Keragaan Usahatani Bawang Merah Di Kabupaten Lombok Timur

Transkripsi

1 Keragaan Usahatani Bawang Merah Di Kabupaten Lombok Timur I Putu Cakra Putra Adnyana. 1, Muji rahayu 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB Jl. Raya Peninjauan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, NTB, putucakra@gmail.com Abstrak Kabupaten Lombok Timur adalah sentra produksi merahsalah satu terbesar di NTB namun bukan menjadi salah satu kawasan pendampingan hortikultura komoditas bawang merah Nasional. Desa Prerenan kecamatan Pringgabaya merupakan kawasan pendampingan hortikultura bawang merah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang merah. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan deskstudy. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sd Juni Data dianalisis secara deskriptif, analisis Usahatani B/C ratio, dan share petani, distribusi keuntungan.usahatani bawang Merah yang dilakukan pada Musim kemarau layak untuk diusahakan dengan B/C ratio sebesar Pada saluran pemasaran I, II dan III (SPI) Share petani diatas 50%, sedangkan saluran pemasaran IV dibawah 50%. Pada saluran pemasaran I dan II distribusi keuntungan petani diatas 50% dan saluran pemasaran III dan IV distribusi keuntungan petani dibawah 50%. Kata kunci: Bawang merah, Lombok Timur, Usahatani Latar Belakang Pendahuluan Kabupaten Lombok timur pada tahun 2014 adalah salah satu sentra produksi bawang merah terbesar di NTB dengan produksi ton atau 15% dari total produksi NTB (BPS, NTB 2015) serta menjadi salah satu kawasan pendampingan hortikultura khususnya komoditas bawang merah. Kecamatan Woha kabupaten Bima merupakan kawasan pendampingan hortikultura bawang merah. Tabel 1. Luas panen dan produksi bawang merah tahun 2014 di NTB No Kabupaten/Kota Bawang Merah Luas Panen Produksi (Ha) (Ton) 1 1. Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur S u m b a w a D o m p u B i m a Sumbawa Barat Kota Mataram Kota Bima Lombok Utara Jumlah / Total Sumber BPS NTB Dalam Angka Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

2 Luas panen dan produksi bawang merah di NTB lima tahun terakhir dari sangat berfluktuasi, dimana luas panen tahun 2010 mencapai ha kemudian turun pada tahun 2011 dengan luas panen 9988 ha, selanjutnya pada tahun 2012 meningkat kembali tahun 2012 menjadi ha, sempat turun tahun ha kemudian naik lagi ha. Jumlah luas panen disebabkan oleh pengaruh dari harga tahun sebelumnya yang diterima petani, misalnya bilamana harga menurun musim tanam sebelumnya maka petani akan mengurangi luas tanam bawang merah pada musim tanam selanjutnya yang tentunya berdampak pada penurunan luas panen dari bawang merah pada musim tanam selanjutnya begitu juga sebaliknya, bilamana harga bawang merah meningkat. Penambahan luas tanam ternyata juga dipengaruhi oleh harga bibit bawang merah bila harga bibit tinggi maka mengurangi minat petani untuk berusahatani bawang merah. Dalam beberapa bulan terakhir, persoalan kebutuhan bawang merah khususnya yang menyangkut masalah pemasaran seperti tingginya harga bawang merah mendapat perhatian berbagai pihak, pemerintah berpendapat produksi bawang merah oleh petani lokal dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia meroketnya harga bawang merah di dalam negeri disebabkan karena terhambatnya logistik bawang merah di pedagang. Kenaikan harga bawang merah dapat menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap inflasi nasional dan NTB pada khususnya. Inflasi bisa dipicu kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak turunannya.selain BBM kenaikan harga pangan juga dipengaruhi cuaca yang tidak menentu yang menyebabkan pasokan bawang merah berfluktuasi. Harga bawang merah juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti, produksi, permintaan konsumen, permainan pedagang, impor, dll. Menurut Soekartawi (1999) bila mekanisme pemasaran berjalan baik maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu peranan lembaga perantara pemasaran menjadi amat penting untuk menentukan mekanisme pasar. Menurut C. Glen Walters (dalam Swastha, 1982), saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Berdasarkan situasi tersebut diatas maka perlu dilihat kelayakan usahatani bawang merah di kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu sentra produksi bawang merah di NTB serta mengetahui saluran pemasaran bawang merah apakah sudah share margin petani sudah cukup tinggi. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan usahatani bawang merah dan margin pada saluran pemasaran bawang merah. Keluaran Penelitian Kelayakan usahatani bawang merah dan margin pada saluran pemasaran bawang merah. Metodologi Metode penelitian menggunakan studi kasus pada Kelompok Tani di Desa Prerenan Kecamatan Pringgabaya dan Kelompok tani di Desa Mamben daya Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok timurdengan jumlah petani sebanyak 20 orang, sedangkan pemasaran dengan metode snowball sampling. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 929

3 (purposive) dengan pertimbangan merupakan pusat penanaman bawang merah di Kabupaten Lombok Timur yang sebagian besar petaninya menanam bawang merah secara konsisten. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diambil terdiri dari data primer melalui wawancara langsung dengan responden yang menanam bawang merah dan pedagang yang menjual bawang merah serta data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait serta referensi-referensi buku lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Petani responden adalah petani yang menanam bawang merah di tahun Biaya Total usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani berlangsung. Satuan ukurnya adalah rupiah per hektar per musim (Rp/ha/musim). Biaya tersebut adalah biaya tetap dan biaya variabel. 3. Biaya Tetap (Fixed cost) menurut Ken Suratiyah (2006), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi, yang terdiri dari: sewa lahan, penyusutan alat. 4. Biaya Variabel (Variable cost) adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam satu musim tanam, yang terdiri dari sarana produksi, tenaga kerja tidak tetap dan bunga modal variabel : a. Sarana produksi yang terdiri dari: Bibit bawang merah, Pupuk kandang Pupuk kimia (Urea, TSP, KCL, ZA, Phonska) Pupuk daun dihitung dalam satuan kilogram, Kapur pertanian dihitung dalam satuan kilogram, Pestisida, b. Upah tenaga kerja 5. Penerimaan adalah hasil produksi dari usahatani bawang merah dikali harga jual dinyatakan dalam satuan rupiah. 6. Pendapatan adalah selisih antar penerimaan dengan biaya total yang digunakan dalam satu musim tanam usahatani bawang merah. 7. Kelayakan dihitung dengan B-C Ratio yaitu perbandingan antara Benefit total dengan biaya total pada satu musim tanam. 8. Satu musim tanam usahatani bawang merah adalah tujuh bulan (5 bulan). 9. Harga jual dalam penelitian ini adalah harga jual rata-rata, data yang diambil adalah musim kemarau tahun Kerangka Analisis Biaya Total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel, Penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dikalikan harga jual persatuan produk, Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang telah dikeluarkan, analisis R-C adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya per usahatani. (Ken Suratiyah, 2006). Analisis R-C digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dijalankan. Adapun kriteria penilaian kelayakan tersebut yaitu : R-C = 1, Artinya usahatani bawang merah tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian (impas). R-C < 1, Artinya usahatani bawang merah yang dilakukan mengalami kerugian dan tidak layak diusahakan. 930 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

4 R-C >1, Artinya usahatani bawang merah yang dilakukan memperoleh keuntungan dan layak diusahakan. B/C ratio adalah perbandingan antara keuntungan dengan biaya. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Untuk menganalisis marjin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran, sehingga dalam perhitungan marjin pemasaran digunakan rumus (Agustian, 2008). Analisis tentang farmer s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh petani dari harga ditingkat konsumen yang dinyatakan dalam persentase (Gultom, 1996 dalam Jumiati, 2013) Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Prerenan Kecamatan Pringgabaya lahan kering pengairan sumur dalam dan Desa Mamben daya lahan basah pengairan irigasi kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur tahun Hasil dan Pembahasan Analisis Biaya Usahatani Bawang Merah Besarnya biaya tetap untuk usahatani bawang merah di musim kemarau per Hektar permusim dilahan basah irigasi desa Mamben daya adalah sebesar Rp yang digunakan untuk sewa lahan, penyusutan lebih besar dibandingkan lahan kering pengairan sumur dalam di desa Prerenan, perbedaanya pada biaya sewa lahan dilahan irigasi lebih mahal dibandingkan lahan kering pengairan sumur dalam. Sewa lahan pada musim hujan lebih mahal dibanding dengan di musim kemarau bisa mencapai 10 juta per ha per musim karena adanya persaingan dalam penggunaan untuk padi sawah. Tabel 2. Rincian Analisis Usahatani Bawang Merah Per Hektar Per Musim pada Petani yang Melakukan Penanaman pada Musim Kemarau Rincian Desa Mamben Daya Desa Prerenan Sewa Lahan (Rp) Penyusutan Alat (Rp) Jumlah Biaya Tetap Persiapan dan pengolahan lahan 1,920,000 1,920,000 Bibit 39,600,000 39,600,000 Pupuk 750, ,000 pestisda, fungisida, pupuk zpt 1,440,000 2,340,000 Pengairan 200,000 4,800,000 Tenaga Kerja 10,980,000 11,980,000 Total biaya Variabel 50,890,000 61,425,000 Biaya Total (variabel+tetap) 56,890,000 63,925,000 Produksi rata-rata (kg) 10,500 11,000 Harga rata-rata (Rp) 9,000 9,000 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 931

5 Rincian Desa Mamben Daya Desa Prerenan Penerimaan rata-rata (Rp) 94,500,000 99,000,000 Pendapatan 37,610,000 35,075,000 R-C Ratio B-C Ratio Tabel 2 menunjukkan bahwa besarnya total biaya variabel pada usahatani bawang merah yang dilakukan saat musim kemaraudi desa Mamben Dya pada penelitian ini rata-rata sebesar Rp 55,350,000,- lebih kecil dibandingkan biaya variabel Desa Prerenan yang mencapai hal ini ternayata disebabkan pada lahan kering serangan hama ulat lebih tinggi dibandingkan dilahan irigasi. Penyebab lainnya adalah biaya pengairan lebih tinggi dilahan kering yang menggunakan pengairan sumur dalam dibandingkan lahan irigasi dimana lahan kering harus membeli air setiap kali mengari lahan sebesar Rp /jam Banyaknya serangan hama maupun penyakit pada musim kemarau sehingga mengakibatkan kebutuhan pestisida seperti fungisida dan insektisida menjadi lebih tinggi, selain adanya biaya yang tinggi untuk pembelian pestisida tersebut juga mengakibatkan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanggulangan hama danpenyakit menjadi lebih banyak. Pada akhirnya menyebabkan total biaya variabel pada penanaman menjadi tinggi. Biaya total yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani bawang merah yang ditanam pada musim kemarau per Hektar per musim tanam di desa mamben daya dan desa Prerenan sebesar Rp 60,407,500, tingginya biaya tanam bawang merah disebabkan oleh kebiasaan petani yang membeli benih yang sudah siap tanam, bila dibandingkan melakukan pembuatan benih sendiri tentu pembibitan bisa lebih rendah. Hal ini dilakukan oleh petani karena keterbatasan pengetahuan petani dalam menyeleksi calon benih menjadi benih, waktu yang dibutuhkan petani untuk pembibitan bisa dialihkan untuk kegiatan lainnya, penyebab lainnya adalah luas kepemilikan lahan yang kecil dibawah are sehingga hasil yang didapatkan dijual semuannya dalam bentuk bawang basah untuk menutupi biaya usahatani dan kebutuhan sehari-hari. Besarnya penerimaan yang diperoleh petani bawang merah yang menanam di musim kemaraurata-rata adalah Rp per hektar per musim, rendahnya harga bawang merahkarna kebiasaan petani menjual bawang merah dalam bentuk basah atau segar karena kebiasaan masyarakat Lombok timur yang mengkonsumsi bawang basah tapi kalau masyarakat perkotaan mengkonsumsi bawang merah kering. Ada juga petani yang menjual bawang kering harganya bisa mencapai Rp /kg-Rp 17000/kg Pendapatan rata-rata petani yang diperoleh pada usahatani bawang merah per Hektar Per Musim pada musim hujan yaitu sebesar Rp R/C ratio pada usahatani bawang merah pada musim kemarau diperoleh rata-rata sebesar 1,60 artinya usahatani layak dilakukan karena R/C ratio lebih besar dari 1, sedangkan B/C ratio sebesar 0,60 artinya bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,60 rupiah. Pemasaran Bawang merah Rantai distribusi produk pangan di dalam negeri sangat tak efisien. Panjangnya rantai distribusi membuat harga di petani hingga ke tingkat pasar bisa naik 100%. Salah satu rantai distribusi panjang terjadi pada komoditas bawang merah merah. Misalnya dari sentra penghasil bawang merah di Lombom timur, Nusa Tenggara Barat) sampai ke kota mataram di NTB. Membawa bawang merah hingga ke pedagang pasar, setidaknya butuh 3 tahapan distribusi, antara 932 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

6 lain dari petani ke pengepul kecil, lalu, kemudian ke pedagang besar, dan terakhir ke pedagang pasar tradisional atau eceran. Di setiap mata rantai menikmati keuntungan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Dhewi T.S. (2008), yang menyatakan bahwa semakin pendek saluran pemasaran maka semakin besar pula kontribusi harga yang diterima petani, serta pemasaran bawang merah secara lokal belum efisien. Menurut hasil penelitian harga bawang merah basah di level petani hanya menjual Rp per kg kepada pengepul kecil, selanjutnya dijual kepada pengepul besar sekitar Rp 9500 per kg.biaya transportasi sekitar Rp 200 per kg, angkut Rp 20/kg karung Rp12/kg. Di sini keuntungan diambil Rp 268/kg. Jalur distribusi tidak berhenti di sini, harga bawang merahbisa dipatok oleh pengepul besar senilai Rp / kg ke pengecer, dari pngecer, harga bawang merah sebesar Rp per kg dijual ke konsumen.kalau harga bawang merah kering dijual petani /kg dan sampai ke konsumen Rp /kg. Tabel 3. Margin Pemasaran, Share Petani/Produsen, dan Keuntungan Pemasaran Bawang merah di Kecamatan Woha Kabupaten Bima, NTB Tahun SP I SP II SP III SP III Pelaku Pasar Harga Jual Petani/Produsen Keuntungan di petani PPKab a. Harga Pembelian b. Total biaya pemasaran Karung jaring Transportasi +angkut c. Harga Penjualan d. Margin Pemasaran e. Keuntungan Pemasaran PP(Grosir) a. Harga Pembelian b. Total biaya pemasaran Transportasi Tenaga Kerja Sortasi Retribusi Gudang c. Harga Penjualan d. Margin Pemasaran e. Keuntungan Pemasaran Pengecer a. Harga Pembelian b. Total biaya pemasaran Transportasi Retribusi Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 933

7 PAP SP I SP II SP III SP III Pelaku Pasar c. Harga Penjualan d. Margin Pemasaran e. Keuntungan Pemasaran a. Harga Pembelian b. Total biaya pemasaran Karung jarring 40 - Transportasi Tenaga Kerja 60 - Sortasi & pengepakan 80 - Retribusi 25 c. Harga Penjualan d. Margin Pemasaran e. Keuntungan Pemasaran 3795 Total Margin Pemasaran (Rp) Total Biaya pemasaran (Rp) Total Keuntungan bersih (Rp) Share petani/produsen (%) DK di petani (Distribusi Keuntungan) (%) Untuk pedagang antar provinsi menjual langsung pasar induk seperti Pasar jawa Tengah hanya pada musim hujan di Lombok Timur atau ada permintaan khusus dari pemerintah untuk menstabilkan harga bawang merah di jakarta. Pada tingkat grosir pasar induk Kramat Jati harga bisa menjadi Rp /kg. Harga ini sudah termasuk penyusutan karena bawang merah yang busuk serta biaya transportasi dan marjin keuntungan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Usahatani bawang Merah yang dilakukan pada Musim kemarau layak untuk diusahakan dengan B/C ratio sebesar Pada saluran pemasaran I, II dan III (SPI) Share petani diatas 50%,sedangkan saluran pemasaran IV dibawah 50%. Pada saluran pemasaran I dan II distribusi keuntungan petani diatas 50% % dan saluran pemasaran III dan IVdistribusi keuntungan petani dibawah 50%. Daftar Pustaka Adang Agustian Dan Iwan Setiajie A., Analisis Perkembangan Harga danrantai Pemasaran Komoditas CabaiMerah Di Propinsi Jawa Barat Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian Dan Perdesaan: Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor, 19 Nopember Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Deptan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

8 Dhewi T.S., Analisis Efisiensi Pemasaran Bawang Merah Di Kabupaten Probolinggo. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Sektor Publik (JAMBSP). ISSN Vol. 4 No. 3 Juni 2008: Elly Jumiati, Dwidjono Hadi Darwanto, Slamet Hartono dan Masyhuri, 2013.Analisis Saluran Pemasaran Dan Marjin Pemasaran Kelapa Dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013.ISSN : Ken Suratiyah Ilmu Usahatani. Penebar Swadya. Jakarta Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Prajnanta F Agribisnis cabe Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta Soekartawi, Rusmadi, E. Damaijati Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta Soekartawi Agribisnis Teori dan Aplikasinya.PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Swastha, Basu Saluran Pemasaran. BPFE.UGM. Yogyakarta Totok Mardikanto Pembangunan Pertanian. Tri Tunggal Tata Fajar. Surakartahttp://heryadiday.blogspot.com/2014/06/kelayakan-usahatani-cabe-merahpada.html Wayan Juli Arista., Drs. I Ketut Dunia, M.Erg.., Drs. I Made Nuridja, M.Pd.., Analisis Saluran Pemasaran Bawang Merah Di Desa Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi Vol 4, No 1 (2014). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 935