BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil SMP Negeri 5 Ambarawa 1. Visi SMP Negeri 5 Ambarawa Visi dari SMP Negeri 5 Ambarawa adalah Membentuk manusia yang berbudi luhur, beriman, terampil dan mampu berprestasi. 2. Misi SMP Negeri 5 Ambarawa Misi dari SMP Negeri 5 Ambarawa merupakan penerjemahan visi yang akan menjadi panduan dalam tata kerja SMP Negeri 5, yang secara spesifik dirumuskan sebagai berikut: 1. Menumbuhkan sikap sopan santun, percaya diri dalam pergaulan, budi pekerti yang bernilai budaya bangsa; 2. Meningkatkan iman, taqwa dengan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut; 3. Menumbuhkan disiplin, tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi, untuk menumbuhkan keterampilan siswa; 4. Meningkatkan pelayanan pendidikan, baik belajar efektif maupun kreatif berdasarkan kompetensi sehingga mampu mencapai prestasi. 67

2 3. Tujuan Sekolah Sebagai tindak lanjut dari visi misi tersebut, maka SMP Negeri 5 Ambarawa memiliki harapan ke depan menjadi sekolah yang dapat menghasilkan: 1. Terwujudnya kesadaran peserta didik dalam melaksanakan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2. Terwujudnya pelayanan pembelajaran dan pembimbingan yang efektif, kreatif, dan menyenangkan berdasarkan kompetensi; 3. Memiliki rata-rata UN di atas 6,0 dan peringkat sekolah meningkat; 4. Paling tidak 90% lulusan dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi; 5. Terpenuhinya sarana pembelajaran dan pembimbingan; 6. Terlaksananya kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik; 7. Terwujudnya penataan lingkungan sekolah yang tertib, rapi, indah dan nyaman Kondisi SMP Negeri 5 Ambarawa SMP Negeri 5 Ambarawa terletak di pinggiran kota Ambarawa, tepatnya di jalan Yos Sudarso, Kupang, Ambarawa. Tepatntya di jalur Jalan Bawen- Magelang, dan dikelilingi oleh perumahan penduduk. Luas lahan SMP Negeri 5 Ambarawa adalah ±5.000 m 2 dengan bangunan yang terdiri dari: 1 ruang Kepala Sekolah; 1 ruang Guru; 1 ruang TU; 1 ruang Perpustakaan; 1 Lab. IPA; 1 Lab. Komputer; 1 ruang BK; 15 ruang Kelas; dan 12 kamar mandi. Jumlah siswa tahun pelajaran adalah 485 siswa, dengan 68

3 jumlah guru sebanyaki 25 orang (2 orang guru pemenuhan jam mengajar dari SMP Negeri 2 Jambu); 1 orang guru Pendidikan Agama Hindu (bantuan dari Kemenag); dan jumlah karyawan 7 orang. Sedangkan bagian tengah bangunan terdapat 1 lapangan upacara yang tertutup paving block (tanpa rerumputan) Penyajian Kurikulum Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa Tahun 2013 dikembangkan mengacu pada standar nasional pendidikan, terdiri atas standar isi, proses, kompetensi kelulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi sekolah dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa Tahun 2013/2014 disusun agar dapat memberi kesempatan peserta didik: (1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Belajar untuk memahami dan menghayati isi Pancasila; (3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; (4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; (5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 69

4 Komponen Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa Tahun 2013 terdiri dari: 1. Tujuan Pendidikan Sekolah 2. Struktur dan Muatan Kurikulum 3. Kriteria Ketuntasan Minimal 4. Kalender Pendidikan 5. Silabus 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keadaan Guru SMP Negeri 5 Ambarawa sebanyak 21 guru (84%) berijasah Sarjana (S1); 4 orang guru berijazah S2 dan yang sudah mempunyai Sertifikat Pendidik sebanyak 18 orang guru (72%). Keadaan guru Penjasorkes di SMP Negeri 5 Ambarawa cukup, karena diampu oleh dua orang guru PNS dengan ijazah relevan dan sudah memiliki sertifikat pendidik. Belum semua guru terampil memanfaatkan TIK sehingga dalam penyusunan rencana pembelajaran masih banyak yang hanya copy-paste dengan rencana sebelumnya atau dari sekolah lain. Dalam proses pembelajaran juga belum memaksimalkan sarana pendukung yang ada sehingga proses pembelajaran kurang inovatif dan variatif. 4.2 Hasil Penelitian Semua data yang telah diperoleh di lapangan menurut Miles dan Huberman (1984:18), selanjutnya direduksi. Reduksi data adalah merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, 70

5 mengarahkan, serta memotong atau membuang yang tidak perlu, kemudian mengorganisasikan data yang selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan akhir dan diverifikasi. Berdasarkan hasil reduksi data dan fokus penelitian yang tercantum dalam bab I, maka paparan data dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu: (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas/lapangan, (3) pelaksanakan evaluasi, dan (4) pelaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi Perencanaan Pembelajaran Sebuah perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting dan harus dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan profesinya. Perencanaan pembelajaran sering disebut juga skenario pembelajaran. Guru sangat memerlukan sebuah skenario mengajar dimana skenario tersebut akan digunakan oleh guru sebagai panduan atau pedoman dalam melaksanakan pembelajarannya. Dalam pelaksanaannya skenario atau perencanaan perlu dibuat dan direncanakan dengan matang, karena dengan kematangan skenario atau kematangan perencanaan pembelajaran akan mempengaruhi kinerja seorang guru. Jika perencanaan baik maka pelaksanaan pembelajarannya pun juga akan lebih baik pula. Perencanaan pembelajaran memainkan peran yang sangat 71

6 penting dalam memandu seorang guru menjalankan tugasnya, perencanaan pembelajaran juga merupakan suatu langkah awal berhasil atau tidaknya pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Dari hasil wawancara dengan urusan Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa diperoleh data tentang perencanaan pembelajaran yang berupa pembuatan administrasi pembelajaran dan persiapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa. Masalah administrasi pembelajaran kurang berjalan dengan baik terutama pada perencanaan pembelajaran, karena terkadang hanya copy paste perangkat pembelajaran yang dibuat oleh orang lain atau fotokopi yang dibuat oleh MGMP, seperti yang disampaikan oleh urusan Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa sebagai berikut: Guru penjasorkes membuat dengan baik dari promes, prota, pemetaan, AMP, silabus maupun RPP, hanya saja terkadang hanya copy-paste dari guru lain atau MGMP saja, kadang-kadang lupa merubah tanggal pembuatannya, itu salah satu diantara kelemahan masalah administrasi pembelajaran bagi guru penjasorkes, mestinya menurut KTSP silabus, prota, promes dan lain-lain dibuat oleh guru itu sendiri dan disesuaikan dengan keadaan sekolah, walapun toh tidak menutup kemungkinan dibuat oleh MGMP. 72

7 Hasil wawancara dengan urusan kurikulum tersebut sesuai dengan wawancara dengan guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran penjasorkes dilakukan setiap awal tahun pembelajaran melalui IHT sekolah yang dibuat adalah AMP, Prota, Promes, Pemetaan, Silabus, dan RPP, karena sekolah ini cukup ketat dalam hal administrasi pembelajaran. Selain wawancara dengan urusan kurikulum dan guru, juga dilakukan observasi. Berdasarkan observasi pada dokumen yang ada tentang perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa yang menjadi objek dalam penelitian ini, guru sudah membuat AMP, Prota, dan Promes, Silabus, dan RPP. Pembuatan perencanaan pembelajaran dimulai dari pembutan Pemetaan, Analisis Materi Pelajaran (AMP), Program tahunan (Prota). Program semester (Promes), Silabus, dan yang terakhir membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dilihat dari hasil wawancara, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa membuat perencanaan pembelajaran, akan tetapi kadang membuatnya dengan cara mengcoppy yang dibuat oleh orang lain atau yang dibuat oleh MGMP (hasil perencanaan terlampir). 73

8 4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa, bahwa guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode pembelajaran yaitu dimulai dari pemanasan, kegiatan inti dan diakhiri dengan penenangan. Hal tersebut disampaikan oleh informan, yaitu urusan kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa sebagai berikut: Pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, tetapi sering kali kurang optimal terbentur dengan lapangan yang dimilki oleh SMP Negeri 5 Ambarawa sangat terbatas. Hasil wawancara dengan urusan kurikulum tersebut senada dengan penyataan disampaikan oleh guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa sebagai berikut: Ya, dimulai dari pemanasan, kegiatan inti atau materi pembelajaran dan diakhiri dengan penenangan, tapi kadang kadang disesuaikan dengan alam atau cuaca. Hal tersebut dipertegas dengan pernyataan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Ambarawa, sebagai berikut: Pelajaran penjasorkes biasanya dilakukan dengan tertib, sebelum mulai kegiatan biasanya dilakukan pemanasan dan dilanjutkan dengan materi beri- 74

9 kutnya apabila saat olahraga praktik maka diakhiri dengan penenangan. Hasil pengamatan di lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa, bahwa tahapan pembelajaran yang terdiri dari tiga macam pengamatan (pendahuluan, pelajaran inti, dan kegiatan pendinginan), belum bisa dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Pelaksanaan pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik antara guru dan siswa didik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus mampu mengembangkan strategi pembelajarannya agar terjadi hubungan yang harmonis antara guru dan siswa didik serta dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Pada pemeriksaan dokumen diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP 5 Ambarawa berjalan baik. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai daftar hadir siswa dengan kualitas baik. Di samping daftar hadir siswa, 75

10 guru juga mempunyai buku agenda mengajar dengan kualitas baik. Dapat dikatakan bahwa, secara administratif, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negeri 5 Ambarawa cukup baik dan rapi. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memang berbeda dengan pembelajaran mata pelajaran yang lain. Pada pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan diperlukan pengelolan kelas yang ekstra ketat dan harus disertai aturan-aturan yang ketat pula. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, siswa lebih banyak memperlihatkan sifat-sifat emosional dari pada pembelajaran di dalam kelas. Letak perbedaan tersebut sangat menyolok sekali yaitu pada pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan akan diperoleh beberapa ranah sekaligus yaitu afektif, kognitif, psikomotor, serta physical fitness. Hal ini merupakan ciri khusus pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena ini tidak terdapat pada mata pelajaran lain. Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa, telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah menggunakan metode pembelajaran dengan membagi tiga bagian penting yaitu pemanasan, inti pembelajaran, dan 76

11 penenangan. Namun demikian, penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan secara rutin tersebut, telah membuat siswa mudah merasa bosan. Sebagai upaya untuk mengurangi rasa bosan yang sering terjadi pada materi tertentu saat pembelajaran penjasorkes, penulis berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pendekatan bermain tentu akan lebih menyenangkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam rangka memberikan gambaran: (1) apakah materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru terhadap siswa didiknya sudah dikuasai atau belum; (2) apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi bisa digunakan oleh guru sebagai refleksi atau renungan sehingga guru akan mengubah atau memperbaiki model serta strategi pembelajarnnya, yang diharapkan makin lama guru akan lebih baik dalam menjalankan tugasnya. 77

12 Dari hasil wawancara dengan para informan diperoleh data tentang pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa, bahwa pelaksanaan evaluasi berjalan sesuai yang direncanakan. Guru melaksanakan evaluasi setiap kali selesai melaksanakan satu kompetensi dasar. Dalam pelaksanaan kesehariannya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa melaksanakan dua evaluasi yaitu evaluasi hasil dan evaluasi proses. Evalusi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan proses gerakan itu sendiri yaitu dari proses awal sampai dengan proses akhir, sedangkan evaluasi hasil adalah penilaian yang berdasarkan prestasi akhir yang diperoleh siswa. Berkaitan dengan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa yang dikemukakan oleh informan yaitu guru penjasorkes, mengatakan: Pelaksanakan evaluasi pembelajaran Rata-rata 5 sampai 6 kali dalam satu semester, sedangkan antara evaluasi proses dan evaluasi hasil saya gabung, kadangkala memakai evaluasi proses, tetapi kadangkala juga dengan evaluasi hasil. 78

13 Demikian pula seperti dikatakan oleh urusan Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa, sebagai berikut: Kegiatan evaluasi baik, yang dilakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil dikombinasikan, yang pengertiannya adalah ada KD yang dilakukan dengan evaluasi proses, tetapi ada juga KD yang dilakukan dengan evalusi hasil. Hal ini dipertegas oleh siswa kelas VII SMP Negei 5 Ambarawa sebagai berikut: Setiap akhir pembelajaran dilakukan penilaian, evaluasinya banyak, kadang mengukur hasil, kadang sikap. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambaraa tersebut, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (2007: 243), yang membagi evaluasi menjadi dua yaitu: (1) evaluasi proses pengajaran, dan (2) evaluasi hasil pengajaran. Dilihat dari hasil pemeriksaan dokumen pelaksanaan evaluasi, guru penjasorkes tidak membuat kisi-kisi soal. Guru membuat kisi-kisi soal, dan analisis hasil evaluasi hanya pada evaluasi ulangan tengah semester dan akhir semester saja. Sedangkan dilihat dari dokumen pembuatan daftar nilai, guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa mempunyai daftar nilai dengan kualitas baik. Dilihat dari hasil observasi yang dilakukan di lapangan pada saat guru sedang mengajar dapat disimpulkan bahwa, guru pen- 79

14 didikan jasmani SMP Negeri 5 Ambarawa melaksanakan evaluasi dengan kualitas baik. Dari hasil penuturan dari salah satu informan tentang pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa, bahwa pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan baik. Pelaksanaan evaluasi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa bervariasi, kadang menggunakan evaluasi proses, kadang evaluasi hasil, namun ada juga yang menggunakan kedua-duanya. Sebelum pelaksanakan evaluasi, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa tidak membuat kisi-kisi dan tidak melaksanakan analisis hasil evaluasi. Namun demikian, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa mempunyai daftar nilai dengan kualitas baik. Hal ini diketahui dengan observasi yang penulis lakukan bahwa tidak ada dokumen kisi-kisi dan analisis hasil evaluasi pada urusan Kurikulum SMP Negeri 5 Ambarawa Pelaksanaan Analisis Hasil Evaluasi Analisis ialah proses untuk mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang telah didukung data tersebut, 80

15 seberapa banyak ia mendukung dan seberapa banyak ia tidak mendukung. Analisis hasil evaluasi dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang dan faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari batas minimal ketuntasan belajar diberikan remidial, sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan minimal diberikan pengayaan. Guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa sudah melaksanakan analisis hasil penilaian belajar agar mendapatkan umpan balik tentang proses pembelajaran, namun analisis hanya dilakukan pada ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester saja. Untuk ulangan harian belum terlaksana dengan baik, sehingga program kegiatan tindak lanjut yang merupakan hasil evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara maksimal Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Setiap kali pelaksanaan pembelajaran pasti akan diakhiri oleh sebuah hasil, akan tetapi hasil yang telah diperoleh lewat evaluasi bukanlah merupakan akhir dari sebuah pelaksanaan pembelajaran, karena hasil dari evaluasi itu oleh guru akan digunakan sebagai pijakan dalam melangkah pada kegiatan berikutnya. Dari hasil evaluasi tersebut oleh guru akan ditindaklanjuti melalui remidial atau perbaikan, pengayaan, 81

16 dan percepatan. Menurut penuturan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa dalam melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi baru sebatas pada remidial/perbaikan, itu saja dalam pelaksanaan kesehariannya hanya menggunakan remidial test bukan remidial teaching. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang pelaksanaan tindak lanjut hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa, adalah sebagai berikut: Pelaksanaan tindak lanjut hasil evaluasi masih remidial atau perbaikan, sedangkan pengayaan dan percepatan masih belum bisa dilaksanakan, kegiatan pengayaan dilaksanakan pada jam ektrakurikuler. Hal ini dipertegas oleh pernyataan guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa sebagai berikut: Tindaklanjut hasil evaluasi saya melaksanakan walaupun masih sebatas melaksanakan remidial saja, sedangkan yang lain belum dapat saya laksanakan. Lebih lanjut dikatakan oleh siswa kelas IX SMP Negeri 5 Ambarawa sebagai berikut: Kegiatan remidial yang dilaksanakan dalam jam pelajaran itu juga, tetapi biasaanya pelaksanaan remidial dilakukan 15 menit sebelum jam pelajaran habis. 82

17 Hasil wawancara, pemeriksaan dokumen dan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa pelaksanaan tindaklanjut hasil evaluasi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa tidak melaksanakan program tindaklanjut hasil evaluasi secara menyeluruh berupa remidial, pengayaan, maupun percepatan. Guru melaksanakan program tindaklanjut hasil evaluasi masih sebatas melaksanakan remidial atau perbaikan saja dengan cara remidial test bukan remidial teaching. 4.3 Pembahasan Upaya yang dilakukan guru dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, menganalisis, serta melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi dalam sebuah pembelajaran adalah merupakan manajemen pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru. Kelima hal tersebut merupakan tugas utama bagi seorang guru, termasuk di dalamnya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Upaya tersebut harus dilakukan oleh seorang guru secara terus menerus sampai guru tersebut betul-betul menemukan strategi pembelajarannya, sehingga guru tersebut dapat menerapkan strateginya sesuai dengan kebutuhan dan heterogenitas para siswa didik. Dalam mengelola pembelajarannya guru harus bisa melaksanakan lima tahapan kegiatan pembelajaran, hal ini sesuai dengan tugas utama yang harus 83

18 dilakukan oleh seorang guru. Kelima tahap tersebut adalah: (1) membuat perencanaan; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) melaksanakan evaluasi; (4) melaksanakan analisis; dan (5) melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi. Di bawah ini penulis uraikan tentang pembahasan pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa adalah sebagai berikut: Perencanaan Pembelajaran Paparan data di atas tentang perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa. Guru telah membuat perencanaan pembelajaran sesuai dengan sebagian kewajiban seorang guru, hal ini terbukti dengan telah tersajinya AMP, Prota, Promes, Silabus, dan RPP, walaupun terkadang masih hanya melakukan copy-paste buatan orang lain atau buatan MGMP. Karena perangkat pembelajaran hasil copy-paste atau menjiplak begitu saja, maka mengakibatkan guru menjadi kurang kreatif dalam merencanakan pembelajarannya. Sebuah kreativitas dalam merencanakan pembelajaran sangat diperlukan oleh seorang guru apalagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Tanpa kreativitas maka pembelajaran akan monoton atau statis yang bisa mengakibatkan anak mudah 84

19 bosan dalam mengikuti pembelajaran, dan pada akhirnya hasil yang diharapkan juga tidak akan maksimal. Akibat dari copy-paste perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh orang lain, atau apa yang guru copy-paste dengan tanpa selektif dan diterapkan di sekolahnya, walaupun mempunyai standar kompetensi atau dengan kompetensi dasar yang sama dengan sekolah yang perencanaan pembelajarannya dicopy, maka jelas bahwa perencanaan pembelajaran yang digunakan sebagai acuan pembelajaran akan bertentangan dengan nafas KTSP. Hal ini disebabkan kekuatan dan kelemahan antara sekolah yang satu dengan sekolah lain baik fasilitas, sarana prasarana, kemampuan guru, maupun kemampuan siswa dan lain-lainnya tidak sama Pelaksanaan Pembelajaran Aspek psikomotorik merupakan bagian yang paling besar dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, walaupun di dalamnya juga ada unsur afektif dan kognitif. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, diperlukan urut-urutan atau langkahlangkah pembelajaran dengan baik dan benar dari awal sampai akhir pembelajaran, mulai dari pemanasan, pelajaran inti sampai dengan pendinginan. 85

20 Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangat erat dengan disiplin, baik itu disiplin administrasi maupun disiplin waktu. Untuk itu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus mampu mengadministrasikan segala kegiatan pembelajarannya yang berupa daftar hadir siswa dan agenda mengajar dengan baik. Di samping itu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga dituntut dapat memperkaya pola dan metode pembelajaran penjasorkes yang sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Menurut paparan di atas, bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negri 5 Ambarawa sudah berjalan dengan baik. Guru sudah melaksanakan tiga kegiatan pokok dalam pembelajaran penjasorkes, yaitu pemanasan, kegiatan inti, dan penenangan. Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha mengalihkan perhatian siswa dengan tidak menghilangkan inti pelaksanaan pembelajaran dan siswa merasa senang untuk mengikuti pembelajaran. Salah satu cara untuk mengalihkan perhatian siswa tersebut adalah dengan menggunakan metode yang tepat. Selain metode pembelajaran, pendidik juga melakukan dengan metode lain seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, interaktif dan inkuiri. Dengan menggunakan medote pendekatan bermain diharap- 86

21 kan siswa dapat meningkatkan kemampuan melakukan lari cepat 50 meter. Dengan menggunakan metode bermain ini akan lebih mengedepankan kondisi psikologis siswa yang memiliki kecenderungan bermain. Dengan bermain diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas belajarnya, sehingga terjadi proses yang terkesan untuk penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasinya Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Sesuai dengan Kurikulum KTSP bahwa sebaiknya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran menggunakan evaluasi proses. Hal ini disebabkan tujuan akhir dari sebuah pembelajaran bukan semata mata hasil akhir atau prestasi siswa saja, akan tetapi lebih dari itu adalah untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan atau sampai seberapa jauh para siswa menguasai materi yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Dilihat dari paparan data, bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa berjalan sesuai dengan apa yang 87

22 direncanakan. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa melaksanakan evaluasi setiap kali selesai melaksanakan satu kompetensi dasar, kemudian guru melaksanakan evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan oleh guru bervariasi, kadang menggunakan evaluasi proses, kadang evaluasi hasil, tergantung dari kompetensi dasar yang dipelajari. Sebagai kelengkapan pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru guna mencatat hasil yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajarannya, guru harus mempunyai daftar nilai yang akurat yang dapat dipertanggungjawabkan oleh semua pihak. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa mempunyai daftar nilai Pelaksanaan Analisis Hasil Evaluasi Salah satu tugas guru setelah melakukan evaluasi adalah melakukan analisis hasil evaluasi. Dalam rangkaian kegiatan evaluasi pembelajaran, langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah membuat kisi-kisi. Setelah evaluasi pembelajaran selesai, maka guru harus melakukan analisis hasil evaluasi. Analisis hasil evaluasi ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang dan faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari batas 88

23 minimal ketuntasan belajar diberikan remedial, sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan minimal diberikan pengayaan. Dalam pengamatan selama penelitian guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP Negeri 5 Ambarawa dalam rangkaian kegiatan evaluasi pembelajaran tidak membuat kisi kisi dan belum melaksanakan analisis evaluasi secara menyeluruh. Guru baru melaksanakan analisis Ulangan Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir Semester (UAS), sedangkan analisis ulangan harian belum dilaksanakan Pelaksanaan Tindaklanjut Hasil Evaluasi Tugas guru dalam melaksanakan serangkaian pembelajaran tidak berhenti pada pelaksanaan evaluasi saja, akan tetapi hasil yang diperoleh siswa lewat evaluasi pembelajaran perlu ditindaklanjuti. Seperti yang penulis uraikan di atas bahwa setelah guru selesai melaksanakan evaluasi pembelajaran, maka guru tersebut harus melakukan tindaklanjut hasil evaluasi. Program tindaklanjut hasil evaluasi biasanya banyak diabaikan oleh guru, karena menganggap bahwa program ini tidak penting. Padahal sebenarnya program layanan ini tidak kalah pentingnya dengan program-program yang lain, karena program layanan ini dapat digunakan oleh guru sebagai renungan atau refleksi serta sebagai umpan balik guna memperbaiki model atau metode pembelajaran berikutnya. 89

24 Ada tiga program tindaklanjut hasil evaluasi pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu: remedial, pengayaan, dan percepatan. Hasil penelitian tentang pelaksanaan tindaklanjut hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa menunjukkan bahwa: guru penjasorkes SMP Negeri 5 Ambarawa belum melaksanakan program tindaklanjut hasil evaluasi yang berupa program remedial, program pengayaan, maupun program percepatan evaluasi dengan lengkap. Guru hanya melaksanakan program remidial test. Pada akhirnya dapat penulis sampaikan bahwa, karena sebagian kegiatan pengelolaan pembelajaran pada SMP Negeri 5 Ambarawa belum seluruhnya dapat berjalan dengan baik, maka hasilnya pun kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan adalah suatu sistem yang utuh. Apabila salah satu komponen kegiatannya tidak dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan-kegiatan selanjutnya dan bahkan hasil dari proses pembelajaran juga tidak akan baik. 90

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA 52 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA A. Analisis Implementasi KTSP Mata pelajaran Fikih 1. Analisis Kurikulum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal Oriented Evaluation (Arikunto.2007:35) yang berorientasi pada tujuan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR ELEMEN PERUBAHAN SKL terstruktur dalam: SKL Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar SKL Menyeimbangkan kognitif, afektif, dan psikomotor Kompetensi inti mengikat kompetensi-kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah menjadi bagian penting bagi perkembangan bangsa ini khususnya dalam rangka mencerdaskan dan memajukan potensi anak bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi dekadensi moral. Dekadensi moral terjadi di kalangan pelajar, berupa meningkatnya

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut biasa dimulai

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan 1.1 Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tentang audit kinerja guru bersertifikat pendidik pada SMP Negeri 7 Seluma. Guru yang telah mendapatkan

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan, pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 TENGARAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 TENGARAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 TENGARAN Disusun : Nama : Risqi Ageng Wiguno NIM : 2501409086 Prodi : Pend. Seni Musik FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kementerian agama.hal ini dikarenakan MAN 3 Medan mengemban visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. kementerian agama.hal ini dikarenakan MAN 3 Medan mengemban visi dan misi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan sebagai institusi pendidikan Islam tingkat menengah sejak awal berdirinya pada tahun 1996 telah memberikan konstribusi dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam bab

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan standar isi 2. Mahasiswa dapat menyusun RPP untuk pembelajaran teori Jasa Boga dan Patiseri 3. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN Disusun oleh : Nama : Annisa Candra Sekar NIM : 5401409029 Prodi : PKK S1 (Tata Busana) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan 1. Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Nama

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah /

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah / BAB V PEMBAHASAN A. Kurikulum di SMPN 2 Ngimbang Lamongan Analisis data pada bab ini didasarkan pada data penelitian lapangan yang telah dibahas pada bab 4 dengan kajian teori pada bab 2. Penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah mengadakan perubahan besar pada kebijakan pada sektor pendidikan dalam berbagai aspek,

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pembekalan Mikro teaching Mahasiswa PGSD-UAD RINI NINGSIH, M.Pd.

Disampaikan pada Pembekalan Mikro teaching Mahasiswa PGSD-UAD RINI NINGSIH, M.Pd. Disampaikan pada Pembekalan Mikro teaching Mahasiswa PGSD-UAD 2016 RINI NINGSIH, M.Pd. ADA APA DENGAN RPP? Apa yang dimaksud RPP Mengapa Membuat RPP? Bagaimana membuat RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk yang belajar juga merupakan makhluk yang dapat dan harus dididik. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat memanusiakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS Utama Profesional Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tuntunan dan petunjuk yang tepat disepanjang kehidupan, melalui berbagai upaya yang berlangsung

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMP NEGERI 1 KANDEMAN Disusun Oleh: Nama : Devi Arostiyani Nim : 2501409100 Jurusan : Sendratasik ( Seni Musik S1 ) FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 120 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 6.1.1 Manajemen Kurikulum

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG Ciri-Ciri Kurikulum 2013 Disususn Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Dr.Purwati, M.S.,Kons Disusun Oleh Kelompok 17 : Dodo Prastyoko (12.0305.0170) Joni Pranata

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk perkembangan tersebut. Dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Nita Mamluatul Fauziah NIM : 2301409019 Program Studi : Pendidikan Bahasa Prancis FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMA N I Jogonalan SMA Negeri 1 Jogonalan berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada tahun 1990, dimulai dengan Tahun Pembelajaran

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN APLIKASI PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) MODEL RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2006-2007 HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN Kompetensi Utama Kompetensi Inti Guru Standar Kompetensi Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran Menganalisis dimensi filosofis penan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG SD

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG SD KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG SD STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI KOMPETENSI GURU Indikator Esensial/ INTI GURU MATA PELAJARAN/ Indikator Pencapaian

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMP 1 KUDUS Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas / Semester : VIII / Satu Materi Pokok : Sepak Bola Alokasi Waktu : ( 2 x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION ) PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN GADINGREJO 01 KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER Sri

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dan temuan pembelajaran siswa kelas 6 Sekolah Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik pengalaman lapangan dilaksanakan kurang lebih selama dua setengah bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar mempersiapkan diri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari BSNP, dalam menyusun tesis. Data selanjutnya digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan

Lebih terperinci

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Profesional Inti Guru Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) PENGERTIAN PENILAIAN PRINSIP PENILAIAN TEKNIK & INSTRUMEN PENILAIAN MEKANISME & PROSEDUR PENILAIAN PENILAIAN OLEH PENDIDIK PENILAIAN OLEH SATUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 ` LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016 LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

BAB I. Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan

BAB I. Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadikan sebagai landasan moral dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK PALEBON SEMARANG Disusun oleh: Nama : MARTINA DWI PERMATASARI NIM : 7101409062 Program Studi : Pendidikan Administrasi Perkantoran FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Perangkat Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 2 Pengasih merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berlokasi di Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang pokok dan sangat penting didapat oleh setiap orang. Dengan pendidikan tersebut manusia selalu berproses menuju ke arah yang

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGENALAN LAPANGAN 2 DI SMP N 1 TULIS

LAPORAN PRAKTIK PENGENALAN LAPANGAN 2 DI SMP N 1 TULIS LAPORAN PRAKTIK PENGENALAN LAPANGAN 2 DI SMP N 1 TULIS Disusun Oleh: Nama : Agus Rina Puji Rahayu NIM :3301409064 Prodi : PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 LEMBAR PENGESAHAN Lembar

Lebih terperinci

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak Pembelajaran Pendidikan Jasmani Melalui Permainan Tradisional Bolgrang Siswa Kelas V SDN Gedong 03 Uptd Pendidikan Kecamatan Banyubiru Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci