LAPORAN KEMAJUAN DOSEN PEMBINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KEMAJUAN DOSEN PEMBINA"

Transkripsi

1 Kode/Nama Rumpun Ilmu: 722/Pendidikan Sejarah LAPORAN KEMAJUAN DOSEN PEMBINA PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTI MEDIA POWER POINT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR CALON GURU SEJARAH Tahun ke 1 dari rancana 1 tahun KETUA : Drs. Iyus Jayusman, M.Pd NIDN : ANGGOTA : Oka Agus Kurniawan S, M.Pd NIDN : UNIVERSITAS SILIWANGI JULI 2017

2 i

3 RINGKASAN Tujuan Jangka Panjang Untuk jangka panjang yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Merumuskan media pembelajaran berupa multi media power point yang dapat dipakai oleh semua dosen jurusan pendidikan sejarah 2. Menghasilkan calon guru sejarah yang berkualitas dan dapat memanfaatkan multimedia power point Target Khusus Target khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Perlu didorong suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi khususnya multimedia presentasi 2. Meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah Metode Yang Akan di Pakai Untuk Mencapai Tujuan Jangka Panjang Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan. Penelitian tindakan adalah cara melakukan penelitian dan berupaya bekerja untuk memecahkan masalah pada saat yang bersamaan. Penelitian tindakan juga merupakan proses untuk memperoleh hasil perubahan dan memanfaatkan hasil perubahan yang diperoleh dalam penelitian itu. Rencana Kegiatan yang Diusulkan Adapun rencana kerja yang diusulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan multimedia powerpoint dalam meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah ii

4 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kemajuan penelitian ini yang berjudul Penerapan Media Pembelajaran Multi Media Power Point Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Calon Guru Sejarah. Penelitian ini perlu untuk digali dikarenakan salah satu cara untuk menjawab permasalahan di kelas mengenai rendahnya aktivitas belajar calon guru sejarah adalah dengan menggunakan multimedia power point, apalagi di era digital ini mahasiswa sudah tidak asing lagi dengan perangkat teknologi power point. Dalam penerapannya, penulis akan mengkombinasikan antara materi pembelajaran, gambar/foto/peta, dan video, dengan begitu akan terkreasi media pembelajaran yang ideal dan mahasiswa pun akan nyaman dalam kegiatan pembelajarannya dan diharapkan aktivitas belajar calon guru sejarah meningkat dibanding sebelumnya Penulis mengakui penelitian ini jauh dari sempurna. Penulis membuka kritik dan saran dari semua pihak untuk melengkapi laporan kemajuan penelitian ini. Tasikmalaya, 31 Juli 2017 Penulis iii

5 DAFTAR ISI RINGKASAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Luaran Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Media Konsep Media Power Point Aktivitas Belajar Penelitian Terdahulu BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Metode Penelitian Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Tahapan Penelitian Model Penelitian Instrumen Penelitian Teknik Analisis Data BAB V HASIL YANG DICAPAI BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... ii iii iv vi vii iv

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Siliwangi pada mata kuliah Sejarah Kontemporer Asia Pasifik pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 bahwa media pembelajaran masih jarang digunakan dan hal ini berimbas dengan kurangnya aktifitas belajar mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran dan respon yang ditunjukan oleh mahasiswa pendidikan sejarah sebagian besar kurang memperhatikan jalannya kegiatan pembelajaran dan mengacuhkannya, seperti mengobrol, main handphone, dan lain-lain. Peneliti melihat aktifitas belajar yang kurang tersebut salah satu faktornya adalah karena kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran. Hal ini penulis temukan pada saat melakukan observasi pada mahasiswa tingkat 2 di semester sebelumnya bahwa aktifitas belajar yang mereka tunjukan masih rendah dan ini dikuatkan juga dari hasil pengakuan beberapa calon guru sejarah yang peneliti wawancarai. Mereka mengemukakan aktifitas belajar yang mereka tunjukan dalam artian menjadi rendah salah satu penyebabnya adalah karena dosen kurang memaksimalkan media pembelajaran yang ada, sehingga kegiatan pembelajarannya jadi kurang menarik. Menurut Hamalik (2011: 171), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yaitu mereka belajar sambil bekerja. Dengan bekerja tersebut, siswa mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya. Salah satu solusi untuk menciptakan aktifitas belajar yang kondusif tersebut adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran di kelas. Adapun media pembelajaran yang sudah pernah dipakai adalah dengan menggunakan media pembelajaran power point dengan tampilan yang biasa dalam arti hanya tulisan-tulisan saja tanpa menambah gambar ataupun video dan setelah diamati 1

7 oleh peneliti bahwa sebagian mahasiswa mengikuti jalannya pembelajaran, hanya yang perlu diperbaiki di sini adalah pengemasan media pembelajaran power pointnya yang harus diperbaiki agar tampilannya lebih menarik lagi, seperti menambahkan video dalam kegiatan pembelajarannya. Berkenaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran guna mendukung belajar, maka dibutuhkan suatu alat bantu atau media belajar sebagai pendukung, selain transformasi belajar secara konvensional di dalam kelas. Penggunaan media pembelajaran dalam penyampaian materi adalah salah satu cara untuk membantu menciptakan suasana belajar yang menarik, efektif, dan efisien. Media pembelajaran adalah saluran atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi ajar. Media sangat diperlukan dalam pembelajaran sebagai alat penyampaian informasi, materi belajar dan pesan dari pengajar kepada peserta didik. Menurut Sutikno (2013: 15) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain : 1. Faktor dari dalam diri individu (Internal) yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2. Faktor dari luar (Eksternal) yang timbul dari luar diri siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Untuk melengkapi komponen belajar dan pembelajaran di kelas, sudah seharusnya dosen memanfaatkan media atau alat bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien. Penggunaan alat bantu atau media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dan sudah merupakan suatu integrasi terhadap metode belajar yang dipakai. Alat bantu belajar termasuk salah satu unsur dinamis dalam belajar. Kedudukan alat bantu memiliki peranan yang penting karena dapat membantu proses belajar siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2011:27) terkait dengan nilai praktis dari suatu media pembelajaran dimana salah satunya adalah media pembelajaran dapat melampaui batas pengalaman pribadi siswa. Pengalaman pribadi yang dimiliki oleh siswa berbeda antara satu dengan lainnya. Perbedaan 2

8 tersebut tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan untuk melakukan perjalanan, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika siswa tidak mungkin dibawa ke obyek yang dipelajari secara langsung, maka obyeknyalah yang dibawa kepada siswa. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio-visual. Tepatlah, jika media pembelajaran sangat dibutuhkan pada saat kegiatan pembelajaran dan sudah sepatutnya untuk menciptakan pembelajaran yang ideal, maka seharusnya dosen mampu menggunakan media pemebelajaran terlebih yang dekat dengan mahasiswa dan sesuai dengan perkembangan zaman karena tidak akan memerlukan waktu bagi mahasiswa untuk mengenalinya. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menggunakan media pembelajaran multimedia berupa power point karena sejauh ini media pembelajaran power point yang digunakan oleh dosen penyajiannya sangat kurang dan kurang mampu ditangkap oleh mahasiswa. Penulis memilih powerpoint dengan alasan program powerpoint sudah sangat akrab dengan dunia pendidikan, sehingga para pendidik tidak kesulitan apabila hendak mengembangkan lebih lanjut atau menerapkannya pada materi lain. Powerpoint biasanya digunakan dalam sebuah presentasi, akan tetapi program ini memiliki fasilitas-fasilitas untuk membuat multimedia pembelajaran interaktif. Dosen dapat memasukkan teks, suara, gambar bahkan video sekaligus. Slide atau halaman pada powerpoint dirancang khusus dengan dilengkapi tomboltombol yang akan melibatkan pengguna dalam pengoperasian powerpoint. Format presentasi dalam powerpoint juga dapat dihilangkan agar interaksi pengguna dengan media pembelajaran lebih terlihat. Mahasiswa dengan beragam kemampuan yang berbeda akan sangat tertolong dengan adanya multimedia interaktif ini, sehingga aktifitas belajar yang menjadi permasalahan selama ini dapat terdongkrak kualitasnya dan terjawab dengan adanya solusi ini. 3

9 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Dosen jarang menggunakan media pembelajaran pada saat melakukan kegiatan pembelajaran di kelas 2. Dosen jarang menggunakan media pembelajaran power point pada saat melakukan kegiatan pembelajaran di kelas 3. Media pembelajaran power point yang digunakan oleh dosen masih kurang representatif dalam memaksimalkan penggunaanya 4. Aktifitas belajar calon guru sejarah masih rendah 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang ada cukup luas, sehingga perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Maka penelitian ini akan dibatasi pada penggunaan media pembelajaran multimedia power point dalam meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan, yaitu bagaimana penggunaan media pembelajaran multimedia power point dalam meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah Tujuan Penulisan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas, yaitu untuk mengetahui gambaran penggunaan media pembelajaran multimedia power point dalam meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah Luaran Penelitian Adapun target luaran wajib yang akan dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Publikasi ilmiah dalam jurnal lokal yang mempunyai ISSN atau jurnal nasional terakreditasi 2. Bahan ajar yang dapat digunakan mahasiswa 4

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Fungsi Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Gerlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2011:3). Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Sadiman, 2002:6). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah komponen-komponen yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat menstimulus pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Media pengajaran menurut Syaodih (2003:112) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa media adalah segala benda yang dapat menyalurkan pesan atau isi pelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. McKnow dalam Sihkabuden (2005: 19) menjelaskan fungsi media pembelajaran antara lain: 5

11 1. Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu melalui media pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis 2. Membangkitkan motivasi belajar 3. Memperjelas penyajian pesan dan informasi 4. Memberikan stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu. Pendapat lain dikemukakan oleh Asnawir dan Usman (2002:24), fungsifungsi dari penggunaan media pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru. 2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit) 3. Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih menyenangkan dan tidak membosankan). 4. Semua indra siswa dapat diaktifkan. 5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar Berdasarkan pendapat di atas bahwa media pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat mempermudah guru dan siswa dalam pembelajaran, sehingga media pembelajaran ini mempunyai peranan penting dalam mensinergikan atau menyamakan visi di dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran ini sangat penting dalam menarik perhatian siswa karena dengan adanya media pembelajaran ini siswa dapat memvisualisasikan dalam pikirannya mengenai materi yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas bahwa media pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat mempermudah guru dan siswa dalam pembelajaran, sehingga media pembelajaran ini mempunyai peranan penting dalam mensinergikan atau menyamakan visi di dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran ini sangat penting dalam menarik perhatian siswa karena dengan adanya media pembelajaran ini siswa dapat memvisualisasikan dalam pikirannya mengenai materi yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. 6

12 Selain fungsi yang disebutkan di atas, ada beberapa manfaat media pembelajaran yang dijelaskan oleh Nana Sudjana (1990:3), yaitu: 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. 3. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat di atas bahwa media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran seperti meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga suasana dalam kelas tidak membosankan bagi siswa. Dengan adanya media pembelajaran ini guru tidak kehabisan tenaga dalam melakukan kegiatan pengajarannya karena tidak terlalu menekankan verbalisme dalam penyampaian materinya. Media pembelajaran yang dapat dipakai dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya terbatas pada alat pembelajaran yang biasanya berupa model, benda, gambar, tetapi lebih dari itu, seperti yang dikemukakan oleh Lawrence Grossbreg, Ellen Wartella. D. Charles White (2002:104) sebagai berikut: Some people assume that the media are simple technologies that can be described in terms of the hardware of production tramsmission andreception, but don t that way because media include cover entire/allcomponent able to be used by teacher to clarify lesson items. Sebagian orang berasumsi bahwa media itu hanya teknologi yang dapat diuraikan dalam kaitanya dengan perangkat keras, transmisi, produksi, dan penerimaan. Namun tidak demikian karena media mencakup seluruh komponen 7

13 yang dapat digunakan guru untuk memperjelas materi pelajaran. Begitu juga dengan media pembelajaran blog yang dikaji dalam penelitian ini Manfaat dan Pemilihan Media Pembelajaran\ Etin Solihatin (2012: 186) menjelaskan manfaat media dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga dalam kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (1985), misalnya mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu 1. Menyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga 5. Meningkatkan hasil belajar siswa 6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja 7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar 8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan pro-aktif Ada beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut : 1. Media Pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2. Media Pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3. Media Pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta 8

14 kemungkinan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkunganya. Pemanfaatan media pembelajaran yang paling utama adalah membantu proses interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan menarik minat siswa untuk belajar. Pemanfaatan media pembelajaran tersebut juga harus disesuaikan dengan komponen pendidikan lainnya agar dapat saling mendukung. Menurut Strauss dan Frost yang dijelaskan dalam Dina Indriana (2011:32) mengidentifikasikan sembilan faktor kunci yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih media pengajaran. Kesembilan faktor kunci tersebut antara lain batasan sumber daya institusional, kesesuaian media dengan mata pelajaran yang diajarkan, karakteristik siswa atau anak didik, perilaku pendidik dan tingkat keterampilannya, sasaran pembelajaran mata pelajaran, hubungan pembelajaran, lokasi pembelajaran, waktu dan tingkat keragaman media. Pendapat lain diungkapkan oleh Arsyad (2011:71) bahwa dalam memilih media hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan/ atau audio) 2. Kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (tertulis, audio, dan/ atau kegiatan fisik) 3. Kemampuan mengakomodasikan umpan balik 4. Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan untuk latihan dan tes (sebaiknya latihan dan tes menggunakan media yang sama) 5. Tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan keefektivan biaya 2.2. Multi Media Multimedia secara umum merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks (McCormick, dalam Suyanto,2005:21). Ketiga elemen itu saling berkaitan, tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu disebut kombinasi. Ketiga elemen itu saling melengkapi. 9

15 Hosfsetter (dalam Suyanto, 2005:21) memberi definisi lain dari multimedia yaitu pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, interaksi, kreasi, dan komunikasi. Multimedia di sini mengalami penyempitan makna karena hanya mengkhususkan media pada komputer. Lebih khusus lagi, jika pengguna dapat berinteraksi dengan program yang terdapat dalam komputer, maka dapat disebut sebagai multimedia interaktif. Lain lagi dengan Robin dan Linda (dalam Suyanto, 2005:21) yang mendefinisikan multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video. Berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa untuk dapat disebut multimedia, paling sedikit harus ada dua media. Gabungan dari suara dan gambar, atau gambar dan teks, atau animasi. Indriana (2011:96) mengatakan bahwa multimedia merupakan suatu sistem penyampaian pesan menggunakan jenis bahan pengajaran yang membentuk suatu unit atau paket. Menurut definisi Indriana, multimedia merupakan sebuah sistem atau suatu kesatuan yang terdiri dari komponenkomponen di dalamnya di mana antar komponen tersebut saling berkaitan. Berdasarkan definisi dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah sebuah sarana penyampaian pesan yang terdiri dari teks, suara dan gambar, animasi dan video yang dapat dirancang dan digunakan dengan bantuan komputer. Daryanto (2010: 53) mengatakan bahwa multimedia memiliki beberapa karakteristik di bawah ini, yaitu: 1. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual. 2. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna. 3. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain. 10

16 Berdasarkan pendapat tersebut, multimedia yang paling bagus harus memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Sementara multimedia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Multimedia interaktif, pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemenelemen multimedia akan dikirimkan atau ditampilkan. 2. Multimedia hiperaktif, multimedia jenis ini memiliki suatu struktur dari elemen-elemen terkait dengan pengguna yang dapat mengarahkannya. Dapat dikatakan bahwa multimedia jenis ini mempunya banyak tautan (link) yang menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada. 3. Multimedia linear, pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia yang disajikan dari awal hingga akhir. Dengan penggunaan multi media, materi yang disajikan memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan materi yang disajikan dengan media lainnya. Kelebihan-kelebihannya antara lain sebagai berikut: 1. Materi yang disampaikan mudah dicerna oleh peserta didik. 2. Salah satu bagian penting multimedia adalah animasi. Berdasarkan penelitian, siswa yang memiliki kekurangan dalam mengikuti pembelajaran dengan cara konvensional atau dengan media pembelajaran lainnya, akan mampu belajar lebih baik jika menggunakan animasi. 3. Menurut teori quantum learning, siswa memiliki modalitas belajar yang dibedakan menjadi tiga tipe yaitu visual, auditif dan kinestetik. Keberagaman modalitas ini dapat diatasi dengan menggunakan perangkat media dengan system multimedia. Jensen (dalam Daryanto, 2012: 16) menjelaskan bahwa media dapat menyediakan 4 tingkatan komunikasi interaktif. Tingkat paling rendah dari komunikasi interaktif adalah interaktivitas yang bersifat transmisi. Media menyediakan pilihan informasi untuk pengguna tanpa permintaan untuk menyeleksi. Setingkat di atasnya, adalah interaktivitas yang bersifat konsultasi. Memperbolehkan pengguna untuk memilih informasi melalui permintaan. Tingkatan ketiga yaitu bersifat percakapan. Media menyediakan kesempatan bagi pengguna untuk memasukkan informasi mereka sendiri. Tingkatan yang paling 11

17 tinggi yaitu bersifat registrasi, yang menawarkan kemampuan potensial dari media untuk mencatat atau mendaftar, meminta dan mengambil informasi Media Powerpoint Semakin berkembangnya teknologi yang ada, saat ini telah tersedia aplikasi untuk mendukung pembuatan bahan ajar berbasis multimedia terutama bahan ajar multimedia interaktif diantaranya yaitu Microsoft Powerpoint. Microsoft Powerpoint merupakan program aplikasi presentasi yang sangat popular dan paling banyak digunakan dalam pembelajaran sebagai media pembelajaran dalam penyampaian materi pelajaran. Pada tahun 1984, sebuah perusahaan bernama Foretought. Inc, bersama timnya mengembangkan sebuah program bernama Presenter. Aplikasi ini menjadi cikal bakal Powerpoint. Powerpoint 1.0 diluncurkan untuk komputer Macintosh pada tahun Pada saat itu powerpoint masih hitam putih. Powerpoint versi berwarna baru muncul setahun kemudian. Akhir tahun 1987 Powerpoint dan perusahaan tersebut dibeli oleh Microsoft. Tahun 1990 muncul Powerpoint versi Windows pertama dan Powerpoint resmi bergabung dengan keluarga Microsoft Office. Hingga saat ini, powerpoint terus berkembang dengan fasilitas dan kemampuan yang semakin baik (Pascal, 2007: 113). Menurut Rayandra Asyhar (2012: 86) program powerpoint adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relative murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data. Powerpoint dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan, antara lain: 1. Personal Presentation: pada umumnya powerpoint digunakan untuk presentasi dalam classical learning. Seperti kuliah, seminar dll. Pada penyajian ini powerpoint sebagai alat bantu bagi guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan bantuan media powerpoint. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru. 12

18 2. Stand Alone: pada pola penyajian ini, powerpoint dapat dirancang khusus untuk pembelajaran individu yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi namun powerpoint mampu menampilkan feedback yang sudah diprogram. 3. Web Based: pada pola ini powerpoint dapat diformat menjadi file web sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan internet.hal ini ditunjang dengan adanya fasilitas dari powerpoint untuk mempublish hasil pekerjaan anda menjadi web. Berdasarkan yang telah dijelaskan diatas bahwa media pembelajaran powerpoint adalah termasuk media presentasi. Sebenarnya, hampir semua jenis media yang pada dasarnya dibuat untuk dipresentasikan kepada peserta didik atau sasaran dan yang membedakan antara media presentasi dengan media yang lain adalah pada media presentasi materi yang ingin disampaikan dibuat dalam sebuah program computer yang dipresentasikan melalui proyektor, kemudian materi dapat diubah kedalam teks, gambar, animasi, dan video yang dikombinasikan dalam satu kesatuan yang utuh. Dan ini termasuk kedalam pengembangan media pembelajaran. Menurut Madcoms (2007) Program Microsoft PowerPoint 2003 adalah suatu program yang digunakan untuk membuat slide atau presentasi. Program Microsoft PowerPoint 2003 merupakan penyempurnaan dari program Microsoft PowerPoint versi sebelumnya. Banyak perintah yang telah diubah, dimana perintahperintah yang tidak terlalu penting telah dihilangkan dan diganti dengan perintah-perintah baru yang sangat menarik. Melalui Microsoft PowerPoint 2003 memudahkan kita dalam menyampaikan materi melaui presentasi yang didukung adanya slide yang dapat disisipi omponen-komponen berupa teks, grafik dan gambar, foto, suara, film yang dapat ditampilkan melalui desain tampilan yang menarik perhatian peserta didik, sehingga membantu proses keberhasilan tersampainya materi kepada siswa. Media pembelajaran yang dihasilkan akan cukup menarik karena memiliki beberapa fasilitas seperti: 1. Memasukkan teks, gambar, suara dan video 13

19 Fasilitas yang penting dari program aplikasi ini adalah fasilitas untuk menampilkan teks. Dengan fasilitas ini pembuat program bisa menampilkan berbagai teks untuk berbagai keperluan misalnya untuk pembelajaran menulis, membaca atau pembelajaran yang lain. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas tampilan gambar, suara dan video untuk memperjelas materi yang disampaikan. 2. Membuat tampilan menarik Ada beberapa fasilitas yang disediakan untuk membuat tampilan menarik. Fasilitas yang pertama adalah background. Background akan memperindah tampilan program. Fasilitas lain yang akan membuat tampilan lebih menarik adalah fasilitas animasi. Dengan fasilitas ini gambar-gambar dan teks akan muncul ke layar dengan cara tampil yang bervariasi. 3. Membuat hyperlink Hyperlink atau hubungan dalam satu program akan memungkinkan memberikan umpan balik secara langsung. Hubungan dengan program lain akan memperkaya fasilitas yang mendukung seperti halnya dalam proses pembelajaran dan hubungan dengan internet akan membuka berbagai kemungkinan pembelajaran yang lebih luas, pribadi dan otentik Fasilitas ini sangat penting dan sangat mendukung, dengan hyperlink program bisa terhubung ke program lain atau ke jaringan internet Aktivitas Belajar Sardiman (2011: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2011: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, bila disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan atau tindakan baik fisik maupun mental yang dilakukan oleh individu untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan dalam diri dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar akan menjadikan pembelajaran yang efektif. Pengajar tidak hanya 14

20 menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun, pengajar harus mampu membawa peserta didik untuk aktif dalam belajar. Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut: 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. 3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. 5. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. 7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang. Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajr sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan Penelitian Terdahulu Penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis angkat adalah pertama oleh Mardian Hadi Suryanto dalam jurnal Pedagogi Vol 1 No. 5 Tahun 2013 dengan judul Penggunaan Power Point Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS. Hasil penelitiannya, yaitu penggunaan media Power Point pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan disetiap siklusnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami 15

21 peningkatan disetiap siklusnya. Siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,58. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 71,67. Siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa kembali mengalami peningkatan menjadi 78,58. Pelaksanaan siklus I persentase ketuntasan siswa sebesar 45,83%, kemudian pada siklus II persentase ketuntasan siswa meningkat menjadi 62,5%, dan pada siklus III persentase ketuntasan siswa meningkat kembali menjadi 87,5% dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 24 orang siswa. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 16,67% dan antara siklus II ke siklus III meningkat kembali sebesar 25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa disetiap siklusnya. Kedua, oleh Wina Halimah dalam jurnal bioterdidik Vol 3, No 2 (2015) dengan judul Pengaruh Media Power Point Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Siswa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata persentase 86,63%. Aktivitas bekerjasama dalam kelompok (96,53%), mempresentasikan hasil diskusi kelompok (83,33%), mengajukan pertanyaan (88,19%), dan membuat kesimpulan (78,47%). Dengan demikian, media power point baik untuk meningkatkan aktivitas belajar namun kurang baik untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa. 16

22 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukan di atas, yaitu untuk mengetahui gambaran penggunaan media pembelajaran multimedia power point dalam meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dapat dijadikan role model bagi jurusan pendidikan sejarah untuk dijadikan referensi ataupun ikut mengaktualiasikannya dalam penggunaan multimedia powerpoint 2. Manfaat Praktis a. Bagi dosen jurusan pendidikan sejara, yaitu memberikan informasi kepada dosen bahwasannya perlu adanya upaya untuk memaksimalkan teknologi yang tersedia dalam hal ini penggunaan multimedia power point. b. Bagi mahasiswa, yaitu memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa dalam penggunaan multimedia power point sebagai media belajar mandirinya dan dapat meningkatkan aktivitas belajarnya sebagai respon dari stimulus yang diberikan pada saat pembelajaran yang menggunakan multi media power point. 17

23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Wiriaatmadja, 2010: 12). Menurut Cormack (dalam Moleong, 2012: 238) dijelaskan bahwa Penelitian tindakan adalah cara melakukan penelitian dan berupaya bekerja untuk memecahkan masalah pada saat yang bersamaan. Penelitian tindakan adalah proses untuk memperoleh hasil perubahan dan memanfaatkan hasil perubahan yang diperoleh dalam penelitian itu. Kemmis (1983 dalam Wiriatmadja, 2010: 12) menjelaskan bahwa penelitian pendidikan tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek sosial atau pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan Pemilihan metode Penelitian Tindakan Kelas dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah didasarkan pada alasan bahwa; Penelitian Tindakan Kelas mempunyai fungsi aplikatif bagi pengajar dalam menjalankan tugasnya dan dalam usaha meningkatkan kemampuan atau kompetensi pengajar dalam proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas ini tidak hanya memberikan saran bagi pengajar tapi juga solusi. Sehingga dengan penelitian ini peneliti sebagai pengajar mendapatkan masukan dan sekaligus pedoman dalam menjalankan tugas sebagai pengajar yang inovatif dan kreatif. 18

24 4.2. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya dengan alamat di Jl. Siliwangi 24 Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat 4.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh calon guru sejarah Fakultas Siliwangi Universitas Siliwangi dan sampel dalam penelitian ini adalah calon guru sejarah angkatan Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu Tahapan Penelitian Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2010:66) ada empat langkah penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). 1. Perencanaan (plan) Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang terjadi. Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengindentifikasi aspek dan hasil proses belajar mengajar, sekaligus mengungkapkan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan (Kunandar, 2012:71). Dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti dan kolaborator berbagi tugas yaitu peneliti bertugas sebagai dosen yang mengajar dan kolaborator sebagai pengamat atau observer. Adapun secara garis besar tahapan pada kegiatan perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Peneliti bersama kolaborator berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan aktivitas calon guru sejarah 2. Peneliti memberikan gagasan untuk menggunakan media pembelajaran multimedia power point dalam pembalajaran sejarah. 19

25 3. Kolaborator dan peneliti menyetujui pemecahan masalah pada rendahnya aktivitas belajar dengan menggunakan media pembelajaran multimedia power point 4. Peneliti memberikan masukan dan berdiskusi dengan kolaborator untuk mempersiapkan rencana pembelajaran dan materi yang akan digunakan. Peneliti menyerahkan RPP yang telah dibuat sesuai dengan persetujuan dosen. Peneliti menjelaskan kinerja penerapan media pembelajaran multimedia powerpoint yang akan dilakukan pada proses belajar mengajar. 5. Dosen mengidentifikasi RPP serta materi yang akan diajarakan dengan didiskusikan terlebih dahulu dengan peneliti. 2. Pelaksanaan (act) Pelaksanaan tindakan adalah guru kelas yang bersangkutan dengan berkolaborasi dengan pihak lain (teman sejawat), dalam penelitian ini guru kelas berperan sebagai pengamat atau observer dan peneliti sebagai guru yang mengajar. Hal yang dilakukan adalah tindakan yang telah direncanakan (Kunandar, 2012:73). Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun, yaitu praktek pembelajaran dimana langkah- langkah kegiatan belajarnya merujuk pada rencana tindakan. Rencana tindakan disusun sebagai hasil diskusi antara peneliti dengan dosen. Rencana tindakan dituangkan dalam bentuk rencana/desain pembelajaran dari mulai kegiatan awal sampai dengan evaluasi dengan tujuan pembelajaran yang diarahkan kepada mengkomunikasikan pengalaman historis siswa baik secara lisan maupun tulisan. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran sejarah dengan pendekatan belajar yang telah ditentukan agar tercapai pembelajaran sejarah yang bermakna dan sesuai dengan tujuan penelitian. Tindakan yang dilakukan terdiri dari beberapa siklus, pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan media pembelajaran multi media power point pada siklus I dilaksanakan sesuai rencana. 20

26 2. Memberikan penjelasan tentang media pembelajaran multi media power point yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sejarah 3. Menerapkan pembelajaran menggunakan media pembelajaran multi media power point 4. Memperhatikan alokasi waktu dengan jumlah kegiatan yang akan dilaksanakan. 5. Mengantisipasi kendala yang ada dengan membuat solusi dari kendala tersebut. 6. Mengadakan tes akhir (post-test) sebagai alat ukur keberhasilan tindakan pada siklus I. Siklus II adalah perbaikan dari siklus I dan apabila hasil yang dilakukan sudah mencapai target maka siklus sudah dianggap selesai. Dari tahap kegiatan pada siklus-siklus tersebut, hasil yang diharapkan adalah: 1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah. 2. Peneliti dan dosen dapat merancang dan menggunakan media pembelajaran multimedia power point dalam pembelajaran di kelas 3. Observasi Observasi tindakan adalah langkah yang dilakukan peneliti untuk melakukan proses pengamatan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh dosen di kelas. Proses ini meliputi pencatatan setiap peristiwa yang berlangsung di kelas, yaitu aktivitas guru, siswa, seting sosial, interaksi gurusiswa, relevansi antara rencana dan tindakan, dampaknya yang timbul dari aktivitas pembelajaran, pengaruh yang terjadi dari tindakan terhadap guru dan siswa, hal-hal yang dianggap sesuai dengan tujuan dan masalah-masalah baru yang mungkin muncul dalam pembelajaran. Semua proses pengamatan dan pencatatan ini menjadi pedoman untuk tahap refleksi/reconnaissance selanjutnya. Sebelum melakukan observasi peneliti menyusun perencanaan mengenai aspekaspek yang akan diobservasi. Kegiatan pengamatan harus dimatangkan pada tahap perencanaan kegiatan dan didiskusikan dengan dosen agar terjalin persepsi dan pemahaman yang sama. Hasil pengamatan digunakan oleh peneliti dan dosen 21

27 sebagai umpan balik sebagai pedoman untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Melalui observasi yang cermat dan terfokus inilah, aktivitas belajar calon guru sejarah dapat terlihat secara baik. Walapun yang melakukan observasi adalah dosen mitra tetapi peneliti juga melakukan observasi secara partisipatif guna mendukung hasil observasi yang dilakukan oleh guru mitra dan peneliti juga yang paling paham mengenai objek observasi penelitiannya. 4. Refleksi Proses tindakan yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, perlu direnungkan sebagai upaya untukmelihat berbagai kekurangan dan kemajuan yang telah dicapai terkait dengan perkembangan nilai entrepreneurship siswa. Termasuk penggunaan metode, model pembelajaran, serta faktor-fakto yang mempengaruhi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal demikian dimaksudkan supaya guru dan peneliti mengetahui kekurangan dan kekuatan pada saat tindakan sehingga berusaha untuk memperbaiki sampai pada nilai yang diharapkan terus meningkat. Refleksi merupakan mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Reflkeksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis (Kunandar, 2012:75). Tahap ini merupakan diskusi antara dosen dan peneliti atas hasil yang telah diperoleh. Evaluasi meliputi refleksi atas sejauh mana rencana dapat diterapkan dalam meningkatkan aktivitas belajar calon guru sejarah. Peneliti dan dosen menentukan apa saja yang telah berlangsung sesuai rencana, tindakan apa yang perlu diperbaiki, dan keputusan tentang perbaikan rencana jika perlu. Setelah diskusi selesai, maka diputuskan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya dengan penyusunan rencana tindakan yang baru. Peneliti dan dosen melakukan refleksi setiap siklus proses pembelajaran berakhir yang dilakukan di dalam ruang jurusan Model Penelitian Pelaksanaan tindakan dalam setiap siklusnya menggunakan Model Spiral dari Kemmis dan Taggart. 22

28 REFLECT REFLECT PLAN OBSERVE ACT PLAN OBSERVE ACT (sumber Wiriaatmadja, 2010: 66) 4.6. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes menulis, pedoman wawancara, lembar pengamatan, catatan lapangan dan dokumen lembar kerja siswa. Selain itu, untuk lebih akurat juga digunakan dokumentasi berupa foto kegiatan pelaksanaan penelitian. Berikut merupakan beberapa instrumen yang dipakai dalam penelitian tindakan ini: 1. Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan yangdisampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis (prestasi, hasil belajar, minat, bakat, sikap, 23

29 dan lainlain). Berkaitan dengan tes sebagai instrument PTK, tes dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Tes Lisan (Oral Test). Tes ini berbentuk sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan dan yang berhubungan dengan masalah PTK. 2. Tes Tertulis (Writing Test). Tes ini terdiri dari pertanyaan yang berbentuk tertulis. Tes tertulis mempunyai bentuk yang sama dengan angket, tetapi keduanya mempunyai fungsi yang berbeda yaitu tes tertulis berfungsi untuk mengukur kemampuan tentang suatu konsep atau kinerja, sedangkan angket berfungsi untuk mengetahui pendapat dan sikap seseorang. Tes tertulis terdiri dari dua bentuk, yaitu : 1) Tes Essay atua Uraian. Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan dalam bentuk uraian yang harus dijawab dalam bentuk uraian tertulis pula atau berupa kalimat-kalimat-kalimat bebas yang disusun sendiri oleh testee. 2) Tes Objektif. Tes objektif merupakan alat pengukur yang banyak dipergunakan di dalam penelitian, karena di dalam memberikan nilai berupa angka yang tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes essay. Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada siswa (Buchori melalui Arikunto, 2011: 32). Tes ini memuat tema yang sesuai dengan silabus materi untuk calon guru sejarah. Tes tersebut meliputi kompetensi dasar sejarah dan perkembangan perang Korea 2. Nontes Teknik nontest adalah alat penelitian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku siswa selama proses pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang keaktifan siswa. a. Angket Angket terdiri dari serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis, pertanyaan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak bermakna ganda (Madya, 2006: 82). 24

30 b. Observasi Menurut Sanjaya (2010: 86), observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan diteliti. Pada umumnya observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, seperti yang dikemukakan oleh Karl Popper dalam Hopkins (Wiriaatmadja, 2008: 104). Namun dalam kelas, observasi harus berlangsung secara alamiah tanpa adanya justifikasi bahkan penyangkalan dari sebuah teori. Menurut Wiriaatmadja (2008: 104), pada saat pengamatan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti berikut. Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati dan dikomentari, serta dicatat dalam Catatan Lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan khusus di kelas seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran tertentu, yang sudah didiskusikan sebelumnya. Apabila fokus observasi bersifat umum dan luas, ada kemungkinan komentar yang diberikan bersifat subjektif. Komentar objektif bisa saja diberikan, akan tetapi kemungkinan sedikit gunanya bagi guru yang sedang diobservasi dan apa yang sebenarnya terjadi di kelas. Jadi sebaiknya anda mengamati secara lugas terhadap fokus observasi. Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat, ukuran-ukuran baik, sedang, lemah, efisien, tidak efisien, dan lain ukuran yang dipskai dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan menghindakan kesalahpahaman antara para mitra peneliti, apabila tindakan dilakukan. Kriteria observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah pengumpulan data penelitian mengikuti standar tersebut, atau tidak. Fase observasi yang dilaksanakan adalah tiga fase observasi (Wiriaatmadja, 2008:106). Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah 25

31 pertemuan perencanaan pihak guru yang menyajikan dan pihak pengamat mendiskusikan rencana pembelajaran. Hal yang perlu didiskusikan ialah bagaimana penyajikan langkah-langkah pembelajaran dilakukan dan bagaimana pengamatan akan mulai dengan pengumpulan data melalui observasi dilakukan. Pengumpulan data objektif dari tindakan belajar mengajar guru seperti sudah disepakati bersama, selanjutnya akan dianalisis dalam diskusi balikan sesudah tampilan pembelajaran selesai. Guru dan pengamata akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati hasil pengamatan yang berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan lapangan, dan mendiskusikan langkahlangkah berikutnya. Perhatikanlah bagan berikut ini. Pertemuan Perencanaan Diskusi Balikan Observasi Kelas Gambar 4.1 Fase Observasi Para peneliti dapat memilih beberapa bentuk observasi yang akan digunakan, antara lain: Observasi terbuka Observasi terfokus Observasi terstruktur Observasi sistematik Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2008:110) observasi terbuka ialah apabila sanga pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas pensil, kemudian mencatatkan segala sesuautu yang terjadi di kelas. Observasi terfokus adalah observasi atau pengamatan yang dilakukan tertuju dan terarah pada fokus penelitian. Sedangkan observasi terstruktur adalah observasi yang dilakukan dengan menggunakan daftar atau format observasi yang 26

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTI MEDIA POWER POINT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR CALON GURU SEJARAH

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTI MEDIA POWER POINT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR CALON GURU SEJARAH PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTI MEDIA POWER POINT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR CALON GURU SEJARAH Oleh: M. Iyus Jayusman dan Oka Agus Kurniawan Shavab Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMBINA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMBINA LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMBINA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTI MEDIA POWER POINT PADA MATA KULIAH SEJARAH ASIA TIMUR Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun KETUA : Drs. Iyus Jayusman, M.Pd NIDN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lainnya, seperti kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lainnya, seperti kurikulum, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Pengembangan Media Menurut Rayandra Asyhar (2012: 94) Pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan penyusunan dokumen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENEL ITIAN

BAB III METODOLOGI PENEL ITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENEL ITIAN 3.1.Metode Pendekatan Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan pendidikan dengan metode yang digunakan ialah metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA Kode/Nama Rumpun Ilmu: 722/Pendidikan Sejarah USULAN PENELITIAN DOSEN PEMBINA PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MULTI MEDIA POWER POINT DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR CALON GURU SEJARAH KETUA : Drs. Iyus

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Ngringo. SD Negeri 04 Ngringo ini berlokasi di jalan Cempaka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian 69 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Abadi Penawar Jaya Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menyajikan dan mendeskripsikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk menumbuhkan keterampilan menganalisis

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek

BAB III METODE PENELITIAN. yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta didik menjadi subjek BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Penelitian Tindakan Kelas Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memfokuskan pada proses belajar di kelas. Peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau

Lebih terperinci

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: INTAN PRATAMA WULANDARI A510090

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB. II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Pengertian aktivitas adalah semua kegiatan seseorang dalam mengikuti suatu kegiatan baik secara kelompok maupun perorangan atau individu. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), yaitu penelitian yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam buku Metodologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Penggunaan metode penelitian ini termasuk kedalam kelompok Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan gabungan antara data

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS POKOK BAHASAN USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut

Lebih terperinci

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya, BAB.II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehinga

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang penting bagi setiap individu bahkan Negara. Dalam kehidupan yang penuh persaingan saat ini, seseorang diperhitungkan kedudukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) TUJUAN Setelah mengikuti sesi ini, peserta diklat dapat: memahami pengertian media pendidikan. menentukan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang menerima pesan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII A di SMP Kartika XIX-1 Bandung, yang beralamat di Jalan Bangka No. 3,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). PTK merupakan penelitian berupa tindakan yang dilakukan guru di dalam kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ledo yang beralamat di. Jalan Raya Ledo, Desa Ledo, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ledo yang beralamat di. Jalan Raya Ledo, Desa Ledo, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ledo yang beralamat di Jalan Raya Ledo, Desa Ledo, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat tahun

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DENGAN MENGOPTIMALKAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAWANGMANGU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru, indikator kompetensi pedagogik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING 111 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM PENGATURAN REFRIGERASI Raden I. Saputra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Furchan dalam Hatimah, I (2007:81) adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar 1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Dimyati (1994:3) menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan hasil dan suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan BAB V PEMBAHASAN A. Keterampilan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Media Pembelajaran Audio untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. Dalam

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak siswa yang menganggap., bahwa matematika itu adalah mata pelajaran yang membosankan dan bahkan ada yang sampai membenci. Hal ini, disebabkan kesulitan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau, pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah sebuah perantara atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka 6 BAB II Tinjauan Pustaka A. Media Pembelajaran Interaktif Media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak yaitu antara sumber pesan dan penerima pesan ( Anitah, 2008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kualitatif deskriptif. Akbar (2009:13)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah INTEGRITAS Vol. 3 No. 2 Desember 2017

Jurnal Ilmiah INTEGRITAS Vol. 3 No. 2 Desember 2017 PENERAPAN METODE LATIHAN (DRILL) PADA KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VII SMPIT AL-FITYAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016 Oleh : SULHAIDA, M. Pd Dosen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut; III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Dan Prosedur Penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) penelitian tindakan kelas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perbuatan dan pengalaman yang dialami oleh manusia merupakan pembelajaran bagi diri manusia itu sendiri. Proses belajar dalam kehidupan manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah banyak memberi pengaruh pada dunia pendidikan, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci