PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN Abstrak"

Transkripsi

1 PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN Vicky Suzie Mirella 1 Kharles 2 Kaksim 3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya peran seorang pemimpin dalam perkembangan sebuah kota. Atas dasar permasalahan tersebut penelitian ini difokuskan kepada bentuk-bentuk kebijakan selama kota Padang dipimpin oleh Syahrul Udjud selama dua periode. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan kota Padang selama kepemimpinan Syahrul Udjud tahun Jenis penelitian yang digunakan adalah pertama heuristik atau tahap pengumpulan data atau sumber. Untuk mendapatkan data atau berbagai sumber yang relevan dengan penelitian sumber primer seperti dokumen dan wawancara kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam permasalahan. Kedua, kritik sumber yaitu, setelah data di dapatkan, selanjutnya dilakukan kritik internal maupun eksternal dengan melakukan pengujian terhadap keaslian dan keabsahan data, apakah data tersebut relevan atau tidak. Ketiga, melakukan analisis dan interpretasi (penafsiran kembali terhadap data yang telah didapatkan). Data yang di peroleh di lakukan pemilihan dan seleksi yang dianggap relevan dengan kajian dan dapat dipercaya kebenarannya, dan yang keempat, yaitu penyajian dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi. Berdasarkan hasil penelitian Padang pada masa pemerintahan Syahrul Udjud selama dua periode mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam segala bidang. Mulai dari pembangunan masyarakatnya sampai kepada pembangunan infrastruktur pemerintahannya. Dapat disimpulkan bahwa, Padang pada masa pemerintahan Syahrul Udjud tahun merupakan sebuah kota yang mencapai puncak kejayaannya ketika itu. Keywords : Sejarah Pemerintahan 1 Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Pembimbing I s 3 Pembimbing II

2 PENDAHULUAN Sebuah kota memang tidak pernah terlepas dari berbagai persoalan, dan untuk mengatasi kondisi demikian diperlukan seorang pemimpin yang mampu membuat kebijakan dan dapat mengatasi persoalan tersebut. Oleh sebab itulah peran seorang pemimpin dalam sebuah kota yang dalam hal ini disebut Walikota sangatlah penting karena maju mundurnya sebuah kota bergantung kepada kebijakan yang dibuat oleh Walikota. Pada dasarnya, keberadaan seorang Walikota serta kebijakannya sangat menentukan maju mundurnya sebuah kota, dengan kata lain Walikota menjadi penentu perkembangan sebuah kota, tidak hanya dalam bidang pemerintahan tetapi juga bidang lain seperti ekonomi, sosial, pendidikan, sarana dan prasarana umum serta transportasi. Kondisi Kota Padang yang cukup memprihatinkan terkait dengan persoalan yang seperti disebutkan di atas berbanding terbalik ketika Syahrul Udjud menjadi Walikota. Keberhasilan-keberhasilan yang diraih oleh Syahrul Udjud di masa kepemimpinannya, menimbulkan rasa kerinduan dari masyarakat kota Padang. Kerinduan tersebut berujung kepada keprihatinan bagi sebagian masyarakat di kota Padang. Berbeda ketika Syahrul Udjud menjadi Walikota, dimana pada masa Syahrul Udjud Padang bisa tertata dengan baik Berdasarkan hal diatas, penulisan Sejarah pemerintahan kota Padang selama kepemimpinan Syahrul Udjud menjadi menarik untuk di teliti. Terkait dengan pentingnya peran seorang pemimpin dalam perkembangan sebuah kota. Penelitian ini membahas apa saja bentuk kebijakan-kebijakan yang dilakukan Syahrul Udjud selama memimpin kota Padang selama dua periode. Pada akhirnya kebijakan-kebijakan tersebut berhasil menghantarkan kota Padang menjadi kota yang sukses. Batasan penelitian ini adalah batasan spasial dari penelitian ini adalah Kota Padang begitu juga dengan tahun 1993 karena pada tahun tersebut adalah akhir dari penelitian ini. Sedangkan batasantemporalnya tahun ( ) yang menekankan pada masa kepemimpinan Syahrulm Udjud memimpin kota Padang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kota Padang sebelum Syahrul Udjud menjadi Walikota Kota Padang? 2. Apa saja kebijakan Syahrul Udjud selama dua periode ( ), terkait dengan perkembangan dan pembangunan Kota Padang? 3. Bagaimana pandangan masyarakat kota Padang terhadap kepemimpinan Syahrul Udjud sebagai walikota Padang selama dua periode? Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk : 1. Mendeskripsikan perkembangan kota Padang sebelum Syahrul Udjud menjadi walikota Padang. 2. Mendeskripsikan bentuk kebijakan Syahrul Udjud dalam memimpin Kota Padang selama dua periode ( ). 3. Mengungkapkan tanggapan masyarakat kota Padang terhadap kepemimpinan Syahrul Udjud sebagai Walikota Padang selama dua periode. Studi yang relevan diantaranya : Hanifah (2000) dengan judul skripsi Dinamika Pemekaran Kota Padang. Dalam kajiannya ia memaparkan bahwa pemekaran kota berimplikasi pada perubahan beberapa rencana penggunaan tata ruang bangunan dan prasarana umum sekaligus menggambarkan bagaimana pola dan bentuk perkembangan yang ditunjukkan oleh Kota Padang dalam kurun waktu 18 tahun. Hyeni Roza Nofia (2013) dengan judul skripsi Nagari Surantih Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan Pada Masa Pemerintahan Desa Tahun Dalam kajiannya ia memaparkan bahwa pemerintahan Nagari serta perubahanperubahan yang terjadi karena masuknya sistem pemerintahan Desa di Sumatera Baratmemang bukanlah hal yang baru. Haroza Lupinta (2012) dengan judul skripsi Tapan Pada Masa Pemerintahan Desa Tahun Dalam kajiannya ia memaparkan bahwa dalam bidang pemerintahan, penerapan Undang-undang

3 berdampak pada menurunnya fungsi atau peran ninik mamak dalam pemerintahan desa dibanding ketika berlakunya pemerintahan nagari. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Langkah pertamaheuristik yaitumengumpulkan dan menemukan sumber-sumber data sejarah baik primer maupun sekunder. Sumber primer berupa wawancara dan arsip, wawancara dilakukan terutama kepada nara sumber Syahrul Udjud. Jenis sumber yang telah didapatkan antara lain sumber primer berupa Memori pelaksanaan tugas Wali Kotamadya Daerah Tingakt II Padang Periode , sedangkan sumber sekunder yang sudah didapatkan berupa buku-buku yang terkait dengan tema penelitian, skripsi yang relevan dan laporan penelitian. Semua sumber tersebut diperoleh melalui studi kearsipan dan studi kepustakaan. Studi pustaka telah dilakukan di beberapa perpustakaan antara laian Ruang baca Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat, Perpustakaan Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Andalas dan Perpustakaan Wilayah Sumatera Barat. Studi kearsipan dilakukan di Kantor Arsip kota Padang. Tahap kedua adalah kritik sumber merupakan pengolahan data terhadap arsip yang dilakukan kritik eksternal dan internal.kritik eksternal adalah pengujian otensitas (keaslian) secara klinis dan labor kritik, ini dapat dijalankan karena keterbatasan alat-alat pengetahuan penulis. Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji keaslian (reabilitas) isi informasi sejarah yang terkandung didalamnya dengan cek silang dalam wawancara kedua tingkat pengolahan ini bertujuan untuk menyeleksi dan menyingkirkan bagian data yang tidak relevan dan kemudian menyimpulkan kesaksian yang bisa dipercaya dari bagian yang telah diseleksi dari data autentik. Tahap ketiga adalah interpretasi data yang telah diseleksi dari sumber-sumber yang telah di kritik dan dipilah-pilah, sehingga diperoleh butir-butir informasi yang dibutuhkan berupa faktor-faktor yang kemudian dirangkai dan diolah sesuai penelitian. Tahap keempat adalah historiografi penulisan laporan penelitian merupakan penyajian hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah (Skripsi) dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan suatu karya sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan. KOTA PADANG SEBELUM KEPEMIMPINAN SYAHRUL UDJUD A. Gambaran Umum Kota Padang Berdasarkan sensus penduduk 1980, penduduk Kotamadya Padang berjumlah jiwa. Sebagian besar penduduk terkonsentrasi dengan kepadatan di pusat kota, sebaliknya wilayah pinggiran kota memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah. Sepuluh tahun sebelumnya (1971), penduduk kota Padang tercatat sebesar jiwa dengan pola penyebaran yang relatif sama. Dapat disimpulkan bahwa, selama rentang waktu sepuluh tahun tersebut penduduk kota Padang naik rata-rata 3,5% per tahun. Pendidikan merupakan salah satu dari bagian pembangunan sosial yang terkait langsung dengan pembangunan masyarakat. Kegiatan pendidikan yang ada pada hakekatnya bertujuan untuk membangun manusia yang berpengetahuan dan berpendidikan tinggi, mempunyai kemampuan dan keterampilan serta berdaya guna dalam mewujudkan tercapainya pembangunan disegala bidang sesuai dengan keadaan dan kondisi daerah masing-masing. Ketika itu, dibidang pendidikan Padang masih sangat jauh tertinggal dari daerahdaerah lainnya. Kota Padang pada awal tahun 70-an hanya memiliki 6 sekolah Dasar (SD) Negeri, 3 SMP dan 2 SMA Negeri. Sementara itu kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penentu berkembangnya suatu daerah, begitu juga dengan kota Padang. Kondisi wilayah juga menjadi penentu terhadap mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat. Namun untuk kegiatan kota Padang sendiri, lebih cendrung kepada bidang jasa, perdagangan, dan pertanian. Kota Padang memang sangat terkenal dengan jiwa dagangnya. Banyak kita temui bukan hanya di kota Padang, tapi sampai keluar daerah, bahwa yang berjualan itu rata-rata asal nya dari minang. B. Kondisi Kota Padang Sebelum Syahrul Udjud Menjadi Walikota Dari Berbagai Sudut

4 Kota padang pada era tahun 70-an sampai 90-an pernah mengalami masa jaya dibidang pemerintahan dan penataan kota. Setidaknya, hal itu dapat di lihat semenjak dimulainya pemerintahan Walikota Hasan Basri Durin. Menjadi Walikota bukanlah hal yang mudah bagi hasan Durin. Kondisi kota Padang yang di temui Hasan Basri Durin ketika di angkat menjadi Walikota sangat amburadul. Kota Padang sedang dirundung banyak masalah, mulai dari permasalahan interen pemerintahan yang amburadul hingga lingkungan kota yang kumuh. Ketika masa kepemimpinannya, Hasan Basri Durin mulai menata Kota Padang. Baik membenahi pemerintahan, membangun dan menata fisik kota serta menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan warga kepada kotanya. 1. Masalah Pedagang Kaki Lima dan Pasar Permasalahan kaki lima dan pasar merupakan permasalahan yang harus di selesaikan secara berdampingan ketika itu. Penataan pasar memang menjadi salah satu prioritas utama pemerintah ketika itu. Kondisi pasar yang dipenuhi oleh bangunan kios-kios darurat benar-benar dalam keadaan yang sangat amburadul. Dengan keadaan pasar yang berdesak-desakkan menyebabkan banyaknya terjadi pencopetan. Begitu juga dengan bendi-bendi. Bendi diberi tolerir dalam batas-batas yang tidak begitu akan mengganggu kelancaran lalu lintas dan dapat memelihara kebersihan. Pemerintah ketika itu memiliki masalah mengenai keterbatasan dana, namun tidak menjadi permasalahan yang terlalu sulit bagi pemerintah ketika itu. Pemerintah mengundang para pedagang Pasar Jawa yang tergabung dalam Ikatan Pedagang Keluarga Sejenis (IKPS). Pemerintah menawarkan kepada mereka untuk membangun pertokoan baru. Cara yang dilakukan pemerintah ketika itu adalah memfasilitasi kepada perbankan agar diberikan pinjaman kepada masing-masing pedagang yang akan membangu kios atau toko, dan pedagang sendiri yang akan mencicil pinjaman tersebut. toko-toko tersebut dibangun atas tanah pemda, pedagang diberikan hak pakai dan mereka hanya membayar retribusi. Ternyata para pedagang bersedia dan bank pun siap untuk membiayainya. Dengan cara begitu pemerintah dan para pedagang berhasil membangun toko toko bertingkat di Pasar Raya. 2. Masalah Angkutan Kota Masalah angkutan umum dan perhentian oto (terminal) juga merupakan persoalan tersendiri. Ketika itu ada tiga jenis transportasi umum di kota Padang. pertama, bus antar kota yang perhentiannya di pasar Goan Hoat. Kedua, oplet dan bemo dengan perhentian di jalan Pasar Baru. Ketiga, bendi yang perhentiannya sebagian di Goan Hoat dan sebagian lagi di Jalan Pasar Baru. Perhentian bus dan oplet tersebut relatif tidak bisa di kendalikan oleh pemerintah kota. Lebih banyak di kuasai oleh orangorang yang memiliki kepentingan tertentu. Adapun beberapa masalah angkutan kota ketika itu adalah masih kurangnya tempat pemangkalan atau terminal untuk angkutan kota tersebut. Kedua, terlalu banyaknya jenis kendaraan angkutan kota yang menyebabkan pula banyak organisasinya. Sehingga sangat kesulitan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengaturnya. Masalah-masalah yang semula kecil biasanya cepat membesar karena menyangkut orang banyak. Dampak dari permasalahan tersebut biasanya juga cepat terasa oleh masyarakat karena angkutan kota merupakan kebutuhan pokok masyarakat. 3. Masalah Kebersihan Kondisi kota Padang yang amburadul tidak sesuai sebagai Ibu Kota Provinsiyang seharusnya. Padang ketika itu sangat jauh tertinggal dari kota lain, Bukittinggi contohnya. Keadaan tata bangunan kota yang tidak teratur menimbulkan dampak negatif bagi kota Padang, terutama dalam bidang kebersihan. Masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih ketika itu. Bukan hanya air bersih, listrik pun juga masih belum merata ketika itu. Disamping sarana penyediaan air bersih dan listriknya yang masih sangat minim, prilaku manusianya yang masih belum tertib juga menjadi salah satu faktor penting ketika itu. 4. Sarana Pra Sarana. Masalah utama yang yang dilakukan ketika itu adalah mengatasi masalah abrasi atau penggusuran pantai, karna besarnya ombak pantai purus ketika itu. Hal kedua

5 yang menjadi prioritas pembangunan sarana pra sarana Kotamadya Padang di masa Hasan Basri Durin adalah pembangunan pasar dan terminal bus. Kekurangan dana pemerintah ketika itu, tidak menjadi hal yang sulit bagi pemerintahan Hasan Basri Durin ketika itu. Pasar Raya yang waktu itu bernama Pasar Jawa, masih di dominasi oleh bangunan los-los dan kios-kios darurat. Baru ada satu pertokoan yang sudah dibangun secara permanen ketika itu, yaitu Pasar Raya Fase 1. Selanjutnya adalah pembangunan Terminal Lintas Andalas sebenarnya sudah dimulai di masa Walikota Achiroel Jahja. Pembangunan Terminal tersebut belum dapat di selesaikan dengan baik dan masih terbengkalai. Bangunan loket-loket dan pengaspalan tempat parkir mobil masih belum selesai. Setelah beberapa bulan terminal berhasil di selesaikan, maka seluruh bus dan angkutan antar kota di pindah ke Lintas Andalas. Sedangkan Terminal Goan Hoat khusus untuk angkutan kota, oplet dan bemo serta bendi. Dengan berfungsinya Lintas Andalas, perhentian oto dan bendi jadi bisa di atasi. Aktivitas masyarakat dan sarana transportasi yang menumpuk di Pasar Raya dapat di atasi dan kota pun menjadi lebih rapi,tertib, dan mulai bersih. PADANG PADA MASA PEMERINTAHAN SYAHRUL UDJUD TAHUN A. Kiprah Syahrul Udjud Selama Menjadi Walikota Padang Pertambahan areal Kotamadya Padang dari 33km² menjadi sekitar 694,96km² membutuhkan kembali penataan struktur fisik dan tata ruang kota yang lebih terpadu. Dari data penggunaan tanah di Kotamadya Padang pada tahun 1989, dapat dilihat bahwa dari luas daeraah terdapat sebesar 30,02% merupakan daerah pertanian dan tanah kosong, 55,07% merupakan daerah hutan dan daerah perbukitan, sedangkan sebesar 3,81% merupakan kawasan pendidikan, perdagangan, industri, transportasi, kesehatan, dan lain sebagainya. Pada tahun 1980-an kota Padang di akui sebagai salah satu pelopor kota terbersih di Indonesia ketika itu. Padang berhasil berkali-kali meraih piala Adipura berawal pada tahun Sistem K3 yang dijalankan kota Padang dengan sistem pemungutan sampah, berhasil menjadikan kota Padang menjadi kota yang bersih. Pada tahun 1980-an Padang memiliki pengangkut sampah yang benar-benar berjalan dengan baik. B. Kebijakan Syahrul Udjud Memimpin Kota Padang 1. Dalam Bidang Sarana Prasarana a. Jalan dan Jembatan 1) Memprioritaskan pembangunan jalan dan jembatan untuk membuka isolasi daerah. 2) Melakukan pelebaran, dan pembukaan jalan untuk pembangunan jalan lingkar (outer ring road). 3) Mempersiapkan usaha pembangunan lanjutan jalan By Pass tahap II dari Lubug Begalung-Lubuk Buaya 4) Meningkatkan kontruksi jalan yang ada, baik dengan pengaspalan dan pelebaran maupun dengan pengkrekelan jalanjalan tanah. b. Banda Bakali Pembangunan bandabakali merupakan saluran bajir yang salah satu dari rangkaian kebijakan penanggulangan banjir di kota Padang. Diketahui pada tahun 1980-an kota Padang masih sangat sering terjadi banjir, di sebabkan meluap nya beberapa aliran sungai. Maka dari itu di buat lah banda bakali dengan tujuan agar peluapan air sungai yang terjadi setiap tahun tersebut tidak lagi terjadi. 2. Dalam Bidang Sosial a. Pendidikan Perkembangan penduduk daerah Kotamadya yang begitu pesat tidak sebanding dengan pembangunan sekolahsekolah. Hal tersebut berakibat pada tidak meratanya anak-anak dapat tertampung di sekolah negeri. Untuk itu perananan sekolah swasta dan bersubsidi sangat penting dalam menanggulangi masalah tersebut. Tahun 1988 dari jumlah 413 buah sekolah dasar yang ada di Kotamadya Padang tercatat sekolah negeri 174 buah, sekolah dasar inpres 187 buah dan sekolah dasar subsidi dan swasta sebanyak 52 buah. Dari permasalahan pendidikan yang dihhadapi ketika itu, maka di ambillah beberapa buah kebijaksanaan;

6 1) Mengalokasikan dana program Inpres SD dalam upaya meningkatkan sarana dan fasilitas Sekolah Dasar. 2) Membantu melancarkan pembangunan Inpres SD dengan usaha penyediaan atau pembebasan tanah. 3) Menyediakan dana penunjang dari APBD dalam membantu pengembangan pendidikan. 4) Membantu usaha-usaha instansi sektoral dan swasta dalam pembangunan sarana dan fasilitas pendidikan. b. Kesehatan Periode pertama Syahrul Udjud menjadi Walikota Padang masyarakat telah mendapatkan perhatian kesehatan ketika itu. Namun dalam penerapan kebijakan itu sendiri ada kesulitan atau masalah yang akan muncul. Beberapa masalah muncul ketika itu, pertama masih sangat minim nya jumlah tenaga medis atau dokter. Kedua masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara lingkungan bersih. Ketiga adanya faktor ekonomi, rendah nya hasil pendapatan masyarakat mengakibatkan masih banyak nya masyarakat yang menderita kekurangan gizi dan menyebabkan kematian pada bayi. Beberapa kebijaksanaan yang dilakukan Syahrul Udjud untuk mencapai tujuan pembangunan program kesehatan, yaitu; 1) Meningktakan kwantitas dan kualitas tenaga medis atau dokter. 2) Menambah sarana fasilitas yang ada, sehingga pelayanannya merata ke seluruh kecamatan. 3) Melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang kesehatan melalui sekolahsekolah, kemasyarakatan dengan kegiatan UKS, PKK, dan Ormas. 4) Melakukan kunjungan terhadap rumahrumah tertentu untuk melakukan penyemprotan, dan pengobatan langsung jika ada yang terkena wabah penyakit menular. c. Agama Pembangunan di bidang agama merupakan pembangunan mental dan spiritual yang mempunyai kedudukan penting untuk mewujudkan kerukunan dan kebahagiaan dalam masyarakat.penduduk di daerah Kotamadya Padang, memeluk bermacam-macam agama yakni, Islam, Khatolik, Protestan, Budha dan Hindu Bali. Hubungan antar agama di kota Padang sangat baik, baik Islam sendiri sebagai agama mayoritas di Kota Padang maupun agama lain tidak ada persaingan ataupun perselisihan. Jumlah pemeluk agama pada 11 kecamatan pada tahun adalah, dimana di daerah kecamatan Padang Barat terdapat pemeluk agama Islam terbanyak yaitu sebesar 83,90%, Khatolik 1,29%, Protestan 9,21%, Hindu 0,21% dan yang beragama Budha sebesar 5,39%. Untuk daerah kecamatan Padang Selatan jumlah pemeluk agama Islam adalah sebesar 90,69%, Khatolik 1,07%, Protestan 3,67%, Budha 4,30%, dan Hindu sebesar 0,27%. Begitu juga dengan kecamatan Padang Timur dan Padang Utara, agama Islam juga merupakan pemeluk mayoritas yang dianut masyarakat Kotamadya Padang. 3. Ekonomi a. Pertanian Pembangunan di bidang pertanian kota Padang secara luas di tujukan untuk meningkatkan produksi pangan terutama tanaman padi, di samping tanaman dan hasil pertanian lainnya. Kotamadya Padang adalah suatu kota yang memiliki keistimewaan di bandingkan dengan kota kota yang memiliki potensi wilayah di bidang pertanian tanaman pangan. Usaha yang telah di lakukan dalam meningkatkan produksi pangan kota Padang dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1990 telah berhasil di lakukan. Adapun usaha yang berhasil dilakukan: 1) Padi Sawah 2) Palawija 3) Sayur-sayuran b. Peternakan Peternakan bagi masyarakat kota Padang, pada umumnya merupakan usaha sambilan bagi masyarakat pinggiran. Jenis ternak yang banyak di jalankan masyarakat adalah ternak ayam, itik, dan kambing, sedangkan jenis ternak besar yang banyak di jalani adalah ternak sapi dan kerbau. Ternak ini banyak di kaitkan dengan usaha pertanian, khususnya untuk menggarap sawah, sedangkan kuda di gunakan sebagai alat transportasi, namun jumlah nya sangat

7 minim sekali. Ada juga sebahagian masyarakat yang beternak babi untuk memnuhi kebutuhan masyarakat tionghoa di kota Padang. c. Perikanan Sebagai daerah yang terletak di tepi pantai, maka Kotamadya Padang mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan sektor perikanan laut dan perikanan darat. Produksi ikan laut sebesar 98,72% dan produksi ikan darat sebesar (budi daya air tawar dan air payau serta perairan umum) 1,28%. Tahun 1988/199 jumlah produksi perikanan adalah sebanyak kg, yang terdiri dari produksi ikan laut sebesar kg. Jika di bandingkan dengan produksi pada tahun 1985/1986 sebesar kg maka terdapat kenaikan produksi ini belum memadai. 4. Kebijakan Pasar Untuk mengatasi permasalahan ketertiban, kebersihan, dan keindahan tersebut Syahrul Udjud melanjutkan sebuah program yang terlebih dahulu telah dirancang oleh Hasan Basri Durin, yaitu program K3. Hingga tahu 1993 program K3 berarti sudah dilancarkan selam sepuluh (10) tahun dan telah menhasilkan banyak kemajuan. Program K3 yang dilancarkan Syahrul Udjud merupakan sebuah kegiatan penertiban kota, Berdasarkan wawancara dengan Syahrul Udjud, diungkapkan bahwa dalaam pembangunan pasar raya, ketika itu tidak hanya dijalankan oleh pemerintah saja, tetapi dibangun secara bersamaa-sama termasuk para pedagang pasar. Syahrul Udjud meminta agar pedagang pasar membangun pasar itu sendiri. Ada pertokoan kopas itu pedagang pasar yang membangunnya sendiri. Pelaksanaan program K3, khususnya di bidang kebersihan telah memberikan hasil yang positif bagi kota Padang. Bahkan selama dua dekade ( ) Padang di jadikan sebagai pelopor kota bersih di Indonesia. a. Angkutan Kota dan Antar Daerah 1) Angkutan Kota Angkutan kota ditujukan untuk memperlancar mobilitas penduduk dalam kota yang berkaitan dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Aktivitas angkutan kota di Kotamadya Padang meliputi kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor, sedangkan untuk angkutan penumpang digunakan Bus Kota, Mini Bus, Oplet, Mikrolet, Bemo, dan Taksi. Penggunaan taksi ketika itu belum bersifat resmi, kecuali taksi pelabuhan, karena sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi. 1) Angkutan Antar Daerah Kebijaksanaan pembangunan di bidang angkutan kota dan antar daerah, meliputi pembangunan jenis kendaraan bermotor, pembangunan angkutan kereta api, kapal laut dan pesawat udara. Pengembangan angkutan antar daerah, di maksudkan pula untuk perrkembangan ekonomi, dimana pembangunan angkutan kota dan antar daerah sangat mendorong pertumbuhan wilayah kota Padang ketika itu. Oleh sebab itu, kegiatan pembangunan akan di arahkan kepada usaha perbaikan dan penyempurnaan jaringan transportasi. Usaha perbaikan pertama yang di lakukan adalah pembangunan dan penyempurnaan terminalterminal lokal dan regional untuk penumpang dan barang, tempat-tempat parkir, perbengkelan, pompa bensin, dan pemasangan rambu-rambu jalan. Sedangkan khusus untuk jenis angkutan kota, perlu di ciptakan suatu jenis angkutan yang betulbetul menanggulangi kekurangan jasa angkutan kota yang murah dan aman. C. Pandangan Mayarakat Terhadap Kepemimpinan Syahrul Udjud Perkembangan kota yang mencapai salah satu puncak kejayaan ketika itu menjadikan Syahrul Udjud sosok pemimpin yang luar biasa dimata masyarakat. Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai dimasa kepemimpinannya mengingatkan masyarakat akan sosok Syahrul Udjud tersebut, bahkan hingga saat ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Padang pada masa kepemimpinan Syahrul Udjud benar-benar mengalami kajayaan. Melaksanakan program perencanaan kota secara konsisten, yaitu dengan melanjutkan dan menyempurnakan program yang telah dibuat oleh Walikota sebelumnya yaitu Hasan Basri Durin.

8 Kebijakan yang terlebih dahulu dirancang oleh oleh Hasan Basri Durin, ternyata mampu dilanjutkan dan di optimalisasikan oleh Syahrul Udjud. Kebijakan yang dilaksanakan dengan asaz kekeluargaan berhasil menjadikan kota Padang menjadi salah satu kota yang diperhitungkan ketika itu. Mulai dari beberapa penghargaan dan kesuksesan yang telah diperoleh kota Padang. beberapa kali mendapatkan piala Adipura dari Presiden Soeharto sebagai lambang kota bersi, dan sekaligus dinyatakan sebagai kota pelopor Adipura. Tidak hanya itu, piala Wahana Tata Nugraha juga berhasil diperoleh kota Padang dari Presiden Soeharto pada september Paiala Wahana Tata Nugraha merupakan piala terib lalu lintas pertama yang diperoleh kota Padang ketika itu. Pedagang kaki lima dan pasar merupakan masalah yang beriringan dan sangat sensitif dihadapi kota Padang ketika itu. Kita ketahui pasar adalah tempat menopang hidup bagi para pedagang di pasar. Namun kenyataan yang ditemui keadaan pasar yang sangat amburadul, pedagang kaki lima berserakan dimanadimana, dan hal tersebut menimbulkan gangguan terhadap kalayak umum. Selama menjadi Walikota Syahrul Udjud melakukan pembinaan terhadap pedagang kaki lima dan mengajak agar pasar dibangun bersamasama. Syahrul Udjud mengajak agar para pedagang di pasar untuk membangun tokotoko kopas yang sekarang dapat kita lihat di pasar raya. Toko-toko kopas itu dibangun oleh pedagang pasar sendiri atau ikatan pedagang kaki lima. DAFTAR KEPUSTAKAAN A. ARSIP Padang Kota Tercinta. Memori Serah Terima Jabatan Walikotamadya K.D.H Tingkat II Padang. Drs. Haji Hasan Basri Durin Perkembangan Kota Padang. Memori Pelaksanaan Tugas: Walikotamadya Padang Kepala Daerah Tingkat II Padang, Syahrul Ujud.SH Padang: Pemerintah Daerah Padang Pola Dasar Repelita III 1979/ /1984. Peraturan Daerah No.04/PD/1979 Tanggal 29 Maret 1979 Syahrul Udjud, Pembinaan dan Pengembangan Koperasi/KUD, Pertanian dan Keluarga Berencana, Periode B. BUKU-BUKU Anwar Rasjid, Selamat Datang di Padang Kota Tercinta. Padang: Minang Advertasing, 1985 BN Marbun Kota Masa Depan. Jakarta: Erlangga Colombijn, Freek Paco-Paco Kota Padang. Yogyakarta: Ombak. Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah (Jakarta: Grasindo) Hasan Basri Durin Sebuah Otobiogrfi Kuntowijoyo Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Lindo Karsyah, Lindo Dari Gubernur M. Nasroen Sampai Zainal Bakar ( ). Padang: Genta Singgalang Press. Mestika Zed Metodologi Sejarah. Padang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota (Yogyakarta: Ombak, 2012) Suhaili Syamwil Padang Kota Tercinta. Padang:Angkasa Raya Tanpa Nama, Monografi Kotamadya Daerah Tk.II Padang. Padang: BAPPEDA Kotamadya Daerah Tk.II Padang:1990 Windo Wibowo, dkk, Padang di Persimpangan Jalan (Jakarta: PT. Visi Media Nusantara, 2012) D. KORAN Warga Protes Tak Terima BLSM, dalam Padang Ekspres 26 Juni 2013 C. LAPORAN PENELITIAN / SKRIPSI / MAKALAH Efrianto, Perluasan Kota dan Konflik Tanah di Kota Padang: Studi Kasus Pembangunan Terminal Air Pacah Skripsi Sajana. Padang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas.2004 Kharles, Pedagang Kaki Lima dan Pasar Kota Padang Pasca Gempa 30 September Suluah. Vol. 10 No. 12 Juni 2010

9 Mardanas Safwan, Sejarah Kota Padang. Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen P dan K

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN JALAN PADANG BY PASS DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT SEKITAR ( ) Oleh : NURMANSYAH

PEMBANGUNAN JALAN PADANG BY PASS DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT SEKITAR ( ) Oleh : NURMANSYAH PEMBANGUNAN JALAN PADANG BY PASS DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI MASYARAKAT SEKITAR (1991-2003) Oleh : NURMANSYAH 04 1 8 1 0 2 2 JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 A B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan karakteristik keberadaan jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal di desa dan jumlah desa yang lebih banyak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA)

PENDIDIKAN PADA MASA REVOLUSI HINGGA LAHIRNYA SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH ATAS (SPMA) PENDAHULUAN Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan. Jadi yang dimaksud dengan lembaga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta ) Nomor 3 Tahun 1995 Seri B ============================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH

Lebih terperinci

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 123 Dinas Perhubungan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan masyarakat baik sosial budaya, sosial ekonomi maupun jumlah penduduk akan mengalami perubahan dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah

BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah 36 BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN A. Pengertian dan Jenis-Jenis Jalan 1. Pengertian Jalan Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 9 TAHUN 2000 (9/2000) TENTANG TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUMAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 1 Tahun 2000 Seri : C ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104): I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Daerah Istimewa

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

DINAMIKA KEBERADAAN TERMINAL BAREH SOLOK ( ) Oleh: Risa Amelia

DINAMIKA KEBERADAAN TERMINAL BAREH SOLOK ( ) Oleh: Risa Amelia DINAMIKA KEBERADAAN TERMINAL BAREH SOLOK (1994-2004) Oleh: Risa Amelia 06 181 010 JURUSAN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Dinamika Keberadaan Terminal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 9 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS 2. 1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris Kota Medan sedang berbenah diri menjadi kota metropolitan,

Lebih terperinci

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Umum Secara garis besar masalah lalulintas yang ada di kota Yogyakarta pada umumnya dan daerah studi kasus pada khususnya mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Bercampurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku buruk tentang sampah. Masyarakat membuang sampah sembarangan.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku buruk tentang sampah. Masyarakat membuang sampah sembarangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepedulian masyarakat kita untuk menjaga kebersihan masih sangat rendah. Kondisi ini yang mestinya dibenahi lebih dulu agar timbul kepedulian masyarakat terhadap

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang dicapai selama ini telah menimbulkan berbagai tuntutan baru diantaranya sektor angkutan. Diperlukan tingkat pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1) Pengertian Retribusi Daerah Retribusi Daerah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah, adalah pungutan daerah sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun

ABSTRAK Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun iv ABSTRAK Skripsi ini berjudul Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun 2007-2013. Penulisan dari skripsi ini menjelaskan tentang perkembangan yang terjadi di Pasar Inpres

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN PARKIR KENDARAAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999) UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999) Tanggal: 20 APRIL 1999 (JAKARTA) Tentang: PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA . PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan pembangunan pemerintah kota pekanbaru Tahun 2012-2017 kota pekanbaru telah ditetapkan sebagai pusat pembangunan wilayah dengan segala konsekuensinya,

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,

Lebih terperinci

QANUN KOTA SABANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN KOTA SABANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA LEMBARAN DAERAH KOTA SABANG TAHUN 2004 Nomor 28 QANUN KOTA SABANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. BAPPEDA Kota Padang, tentang Penyusunan Masterplan Pasar raya dan Pasar Tradisonal Kota Padang, 2012.

DAFTAR PUSTAKA. BAPPEDA Kota Padang, tentang Penyusunan Masterplan Pasar raya dan Pasar Tradisonal Kota Padang, 2012. 79 DAFTAR PUSTAKA A. Arsip dan Dokumen BAPPEDA Kota Padang, tentang Penyusunan Masterplan Pasar raya dan Pasar Tradisonal Kota Padang, 2012. Data UPTD Pasar Bandar Buat. Padang : UPTD, 2014. Dinas Pasar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. karantina, para penderita penyakit tersebut berangsur angsur sembuh. Mengingat banyaknya 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Bumi Waras Pada mulanya wilayah Kelurahan Bumi Waras adalah tempat untuk mengkarantina penderita penyakit menular seperti cacar, kolera,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1990 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM BIDANG LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT I DAN DAERAH TINGKAT II PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PUNGUTAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK 65 RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA Oleh Zainab Ompu Zainah ABSTRAK Keywoods : Terminal, retribusi. PENDAHULUAN Membicarakan Retribusi Terminal sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1 STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH Raghanu Yudhaji 2014280001 Retno Kartika Sari 2014280003 Resty Juwita 2014280021 Antya Franika 2014280013 Aprido Pratama 2014280024 Khoirurozi Ramadhan G 2014280005

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang. pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, yang pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam pembangunan nasional yang bertujuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 216 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 186 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN FUNGSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH Pembangunan Kabupaten Paser sebagai bagian integral dari pembangunan regional dan nasional pada hakekatnya merupakan suatu proses yang bersifat integratif baik dalam

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Perhubungan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan Propinsi

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, dan Pasal 33

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG KESEHATAN MATRA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Ramadhani 1 dan Achmad Machdor Alfarizi 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas IBA Palembang

Lebih terperinci