadi. Jakarta: Bulan Bintang. Hafid, Anwar, Dkk. (2013). Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hurlock, E.B. (1995). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga. Keraf, A. Sonny Etika Lingkungan Hidup. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat. (1990). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Koesoema, Doni. (2012). Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius. Linda and Richard Eyre. (1995). Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Majalah Pendidikan Majalah pendidikan edisi pertama. Bandung: Majalah Wajar Maleong, Lexy J (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud. Mantra, Ida Bagoes Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mutakin, Awan, Pasya Kamil G. (2002). Geografi Budaya. Bandung: Penerbt Suci Press. Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nawawi, Rif at Syauqi. Dan Hidayat Keprbadian Qur ani. Jakarta: AMZAH. Oyon, Sutarya Kearifan Lokal dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kampung Naga Tasikmalaya. Yogyakarta: Ilmu Lingkungan UGM (Tidak diterbitkan, dapat diunduh di : etail&act=view&typ=html&buku_id=27542&obyek_id=4, diunduh, 30 Juli 2013) Pervin A,Lawrence; Cervone, Daniel; John P, Oliver. (2004). Psikologi Kepribadian, Teori dan Penelitian. Jakarta: Kencana. 484
14 Prastowo, Andi Metode Penelitian Kualitatif dalm Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Prayitno. (2011). Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta:Grasindo. Purba, J. (2002). Pengelolaan Lingkungan Sosial: Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rosidi, Ajip. (1985). Manusia Sunda: sebuah Esai tentang tokoh-tokoh sastra sejarah. Jakarta: Inti Idayu Press. Rosidi, Ajip. (2004). Masa Depan Budaya Daerah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Rosidi, Ajip. (2010). Mencari sosok Manusia Sunda. Bogor: Dunia Pustaka Jaya. Salahudin, Asep, Dkk. (2012). Sosok Pemimpin Sunda Dalam Gagasan dan Pengalaman. Bandung: Paguyuban Pasundan. Saringendyanti, Etty. (2008). Kampung Naga, Tasikmalaya dalam Mitologi: Upaya Memaknai Warisan Buday! Sunda.`Bandung :Fakultas Sastra UNPAD. Setiadi, Elly dan Usman Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Prenada Media Group. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali. Suganda, Her. (2006). Kampung Naga Mempertahankan Tradisi.Bandung: P.T. Kiblat Buku Utama. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryani HS, Elis, dan Charliyan Anton. (2010). Menguak Tabir Kampung Naga. Tasikmalaya: CV. Danan Jaya. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali. Soelaeman. M.I. (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta. Somaatmadja, Sadili Studi adaptasi masyarakat tradisional dengan lingkungan hidupnya. (faktor-faktor yang mempengaruhi pola perencanaan pelestarian lingkungan permukiman tradisional Kampung Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat). Jakarta: UI (Tidak diterbitkan, abstrak dapat diunduh di : diunduh Tanggal 30 juli 2013). Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sumaatmadja, Nursid (1981). Pengantar Studi Sosial. Bandung: Alumni. Suryani, Elis Charliyan. (2010). Menguak Tabir Kampung Naga. Tasikmalaya: CV. Danan Jaya Suparlan Menjadi Guru Efektif. Jogjakarta: Hikayat. Suyanto Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adicita. Spradley, P. James. (2012). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. 485
15 Sya, Ahman, Awan Mutakin. (2004) Masyarakat Kampung Naga.Tasikmalaya:CV. Gajah Poleng. Thoha, Chatib Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan, Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tirtarahardja, Umar. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta Utja, Djuariah,M, Dkk. (1996). Fungsi Keluaraga Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia di Jawa Barat, Bandung: Dirjen Kebudayaan Depdikbud. Wagiran, dkk Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal di Wilayah Provinsi DIY dalam Mendukung Perwujudan Visi Pembangunan DIY menuju Tahun 2020 (Tahun Kedua). Penelitian. Yogyakarta: Biro Administrasi Pembangunan. Wirawan, I.B., (2012). Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta: Prenada Media Group. Warnaen, Suwarsih, Dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin Dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Dirjen Kebudayaan Depdikbud. 486
JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016
JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 Volume 14, Nomor 1, Juni 2016 KAJIAN NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM UPACARA ADAT HAJAT SASIH PADA MASYARAKAT ADAT KAMPUNG NAGA Ruli As ari 1, Nandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Pembicaraan tentang kearifan lokal mulai mendapat perhatian dalam mendukung kemajuan bangsa. kearifan lokal ( local wisdom) merupakan pandangan hidup, ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciKAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru *
KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru * Pendahuluan Kampung Naga, sebuah desa yang berada di Kampung Nagaratengah, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciKampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara
Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERAGAMAN UNSUR KEBUDAYAAN DIDESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA. Yani Sri Astuti 1, Ely Satiyasih Rosali 2.
IDENTIFIKASI KERAGAMAN UNSUR KEBUDAYAAN DIDESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA Yani Sri Astuti 1, Ely Satiyasih Rosali 2 1,2 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinci2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinci2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL. Oleh: Gurniwan Kamil Pasya
PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL Oleh: Gurniwan Kamil Pasya ABSTRAK Kerusakan hutan di Indonesia sudah sangat parah sebagai akibat banyak perusahaan kayu yang membabat hutan secara besar-besaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1. Permasalahan Dunia sekarang sedang mengalami krisis global terkait menurunnya daya dukung sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam telah membawa dampak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara
digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul merupakan sekelompok masyarakat yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Merupakan bagian dari etnik
Lebih terperinciPERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)
PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung) Annisa Fitriyani 1, Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si 2, Syaifullah Syam,
Lebih terperincisosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi
Lebih terperinci2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Masyarakat Lokal dengan Kearifan Lokal. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan
TINJAUAN PUSTAKA Hubungan Masyarakat Lokal dengan Kearifan Lokal Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri kontruksi dan meningkatnya pembangunan gedung dan infrastruktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia berperan besar terjadinya global
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)
PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini pariwisata merupakan sektor industri yang memiliki peran penting dalam eksistensi suatu negara. Beragam potensi dan kekhasan suatu negara akan menjadi daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai
Lebih terperinciDisusun Oleh: SRITOMI YATUN A
PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT KAMPUNG KUTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB II PERANCANGAN FILM DOKUMENTER KAMPUNG NAGA. dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda, termasuk hiburan dan
BAB II PERANCANGAN FILM DOKUMENTER KAMPUNG NAGA 2.1. Pengertian Film Dokumenter Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan bisnis.
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu
BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri
Lebih terperinciBUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016
P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kemajemukan suku bangsanya, terdapat lebih dari 654 komunitas lokal atau sub suku bangsa dari 19 suku bangsa tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciKarakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperincipenelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.
8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pewarisan Nilai Adat Pikukuh
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda-beda. Berbagai macam suku bangsa tersebut tersebar kedalam berbagai wilayah adat
Lebih terperinciTARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap nilai-nilai tradisi Ruwatan Bumi sebagai sumber pembelajaran sejarah dalam meningkatkan rasa tanggung jawab siswa peneliti
Lebih terperinciCERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL
CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai masyarakat yang majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan
Lebih terperinci2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di
Lebih terperinciBudaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa
Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU
Lebih terperinci2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Upacara adat nyangku merupakan upacara adat warisan dari raja-raja Panjalu yang masih menjadi tradisi turun temurun masyarakat desa Panjalu. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Lebih terperinciPENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)
PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling melengkapi satu sama lain. Menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (Darwis,2008:40) kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.
Lebih terperinciBAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA
36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA
PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA Ramtia Darma Putri tyadhuarrma27@gmail.com Universitas PGRI Palembang Erfan Ramadhani erfankonselor@gmail.com
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia
Lebih terperinciTRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu pendidikan yang memiliki peran penting didalam upaya pembentukan karakter dan penerapan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat memiliki keragaman adat dan budaya, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai wadah berkumpulnya tokoh-tokoh seniman dan budayawan. Garut adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam negara kesatuan RI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena akhir-akhir ini eksploitasi terhadap sumberdaya pesisir dan laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciPANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciLOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6
LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6 Abstrak: Kearifan lokal berkaitan erat dengan manajemen sumber daya manusia. Dewasa ini, kearifan lokal mengalami tantangan-tantangan,
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah
BAB II TEORI DASAR Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Sistem Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah (Bab 2.1) Sistem Kepemilikan Tanah (Bab 2.2), Hukum Pertanahan Adat (Bab 2.3), dan Kedudukan Hukum Adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENELITIAN
BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang keberadaan masyarakat, status tanah, hak atas tanah, serta alat bukti hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi
Lebih terperinciII. TinjauanPustaka A. Definisi Sasi
II. TinjauanPustaka A. Definisi Sasi Sasi merupakan bentuk aturan pengelolan sumberdaya alam berbasis masyarakat yang telah dilakukan oleh masyarakat pedesaan di Maluku. Sasi merupakan kearifan tradisional
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH
Lebih terperinciBAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN
89 BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN Rumusan standar minimal pengelolaan pada prinsip kelestarian fungsi sosial budaya disusun sebagai acuan bagi terjaminnya keberlangsungan manfaat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Lebih terperinci