II. LANDASAN TEORI A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. LANDASAN TEORI A."

Transkripsi

1 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putriesti Mandasari (2007) yang berjudul Analisis Nilai Tambah Limbah Tebu Pada Usaha Pembuatan Pupuk Kompos di PG Tasikmadu Karanganyar, menyatakan bahwa pada tahun 2005 besarnya biaya total dalam usaha pupuk kompos dari limbah tebu adalah Rp ,00, rata-rata profitabilitas 14,50 % dan dengan tingkat efisiensi 1,2 sedangkan besarnya nilai tambah bruto (NTb) dalam usaha pembuatan pupuk kompos dari limbah tebu adalah Rp ,00, nilai tambah netto (NTn) Rp ,00 dan nilai tambah per bahan baku (NTbb) Rp 107,48/kg, besarnya nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) dalam usaha pembuatan pupuk kompos dari limbah tebu adalah Rp ,37/orang. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, pengambilan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dan penelitian tersebut menggunakan data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pencatatan. Sustiyana (2012) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Pupuk Organik SAA (Studi Kasus Pada CV. Sumber Alam, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep), menyatakan bahwa usaha pupuk organic SAA secara ekonomi layak untuk dikembangkan yang ditunjukkan oleh total keuntungan yang diperoleh tiap proses produksi sebesar Rp ,48. R/C ratio dari usaha pupuk organic SAA sebesar 1,39, nilai BEP sejumlah 7,12 sak (kemasan 25 kilogram) atau Rp ,46 dalam tiap kali proses produksi. Angka ROI yang diperoleh sebesar 0,71 atau 71 %. Hasil ini menunjukan bahwa setiap 1 satuan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan SAA akan mendapatkan pengembalian modal sebesar 0,71 atau sebesar 71 persen dari modal yang dikeluarkan tersebut. Nilai tambah yang diperoleh perusahaan sebesar 71,6 persen atau sejumlah Rp 511,6 tiap kilogram organik SAA. Wahyuniardi, Sumarna (2014) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Kecil Pupuk Organik Padat dan Cair 6

2 7 Berbahan Baku Limbah Perkebunan, Peternakan, dan Industri, menyatakan bahwa industri pupuk organik padat dan cair layak untuk dikembangkan. Berdasarkan pada perhitungan kelayakan usaha dapat diketahui total biaya pengembangan usaha pada pupuk organik padat dan cair secara berturut-turut adalah Rp dan Rp maka perhitungan keuntungan bersih (setelah dikurangi PPN 10%) dari penjualan masing produk per tahun adalah Rp dan Rp Titik impas (Break Even Point) untuk pupuk organik padat senilai Rp dalam hitungan persentase senilai 1,60%, kapasitas BEP berjumlah 578 karung dengan tingkat pengembalian modal sebesar 438% dalam waktu 2,75 bulan. Sedangkan pada perhitungan BEP untuk pupuk organik cair senilai Rp dalam hitungan presentase senilai 3,21%, kapasitas BEP berjumlah 82,26 jerigen dengan tingkat pengembalian modal sebesar 938% dalam waktu 1,32 bulan. Internal Rate Of Return (IRR) untuk pendirian industri kecil pupuk organik padat dan cair berturut-turut adalah sebesar 97% dan 99%. Metode penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di dua daerah yang berbeda yaitu di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor karena pertimbangan sumber bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan pupuk organic padat dan cair. Zulkarnaini et al. (2014) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan Pembangunan Usaha Pupuk Organik di Provinsi Lampung, menyatakan bahwa usaha pupuk organik tersebut dinilai layak berdasarkan lima aspek yang ditinjau. Aspek pasar dinilai layak karena adanya peluang pasar dan strategi pemasaran yang dapat direalisasikan hal ini ditunjukan pada pola permintaan pupuk organic yang semakin meningkat dalam lima tahun terakhir dalam hasil peramalan menggunakan metode Linear Regression (LR). Aspek teknis dinilai layak karena spesifikasi produk telah sesuai dengan permintaan konsumen dan lokasi usaha memiliki sumber daya yang memadai. Aspek legal dan lingkungan dinilai layak karena adanya badan usaha berbentuk CV dan adanya penanganan limbah hasil produksi. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dinyatakan layak karena adanya struktur organisasi dan uraian pekerjaan yang jelas. Aspek finansial dikatakan

3 8 layak karena didapatkan hasil nilai payback period selama 2 tahun 11 bulan dengan nilai Net Present Value positif yaitu sebesar Rp dan nilai Incremental Rate Of Return sebesar 44,03% dan nilai tersebut lebih besar daripada Minimum Acceptable Rate Of Return (MARR) yang digunakan yaitu sebesar 10,20%. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai nilai tambah produk berbahan baku limbah dan bahan yang dinilai tidak memiliki nilai jual menjadi produk yang memiliki nilai jual yang tinggi yaitu pupuk organik. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa nilai tambah dapat diperoleh dari pengolahan bahan sisa atau buangan menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi, dengan adanya produk baru yang mempunyai nilai tambah dapat meningkatkan keuntungan produsen. Selain itu pada penelitian terdahulu, usaha pengolahan pupuk organik sangat layak untuk dilakukan didasarkan pada hasil perhitungan finansial dan tren permintaan pupuk organik yang semakin meningkat setiap tahunnya. Penelitian-penelitian tersebut dijadikan peneliti sebagai acuan dalam menganalisis besarnya nilai tambah pada usaha produk pupuk organik yang dilakukan oleh CV. Pendawa Kencana Multyfarm. B. Tinjauan Pustaka 1. Limbah Pertanian Menurut Nurhayati et al. (2011), limbah pertanian adalah sisa dari proses produksi pertanian. Limbah pertanian antara lain dapat berupa jerami tanaman pangan, limbah tanaman perkebunan, dan kotoran ternak. Limbah pertanian yang mengalami proses pelapukan atau fermentasi secara alami maupun melalui bantuan aktivator akan menghasilkan pupuk organik. Sedangkan menurut Winarno (1985), istilah limbah khususnya bagi hasil pertanian adalah bahan yang merupakan buangan dari proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil utama dan hasil samping. Seperti yang telah diketahui bahwa limbah pertanian yang tidak dikelola sebagaimana mestinya dapat menurunkan kualitas lingkungan seperti air, tanah dan udara, yang pada akhirnya akan dapat

4 9 membahayakan kesehatan masyarakat. Pencemaran akibat limbah pertanian pada umumnya banyak disebabkan karena limbah peternakan, bahan-bahan yang larut karena erosi dari daerah pertanian, zat-zat hara pertanian seperti senyawa-senyawa fosfor dan nitrogen, garam-garam anorganik dan mineral yang berasal dari irigasi, herbisida dan pestisida. Menurut Sindhu (2015), pengelolaan limbah pertanian merupakan bagian dari siklus ekologi di mana semuanya bersinambung dan dilakukan daur ulang sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan saling ketergantungan dalam sistem tersebut. Dengan adanya pengelolaan limbah, semua limbah hasil pengolahan ditempatkan di tempat yang tepat dan waktu yang tepat untuk pemanfaatan terbaik untuk mengkonversi menjadi produk yang berguna dan berfungsi dalam pengendalian pencemaran. Dalam pengolahan limbah sering dipergunakan tangki atau bak kolam-kolam tempat penampungan limbah-limbah sementara atau wadah sebagai proses tempat pengolahan maka haruslah dapat diutarakan ukuran-ukuran tangki atau kolam pengolahan. Sebab ukuran ini turut mempengaruhi lamanya limbah yang harus tinggal dalam tangki agar terjadi proses perombakan limbah secara sempurna. Dengan perkataan lain kolam atau tangki harus memiliki nilai Retention Time yang memenuhi syarat. Yaitu perbandingan basarnya debit limbah dengan volume kolam. Besarnya nilai retention time tergantung pada kandungan zat pencemar, volume limbah, dan debit limbah. Zat pencemar yang mempunyai konsentrasi tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama dalam prosesnya agar prosesnya lebih sempurna. Debit limbah yang besar dengan volume tangki yang kecil akan membuat retention time semakin rendah. Retention time yang rendah mengakibatkan limbah hanya sementara waktu saja tinggal dalam tangki. Pada umumnya ukuran retention time tidak diberikan karena nilai ini bervariasi dan ada banyak factor mempengaruhinya (Ginting 2007).

5 10 2. Persekutuan Komanditer (CV) Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap (dalam bahasa Belanda) ialah persekutuan firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang, atau tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan (sebagai modal), namun dia tidak ikut campur dalam pengurusan atau pennguasaan persekutuan, dan tanggung jawabnya terbatas sampai pada sejumlah uang dimasukkannya. Artinya, sekutu komanditer tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap persekutuan komanditer, sebab hanya sekutu komaditerlah yang diserahi tugas untuk mengadakan hubungan hokum dengan pihak ketiga (Pasal 19 KUH Dagang) (Riani et al. 2006). Menurut Firdaus (2008), Persekutuan Komanditer (dalam bahasa Belanda Commanditaire Vennootschap CV) juga merupakan perluasan bentuk badan usaha perseorangan, di mana pemilik lebih dari seorang. Persekutuan Komanditer adalah suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha di antara mereka yang bersedia menjalankan, memimpin dan bertanggung jawab penuh dengan kekayaan pribadinya dengan mereka yang memberikan pinjaman, tetapi tidak bersedia memimpin perusahaan dan bertanggung jawab terbatas pada kekayaan yang diikutsertakan dalam perusahaan tersebut. Macam-macam persekutuan komanditer: a. Persekutuan Komanditer diam-diam yaitu persekutuan komanditer yang belum menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer, b. Persekutuan Komanditer terang-terangan yaitu persekutuan komanditer yang sudah menyatakan dirinya kepada pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer, c. Persekutuan Komanditer dengan saham, yaitu persekutuan komanditer terang-terangan yang modalnya terdiri dari saham-saham (Riani et al. 2006).

6 11 Persekutuan Komanditer memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut: a. Pendiriannya relatif mudah, b. Modal yang dikumpulkan relatif lebih banyak, c. Kemampuan untuk mendapatkan kredit dari pihak ketiga relatif mudah, d. Kesempatan pengembangan usaha lebih luas. Namun, ada beberapa kelemahan dari Persekutuan Komanditer, yaitu sebagai berikut, a. Tanggung jawab tidak terbatas (sekutu komplementer), b. Masa hidup perusahaan tidak tentu, c. Kekuasaan dan pengawasan lebih kompleks, d. Kesulitan untuk menarik kembali investasinya. (Firdaus, 2008). 3. Pupuk Organik Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan. Penggunaan pupuk organik padat dan cair pada sistem pertanian organik sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pupuk organik juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman yang baik (Suparta et al. 2012). Menurut Hadisuwito (2012), berdasarkan bentuknya pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik cair dan padat. Pupuk organik cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut. Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang berbentuk padat. Dari bahan asalnya, pupuk organik padat dibedakan lagi menjadi

7 12 pupuk kandang, humus, kompos dan pupuk hijau. Pupuk kandang adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari kotoran ternak, baik kotoran padat maupun campuran sisa makanan dan air seni ternak. Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian tanaman tertentu yang masih segar, lalu dibenamkan ke dalam tanah. Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa bahan organik, baik dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami dekomposisi atau fermentasi. Sedangkan, humus merupakan hasil dekomposisi tumbuhan berupa daun, akar, cabang, ranting dan bahan secara alami Terpicunya pertanian berkelanjutan ditandai dengan pemakaian pupuk organik dari limbah-limbah pertanian, pupuk kandang, pupuk hijau, kotoran manusia, sisa bangkai, misalnya : tepung ikan, tepung darah, tepung tulang, dan lain sebagainya serta kompos-kompos yang diolah secara tradisional oleh petani, baik untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun kebutuhan secara komersial. Limbah pertanian berupa jerami padi dan jagung belum banyak dimanfaatkan oleh petani. Hal ini antara lain disebabkan pengolahan menjadi kompos memerlukan biaya yang tinggi, dan apabila langsung dibenamkan dalam lahan pertanian akan memerlukan waktu, tenaga, serta proses dekomposisi yang cukup lama. Sedangkan di sisi lain harus terus dikejar waktu untuk menggarap tanaman berikutnya. (Djojosuwito 2000) 4. Pupuk Kompos Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/seresah tanaman dan adakalanya pula termasuk bangkai binatang. Pembuatan kompos pada hakikatnya ialah menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah sebelum digunakan sebagai pupuk. Tumpukan bahan-bahan mentah (seresah, sisa-sisa tanaman, sampah, dll.) menjadi kompos dikarenakan telah terjadi pelapukan, penguraian atau dengan kata lain telah terjadi perubahan sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru yang disebabkan adanya jasad renik. Bahan-bahan

8 13 mentah pembentuk kompos tentunya mengandung berbagai zat, semakin besarnya kandungan humus dapat memperbaiki struktur tanah, tata air dan udara tanah, suhu tanah, kehidupan jasad renik dan lain sebagainya (Sutedjo 2002). Pembuatan kompos dalam skala besar dengan menggunakan peralatan canggih/pabrikasi memiliki beberapa keuntungan, antara lain : a. Pabrikasi kompos dapat memproses sejumlah besar volume dalam waktu singkat. Dengan demikian, waktu yang digunakan untuk pengomposan relatif konstan. b. Kompos tersedia delam kualitas cukup dan aman. Dengan system pabrikasi, kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan dapat dipertahankan. c. Pabrikasi meningkatkan pendapatan. Proses pengolahan suatu bahan biasanya memberi peluang untuk memperoleh tambahan pendapatan. d. Kompos diproses kembali ke alam tanpa merusak lingkungan. Kompos adalah suatu bentuk akhir dari proses pengomposan dan jauh dari bahaya. Dengan demikian, penggunaannya pun tidak berbahaya bagi lingkungan e. Volume limbah menjadi kecil. Mikroba merombak bahan baku kompos. Akibatnya, bahan baku kompos menjadi lebih padat. f. Proses pengomposan memanfaatkan limbah organik. Limbah organik umumnya sering menimbulkan bau, apalagi jika ditumpuk dan dibiarkan di alam terbuka (Djaja 2008). Teknologi pengomposan yang selama ini diterapkan manusia meniru proses terbentuknya humus oleh alam dengan bantuan mikroorganisme atau bantuan organisme pengurai/dekomposer. Pada dasarnya, mikroorganisme ini ada dua jenis, yaitu mikroorganisme yang membutuhkan oksigen (aerob) dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar oksigen rendah (anaerob). Sebenarnya pengomposan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan bantuan oksigen (aerobic) dan tanpa bantuan oksigen (anaerobic). Hasil akhir kedua cara tersebut sama

9 14 saja, yaitu berupa bahan organik yang matang dan siap dimanfaatkan oleh tanaman (Yuwono 2008) 5. Pupuk Organik Cair Menurut Rahmah et al. (2014), pupuk organik cair merupakan pupuk yang berasal dari alam dan berperan meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah karena mengandung unsur hara yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair memiliki bahan kimia maksimum 5% karena itu kandungan NPK pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat. Dalam bentuk kering, beberapa mikroorganisme mati dan zat tidak bias aktif. Jika dicampur dengan pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Penggunaan pupuk organik cair dapat mengurangi, bahkan menghilangkan penggunaan pupuk kimia anorganik. Jika dinilai dalam bentuk uang, biaya produksi tanaman yang menggunakan pupuk organik cair akan lebih kecil. (Parnata 2004) Dalam penggunaannya selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, pupuk organik cair juga mampu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, dan mengganti peran pupuk kandang. Berikut beberapa manfaat pupuk organik cair : 1. Mendorong dan meningkatkan pembentukan kiorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminose sehingga meningkatkan kemampuan fotosìntesis tanaman dan penyerapan nitrogen dan udara. 2. Meningkatkan pertumbuhan tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, perubahan cuaca, dan serangan penyakit. 3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi. 4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah.

10 15 5. Mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan aplikasi pupuk melalui tanah (Glio 2015) 6. Biaya Biaya merupakan nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan sesuatu produk (Prasetya 1995). Menurut Lipsey et al. (1990), biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktunya dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek berkaitan dengan penggunaan biaya dalam waktu atau situasi yang tidak lama, jumlah masukan (input) faktor produksi tidak sama, dapat berubahubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya tetap dan biaya variabel, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi adalah biaya variabel. Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Soekartawi 2001). Dilihat dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan tingkat output, maka biaya produksi dibagi menjadi : a. Biaya tetap total (TFC) adalah jumlah biaya-biaya yang tetap dibayar produsen berapapun tingkat outputnya. Jumlah biaya tetap total adalah tetap untuk setiap output. b. Biaya variabel total (TVC) adalah jumlah biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksi. c. Biaya total (TC) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Secara sistematis bisa dituliskan sebagai berikut : TC = TFC + TVC

11 16 (Boediono 2002) Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan di sektor industri pengolahan dapat dirinci atas biaya bahan baku, biaya bahan lain, biaya sewa kapital dan biaya jasa-jasa. Jumlah dari keempat biaya ini dinamakan biaya masukan. Nilai keluaran dikurangi biaya masukan disebut nilai tambah. Di samping itu, tentu saja dikeluarkan biaya tenaga kerja yang terdiri atas gaji, upah, serta berbagai macam tunjangan dan bonus. Biaya tenaga kerja merupakan bagian dari nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu industri. Biaya masukan ditambah biaya tenaga kerja kemudian membentuk biaya total. Selisih antara nilai keluaran dan biaya total merupakan keuntungan kotor/ profit bruto (Dumairy 1996). 7. Penerimaan Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp). Dinyatakan dalam rumus: Penerimaan = Jumlah produksi terjual x Harga per satuan (Suratiyah 2011) Total penerimaan (R) menunjukkan total penerimaan dari penjualan sejumlah produk, yaitu tingkat harga (P) dikalikan dengan jumlah produk yang terjual (Q). Penerimaan marjinal (RM) menunjukkan perubahan total penerimaan sebagai akibat perubahan jumlah produk yang dijual sebanyak satu satuan (Herlambang 2002). Menurut Firdaus (2008) menyatakan bahwa penerimaan total yaitu jumlah unit (produk) yang terjual (Q) dikalikan dengan harga produk (P). Secara matematis dituliskan dengan rumus : TR = Q x P Keterangan : TR (Total Revenue) = Total penerimaan usaha (Rp) Q (Quantity) = Jumlah yang dihasilkan (unit) P (Price) = Harga per unit (Rp)

12 17 Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan industri tapi berhubungan dengan adanya kegiatan industri, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan industri, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim 2003). 8. Keuntungan Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukan oleh dua hal yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari pada perubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jika perubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Dengan demikian keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan sama dengan perubahan biaya (Lipsey et al. 1990). Keuntungan didefinisikan sebagai total penerimaan dikurangi total biaya. Kata total mendapat penekanan karena seringkali ada biaya yang kemungkinan lupa teridentifikasi. Jadi, dalam kalkulasi keuntungan, semua penerimaan dan biaya, baik berwujud maupun tidak berwujud harus diperhitungkan. Fungsi tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan memaksimumkan keuntungannya (Sunaryo 2001). Keuntungan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan penghapusan (depresiasi). Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut nilainya adalah positif maka diperoleh keuntungan (Sukirno 2009). Keuntungan (π) dapat dihitung dengan rumus : π = TR TC

13 18 Keterangan : π = Keuntungan usaha yang diperoleh (Rupiah) TR = Penerimaan total (Rupiah) TC = Biaya total (Rupiah) (Soekartawi 1994). Keuntungan, selisih antara total pendapatan dan total biaya, merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Dalam melakukan proses optimasi keuntungan, produsen mendapat kendala standar internal law of diminishing returns yang mengakibatkan ongkos produksi bersifat naik dan kenaikannnya semakin menaik (konveks). Namun untuk beberapa produk, biaya marjinal dalam proses produksi ada yang konstan (Sunaryo 2001). 9. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Laba merupakan jumlah yang tersisa setelah semua pendapatan atau beban non-operasi diperhitungkan. Pendapatan nonoperasi akan meliputi semua pendapatan yang diperoleh dari sumbersumber lain, seperti bunga atau dividen yang didapat dari penanaman modal diluar (Downey, Erickson 1992). Profitabilitas dapat didefinisikan sebagai keuntungan. Keuntungan sendiri merupakan selisih antara harga jual dengan biaya kemudian dikalikan dengan jumlah unit terjual. Besarnya profitabilitas tergantung pada komponen harga jual, biaya produk per unit dan jumlah unit yang terjual. Pada dasarnya, upaya meningkatkan profitabilitas tidak semudah yang diucapkan. Sering tidak disadari apa yang dikerjakan dan akan dikerjakan tidak tercermin dalam usaha meningkatkan profitabilitas dan terkadang terkesan terlalu berani mengambil risiko, sehingga menjadi beban yang lebih berat dalam upaya meningkatkan profitabilitas (Sadikin 2005).

14 19 Profitabilitas penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin (Hermuningsih 2013). Profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Oleh karena itu perhitungan tingkat profitabilitasnya membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan dan dinyatakan dalam persen. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut: Profitabilitas = x 100% Kriteria yang diperhitungkan dalam profitabilitas adalah : Profitabilitas > 0 berarti industri yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0 berarti industri yang diusahakan mengalami BEP Profitabilitas < 0 berarti industri yang diusahakan tidak menguntungkan (Riyanto 2001). 10. Efisiensi Usaha Efisiensi mempunyai pengertian yang relatif. Suatu tingkat pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila ia memberikan output yang lebih besar. Apabila dalam proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan maksimum maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan tentu saja laba yang besar (Soekartawi 1995). R/C ratio menunjukkan pendapatan kotor (penerimaan) yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi, sekaligus menunjang kondisi suatu usaha. Ukuran kondisi tersebut sangat penting karena dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan perusahaan

15 20 dan kemungkinan pengembangan usaha tersebut. Tujuan utama dari suatu usaha adalah untuk memperoleh pendapatan yang besar, disamping tujuan yang lebih utama adalah untuk mencapai suatu tingkat efisiensi yang tinggi. Pendapatan yang tinggi tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan (Soekartawi 2001). Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga (Soekartawi 2003). R-C rasio adalah singkatan Revenue Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Efisiensi = Keterangan : R = Penerimaan (Rupiah) C = Biaya total (Rupiah) Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah : R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas/ Break Event Point (BEP). R/C < 1 berarti usaha tidak dijalankan secara efisien (Soekartawi 1995).

16 Nilai Tambah Nilai tambah suatu produk adalah hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya antara yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong (Tarigan 2004). Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai biaya antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Bila komponen biaya antara yang digunakan nilainya semakin besar, maka nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin besar (Makki et al. 2001). Pada sektor pertanian nilai tambah dapat memberikan kontribusi bagi petani dengan memaksimalkan produk mereka, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sementara itu secara komersial mereka juga mendapatkan keuntungan. Selain itu juga dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai dari suatu barang yang tadinya tidak bernilai. Misalnya buah persik yang cacat dan berukuran kecil, bisa diolah menjadi selai atau es krim, sehingga dapat diperkenalkan pada segmen konsumen yang berbeda dan dapat menambah strategi pemasaran petani (Alonso 2011). Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja, serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Bisa dikatakan bahwa nilai tambah merupakan gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen (Sudiyono 2002). Istilah nilai tambah (added value) sebenarnya menggantikan istilah nilai yang ditambahkan pada suatu produk karena masuknya unsur

17 22 pengolahan menjadi lebih baik. Adanya industri yang mengubah bentuk primer menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan. Nilai tambah bruto merupakan dasar dari perhitungan nilai tambah netto dan nilai tambah per bahan baku dimana komponen biaya antara yang diperhitungkan meliputi biaya bahan baku, serta biaya transportasi Nilai tambah netto merupakan nilai diperoleh dari selisih antara nilai tambah bruto dan nilai penyusutan. Sedangkan nilai tambah per bahan baku untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk dodol rumput laut (Subhan 2014). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah CV. Pendawa Kencana Multyfarm adalah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis berbasis pertanian dan peternakan yang bertempat di kawasan lereng gunung merapi. Usaha ini didirikan sebagai usaha agribisnis yang memanfaatkan teknologi penggunaan bakteri sebagai agen alami yang membantu usaha pertanian sehingga dihasilkan limbah pertanian yang yang ramah lingkungan dan perusahaan tersebut berhasil melakukan pengolahan limbah dengan baik dan seluruh hasil limbah dapat dimanfaatkan sehingga tidak ada limbah yang terbuang (Zero Waste). Pengolahan limbah tersebut dilakukan dengan bantuan bakteri decomposer yang menghasilkan pupuk organik padat dan cair yang aman bagi lingkungan dan memiliki nilai jual yang tinggi. Pengolahan limbah pertanian sebagai bahan baku pupuk organik menghasilkan suatu nilai tambah limbah itu sendiri. Pengolahan limbah pertanian menjadi pupuk organik membutuhkan faktor-faktor produksi yang berupa peralatan, bahan bakar, tenaga kerja, pengemasan dan transportasi. Biaya merupakan nilai dari masukan yang digunakan untuk menghasilkan pupuk organik, terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Adanya pengolahan

18 23 tersebut akan membentuk suatu harga yang sebelumnya dinilai sebagai bahan yang tidak memiliki nilai jual/limbah. Selain itu produk pupuk organik memerlukan pemasaran agar produk dapat terjual sehingga menghasilkan penerimaan. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga jual, sehingga dari perhitungan akan diperoleh besarnya keuntungan, profitabilitas dan efisiensi, dan nilai tambah. Keuntungan merupakan penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha, sesudah dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Profitabilitas adalah tingkat kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba. Efisiensi yaitu penggunaan sumber daya secara minimum untuk mencapai hasil yang optimum. Nilai tambah adalah nilai balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Adapun kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

19 24 Usaha Multifarm Usaha Tanaman Pangan Usaha Peternakan Proses 1 Hasil Utama Pertanian Hasil Samping/Limbah Pertanian (Bahan baku) Input Proses Produksi (Pengolahan) Limbah Padat Limbah Cair Proses Produksi (Pengolahan) Input Biaya Variabel Bahan Baku Bahan Penolong Bahan Bakar Mesin Kemasan Transportasi Biaya Tetap Penyusutan alat Gaji Karyawan Pemeliharaan Alat Sewa Bangunan Output (Pupuk Kompos) Penerimaan Output (Pupuk Organik Cair) Penerimaan Biaya Variabel Bahan Baku Bahan Penolong Bahan Bakar Mesin Kemasan Transportasi Biaya Tetap Penyusutan alat Gaji Karyawan Pemeliharaan Alat Listrik Sewa Bangunan Proses 2 Profitabilitas Profitabilitas Keuntungan Efisiensi Nilai Tambah Nilai Tambah Efisiensi Keuntungan Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Netto Nilai Tambah per Bahan Baku Nilai Tambah per Tenaga Kerja Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Netto Nilai Tambah per Bahan Baku Nilai Tambah per Tenaga Kerja Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah

20 25 D. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis didasarkan pada data produksi pupuk organik selama lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2010 hingga tahun Harga input dalam memproduksi pupuk kompos maupun pupuk organik cair dapat berubah sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun tersebut. 3. Limbah pertanian yang dimaksud adalah limbah padat yang berasal dari kotoran padat ternak, limbah cair dari kotoran ternak, limbah hasil budidaya tanaman pangan, limbah daun dan limbah pasar buah. E. Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Seluruh input yang berasal dari produsen sendiri diasumsikan mempunyai nilai sama dengan input luar yang diperoleh melalui proses pembelian. 2. Seluruh produk baik pupuk kompos maupun pupuk organik cair diasumsikan terjual habis. 3. Jumlah hari kerja orang dihitung selama 300 hari per tahun. 4. Variabel-variabel yang tidak diamati dianggap tidak berpengaruh. F. Hipotesis 1. Diduga usaha pembuatan pupuk organik menguntungkan dan efisien. 2. Diduga usaha pembuatan pupuk organik memberikan nilai tambah per bahan baku limbah pertanian yang digunakan. 3. Diduga usaha pembuatan pupuk organik dapat memberikan nilai tambah per tenaga kerjanya. G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Usaha Multifarm adalah usaha yang bergerak di bidang agribisnis meliputi pertanian (tanaman pangan), peternakan, perikanan maupun perkebunan yang menerapkan sistem pertanian terpadu dengan penggunaan teknologiteknologi yang dapat menunjang usaha tersebut. 2. Usaha pembuatan pupuk organik adalah usaha yang dilakukan perusahaan untuk memanfaatkan limbah padat dan limbah cair menjadi pupuk organik padat (kompos) dan pupuk organik cair.

21 26 3. Limbah pertanian adalah hasil samping dari budidaya pertanian yang dapat berwujud limbah padat maupun limbah cair berupa kotoran ternak, limbah hasil budidaya tanaman pangan dan limbah daun. 4. Limbah padat adalah limbah hasil budidaya pertanian dan peternakan yang berwujud padat berupa kotoran ternak 5. Limbah cair adalah limbah hasil budidaya pertanian dan peternakan yang berwujud cairan berupa kotoran cair ternak (urine), limbah daun dan limbah hasil budidaya tanaman pangan. 6. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 7. Pupuk kompos adalah salah satu jenis pupuk organik padat yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup. 8. Pupuk organik cair adalah larutan yang berasal dari pembusukan bahanbahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan dan kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. 9. Biaya tetap adalah biaya yang harus dibayar meskipun suatu usaha tidak menghasilkan output dan besarnya tidak berubah meskipun output berubah. (Rp/tahun) 10. Biaya penyusutan alat adalah menyusutnya nilai ekonomi dari peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Biaya penyusutan dapat diperoleh dengan cara mengurangkan nilai awal masing-masing alat produksi dengan nilai akhir kemudian dibagi dengan umur ekonomisnya (Rp/tahun). 11. Biaya gaji karyawan adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima tenaga kerja berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. (Rp/tahun).

22 Biaya pemeliharaan alat adalah biaya yang harus dikeluarkan sebagai akibat atas digunakannya peralatan sebagai alat untuk memproduksi output. (Rp/tahun). 13. Biaya listrik adalah biaya yang digunakan memproduksi segala macam peralatan yang berhubungan dengan tenaga listrik yang digunakan dalam memproduksi output. (Rp/tahun) 14. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besar berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan (Rp/tahun). 15. Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan utama dalam proses produksi pupuk organik. Bahan baku yang digunakan adalah limbah hasil budidaya tanaman pangan dan limbah peternakan. (Rp/tahun) 16. Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan tambahan pembuatan pupuk organik yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/tahun). Bahan penolong berupa bahan probiotik dan bakteri dekomposer. 17. Biaya kemasan adalah biaya yang digunakan untuk membeli plastik, karung maupun botol kemasan sebagai salah satu peningkatan nilai tambah dalam bentuk kemasan (Rp/tahun). 18. Biaya transportasi adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan bakar transportasi yaitu bensin (Rp/tahun). 19. Biaya bahan bakar adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan bakar alat pencacah pupuk yaitu solar (Rp/tahun). 20. Biaya total adalah total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi pupuk organik, yakni biaya tetap ditambah biaya variabel (Rp/tahun). 21. Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha pembuatan pupuk organik selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan (Rp/tahun). Penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah pupuk kompos yang dijual per kg dengan harga per kg pupuk

23 28 kompos (Rp/tahun) dan pupuk organik cair yang dijual per liter dengan harga per liter. 22. Keuntungan adalah hasil perolehan bersih dari usaha industri yang didapat dengan menghitung selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dinyatakan dalam rupiah (Rp/tahun). 23. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dihitung dengan membandingkan antara keuntungan usaha yang diperoleh usaha pembuatan pupuk organik dengan total biaya yang dikeluarkan kemudian dikalikan 100%. 24. Efisiensi usaha adalah suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari usaha yang dijalankan. Efisiensi usaha didapat dengan pembagian antara penerimaan total yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi yang dinyatakan dalam rupiah. Usaha dikatakan efisien apabila nilai R/C lebih besar dari Analisis nilai tambah merupakan analisis untuk mengetahui nilai balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Nilai tambah berupa peningkatan nilai karena adanya perubahan bentuk produk yang melalui proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan menjadi produk sekunder. Nilai tambah diperoleh dari selisih antara nilai produk akhir (nilai output) dengan nilai input yang dinyatakan dalam rupiah. 26. Nilai tambah bruto adalah nilai tambah produk dari hasil proses produksi yang didapat dengan menghitung selisih antara nilai akhir produk dikurangi dengan biaya antara yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 27. Biaya antara merupakan biaya yang sekali habis digunakan dalam proses produksi. Biaya antara dalam penelitian ini meliputi biaya bahan baku dan biaya bahan penolong sehingga dapat dihitung dengan menjumlahkan pengeluaran tiap-tiap biaya yang bersangkutan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

24 Nilai tambah netto adalah nilai tambah produk yang didapat dengan menghitung selisih antara nilai tambah bruto dikurangi dengan biaya penyusutan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 29. Nilai tambah per bahan baku adalah nilai tambah bruto untuk setiap kg bahan baku yang digunakan yang didapat dengan pembagian antara nilai tambah bruto dengan jumlah bahan baku yang digunakan, dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg). 30. Nilai tambah per tenaga kerja adalah nilai tambah bruto untuk setiap tenaga kerja yang digunakan yang didapat dengan pembagian antara nilai tambah bruto dengan jumlah jam kerja yang dinyatakan dalam rupiah per jam kerja orang (Rp/JKO).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Selain itu, permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) AGRISE Volume XI No. 3 Bulan Agustus 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) (BENEFIT ANALYSIS OF MAKING ORGANIC

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroberi atau strawberry dalam bahasa Inggris, merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang terpenting di dunia, terutama untuk negara-negara beriklim subtropis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonoanti. Pengambilan sampel Desa dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Yenny Mailya Santi (2009:83) yang berjudul Analisis Usaha Agroindustri Keripik Belut Sawah (Monopterus Albus Zuieuw) di Kabupaten Klaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Keuntungan Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dalam jangka pendek keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dikurangi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 125 133 (2017) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) Indah Lestari 1, Elfiana 2,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami definisi pupuk kandang, manfaat, sumber bahan baku, proses pembuatan, dan cara aplikasinya Mempelajari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45-46

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB

PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB PENYUSUNAN CASH FLOW BISNIS DAN LAPORAN LABA/RUGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM - IPB Penerimaan dan pengeluaran dalam bisnis merupakan komponen yang sangat penting untuk melihat aktivitas yang berlangsung

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja Koperasi Susu Bandung Utara (KPSBU) yang menerapkan mekanisasi pemerahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

DWI SETYO ASTUTI A

DWI SETYO ASTUTI A EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KOMPOS ORGANIK HASIL PENGOMPOSAN DENGAN INOKULAN LIMBAH TOMAT dan EM -4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci