MAKNA DAN NILAI BUDAYA TRADISI KHABANTI KANTOLA SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MASYARAKAT MUNA- SULAWESI TENGGARA
|
|
- Lanny Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKNA DAN NILAI BUDAYA TRADISI KHABANTI KANTOLA SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MASYARAKAT MUNA- SULAWESI TENGGARA MEANING AND CULTURAL VALUE OF KHABATI KANTOLA AS CHARACTER LEARNING MODEL AT MUNA SOCIETY IN SOUTHEAST SULAWESI La Taena 1, La Ode Ali Basri 2, La ode Balawa 3, Rasiah 4 1,2,3 FKIP Universitas Haluoleo, Kendari 4 FIB Universitas Halu Oleo Kendari 1 lataena60@yahoo.co.id 4 rasiahsitti@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dan nilai dalam tradisi kabhanti kantola kaitannya dengan pendidikan karakter di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Kabhanti kantola merupakan sebuah tradisi yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan hiburan dalam masyarakat Muna dengan pola nyanyian berbalas pantun (folksong) yang diwariskan secara turun-temurun. Lokasi penelitian adalah tiga kecamatan di kabupaten Muna yaitu, Kecamatan Katobu, Kecamatan Watuputih, dan Kecamatan Tongkuno. Data dikumpulkan melalui teknik observasi pementasan, teknik rekam, transkripsi, terjemahan, dan interpretasi, data kemudian dianalisis secara qualitatif-interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, tradisi Kabhanti Kantola kantola di kabupaten Muna sesungguhnya masih eksis dan memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi dan hiburan masyarakat, hanya saja intensitasnya mulai berkurang. Berkurangnya intensitas ini bukan saja disebabkan oleh kurangnya sumberdaya manusia, tetapi juga popularitasnya dewasa ini mengalami penurunan, terutama di kalangan generasi muda. Kedua, makna dan nilai budaya yang terpancar dari teks-teks kabnati kantola kaitannya dengan pendidikan karakter mencakup; nilai kebersamaan, etika dalam berpolitik, etika dalam pergaulan dan pendidikan dan gender. Oleh sebab itu, pelibatan pengajaran tradisi kabhanti kantola dalam kurikulum lokal mata pelajaran Seni Budaya di SMP selain dapat menggali nilai-nilai untuk memperkuat pendidikan karakter juga dapat melestarikan tradisi lokal Kabhanti Kantola kantola. Oleh sebab itu, peran dunia pendidikan sangat vital untuk kedua hal tersebut. Kata Kunci : Makna, Nilai, Kabhanti Kantola, Pendidikan Karakter ABSTRACT The aim of the research is to explore meaning and value in Kabhanti Kantola tradition in relation to character education in Muna Regency, Southeast Sulawesi. Khabati Kantola is a tradition functioned as a means of communication and entertainment in Muna community in the form of folksong reply heritated in generations. The research was conducted in three districts in Muna regency; Katobu district, Watuputih district, and Tongkuno district. The data were collected through display observation, recorded, transcription, translation, and interpretation techniques and then the data were analysed by using interpretative-qualitative one. The result shows that (1) Khabanti Kantola tradition still exist in Muna regency and functioned as a means of community communication and entertainment, but it is less frequent. The less intention was not only caused by lack of human resources but also the popularity seems to decrrase, moreover for the young generation, (2) meaning and value expressed in khabanti kantola texts in relation to character education covers togetherness value, ethic in politic, ethic in relationship and education and gender. That is why, the involvement of Khabanti Kantola tradition teaching in 1
2 local curriculum, Art and Culture subject at SMP. Besides, it can explore the values to support character education, it can also maintain the local tradition of Kabhanti Kantola. That is why, the role of education is very vital for both. Keywords: Meaning, Value, Kabhanti Kantola, Character education PENDAHULUAN Kabhanti kantola merupakan salah satu seni tradisi lisan dalam masyarakat Muna yang tertua dan terancam punah. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kabhanti termasuk karya yang banyak jumlahnya yang meliputi: Kabhanti kantola, Kabhanti gambusu, dan Kabhanti modero. Meskipun menurut La Niampe (1998: 5) Kabhanti ini populer di kalangan masyarakat pada zamannya danpenyebarannya sudah berlangsung lama yang meliputi seluruh daerah; Muna, Buton, Tiworo, Kulisusu, dan Kaledupa, yang berhampar di jazirah Sulawesi Tenggara. Namun kenyataannya, warisan tradisi tersebut terdengar awam di telinga generasi muda masa kini, dan serta pemanfaatan nilai-nilai dari tradisi masih kurang dielaborasi sampai pada ranah praktis yang berdaya guna di masyarakat, salah satunyadalam pengintegrasian nilai-nilai dalam tradisi dalam ranah pendidikan formal di sekolah dasar dan sekolah menegah pertama. Kabhanti dalam ilmu folklore dapat dikategorikan sebagai jenis folksong, yaitu nyanyian rakyat berupa pantun berbalasan dengan berbagai varian atau tipe khas dari masing-masing daerah atau suku bangsa. Belakangan ini penggalian kembali tradisi-tradisi seni lokal termasuk folksong ini sedang marak dilakukan di berbagai negara termasuk di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa. Di Amerika, misalnya, Bernard & Girouard (1992) meneliti tentang "Colinda": Mysterious Origins of a Cajun Folksong. Colinda merupakan salah satu satu tradisi musik dan tari suku Cajun di South Louisiana Amerika Serikat, yang sekarang ini banyak menginspirasi para musisi untuk mengadaptasi dalam berbagai jenis musik, seperti pop, beat, dan Rock n Roll. Penelitian ini menemukan bahwa asal mula tradisi folksong Colinda dibawa oleh orang Guinea pada abad akhir abad tujuh belas ke Amerika dan berbaur dengan beberapa tari dari Carribean dan Lousiana. Colinda kemudian didaptasi dan menampilkan dua ciri khas yang berkaitan dengan to "Michie Proval" dan "Michie Baziro." Colinda pada intinya mengekspresikan tentang ketidaksenangan kepada figur-figur penguasa. "Michie Preval" and "Michie Baziro" biasanya mengandung sindiran bagi kelas-kelas penguasa. Di Amerika mulai menggali identitas lokalnya melalui Negro folksong (Darius, 1960). Kajian tentang kabhanti kantola itu sendiri memang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, dengan tema kajian yang berbeda-beda. Dari sejumlah penelitian mengenai Kabhanti Kantola, khususnya kabhanti kantola masih sedikit mengintegrasikan nilai-nilai dalam tradisi Kabhanti Kantola dengan pendidikan karakter. Ader Laepe dan Rohmana (2006) yang mengangkat persoalan Analisis Semiotik Atas Lirik Kantola yang difokuskan pada prilaku budaya secara kolektif oleh suku Muna di Sulawesi Tenggara dengan objeknya Kantola, serta Sitti Abadi (2012) menelaah Kabhanti kantola melalui analisis wacana kritis Kabhanti kantola Wuna, dan Sari (2011) melihat perlunya revitalisasi Kabhanti Kantolakantola di era hegemoni global, serta Padui (2011) menemukan dua belas nilai yang muncul dalam teks-teks Kabhanti Kantola kantola. Penelitian ini menfokuskan perhatian pada pengungkapan makna dan nilai kabhanti kantola yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai model pendidikan karakter terintegrasi seni pada kurikulum lokal Seni Budaya tingkat SMP di kabupaten Muna. Hal ini dipandang penting mengingat dua hal yang berkaitan dengan traadisi yang hampir hilang serta penguatan pendidikan karakter yang sudah ada melalui kearifan lokal. Fenomena yang ditampilkan oleh prilaku masyarakat terutama generasi muda sekarang initerkadang dipandang telah melampaui nilai-nilai kehidupan yang berkaitan dengan norma, etika, moral, serta konvensi-konvensi sosial kemasyarakat.persepsi bahwa ukuran keberhasilan tak melulu dilihat dari prestasi angka angka, tetapi juga karakter yang dapat mencerminkan kearifan, etika, dan moralitas yang penting bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Hendaknya institusi sekolah menjadi tempat yang senantiasa menciptakan pengalaman-pengalaman bagi siswa untuk membangun dan membentuk karakter unggul dengan beragam cara, salah satunya dengan menggali kearifan lokal masyarakat setempat. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan makna dan nilai yang terpancar dalam teks-teks kabhanti kantola kaitanya dengan pendidikan karakter. Tradisi Kabhanti kantola serta nilai-nilainya tersebut nantinya dapat diintegrasikan dalam kutikulum lokal Seni Budayapada pendidikan dasar dan 2
3 menengah di Kabupaten Muna sebagai bentuk pelestarian tradisi lokal serta untuk menggali nilai-nilainya untuk penguatan pendidikan karakter yang sudah dicanangkan oleh pemerintah secara nasional. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di kabupaten Muna; kecamatan Katobu (Raha), Kecamatan Tongkuno (Wa Ale-Ale), dan kecamatan Watuputih (Watuputih). Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui: (1) Teknik Performan lapangan: yaitu proses pengambilan data melalui pementasan Kabhanti kantola; (2) Teknik rekam; yaitu proses pengambilan data lirik-lirik dari informan yang dengan menggunakan alat rekam; (3) Teknik catat; yaitu proses pencatatan lirik -lirik Kabhanti kantola, dan informasi lain yang dianggap penting di luar data rekaman untuk menjaring informasi tambahan; (4) Teknik transkripsi; yaitu mengalihkan data dari bahasa lisan menjadi bahasa tertulis (teks); (5) Teknik terjemahan; yaitu mengalihbahasakan data kabhanti kantola yang berbahasa Muna ke dalam bahasa Indonesia; (6)Teknik interpretasi; yaitu menginterpretasi bah asa kabhanti kantola untuk menemukan kandungan nilai dan makna teks secara ekplisit manupun implisit dengan menggunakan kajian semiotik sastra Performan Tradisi Kabhanti Kantola HASIL PENELITIAN Eksistensi tradisi Kabhanti kantola di Kabupaten Muna masih bertahan sampai dengan saat ini. Hanya saja minat dan perhatian masyarakat terhadap tradisi ini tampaknya mulai berkurang. Tiga lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah berdasarkan pemetaan wilayah kota dan desa untuk melihat apresiasi masyarakat serta keberadaan tradisi Kabhanti kantola. Gambar berikut menunjukkan tradisi Kabhanti Kantola : Gambar 1. Performan Kabhanti Kantola di Kecamatan Katobu (Raha, 7 Juni, 2015) 3
4 Gambar 2. Performan Kabhanti Kantola Kantola di kec Tongkuno (Wa Ale-Ale, 15 Juni 2015) Gambar 3. Performan Kabhanti Kantola Kantola di Kecamatan Watuputih (20 Agustus 2015) Dalam praktiknya, tradisi kabhanti kantola dipertunjukkan oleh dua kelompok penyanyi; lakilaki dan perempuan. jumlah anggota dalam kelompok tidak terbatas tergantung pada kesepakatan bersama. Baju yang dikenakan dalam perhelatan jika pada dekade dahulu menggunakan pakaian adat Muna lengkap baik dari kelompok laki-laki dan perempuan, maka pada perhelatan kali ini sudah ada unsur akulturasi budaya, pakaian Muna dipadukan dengan baju kebaya modern-dan Jas/jacket sebagai simbol pakaian nasional, dan jilbab dan songko-sebagai simbol pakaian muslim, dan sarung Muna mbiabia sebagai simbol identitas pakaian orang Muna. Rupanya hibridisasi budaya tidak terelakan dalam kehidupan masyarakat Muna, termasuk dalam momen penting pertujukkan tradisi lokal. Pola pementasannya, sebelum menyanyikan lagu inti dalam pantun berbalasan, para pebanti (pemain) melakukan runtete dengan kombinasi vokal...aaaa...eeeee...eeee...sebagai tanda persiapan syair inti yang akan dilantunkan. Selain itu, dalam posisi bernyanyi para pelantun menempatkan tangan disisi telinga, sebagai cara untuk mempertahankan ritme suara panjang selama bernyanyi. Syair-Syair dalamkabhanti Kantola Kantola Berikut ini disajikan beberapa syair kabhanti kantola kaitannya pendidikan karakter. Teks1 (pembuka) (Laki-laki/perempuan) 4
5 Ombadja ngkoalomamo mai deruntuteghoomu, daeruntute sookawu daefehulai, sookawu daempehulai damatengkawu mpaemo, daeruntute tamaaka bhe dae malenda. Sikatumpuunolaloku dopoghawa tora, dapowawagho fekiri sokaetahaano namisi, palenda tapalendamo sumano mpalenda ngkesa (Badan sudah bertabur embun, marilah kita bernyanyi, bernyanyi untuk dikenang, Untuk diingat, jika kita meninggal tidak akan kita berkumpul dan bernyanyi lagi Kita mengalunkan syair sambil dengan sair-sair khiasan Terimakasih kita berjumpa lagi Mari bertukar pikiran untuk ketentraman batin Berkiaslah asalkan yang kiasannya yang baik/membangun). Teks 2 (Laki-laki) Ampangarusi noniati namarinta Noala boku-bokuno nolili nofotekeda Hamai ghonuno lambu dositeketekehamu Ampahindo akapilo Soomu lalondo dahina apangurasi Apangurasi nandoomu dua omafaane notangka kafindahano ( La Mpangurasi memiliki niat untuk menjadi pemimpin Diambilah bukunya lalu meminta restu warga Semua warga membubuhkan tandatangan Termasuk orang buta Maksud hati mereka (sebagian oknum) ingin menghina La Mpangurasi Tapi La Mpangurasi tidak bisa di lawan karena memiliki dasar kekuatan rakyat) Teks 3 (perempuan) Nipilih pilindo Gu, tabeano sampalu noruna todombulu, nokobake tadouta, notanta tado enepi, aitu hae nikona kakolo Djawa nisampusampugho kanini sampe domate maka dopoghae kundo Yang dipilih oleh masyarakat Gu (nama Kampung) adalah seperti asam jika pucuk daunnya tumbuh bisa diambil, memiliki buah bisa dipetik, jika berjatuhan bisa dipungut, seperti itu yang disebut asam Jawa yang dirindukan, sampai ajal menjemput baru berpisah. Teks 4 (laki-laki) Atambaga nemeriki apabea mondo lalo Tamaka pada belahi nekonando Ladiunsono Soomtompano tendeno ampa pulo sendiri Latambaga (nama Orang) yang disegani La Pabea yang teguh hatinya Akan tetapi yang dinamakan Ladiunsono Terakhir kali ia berlari sampai dikampungnya sendiri Teks 5 (Laki-laki) Mpedaamo aini late dotunggu djunia, sasuka kenta morubu miina mpuuna tiangga, salalondo nsohae bhedua kenta morubu, katamba nando nobari soihino kombotino, salapasino aitu ane watu nokaemo kentahi mo bhalano, 5
6 moniwa nolilahomo noepemoo kagharo, komboti neuru-uru matano nonsawuromo, maumo kenta morubu tano sorobomo dua Sudah seperti inilah hidup di dunia ini Yang namanya ikan kecil sungguh tidak dihiraukan Mereka berfikir untuk apa dengan ikan kecil sedangkan ikan katamba masih banyak untuk dimakan, namun setelah ikan besar berkurang, ikan hiu mulai resah merasakan lapar yang sangat Perut berbunyi, matapun berkunang Akhirnya ikan kecil dilahapnya juga. Teks 6 (Perempuan) Idia amenteanemo palele ampaaitu, doteimu kalabia dolili domparaaso ampahi se Tongkoe, kataho aegholi kai alusu maitu, pakaawu dafaane tentara pada negholi kalupino rombenga, aitu dadihanomo aesowo-sowo kundo ampa kotano Kandari, ane kotano Kandari koemu donsarunaane, lateno pandehaane diu wadiu maleno dopogholi dopoaso dofewuntagho barando be Ladjabaru maitu. Sungguh mengherankan perempuan zaman sekarang, kelakuan sudah berlebihan Menjual diri sampai di pasar Tongkoea (kampung), awalnya saya ingin membeli kain, tetapi bagaimana si tentara sudah membeli duluan mendapatkan pakaian rombeng, sehingga saya mundur sedikit demi sedikit sampai di kota Kendari. Kalo kota kendari jangan kau harap, semua orang tahu bagaimana pergaulan di sana, berjual beli barang (kelamin) dengan Lajabaru (nama laki-laki) Teks 7 (Laki-laki) Ndoho dobhongka-bhongkarae wite seomemorangku, hamai mindalono dokatambo-tamborie, dofetambo kapulundo bhahi nokomina wite, Kilahaku mpaaini nosidamo dogaluewitenompo kaapamo, aitumaka bhelahi katumbaleno ngkomena, katatano loghano nosipasamo konaha bhekabholuno medawa. Baru saja tanah (hutan dirambah) untuk perkebunan, siapa saja yang mau, datang membabatkan sedikitdemi sedikit, Menguji peralatannya (parang) apakah tanah itu masih subur. Di saat tanah itu sudah siap olah, betapa herannya, betapa lembeknya ketika ditugal, diliputi oleh sulur-sulur ubi jalar yang sepertinya sudah pernah digali isinya. Teks 8 (Perempuan) Kaasi insaidi ini nando tangkaborebore, tamaka pada kalolumborehamani djorohano kamokula mani miina damandehaane patujuno sikola Aitu ngkolosahano ane pasendaigho nengkarato Kartini ne Indonesia ini neowa sura kabara, ambanotora itu dasisikosikolaha opemuda be pemudi, Medamu dua rato dakopintara sodamajugho negara. Aitu dadihanomo latih dalumatiane bari-barie latiha barisa kasesiseha sonamajugho pokampo newiteno wuna ini. Sungguh kasihan kami ini masih bodoh, tapi kebodohan kami lantaran orang tua kami dahulu tidak mengerti pendidikan, setelah kartini muncul di Indonesia membawa kabar bahwa pemuda dan pemuda memiliki hak untuk bersekolah, Begitu juga semua keterampilan harus dilatihkan dan dipelajari untuk kemajuan bangsa. Oleh sebab itu, segala keterampilan akan kita latihkan, persatuan dibangun untuk kemajuan daerah kita, Wuna. 6
7 Makna dan Nilai-Nilai dalam Teks Kabhanti Kantola 1. Kebersamaan Makna kebersamaan muncul di awal syair (teks 1) sebagai pembuka. Penekanan pada kebersamaan ini penting karena dalam syair-yair pantun Kabhanti Kantola sering mengandung kritikan tajam yang bisa saja melukai hati seseorang atau sekelompok orang, sehingga prinsip-prinsip kebersamaan harus ditegaskan dibagian awal syair kabhanti sebagai pengikat tingkah laku selama berlangsungnya acara tersebut. Jika dimaknai lebih jauh, makna kebersamaan sesungguhnya sebagai respon terhadap pergeseran-pergeseran sosial yang terjadi dalam masyarakat Muna dewasa ini. Paham individualis yang menguat sering dikontraskan dengan lunturnya kebersamaan. Individualisme berarti karakter individu atau tindakan yang merdeka, bebas atau mandiri, sebagai lawan dari kerjasama atau kolektif. Individualisme adalah penekanan pada kemampuan diri sendiri di atas kelompok atau negara (Adi, 2008, hal. 169), bertolak belakang dengan faham kebersamaan dalam prinsip indonesia dan pokadulu dalam prinsip orang Muna. 2. Etika dalam berpolitik Teks 2 mencerminkan sikap etika dalam berpolitik. Teks ini menggambarkan bagaimana kelompokkelompok tertentu saling menjatuhkan dalam proses kepemimpinan. Makna ini sesungguhnya masih berkaitan dengan pedoman hidup dapoia-piara, dapoadja-adhati, dapoangka-angka tao yang mengandung makna saling menyayangi, saling menghargai, dan saling menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Muna. Teks 3 berkaitan dengan gambaran sosok Pemimpin sejati, diandaikan seperti asam jawa, yang mudah menghasilkan buah, mudah didapat, mudah dinikmati oleh semua orang. Hal ini dipertegas oleh Teks 4, berkaitan dengan sosok pemimpin yang layak; memiliki kekuatan dan etika, sementara yang tidak layak adalah disimbolkan dengan La Diunsono (Bermuka masam) sebagai ciri kesombongan, kekejaman, dan tidak baik. Sedangkan Teks 6 menyoroti perihal ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat, akibat perbuatan orang-orang yang berkuasa (pemimpin) 3. Etika dalam Pergaulan Teks 5 dan teks 7 berkaitan dengan fenomena pergaulan masa kini. Masalah prostitusi adalah bukan masalah baru dalam kehidupan umat manusia dan tetap menjadi sorotan tajam di kalangan masyarakat. Bobroknya moral manusia akan berdampak bobroknya segala sendi kehidupan manusia, dalam konteks Muna, moral menjadi kata kunci dalam perjalanan manusia menuju manusia yang dirahmati oleh Allah SWT.Simbol kota kendari dalam kutipan di atas bukan menunjuk kota Kendari yang dalam realitas adalah ibu kota Sulawesi Tenggara, tetapi kota Kendari merupakan simbol kehidupan kota besar dan prilaku masyarakatnya. Dengan demikian keberadaan teks ini merupakan kritik tentang prilaku menyimpang dalam segi asusila dalam masyarakat, dan menjadi bahan pemikiran bagi generasi muda. 4. Pendidikan dan Kesetaraan Gender Teks 8 berkaitan dengan pendidikan dan kesetaraan gender. Pentingnya pendidikan dan kesetaraan akses antara laki-laki dan perempuan menjadi perhatian. Pada kehidupan masa lalu posisi perempuan selalu tidak dipertimbangkan dalam urusan pendidikan, namun kondisi seperti ini tidak berlangsung lama. Desakan ekonomi dan perkembangan pemikiran manusia telah mengubah pola berpikir mengenai pentingnya peran perempuan dalam kemajuan ekonomi rumahtangga maupun pembangunan bangsa. Simbol Kartini dalam teks di atas menunjukkan munculnya sebuah kesadaran baru di masyarakat, khususnya kaum perempuan untuk meningkatkan kualitas dirinya agar bisa berpartisipasi dalam roda pembangunan bangsa. Sesungguhnya nilai-niali yang terkandung dalam teks-teks kabhanti kantola tidak terbatas hanya pada nilai-nilai yang terungkap dalam pembahasan kali ini, tetapi ia memiliki multi nilai tergantung pada teks yang disajikan. Namun demikian, penelitian ini hanya membatasi 4 hal yang dibahas dalam tulisan ini sesuai dengan kandungan teks yang disajikan. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, maka ada dua kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini. Pertama, tradisi Kabhanti Kantola kantola di kabupaten Muna masih esksis sampai dengan sekarang ini. Fungsinya sebagai sarana hiburan dan komunikasi masyarakat masih terus dipertahankan, meskipun 7
8 intensitasnya sedikit menurun di bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kedua, makna dan nilai yang muncul dalam teks-teks Kabhanti kantola mengandung berbagai ajaran, nasehat, dan kritik-kritik yang membangun, membimbing, dan mengarahkan karakter masyarakat pendukungnya, untuk menjadi baik dan positif berdasarkan sudut pandang (pandangan dunia) masyarakatnya. Nilai-niali itu terdiri dari nilai kebersamaan, etika dalam berpolitik (hubungan antara pemimpin dan rakyat), etika dalam pergaulan, pendidikan dan kesetaraan gender. Arahan seperti ini dimaksudkan untuk menciptakan keseraian, keselarasan, dan keseimbangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, serta mempertahankan nilai-nilai moralitas yang diyakini benar oleh masyarakat Muna. Dengan demikian, penggalian nilai-nilai ini melalui kurikulum lokal seni budaya di SMP sangat penting, selain menguatkan pendidikan karakter yang sudah ada, juga dapat melestarikan tradisi yang hampir punah. DAFTAR PUSTAKA Ader Laepe, dkk..(2006).analisis Semiotik Atas Lirik Kantola. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Bernard,S, & Girouard J.(1992) "Colinda": Mysterious Origins of a Cajun Folksong. Dalam Journal of Folklore Research, 29(1): Indiana University Press Darius L. Thieme. (1960) Negro Folksong Scholarship in the United States. In African Music, 2(3) : La Niampe. (1998), Kabhanti Bula Malino: Kajian Filologis Sastra Wolio Klasik. Bandung: Tesis Universitas Padjajaran. Padui, La Ode. (2011) Makna dan Nilai Kantola pada Masyarakat Muna. Muna. Penelitian di Kabupaten Muna, Propinsi Sulawesi Tenggara. Kendari: Universitas Haluoleo. Sari, Darwan.(2011) Revitalisasi Tradisi Lisan Kantola Masyarakat Muna Sulawesi Tenggara pada Era Globalisasi. Thesis; Universitas Indonesia Sitti Abadi, (2012). Analisis Wacana Kabhanti Kantola Wuna. Kendari: Universitas Haluoleo (Thesis). 8
BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah
Lebih terperinciKabhanti Modero Sebagai Perekat Persatuan Dalam Masyarakat Muna Di Sulawesi Tenggara
Kabhanti Modero Sebagai Perekat Persatuan Dalam Masyarakat Muna Di Sulawesi Tenggara R a s i a h 1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo Jl. HEA Mokodompit, Kampus Baru Anduonohu, Kendari Sulawesi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,
Lebih terperinciBAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA
BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA Sebagaimana yang telah dideskripsikan pada bagian hasil analisis data, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal
Lebih terperinci2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan salah satu dari kesenian tradisional suku Bugis, di antaranya adalah seni musik dan seni tari. Pertunjukan ini dipentaskan baik pada momen-momen
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki berbagai ragam kesenian dan kebudayaan. Bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai ragam kesenian dan kebudayaan. Bahkan hampir setiap daerah mempunyai kesenian khas daerahnya masing-masing. Menurut Suriasumantri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya sangat beragam. Keragaman kebudayaan Sulawesi Tenggara terbentuk dari banyaknya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat
Lebih terperinciA. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap
A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. batatamba. instrumen yang masih sederhana terdiri dari tiga jenis instrumen
120 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Bentuk penyajian tradisi awalnya perorangan berfungsi untuk batatamba banyanyian, dalam perkembangannya tradisi terdiri dari formasi instrumen masih sederhana terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan mempunyai kesenian sendiri-sendiri berdasarkan ciri khas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya dengan berbagai suku, bahasa, dan adat istiadat. Salah satunya adalah seni. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK
ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri karena adanya bukti-bukti berupa tradisi dan peninggalan-peninggalan
Lebih terperinci2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat
BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan kesenian tradisi di Indonesia sangat banyak dan beragam, oleh karena itu amat disayangkan jika kesenian tersebut punah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciPada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk berinteraksi satu sama lain antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Dimana dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah perempuan tidak ada habisnya, sejak dulu wacana tentang perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut berupa tuturan yang memberi ciri khas terhadap individu atau kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Musik adalah salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam elemen kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat menghipnotis, membawa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semua bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Dan kebudayaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua bangsa memiliki kebudayaan masing-masing. Dan kebudayaan suatu bangsa mencerminkan kepribadian dan nilai-nilai budaya bangsa tersebut. Salah satu dari hasil kebudayaan
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI
189 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI A. Simpulan Umum Kampung Kuta yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, merupakan komunitas masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu tradisi
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu tradisi yang telah diturunkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa Negara sangat strategis dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai salah satu pilar pendukung
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi lisan merupakan warisan budaya nenek moyang yang merefleksikan karakter masyarakat pendukung tradisi tersebut. Signifikansi tradisi lisan dalam kehidupan manusia
Lebih terperinciTRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI. Inka Septiana. Sosiologi Antropologi
TRADISI METHIL SEBAGAI SALAH SATU WARISAN KEARIFAN LOKAL DI DESA KARANGMALANG KECAMATAN KASREMAN KABUPATEN NGAWI Inka Septiana Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Culture
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 157) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut
Lebih terperinciBAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang
175 BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH A. Pengantar Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang dapat dilakukan di sekolah, antara lain (1) nyanyian
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA I. UMUM Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, media komunikasi tradisional cenderung banyak yang terlupakan dibandingkan dengan media teknologi komunikasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciMODEL KOMUNIKASI KABHANTI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI KECAMATAN WATOPUTE KABUPATEN MUNA
MODEL KOMUNIKASI KABHANTI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI KECAMATAN WATOPUTE KABUPATEN MUNA Oleh Fetni 1, Muh. Najib Husain 2, dan La Tarifu 3 1 Alumnus Program Administrasi Pembangunan/Kosentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistim Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada pasal 3 yang dikatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting dalam kesenian Brai ini. 1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
Lebih terperinciANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL
ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RAMDANI HERMANSYAH NIM 100388201180 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dengan akalnya menciptakan kebudayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya dan untuk menemukan identitas diri. Melalui kebudayaan pula manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan hal yang berharga sehingga perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin dalam berbagai
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat)
PEMETAAN TINGKAT KECINTAAN GENERASI MUDA SUKU NGADA PADA PESTA ADAT REBA di ERA GLOBALISASI (Simbolisme dan Pergulatan Adat Istiadat) Dimas Qondias Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar STKIP Citra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,
Lebih terperinci