Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali
|
|
- Glenna Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali 1) Ika Pujiati, 2) Yeti Nurhayati, 3) Erlina Windyastuti 1) Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Makanan Anak Sekolah Dasar dapat berasal dari makanan yang disediakan di rumah, makanan yang ada di sekolah dan makanan jajanan. Makanan anak di sekolah dapat berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima, makanan bekal yang dibawa dari rumah, dan makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering. Konsumsi makanan berperan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga berpengaruh besar terhadap status gizi untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Komparatif. Penelitian dilakukan di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Pemilihan sampel menggunakan stratified random sampling. Besar sampel berjumlah 92 siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Status gizi mayoritas kategori kurus 69,6% dan jenis makanan katering 50 % di SDIT 1 Arofah, jenis makanan jajan 50% di MIN Boyolali. Hasil perhitungan dengan uji Mann Withney diketahui bahwa nilai p-value 0,95 > 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Penelitian ini dapat memberikan informasi untuk mengetahui dan mempertimbangkan pentingnya jenis makanan dengan status gizi anak sekolah dasar. Kata Kunci : Status Gizi, Jenis Makanan, Anak Sekolah 1
2 STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 The difference status of nutrition viewed from types of foods on school children in SDIT Arofah and MIN Boyolali 1) Ika Pujiati, 2) Yeti Nurhayati, 3) Erlina Windyastuti 1) Student in Nursing study STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta 3) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta Food of elementary school children can be from food which is served in the house, school or snacks from the seller. Children Food in the school can be from canteen or street food seller, and food which is brought from the house, or food which is provided by the school through catering partner. Consuming food is important for the growth of physical and intellectual. This research is to know the difference status of nutrition viewed from types of foods on school children in SDIT Arofah and MIN Boyolali. Research Method used was descriptive comparative. The research was done in SDIT 1 Arofah and MIN Boyolali. Sampling employed was stratified random sampling. The number of sampling was 92 students. Collecting data technique employed was observation. Nutrition status of majority students was thin 69.6% and catering 50% as the type in SDIT 1 Arofah, for MIN Boyolali for snack as the type of food 50%. Calculating result by Mann Withney test was known that p-value was 0.95>0.05. In conclusion, there was no differences status of nutrition viewed from types of foods on school children in SDIT Arofah and MIN Boyolali. This research informed us to know and consider the important of nutrition status on elementary school children. Keywords : nutrient status, types of food, school children 2
3 PENDAHULUAN Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia karena sangat mempengaruhi kecerdasan, produktivitas, dan kreativitas. Dalam upaya peningkatan status gizi pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin pada usia anak sekolah. Pada usia ini, anak berada pada masa awal belajar yang nantinya dapat mempengaruhi proses belajar pada masa yang akan datang. Status gizi anak sekolah perlu diperhatikan untuk menunjang kondisi fisik otak yang merupakan syarat agar anak dapat mempunyai kecerdasan tinggi. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang faktor status gizi pada anak sekolah dasar (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 2010 memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Prevalensi anak yang kurus pada anak usia 6-12 tahun sebesar 11,2%. Sedangkan prevalensi kegemukan pada anak usia 6-12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,8%. Prevalensi anak yang pendek pada anak usia 6-12 tahun sebesar 30,7%. Secara nasional prevalensi status gizi anak usia 6-12 tahun di Indonesia berdasarkan TB/U yaitu sangat pendek sebesar 15,1% dan pendek sebesar 20,5%. Sedangkan prevalensi status gizi berdasarkan IMT/U yaitu kurus sebesar 7,6% dan gemuk sebesar 9,2%. Sedangkan prevalensi status gizi anak usia 6-12 di Jawa Tengah terdiri dari 5,3% sangat kurus, 8% kurus, 75,8% normal dan 10,9% gemuk (Riskesdas, 2010). Anak usia 6-12 tahun lebih banyak aktivitasnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga anak perlu energi lebih banyak. Pertumbuhan anak lambat tetapi pasti, sesuai dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi anak. Maka dari itu sebaiknya anak diberikan makanan pagi sebelum ke sekolah, agar anak dapat berkonsentrasi pada pelajaran dengan baik dan berprestasi (Soetjiningsih, 2012). Jenis makanan anak sekolah dapat berasal dari makanan yang disediakan di rumah, makanan yang ada di sekolah dan makanan jajanan. Makanan anak di sekolah dapat berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima, makanan bekal yang dibawa dari rumah, dan makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering. Masing-masing makanan tersebut memiliki ketersediaan energi dan zat gizi yang berbeda-beda. Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi 3
4 makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit (Marmi & Kukuh, 2012). Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 Januari 2016 prevalensi status gizi anak usia 6-12 tahun di Kelurahan Siswodipuran terdiri dari 8% sangat kurus, 13,9% kurus, 50,3% normal, 17,8% gemuk (UPTD Puskesma Boyolali 1). Penelitian dilakukan di dua SD/MI yaitu di SDIT Arofah 1 Boyolali dan di Madrasah Ibtidaiah Negeri Boyolali. Sedangkan berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap kepala sekolah dan beberapa guru di SDIT 1 Arofah Boyolali jenis makanan berasal dari makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering, sedangkan di MIN Boyolali jenis makanan anak sekolah berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Tujuan khusus : Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin. 2. Mengetahui jenis makanan pada anak sekolah dasar di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. 3. Mengetahui tentang status gizi pada anak sekolah dasar di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. 4. Menganalisa perbedaan antara status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2016 di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Komparatif. Sedangkan Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SDIT 1 Arofah Boyolali dan Madrasah Iptidayah Negri Boyolali. Dengan jumlah populasi SDIT 1 Arofah 4
5 Boyolali 388 siswa dan Madrasah Iptidayah Negri Boyolali 800 siswa. Jadi total siswa SDIT 1 Arofah Boyolali dan Madrasah Iptidayah Negri Boyolali adalah siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling tehnik ini digunakan bila populasi anggotanya tidak homogen dan berstrata secara proporsioanal. Sampel pada penelitian ini berjumlah 92 siswa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Dalam pengisian lembar observasi akan diisi oleh peneliti langsung. Lembar observasi status gizi dengan menggunakan indeks masa tubuh (IMT) bersifat terbuka. Lembar observasi yang diisi oleh peneliti terdiri dari umur, jenis kelamin, kelas, tinggi badan, berat badan, IMT, dan jenis makanan katering atau jajan. Analisis univariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi umur, distribusi dan presentase variabel jenis makanan dan status gizi dengan IMT. Analisa yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada anak sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah mann withney. Uji mann withney digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal. Interpretasi apabila nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima artinya ada perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. dan apabila nilai p 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak ada perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Jenis Makanan pada Anak Sekolah di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Umur ( n = 92 ) Klasifikasi Frekuensi (orang) Presentase (%) 10 tahun 11 tahun ,1 73,9 12 tahun 11 12,0 Total Berdasarkan hasil penelitian terhadap 92 responden diketahui bahwa 13 responden berusia 10 tahun (14,1%), 68 responden berusia 11 tahun (73,9%), dan 11 responden berusia 12 tahun (12,0%). Menurut Adriani dan Wirjatmadi (2012) anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12 tahun. Selain batasan umur, anak usia sekolah juga dikenal sebagai periode 5
6 usia pertengahan dan usia masa sekolah. Hal ini menunjukan periode anak usia sekolah mulai masuk ke lingkungan sekolah (Hockenberry & Wilson, 2009). Pengertian ini didukung pula Potter dan Perry (2009) yang menyatakan bahwa periode usia sekolah dimulai saat anak memasuki sekolah dasar dengan usia enam tahun. Pada usia 12 tahun, anak mengalami pubertas dan menandakan akhir dari masa usia sekolah. WHO dalam Kurniasih dkk (2010), pubertas terjadi pada masa remaja (10-19 tahun). Kesimpulan dapat ditarik bahwa anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, mulai memasuki kehidupan sekolah dan berakhir menjelang pubertas. 2. Analisa Univariat Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ( n = 92 ) besar status gizi anak adalah kategori kurus sebesar 64 responden (69,6%), kategori normal 21 responden (22,8%), kategori gemuk 5 responden (5,4%) dan kategori obese 2 responden (2,2%). Menurut Sulistiyoningsih (2012) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zatzat gizi. Keadaan gizi disebut juga keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam sel-sel tubuh. Ketersediaan zat gizi bisa bersifat lebih, kurang, buruk atau seimbang (Indra dan Wulandari, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah produk pangan (jumlah dan jenis makanan), pembagian makanan atau pangan, akseptabilitas (daya terima) menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan (Cakrawati dan Mustika, 2012). Karakteristik Berdasarkan Jenis Makanan Responden Tabel 3 Karakteristik Responden Ber IMT Frekuensi Prosentase dasa (%) rkan Kurus 64 69,6 Normal 21 22,8 Jeni Gemuk 5 5,4 Obese 2 2,2 s Jumlah Makanan ( n = 92 ) Berdasarkan hasil penelitian terhadap 92 responden diketahui bahwa sebagian 6
7 Jenis Frekuensi Prosentase Makanan (%) Katering Jajan jumlah Berdasarkan hasil penelitian terhadap 92 responden diketahui bahwa 46 responden jenis makanannya adalah katering (50,0%) dan 46 responden jenis makanannya adalah jajan (50,0%). Menurut Yulianti dan Santoso (2005) makanan Anak Sekolah Dasar dapat berasal dari makanan yang disediakan di rumah, makanan yang ada di sekolah dan makanan jajanan. Makanan anak di sekolah dapat berasal dari makanan jajanan di kantin atau pedagang kaki lima, makanan bekal yang dibawa dari rumah, dan makanan yang disediakan oleh sekolah melalui penyelenggaraan makanan katering. Masing-masing makanan tersebut memiliki ketersediaan energi dan zat gizi yang berbeda-beda. Menurut Wirakusumah et. al (2006), tujuan umum penyelenggaraan makananan di sekolah adalah memperbaiki status gizi anak yang pergi ke sekolah tanpa sarapan dan tanpa membawa bekal, meningkatkan kehadiran, memperbaiki prestasi belajar, dan mendukung pendidikan gizi di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Mukrie (2005) menyebutkan institusi dituntut untuk dapat menyediakan makanan yang baik, memberikan pelayanan yang cepat dan menyenangkan, menyediakan menu seimbang dan bervariasi dengan harga layak dan sesuai dengan pelayanan yang diberikan, serta memiliki standar kebersihan yang baik. Menurut Irianto, K (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan dipinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Judarwanto, 2007). Jajanan kaki lima adalah makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Sebagian besar anak-anak sekolah lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan jajanan tersebut. Jajanan tersebut banyak dijumpai di lingkungan sekolah dan sering dikonsumsi oleh anak-anak 7
8 sekolah. Anak-anak seringkali tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang menarik perhatian, rasanya yang menggugah selera, dan harganya yang terjangkau (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). 3. Analisa Bivariat Tabel 4 Hasil Uji Bivariat dengan Mann Withney Status Gizi Z U Sig (pvalue) 0, ,50 0,95 Hasil perhitungan dengan uji Mann Withney diketahui bahwa nilai mann withney (z-hitung) sebesar 0,06 dengan nilai asymp sig (p-value) sebesar 0,95. Dengan menggunakan taraf signifikan (α) sebesar 0,05, ternyata nilai Sig > 0,05, sehingga Ho diterima. Dengan demikian tidak ada perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada murid SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali. Faktor-faktor status gizi anak sekolah dasar tidak hanya dari jenis makanan. Seprianti dkk (2015) dalam penelitianya menyatakan bahwa secara garis besar ada tiga faktor utama yang dapat menyebabkan masalah gizi, yaitu faktor penjamu, agens, dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi faktor genetik, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, keadaan fisiologis, keadaan imunologis, kebutuhan zat gizi, dan kebiasaan seseorang. Faktor agens meliputi faktor gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, fisiologi, genetik, psikis, kekuatan fisik, dan biologis atau parasit. Sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Masalah gizi dapat dilihat dari ketidakseimbangan anatara faktor penjamu, agens, dan lingkungan. Penyelenggaraan makanan di sekolah biasanya melibatkan katering. Dalam pelaksanaannya proses penyelenggaraan makanan ini memerlukan prinsip-prinsip manajemen agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Makanan yang disajikan dalam penyelenggaraan makan harus dapat menyumbangkan energi 1/3 dari total kebutuhan energi anak (Mahan & Stump 2004). Kantin atau warung sekolah merupakan salah satu tempat jajan anak sekolah selain penjual jajanan di luar sekolah. Kantin sekolah mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan perilaku makan siswa sehari-hari melalui penyediaan pangan jajanan di sekolah. Kantin sekolah dapat menyediakan makanan sebagai pengganti makan pagi dan makan siang di rumah serta cemilan dan minuman yang sehat, aman dan bergizi. Keberadaan kantin sekolah memberikan 8
9 peranan penting karena mampu menyediakan kurang lebih seperempat konsumsi makanan keluarga karena keberadan peserta didik di sekolah yang cukup lama. Kantin sekolah sehat yang memenuhi standar kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu indikator sekolah sehat (Nuraida, et al. 2009). Dalam satu segi, jajan mempunyai aspek positif dan dalam segi lainya jajan juga bisa bermakna negatif. Rentang waktu antara makan pagi dan makan siang adalah relatif panjang, oleh karena itu anak-anak memerlukan asupan gizi tambahan di antara waktu makan tersebut. Makanan jajanan seringkali lebih banyak mengandung unsur karbohidrat dan hanya sedikit mengandung protein, vitamin, mineral. Akibat ketidaklengkapan gizi dalam makanan jajanan, maka pada dasarnya makanan jajanan tidak dapat mengganti sarapan pagi atau makan siang. Anakanak yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan perutnya akan merasa kenyang karena padatnya kalori yang masuk ke dalam tubuhnya. Sementara gizi seperti protein, vitamin, dan mineral masih sangat kurang (Khomsan 2005). SIMPULAN 1. Usia anak di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali mayoritas responden berusia 11 tahun yaitu sebanyak 68 anak (73,9%), dan mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 54 anak (58,7%). 2. Berdasarkan jenis makanan di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali terdapat 46 responden (50%0 dengan jenis makanan katering dan jajan 46 responden (50%). 3. Sebagian besar status gizi dengan menghitung IMT di SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali adalah dengan kategori kurus sebanyak 64 anak (69,6%) dan didapatkan juga anak dengan kategori obese sebanya 2 anak (2,2%). 4. Tidak terdapat perbedaan status gizi ditinjau dari jenis makanan pada murid SDIT 1 Arofah dan MIN Boyolali dengan p-value 0,950 > 0,05. SARAN 1. Bagi Masyarakat Masyarakat hendaknya meningkatkan pemahamanya tentang jenis makanan yang mempengaruhi status gizi melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat membantu mengetahui tentang jenis makanan apa yang baik untuk status gizi anak sekolah dasar. 2. Bagi Sekolah Dasar Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada sekolah dasar untuk mengetahui dan mempertimbangkan 9
10 pentingnya jenis makanan dengan status gizi anak sekolah dasar. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi dan literatur kepustakaan yang dapat memperkaya pengetahuan tentang jenis makanan dan status gizi serta untuk keperluan referensi bagi peserta didik khususnya dalam bidang penelitian. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan jenis makanan dan status gizi pada anak sekolah dasar dengan memperhatikan rekomendasi dari peneliti ini. 5. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pemahamn bagi peneliti tentang jenis makanan dan status gizi pada anak sekolah dasar sehingga dapat mengembangkan penelitian serta dapat mempromosikan hal-hal tentang jenis makanan dan status gizi yang baik. DAFTAR PUSTAKA Adriani, M dan Wirjatmadi, B Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana. Cakrawati D & Mustika NH Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan. Bandung : Alfabeta. Irianto K Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : Alfabeta. Khomsan A Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Kurniasih dkk Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta : Gramedia. Mahan LK, Stump SE Krause s Food, Nutrition, & Diet Therapy 11th Edition. USA : Elsevier. Mukrie, N. A., dkk Manajemen Pelayanan Gizi Institusi. Jakarta: Dasar Depkes RI. Nuraida et al Pedoman menuju kantin sehat. Bogor: Seafast Center. Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC. Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Soetjiningsih., Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Waryana Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 10
11 Wirakusumah E dan Pranadji DK Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar [Diktat]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Yulianti, L, & H. Santoso Manajemen Gizi Institusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II. 11
BAB I PENDAHULUAN. pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DENGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR DALAM MEMILIH MAKANAN JAJANAN DI SD N KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J.300
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus yang sehat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan pembinaan dan peningkatan
Lebih terperinciKEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING
KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING SNACKING HABIT ON NUTRITIONAL STATUS OF CATERING AND NON-CATERING STUDENTS FOOD CONSUMER Iken Rahma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status gizi anak. Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor utama penentu status gizi seseorang. Status
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR
ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR Gizi memegang peranan penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Perbaikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas
BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 usia minumum yaitu 127 bulan dan maximum yaitu 161 bulan. Jumlah responden
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI SISWA DI SD MUHAMMADIYAH BENDO SRANDAKAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN POLA MAKAN PAGI DENGAN STATUS GIZI SISWA DI SD MUHAMMADIYAH BENDO SRANDAKAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RATIH YULYASTRI 201010201089 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi
321 GIZIDO Volume 4 No. 1 Mei 2012 Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Nonce N. Legi HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG Nonce Nova
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang tahap ke dua ( PJP II) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH
HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa, sedangkan menurut Depkes RI 2006 jumlah remaja meningkat yaitu 43 juta jiwa, dan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai
Lebih terperinciPENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )
54 PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo ) Sri Sayekti* Wahyu Yugo Utomo** STIKES Insan Cendekia Medika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu pondok pesantren. Sebagian besar dari jumlah santri merupakan usia remaja. Menurut Soetjiningsih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, salah satunya ialah remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan-amalia.org, 2013)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO Mercy M. H. Momongan 1), Maureen I. Punuh 1), Paul A. T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah
Lebih terperinciHubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016
Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
Lebih terperinciJURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53 48 50 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53 Status Gizi Anak Kelas III Sekolah Dasar Negeri 1 Sungaililin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 1 KOTA MANADO. Puput Dewi Purwanti 1), Shirley E.S Kawengian 1), Paul A.T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 217 18 HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI Enggar Anggraeni
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN
Hubungan Asupan Makanan...(Muhammad Abdul) 1 HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN Oleh: Muhammad Abdul Karim, Prodi Pendidikan Jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarapan didefinisikan mengkonsumsi makanan atau minuman yang menghasilkan energi dan zat gizi lain pada pagi hari, yang dilakukan dirumah sebelum berangkat melakukan
Lebih terperinciGAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR
GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.
A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini lebih dititikberatkan pada pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia seutuhnya. Salah satu agenda pembangunan nasional adalah
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG
HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG Correlation Of Satisfaction Level Of Food Quality With Energy And Macronutrient
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Rismintarti Sulastinah 1610104193 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIPLOMA IV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia sampai saat ini masih mencakup 4 hal yaitu Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sangat beragam jenisnya dan berkembang pesat di Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam tubuh yaitu berkisar antara 10-20%.
Lebih terperinciGambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti
KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah periode yang menjembatani masa kehidupan anak dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Menurut Depkes RI tahun 2009 kategori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu alasan tingginya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi kurang yang ada di Indonesia masih belum teratasi dengan baik. Saat ini Indonesia telah dihadapkan dengan masalah gizi baru yaitu masalah gizi lebih.
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN 1* Marinawati, 2 Rosmeri Bukit 1 STIKes Prima Prodi D III Kebidanan 2 Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru *Korespondensi penulis
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas SDM merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional, untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting, dimana gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun Negara maju. Di Indonesia sejak tahun 1950 sudah terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini gizi menjadi masalah baik di Negara berkembang maupun Negara maju. Di Indonesia sejak tahun 1950 sudah terdapat kekhawatiran bahwa gizi buruk dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan (www.yayasan.amalia.org, 2013)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah satu masa usia anak yang sangat berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat
20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan
Lebih terperinciHubungan Antara Kecukupan Gizi dengan... (Mochamad Rahmat Hidayat ) / 1
Hubungan Antara Kecukupan Gizi dengan... (Mochamad Rahmat Hidayat ) / 1 HUBUNGAN ANTARA KECUKUPAN GIZI DENGAN STATUS GIZI PESRTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 SEMPOR KAB. KEBUMEN A RELATIONSHIP BETWEEN
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta
Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO
HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO Retno Dewi Noviyanti, S.Gz,. M.Si Dosen S1 Ilmu Gizi Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Status gizi adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciSTIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL
STIKES NGUDI WALUYO ARTIKEL PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BERDASAR PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SD NEGERI WILAYAH KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG Disusun Oleh Rofiyati NIM : 010112A089
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: TITIN TRY WULANDARI 201210201071
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT
1 POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN 060921 KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Ratna Juwita Sari 1, Zulhaida Lubis 2, Jumirah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kesehatan Gizi Masyarakat 2 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan
Lebih terperinciGAMBARAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DARI MAKANAN JAJANAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH SEKITAR MINIMARKET DAN PERBELANJAAN TRADISIONAL KOTA MAKASSAR DESCRIPTION OF ENERGY AND PROTEIN INTAKE OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral
Lebih terperinciHUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciISSN Vol 2, Oktober 2012
ISSN 2 57 Vol 2, Oktober 22 HUBUNGAN STATUS GIZI DAN JENIS SARAPAN PAGI SERTA TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SDN PULAU LAWAS KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG SYAFRIANI Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan pada kualitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012
HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik di masa mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya perubahan-perubahan yang berlangsungnya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR Iis Mega Arianti, Winarni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Latar belakang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fokus terhadap peraturan teman, namun orangtua masih berpengaruh dalam. memberikan arahan untuk anak (Santrock, 2008; Wong, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah mulai melepaskan diri dari kelompok orang dewasa dan memiliki rasa solidaritas terhadap kelompok teman sebaya (Wong, 2009). Peer group atau teman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik yang tinggal di
Lebih terperinciPERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL
PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL DENGAN NON FULL DAY SCHOOL DI DESA TULAKAN KABUPATEN PACITAN NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja (Titi S, 2004 dalam Qonita, 2010).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan
Lebih terperinci