PROSEDUR PELAKSANAAN PERBAIKAN TANAH MENGGUNAKAN PENYALIR VERTIKAL (PVD) DENGAN VACUUM (VACUUM CONSOLIDATION SYSTEM VCM)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR PELAKSANAAN PERBAIKAN TANAH MENGGUNAKAN PENYALIR VERTIKAL (PVD) DENGAN VACUUM (VACUUM CONSOLIDATION SYSTEM VCM)"

Transkripsi

1 PROSEDUR PELAKSANAAN PERBAIKAN TANAH MENGGUNAKAN PENYALIR VERTIKAL (PVD) DENGAN VACUUM (VACUUM CONSOLIDATION SYSTEM VCM) PEKERJAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KAYU AGUNG PALEMBANG BETUNG PAKET II SEKSI 1 Sta s/d SEKSI 2 Sta s/d SEKSI 3 Sta s/d \

2 PROSEDUR PELAKSANAAN PERBAIKAN TANAH MENGGUNAKAN PENYALIR VERTIKAL (PVD) DENGAN VACUUM (VACUUM CONSOLIDATION SYSTEM VCM) I. UMUM 1. Uraian a) Pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan Vakum terdiri dari pengadaan material, tenaga kerja, dan peralatan kerja untuk pelaksanaan pekerjaan Penanganan Tanah Lunak dengan menggunakan PVD dan vakum. Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan material dan alat serta pembuangan bahan material hasil pembersihan dan pemompaan (vakum) dan mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul selama masa pelaksanaan pekerjaan pemasangan PVD dan vakum. Metode PVD dan vakum dimaksudkan untuk mempercepat penurunan dan meningkatkan daya dukung tanah asli yang lunak dengan melakukan pemompaan vakum pada tanah dengan maksud untuk mengurangi kadar air maupun kadar udara pada butiran tanah sehingga dapat mempercepat penurunan jangka panjang dan perbedaan penurunan (differential settlement). Pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan metode Penyalir Vertikal (PVD) dan Vakum juga dapat dimaksudkan untuk mensubtitusi sebagian material timbunan yang harus didatangkan dari luar dengan material setempat (yang ditempatkan didalam sistem vakum), mengurangi material timbunan yang digunakan untuk pra pembebanan, mengurangi material timbunan untuk counterweight (pemberat), mempercepat waktu konsolidasi dibanding dengan Pra pembebanan dengan Sistem Penyalir Vertikal (PVD) dan Timbunan Tanah, dan menaikan stabilitas timbunan. b) Pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Sistem Penyalir Vertikal (PVD) dan vakum, secara umum dimaksudkan untuk memenuhi kriteria perencanaan yang terdiri dari : (1) Faktor keamanan stabilitas badan jalan sebagaimana dalam tabel di bawah (Faktor Keamanan untuk Analisis Stabilitas). Tabel : Faktor Keamanan Untuk Analisis Stabilitas. Kelas Jalan Faktor Keamanan minimal I 1.4 II 1.4 III 1.3 (2) Batas batas penurunan timbunan (konsolidasi) sebagaimana 1

3 dalam tabel dibawah. 2

4 Tabel : Batas batas Penurunan Untuk Timbunan Pada Umumnya (dari Panduan Gambut Pusat Litbang Prasarana Transportasi). Penurunan yang Disyaratkan Kecepatan Penurunan Kelas Jalan Selama Masa Konstruksi S/S Setelah Konsolidasi total mm/tahun I > 90% <20 II > 85% <25 III > 80% <30 IV > 75% <30 (3) Total beban yang diaplikasikan selama improvement ke tanah asli 1,2 kali beban yang bekerja ke tanah asli pada kondisi layan. (4) Pada saat urugan mencapai elevasi top subgrade final pada Pra pembebanan Dengan Sistem Penyalir Vertikal (PVD) dengan Vakum atau sebelum beban dengan timbunan tanah dikurangi, derajat konsolidasi akibat beban selama masa proses pembebanan (improvement) mencapai minimum 90% dari estimasi total penurunan akibat beban final (100 % derajat konsolidasi pada beban layan). Observasi derajat konsolidasi berdasarkan data instrumentasi dan estimasi total penurunan konsolidasi dari data penurunan tanah lapangan diperkirakan dengan menggunakan metode Asaoka. (5) Daya dukung ijin pada elevasi geomembrane minimum 80 kpa. Pengujian menggunakan Plate Load Test dengan ukuran pelat 100 x 100 cm atau sesuai dengan standar Bina Marga. 2. Pengajuan kesiapan Kerja a) Untuk setiap pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan vakum, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini sebelum memulai pekerjaan: (1) Hasil sondir yang menunjukkan kedalaman tanah lunak untuk pekerjaan Perbaikan Tanah Dengan Metode dengan Penyalir Vertikal (PVD) dan vakum. (2) Gambar detil penampang melintang jalan yang menunjukkan permukaan elevasi pembentuk jalan yang telah dipersiapkan sebelum proses settlement terjadi disertai dengan pola pemasangan Sistem Penyalir Vertikal (PVD) beserta panjangnya. b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan pertama kalinya sebagai bahan pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan Vakum: (1) Dua contoh secukupnya untuk setiap jenis bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan 3

5 Metode Penyalir Vertikal (PVD) Vakum, satu contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama Periode Kontrak; 4

6 (2) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk bahan pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan Vakum. c) Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap tahapan pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan Pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan AI.PERSYARATAN 1. Area pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode PVD Vakum harus lebih luas minimum 1 m pada arah panjang dan lebar dibandingkan area konstruksi yang dibutuhkan. 2. Jarak antara batas lahan yang diperbaiki dengan eksisting bangunan sekitar atau pipa bawah tanah harus ditentukan berdasarkan data tanah dengan jarak tidak boleh kurang dari 20 m. Apabila jaraknya relatif dekat maka tindakan proteksi /pengamanan terhadap eksisting bangunan terhadap dari pengaruh terjadinya konsolidasi area yang dilakukan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan metode PVD Vakum harus diambil. 3. Untuk mencegah tercampurnya pasir lapisan drainase horizontal dengan tanah asli yang nilai CBR sama atau kurang dari 3% (CBR< 3%) serta dalam kondisi jenuh, perlu dipasang geotekstil sebagai lapis separator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pencampuran antara tanah dasar dengan lapisan drainase (intermixing). 4. Dalam hal tinggi timbunan di atas geomembrane selama proses perbaikan tanah dengan sistem Percepatan Konsolidasi Tanah dengan metode PVD dan Vakum melebihi tinggi kritis, pembebanan harus dilakukan secara bertahap atau dibuat bahu timbunan sebagai pemberat longsoran. 5. Area yang akan diperbaiki menggunakan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan metode PVD dan Vakum, harus dibagi dalam beberapa partisi dengan ukuran setiap partisi maksimum m2 atau sesuai perencanaan yang telah disetujui. 6. Partisi yang akan di perbaiki dengan metode PVD dan Vakum dapat dilakukan secara berurutan antara partisi yang satu dengan berikutnya ataupun tidak berurutan dengan pengaturan yang sudah disetujui. 7. Pemasangan penyalir vertikal (PVD) harus dengan jarak dan pola segi empat atau segitiga sesuai gambar. Pemotongan ujung penyalir vertikal (PVD) harus dilakukan minimum 50 cm diatas elevasi lapis pasir. 8. Penyalir vertikal (PVD) yang digunakan harus menembus lapisan tanah lunak hingga lapisan tanah kompresible dengan N-SPT maksimum 8 (delapan), tapi tidak menembus lapisan tidak kedap air dibawahnya (apabila ada) dimana lapisan tidak kedap tersebut merupakan lapisan keras. 9. Dalam Percepatan Konsolidasi Tanah dengan metode PVD dan Vakum bila terdapat lensa tanah berupa kandungan lanau, pasir atau material tidak kedap lainnya 5

7 disekeliling area yang akan diperbaiki, dinding kedap (sealing wall) harus di buat di sekeliling area tersebut untuk menjamin tekanan vakum dapat mencapai spesifikasi yang telah ditetapkan. 10. Apabila kondisi tanah lunak sangat dalam dan kontrol terhadap stabilitas lereng lebih diutamakan maka penyalir vertical (PVD) harus mencapai 3 (tiga) meter lebih dalam dibandingkan garis longsor kritis yang ditentukan oleh Konsultan Perencana. Untuk pekerjaan yang mengutamakan kontrol terhadap penurunan maka penyalir vertikal (PVD) harus ditentukan berdasarkan sisa penurunan pasca konstruksi yang ditentukan. 11.Untuk area lahan yang terdapat struktur, percepatan konsolidasi tanah dengan metode PVD dan Vakum, penanganannya harus direncanakan secara lebih rinci dan teliti sehingga tidak mengganggu kestabilan bangunan struktur dimaksud. 12.Dalam Percepatan Konsolidasi Tanah dengan Metode PVD dan Vakum, tanah asli yang akan divakum dapat ditimbun dengan tanah lumpur, tanah lempung lunak, tanah lempung biasa ataupun kondisi tanah yang kompleks yang merupakan tanah asli atau pun tanah urugan yang akan diperbaiki sekaligus bersama dengan tanah asli harus memiliki isolasi yang baik terhadap udara dan air, serta tekanan vakum yang direncanakan tidak boleh kurang dari 80 kpa. 13.Dalam Percepatan Konsolidasi Tanah metode PVD dan Vakum diharuskan untuk menggunakan perlengkapan sistem pompa khusus vakum. Ketika asupan udara ditutup, tekanan vakum yang dihasilkan oleh pompa vakum harus mencapai tidak kurang dari (-) 80 kpa, secara merata. 14.Saat tekanan vakum sudah stabil di atas 80 kpa, maka sebagian pompa vakum dapat di non-aktifkan sepanjang tidak menyebabkan terjadinya penurunan tekanan vakum 15.Uji pemompaan vakum dianjurkan selama minimal 10 hari. Apabila ditemukan masalah maka tindakan perbaikan harus segera dilakukan. 16.Apabila beban dari metode Sistem PVD dan Vakum waktu konsolidasinya kurang dari yang ditentukan, dianjurkan untuk mengkombinasikan metode pra-pembebanan dengan vakum dengan tambahan beban dengan memperhitungkan stabilitas lereng. 17.Apabila pra-pembebanan dengan tanah dikombinasikan dengan prapembebanan dengan vakum, ujung bawah dari lereng urugan harus tetap berada di dalam area vakum. 18.Penempatan tambahan pra-pembebanan dengan tanah sistem PVD dan Vakum dapat dilakukan sesudah tekanan vakum mencapai 80 kpa dan tekanan vakum stabil selama 3 hari berturut-turut. 19.Pekerjaan pengurugan di atas geomembran saat proses vakum 6

8 masih berjalan harus mengikuti ketentuan berikut: a) Geotekstil Stabilisator sebagai Lapisan proteksi harus dipasang pada sisi bawah dari geomembrane. Jika ada pekerjaan penimbunan di atas geomembran, maka geotekstil stabilisator sebagai lapis proteksi juga harus dipasang di atas geomembran sebelum pekerjaan penimbunan; 7

9 b) Geotekstil Stabilisator sebagai Lapisan proteksi tersebut harus dipasang sebelum pekerjaan urugan dimulai; c) Periode urugan, ketebalan dan pemadatan harus mengikuti syarat yang telah ditetapkan dalam perencanaan. 20.Pada saat mengaplikasikan pra-pembebanan dengan vakum yang dikombinasikan dengan pra-pembebanan dengan tanah, pekerjaan urugan harus dilakukan secara bertahap dengan kontrol sebagai berikut : a) Pergerakan lateral tanah ke arah luar di perbatasan area yang di perbaiki tidak lebih dari 5 mm/hari; b) Kecepatan penurunan tanah tidak lebih dari 30 mm/hari; 21.Penurunan yang terjadi pada pekerjaan Percepatan Konsolidasi Tanah dengan PVD dan Vakum, harus mencapai minimum 90% derajat konsolidasi. Besaran derajat konsolidasi yang terjadi di lapangan dan prediksi total penurunan konsolidasi berdasarkan data penurunan di lapangan yang diobservasi dan dihitung menggunakan antara lain dengan metode Asaoka. 22.Untuk kontrol terhadap penurunan, penentuan selesainya proses konsolidasi harus didasarkan pada batas penurunan pasca konstruksi yang diijinkan, derajat konsolidasi rata-rata dan kecepatan penurunan. III. BAHAN 1. Geotekstil Separator a) Geotekstil separator sebagai lapis separasi harus dapat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pencampuran antara tanah dasar dengan agregat penutupnya (lapis pondasi bawah, lapis pondasi, timbunan pilihan dan sebagainya). Juga dapat digunakan untuk kondisi selain di bawah perkerasan jalan dimana diperlukan pemisahan antara dua bahan yang berbeda tetapi dengan ketentuan bahwa penanganan rembesan air (seepage) melalui geotekstil bukan merupakan fungsi yang utama. b) Fungsi geotekstil separator sebagai lapis pemisah (separator) sesuai untuk struktur perkerasan yang dibangun di atas tanah dengan nilai CBR sama atau kurang dari 3 (CBR 3) dan dalam kondisi jenuh. 2. Geotekstil Separator untuk Lapis Proteksi a) Geotekstil separator untuk Lapis proteksi berupa geotekstil dari jenis yang tidak dianyam (nonwoven), terdiri dari serabut dengan bahan polimer yang telah distabilkan terhadap UV dan dibuat dengan proses needle punched. b) Geotekstil yang terbuat dari material daur ulang tidak bisa diterima. c) Geotekstil harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh kontak langsung dengan zat kimia yang umumnya ada di dalam tanah dan air limbah serta memiliki daya tahan terhadap pengaruh mikro biologis lainnya. d) Geotekstil harus mempunyai jaringan serabut yang 8

10 stabil sehingga memiliki ketahanan terhadap kerusakan saat pelaksanaan. e) Geotekstil yang dikirim ke lapangan harus dengan pembungkus untuk melindungi material tersebut terutama dari sinar matahari. Penyimpanan dan pemasangan gulungan geotekstil tersebut tidak boleh mengakibatkan kerusakan fisik. f) Geotekstil dipasang sesuai dengan rekomendasi/petunjuk yang dikeluarkan pabrik, dan harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar rencana. g) Penyambungan geotekstil harus dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit portable. 3. Drainase Pasir Horizontal a) Pemasangan Drainase pasir Horizontal minimum setebal 40 cm dan harus digelar rata. b) Drainase pasir Horizontal harus bersih dari gumpalan/endapan kotoran, bahan organik, material keras dan tajam atau pun bahan lain yang dapat mengganggu fungsi drainase. c) Drainase pasir Horizontal tersebut direkomendasikan memiliki kadar halus kurang dari 5% dengan permeabilitas tidak boleh kurang dari cm / detik serta berat jenis kering tidak kurang dari 15kN/m 3. d) Sesudah pengujian, penyelidikan dan penyesuaian metode, jenis tanah atau sistem drainase lain dapat digunakan sebagai lapisan drainase horisontal apabila material pasir sulit diperoleh. Metode lain tersebut harus dapat dibuktikan berfungsi sebagai lapisan drainase horisontal secara baik 4. Drainase vertikal prefabrikasi (Prefabricated Vertical Drain, PVD). a) PVD harus merupakan material komposit yang terintegrasi dengan baik yaitu terdiri dari lapisan inti berbentuk sirip menerus yang dilingkupi dengan saringan pembungkus. b) Lapisan inti harus merupakan bahan polimer. Saringan pembungkus harus dari bahan non-woven. c) PVD yang terbuat dari potongan-potongan bahan fiber, limbah fiber atau hasil daur ulang tidak dapat diterima. d) PVD dipasang dengan menggunakan suatu mandrel atau semacam lengan baja yang akan menembus tanah sampai pada kedalaman yang ditentukan. Mandrel ini akan melindungi material agar tidak sobek, terputus, dan rusak selama pemasangan dan kemudian ditarik kembali setelah material terpasang. Mandrel harus dapat dimasukkan tanpa menimbulkan efek getaran dan lainnya yang dapat berdampak pada lingkungan sekitarnya. e) PVD yang dikirim ke lapangan harus dengan pembungkus untuk melindungi material tersebut terutama dari sinar matahari. Penyimpanan dan pemasangan tidak boleh mengakibatkan kerusakan fisik. f) PVD dipasang sesuai dengan rekomendasi/ petunjuk yang dikeluarkan pabrik, dan harus dipasang dengan menggunakan peralatan yang sudah disetujui, pada jarak dan kedalaman yang sudah ditentukan dan pada lokasi seperti yang dicantumkan ada gambar rencana. g) Jarak antar PVD adalah 0.7 m m atau sesuai dengan 9

11 perencanaan yang disetujui. h) PVD ini harus mampu menyalurkan tekanan vakum dari drainase horizontal ke seluruh masa tanah lunak. PVD harus juga mampu berfungsi untuk menyalurkan air dan udara yang keluar dari masa tanah lunak ke drainase horizontal. 5. Pipa drainase horisontal (Perforated Horizontal Drain/PHD) Sistem Pipa Drainasi horizontal harus direncanakan dengan jarak dan diameter pipa tertentu sehingga mampu menyebarkan tekanan vakum dari luasan tertentu secara merata sebesar minimum ( minus ) 80 kpa. Sistem ini harus dijamin tidak mengalami kebocoran selama proses vakum. 6. Geomembran a) Geomembran sebagai Lapis kedap harus terbuat dari bahan polyethylene atau polyvinyl chloride atau bahan lainnya yang menjamin kekedapan lapis tersebut. b) Geomembran sebagai lapis kedap yang digunakan harus direncanakan dengan mempertimbangkan resiko kegagalan sistem vakum apabila geomembran tersebut mengalami kerusakan saat proses vakum. c) Geomembran yang digunakan harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh bahan- bahan kimia dan mikro biologis lainnya yang ada di lingkungan kerja. d) Geomembran harus mempunyai kualitas karakteristik dan sifatsifat kekedapan yang tinggi. e) Geomembran yang dikirim ke lapangan harus disimpan dan dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak lapis kedap dan dari pengaruh sinar matahari langsung (untuk jangka waktu yang lama). f) Geomembran harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar rencana. g) Ukuran panjang atau lebar dari Geomembran sebagai lapis kedap minimal harus 4 m lebih panjang dibandingkan panjang dan lebar dari area yang akan di perbaiki. Apabila kondisi geologi cukup kompleks maka lapis kedap harus lebih panjang dan lebih lebar sehingga dapat diletakkan secara longgar. h) Permukaan tanah tempat Geomembran akan digelar, harus bersih dari benda-benda pengrusak seperti akar pohon dan lain-lain yang menimbulkan kerusakan pada Geomembran. Tanah di bawah tempat Geomembran akan digelar diusahakan kepadatannya seragam. i) Penyambungan antar Geomembran dianjurkan untuk dilakukan di pabrik guna mengantisipasi potensi kebocoran akibat ketidaksempurnaan sambungan bila penyambungan dilakukan di lapangan. Apabila penyambungan dilakukan dilokasi kerja, maka harus dipastikan tidak terjadi kebocoran akibat ketidaksempurnaan sambungan di lapangan 7. Material Pengisi Untuk elevasi finish grade jauh di atas elevasi tanah existing, maka diperlukan penimbunan tanah pada area yang akan divakum. Peninggian elevasi muka tanah yang akan divakum dapat dilakukan dengan cara penimbunan tanah dengan material pengisi diatas 10

12 geotekstil separator. Cara penimbunan material pengisi tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Tanpa Struktur Pengaman Dengan Struktur Pengaman Struktur pengaman dapat berupa tanggul dari timbunan, sheet pile, atau konstruksi pengaman lainnya. Material pengisi yang digunakan dapat berupa tanah lempung lunak, tanah lempung biasa ataupun kondisi tanah yang kompleks dan memiliki isolasi yang baik terhadap udara dan air. a) Material pengisi dapat menggunakan dari bahan galian tanah yang tidak boleh mengandung material organic seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam sistem USCS serta tanah yang mengandung daun daunan, rumput-rumputan, akar, sampah, buatan (organic and artificial materials). b) Material boleh menggunakan tanah berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI (AASHTO M145) atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. c) Material pengisi tidak boleh menggunakan jenis tanah dengan sifat sebagai berikut: Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI ) dan persentase kadar lempung (SNI ). Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri ciri adanya retak memanjang sejajar tepi perkerasan jalan. Tanah yang berbutir kasar (Coarse Grained Soils) sesuai tabel skh (1) karena dikhawatirkan akan merusak geotekstil separator sehingga akan mengganggu proses vakum. IV. PELAKSANAAN 1. Pengajuan Kesiapan Kerja Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan tahap awal sebelum pekerjaan dimulai, agar seluruh pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat terlaksana sesuai desain dan mencegah terjadinya resiko kegagalan sistem akibat benda-benda tajam yang dapat merusak material pada saat proses vakum. a) Pemeriksaan Bersama Pada tahap awal sebelum dilaksanakannya pekerjaan, Penyedia Jasa melakukan pemeriksaan dan pengukuran lokasi pekerjaan serta pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan terhadap 11

13 gambar rencana. Juga dilakukan Tes Sondir (Cone Penetration Test - CPT) setiap jarak 50 m pada area yang akan diperbaiki dengan metode vakum untuk mengetahui kedalaman tanah lunak serta memperkirakan kedalaman pemancangan PVD yang lebih terinci dan merencanakan partisi (Zona) pelaksanaan vakum. b) Gambar Kerja (Shop Drawing) Pembuatan gambar kerja (shop drawing) oleh Penyedia Jasa dibuat sesuai gambar desain dan menyesuaikan kondisi awal lapangan hasil pemeriksaan. Disamping itu dibuat Shop Drawing untuk rencana kedalaman pemancangan PVD dan juga rencana pembagian partisi (Zona) pelaksanaan vakum. c) Mobilisasi alat kerja, pekerja dan material Mobilisasi adalah mendatangkan alat berat, pekerja serta material yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan pada lokasi proyek, dimana jadwal pengiriman alat berat dan material tersebut harus sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan menyeluruh sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terganggu dan sesuai rencana. d) Pembuatan Titik Acuan (Benchmark) Pembuatan titik acuan (benchmark) harus dengan menggunakan patok kayu yang kuat dan diwarnai dengan warna yang cukup terang serta diberi nama agar mudah dipahami oleh semua pihak. e) Pembersihan Lahan Lahan yang akan diperbaiki harus bersih dari batu, kayu, bahan organik atau benda-benda lain yang menonjol ke permukaan tanah, khususnya jika benda itu tajam dan akar pohon serta material organik lainnya harus dikeluarkan dari lahan. Hal ini dikerjakan agar material yang akan digelar di atas lahan tidak mengakibatkan robek geotekstil separator dan geomembran yang akan mengakibatkan kebocoran sewaktu proses vakum berlangsung serta tidak ada lapisan yang akan mengalami pelapukan sehingga mempengaruhi proses settlement. 12

14 f) Gudang dan Bedeng Bedeng dan gudang material yang dibangun harus memenuhi beberapa kriteria yaitu sebagai berikut: Bebas dari genangan air Dapat melindungi dari panas dan hujan kuat, kokoh dan mempunyai luasan yang mencukupi Tersedia penerangan (lampu) Ventilasi yang cukup sehingga tidak lembab. g) Pemasangan Geotekstil Separator Pada area kerja yang mempunyai CBR 3 (tiga) dan dalam kondisi jenuh maka sebelum dilakukan penimbunan area kerja tersebut perlu dipasang geotekstil separator terlebih dahulu. Pemasangan Geoteksti Separator ini harus dapat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pencampuran antara tanah dasar dengan material di atasnya serta diharapkan area tersebut dapat dibebani serta stabil oleh pelaksanaan pekerjaan berikutnya yaitu penimbunan tanah dan pemasangan drainase vertikal prefabrikasi (prefabricated vertical drain, PVD). 2. Timbunan Material Pengisi Untuk elevasi finish grade jauh diatas elevasi tanah existing, maka diperlukan penimbunan tanah pada area yang akan divakum. Peninggian elevasi muka tanah yang akan divakum dapat dilakukan dengan cara penimbunan tanah dengan material pengisi diatas geotekstil separator. Cara penimbunan material pengisi tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan struktur pengaman atau tanpa struktur pengaman. Struktur pengaman dapat berupa tanggul dari timbunan, sheet pile, atau konstruksi pengaman lainnya, adapun kriterianya sebagai berikut : Tanpa Struktur Pengaman digunakan apabila tanah eksisting keras dengan CBR > 3 dan tidak tergenang air yaitu dengan menimbun material pengisi diatas geotekstil separator sesuai dengan tinggi rencana yang telah ditentukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Untuk mengantisipasi kelongsoran pada timbunan material pengisi yang tinggi maka digunakan geotekstil stabilisator untuk perkuatan lereng. Dengan Struktur Pengaman digunakan apabila tanah eksisting memiliki CBR 3 dan atau tergenang air yaitu dengan menimbun material pengisi setelah pekerjaan struktur pengaman selesai dan dihampar di antara struktur pengaman dan diatas geotekstil separator. Struktur pengaman harus didesain agar dapat menahan tekanan ke arah samping yang diakibatkan oleh ketebalan material pengisi. 13

15 3. Penghamparan Geotekstil Separator Penghamparan Geotekstil Separator dapat dilaksanakan setelah dilakukan timbunan material pengisi dan telah mencapai elevasi yang direncanakan serta sebelum dilaksanakan pekerjaan penghamparan Drainase Pasir Horizontal. 4. Penghamparan Drainase Pasir Horizontal Setelah Geotekstil Separator terhampar dengan baik maka dapat dilakukan penghamparan Drainase pasir Horizontal minimum setebal 40 cm dan harus dihampar hingga rata. Lapisan Drainase pasir Horizontal harus dapat berfungsi sebagai drainase dan dapat mengalirkan air dan udara yang keluar dari PVD masuk ke PHD. 5. Pemasangan drainase vertikal prefabrikasi (prefabricated vertical drain, PVD) Pemancangan PVD dapat dilaksanakan setelah penghamparan 14

16 Drainase Pasir Horizontal selesai dilaksanakan. Prosedur pemancangan PVD sebagai berikut : a) Bagi lahan kerja dalam partisi yang secara praktis dapat ditangani oleh sejumlah alat tertentu sesuai dengan periode waktu kerja yang ada. b) Buat titik referensi untuk setiap partisi. c) Berdasarkan pada titik-titik referensi ini, dibuat titik-titik pemasangan sesuai dengan pola dan jarak pemasangan yang telah ditetapkan. d) Setelah gulungan PVD dipasang pada peralatan dan ujung PVD dipasang pada mandrel, pemancangan dilakukan secara berulang dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Pasang angkur pada ujung PVD di bagian bawah mandrel agar PVD dapat terpasang sesuai kedalaman yang direncanakan. (2) Posisi alat pemancangan diatur sehingga ujung bawah mandrel tepat pada titik pemasangan. (3) Pancang PVD ke dalam tanah sampai dengan kedalaman yang telah ditentukan. (4) Setelah mencapai kedalaman yang ditentukan, tarik mandrel ke atas. Selama proses ini, PVD tetap berada di dalam tanah tertahan oleh angkur. (5) Potong PVD yang berada di atas tanah sepanjang minimum 50 cm. (6) Dengan mengulang langkah-langkah diatas, maka PVD akan terpasang dari satu partisi ke partisi berikutnya sehingga semua area selesai dipasang. (7) Penyambungan antar PVD dilaksanakan dengan meng-overlap bagian inti PVD sebesar 20 cm kemudian ditutup kembali. (8) Bila kedalaman yang dituju tidak tercapai akibat adanya hambatan dalam menekan mandrel kedalam tanah, maka digantikan dengan melakukan penetrasi ulang pada titik yang berdekatan dengan titik sebelumnya. 15

17 6. Pemasangan pipa drainase horisontal (Perforated Horizontal Drain) a) Pemasangan pipa drainase horisontal dapat dilaksanakan setelah PVD terpasang pada area tertentu. b) Pipa Drainase horisontal harus ditanam kedalam Drainase Pasir Horizontal. c) Apabila dibutuhkan penyambungan maka panjang koneksi tidak kurang dari 100 mm. d) Fungsi pipa drainase horizontal ini adalah untuk menyalurkan tekanan vakum dari pompa ke seluruh Drainase Pasir Horizontal yang kemudian disebarkan ke seluruh masa tanah melalui PVD. Selanjutnya pipa drainase horisontal ini juga berfungsi untuk menyalurkan air dan udara yang keluar dari PVD ke pompa vakum. 7. Pemasangan Geotekstil Separator dan Geomembran a) Setelah seluruh sistem PVD dan PHD terpasang maka berikutnya dipasang Geotekstil Separator untuk lapisan proteksi yang bertujuan untuk memproteksi geomembran dari benda-benda tajam yang dapat mengakibatkan kebocoran pada lapisan kedap tersebut. 16

18 b) Setelah Geotekstil Separator untuk lapisan proteksi dipasang maka berikutnya dipasang geomembran yang bertujuan membuat lahan menjadi kedap dari udara dan air sehingga dapat dilakukan proses vakum. c) Kondisi angin harus tenang saat penggelaran geomembran dan pemasangan geomembran tersebut harus dilakukan mulai dari sisi arah angin. d) Kondisi geomembran harus selalu diperiksa selama periode konsolidasi berlangsung. Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan maka tindakan perbaikan harus dilakukan segera. 8. Penggalian angkur a) Penggalian angkur dapat dilakukan bila geomembran telah selesai dipasang pada partisi yang akan dikerjakan. b) Sisi dalam dan luar galian angkur tersebut harus rata dan tidak boleh ada pasir atau benda tajam lainnya. c) Penggalian angkur untuk mengunci geomembran harus mencapai minimum 0.5 m ke dalam lapisan tanah kedap di bawahnya. d) Setelah angkur selesai digali maka tahap berikutnya adalah menggelarkan Geotekstil separator dan Geomembran hingga dasar galian angkur, lalu ditimbun kembali hingga elevasi awal. e) Tanah lempung yang digunakan untuk menimbun galian angkur 17

19 tersebut harus bebas dari sampah atau material lainnya. f) Apabila galian angkur tersebut terletak antara dua partisi maka Geotekstil separator dan Geomembran dari kedua partisi tersebut harus tertanam pada galian angkur yang sama. 9. Dinding kedap (sealing wall) (bila dibutuhkan) a) Apabila terdapat lensa tanah berupa kandungan lanau, pasir atau material tidak kedap lainnya di sekeliling area yang akan diperbaiki, dinding kedap (sealing wall) harus di buat di sekeliling area tersebut untuk menjamin tekanan vakum dapat mencapai spesifikasi yang telah ditetapkan. b) Dinding kedap (sealing wall) harus dibangun dan menembus tidak kurang dari 1 m ke dalam lapisan tanah tidak kedap di bawahnya, atau hingga kedalaman dimana kondisi kedap dapat dicapai. c) Dinding kedap tersebut harus memiliki ketebalan tidak kurang dari 1 m dengan permeabilitas tidak lebih dari cm / detik. 10. Pemasangan Pompa Vakum dan Generator a) Jumlah dan lokasi penempatan pompa vakum harus mengikuti rencana yang telah ditetapkan. b) Pemasangan pompa vakum dilakukan setelah geomembran selesai dilaksanakan serta setelah seluruh sistem dalam lahan telah terpasang. c) Pompa vakum dan generator harus diletakan pada posisi yang lebih tinggi dari lahan sehingga tidak tergenang air. 18

20 11. Urugan di atas lapisan drainase pada percepatan konsolidasi Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan beban dengan Timbunan Tanah, dan atau tambahan beban pada Metode Pra pembebanan Dengan Sistem Penyalir Vertikal (Prefabricated Vertical Drain) dengan beban Vakum. a) Penambahan tinggi urugan di atas lapis drainase pada perbaikan Tanah dengan Metode Penyalir Vertikal (PVD) dan Vakum, sangat tergantung dari daya dukung tanah asli. Tinggi urugan maksimum dapat dihitung dengan persamaan H x FK = (70 + c x Nc) / Υ timb Dimana : H = tinggi urugan maksimum (m) FK = Faktor Keamanan c = kohesi tanah asli (kpa) Nc = faktor daya dukung Υ timb = berat tanah timbunan (kn/m 3 ) b) Dalam hal tinggi timbunan masih dibawah tinggi urugan maksimum, penimbunan dilakukan secara bertahap sehingga tidak terjadi longsoran. V. PENGENDALIAN MUTU Untuk pemantauan stabilitas, penurunan dan tekanan air pori dari timbunan akibat pelaksanaan vakum, Penyedia Jasa harus memasang peralatan/instrumen pemantauan. Instrumen pemantauan umumnya terdiri dari dan tidak terbatas pada: 1. Penurunan Vertikal a) Pelat Penurunan (Total Settlement Plate) dipasang pada setiap jarak 100 meter di atas permukaan geomembran pada posisi as jalan sehingga dapat menggambarkan penurunan tanah pada arah memanjang; 19

21 b) Penanda/Indikator Penurunan Permukaan diatas permukaan tanah dilakukan terhadap Patok Tetap (Benchmark) yang tidak dipengaruhi oleh penurunan tanah dasar; c) Hasil pembacaan penurunan vertikal digunakan untuk mengobservasi derajat konsolidasi dan memprediksi penurunan yang terjadi terhadap total penurunan konsolidasi yang dihitung menggunakan metode Asaoka; d) Pemantauan Pelat Penurunan (Total Settlement Plate) dilakukan 1 (satu) hari sekali pada waktu yang sama selama 1 (satu) bulan vakum dan setiap 3 (tiga) hari sekali pada waktu yang sama sampai selesainya proses vakum; e) Proses vakum dianggap selesai apabila derajat konsolidasi mencapai minimal 90% yang dianalisa menggunakan metode Asaoka (Asaoka, 1978). 2. Pengukuran Tekanan Vakum a) Tekanan vakum diukur dengan menggunakan pengukur tekanan vakum (vacuum gauge). b) Pengukur tekanan vakum tersebut harus memiliki skala sampai dengan -100 kpa. c) Pengukur tekanan vakum di pasang pada pompa vakum dan titik-titik tertentu dalam area vakum dengan distribusi 1 buah setiap m2. d) Pemantauan Pengukuran Tekanan Vakum dilakukan 1 (satu) hari sekali pada waktu yang sama sampai selesainya proses vakum. 3. Tekanan Air Pori a) Tekanan air pori diukur menggunakan piezometer. b) Piezometer yang dipasang harus dapat mengukur tekanan air pori negatif akibat tekanan vakum. c) Piezometer yang digunakan adalah tipe vibrating wire yang dipasang pada lokasi dan kedalaman sesuai rencana di dalam area vakum. d) Indikator nilai tekanan air pori diperoleh dari pembacaan alat pengukur tekanan air pori pada alat baca piezometer. e) Piezometer dipasang pada setiap titik pengamatan di setiap kedalaman 5 meter dan penambahannya dengan jumlah minimal satu titik pengamatan setiap partisi. f) Pemantauan tekanan air pori menggunakan piezometer dilakukan 1 (satu) hari sekali pada waktu yang sama selama 1 (satu) bulan sejak mulai pelaksanaan vakum dan setiap 3 (tiga) hari sekali pada waktu yang sama sampai selesainya proses vakum. 4. Pergerakan tanah lateral a) Pergerakan tanah lateral diukur menggunakan inclinometer. b) Inclinometer harus dipasang 1 (satu) sampai 2 (dua) unit per partisi pada bagian lereng yang paling rawan atau pada lokasi dengan kedalaman sesuai rencana yang disetujui. c) Inclinometer dipasang di luar area yang divakum yang terpengaruh oleh pergerakan tanah. d) Indikator pergerakan tanah diperoleh dari pembacaan alat 20

22 pengukur melalui alat baca inclinometer. e) Inclinometer tersebut harus dilindungi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk pengamatan pada saat kondisi layan. f) Pemantauan tanah lateral menggunakan Inclinometer dilakukan setiap 1 (satu) hari sekali pada waktu yang sama selama 1 (satu) bulan sejak mulai pelaksanaan vakum dan setiap 4 (empat) hari sekali sampai selesainya proses vakum. 5. Pengukuran kompresi tanah a) Pengukuran kompresi tanah menggunakan extensometer. b) Extensometer yang digunakan adalah tipe spider dengan ring magnet. c) Extensometer dipasang pada setiap titik pengamatan di setiap kedalaman 5 meter dan penambahannya dengan jumlah minimal satu titik pengamatan setiap partisi. d) Pembacaan kompresi tanah pada ring magnet menggunakan probe elektronik. e) Pemantauan kompresi tanah menggunakan extensometer dilakukan setiap 1 (satu) hari sekali pada waktu yang sama selama 1 (satu) bulan sejak mulai pelaksanaan vakum dan setiap 4 (empat) hari sekali sampai selesainya proses vakum. 6. Pengukuran peningkatan kuat geser dan properties tanah (apabila dibutuhkan). a) Pengukuran peningkatan kuat geser dilakukan dengan menggunakan Uji Geser Baling (Vane Shear Test - VST), Sondir (Cone Penetration Test CPT) dan/atau b) Pemboran Teknik yang dilengkapi dengan pengujian laboratorium yang sesuai. c) Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah dilakukan perbaikan dengan metode vakum (dengan PVD) pada lokasi yang berdekatan. Berdasarkan jenisnya, alat pemantauan dipasang sesudah PVD selesai dipasang dan sebelum atau sesudah lapis kedap digelar, atau sebelum timbunan sebagai pembebanan dilakukan. Pemantauan harus dilakukan lebih sering apabila ditemukan hasil pemantauan yang ekstrem Setiap titik instrumetasi dan pengujian harus diberi nama dan diukur posisi titiknya. Setiap titik instrumetasi dan pengujian diberikan pengamanan hingga tidak mengalami kerusakan, setiap kerusakan harus dilaporkan dan segera diganti. Setiap hasil instrumentasi didata, dicatat dan dilaporkan dalam bentuk laporan yang minimum mencakup dan tidak terbatas pada : Jenis/tipe instrument/pemgujian, Kode/ID/nama, Koordinat posisi titik, Tanggal pemasangan, Data awal, Hasil pengamatan (dalam bentuk tabulasi dan grafik), Petugas yang bertanggung jawab, 21

23 Komentar yang relevan/catatan. VI. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Dalam melakukan pelaksanaan pekerjaan perbaikan tanah menggunakan Penyalir Vertikal (PVD) diperlukan adanya Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Adapun Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Safety Patrol Suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan petroli selama kira-kira 1 atau 2 jam (tergantung lingkup proyek ) masing msing safty patrol mencatat hal-hal yang memiliki resiko kecelakaan di lapangan,ketentuan patrol bsa 1 kali dalam 1 minggu b. Safety supervisor Petugas yang ditunuk oleh manager peroyek yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekeraan di lihat dari segi K3. Safety supervisor berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung kepada kepala pelaksana yang mengandung bahaya terhadap keselamatan kerja. c. Safety Meting Rapat dalam peroyek yang membahas tentang hasillaporan dari Safety Patrol maupun laporan dari Safety supervisor.. Perlengkapan dan Peralatan penunjang Program K3 a. Pemasangan bendera K3, Bendera RI, Bendera Perusahaan. b. Pemasangan sign Board K3 yang berisikan selogan-selogan yang mengingatkan akan perlunya bekera dengan selamat, selogan dapat di pasang di kantor peryek atau lokasi pekerjaan di lapangan. Perlengkapan yang melekat pada tenaga kerja yaitu: a. Topi helm. b. Sepatu lapangan c. Sarung tangan untuk Pekerja tertentu d. Sabuk pengaman Untk Pekerja yang tinggi e. Masker Untuk Pekerjaan tertentu. f. Obat-Obat Utuk P3K Environmental a. Sisa material pekerjaan Geotekstil diangkut kembali. b. Sisa sampah makan pekerja diangkut kembali, jangan dibuang sembarangan. c. Lokasi pekerjaan menggunakan metode 5R. d. Jangan tinggalkan lokasi pekerjaan jika selesai, rapikan dan diidentifikasi. e. Good House Keeping. Palembang, 5 Agustus 2016 Disetujui oleh, Dibuat Oleh, 22

24 Ir. Arief Hardianto Prayoga Kepala Proyek Kepala Teknik Imam 23

STABILISASI TANAH HIDROLIS

STABILISASI TANAH HIDROLIS STABILISASI TANAH HIDROLIS Pre-fabricated Vertical Drain Oleh : Andika Satria Agus (0907132986) Jurusan Teknik SIpil, Fakultas Teknik, Universitas Riau Prefabricated Vertical Drain (PVD) adalah adalah

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT In civil construction frequently encountered problems in soft soils, such as low bearing capacity and

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Timbunan Ringan Dengan Mortar Busa Material timbunan ringan dengan Mortar busa adalah merupakan foamed embankment mortar disebut juga sebagai high-grade soil yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia konstruksi yang semakin pesat, menjadikan banyak kegiatan pembangunan terjadi di hampir semua wilayah. Kebutuhan infrastruktur sebagai penunjang aktivitas manusia

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. INTISARI...

DAFTAR ISI. SAMPUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. INTISARI... DAFTAR ISI SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH LUNAK DENGAN METODE PRELOADING DENGAN PREFABRICATED VERTICAL DRAINS (PVD)

PERBAIKAN TANAH LUNAK DENGAN METODE PRELOADING DENGAN PREFABRICATED VERTICAL DRAINS (PVD) PERBAIKAN TANAH LUNAK DENGAN METODE PRELOADING DENGAN PREFABRICATED VERTICAL DRAINS (PVD) Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Perbaikan Tanah Oleh : Marsa Achadian Tyarpratama NIM. 135060107111002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan Palembang - Indralaya dibangun disepanjang tanah rawa yang secara garis besar merupakan tanah yang memerlukan tingkat perbaikan baik dari segi struktur maupun

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan METODA PELAKSANAAN Nama Perusahaan : Nama Paket Pekerjaan : No. Paket : CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan 481625 Jangka waktu pelaksanaan : Metode pelaksanaan merupakan hal

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 2.1.1 Material Geosintetik Penggunaan material geosintetik pada proyek perbaikan tanah semakin luas, material geosintetik yang telah teruji kekuatannya

Lebih terperinci

Alternatif Metode Perbaikan Tanah untuk Penanganan Masalah Stabilitas Tanah Lunak pada Areal Reklamasi di Terminal Peti Kemas Semarang

Alternatif Metode Perbaikan Tanah untuk Penanganan Masalah Stabilitas Tanah Lunak pada Areal Reklamasi di Terminal Peti Kemas Semarang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (13) 1-5 1 Alternatif Metode Perbaikan Tanah untuk Penanganan Masalah Stabilitas Tanah Lunak pada Areal Reklamasi di Terminal Peti Kemas Semarang Yulieargi Intan Tri,

Lebih terperinci

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI

TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI Nursyamsu Hidayat, Ph.D. TANAH DASAR, BADAN JALAN REL DAN DRAINASI TANAH DASAR (SUBGRADE) Fungsi tanah dasar: Mendukung beban yang diteruskan balas Meneruskan beban ke lapisan dibawahnya, yaitu badan jalan

Lebih terperinci

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-10 Preservasi Jaringan Jalan dan Perluasannya Mendukung Pengembangan Wilayah Surabaya, November 2008

KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-10 Preservasi Jaringan Jalan dan Perluasannya Mendukung Pengembangan Wilayah Surabaya, November 2008 KONFERENSI REGIONAL TEKNIK JALAN KE-10 Preservasi Jaringan Jalan dan Perluasannya Mendukung Pengembangan Wilayah Surabaya, 11-12 November 2008 WAHYU P. KUSWANDA Nomor Anggota HPJI : B-01829 Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah ilmu pengetahuan mengenai penerapan

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Uraian Umum Dalam setiap Proyek Konstruksi, metode pelaksanaan yang dilakukan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Proyek yang lainnya. Metode pelaksanaan yang

Lebih terperinci

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM : ANALISIS PARAMETER KUAT GESER TANAH DENGAN GEOTEXTILE Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D 100 030 074 NIRM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored

Lebih terperinci

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

Seberapa Besar Pengaruh Efek Gangguan dan Hambatan Alir pada Prefabricated Vertikal Drain?

Seberapa Besar Pengaruh Efek Gangguan dan Hambatan Alir pada Prefabricated Vertikal Drain? 10 th Indonesian Geotechnical Conference and 19 th Annual Scientific Meeting Jakarta Indonesia, 24-25 November 2015 Seberapa Besar Pengaruh Efek Gangguan dan Hambatan Alir pada Prefabricated Vertikal Drain?

Lebih terperinci

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN PENGUJIAN LABORATORIUM KORELASI EMPIRIS DATA SONDIR DAN N-SPT ANTAR PARAMETER TANAH PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN TUJUAN Mengetahui keadaan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bowles (1991) berpendapat bahwa tanah dengan nilai kohesi tanah c di bawah 10 kn/m 2, tingkat kepadatan rendah dengan nilai CBR di bawah 3 %, dan tekanan ujung konus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang, terutama di daerah perkotaan terus memacu pertumbuhan aktivitas penduduk. Dengan demikian, ketersediaan

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK METODA PRELOADING PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PULAU KALIMANTAN

PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK METODA PRELOADING PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PULAU KALIMANTAN PERBAIKAN TANAH LEMPUNG LUNAK METODA PRELOADING PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PULAU KALIMANTAN Wahyu P. Kuswanda Anggota HATTI No. 00.0601.AZ Direktur PT. Teknindo Geosistem Unggul Gedung

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Perbaikan Tanah Dasar Untuk Area Pembangunan Dan Jalan Pada Proyek Onshore Receiving Facilities Komplek Maspion - Gresik

Perencanaan Sistem Perbaikan Tanah Dasar Untuk Area Pembangunan Dan Jalan Pada Proyek Onshore Receiving Facilities Komplek Maspion - Gresik Presentasi Tugas Akhir Perencanaan Sistem Perbaikan Tanah Dasar Untuk Area Pembangunan Dan Jalan Pada Proyek Onshore Receiving Facilities Komplek Maspion - Gresik Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Noor Endah

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi Kasus Obyek studi kasus untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah Perencanaan Jalan Tol Kertosono Mojokerto, Surabaya yang berada pada provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G. STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74%

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74% PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74% Eko Andi Suryo* 1, Suroso 1, As ad Munawir 1 1 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13

Bendungan Urugan II. Dr. Eng Indradi W. Sunday, May 19, 13 Bendungan Urugan II Dr. Eng Indradi W. Bendungan urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan

Lebih terperinci

Kajian Tanah Ekspansif, Jalan Akses Jembatan Suramadu Sisi Madura ABSTRAK

Kajian Tanah Ekspansif, Jalan Akses Jembatan Suramadu Sisi Madura ABSTRAK Kajian Tanah Ekspansif, Jalan Akses Jembatan Suramadu Sisi Madura Chomaedhi, M. Khoiri & Machsus Staft Pengajar Program Studi D-III Teknik Sipil FTSP email: chomaedhi@ce.its.ac.id; mkhoiri@ce.its.ac.id;

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN I. RUANG LINGKUP PEKERJAAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES Pekerjaan Pembangunan Jembatan ini terdiri dari beberapa item pekerjaan diantaranya adalah : A. UMUM 1. Mobilisasi

Lebih terperinci

I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan dan Metode Perbaikan Tanah. VI.Penutup (Kesimpulan dan

I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan dan Metode Perbaikan Tanah. VI.Penutup (Kesimpulan dan ALTERNTIF KONSTRUKSI PELEBARAN JALAN SURABAYA GRESIK (STA 4+800 - STA 7+000) MAHARSHI MEUNANG PERWITTA 3106100112 I.Pendahuluan: II.Tinjauan Pustaka III. Metodologi IV. Analisa Data V. Perencanaan Perkerasaan

Lebih terperinci

Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng

Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng Bab V Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng V.1 Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng Metode stabilitas lereng bertujuan untuk mengurangi gaya dorong, meningkatkan gaya tahan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan suatu pendukung sebuah bangunan yang berfungsi sebagai penahan beban konstruksi di atasnya. Semua beban konstruksi seperti jalan dan gedung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

TEKNIK PERBAIKAN TANAH LUNAK SEBAGAI LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR DINI ANITA SARAGIH

TEKNIK PERBAIKAN TANAH LUNAK SEBAGAI LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR DINI ANITA SARAGIH TEKNIK PERBAIKAN TANAH LUNAK SEBAGAI LAPISAN TANAH DASAR (SUBGRADE) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun

Lebih terperinci

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian

BAB XII GALIAN BIASA UMUM. 1) Uraian BAB XII GALIAN BIASA 3.1.1. UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Muhtar Gojali, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Muhtar Gojali, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya penurunan elevasi muka tanah dasar akibat dari proses konsolidasi tanah yang merupakan salah satu aspek utama dalam bidang Geoteknik. Geoteknik atau geotechnic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Terganggu Tanah terganggu merupakan tanah yang memiliki distribusi ukuran partikel sama dengan seperti di tempat asalnya, tetapi strukturnya telah cukup rusak atau hancur

Lebih terperinci

KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL

KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL Sumiyati Gunawan 1 dan Agatha Padma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah pendukung merupakan salah satu aspek utama dalam bidang geoteknik terutama pada lapisan tanah

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian untuk melaksanakan riset tentang daya dukung tanah gambut yaitu dibagi pada dua tempat. Yang pertama pengujian daya dukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya penurunan elevasi muka tanah dasar akibat dari proses konsolidasi tanah yang merupakan salah satu aspek utama dalam bidang Geoteknik. Geoteknik atau geotechnic

Lebih terperinci

Gambar 7.2 Potongan A A dari Gambar 7.1

Gambar 7.2 Potongan A A dari Gambar 7.1 Gambar 7.2 Potongan A A dari Gambar 7.1 Pembersihan lapangan (Gambar 7.3) Sebelum reklamasi dilaksanakam, perairan pantai perlu dibersihkan dari bahan bahan organik dan anorganik berupa sampah kota, bangkai

Lebih terperinci

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Konstruksi geotube merupakan suatu konstruksi yang memadukan material geotekstil sebagai pembungkus dan pasir atau lanau sebagai material pengisi yang dibentuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN BAWAH dengan sistim KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 Proyek : Gedung

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi Bab I. Pendahuluan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di daerah Kalimantan timur memiliki tanah organic clay yang menutupi sebagian dari wilayahnya. Secara umum organic clay selalu mempunyai sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

DAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008

DAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008 DAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008 No. Nomor SNI Judul Standar Nasional Indonesia NOMOR: 95/KEP/BSN/9/2008 TANGGAL 25 SEPTEMBER 2008 1. SNI 7393:2008 satuan pekerjaan besi dan alumunium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LINGKUP PEKERJAAN 1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi : I. Perbaikan/Rehab dermaga TPI/PPI 2. Sarana bekerja dan tata cara pelaksanaan. a. Untuk kelancaran

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 2.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan perataan kembali selokan lama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di

I. PENDAHULUAN. bangunan, jalan (subgrade), tanggul maupun bendungan. dihindarinya pembangunan di atas tanah lempung. Pembangunan konstruksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN

DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR UMUM PERSYARATAN 2.1.1 UMUM DIVISI 2 DRAINASE SEKSI 2.1 SELOKAN DAN SALURAN AIR 1) Uraian a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak dilapisi (unlined) dan perataan kembali selokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bangunan yang direncanakan diatas suatu lapisan tanah liat lunak harus mempertimbangkan daya dukung tanah yang sangat terbatas serta penurunan yang cukup besar dimana

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Koener (1988) geosintetik terdiri dari 2 suku kata, geo yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Koener (1988) geosintetik terdiri dari 2 suku kata, geo yang 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filosofi Geosintetik Menurut Koener (1988) geosintetik terdiri dari 2 suku kata, geo yang bearti tanah dan sintetik bearti tiruan. Geosintetik adalah bahan tiruan (sintetis)

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tanah merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lain-lain. Tanah yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana

Lebih terperinci

PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL. David E. Pasaribu, ST Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc

PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL. David E. Pasaribu, ST Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL David E. Pasaribu, ST Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc 11 November 2008 I. PENDAHULUAN a. Pondasi tiang pancang adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN 4.1.1 UMUM DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Pelebaran Perkerasan adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan pada jalan lama

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong SNI 6792:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 6792:2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Solusi TenCate untuk Konsolidasi Tanah Lunak

Solusi TenCate untuk Konsolidasi Tanah Lunak Solusi TenCate untuk Konsolidasi Tanah Lunak TENCATE GEOSYNTHETICS Solusi Geosintetik Yang Memberikan Perbedaan TenCate Polyfelt Alidrain Prefabricated Vertical Drains Kami Melakukan Yang Terbaik TenCate,

Lebih terperinci

Nila Sutra ( )

Nila Sutra ( ) PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DAN ANALISA STABILITAS TANGGUL PADA AREA REKLAMASI PROYEK PENGEMBANGAN PELABUHAN PETI KEMAS BELAWAN, MEDAN (TAHAP II) Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Noor Endah, M.Sc., Ph.D Putu

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM Penimbunan pada tanah dengan metode drainase vertikal dilakukan secara bertahap dari ketinggian tertentu hingga mencapai elevasi yang diinginkan. Analisis penurunan atau deformasi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN METODE PELAKSANAAN I. PRA PEMBANGUNAN 1. Pemeriksaan gambar-gambar untuk pelaksanaan : Semua gambar-gambar yang disiapkan adalah gambar-gambar yang telah ditandatangani oleh Direksi dan apabila ada perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.I Kegiatan Penelitian Dalam pengujian yang dilakukan menggunakan tanah gambut yang berasal dari Desa Tampan, Riau. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian triaksial

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci