BAB II Landasan Teori
|
|
- Sugiarto Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II Landasan Teori 2.1 Komunikasi Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin Communicatio, bersumber pada kata communis, yang berarti sama, dalam arti kata sama makna yaitu sama makna mengenai suatu hal. Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain (Ardial 2010:20). Dengan kata lain komunikasi mempunyai tujuan untuk menyamakan makna dalam pesan antara pemberi dan penerima pesan. Definisi komunikasi menurut Harold D. Lasswell dalam Effendy (1990) adalah, Who says what, in which channel, to whom, and with what effect (Siapa mengatakan Apa, Melalui apa, Kepada siapa, dan apa Akibatnya). Dapat disimpulkan komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, melalui komunikator kepada komunikan yang mampu menghasilkan respon, dengan tujuan untuk mempengaruhi komunikan agar sesuai dengan harapan komunikator / penyampai pesan. Komunikasi melibatkan beberapa unsur penting yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: (1) komunikator, (2) pesan, (3) media, (4) komunikan, (5) efek, (6) feedback, (7) noise, dan (8) lingkungan komunikasi. Kategori berdasarkan tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta paling sedikit hingga komunikasi yang melibatkan banyak peserta. Seperti yang disampaikan Littlejohn, ada empat tingkat komunikasi yang disepakati banyak pakar, yaitu: komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi kelompok (Mulyana, 2001:72) 2.2 Pengertian Media Media adalah suatu eksistensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Media sendiri mempunyai banyak jenis dan macamnya, dari yang paling 10
2 sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang diproduksi dengan teknologi. Ada pula yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada pula yang sengaja dirancang (Surya Abidin, 2008). 2.3 Jenis-jenis Media Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Kemudian dari tiga unsur tersebut, jenis media dikembangkan menjadi delapan jenis media, yaitu media audio, media cetak, media visual diam, media visual gerak, media audio semi gerak, media visual semi gerak, media audio visual diam dan media audio visual gerak. Anderson (1976) juga menggolongkan menjadi sepuluh jenis media, yaitu audio (kaset audio, siaran radio, CD, telepon), cetak (buku pelajaran, modul, brosur, stiker, leaflet, gambar), audio-cetak (kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis), proyeksi visual diam (overhead transparansi atau OHT), film bingkai (slide), proyeksi audio visual diam (film bingkai slide bersuara), visual gerak (film bisu), audio visual gerak (film gerak bersuara, video atau VCD, televisi), obyek fisik (benda nyata, model, spesimen), manusia dan lingkungan (guru, pustakawan, laboran), dan komputer (Edi Santoso, 2010). Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu media kompleks (film, TV, video atau VCD) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu Schramm juga menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media massal (liputannya luas dan serentak atau radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan atau kaset audio, video, OHP, slide), media individual (untuk perorangan atau buku teks, telepon, CAI). Henrich (1985) menggolongkan media menjadi enam jenis media, yaitu media yang tidak diproyeksikan, media yang diproyeksikan, media audio, media video, media berbasis komputer; dan multi media kit (Edi Santoso, 2010). 11
3 2.4 Film Pengertian Film Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni,bentuk populer dari hiburan dan bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda, termasuk hiburan dan figure palsu dengan kamera atau animasi. (Malaky, 2004 dalam Fajar Nugroho, 2007). Menurut Himawan (2008:2) bahasa film adalah bahasa suara dan bahasa gambar. Film memiliki beberapa unsur penting didalamnya untuk membentuk film lebih sistematis dan rinci. Aspek naratif dan sinematik satu sama lain saling berhubungan erat. Aspek naratif adalah hal-hal yang terkait dengan cerita film serta cara bertuturnya. Sementara aspek sinematik adalah hal-hal yang terkait dengan perlakuan estetik terhadap cerita filmnya. Aspek sinematik dipecah menjadi unsur-unsur yang lebih spesifik, yakni mise enscene, sinematografi, editing dan suara Unsur Film Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Mise en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting, latar, tata cahaya, kostum dan make-up, serta akting dan pergerakan pemain. Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dengan obyek yang di ambil. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya (Himawan, 2008:2) Kekurangan dan Kelebihan Media Film Film merupakan media yang sangat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Sebagai suatu media, film mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain : a. Film merupakan suatu denominator yang umum. Baik anak yang cerdas maupun lamban akan memperoleh sesuatu darifilm yang 12
4 sama. Keterampilan membaca atau penguasaan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi dengan menggunakan film. b. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses,dengan gerakan lambat, pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi. c. Film dapat kembali menampilkan masa lalu dan menyajikanya kembali. d. Film dapat mengembara dengan lincahnya darisuatu Negara ke Negara lainnya. e. Film dapat menyajikan baik teori maupun prakteknya. f. Film dapatmendatangkan seseorang ahli dan memperdengarkan suaranya di kelas. g. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, geraklambat, animasi, dll. h. Film memikat perhatian anak. i. Film lebih realistis, dapat di ulang-ulang, dihentikan dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Hal yang bastrakdapat menjadi jelas. j. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera (penglihatan) k. Film dapat merangsang dan memotivasi kegiatan anak-anak. Sedangkan kelemahan film antara lain : a. Harga/biaya produksi mahal. b. Film tidak dapat mencapai semua tujuan pembelajaran. c. Penggunaan perlu ruang gelap. 2.5 Film Dokumenter Film dokumenter secara umum adalah rekaman kejadian atau peristiwa dalam bentuk audio-visual yang tercipta tanpa ada unsur rekayasa. Film dokumenter dapat dibuat oleh perorangan, kelompok/organisasi, atau institusi pemerintah dan swasta dengan berdasarkan maksud dan tujuan 13
5 yang diinginkan. Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang - orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh - sunguh terjadi. tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot ( rangkaian peristiwa dalam film yang disajikan pada penonton secara visual dan audio), namun memiliki strukturyang umumnya didasarkan oleh tema atau argument dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh peran baik dan peran jahat, konflik, serta penyelesaiannya seperti halnya film fiksi (Fajar Nugroho,2007) Tahapan Pembuatan Film Dokumenter Dalam setiap pembuatan film dokumenter memiliki lima tahapan dalam pembentukaanya, yaitu : a. Menemukan Ide Ide sangat penting sekali dalam pembuatan film dikarenakan bagaimana peristiwa atau fenomena yang akan diangkat menjadi sebuah film dapat manarik. b. Menuliskan film Statement Film Statement adalah intisari dari film yang akan diungkapkan dengan kalimat singkat mengenai inti cerita dari film tersebut. c. Membuat Treatment dan outline Treatment atau struktur cerita berfungsi sebagai skrip dalam film dokumenter. Treatment disusun berdasarkan hasil riset, treatment menggambarkan film dari awal sampai akhir. Dan outline adalah sebuah cerita buatan sehingga alur dalam film dapat terbentuk. d. Mencatat Shooting List 14
6 Mencatat shoting list sangat penting sekali dalam proses produksi, karena dalam shooting list merupakan urutan - urutan dalam pengambilan gambar dari awal dan akhir e. Menyiapkan Editing Script Setelah proses produksi maka tahapan selanjutnya adalah menyiapkan editing script. Editing script adalah panduan dalam pemotongan - pemotongan gambar. 2.6 Angle Kamera Camera Angle dalam pengertian karya audio-visual berati sudut pengambilan gambar yang menekankan tentang posisi kamera berada pada situasi tertentu dalam membidik objek. Pemakaian angle kamera ini diharapkan dapat menggambarkan suatu peristiwa yang sesuai agar lebih terlihat menarik dan mampu mengilustrasikan kedinamisan suatu keadaan. Beberapa jenis angle kamera adalah sebagai berikut : a. Bird Eye View Pengambilan gambaryang dilakukan dari atas di ketinggian tertentu sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan bendabenda lain yang tampak dibawah begitu kecil. b. High Angle Teknik pengambilan gambarnya dengan sudut pengambilan gambar tepat diatas objek, pengambilan gambar yang seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil. c. Low Angle Pengambilan gambar teknik ini yakni mengambil gambar dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari hig angle. Kesan yang ditimbulkan yaitu keagungan atau kejayaan. d. Eye Level 15
7 Pengambilan gambar ini dengan sudut pandang sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang di dapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri. e. Frog Level Sudut pengambilan ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek menjadi sangat besar. 2.7 Ukuran Gambar (Frame Size) Sedangkan menurut ukuran gambar atau suatu objek yang menjadi sasaran yang akan direkam, jenis-jenisnya dibagi sebagai berikut : a. Extreme Close-up [ECU] Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetilan suatu objek. b. Big Close-up[BCU] Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekspresi yang dikeluarkan oleh objek. c. Close-up [CU] Ukuran gambar hanya sebatas dari ujung kepala hingga leher. Fungsinya untuk memberi gambaran jelas tenteng objek. d. Medium Close-up [MCU] Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada.fungsinya untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton jelas. e. Mid Shoot [MS] Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas. f. Kneel Shoot [KS] Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shoot. g. Full Shoot [FS] Pengambilan gambar penuh dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkunganya. 16
8 h. Long Shoot Pengambilan gamar lebih luas dari pada Fool Shoot. Fungsinya untuk menujukan objek dengan latar belakangnya. i. Extreme Long Shoot [ELS] Pengambilan gambar melebihi long shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya untuk menunjukkan objek tersebut bagian dari lingkunganya. j. One Shoot Pengambilan gambar satu objek. Fuungsinya memperlihatkan seseorang atau benda dalam frame. k. Two Shoot Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan 2 orang yang sedang berkomunikasi. l. Three Shoot Pengambilan gambar 3 objek untuk memperlihatkan 3 orang yang sedang mengobrol. m. Group Shoot Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan aktifitas. 2.8 Narasi Penggunaan narasi dalam film biasanya didasarkan pada beberapa hal (Chandra, 2010:111): - Apabila sejak awal film sudah memiliki desain narasi, dengan kata lain pembuat film sudah mempunyai kerangka narasi sebagai acuan dalam mengerjakan film. Daftar kerangkanya sudah ada, dan pembuat tinggal mengumpulkan gambar yang relevan dengan kebutuhan narasi. - Pertimbangan atas jumlahinformasi yang begitubanyak dan padat, alhasil narasi adalahjalan paling bijaksana sebagai medium untuk menyampaikan informasi tersebut. Dengan kata lain, memang benar bahwa narasi mutlakuntuk dipakai, dengan tujuan film dapat dinikmati lebih cair. 17
9 - Pertimbangan akhir adalah ketika pembuat film menjadi tidak berdaya dengan serangkaian gambar yang sudah dikumpulkan. 2.9 Kerangka Pikir Gambar 3 Kerangka Pikir Fakta 1. Masyarakat Salatiga kurang mengetahui asal usul atau sejarah lahirnya Batik Plumpungan di Kota Salatiga 2. Batik Plumpungan Salatiga belum mempunyai media sosialiasi berupa video dokumenter 3. Masyarakat kurang mengenal batik plumpungan Salatiga Pra Produksi 1. Menentukan Ide 2. Menulis Film Statement 3. Membuat treatment atau Outline 4. Mencatat Shooting 5. Editing Script 6. Survey dan Hunting lokasi 7. Menyusun naskah cerita 8. Membuat storyline Produksi 9. Pengambilan Angle Kamera 10. Pengambilan Frame Size 11. Capturing 12. Editing 13. Rendering 14. Mastering Pasca Produksi Hasil Video Dokumenter dari batu menjadi sebuah batik khas Salatiga 18
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kampanye Definisi kampanye memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Kampanye Definisi kampanye (Roger dan Storey,dalam Antar Venus, 2004: 7): memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Iklan Secara sederhana iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Sedangkan periklanan (advertising)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Jurnalistik 2.1.1 Pengertian Jurnalistik Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana
Lebih terperinciProduksi AUDIO VISUAL
Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan
Lebih terperinciStoryboard For Animation
Storyboard For Animation Anda tidak perlu menjadi seorang kartunis yang bagus untuk menggambar storyboard yang baik. Jika Anda tidak bisa menggambar, maka akan memakan waktu lebih lama, tetapi Anda dapat
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pelatihan BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelatihan yaitu latihan yang berdasarkan satu jenis bahan atau situasi untuk mengembangkan kemampuan umum, keterampilan, atau sifat
Lebih terperinciPengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot
Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Muhammad Faisal faisalmuhammad734@yahoo.com Abstrak Camera merupakan suatu Alat yang digunakan untuk Merekam suatu kejadian atau mengabadikan suatu kejadian.
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan
Lebih terperinciMCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala.
JENIS- JENIS SHOT DAN SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS SHOT CU (Close Up) Shot yang menampakan daripada bahu sampai atas kepala. MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses
Lebih terperinciPRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR
PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan gambar dalam berbagai ukuran, angle kamera dan pergerakan kamera. 2.1. UKURAN GAMBAR Ukuran pengambilan gambar selalu
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Proses implementasi karya adalah tahap pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya. Dalam implementasi karya ini, terdapat tiga proses utama yang dilakukan, yaitu produksi,
Lebih terperinciPengertian Videografy
Videografy Pengertian Videografy Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati dikemudian hari baik sebagai sebuah
Lebih terperinciMacam Macam Angle Pengambilan Gambar
Macam Macam Angle Pengambilan Gambar 1. Bird eye. Istilah ini dipakai ketika kita mengamnbil gambar dari sudut super tinggi dan jarak jauh. biasanya dipakai ketika ingin mendapatkan efek keramaian (keramaian
Lebih terperinciTeknik Pengambilan Foto
Pertemuan 9 Fotografi Teknik Pengambilan Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Teknik Pengambilan Foto Camera Shot Dalam produksi video maupun film, jenis-jenis shot dalam pengambilan
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. pembuatan Film Pendek Tentang Bahaya Zat Karsinogen dengan Menggunakan
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Pendek Tentang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI Guna mendukung pembuatan karya video yang berjudul Sampah Visual maka karya video akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka, antara lain: sejarah film, film pendek, mekanisme produksi
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)
MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyebarkan sebuah motivasi, ide gagasan dan juga penawaran sebuah sudut pandang dibutuhkan sebuah media yang cukup efektif. Menurut Javandalasta (2011:1), dijelaskan
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi. Berikut ini penjelaskan proses produksi dalam film yang berjudul Kesenian Reog Bulkio, sebagai berikut: 4.1 Produksi
Lebih terperinciMateri I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN
Materi I KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Mengapa media pembelajaran diperlukan? PEMBELAJARAN BELAJAR MEMBELAJARKAN Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan untuk
Lebih terperinciNama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video
Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4 Broadcast:1 Definisi Kamera Video Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Hakikat IPA Tujuan Pembelajaran IPA
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1. Hakikat IPA Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam.ipa
Lebih terperinciMenerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera
Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara : 1. Bird Eye View Teknik pengambilan
Lebih terperinciProduksi Media PR AVI
Produksi Media PR AVI Modul ke: Simulasi Teknik Dasar Penggunaan Kamera AVI Fakultas Fakultas Ilmu KOmunikasi Hendrata Yudha S.sos, M.ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Tugas Buatlah
Lebih terperinciSOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89
SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi Dalam bukunya, Effendy (2007) mengutip perkataan Lasswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjelaskan pertanyaan : who says what in
Lebih terperinciJENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR
JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia hiburan saat ini berkembang sangat pesat. Industri musik merupakan salah satu elemen dunia hiburan yang sifatnya menghibur dan sangat diminati oleh masyarakat.
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : C11.04602 / Cinematography Revisi ke : 1 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 25 Februari 2014 Jml Jam kuliah dalam
Lebih terperinciAspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera
3D Graphic Architecture - 1 05 POKOK BAHASAN Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera ASPECT RATIO Definisi AspectRatio adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan batiniah maupun lahiriah. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak selalu
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap
Lebih terperinciMEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media
MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam
Lebih terperinciMacam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran
Macam- macam Media Penyaji dalam Pembelajaran Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajian, dapat diklasifikasikan menjadi: a. Kelompok ke-satu Dalam kelompok pertama ini berisikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini. 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap
Lebih terperinciDASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman)
DASAR VIDEO GRAFI KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) TAHAPAN PEMBUATAN KARYA VIDEO / STANDARD OPERATIONAL PROCEDUR: Pra Produksi,
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan lebih rinci tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan tentang pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan Film Dokumenter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini menjelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses produksi
Lebih terperinciTahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline
Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat
Lebih terperinciPENGGUNAAN TANAH LIAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BENTUK DASAR TIGA DIMENSI BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENGGUNAAN TANAH LIAT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENGENALAN BENTUK DASAR TIGA DIMENSI BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Milla Anggamala Supriatna 1 ABSTRAK Alat permainan yang edukatif dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST
BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya
BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain film, macam-macam
Lebih terperinciTUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :
TUJUAN PENDIDIKAN: Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)
SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI
Lebih terperinciPengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan
Pengertian dan Klasifikasi Media Pendidikan KOMUNIKASI YANG BERHASIL F F F MEDIA F Media Kata jamak dari medium (dari bahasa latin) yang artinya perantara (between). Makna umumnya adalah apa saja yang
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA. merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan proses lanjutan dalam proses pembuatan video, merancang naskah, hunting lokasi, merancang dan menyususl pada tahap prapoduksi dan di implementasikan
Lebih terperinciHasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari
Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan resolusi tinggi serta reproduksi suara maupun video dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi multimedia adalah hasil dari perpaduan kemajuan teknologi elektronik, teknik komputer dan perangkat lunak. Kemampuan penyimpanan dan pengolahan gambar
Lebih terperinciTEKNIK EDITING II. Pertemuan 3. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting
Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 3 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn Struktur Editing Drama STRUKTUR FILM yang baik adalah
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KARYA
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi hingga proses pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan
Lebih terperinciMata Kuliah - Advertising Project Management-
Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan
Lebih terperinciDasar- dasar Jurnalistik TV. Modul ke: 12FIKOM MELIPUT DAERAH KONFLIK. Fakultas. Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom. Program Studi BROAD CASTING
Modul ke: Dasar- dasar Jurnalistik TV MELIPUT DAERAH KONFLIK Fakultas 12FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan MENULIS BERITA TELEVISI MENYIAPKAN KAMERA MENYIAPKAN
Lebih terperinciUniversitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1
Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Nama Mata Kuliah : 3D Animasi Arsitektur Kode Mata Kuliah : - Program Studi : Teknik Arsitektur Dosen : Apiet Rusdiyana, ST SMT/Jml SKS
Lebih terperinciPelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan
Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Third of role Bayangkan 4 titik, pilih titik mana objek di tempatkan Hindari penumpukan object (merger) Penumpukan object akan sangat
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka
1. Pendahuluan Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)
Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)
SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii. HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.. HALAMAN JUDUL..... i HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG... ii HALAMAN PENGESAHAN SIDANG.. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS MATERI.. iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH.....
Lebih terperinciProgram Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting
Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran
BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang untuk menjadi lebih baik baik dari segi pengetahuan dan segi moral atau tingkah laku.
Lebih terperinciFEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5
FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Rubinson menyatakan bahwa multimedia merupakan presentasi intrusional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, vidio dan audio, serta dapat menyediakan interaktifitas.
Lebih terperinciVerbal Simbol visual Visual Radio Film Tv Wisata Demonstrasi partisipasi Observasi Pengalaman langsung
A. Pengertian Media Hand Out TEP-PLB MEDIA PENDIDIKAN (Ishartiwi-UNY) 1. Kata media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. 2. AECT (1977): Membatasi media sebagai segala
Lebih terperinciBASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI
BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC PHOTOGRAFI Sebelum dikenalnya teknik Film, manusia lebih dulu mengenal teknik photografi, teknik ini lalu berkembang menjadi teknik film, pada dasarnya
Lebih terperinciJUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah
KODE UNIT : TIK.MM02.004.01 JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membaca naskah, identifikasi elemen dasar yang
Lebih terperinciSTORYTELLING PAV. Sebuah penuturan yang menjelaskan sebuah peristiwa (fiksi & non fiksi)
STORYTELLING PAV Sebuah penuturan yang menjelaskan sebuah peristiwa (fiksi & non fiksi) Keterampilan Verbal Mahir dalam berbicara dapat memberikan kontribusi kemampuan pribadi dalam menyelesaikan konflik
Lebih terperinciBAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person
BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh lapisan kimiawi peka cahaya.
Lebih terperinciSTIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Musik adalah suatu bentuk ungkapan seni yang berhubungan dengan indera pendengaran manusia. Musik mampu menggambarkan suasana yang disampaikan lewat lirik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus
Lebih terperinciIII DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh penulis secara langsung dan data yang diperoleh adalah
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Film dokumenter ini menceritakan mengenai kehidupan masyarakat suku Baduy yang dimana terdapat problematika sosial budaya dalam konteks kepercayaan yang
Lebih terperinciNaskah Program Audio Visual
Naskah Program Audio Visual Tidak mudah mendefinisikan kata naskah. Namun orang dapat dengan segera mengerti maksudnya ketika pihak lain menyebut kata "naskah". Secara umum, Naskah dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciPengembangan Media Pembelajaran Pendidikan. Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY
Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Fitri Rahmawati, MP Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY Email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Kompetensi yang Diharapkan 1. Mampu menjelaskan makna peran
Lebih terperinciPRODUKSI MEDIA PEMBELAJARAN
PRODUKSI MEDIA PEMBELAJARAN PUNAJI SETYOSARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MALANG TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti kegiatan, Anda diharapkan akan: 1. dapat menyusun rancangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa
Lebih terperinciSATUAN AKTIVITAS TUTORIAL (SAT)
Tutorial ke : 1 Kompetensi Umum : Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan media audiovisual dan perannnya sebagai medium komunikasi. Kompetensi Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan: 1. karakteristik media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat mudah ditemukan untuk menjadi media hiburan. Dalam buku Mari Membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan film di Indonesia memiliki perjalanan yang cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film masa kini yang penuh dengan efek, dan sangat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pariwisata Kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yaitu terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari yang berarti banyak, berkali-kali dan wisata berarti perjalanan
Lebih terperinciMEMBUAT IKLAN TELEVISI
MEMBUAT IKLAN TELEVISI MUHAMAD HUSNI MUBAOK, S.PD., M.IKOM Dari berbagai Sumber Online TELEVISI DAN IKLAN TELEVISI MERUPAKAN MEDIA AUDIOVISUAL YANG CANGGIH. DENGAN MENGGUNAKAN DUA ELEMEN KEKUATAN SEKALIGUS
Lebih terperinciPRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman
PRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Documentary is a creative treatment of actuality (Robert
Lebih terperinci