BAB III TEORI YANG MENDUKUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TEORI YANG MENDUKUNG"

Transkripsi

1 BAB III TEORI YANG MENDUKUNG 3.1 TEORI DASAR Pengkodisian udara dan Refrigerasi merupakan terapan dari ilmu perpindahan kalor dan termodinamika, refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari suatu lokasi tertentu dan pelepasan kalor tersebut akan selalu menggunakan fluida kerja yang disebut dengan REFRIGERAN. Dalam penggunaannya secara luas refrigeran dapat berfasa gas dan cair, refrigeran pada system pendingin ini mengalir melalui katub ekspansi dan selanjutnya menguap di coil evaporator. Di dalam penguapannya refrigeran mengabsorb kalor dari udara sekitar dan akibatnya udara ruangan menjadi dingin. Agar dapat mengabsorb panas dari sekitarnya maka temperatur dari refrigeran harus lebih rendah dari temperatur udara disekitarnya. Refrigeran yang menyerap kalor ruangan di evaporator akan mengalami pengekspansian di dalam kompresor, refrigeran yang sudah di dalam fasa gas selanjutnya akan mengalami proses pendingin dikondesor, refrigeran yang sudah dalam fasa cair akan mengalami penurunan tekanan di dalam katup ekspansi. Universitas Mercu Buana 34

2 Sifat sifat termodinamik dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : 1. Sifat Intensif, adalah sifat yang tidak tergantung pada massa zat. Jadi bila sejumlah zat dalam suatu keadaan dibagi menjadi dua bagian yang sama, tiap bagian akan memiliki harga sifat intensif yang sama seperti dalam keadaan sebelum dibagi. Tekanan, suhu dan massa jenis adalah contoh sifat intensif. 2. Sifat Ektensif, adalah sifat zat yang tergantung pada massa zat. Jadi bila sejumlah zat dalam suatu keadaan tertentu dibagi menjadi dua bagian yang sama, tiap bagian tidak akan memiliki sifat ektensif yang sama seperti dalam keadaan sebelum dibagi. Massa dan volume adalah contoh sifat ektensif. Sifat ektensif persatuaan massa akan menjadi sifat intensif misalnya volume jenis, enthalpy jenis dan entropi jenis merupakan sifat intensif Hukum Termodinamika Ke Nol Tinjau dua batang tembaga dan sebuah thermometer, bila thermometer disentuh pada batang tembaga yang satu, maka keduanya akan mengalami perubahan temperatur sampai pada akhirnya mencapai temperatur yang sama. Misalkan sekarang thermometer tadi diambil dan disentuh pada batang tembaga yang kedua, ternyata tidak menghasilkan pembacaan perbedaan temperatur (tidak ada perbedaan tinggi permukaan air raksa) maka dapat dikatakan bahwa kedua batang tembaga ada dalam keseimbangan termik dengan temperatur tadi. Hukum termodinamika yang ke nol menyatakan bahwa bila dua masing masing ada dalam keadaan keseimbangan termik dengan benda yang ketiga, jadi menunjukkan temperatur yang sama, maka kedua benda tersebut ada dalam keseimbangan termik satu sama lain, Artinya temperatur Universitas Mercu Buana 35

3 kedua benda ini sama. Aksioma ini kelihatannya sangat jelas dan dikenal dengan hokum termodinamika yang ke NOL Hukum Termodinamika Pertama Bila diberikan energi panas infinitesimal (dq) pada suatu system, maka system tersebut akan berekspansi dan melakukan kerja luar yang infinitesimal (dw). Tetapi disamping itu, pemanasan terhadap system juga akan menimbulkan hal sebagai berikut : 1. Pertambahan kecepatan molekuler dari system. 2. Pertambahan jarak antara molekul molekul system karena system berekspansi. Energi yang diperlukan untuk hal ini disebut pertambahan energi dalam (internal energi). Jadi panas dq sebagian dirubah untuk pertambahan energi dalam. Selain itu system juga mengalami pertambahan energi kinetik dan pertambahan energi potensial luar akibat gaya gaya konservatif luar Hukum Termodinamika ke Dua Dalam hukum termodinamika pertama (konservasi energi) belum dijelaskan kearah mana suatu perubahan keadaan itu berjalan, juga belum dijelaskan apakah perubahan itu reversible atau irreversible. Dari hukum termodinamika pertama diketahui bahwa panas dapat dirubah jadi kerja dan sebaliknya. Kerja mekanik dapat diubah seluruhnya menjadi panas tetapi panas tidak dapat seluruhnya dirubah menjadi kerja mekanik pada siklus termodinamika. Jadi hukum termodinamika kedua memberikan batasan batasan tentang arah yang dijalani suatu proses yang sekaligus memberikan criteria apakah prose situ reversible atau irreversible. Universitas Mercu Buana 36

4 3.2 PERPINDAHAN PANAS Perpindahan panas melalui suatu bahan padat yang disebut peristiwa konduksi, menyangkut pertukaran energi pada tingkat molekuler. Perpindahan panas konveksi bergantung pada konduksi antara permukaan benda padat dengan fluida terdekat yang bergerak, Jadi masing masing mekanisme perpindahan panas berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi semuanya mempunyai karakteristik umum karena masing masing tergantung pada temperatur dan dimensi benda. Dalam sistem pengkondisian udara terdapat beberapa proses perpindahan panas karena pengaruh dari dua lingkungan yang berbeda temperatur, proses perpindahan yang terjadi yaitu : konduksi, konveksi dan radiasi Konduksi Kepadatan aliran (flux) energi perpindahan panas secara konduksi di sepanjang sebuah batangan padat, sebanding dengan beda temperatur dan luas penampang, serta berbanding terbalik dengan panjangnya. daya hantar (konduktivitas) termal dan laju perpindahan panas konduktif ditentukan oleh struktur molekul bahan. Semakin rapat dan tersusun rapinya molekul yang umumnya terdapat pada logam akan memindahkan energi yang semakin cepat dibandingkan dengan susunan yang acak dan jarang. Konduksi adalah proses perpindahan panas antara dua partikel (tingkat molekuler) dalam suatu benda padat / dianggap padat dan diam, dengan cara kontak langsung antara partikel yang satu yang lebih panas terhadap yang lain yang temperaturnya lebih rendah. Universitas Mercu Buana 37

5 3.2.2 Konveksi Konveksi adalah proses perpindahan panas dari suatu titik dalam suatu ruangan ketitik lain karena adanya gerakan atau perpindahan dari partikel itu sendiri, yang pada umumnya berupa media cair atau gas Radiasi Radiasi adalah perpindahan panas dari satu benda kebenda yang lain dengan menggunakan gelombang elektromagnetik atau istilah radiasi adalah pancaran (emisi) energi terus menerus dari permukaan suatu benda. Pemindahan energi secara radiasi berlangsung jika foton foton dipancarkan dari suatu permukaan ke permukaan lain, pada saat mencapai permukaan lain foton yang diradiasikan juga diserat, dipantulkan atau diteruskan melalui permukaan. Energi yang diradiasikan dari suatu permukaan ditentukan dalam bentuk daya pancar (emissive power). Gelombang ini bergerak secepat kecepatan cahaya dan dapat melewati ruang hampa dan juga melewati udara (yang terbaik melewati ruang hampa, karena jika lewat udara sebagian kecil panas diserap oleh udara). Jika terhalang oleh suatu benda / zat yang tidak dapat dilaluinya maka gelombang tersebut akan diserapnya. 3.3 SIKLUS THERMODINAMIKA Secara prinsip untuk mendinginkan suatu ruangan atau benda, kita harus mendekatkan ruangan atau benda tersebut dengan sebuah permukaan atau fluida yang bertemperatur lebih rendah dari temperatur yang didinginkan. Dengan demikian energi dalam bentuk panas dapat dipindahkan dari ruangan atau benda ke permukaan atau fluida dingin, apabila tidak diinginkan fluida yang Universitas Mercu Buana 38

6 dipergunakan untuk dibuang maka haruslah disirkulasikan melalui sistem sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pula pembuangan energi yang diambil dari ruang atau benda yang didinginkan tadi kelingkungan. Proses pengambilan energi tersebut terjadi di evaporator dengan laju perpindahan panas, sedangkan pembuangan energi dalam bentuk panas ke sekeliling tersebut terjadi di kondensor. Dalam digram entalpi tekanan terdapat 4 (empat) proses dan terbagi dalam 2 (dua) daerah, yaitu daerah bertekanan tinggi dari outlet kompresor sampai dengan inlet katub ekspansi dan daerah bertekanan rendah dari outlet katub ekspansi sampai dengan inlet kompresor. Siklus termodinamika dari sebuah mesin pendingin kompresi uap yang memiliki komponen kompenen utama dapat dilukiskan dalam diagram tekanan entalpi atau diagram temperatur entropi berikut : Gambar 3.1 Diagram Tekanan entalpi teoritis Universitas Mercu Buana 39

7 Proses yang terjadi pada cycle pendingin tersebut adalah : 1. (1-2) Proses throttling dalam katub ekspansi 2. (2-3) Proses penguapan dievaporator 3. (3-4) Proses kompresi dalam kompresor 4. (4-1) Proses pengembunan dalam kondensor Pada proses Throttling didalam katub ekspansi fluida yang masuk harus dalam keadaan cair. Kondisi tersebut didukung dengan adanya sistem subcooled yang memastikan bahwa fluida yang keluar dari kondensor tersebut sudah dalam phasa cair (1-2). Proses throttling merupakan proses terjadinya penurunan tekanan pada entalpi konstan. Proses (2-3) merupakan proses penguapan yang terjadi pada evaporator dengan temperatur tetap. Proses ini bertujuan agar refrigeran dapat dirubah menjadi phase gas sehingga dapat menyerap kalor udara ruangan. Fluida yang sudah berubah menjadi phase gas akan diteruskan memasuki katub inlet kompresor. Namun untuk memastikan bahwa fluida berubah seluruhnya menjadi phase gas diperlukan proses superheat. Dalam proses (3-4) yang terjadi pada kompresor adalah proses pengkompresian atau penekanan terhadap refrigerant yang sudah dalam phase gas. Pada titik 4 itu merupakan phase uap yang akan memasuki katub inlet kondensor. Fluida tersebut selanjutnya memasuki katub inlet dari kondensor, dimana pada proses (4-1) sejumlah kalor akan dibuang keluar sistem dalam temperatur tetap. Didalam kondensor ini fluida yang dalam phase gas dirubah kembali menjadi phase cair. Universitas Mercu Buana 40

8 3.4 FUNGSI KOMPONEN UTAMA PENDINGIN Dalam sistem pendingin siklus kompresi uap secara sistematis komponenkomponen utamanya diperlihatkan pada gambar (3.2). Komponen komponen utama tersebut adalah : 1. Kompresor 2. Kondensor 3. Katup Ekspansi 4. Evaporator 3 4 KOMPRESOR EVAPORATOR KONDENSOR 2 KATUP EKSPANSI 1 TANGKI PENAMPUNGAN Gambar 3.2 Cycle mesin Pendingin Universitas Mercu Buana 41

9 3.4.1 Kompresor Kompresor mengisap uap refrigeran dari sisi keluar evaporator. Pada sisi evaporator ini, tekanannya diusahakan tetap rendah agar supaya refrigeran senantiasa berada dalam fasa gas dan bertemperatur rendah. Di dalam kompresor, uap refrigeran ditekan sehingga tekanan dan temperaturnya tinggi untuk menghindarkan terjadinya kondensasi dengan membuang energinya kelingkungan. Energi yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik atau penggerak mula lainnya. Dalam proses kompresi energi diberikan kepada uap refrigeran, pada waktu uap refrigeran diisap masuk ke dalam kompresor, temperatur masih rendah tetapi selama proses kompresi berlangsung temperatur dan tekanannya naik. Jumlah refrigeran yang bersikulasi dalam siklus refrigerasi tergantung pada jumlah uap yang diisap masuk ke dalam kompresor Kondensor Kondensor dimaksudkan untuk mengkondensasikan uap refrigeran (fluida kerja) pada tekanan dan temperatur cukup tinggi. Uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan cara mudah dicairkan dengan mendinginkannya dengan air atau dengan udara. Dengan kata lain uap refrigeran memberikan panasnya (kalor latent pengembunan) kepada air pendingin atau udara pendingin melalui dinding kondensor. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigeran maka temperaturnya menjadi lebih tinggi pada waktu keluar dari kondensor. Universitas Mercu Buana 42

10 Selama refrigeran mengalami perubahan fasa uap ke fasa cair, tekanan (tekanan pengembunan) dan temperaturnya konstan Katup Ekspansi Untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dari kondensor dipergunakan katup ekspansi atau pipa kapiler. Setiap alat tersebut dirancang untuk suatu penurunan tekanan tertentu. Katup ekspansi yang biasa dipergunakan adalah katup ekspansi termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigeran, agar sesuai dengan beban pendinginan. Dalam pendinginan yang berskala kecil dipergunakan pipa kapiler sebagai pengganti katup ekspasi. Diameter dalam dan panjang pipa kapiler ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan tekanan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi dan bagian bertekanan rendah serta jumlah refrigeran yang bersikulasi Evaporator Fungsi evaporator adalah untuk menguapkan cairan refrigeran pada tekanan dan temperatur rendah. Selama proses evaporator refrigeran memerlukan atau mengambil energi dalam bentuk panas dari lingkungan atau sekelilingnya, sehingga temperatur sekeliling turun dan terjadi proses pendinginan. Macam macam evaporator yang sering digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap ini antara lain : a. Pipa bersirip b. Shell and Tube (tipe cangkang) c. Tipe pelat. Universitas Mercu Buana 43

11 3.5 PERHITUNGAN BEBAN KALOR Beban kalor radiasi matahari melalui kaca Beban kalor radiasi yang berasal dari sinar matahari yang menembus kaca dapat dibedakan menjadi : 1. Penyinaran langsung sinar matahari kedalam ruangan melalui kaca. 2. Melalui kaca yang berada dalam bayangan (shaded) Radiasi matahari sebagai salah satu beban pendinginan dinyatakan sebagai perolehan kalor matahari atau SHG (Solar Heat Gain). Radiasi ini sebagian akan diteruskan (transmitted) kedalam ruangan, sebagian lagi dipantulkan, dan diserap oleh kaca. Pada kaca biasa (ordinary glass) sinar matahari yang diserap akan lebih kecil dibandingkan dengan sinar matahari yang dipantulkan dan yang diteruskan. Sedangkan pada jenis kaca lain seperti kaca yang menggunakan kaca film, sinar matahari yang diserap dan yang dipantulkan akan lebih besar dibandingkan dengan yang diteruskan. Radiasi 30 o Dipantulkan Transmisi Diserap Gambar 3.3 Radiasi sinar matahari pada kaca Universitas Mercu Buana 44

12 3.5.2 Beban kalor dari radiasi sinar matahari Beban kalor akibat radiasi sinar matahari melalui kaca dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Q R = SHG x A x F H x F A x F SL x F S Dimana : Q R = Beban kalor dari radiasi sinar matahari secara langsung Menembus kaca tanpa bayangan (BTU/hr) SHG = Kalor radiasi matahari (BTU/hr ft 2 ) A = Luas bagian kaca yang dikenai radiasi matahari (ft 2 ) F H F A F SL = Faktor untuk angin (haze) = Faktor penyimpanan beban (storage load factor) = Faktor untuk bingkai (sash) Beban kalor melalui dinding, atap dan kaca Perolehan kalor melalui konstruksi bangunan bagian luar (dinding, atap dan kaca), dievaluasi pada saat beban maksimum. Beban kalor ini disebabkan oleh sinar matahari yang diserap pada permukaan bagian luar (exterior) dan oleh adanya perbedaan temperatur udara bagian luar (out door) dengan udara yang ada didalam ruangan (indoor). Perbedaan temperatur ini setiap saat selalu berubah ubah melewati struktur bangunan bagian luar. Kondisi aliran transmisi ini sulit dievaluasi untuk masing masing situasi, tetapi keadaan ini dapat disederhanakan dengan menggunakan konsep perbedaan temperatur equivalent (equivalent temperature difference). Universitas Mercu Buana 45

13 Perbedaan temperatur ( ΔT e ) adalah perbedaan temperatur yang menghasilkan laju aliran kalor total yang disebabkan radiasi matahari dan temperatur udara luar yang berubah ubah. Jadi perbedaan temperatur, arah menghadap dan lokasi bangunan harus diperhitungkan, demikian juga harga koefisien perpindahan panas dari atap dan dinding. Laju aliran kalor melalui struktur bangunan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan temperatur equivalent : Q = A x U x Dimana : ΔT e Q = Laju aliran kalor (BTU/hr) A = Luas permukaan dinding, atap dan lantai (ft 2 ) U ΔT e = Koefisien perpindahan kalor (BTU/hr ft 2 o F) = Perbedaan temperatur equivalent o F Beban kalor melaui partisi Beban ini disebabkan karena adanya kalor yang mengalir melalui partisi diakibatkan karena adanya perbedaan temperatur udara ruangan yang dikondisikan. Jenis partisi yang digunakan pada gedung ini semua adalah dinding dari campuran semen dan pasir.. Dengan menggunakan persamaan berikut ini maka dapat dihitung transmisi melalui partisi Q = A x U x Dimana : ΔT e Q = Laju aliran kalor (BTU/hr) A = Luas permukaan dinding, atap dan lantai (ft 2 ) Universitas Mercu Buana 46

14 U ΔT e = Koefisien perpindahan kalor (BTU/hr ft 2 o F) = Perbedaan temperatur equivalent o F Beban kalor akibat kebocoran uap air Kebocoran uap air disebabkan karena adanya perbedaan kadar uap air yang terjadi diluar ruangan dan didalam ruangan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kebocoran uap air adalah sebagai berikut : Q = A x U permeance x (W OA W RM ) Dimana : Q = Beban kalor akibat kebocoran uap air (BTU/hr) A = Luas dinding (ft 2 ) U permeance W OA W RM = Faktor kebocoran uap air (BTU lb/hr ft 2 gr) = Kadar uap air luar ruangan (gr/lb) = Kadar uap air dalam ruangan (gr/lb) Beban kalor dari lampu penerangan Jumlah perolehan kalor dalam ruangan yang disebabkan oleh penerangan tergantung dari daya lampu dan jenis lampu. Jika digunakan neon (fluorescent), kalor yang dipancarkan oleh balast harus diperhitungkan juga, yaitu sebagai beban internal. Total daya penerangan dikalikan dengan 1,25. penambahan ini merupakan besarnya energi kalor yang dikonsumsi oleh balast. Perolehan kalor dari lampu penerangan merupakan bentuk radiasi yang menjadi beban pendinginan. Untuk dapat menghitung beban kalor dari penerangan maka digunakan persamaan berikut: Universitas Mercu Buana 47

15 Q = Daya lampu x F b x F k x jumlah lampu Dimana : Q = beban kalor dari lampu penerangan (BTU/hr) F b = Faktor balast (1,25 untuk yang fluorescent dan 1 untuk yang Nonfluorescent) F k = Faktor konversi Beban kalor dari penghuni ruangan Tubuh manusia dapat mengeluarkan kalor dan kalor yang dikeluarkan terdiri dari dua jenis, yaitu kalor sensibel dan kalor laten. Kalor sensibel adalah kalor yang terjadi akibat adanya perubahan temperatur, sedangkan kalor laten adalah kalor yang terjadi akibat adanya perubahan fase. Kalor kalor tersebut disebabkan karena adanya proses oksidasi atau yang umum proses metabolisme dalam tubuh manusia. Proses ini bervariasi dan tergantung dari individu dan tingkat aktivitasnya. Kalor kalor dari tubuh manusia tadi disebarkan kelingkungan dengan cara : Radiasi dari permukaan tubuh kesekitarnya. Konveksi dari permukaan tubuh kesekitarnya. Karena perbedaan metabolisme dari setiap individu dan begitu juga dengan aktivitas dan kegiatannya, maka kalor sebagai beban pendinginan yang dihasilkan manusia akan bervariasi pula. Untuk menghitung beban kalor sensibel dan kalor laten dapat digunakan cara dengan persamaan berikut ini : Q S Q L = Perolehan kalor sensibel x jumlah orang = Perolehan kalor laten x jumlah orang Universitas Mercu Buana 48

16 3.5.8 Beban kalor dalam ruangan Beban kalor dalam ruangan yang tidak dikondisikan, selain dihasilkan oleh lampu penerangan dan penghuninya, dapat juga ditimbulkan oleh peralatan lainnya misalnya; komputer, dispenser, TV, lemari es, OHP,dll dapat dicari dengan menggunakan persamaan Q = Total daya x F k Dimana : Q F k = Perolehan kalor akibat peralatan (BTU/hr) = Faktor konversi Beban kalor dari udara ventilasi Untuk menambah oksigen kedalam ruangan yang dikondisikan perlu adanya pemasukan udara bersih. Udara yang dimasukan kedalam ruangan dapat dilakukan secara langsung. Keadaan ini akan menambah beban pendinginan, besar udara ventilasi tergantung dari luas ruangan, jumlah penghuni, kegiatan penghuni dan lain sebagainya. Besarnya harga ventilasi yang dibutuhkan tergantung dari jenis kegiatan yang dilakukan didalam ruangan dan sesuai dengan standar yang dapat dilihat pada tabel 45. Untuk menghitung beban ventilasi dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : Q S = 1,08 x cfm OA x (T OA T RM ) x BF Q L = 0,86 x cfm oa x (T OA - T RM ) x BF Universitas Mercu Buana 49

17 Beban kalor dari udara infiltrasi Jumlah udara infiltrasi adalah bervariasi tergantung dari kerapatan pintu, jendela dan lainnya yang berkaitan dengan celah. Pada umumnya faktor infiltrasi yang mempengaruhi adalah : Kecepatan angin, hal ini akan menyebabkan tekanan pada sisi bangunan yang diterpa angin. Tekanan ini menyebabkan merembesnya udara kecelah konstruksi bangunan. Perbedaan temperatur dan kelembaban antara udara luar dan udara didalam ruangan akan menyebabkan adanya perpindahan kalor. Pada bangunan yang tinggi selain infiltrasi juga bisa terjadi justru sebaliknya dimana udara dari ruangan yang dikondisikan merembes keluar ruangan dan peristiwa ini disebut ekfiltrasi. Untuk menghitung beban kalor dari udara infiltrasi dan ekfiltrasi dapat menggunakan persamaan sebagai berikut : Q S = 1,08 x cfm OA x panjang crack x (T OA T RM ) x BF Q L = 0,68 x cfm OA x panjang crack x (W OA W RM ) x BF Dimana : Q S Q L cfm = Beban kalor sensibel akibat udara infiltrasi (BTU/hr) = Beban kalor laten akibat udara infiltrasi (BTU/hr) = Perolehan udara infiltrasi akibat celah (ft 3 /menit) T OA = Temperatur udara luar ruangan ( o F) T RM = temperatur udara kamar atau ruangan ( o F) W OA = Kelembaban spesifik udara luar ruangan (gr/lb) W RM = Kelembaban relatif udara kamar atau ruangan (gr/lb) Universitas Mercu Buana 50

18 3.6 PERENCANAAN SALURAN UDARA Kontruksi Saluran Udara Dalam perencanaan saluran udara harus pula diperhatikan kontruksi saluran udara. Saluran udara harus dibuat sedemikian sehaingga : 1. Meminimumkan deformasi karena tekanan udara yang mengalir. 2. Meminimumkan getaran dan tingkat kebisingan udara pada saluran. 3. Memiliki tahanan aliran udara yang serendah rendahnya. 4. meminimumkan kebocoran udara Untuk keperluan penguat dan penggantung saluran dapat dipergunakan berbagai macam batang, siku dan bentuk lain yang terbuat dari baja Ukuran dan Lay-Out Saluran Udara Lay-out saluran udara sebaiknya direncanakan sesederhana mungkin demi pertimbangan ekonomi dan kemudahan balancing sistem. Juga sedapat mungkin Lay-out saluran udara dibuat self-balancing sehingga waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk balancing dapat dikurangi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanan ukuran penampang dan Lay-out saluran udara, diantaranya adalah : 1. Perolehan dan kehilangan panas pada saluran udara. Perolehan panas pada saluran udara suplai dan balik dapat menjadi besar nilainya. Semakin besar aspek rasio (perbandingan lebar dan tinggi saluran) dari saluran udara, semakin besar pula perolehan panas pada saluran udara. Juga saluran udara yang membawa jumlah udara sedikit dengan kecepatan rendah perolehan panasnya akan lebih besar. Oleh karena itu saluran udara diisolasi untuk menurunkan kerugian panas pada Universitas Mercu Buana 51

19 saluran udara. Selain itu, isolasi saluran udara berfungsi juga untuk mencegah kondensasi pada permukaan saluran udara. Dengan demikian perencanaan sistem saluran udara lebih baik dengan aspek rasio rendah dan kecepatan tinggi untuk meminimumkan perolehan panas pada saluran udara. 2. Aspek rasio saluran udara. Aspek rasio adalah rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari penampang saluran. Meningkatkan aspek rasio akan diikuti oleh meningkatnya biaya instalasi. Biaya awal dari saluran udara tergantung dari banyaknya material yang dipakai dan derajat kesulitan pembuatan saluran udara. Karena itulah saluran udara dirancang dengan aspek rasio kecil, bahan yang paling ringan dan kelas saluran udara yang terendah untuk meminimumkan biaya awal dan biaya operasi sistem. Namun tetap tahan terhadap korosi akibat terjadinya pengembunan. 3. Tahanan aliran udara Kerugian (losses) dalam sistem saluran udara adalah akibat transformasi irreversibel dari energi mekanik menjadi panas. Bentuk kerugian ini adalah kerugian gesek dan kerugian dinamik. Kerugian gesek disebabkan oleh viskositas udara dan sebagai hasil dari pertukaran momentum antar molekul dan antar partikel yang bergerak dengan kecepatan berbeda. Kerugian gesekan terjadi sepanjang saluran udara. Semakin tinggi aspek rasio semakin kecil diameter ekivalennya sehingga untuk laju alir udara yang tetap, kerugian gesekan akan semakin tinggi pula, akibatnya biaya operasi akan meningkat pula. Disamping itu semakin tinggi kecepatan aliran udara semakin tinggi pula kerugian gesekan udara. Adapun kerugian dinamik dihasilkan dari gangguan aliran udara oleh sambungan, Universitas Mercu Buana 52

20 belokan (elbow), inlet balik, outlet, nosel, sudu pengarah dan benda penghalang lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan arah dan perubahan luas penampang aliran udara. Karena itu dalam perancangan saluran udara diusahakan jumlah sambungan yang terbatas. Dan untuk menjamin aliran yang lebih sempurna digunakan damper pemisah atau damper volume. Kerugian aliran pada fitting umumnya dinyatakan dalam panjang ekivalen saluran udara lurus. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa harus ada kompromi antara luas penampang saluran udara dan kecepatan udara dengan kerugian gesekan saluran udara. Bila penampang saluran udara kecil (kecepatan udara tinggi), kerugian gesekan menjadi besar. Akibatnya fan yang harus dipilih menjadi lebih besar (atau putarannya lebih besar) dengan konsumsi energi yang lebih besar pula Metode Penentuan Ukuran Penampang Saluran Udara Seperti telah dibahas di atas, dalam setiap seksi saluran udara dimana udara mengalir terjadi kehilangan tekanan yang kontinu. Besar kerugian gesekan saluran udara ini tergantung dari kecepatan udara, ukuran penampang saluran udara, kekasaran permukaan dalam saluran udara dan panjang saluran udara. Ada dua jenis saluran udara (yang umum dipakai) menurut bentuk penampangnya, yakni saluran bulat dan segi empat. Dilihat dari efektivitas penampang saluran dalam mengalirkan udara, saluran berpenampang bulat jauh lebih efektif daripada saluran segi empat. Dengan demikian untuk mengalirakn sejumlah udara yang sama saluran bulat membutuhkan luas penampang yang lebih kecil, yang berarti diperoleh penghematan material Universitas Mercu Buana 53

21 saluran udara. Tetapi pembuatan saluran bulat umumnya lebih sulit sehingga harganya relatif lebih mahal. Karena adanya limitasi tempat menyimpan saluran udara dan kemudahan pembuatannya, maka saluran segi empat lebih banyak digunakan. Kecepatan aliran udara dalam perencanaan sistem saluran udara dibatasi pada nilai tertentu. Hal ini umumnya untuk mengurangi kebisingan akibat aliran udara yang mengalir terlalu cepat dan juga untuk membatasi kerugian gesekan sistem (terutama untuk memilih fan yang sesuai). Ada beberapa metode untuk menentukan ukuran saluran udara, yaitu : 1. Metode Reduksi Kecepatan (Velocity Reduction Method). Metode ini terdiri dari pemilihan kecepatan udara pada bagian keluaran fan (fan discharge) dan perencanaan secara progresif kecepatan kecepatan yang lebih rendah sepanjang saluran udara terutama setelah sambungan (fitting). Persyaratan tekanan statik yang harus diatasi fan ditentukan dengan perhitungan kerugian gesekan untuk saluran udara dengan sepanjang ekivalen yang besar. Metode ini sebaiknya hanya dipakai untuk lay-out yang amat sederhana. 2. Metode Gesekan Sama (Equal Friction Method) Dengan metode ini ukuran saluran udara ditentukan sedemikian sehingga kerugian tekanan per satuan panjang saluran ditentukan sedemikian rupa agar tingkat kebisingan saluran udara tersebut masih dapat ditolelir. Untuk menentukan kerugian tekanan statik yang harus diatasi fan, harus dihitung kerugian tekanan pada saluran udara yang memiliki tahanan aliran tertinggi. Metode ini baik untuk lay-out yang simetri karena balancing yang dibutuhkan sedikit. Jika lay-out tidak simetri, sistem Universitas Mercu Buana 54

22 membutuhkan banyak damper volume dan balancing sistem menjadi lebih sulit. 3. Metode Statik Regain (Static Regain Method) Prinsip dasar dari metode ini adalah untuk menentukan ukuran saluran udara sedemikian sehingga peningkatan tekanan statik atau static regain (karena pengurangan kecepatan) pada setiap cabang dan terminal udara akan dapat mengatasi kerugian gesekan pada saluran udara seksi berikutnya. Dengan prosedur perencanan ini akan terjadi tekanan statik yang relatif sama pada bagian awal (entrance) setiap cabang dan terminal, yang pada akhirnya akan memudahkan pemilihan unit terminal atau outlet dan balancing sistem. Kerugian metode ini adalah ukuran saluran udara yang relatif lebih besar daripada metode gesekan sama Kecepatan Udara Dalam Saluran Kecepatan udara di dalam saluran dibatasi berdasarkan rekomendasi tingkat kebisingan maksimum yang diijinkan untuk sistem saluran udara kecepatan rendah. Besar kecepatan udara maksimum untuk perkantoran misalnya adalah : - Saluran udara utama suplai = 2000 fpm - Saluran udara utama balik = 1600 fpm - Saluran udara cabang suplai = 1600 fpm - Saluran udara cabang balik = 1200 fpm Sedangkan untuk area industri seperti bengkel, pabrik dan sebagainya, kecepatan aliran maksimum yang direkomendasi ini dapat lebih tinggi. Universitas Mercu Buana 55

23 3.7 PERHITUNGAN MASSA UDARA DAN MASSA AIR PADA AHU Perhitungan Massa Udara pada AHU Beban udara ventilasi adalah salah satu faktor untuk menentukan massa udara pada AHU, karena udara ventilasi didapat tergantung dari luas ruangan, jumlah penghuni dan apa kegiatan dari penghuni tersebut sehingga banyaknya massa udara pada tiap tiap AHU harus sesuai dengan ketiga hal tersebut. Untuk menghitung massa udara pada tiap tiap AHU digunakan persamaan sebagai berikut : Q udara = m udara x CP udara x T udara Dimana : Q udara m udara = Beban ventilasi (BTU/hr) = Massa udara (lb/menit) CP udara = Panas jenis udara (BTU/lb 0 F) T udara = Selisih temperatur udara ( 0 F) Sedangkan T udara didapat dari selisih T OA (temperatur out door air) dengan T CA (temperatur chilled air). Dengan menggunakan psychrometric chart maka dapat ditentukan T OA. Karena apabila sedikitnya dua sifat udara diketahui, maka dapat diketahui yang lainnya melalui psychrometric chart Perhitungan Massa Air pada AHU Perhitungan massa air ini adalah agar dapat mengetahui berapa banyak jumlah air yang mengalir, laju aliran air, diameter pipa dan penurunan tekanan (pressure loss) pada pemipaan chiller water. Untuk menghitung massa air pada AHU digunakan persamaan sebagai berikut : M air x CP air x T air = m udara x CP udara x T udara Universitas Mercu Buana 56

24 Dimana : Q udara = m udara x CP udara x T udara dan didapat dengan perhitungan massa udara pada tiap tiap AHU M air = Massa air (lb/menit) CP air =Panas jenis air (BTU/lb 0 F) T air = Selisih temperatur air ( 0 F) Universitas Mercu Buana 57

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tata Udara [sumber : 5. http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id] Sistem tata udara adalah proses untuk mengatur kondisi suatu ruangan sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING 3.1 Perngertian dan Standar Pengkondisian Udara Bangunan Pengkondisian udara adalah suatu usaha ang dilakukan untuk mengolah udara dengan cara mendinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Sifat-sifat fisik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini akan dilakukan studi literatur dan pendalaman

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Tata Udara

Pengantar Sistem Tata Udara Pengantar Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA Data analisa dan perhitungan dihitung pada jam terpanas yaitu sekitar jam 11.00 sampai dengan jam 15.00, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara 24 BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah usaha untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara agar menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort) bagimanusia.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB III PERBAIKAN ALAT

BAB III PERBAIKAN ALAT L e = Kapasitas kalor spesifik laten[j/kg] m = Massa zat [kg] [3] 2.7.3 Kalor Sensibel Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah temperatur dari suatu subtansi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Mesin Pendingin Untuk pertama kali siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot pada tahun 1824. Sebelumnya pada tahun 1823, Cagniard de la Tour (Perancis),

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin U N I V E R S I T A S MERCU BUANA Disusun oleh : Nama : Ari Siswoyo

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER No. Vol. Thn.XVII April ISSN : 85-87 KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER Iskandar R. Laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN.

BAB III PERANCANGAN. BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Sistem refrigerasi kompresi uap paling umum digunakan di antara

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar Perpindahan Kalor 2.1.1. Umum Penukaran Kalor sering dipergunakan dalam kehidupan sehari hari dan juga di gedung dan industri. Contoh kegiatan penukaran kalor dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem Refrigerasi Kompresi Uap merupakan system yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng MULTIREFRIGERASI SISTEM Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng SIKLUS REFRIGERASI Sistem refrigerasi dengan siklus kompresi uap Proses 1 2 : Kompresi isentropik Proses 2 2 : Desuperheating Proses 2 3 : Kondensasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kondensor Kondensor adalah suatu alat untuk terjadinya kondensasi refrigeran uap dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kondensor sebagai alat penukar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1) BAB II DASAR TEORI 2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect Cooling System) Sistem pendinginan tidak langsung (indirect Cooling system) adalah salah satu jenis proses pendinginan dimana digunakannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR Arif Kurniawan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang; Jl.Raya Karanglo KM. 2 Malang 1 Jurusan Teknik Mesin, FTI-Teknik Mesin

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK Rio Bagas Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²)

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²) BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Beban Pendingin AC Sentral Lantai = 1 Luas = 154 m² Kondisi = CDB CWB R Kg/kg Luar ruangan = 33 27 7,24 Dalam ruangan = 24 16 45,11 Selisih = 9 11 25,13

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN 1 Amrullah, 2 Zuryati Djafar, 3 Wahyu H. Piarah 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Bosowa, Makassar 90245,Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap Sistem refrigerasi yang umum dan mudah dijumpai pada aplikasi sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, komersial dan industri adalah sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pendinginan

Konsep Dasar Pendinginan PENDAHULUAN Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Refrigerasi adalah proses pengambilan kalor atau panas dari suatu benda atau ruang tertutup untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk dari energi,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No.

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi temperatur permukaan kulit) Termografi dengan prinsip fotokonduktivitas:

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4 BAB II TEORI DASAR Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara dan

Lebih terperinci

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, adsorpsi, dan penguapan (4 1) : Selama periode ini, sorber yang terus melepaskan panas ketika sedang terhubung ke evaporator,

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy, Pengaruh Kecepatan Udara Pendingin Kondensor Terhadap Kooefisien Prestasi PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING Marwan Effendy Jurusan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR Untuk mengenalkan aspek-aspek refrigerasi, pandanglah sebuah siklus refrigerasi uap Carnot. Siklus ini adalah kebalikan dari siklus daya uap Carnot. Gambar 1.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI Darwis Tampubolon *), Robert Samosir **) *) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan **) Staf Pengajar Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan Abstrak Refrigerasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA 2.1 Konsep Dasar Thermodinamika Energi merupakan konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam analisa teknik. Sebagai gagasan dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Sistem Termodinamika Sistem termodinamika adalah bagian dari seluruh jagat raya yang harus diperhitungkan. Klasifikasi dari sistem termodinamika berdasarkan pada sifat-sifat batas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Tata Udara Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian umum. Refrigerasi adalah aplikasi dari hukum ke dua Termodinamika yang. dinyatakan oleh Clausius.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian umum. Refrigerasi adalah aplikasi dari hukum ke dua Termodinamika yang. dinyatakan oleh Clausius. 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian umum Refrigerasi adalah aplikasi dari hukum ke dua Termodinamika yang dinyatakan oleh Clausius. adalah hal yang tidak mungkin untuk membangun suatu alat yang beroperasi

Lebih terperinci