STRATEGI PENYIDIK CYBER CRIME POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENYIDIK CYBER CRIME POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017 Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani (Nanung Nugroho Indaryanto) STRATEGI PENYIDIK CYBER CRIME POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA JAWA TENGAH Nanung Nugroho Indaryanto *, Akhmad Khisni ** * Mahasiswa Magister (S-2) Ilmu Hukum UNISSULA Semarang nni.8204@gmail.com ** Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang ABSTRACT Online gambling game is very popular due to gambling by using the mode / methode online gambling is very easy to access. The issues discussed are how mechanisms, obstacles, and strategies of online gambling crime investigation conducted by Cybercrime Unit investigator Subdit II Ditreskrimsus Polda Central Java. The approach method used in this research is normative juridical approach method. The results showed in conducting investigations using modern technology. There are still many obstacles faced by the investigator, namely the lack of strict rule of law, lack of understanding of the investigator, causing problems such as misunderstanding. The strategy of the investigator is to do the planning with the evidence of a mature start and always do the title of the case. Keywords: Cyber Crime Investigator, Police, Online Gambling A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam hal perjudian online pemerintah berupaya memberantas kegiatan judi online sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa judi online tidak terpantau oleh hukum. Hukum di Indonesia telah mengatur tentang perjudian yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, PP No 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan UU No 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang- Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). 1 Di wilayah Jawa Tengah perjudian online merupakan hal yang sudah tidak asing lagi. Perjudian online merambah dari masyarakat kalangan atas hingga kalangan bawah. Seperti yang diberitakan oleh berita online Solo Pos, Senin,29 Mei 2017 bahwa perjudian jenis online Sudah marak di Jawa Tengah Khususnya di Temanggung. Kapolres Temanggung AKBP 1 Widyopramono, 1994, Kejahatan Di Bidang Komputer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. hlm

2 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No.1 September 2017 : Maesa Soegriwo di Temanggung, Minggu (28/5/2017), memaparkan terungkapnya kasus judi online di wilayah hukum yang menjadi tanggung jawabnya itu bermula dari patroli yang dilakukan oleh anggota Satreskrim sekaligus menindaklanjuti adanya informasi tentang adanya permainan judi online di warnet setempat. Di warnet Galaxi dapat ditangkap satu pelaku judi online jenis roullete dan di Warnet Doom dibekuk dua pelaku judi online jenis poker, katanya.. 2 Dalam penelitian ini fenomena masalah yang diangkat adalah kejadian kurun waktu antara awal Tahun 2015 sampai dengan bulan Februari Dimana Pada hari kamis tanggal 4 Februari 2016, petugas Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng mendapat informasi dari masyarakat bahwa di Wilayah Kendal banyak beredar perjudian menggunakan media elektronik disertai menggunakan jaringan internet. Kemudian petugas Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng menindaklanjuti informasi tersebut dengan melakukan penyelidikan ke Kendal untuk mengecek informasi dari masyarakat. Dari permasalahan diatas, jelas pada pelaku telah melanggar Pasal 45 Ayat (1) jo Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan menghasilkan kesimpulan bahwa setiap orang yang sengaja dan tanpa hak, yaitu mendistribusikan, mentransmisikan, membuat dapat diaksesnya informasi elektronik atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian. Hubungan rumusan tindak pidana perjudian online dalam Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE dikhususkan untuk menjerat pelaku perjudian serta penyedia jasa perjudian tersebut yang dilakukan melalui dunia maya, sedangkan untuk perjudian biasa yang tidak dilakukan melalui media komputer atau dunia maya, maka pelaku dijerat dengan Pasal 303 KUHP. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Strategi Penyidik Cyber Crime Polri dalam Menangani Tindak Pidana Perjudian Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mekanisme penyidikan tindak pidana judi online yang dilakukan oleh penyidik unit cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah?

3 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017 Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani (Nanung Nugroho Indaryanto) 2. Hambatan apa yang dihadapi oleh penyidik unit cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan penyelidikan tindak pidana terkait tindak pidana judi online di Wilayah Hukum Polda Jawa tengah? 3. Bagaimana strategi penyidik cyber crime Polri mengatasi hambatan dalam menangani tindak pidana perjudian online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah? C. PEMBAHASAN 1. Mekanisme Penyidikan Tindak Pidana Judi Online Yang Dilakukan Oleh Penyidik Unit Cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah Penyidikan berfungsi sebagai teknis reserse kepolisian yang mempunyai tujuan membuat suatu perkara menjadi jelas, yaitu dengan mencari dan menemukan kebenaran materiil yang selengkap-lengkapnya mengenai suatu perbuatan pidana atau tindak pidana yang terjadi. 3 Judi adalah perbuatan berbahaya, karena dampaknya, seseorang yang baik dapat menjadi jahat, seseorang yang giat dan taat dapat menjadi jahil, malas bekerja, malas mengerjakan ibadah, dan terjauh hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi orang pemalas, pemarah, matanya merah, badannya lemas dan lesu dan hanya berangan-angan kosong. Dan dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau bekerja mencari rizki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap kalau-kalau mendapat kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang kaya karena berjudi. Malah sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin karena judi, banyak pula rumah tangga yang aman dan bahagia tiba-tiba hancur karena judi.4 Proses hukum yang berlaku diharapkan dapat mampu menegakkan aturan hukum dengan tegas melalui manajemen penyidikan yang sudah diatur agar dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dan pengendalian terhadap tindak pidana yang terjadi khususnya di wilayah Jawa Tengah. Metode yang digunakan Unit Cyber crime Subdit II Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah adalah sebagai berikut: a. Menerima Laporan dari Masyarakat 3 Abdul Mun in Idries dan Agung Legowo Tjiptomartono, 1982, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, hlm Zaini Dahlan, 1995, UII, Al-Qur an dan Tafsirnya, jilid. 1, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, hlm

4 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No.1 September 2017 : Proses awal kepolisian untuk melakukan tindakan adalah dari hasil laporan masyarakat yang mengetahui adanya transaksi perjudian online, kemudian masyarakat menceritakan kejadian dengan sebenarnya kepada penyidik Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus polda Jawa Tengah yang telah diketahui dan dilihat secara langsung di hadapan penyidik mengenai kasus perjudian bola online. Dari laporan masyarakat tersebut akan ditindak lanjuti oleh penyidik dalam proses penyidikan/penyelidikan. Dalam praktiknya, biasanya pertama-tama penyidik akan melacak pelaku dengan menelusuri alamat situs internet yang digunakan untuk melakukan perjudian, provider dan Bank untuk mencari dan menemukan bahwa kasus tersebut adalah tindak pidana. Setelah saksi dan barang bukti terkumpul barulah kepolisian melanjutkan perkara tersebut ke tingkat penyelidikan dan penyidikan. b. Melakukan penyelidikan Di dalam melakukan proses Penyelidikan terhadap tindak pidana perjudian online Penyidik Polda Jawa Tengah melakukan kerjasama dengan satuan Polres, Polsek, Polda Jawa Tengah, dan Mabes Polri agar supaya mempermudah mendapatkan informasiinformasi yang dapat mendukung untuk menangkap pelaku kasus jaringan perjudian online. Proses penyelidikan ini bertujuan untuk menentukan dapat tidaknya penanganan selanjutnya yaitu tahap penyidikan. Dalam menyelidiki kebenaran adanya tindak pidana perjudian bola online, kepolisian lebih dahulu melakukan penyelidikan melalui internet dengan cara menelusuri website-website yang terkait dengan situs perjudian bola. Banyak website di internet yang menawarkan perjudian bola online ini, seperti misal pada situs dan Kepolisian dituntut untuk mencari, mengamati, melacak, serta menganalisis mengenai apakah tindak pidana tersebut benar-benar ada dan termasuk dalam ruang lingkup tindak pidana perjudian bola melalui internet atau hanya termasuk tindak pidana perjudian biasa. c. Melakukan penyidikan Proses penyidikan dilakukan oleh kepolisian dengan tujuan untuk mengumpulkan bukti, dengan adanya bukti tersebut membuat terang suatu tindak pidana perjudian bola online guna mengetahui tersangkanya. Penyidik bisa menetapkan seseorang sebagai tersangka perjudian online jika setelah dilakukan pemeriksaan dan telah memenuhi syarat 200

5 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017 Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani (Nanung Nugroho Indaryanto) sebagai tersangka dengan bukti-bukti yang ada. Di dunia internet sendiri banyak situs yang bisa diakses oleh semua orang, seperti misal pada situs dan Di dalam situs tersebut ada yang menawarkan sendiri dengan nomor telepon, pin Blackberry Messenger, sehingga para pelaku sangat mudah untuk melakukan perjudian online. 5 Di samping menggunakan internet dalam berkomunikasi dengan member, admin situs perjudian online itu menggunakan handphone dengan nomor tertentu yang digunakan antar member. Ada juga pelaku yang bisa diajak melakukan transaksi secara bertemu langsung, dari situ penyidik menjebak pelaku dan langsung menangkap pelaku, serta melakukan penggeledahan lalu langkah penyidik selanjutnya adalah membuktikan secara teknis perbuatan tersebut. Dari hasil wawancara dengan penyidik Unit Cybercrime Subdit II Reskrimsus Polda Jawa Tengah alat bukti yang biasanya ditemukan dalam pencarian dan pengumpulan alat bukti perjudian melalui internet antara lain handphone, laptop, modem, rekening, rekening Koran, M-Banking, dan kartu ATM. Biasanya juga kebanyakan dari pelaku membuang buku tabungannya karena yang dipakai merupakan rekening fiktif. Selain itu juga pelaku melakukan transaksi melalui untuk mentransfer data, dalam hal ini pelaku biasanya tidak memberitahukan password tersebut sehingga penyidik melakukan koordinasi terkait pemecahan kode dengan Mabes Polri. d. Penangkapan Penangkapan pelaku perjudian online dilakukan setelah adanya bukti permulaan yang cukup. Sebagaimana diatur pada Keputusan Kapolri No. Pol.SKEP/04/I/1982, , bahwa bukti permulaan yang cukup merupakan keterangan dan data yang terkandung di dalam dua diantaranya : Laporan Polisi, BAP di tempat kejadian perkara, Laporan Hasil Penyelidikan (LHP), Keterangan Saksi atau Ahli dan Barang Bukti. Pada penangkapan yang dilakukan dalam perjudian online ini dari hasil wawancara dengan penyidik Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dilakukan setelah menerima laporan dari warga masyarakat dan melakukan penyamaran (under cover) untuk menjebak pelaku perjudian online. 5 Indra Safitri, Tindak Pidana Di Dunia Cyber dalam Insider, Legal Jurnal Forum Indonesia Capital & Invesment Market. 201

6 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No.1 September 2017 : e. Penggeledahan dan Penyitaan Menurut wawancara dengan penyidik Polda Jawa Tengah penggeledahan dilakukan setelah penangkapan Penyitaan, sesuai dengan Pasal 38 KUHAP harus dengan ijin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, berlaku sebaliknya bila dalam keadaan mendesak, yaitu penyitaan dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri. Penyitaan dilakukan sebelum mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri agar dapat segera dilaksanakan pemeriksaan lebih lanjut terhadap barang bukti dan mengingat barang bukti yang diperoleh dari pelaku perjudian bola onlinesangat mudah untuk dimusnahkan. Barang bukti yang biasanya diperoleh dari penyitaan perjudian bola online berupa handphone, laptop, modem, rekening, rekening Koran, M-Banking, dan kartu ATM. f. Penahanan Menurut keterangan penyidik Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dilakukannya penahanan karena memenuhi ketiga unsur tersebut. 1) Unsur yuridis yaitu, Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 2) Unsur merusak dan menghilangkan barang bukti. Mengingat barang bukti dalam tindak pidana perjudian bola online ini sangat mudah untuk dihilangkan oleh pelaku. 3) Penahanan terhadap pelaku telah memenuhi syarat undang-undang yang terdapat pada Pasal 21 ayat (1) KUHAP, yaitu diduga keras sebagai pelaku tindak pidana perjudian online, dan dugaan tersebut didasarkan pada bukti yang cukup, sebagaimana telah disebutkan pada bagian penyitaan di atas. g. Melimpahkan Berkas Perkara Dan Tersangka Ke Kejaksaan. Tahap akhir dari kepolisian dalam menangani tindak pidana perjudian melalui internet adalah melimpahkan berkas perkara beserta barang bukyi berupa barang bukti elektronik dan alat-alat elektronik yang digunakan oleh tersangka serta tersangka atau pelaku tindak pidana perjudian bola melalui internet, berikut ini adalah tahap-tahap pelimpahan perkara kepada kejaksaan : 1) Melengkapi Administrasi yang Diperlukan Dalam Pemberkasan. 2) Pengiriman Berkas Perkara ke Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah (Tahap I) 3) Kejaksaan Memeriksa Kelengkapan Berkas Perkara. 4) Pengiriman Tersangka dan Barang Bukti ke Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah (Tahap II) 202

7 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017 Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani (Nanung Nugroho Indaryanto) 2. Hambatan Yang Dihadapi Oleh Penyidik Unit Cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah Dalam Pelaksanaan Penyelidikan/Penyidikan Tindak Pidana Terkait System Peradilan Pidana Berdasarkan wawancara hambatan yang dihadapi oleh penyidik unit cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan penyelidikan tindak pidana judi online, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Aturan Hukum Yang Kurang Tegas Aturan hukum yang belum tegas karena belum adanya Undang Undang secara khusus yang mengatur penegakan hukum tindak pidana perjudian online. Kelemahannya karena dalam penegakan hukum bagi pelaku judi online masih berpedoman pada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang di revisi menjadi UU No.16 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi b. Masih Kurangnya Koordinasi Antara Penyidik Kurangnya koordinasi dari pihak penyidik dikarenakan para penyidik masih banyak menangani kasus yang berbeda beda dan masih terbatasnya jumlah penyidik khusus yang menangani perjudian online. c. Terbatasnya Sumber Daya Manusia Pihak Penyidik Seharusnya pihak penyidik diberikan pelatihan agar mempunyai keahlian di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat membantu dalam menjalankan tugas sehari-hari. Seharusnya dalam satu kasus Tindak Pidana judi online yang ditangani setidaknya ada lebih kurang 6(enam) personel penyidik yang melakukan penyidikan agar proses hukum dalam penyidikan dapat berjalan dengan baik dan dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin dan cepat. Pada saat ini di wilayah hukum Polda Jawa Tengah untuk melakukan penyidikan judi online masih ditangani oleh penyidik sebanyak 4 personil penyidik dalam setiap kasus judi online dikarena terbatasnya jumlah penyidik di Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah. d. Kurang Memadainya Sarana Dan Prasarana Penyidik Sarana dan prasarana sebagai pendukung dari pekerjaan pihak penyidik adalah adanya alat bantu dalam penyelidikan dan penyidikan seperti teknologi canggih untuk mendeteksi keberadaan pelaku tindak pidana melalui HP /Cek Posisi HP, Software extract 203

8 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No.1 September 2017 : data dan Kurang memadainya sarana dan prasarana sebagai penunjang pihak penyidik, maka akan berdampak kurang maksimalnya upaya pihak penyidik dalam melakukan penyidikan. e. Harus Adanya Evaluasi Kinerja Dari Penyidik Evaluasi yaitu dengan melihat bagaimana kinerja dari setiap penyidik yag diberikan tugas sesuai perintah dan jabatan, Seorang Kanit diberikan tanggung jawab untuk mengawasi kinerja anggotanya apakah tugas penyidikan yang dilakukan sudah maksimal sesuai tugasnya masing-masing atau masih belum melaksanakan tugas secara maksimal. Pelaksanaan evaluasi kinerja dari penyidik pada saat ini sering mengalami hambatan karena banyaknya kasus yang masuk dan setiap penyidik banyak menangani berbagai macam kasus sehingga proses penyidikan menjadi lama dan tidak fokus karena beban perkara kasus yang banyak. Adapun upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi kendala /Hambatan dalam Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Judi Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah diantaranya sebagai berikut : a. Adanya aturan Hukum Yang Tegas Pihak berwenang diharapkan untuk dapat selalu mengusulkan/mengevaluasi aturan-aturan hukum yang sudah berjalan, agar pelaksanaannya bisa diterapkan dengan benar dan sesuai perkembangan jaman, sehingga faktor yang menjadi penghambat dapat diatasi sebaik mungkin. 6 b. Meningkatkan Koordinasi Antara Penyidik Koordinasi antar penyidik dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan gelar perkara dengan melibatkan pihak pihak intern maupun ekstern antar penyidik. 7 c. Meningkatkan Kemampuan Pihak Penyidik Salah satu hal yang bisa dilakukan agar dapat meningkatkan kemampuan penyidik adalah Pendidikan kejuruan dan pelatihan khusus penyidik terutama yang berkaitan dengan Pengungkapan Tindak pidana judi online dapat dilaksanakan di lembaga pendidikan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyidik tentang proses penyidikan yang sesuai dengan aturan hukum. 6 Hasil Wawancara dengan Iptu Endro Prabowo,S.Kom selaku Panit II Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, Tanggal 7 April Wawancara dengan Kompol Andis Arfan Tofani, SH, MH, Kanit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah, Tanggal 20 Juli

9 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017 Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani (Nanung Nugroho Indaryanto) d. Meningkatkan Infrastruktur Sebagai salah satu penunjang dalam melaksanakan tugas penyidikan dengan baik seperti menggunakan kamera CCTV di setiap ruas jalan dan menggunakan alat deteksi pengintai kejahatan, pelacak posisi via nomor HP maupun IP address dan melacak jejak setiap penyidik. 3. Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani Tindak Pidana Perjudian Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode penyidikan akan menentukan apakah hasil penyidikan itu dapat diterima sebagai alat bukti dalam persidangan atau tidak (due process model). a. Perencanaan Penyidikan Tahap pertama dalam suatu penyidikan adalah membuat rencana penyidikan. Rencana penyidikan ini dibuat agar dari awal dapat ditentukan arah dari suatu penyidikan, cara yang akan digunakan, personil yang akan digunakan, dan jangka waktu yang dibutuhkan dalam suatu penyidikan. 1) Penyelidikan (Prelimery investigation) 2) Gelar perkara (tertutup) b. Pelaksanaan Penyidikan 1) Bukti permulaan yang cukup (Laporan Polisi dan 2 alat bukti yang sah) 2) Rencana penyidikan Jika ada seseorang disangka atau didakwa telah melakukan perjudian dalam ruang siber maka Aparat Penegak Hukum harus membuktikan bahwa orang tersebut telah memenuhi seluruh unsur yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU ITE, yaitu: (i) adanya kesengajaan dan tidak adanya hak (ii) adanya perbuatan mendistribusikan, mentransmisikan, atau membuat dapat diaksesnya Informasi atau Dokumen Elektronik, (iii) terkandung muatan perjudian dengan menggunakan alat-alat bukti yang diatur dalam perundang-undangan. Pasal 5 UU ITE mengatur bahwa informasi atau dokumen elektronik, atau hasil cetaknya (yaitu hasil cetak dari informasi dan dokumen elektronik) dapat dijadikan alat bukti hukum yang sah. Informasi elektronik atau dokumen elektronik, atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. 205

10 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No.1 September 2017 : Informasi elektronik, dokumen elektronik, dan hasil cetaknya dapat dijadikan alat bukti sepanjang dapat dijaga, antara lain, keutuhan dan ketersediaan dari informasi atau dokumen elektronik tersebut. Lebih lanjut, menurut AKBP Teddy Fanani, S.IK, mengemukakan bahwa apabila seseorang tetap mengembangkan/membuat website perjudian tersebut, maka orang tersebut dapat diancam pidana oleh beberapa pasal peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di antaranya adalah ketentuan Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE ), yang melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. Ancaman pidana bagi pelanggaran Pasal 27 ayat (2) UU ITE, diatur dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE yaitu pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar. 8 Jadi, berdasarkan penjelasan sebelumnya, kegiatan mengembangkan/membuat website yang memuat perjudian adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundangundangan dan dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membangun website perjudian tersebut. D. PENUTUP 1. Mekanisme penyidikan tindak pidana judi online yang dilakukan oleh penyidik unit cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah yaitu menerima laporan dari masyarakat, melakukan penyelidikan, melakukan penyidikan, penangkapan, penggeledahan dan penyitaan, penahanan, melimpahkan berkas perkara dan tersangka ke kejaksaan. 2. Hambatan yang dihadapi oleh penyidik unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan penyelidikan tindak pidana terkait system peradilan pidana antara lain aturan hukum yang kurang tegas, masih kurangnya koordinasi antara penyidik, terbatasnya sumber daya manusia pihak penyidik, kurang memadainya sarana dan prasarana penyidik, dan harus adanya evaluasi kinerja dari penyidik. Adapun upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi kendala /Hambatan dalam Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Judi Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah diantaranya adanya Juni Hasil wawancara dengan AKBP Teddy Fanani,SIK Kasubdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, pada tanggal

11 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No. 1 September 2017 Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani (Nanung Nugroho Indaryanto) aturan hukum yang tegas dan khusus, meningkatkan koordinasi antara penyidik, meningkatkan kemampuan pihak penyidik, meningkatkan infrastruktur. 3. Strategi penyidik cyber crime polri dalam menangani tindak pidana perjudian online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah yaitu melakukan proses penyelidikan hanya berupa informasi elektronik dan dokumen elektronik, karena Tempat Kejadian Perkara (TKP) terjadi di dalam internet maka penyidik menelusuri dan mengamati dengan menggunakan internet serta jika diperlukan penyidik mengadakan kerjasana dengan instansi lain yang terkait dalam perjudian bola melalui internet, jika di dalam kasus ini ditemukan tidak cukup bukti maka proses penyelidikan dihentikan dengan Laporan Hasil Penyelidikan (LHP). Buku: DAFTAR PUSTAKA Abdul Mun in Idries dan Agung Legowo Tjiptomartono, 1982, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta. Widyopramono, 1994, Kejahatan Di Bidang Komputer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Zaini Dahlan, 1995, UII, Al-Qur an dan Tafsirnya, jilid. 1, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Perundang-undangan: Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Artikel: Indra Safitri, Tindak Pidana Di Dunia Cyber dalam Insider, Legal Jurnal Forum Indonesia Capital & Invesment Market. Internet: di akses pada 7 Juni akses 7 Juni

12 Jurnal Reformasi Hukum Vol. 1. No.1 September 2017 : akses 7 Juni diakses pada tanggal 29 Juni 2017.Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Wawancara: Hasil Wawancara dengan Iptu Endro Prabowo,S.Kom selaku Panit II Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, Tanggal 7 April 2017 Hasil wawancara dengan AKBP Teddy Fanani,S.IK Kasubdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, pada tanggal 26 Juni 2017 Wawancara dengan Kompol Andis Arfan Tofani, SH, MH, Kanit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah, Tanggal 20 Juli

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik?

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik? LAMPIRAN A. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Penanggulangan Tindak Pidana Judi Online Yang Dilakukan Penyidik Subdit III Unit I Tipidum Dan Unit Cyber Crime Mabes Polri, Sebagai Berikut: 1. Apakah

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I. Daftar Pertanyaan kepada Unit IV Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I. Daftar Pertanyaan kepada Unit IV Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I Daftar Pertanyaan kepada Unit IV Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah mengenai tindak pidana pornografi di media sosial. Pertanyaannya antara lain: 1. Siapakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. 5 KEPENTINGAN HUKUM YANG HARUS DILINDUNGI (PARAMETER SUATU UU MENGATUR SANKSI PIDANA) : 1. NYAWA MANUSIA. 2.

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Oleh: Gerson Dullosa Utama 14111053 Daftar Isi Daftar Isi... 2 BAB I... 3 1.1 Informasi Berita Pelanggaran Kode Etik di Dunia

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum. 49 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Dit.Reskrimsus) mengalami banyak kendala dalam penanganan dan pengungkapan tindak pidana kejahatan dan penipuan melalui internet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung meningkat. Semakin pintarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE Disusun oleh : WISNU MURTI NPM : 08 05 09883 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BAB III KEDUDUKAN PERKARA. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Malang Nomor : 617/Pid.B/2010/PN.MLG. U m u r : 53 tahun /29 April 1957

BAB III KEDUDUKAN PERKARA. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Malang Nomor : 617/Pid.B/2010/PN.MLG. U m u r : 53 tahun /29 April 1957 46 BAB III KEDUDUKAN PERKARA Putusan Hakim Pengadilan Negeri Malang Nomor : 617/Pid.B/2010/PN.MLG A. Identitas Terdakwa Nama lengkap Tempat lahir : ARYANADA Als. SAK FUI : Pemangkat U m u r : 53 tahun

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika Alamat: Kampus I, Jl. Wates. Km. 10 Yogyakarta. 55753. Telp.(0274) 649212,649211,Fax.(0274)-649213.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tindakan cyber bullying dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindakan cyber bullying dapat dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar-Belakang Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017 KAJIAN YURIDIS TINDAK PIDANA DI BIDANG PAJAK BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN 1 Oleh: Seshylia Howan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5 Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 3.5.1 Kewenangan Penyidikan oleh BNN Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 52/2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik 1 Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik Novelina M.S. Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Penyidikan suatu tindak pidana adalah merupakan

Lebih terperinci

Muatan yang melanggar kesusilaan

Muatan yang melanggar kesusilaan SKRIPSI HUKUM PIDANA Pasal 27 Jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE: Distribusi, membuat dapat diaksesnya konten tertentu yg Ilegal - Author: Swante Adi Pasal 27 Jo Pasal 45 ayat (1) UU ITE: Distribusi, membuat

Lebih terperinci

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Kejahatan E-Commerce Kasus Penipuan Online Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat

Lebih terperinci

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI IMade Widiasa Pembimbing : I ketut Rai Setiabudhi A.A Ngurah Wirasila Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI Disusun Oleh : MICHAEL JACKSON NAKAMNANU NPM : 120510851 Program Studi : Ilmu Hukum Program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ADMINISTRASI PENYIDIKAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya upaya yang dilakukan dalam pembuktian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia PENGERTIAN PERADILAN Peradilan adalah suatu proses yang dijalankan di pengadilan yang

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN POLTABES LOCUSNYA KOTA BESAR KEJAKSAAN NEGERI KOTA PENGADILAN NEGERI PERISTIWA HUKUM PENGADUAN LAPORAN TERTANGKAP TANGAN PENYELIDIKAN, PEYIDIKAN BAP Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto

BAB IV. A. Proses Pembuktian Pada Kasus Cybercrime Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Juncto BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN SECARA ELEKTRONIK DALAM PERKARA CYBER CRIME DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR II TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Negara juga menjunjung tinggi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERBAIKAN DR SETUM 13 AGUSTUS 2010 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIKAN BAGI PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN

Lebih terperinci

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta [ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta Anggota Kelompok Wisnu R. Riyadi Yuwono F. Widodo Fathur Rahman Yherry Afriandi Rendy Pranalelza Pengertian Cybercrime

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-

ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG- 62 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin lama semakin bertambah membuat perkembangan teknologi informasi semakin pesat. Berdasarkan perkembangan yang masih terus berjalan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral bangsa dan merugikan seluruh lapisan masyarakat, sehingga harus dilakukan penyidikan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu keberhasilan dalam penegakan hukum di Indonesia, khususnya dalam peradilan pidana. Salah satu pembuka

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang dibuat oleh penguasa untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang membedakan

Lebih terperinci

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013 LAMPIRAN PASAL-PASAL RUU KUHAP PELUMPUH KPK Pasal 3 Pasal 44 Bagian Kedua Penahanan Pasal 58 (1) Ruang lingkup berlakunya Undang-Undang ini adalah untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam lingkungan

Lebih terperinci

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No

2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi perkembangan dan kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling menonjol adalah dengan hadirnya

Lebih terperinci

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto * Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum Cakra Nur Budi Hartanto * * Jaksa Kejaksaan Negeri Salatiga, mahasiswa Magister (S-2) Ilmu Hukum UNISSULA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global

BAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai suatu proses yang membawa seluruh penduduk di dunia menjadi suatu masyarakat global (global society). Selanjutnya, global society dipandang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, artinya segala tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus berdasarkan hukum yang berlaku di negara Indonesia. Penerapan hukum

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana. 22 BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, BENTUK UMUM VISUM ET REPERTUM, DAN VISUM ET REPERTUM MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM A. Tinjauan Umum Penyidikan a. Pengertian Berdasarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN Diajukan oleh: JEMIS A.G BANGUN NPM : 100510287 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG 2.1 Bentuk Kejahatan Narkotika Kejahatan adalah rechtdelicten, yaitu perbuatan-perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat dan perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya tindak pidana korupsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap yang dilakukan oleh pelakunya. Dalam realita sehari - hari, ada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan- peraturan yang menentukan perbuatan apa saja yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan

Lebih terperinci

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2016 BPKP. Pengaduan. Penanganan. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Peradilan Pidana Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan pidana, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan serta Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, telah membawa berbagai dampak dan perubahan dalam kehidupan manusia. Globalisasi sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1 Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1 I. PENDAHULUAN Sebagai akibat aktivitas perekonomian dunia, akhir-akhir ini pemanfaatan hutan menunjukkan kecenderungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akibat kemajuan teknologi baik dibidang informasi, politik, sosial, budaya dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap tujuan kuantitas dan kualitas tindak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan tugas sehari-hari dikehidupan masyarakat, aparat penegak hukum (Polisi, Jaksa dan Hakim) tidak terlepas dari kemungkinan melakukan perbuatan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016 PERTIMBANGAN YURIDIS PENYIDIK DALAM MENGHENTIKAN PENYIDIKAN PERKARA PELANGGARAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA JAMBI Islah 1 Abstract A high accident rate makes investigators do not process

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMORxxxxTAHUN 2015 TENTANG MANAJEMEN PENEGAKAN HUKUM BIDANG POS DAN TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur bahwa dalam beracara pidana, terdapat alat bukti yang sah yakni: keterangan Saksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan Undang-undang No. 8 tahun 1981 yang disebut dengan Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP), menjelaskan

Lebih terperinci

1. Penerapan KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

1. Penerapan KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor Sifat Lampiran Perihal B-1179 E EJPtO7t2008 Biasa 1 (satu) eksemplar Pola Penanganan Perkara Tlndak Pidana lnformasi dan Transaksi Elektronik Jakarta, 01

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual

Lebih terperinci

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan No.655, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Koordinasi. Aparat Penegak Hukum. PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG MENTERI HUKUM DAN HAM JAKSA

Lebih terperinci

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR 2.1. Penyidikan berdasarkan KUHAP Penyidikan merupakan tahapan penyelesaian perkara pidana setelah penyelidikan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGELEDAHAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan wawancara dengan responden yang berkaitan dengan Analisis Yuridis Penyidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kasus Korupsi sering kali berhubungan erat dengan tindak pidana pencucian uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

Lebih terperinci

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL Dosen : Yudi Prayudi S.Si., M.Kom Oleh : Nama : Achmad Syauqi NIM : 15917101 MAGISTER

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasar atas kekuasaan

Lebih terperinci

CYBER LAW & CYBER CRIME

CYBER LAW & CYBER CRIME CYBER LAW & CYBER CRIME Di susun Oleh: Erni Dwi Larasati ( 18120251 ) Desi Nur Anggraini ( 12129972 ) Kelas: 12.4B.04 DEFINISI CYBER CRIME Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 381/Pid.B/2014/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan Penyelidik. Dalam Pasal 1 angka 1 KUHAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Sebagai contoh, teknologi internet bisa memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Sebagai contoh, teknologi internet bisa memberikan pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi ternyata tidak hanya membawa dampak positif bagi masyarakat. Sebagai contoh, teknologi internet bisa memberikan pengaruh negatif bagi

Lebih terperinci

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

Pemeriksaan Sebelum Persidangan Pemeriksaan Sebelum Persidangan Proses dalam hukum acara pidana: 1. Opsporing (penyidikan) 2. Vervolging (penuntutan) 3. Rechtspraak (pemeriksaan pengadilan) 4. Executie (pelaksanaan putusan) 5. Pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti pemalsuan Kartu Keluarga, KTP ganda, Akta Kelahiran ganda, dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti pemalsuan Kartu Keluarga, KTP ganda, Akta Kelahiran ganda, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia memiliki persebaran yang tidak merata.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Kejaksaan a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 308/PID/2017/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat banding

Lebih terperinci

KAJIAN NORMATIF TERHADAP DUALISME KEWENANGAN PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI ANTARA KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK

KAJIAN NORMATIF TERHADAP DUALISME KEWENANGAN PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI ANTARA KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK KAJIAN NORMATIF TERHADAP DUALISME KEWENANGAN PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI ANTARA KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi informasi.fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO: 51 /PID.B/2014/PN-SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO: 51 /PID.B/2014/PN-SBG P U T U S A N NO: 51 /PID.B/2014/PN-SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang memeriksa dan mengadili perkara pidana biasa pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci