BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membuat berbagai kebijakan
|
|
- Suhendra Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membuat berbagai kebijakan memajukan pendidikan melalui perbaikan dalam berbagai hal, seperti fasilitas sekolah, kurikulum, dan kualitas guru. Ada keyakinan bahwa pendidikan yang maju akan menciptakan warga negara yang baik, bermutu dan berdaya saing dengan baik pada level nasional, regional, maupun internasional. Besarnya alokasi dana di APBN pada sektor pendidikan bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan di tanah air. Ada berbagai kebijakan yang dilakukan dan salah satunya adalah usaha meningkatkan kesejahteraan para guru (Media Indonesia, 3 Januari 2007). Melalui upaya yang nyata pemerintah juga telah berusaha untuk mensejahterakan para pendidik atau guru melalui perbaikan kualitas guru agar mereka menjadi guru profesional, yang diyakini memberi dampak terhadap penambahan penghasilan mereka. Kesejahteraan guru yang lebih baik diharapkan bukan lagi menjadi halangan bagi guru untuk melaksanakan tugas pengajarannya secara professional. Hal ini tentu akan menaikkan mutu atau kualitas para anak didik dibanding sebelumnya. Pada kenyataannya tingkat atau mutu pendidikan di Indonesia masih rendah sekali, bukan hanya dikelas dunia tetapi juga kelas negara Asia bahkan di sesama negara Asia Tengara juga masih rendah (Kompas, 23 Mei 2000). Dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis
2 pada Kamis (29/11/2007) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Yang jelas, Education Development Index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Pada tahun 1997 sebelum reformasi, kualitas pendidikan Indonesia menempati peringkat ke -39 dari 49 negara yang disurvei. Kemudian tahun, 2007 kualitas pendidikan Indonesia menurun menjadi peringkat ke -53 dari 55 negara yang disurvei. Padahal, anggaran pendidikan meningkat selama Reformasi karena dipatok 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pada tahun 1997/1998 sebelum Reformasi, anggaran bidang pendidikan dan kebudayaan hanya Rp 4,6 triliun. Dibandingkan dengan harga logam mulia saat itu pergram, jumlah itu setara dengan 164 ton emas. Anggaran pendidikan dalam APBN 2012 besarnya Rp. 289,95 triliun. Dibandingkan dengan harga logam mulia saat ini sekitar Rp per gram, jumlah ini setara dengan 578 ton emas (Kompas, 23 Mei 2013). Pada uji kompetensi guru tahun 2012 yang diikuti guru bersertifikat, ratarata nasional untuk nilai guru hanya 43,2. Adapun nilai rata-rata nasional para guru yang belum bersertifikat di uji kompetensi awal berkisar 42,25. Sama halnya dengan hasil Ujian Nasional (UN) ditingkat SMA/SMK dan SMP juga masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan kalau diterapkan standar nilai yang diputuskan pemerintah, maka akan banyak sekali anak didik yang tidak berhak lulus. Kenyataan ini dapat mengilustrasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat dasar sampai menengah pun semakin dipertanyakan, dan dapat
3 diprediksi tingkat pendidikan Indonesia cenderung semakin melorot di peringkat Asia apalagi dunia. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19). Perkembangan kurikulum di Indonesia sudah terjadi sejak zaman kemerdekaan sampai dengan diberlakukannya kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Satu alasan pemberlakuan kurikulum 2013 adalah konten/isi kurikulum sebelumnya masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya matapelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak. Hal di atas akan mempengaruhi para guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas seperti terburu-buru atau ingin cepat selesai sesuai waktu yang tersedia. Para guru hanya bertujuan bisa menyelesaikan materi pembelajarannya secepat mungkin agar semua materi terselesaikan, tanpa memperhitungkan bagaimana kemampuan murid dalam menyerapnya. Bahasa sebagai alat komunikasi yang tidak terbatas berkaitan erat dengan peran dan fungsi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari segala aspek kehidupan sosial manusia. Mempelajari bahasa adalah mempelajari cara penggunaannya, bentuknya dan juga fungsinya dalam bentuk tulisan maupun lisan. Penjelasan-penjelasan tentang fungsi bahasa sudah banyak diperbincangkan dalam masyarakat, selain dapat digunakan sebagai alat dengan tujuan positif, terkadang bahasa juga
4 digunakan untuk keperluan yang kurang baik. Bahasa sangat rentan, sehingga siapa pun dapat menggunakannya untuk kepentingan masing-masing penggunanya. Peran bahasa Indonesia menjadi dominan dalam Kurikulum 2013, yaitu sebagai saluran mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan sebagai penghela mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui cara ini, pembelajaran bahasa Indonesia termasuk kebudayaan, dapat dibuat menjadi kontekstual. Hal ini adalah sesuatu yang hilang pada model pembelajaran bahasa Indonesia saat ini. Sebagai pendidik, guru merupakan pribadi yang bertanggung jawab secara ilmu dan juga bahasa dalam menyampaikan berbagai meteri pelajaran kepada murid di dalam kelas. Seorang guru dalam fungsinya sebagai pengajar menggunakan bahasa seefektif mungkin untuk mencapai tujuan pengajarannya. Peran bahasa guru (teachers text) atau disebut dengan Teks Guru selanjutnya disingkat TG dalam kelas sangatlah penting karena dengan TG tersebut murid akan lebih mudah mengerti pelajaran yang diberikan. Sebaliknya apabila TG tidak jelas maka murid kemungkinan akan menemukan kesulitan dalam mengerti pelajaran. Selain mentransfer ilmu, TG juga dipakai sebagai alat untuk: memotivasi, menasehati, memberi tugas, menghukum dan lain-lain. Jadi dalam berwacana di dalam kelas, guru mungkin mempunyai berbagai alasan atau tujuan mengapa menggunakan TG tersebut yang diwujudkannya dalam bentuk kata, frasa dan kalimat.
5 Guru sebagai manajer, inisiator, penyedia informasi atau fasilitator, penentu alur interaksi dan pemberi kesempatan berbicara sering berfungsi hanya sebagai orang yang memberikan pelajaran, orang yang bercerita, dan orang yang memberikankan materi pelajaran. Sementara itu, murid sering duduk manis di kursi, menyimak penjelasan guru dan sangat sedikit mengajukan pertanyaan karena guru tidak memberi kesempatan berbicara. Guru juga jarang memberikan pertanyaan terbuka (open questions) yang meminta murid memberikan jawaban bernalar. Pertanyaan yang sering dilakukan adalah pertanyaan yang hanya memancing jawaban singkat saja, seperti ya dan tidak. Guru sangat aktif memproduksi bahasanya sehingga dia lupa bahwa partisipasi muridnya sangat rendah. Pada hakikatnya perilaku guru di dalam memproduksi teks di dalam kelas merupakan refleksi dari ideologi yang dianutnya. Dari perilaku guru dalam bertindak di dalam kelas akan tergambar bagaimana guru memandang posisi murid. Apakah guru memandang murid berdasarkan konsep atasan-bawahan ataukah berdasarkan konsep bahwa guru sebagai motivator dan fasilitator serta murid sebagai patner (mitra). Hal itu merupakan realisasi dari sistem pikiran dan kepercayaan atau disebut ideologi yang ada pada diri guru itu sendiri. Dengan demikian, kedudukan guru sangat dominan karena dialah satu-satunya di dalam kelas sebagai pemegang kendali. TG digunakan di kelas tentu dapat menentukan bagaimana corak berlangsungnya proses belajar-mengajar di kelas, apakah proses belajar-mengajar itu berlangsung hidup, dinamis, mengesankan (positif) ataukah berlangsung tegang, monoton, dan membosankan dan seterusnya (negatif). TG negatif dan
6 positif tersebut juga dapat mempengaruhi motivasi murid untuk belajar dan mengikuti pelajaran dengan baik atau tidak. Berikut adalah contoh TG yang positif: saya senanglah kalian mau ibu suka kalau kamu semua bagus nak, ayo coba lagi, coba, coba ya itu nanti ya, nanti aja ya, nanti Berikut adalah contoh TG yang negatif: kau dari dulu suaramu paling kuat apa kau pegang rambutmu berhutan rupanya rambutmu? kalian ngantuk ya semua lama kali lah kau? Ada juga fenomena dalam masyarakat sekolah yang sering dijumpai bahwa murid kurang menyukai beberapa mata pelajaran tertentu misalnya Matematika, Sains, Pendidikan Kewarga Negaraan dan sebagainya. Apabila ditanyakan kepada mereka maka akan banyak alasan yang diberikan untuk hal itu, tetapi ada satu alasan lain yang menyebutkan bahwa murid tidak menyukai mata pejaran itu karena tidak mengerti atau tidak memahami bahasa atau teks gurunya. Hal ini bisa juga karena materi yang diberikan susah dimengerti atau bahasa yang digunakan gurunya tidak jelas. Alasan seperti ini sering membuat murid tidak menyukai gurunya secara pribadi dan mungkin menghindar dari mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut. Para guru juga sering berkata bahwa mereka tidak mengetahui pasti mengapa muridnya tidak mengerti pelajaran yang diberikan walaupun mereka telah mencoba dengan berbagai cara termasuk dengan memvariasikan penggunaan TG mereka. Mulyadi (Kompas, 24 Maret 2009) menguraikan jika seorang guru kreatif dalam berkomuniasi, anak didik dengan sendirinya juga akan menjadi kreatif
7 dalam berkomunikasi. Dalam hal ini peranan seorang guru yang kreatif menggunakan bahasa dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi pencapaian murid dalam berkomunikasi. Dalam kenyataan sering kita melihat para murid tidak dapat atau kurang mampu mengutarakan ide atau pendapat yang diakibatkan rendahnya kemampuan berkomunikasi mereka, bahkan selama pelajaran berlangsung hampir hanya ada satu arah komunikasi yaitu dari pihak guru saja. Ada keprihatinan tentang kebutuhan akan peningkatan kompetensi komunikatif murid dari semua latar belakang sosial. Dalam Analisis Wacana Kritis (AWK)/Critical Discourse Analysis (CDA) disebutkan bahwa sebuah teks terjadi karena adanya hubungan antara penggunaan teks tersebut dengan konteks sosial dimana teks digunakan. Isu isu seperti gender, etika, budaya, perbedaan, ideologi dan identitas akan dapat berpengaruh dalam terjadinya sebuah teks (Paltride, 2006). Teks bukanlah sesuatu yang bebas nilai dan menggambarkan kenyataan bagaimana adanya. Dalam pandangan analisis wacana kritis, isi teks ini tidak hanya ditentukan oleh kecenderungan pribadi dari sang produsen teks namun juga ditentukan oleh struktur sosial yang melingkupi sang produser teks. Bahasa tidak netral, melainkan membawa pesan ideologi tertentu yang dipengaruhi oleh sang pembuat teks. Hal ini karena dibalik setiap teks berita yang beredar di masyarakat selalu tersembunyi pengaruh dari sebuah struktur sosial (Fairclough, 1989; Wooffitt, 2005). AWK memahami bahwa bahasa memiliki peran aktif yang ikut membawa perubahan di dalam masyarakat, maka AWK mencoba membedah ideologi apa yang terkandung di dalam bahasa. Domain utama dalam AWK adalah ideologi
8 (Renkema, 2004; Blomaert, 2005; Wooffitt, 2005; Wodak, 2007), namun demikian analisis wacana kritis juga meliputi konsep kritis, kekuasaan, historis, dan ideologi itu sendiri (Wodak, 2007). AWK mencoba membuktikan peran bahasa yang secara aktif mengubah pranata sosial masyarakat. Salah satu pakar AWK Fairclough (1989) telah mengidentifikasi dua aspek hubungan antara bahasa dan kekuasaan. Pertama, ada kekuatan di balik bahasa. Hal ini menunjukkan cara di mana kelompok-kelompok yang kuat dalam menentukan aspek bahasa. Kedua, mengidentifikasi berbagai cara kekuasaan dapat bekerja dalam bahasa. Dalam tatap muka atau interaksi, sering terdapat kendala pada sifat dan tingkat partisipasi. Ada kendala pada konten (apa yang dikatakan atau dilakukan), kendala pada jenis hubungan interpersonal yang dimasuki oleh orang orang ketika mereka terlibat dalam pembicaraan dan kendala pada posisi subjek (jenis peran partisipatif orang-orang yang ada dalam wacana tersebut). Mengungkap ideologi, yang diartikan adalah sekumpulan ide yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tujuan sosial dari individu, kelompok, golongan atau budaya (The American Heritage dan Dictionary of The English Language, Fourth Edition), yang terkandung dalam TG menjadi salah satu contoh tepat penerapan AWK bagi praktek sosial. Wacana dalam AWK merupakan praktik sosial (Fairclough, Mulderrig, dan Wodak, 2011) yang memiliki implikasi hubungan dialektik antara peristiwa diskursus dengan elemen situasi, institusi, dan struktur sosial masyarakat yang membentuk wacana. Sehingga AWK dapat menjadi jembatan penghubung untuk melihat struktur linguistik secara mikro dan struktur masyarakat secara makro (Van Dijk, 1998).
9 Struktur linguistik digunakan untuk mensistematisasikan dan mentransformasikan realitas. Konsep wacana sebagai praktik sosial memiliki tiga implikasi. Menurut Fairclough (1989), pertama, wacana merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa berdiri sendiri dan dipisahkan dari masyarakat. Kedua, pemahaman wacana sebagai praktik sosial memberi implikasi bahwa wacana merupakan proses sosial. Sebagaimana masyarakat berproses dan berkembang, maka wacana (bahasa) juga berproses dan berkembang. Ketiga, wacana berproses sesuai dengan yang dikondisikan dalam masyarakat. Ada semacam dialektika antara bahasa dan kondisi sosial. Wacana dipengaruhi oleh kondisi sosial, akan tetapi kondisi sosial juga dipengaruhi oleh wacana. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomena linguistik bersifat sosial, sementara fenomena sosial juga memiliki sifat linguistik. Linguistik bersifat sosial karena linguistik sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh lingkungan sosialnya. Kondisi sosial juga bersifat linguistik karena aktivitas berbahasa dalam konteks sosial tidak hanya menjadi wujud ekspresi atau refleksi dari proses dan praktik sosial, namun juga merupakan bagian dari proses dan praktik sosial tersebut. Dalam menganalisis sebuah teks, Norman Fairclough menggunakan tiga dimensi yaitu: teks, hubungan teks dan interaksi (proses produksi) dan hubungan interaksi dan konteks sosial (praktisi sosialkultural wacana). Metode yang dikembangkan meliputi: deskripsi linguistik teks dari segi kebahasaan, interpretasi hubungan antara proses produksi dan konsumsi teks dengan teks, dan eksplanasi hubungan antara proses diskursif (produksi dan konsumsi teks) dengan proses sosial.
10 Khusus untuk dimensi pertama akan dianalisis dengan teori Linguistk Fungsional Sistemik (LFS) yang digagas Halliday. Teori yang mendasari metodelogi AWK ini diambil dari linguistik sistemiknya Michael Halliday yang berfokus pada tata bahasa, perbendaharaan kata, dan khususnya kata kerja transitif dan transformasi, untuk kepentingan ideologis dalam teks. Untuk menganalisisnya, diperlukan analisis linguistik yang tidak semata-mata deskriptif. Dalam beberapa karyanya, Fairclough (1989; 1995), misalnya, menyebut bahwa teorinya adalah gabungan dari linguistik fungsional-sistemik Halliday, linguistik Fowler, dan teori sosial baru Foucault. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa masalah, yaitu: 1) rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, 2) murid-murid tidak mengerti pelajaran yang diberikan guru, dan 3) guru kesulitan membuat murid mengerti pelajaran. Dugaan sementara kemungkinan penyebab ketiga masalah di atas adalah pengaruh dari TG yang digunakan ketika menjelaskan pelajaran. Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah guru menggunakan TG selama mengajar dalam kelas. Untuk mencari jawaban tentang bagaimana TG digunakan, maka peneliti menganalisis TG dengan menggunakan AWK Norman Fairclough tiga dimensi. Kerangka analisis yang dikembangkan oleh Fairclough (1989, 1995) terdiri dari analisis teks, analisis praktik wacana dalam bentuk produksi dan konsumsi teks, dan analisis praktik sosio-kultural.
11 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti merasa perlu meneliti tentang TG dan menetapkan rumusan penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah bahasa dan ideologi yang digunakan oleh guru dalam TG nya ketika mengajar dalam kelas? Rumusan umum ini dirinci sebagai berikut: (1) Bagaimanakah kosakata dalam TG yang digunakan oleh guru ketika mengajar dalam kelas? (2) Bagaimanakah unsur gramatika dalam TG yang digunakan oleh guru ketika mengajar dalam kelas? (3) Bagaimanakah struktur TG yang digunakan oleh guru ketika mengajar dalam kelas? (4) Ideologi apa yang ada dalam TG ketika guru mengajar dalam kelas? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kekuasaan dan dominasi guru yang tersembunyi dalam TG ketika mengajar di kelas, dan secara khusus sesuai dengan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis penggunaan kosakata TG ketika mengajar dalam kelas. (2) Menganalisis unsur gramatika TG ketika mengajar dalam kelas. (3) Menganalisis struktur TG ketika mengajar dalam kelas. (4) Mengungkap ideologi yang ada dalam TG ketika guru mengajar dalam kelas.
12 1.4 Batasan Penelitian Berdasarkan teori AWK terjadinya sebuah teks (internal) tidak bisa dipisahkan dari faktor yang ada diluar teks (eksternal) tersebut. Dalam persfektif ini juga disebutkan bahwa hubungan teks dengan konteks sosial adalah hubungan konstrual yang artinya konteks sosial menentukan dan ditentukan oleh teks itu sendiri dan juga teks itu menentukan dan ditentukan oleh konteks sosial. Penelitian ini mencakupi bahasan tentang penjabaran teks itu sendiri, pemaknaan hubungan antara teks dan interaksinya di kelas, penjelasan tentang hubungan interaksi dengan konteks sosialnya dan sikap guru yang direalisasikan dalam bahasa teks lisan. Kasus yang dipilih adalah teks yang digunakan guru di kelas sewaktu mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah SMP. Jadi, penelitian ini hanya menyangkut teks lisan guru di kelas dilihat dari sudut teks itu sendiri, praktik penggunaan teks (kewacanaan) dan praktik sosial. TG yang diteliti adalah TG yang berasal dari empat guru yang selanjutnya disebut 1.Teks Guru Simalungun (TGS), 2.Teks Guru Jawa disebut TGJ, 3.Teks Guru Mandailing disebut TGM dan 4.Teks Guru Toba yang disebut TGT. 1.5 Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis. a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menjadi satu model yang memperkaya teori analisis wacana khususnya teori AWK dengan objek penelitian mengenai TG. b. Secara praktis hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi orangorang yang mau mempelajari bahasa atau teks guru, khususnya guru yang
13 mempunyai masalah dalam penggunaan teks dalam menjelaskan pelajaran. Melalui penelitian ini, guru-guru juga diharapkan akan semakin berkembang dalam kemampuan verbal dengan memvariasikan teks mereka dalam mentransfer materi pelajaran. Implikasinya, bagaimanapun hasil penelitian ini akan memberi masukan kepada penelitian lain dan secara teori maupun praktik memberi solusi tentang pendidikan dalam pengembangan kurikulum, bimbingan konseling dan pembuatan kebijakan.
11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom
Modul ke: ANALISIS WACANA KRITIS Mengungkap realitas yang dibingkai media, pendekatan analisis kritis, dan model analisis kritis Fakultas 11Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA
ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis wacana kritis. Pendekatan analisis wacana kritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media penyalur pesan informasi ilmu pengetahuan, sarana komunikasi, dan interaksi di kelas, merupakan alat penting yang senantiasa harus diperhatikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.
BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
95 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dari program tayangan berita di MetroTV dan tvone berkaitan dengan luapan lumpur di Sidoarjo. Peneliti juga melakukan pengambilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media utama dalam mengekspresikan pikiran, mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita berbahasa atau berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi
Lebih terperinci2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah yang menjadi dasar pijakan peneliti melakukan penelitian, kemudian tujuan penelitian yang menjadi arah pada penelitian ini, selanjutnya
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya
Lebih terperinciANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai macam informasi. Media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya pendidikan yang memadai dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di tengah kompetisi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi dalam kehidupan masyarakat. Fungsi-fungsi itu misalnya dari yang paling sederhana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bab ini menggambarkan bagaimana penelitian ini dilakukan berdasarkan
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menggambarkan bagaimana penelitian ini dilakukan berdasarkan elemen-elemen metode penelitian dengan pendekatan analisis wacana kritis. Elemen-elemen tersebut meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan dengan dilakukannya penelitian ini. Bagian ini meliputi, latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 menegaskan peran penting bahasa sebagai wahana untuk menyebarkan pengetahuan dari seseorang ke orang-orang lain. Bapak Mohammad Nuh mengatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu dari empat kompetensi dasar berbahasa, melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perkembangan di bidang ilmu pendidikan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di berbagai bidang. Untuk itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang yang peneliti sampaikan, maka jenis penelitian ini lebih cocok dengan penelitian kualitatif. Menurut Raco
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hal tersebut didasari oleh penggunaan data bahasa berupa teks di media massa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan, dan diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan
1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan-kebijakan tersebut. Di awal kemerdekaan republik ini, dunia pendidikan
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan sistem pendidikan di Indonesia berdampak pada penyusunan kurikulum yang menjadi landasan pengajaran dan penyusunan materi ajar di Indonesia. Semakin sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Tanpa kemampuan berbahasa Inggris
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena pendidikan dan pembelajaran menyangkut kepentingan segenap masyarakat. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah. Materi yang diajarkan terus mengalami perubahan seiring perkembangan dan perubahan kurikulum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi perubahan di segala bidang. Salah satu bidang yang mengalami perubahan yaitu bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah ditekankan pada aspek keterampilan berbahasa dan bertujuan agar peserta didik mampu dan terampil berkomunikasi baik
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008
31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER 1. Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Mata Kuliah : Analisis Wacana Kritis 3. Kode MK : 4. Semester : 1 (satu) 5. Bobot SKS : 3 SKS 6. Dosen : Dr. Teti
Lebih terperinci2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa, dapat dilihat dari segi Pendidikannya, sehingga jika suatu bangsa ingin maju tentunya yang pertama kali harus diprioritaskan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa memiliki arti penting bagi kehidupan yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciSalah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan menulis. Menulis merupakan kegitan yang sangat kompleks karena menuntut siswa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa. Tanpa adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA STRUKTUR KURIKULUM Struktur kurikulum PS S3 PBI terdiri atas: 1. Matakuliah Landasan Keilmuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pembelajaran merupakam dua komponen yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Pembelajaran yang baik akan menentukan kualitas pendidikan
Lebih terperinci2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma yang tertanam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Patton dalam Tahir 1 Paradigma adalah sebuah pandangan dunia, perspektif umum, cara memecah kompleksitas dunia nyata. Dengan demikian, paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik siswanya menjadi warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciResume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed
Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang tidak lagi dipahami hanya sekedar proses pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi, yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting dalam sebuah negara karena peradaban dan karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurunnya peringkat pendidikan di Indonesia dari peringkat 65 pada tahun 2010 menjadi 69 pada tahun 2011 cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut tentunya sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik (Sobur, 2009: 30). Dalam hal ini, media digunakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang
Lebih terperinciSKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING MELALUI PETA KONSEP SECARA KLASIKAL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KERAGAMAN KENAMPAKAN ALAM KELAS V SEMESTER I SDN 03 KARANGREJO TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciBahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang
Penguasaan bahasa Jepang merupakan persyaratan penting bagikeberhasilan individu, masyarakat, dan bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan Bahasa Jepang dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai komponen yang saling terkait. Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA
Natalia (2017). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Bantuan Media Video Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan..Vol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sekaligus sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Bahasa digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan untuk semua atau Education For All (EFA) di Indonesia menurun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan untuk semua atau Education For All (EFA) di Indonesia menurun. Jika tahun lalu Indonesia berada di peringkat ke-65, tahun ini merosot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa dan negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui
Lebih terperinci