BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hadi Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Konsep kecerdasan spiritual pertama kali diperkenalkan oleh Zohar dan Marshall pada akhir abad kedua puluh. Gagasan ini muncul ketika Zohar dan Marshall mengamati pengalaman Mats Lederhausen; seorang profesional muda yang meraih puncak kesuksesan pada usia 30-an (Widyawan, dalam Jauhari, 2007). Namun demikian Chief Executif Mc Donald s Swedia ini menghadapi dilema karier. Pengalaman Mats menurut Zohar dan Marshall sebagai bentuk sosok pekerja yang memiliki kercerdasan hati nurani, kecerdasan tersebut memberikan kesadaran bahwa hidup punya dimensi lebih dalam, dari pada sekedar menghabiskan waktu untuk menumpuk modal material (Widyawan, dalam Jauhari, 2007). Menurut Zohar dan Marshall (dalam King dan DeCicco, 2009) kecerdasan spritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan
2 hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. Menurut Gardner (2010), kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. Wolman (dalam Amram & Dryer, 2008) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan manusia untuk mengajukan pertanyaan tertinggi tentang makna hidup, dan secara bersamaan mengalami koneksi tanpa batas antara masing-masing dari dirinya dan dunia di mana ia hidup. Sementara King dan DeCicco (2009) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sekumpulan kapasitas mental adaptif yang didasarkan pada aspek-aspek non material dan transenden dari realitas, secara khusus yang berhubungan dengan critical existential thinking, personal meaning production, transcendental awareness, conscious state expansion. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah sekumpulan kapasitas mental adaptif yang dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi dan memecahkan persoalan makna; menempatkan perilaku
3 dan hidup individu dalam konteks makna hidup yang lebih luas, serta dapat membantu individu membangun dirinya secara utuh. 2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual Aspek-aspek kecerdasan spiritual adalah sebagai berikut (King & DeCicco, 2009) : a. Critical existential thinking Kapasitas untuk secara kritis merenungkan sifat dari keberadaan, realitas, alam semesta, ruang, waktu, kematian, dan isu-isu eksistensial atau metafisika lainnya. Dalam hal ini critical thinking dapat menjadikan individu terampil konseptualisasi; menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari observasi, pengalaman, refleksi, penalaran atau komunikasi (Scriven & Paul, dalam King dan DeCicco, 2009). b. Personal meaning production Kemampuan untuk memperoleh makna pribadi dan tujuan dari semua pengalaman fisikal dan mental, termasuk kapasitas untuk membuat keputusan dan menguasai kehidupan sesuai dengan tujuan hidup. Personal meaning didefinisikan
4 sebagai kemampuan memiliki tujuan dalam hidup, memiliki arah, ketertiban dan alasan keberadaan (Reker, dalam King dan DeCicco, 2009). Dalam hal ini, maka individu yang memiliki personal meaning production akan memiliki kemampuan untuk memperoleh makna pribadi dan tujuan dari semua pengalaman fisikal dan mental, termasuk kapasitas untuk membuat keputusan dan menguasai kehidupan sesuai dengan tujuan hidup. c. Transcendental awareness Kemampuan untuk mengidentifikasi dimensi transenden atau gambar transenden dari diri sendiri, orang lain dan dunia fisikal yang disertai dengan kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan semua itu dengan diri sendiri dan orang lain secara fisikal dalam kondisi kesadaran normal. Csikszentmihalyi (dalam King dan DeCicco, 2009) menyatakan bahwa transcendental awareness dapat memberikan kesuksesan pada individu karena individu bergerak melampaui batas-batas keterbatasan pribadi mereka dengan mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan yang lebih besar, seperti
5 kesejahteraan keluarga, masyarakat, umat manusia, atau kosmos. d. Conscious state expansion Kemampuan untuk masuk dan keluar kepada keadaan kesadaran spiritual yang lebih tinggi atas kebijaksanaan pribadi perenungan yang dalam atau refleksi, meditasi, doa dan sebagainya. Kesadaran spritual tersebut meliputi kesadaran murni, kesadaran kosmik, kesatuan, keutuhan pada keleluasan seseorang (King dan DeCicco, 2009). Sedangkan menurut Amram & Dryer (2008) kecerdasan spiritual memiliki tujuh aspek, yakni: a. Conciousness (kesadaran) meliputi pengembangan kesadaran diri dan pengetahuan diri yang menampilkan intiusi pengetahuan trans-rasional dan praktek-praktek spiritual; b. Grace (anugerah) adalah kehidupan dalam kesucian yang mewujudkan kepercayaan dan cinta untuk hidup yang didasarkan pada rasa syukur, keindahan dan sukacita. c. Meaning (makna) adalah memaknai aktivitas sehari-hari melalui pengertian tentang tujuan dan
6 panggilan untuk melayani, termasuk dalam penderitaan dan kesakitan. d. Transcendence (transendensi) adalah masuk dalam inter koneksi dengan keutuhan kesalingan dalam hubungan manusia melalui empati, kasih sayang, cinta kasih dan orientasi aku-engkau. e. Truth (kebenaran) adalah kehidupan dalam penerimaan yang terbuka dan menaruh kasih terhadap semua ciptaan. f. Peaceful surrender adalah kedamaian penyerahan pada Yang Maha Kuasa atau Kuasa yang Absolut, termasuk penerimaan diri, keutuhan batin, keseimbangan, kerendahan hati dan pengurangan ego. g. Inner directedness, adalah keselarasan dalam tindakan bijaksana yang bertanggung jawab, termasuk penegasan, integritas, dan kebebasan dari pengkondisian, keterikatan dan ketakutan. Untuk kepentingan penelitian ini peneliti akan mengadaptasi aspek-aspek kecerdasan spiritual yang dikemukakan King dan DeCicco (2009), karena King dan DeCicco (2009) telah membuat skala pengukuran yaitu Spiritual Intelligence Self-Report Inventory
7 (SISRI-24) yang berisi 24 item sehingga akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. 3. Efek Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual merupakan landasan utama yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif (Bhangale & Mahajan, 2013). Bahkan, kecerdasan spiritual (SQ) sama sekali tidak menafikan jenis kecerdasan yang lain, tetapi meningkatkan kualitasnya sehingga mencapai tingkat the Ultimate Meaning atau kecerdasan sempurna (Nisa, 2009). Kecerdasan spiritual merupakan modal spiritual individu, dengan modal spiritual yang ada dalam diri seseorang akan mampu membangkitkan motivasi tinggi dalam memandang kehidupan, tidak lagi hanya memandang sebatas materi tetapi menjadikan hidup ini penuh arti dan makna yang lebih tinggi (Jauhari, 2007). SQ memberikan manusia kemampuan untuk membedakan, memberi rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku diikuti dengan pemahaman dan cinta sampai pada batasnya (Nisa, 2009). Kecerdasan spiritual dapat memberikan
8 kemampuan untuk melihat sesuatu dari lebih dari satu perspektif dan mengenali hubungan antara persepsi, keyakinan, dan perilaku (Vaughan, 2002). Manusia menggunakan SQ untuk bergulat dengan hal yang baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud dan memberikan kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan (Nisa, 2009). Spiritual capital (modal spirit) merupakan semangat tinggi sebagai faktor penunjang kemenangan yang tumbuh dalam diri seseorang, dengan semangat ini akan lahir etos kerja yang dapat menggerakkan, mengarahkan manusia dalam melakukan setiap aktifitasnya (Jauhari, 2007). Berdasarkan paparan sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa efek kecerdasan spiritual adalah: a) dapat memfungsikan kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif; b) membangkitkan motivasi tinggi dalam memandang kehidupan, tidak lagi hanya memandang sebatas materi tetapi menjadikan hidup ini penuh arti dan makna yang lebih tinggi; c) memberikan kemampuan untuk melihat sesuatu dari lebih dari satu perspektif dan mengenali hubungan antara persepsi, keyakinan, dan perilaku; memberikan kemampuan untuk bangkit
9 dari keterpurukan; d) faktor penunjang kemenangan yang tumbuh dalam diri seseorang, dengan semangat ini akan lahir etos kerja yang dapat menggerakkan, mengarahkan manusia dalam melakukan setiap aktifitasnya. B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Winkel (2004) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Suryabrata (2004) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang telah dicapai seseorang dalam belajar yang dinyatakan dalam nilai rapor. Briggs (dalam Setyoningrum, 2010) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa pengetahuan, keterampilan, nilai (values) dan
10 sikap yang menetap sehingga mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar, sehingga dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajarinya. Hasil yang diperoleh melalui proses belajar ini dinyatakan dengan nilai-nilai (scores), dimana dengan nilai-nilai tersebut dapat dilihat apakah prestasi belajar siswa tersebut tinggi atau rendah (Syah, 1997). Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mahasiswa merupakan hasil belajar atau nilai murni yang dicapai mahasiswa setelah dilakukan proses belajar, dimana dengan nilai-nilai tersebut dapat dilihat apakah prestasi belajar mahasiswa tersebut tinggi atau rendah. Dalam hal ini maka prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat melalui IPK (Indeks Prestasi Kumulatif). 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar Menurut Syah (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.
11 a. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang meliputi: 1) Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas individu dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi kemampuan individu dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di ruang kelas. 2) Aspek psikologis Banyak faktor yang termasuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran, yang terdiri dari tingkat intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. b.faktor Eksternal
12 Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang meliputi: 1) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial individu di institusi pendidikan adalah para dosen, staf administrasi dan teman-temannya, yang dapat mempengaruhi semangat belajar individu. Masyarakat, tetangga dan teman-teman di sekitar perkampungan individu juga termasuk lingkungan sosial bagi individu. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar individu ialah orang tua dan keluarga individu itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai individu. 2) Lingkungan Non Sosial Lingkungan non sosial ialah gedung perkuliahan dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga individu dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan individu.
13 c. Faktor Pendekatan Belajar Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas individu dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar individu yang meliputi strategi dan metode yang digunakan individu untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar individu, sehingga semakin mendalam cara belajar individu maka semakin baik hasilnya. 3. Sistem Penilaian Perguruan Tinggi Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232 Tahun 2000, penilaian hasil belajar mahasiswa dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Pasal 15 angka (1) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232 Tahun 2000 menyatakan bahwa kriteria IPK mahasiswa terdiri atas 3 tingkat yaitu: memuaskan, sangat memuaskan, dan dengan pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik.
14 Pengelompokkan IPK mahasiswa mahasiswa program sarjana dan program diploma dapat dibedakan dengan jenjang nilai IPK sebagai berikut (Pasal 15 ayat 2 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232 Tahun 2000): a. IPK 2,00-2,75 : memuaskan; b. IPK 2, : sangat memuaskan; c. IPK ,00 : dengan pujian. C. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Prestasi Belajar Winkel (2004) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu berupa aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran, misalnya intelegensi atau kecerdasan individu. Individu dalam kehidupannya tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi saja, tetapi ada hal lain yang sangat berhubungan dengan kebermaknaan hidup yaitu kecerdasan spiritualitas (Amram & Dryer, 2008).
15 Pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-obat terlarang, sehingga banyak mahasiswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang mahasiswa yaitu tugas belajar (Rachmi, 2010). Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan landasan utama yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif (Bhangale & Mahajan, 2013). Manusia menggunakan SQ untuk bergulat dengan hal yang baik dan jahat, serta untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud dan memberikan kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan (Nisa, 2009). Menurut Zohar dan Marshall (dalam King dan DeCicco, 2009) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain. King dan DeCicco (2009) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sekumpulan kapasitas mental adaptif yang didasarkan pada aspek-aspek non material dan transenden
16 dari realitas, secara khusus yang berhubungan dengan critical existential thinking, personal meaning production, transcendental awareness, conscious state expansion. Melalui aspek critical existential thinking, individu dapat mengambil suatu simpulan murni yang dapat dijadikan filosofi pribadi tentang keberadaan dan realitas (King dan DeCicco, 2009). Dalam hal ini critical thinking dapat menjadikan individu terampil konseptualisasi, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi (Scriven & Paul, dalam King dan DeCicco, 2009). Tingginya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa memiliki kesadaran realitasnya sebagai mahasiswa dan memiliki critical thinking dalam belajarnya, hal ini tentunya akan mengakibatkan prestasi belajarnya menjadi tinggi. Melalui aspek personal meaning production, seorang dapat mampu memperoleh makna pribadi dan tujuan dari semua pengalaman fisikal dan mental, termasuk kapasitas untuk membuat keputusan dan menguasai kehidupan sesuai dengan tujuan hidup (King dan DeCicco, 2009). Personal meaning didefinisikan sebagai kemampuan memiliki tujuan dalam hidup,
17 memiliki arah, ketertiban dan alasan keberadaan (Reker, dalam King dan DeCicco, 2009). Dalam aspek personal meaning production, maka mahasiswa dapat mengambil keputusan dan menguasai kehidupan sesuai dengan tujuannya sebagai seorang mahasiswa dan menjadikan perubahan sikap dari semangat belajar yang rendah menjadi memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga akan mengalami perubahan peningkatan prestasi belajar yang baik (Lubis, 2012). Melalui aspek transcendental awareness, Csikszentmihalyi (dalam King dan DeCicco, 2009) menyatakan bahwa transcendental awareness dapat memberikan kesuksesan pada individu karena individu bergerak melampaui batas-batas keterbatasan pribadi mereka dengan mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan yang lebih besar, seperti kesejahteraan keluarga, masyarakat, umat manusia, atau kosmos. Dalam aspek transcendental awareness, maka mahasiswa akan memiliki prestasi belajar yang baik, karena mereka dapat mengintegrasikan tujuannya dengan tujuan yang lebih besar yaitu masa depannya, kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Hubungan antara kecerdasan spiritual dan prestasi belajar dapat dibuktikan dari penelitian sebelumnya.
18 Penelitian Arbabisarjou, Raghib, Rezazade, & Siadat (2013) pada 250 mahasiswa Universitas Isfahan menemukan bahwa ada korelasi positif signifikan sebesar 0.71 (p 0.01) antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar. Raisi, Tehran, Heidari, Jafarbegloo, Abedini, & Bathaie (2013) yang melakukan penelitian pada 353 mahasiwa jurusan Medical Sciences Universitas Qom di Iran juga menemukan bahwa ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar dengan korelasi positif r sebesar 0.12 (p = 0.041). Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual memiliki pengaruh kepada individu sebagai faktor pendorong yang menjadikan dirinya lebih giat belajar dan memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Kecerdasan spiritual yang tinggi pada diri individu akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Kurangnya kecerdasan spiritual dalam diri seorang mahasiswa akan mengakibatkan mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga mahasiswa akan sulit untuk memahami suatu mata kuliah (Rachmi, 2010). Hal ini tentunya akan mengakibatkan prestasi belajarnya menjadi rendah.
19 D. Hipotesis Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho : Jika taraf signifikansi > α, maka tidak terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar pada mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara. H 1 : Jika taraf signifikansi < α, maka terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar pada mahasiswa STT GMI Bandar Baru Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat dalam bidang jasa, terutama jasa psikologi. Masyarakat psikologi dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Objektive Structured Clinical Examination (Osce) mahasiswa atau peserta akan mengikuti beberapa stasion (bilik ujian)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Objektive Structured Clinical Examination (Osce) a. Pengertian OSCE Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah suatu metode untuk menguji kompetensi
Lebih terperinci2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung melalui tahaptahap berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Proses belajar tersebut tercermin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas.
BAB V PEMBAHASAN A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sistem pendidikan selama ini lebih menekankan pentingnya nilai akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku sekolah dasar sampai bangku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis, beserta interpretasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara kualitas pengajaran
Lebih terperinciKepemimpinan: MENGENALI POTENSI DIRI
Kepemimpinan: MENGENALI POTENSI DIRI Oleh: Dr. Alimatus Sahrah, M.Si. MM UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARA 1 Aline-UMBY Aline-UMBY 2 Aline-UMBY 3 7 Habit & 8 Habit Apakah 7 Habits yang diperkenalkan pada
Lebih terperinciKecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )
Resensi Buku Judul : SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan Penulis : Danah Zohar dan Ian Marshall Penerjemah : Rahmani Astuti, Ahmad Najib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia globalisasi sekarang ini telah membawa pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan akuntansi. Banyaknya tekhnologi yang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan sangat menuntut profesionalisme dari masing-masing individu dalam bekerja. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang secara optimal dari segi kepribadiannya. Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dari segi kepribadiannya. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam setiap penelitian ilmiah kajian pustaka penting untuk diuraikan sebagai dasar dalam membangun konstruk teoritik dan sebagai tolok ukur untuk membangun kerangka berpikir serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm. 438) merupakan daya reaksi atau penyesuaian yang secara tepat, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Etika dan Perilaku Etis Kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya adalah adat istiadat kebiasaan yang baik. Etika bisa di artikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERKEMBANGAN MORAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS) Naskah Publikasi Oleh : RAHMAD SETYAWAN F 100 070 035 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang formal maupun informal bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter tiap mahasiswa guna mencerdaskan bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan persaingan di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berusaha
Lebih terperinciPENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI
PENGARUH KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI TERHADAP PERKEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA JAFFRAY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Dalam Menyelesaikan
Lebih terperinciHubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik
Hubungan Antara Pemberian Motivasi Belajar Dari Orangtua Dengan Prestasi Belajar IPS/ Sejarah Bagi Peserta Didik Umiyatun (0614052) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian sebelumnya Penelitian Trisnawati dkk (2003) menemukan kecerdasan emosional secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Kecerdasan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), mengartikan bahwa kecerdasan sebagai perihal cerdas (sebagai kata benda), atau kesempurnaan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI TESIS Oleh : ANTON FAJAR HIDAYAT Q 100 040 087 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak usia dini orang tua selalu berharap dan mengajarkan kepada anaknya untuk bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak usia dini orang tua selalu berharap dan mengajarkan kepada anaknya untuk bisa menjadi siswa yang berprestasi dan mempunyai nilai yang bagus di sekolah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik adalah pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan
Lebih terperinciMODUL XII PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II PSIKOLOGI TRANSPERSONAL. Transpersonal Psychology, The Fourth Force of Psychology
www.mercubuana.ac.id MODUL XII PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II PSIKOLOGI TRANSPERSONAL Transpersonal Psychology, The Fourth Force of Psychology Psikologi transpersonal dimulai dari psikologi humanistik, dan kemudian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang terbagi atas dua bagian yaitu a) metode penelitian, meliputi:
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya mempunyai tujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa tujuan pendidikan adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah keberhasilan perlu diperhatikan dalam upaya mengikuti perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini tantangan yang kita hadapi adalah teknologi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian dunia. Perekonomian ini tumbuh secara pesat karena dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan dasar teori yang telah dikemukakan maka variabel-variabel yang dugunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas vital dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui transfer ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai kehidupan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur yang sangat penting bagi setiap perusahaan atau organisasi, karena sukses tidaknya sebuah perusahaan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. Betapa pentingnya pendidikan sehingga siapapun tidak dapat lepas dari proses pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini walaupun dilahirkan kembar (Sunaryo, 2004). Manusia sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu adalah unik, artinya bahwa manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada manusia yang sama persis dimuka bumi ini walaupun dilahirkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memasuki era globalisasi yaitu, era dimana pertukaran budaya, seni, dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, dimana di dalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha semakin lama semakin cepat dan sangat bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai permasalahan yang dihadapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional Menurut Stain dan Book (2002) kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kedunia yang rumit, aspek pribadi,
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20
DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada saat sekarang ini tergolong sangat buruk yang mengakibatkan rendahnya kinerja institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi majunya sumber daya manusia, agar terbentuk generasi generasi masa depan yang lebih baik. Proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi membawa perubahan yang luas dan mendasar dalam semua aspek masyarakat. Perubahan yang berlangsung cepat menyeluruh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menjamin kelangsungan dan perkembangan suatu bangsa yang bersangkutan.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU tentang sistem pendidikan nasional pasal nomor 20 tahun 2013 mengemukakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat vital untuk menolong manusia dalam menjalani kehidupannya, karena pendidikan merupakan suatu proses penyiapan
Lebih terperinciADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016
ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 215/216 Bakri M * ) E-mail: bakrim6@yahoo.co.id Sudarman Bennu * ) E-mail: sudarmanbennu@untad.ac.id
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem Based Learning (PBL) Problem based learning (PBL) adalah cara belajar dengan kelompok kecil yang distimulasi oleh skenario atau masalah. Dari masalah tersebut mahasiswa
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas. Psikologi olahraga di Indonesia merupakan cabang psikologi yang sangat baru, sekalipun pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi segala bidang. Berbagai perkembangan itu semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang dunia
32 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliable tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan sesuatu hal (Chalpin, 2006). Dijelaskan pula jika kesiapan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LandasanTeori 1. Kesiapan Kerja. a. Pengertian Kesiapan. Menurut kamus psikologi kesiapan adalah keadaan yang diwujudkan dalam tingkat perkembangan dari kematangan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan yang dinamakan keija (As'ad, 1991:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Lebih terperinciOleh DWI YUSNANTO. Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN. Pada
HUBUNGAN MASALAH DOMINAN YANG DIALAMI MAHASISWA DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG TAHUN 2011 (Penelitian pada mahasiswa FKIP Unila angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik melalui pendidikan informal maupun pendidikan formal. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani dan keterampilan berfikir psikis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciLATAR BELAKANG. Ideal: Realita:
بسمااللهالرحمنالرحیم LATAR BELAKANG Ideal: Era informasi mensyaratkan kegiatan pendidikan tak sebatas pengembangan aspek intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Realita: Pendidikan masih sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu organisasi baik pemerintah atau organisasi bisnis membutuhkan berbagai jenis sumber daya, seperti modal, bahan baku material,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan terus menerus di Negara Indonesia secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan Sumber Daya Manusia terdidik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan, dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa merupakan proses yang berkesinambungan dan melibatkan keseluruhan lapisan masyarakat. Generasi muda sebagai salah satu unsur lapisan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL Oleh: MARET ADI PURWANTO 08503244036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah Dasar(SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas(SMA), maupun Perguruan Tinggi(PT),
Lebih terperinci