BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar kata Sas, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata Tra, biasanya menunjukkan alat dan suasana. Berdasarkan hal itu, sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran. Dalam buku Teori Sastra, Rene Wellek dan Austin Werren berpendapat, sesuatu dapat dikatakan sastra apabila merupakan suatu kegiatan kreatif sebagai sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Selain itu, sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (1991: 3). Menurut Esten (1978: 9), sastra adalah pengungkapan dari fakta artistic dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan mempunyai efek positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Perwujudan dari fakta artistic dan imajinatif yang dikemukakan oleh Esten tersebut dapat berupa banyak hal. Salah satunya adalah komik, komik merupakan salah satu bentuk perwujudan dari sastra yang mempunyai nilai artistic. Menurut F.Lacassin (1998: 4), komik adalah sarana pengungkapan yang benarbenar orisinal karena menggabungkan gambar dengan teks. Komik berbeda dengan cerita bergambar atau sinema. Menurut Marcell Bonneff (1998: 194), komik 1

2 2 merupakan faktor penting dari sebuah evolusi dan dianggap sebagai alat komunikasi massa yang menggabungkan konsepsi khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, komik yang pada awalnya hanya berbentuk buku perlahan-lahan mulai berubah bentuk menjadi digital. Komik yang berbentuk digital inilah yang disebut dengan Webtoon. Webtoon atau webcomics ini merupakan komik digital yang didistribusikan melalui jaringan internet dan Webtoon ini merupakan komik khas berwarna yang hanya dapat diakses melalui internet yang populer di Korea Selatan. Meskipun ada sedikit perbedaan dengan komik yang asli, Webtoon tetap dapat disebut sebagai sebuah komik. Salah satu komik Webtoon yang sedang populer di Korea dan Indonesia adalah komik Webtoon berjudul Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei). Fenomena webtoon sudah ada sejak tahun 1900an 1, dimulai ketika peminat komik sudah mulai menurun karena adanya berbagai macam hiburan lainnya. webtoon ini berbeda dengan komik pada umumnya, dimana webtoon disajikan dengan tampilan yang lebih berwarna. Tidak seperti pada komik biasa yang gambarnya hanya disajikan dengan warna hitam dan putih saja. Selain itu dengan adanya kemajuan dalam alat komunikasi dan semakin cepatnya internet, webtoon juga menjadi lebih praktis dan mudah untuk dibaca oleh semua orang. Hal ini dikarenakan webtoon kebanyakan disediakan secara gratis sehingga memudahkan orang untuk membacanya. 2 Isi cerita komik biasa dan webtoon juga dapat dikatakan 1 mangabookshelf.com/565/an-introduction-to-korean-webcomics/ 2

3 3 mempunyai banyak perbedaan, salah satunya adalah perbedaan dalam genre yang ditampilkan. Webtoon tidak seperti komik dimana penulis komik harus mematuhi peraturan yang ada dalam perusahaan penerbitan tempat bernaungnya penulis tersebut. Penulis webtoon lebih mendapatkan kebebasan untuk menulis hal yang mereka inginkan sesuai dengan kreatifitas masing-masing penulis. Selain itu, karena webtoon ditampilkan di sebuah website, para penulis dan pembaca dapat saling berinteraksi dengan mencantumkan komentar di halaman website tersebut. Dengan adanya interaksi tersebut tidak jarang komentar dari pembaca menjadi sebuah masukan ide cerita untuk penulis dalam melanjutkan webtoon mereka. Pembaca dapat dikatakan membawa sebuah peran besar untuk menentukan kelanjutan dari episode webtoon tersebut. Hal inilah yang menyebabkan genre dari webtoon lebih beragam dan lebih luas cakupannya dibanding dengan komik. Isi dari cerita yang disajikan di webtoon banyak yang menampilkan pengalaman pribadi penulisnya, sehingga lebih mudah mendapatkan simpati dari masyakarat dan ada juga isi webtoon yang mengajarkan bahasa Korea kepada pembacanya. 3 Cerita pengalaman pribadi penulis yang diangkat ke sebuah webtoon dan faktor lain tersebut diatas inilah yang sangat jarang bisa ditemukan di dalam sebuah komik dan hal inilah yang menyebabkan webtoon populer, memiliki sedikit keunggulan dibanding komik dan sangat menarik untuk dikaji. Lookism memiliki arti sebagai prasangka atau diskriminasi yang didasarkan pada penampilan fisik. 4 Terutama diskriminasi terhadap penampilan fisik yang dianggap gagal untuk mencapai gagasan masyarakat terhadap suatu keindahan. Lookism ini

4 4 juga dapat dianggap sebagai bentuk rasisme baru, dimana orang tidak dapat menerima penampilan atau rupa wajah orang yang kurang ideal. 5 Lookism dalam bahasa Korea adalah 외모지상주의 (Waemojisangjueui) yang berasal dari kata 외모 (Waemo) yang berarti penampilan, 지상주의 (JisangJueui) yang berarti menjunjung tinggi. Untuk itu, 외모지상주의 /Waemojisangjuei (Lookism) ini mempunyai arti pandangan yang berorientasi pada penampilan atau idealisme terhadap penampilan. Sementara itu, penampilan menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan yang menampilkan atau ditampilkan dengan mengesankan. Masih dalam KBBI, pengertian ideal adalah sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau dianganangakan atau dikehendaki. Maka dari itu, penampilan yang ideal dapat diartikan sebagai sebuah perbuatan yang dilakukan untuk menampilkan sesuatu hal sesuai dengan apa yang dicita-citakan atau dikehendaki. Penampilan fisik yang dianggap ideal selalu berubah-ubah tergantung dari trend atau mode pada suatu zaman dan budaya dalam suatu negara. Trend atau mode atau penampilan yang saat ini cenderung populer dan digandrungi oleh banyak orang adalah trend penampilan seperti orang barat. Penampilan orang barat dengan bentuk wajah yang tirus dengan mata yang besar dan memiliki kelopak mata. Kemudian bentuk tubuh yang seksi dan atletis, seperti artis dan model Hollywood. Gaya pakaian mereka yang sering menggunakan pakaian dari rancangan desainer brand 5 Anonim Penampilan Anonim Pekerjaan. Diakses pada tanggal 2 Desember Pada pukul wib.

5 5 terkenal juga banyak dijadikan acuan oleh remaja-remaja saat ini. Menurut masyarakat terutama remaja saat ini, penampilan artis dan model hollywood yang terkenal seperti itu merupakan penampilan yang dianggap ideal oleh mereka. Karena itu lah banyak dari mereka yang berusaha untuk memiliki penampilan seperti artis atau model hollywood tersebut. Orang yang tidak berpenampilan seperti mereka sering dianggap sebagai kurang baik. Namun, hal ini tergantung akan pandangan dan selera orang masing-masing. Lookism saat ini telah menjadi suatu fenomena tertentu di masyarakat karena semakin banyaknya orang yang melihat sesuatu hanya berdasarkan penampilan fisiknya saja. Selain itu, perkembangan mode, kosmetik dan teknologi juga membuat semakin banyak orang yang peduli akan penampilan terutama pada bagian wajah. Salah satu komik di Korea Selatan yang mengangkat tema tentang Lookism ini adalah komik Webtoon yang berjudul Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) yang ditulis oleh seorang komikus bernama Park Tae Jun ( 박태준 ). Komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini merupakan sebuah komik fiksi yang menceritakan tentang seorang anak SMA yang bernama Park Hyeong Seok yang selalu ditindas di sekolahnya karena ia memiliki wajah yang jelek, tubuh yang gendut dan tinggi badan yang pendek. Karena ini ia sering dijuluki dengan nama binatang oleh teman-temannya dan sering menjadi bahan ejekan. Namun, suatu hari ketika ia memutuskan untuk pindah sekolah ke kota lain, di sekolah baru tersebut ia mendapatkan semacam kekuatan untuk bisa memiliki dua tubuh sekaligus. Dua tubuh yang ia miliki tersebut, masing-masing sangat bertolak

6 6 belakang. Tubuh aslinya adalah tubuhnya yang gendut, jelek dan pendek, sedangkan tubuh ke-duanya adalah tubuh yang memiliki wajah yang tampan, tinggi dan proporsional berotot yang sangat ideal bak seorang model. Kemudian Park Hyeong Seok pun memutuskan untuk pergi ke sekolah barunya dengan menggunakan tubuh keduanya yang bak model tersebut agar terhindar dari penindasan yang kemungkinan akan menimpanya lagi. Semenjak menggunakan tubuh keduanya tersebut dunia pun mulai berubah untuk Park Hyeong Seok, banyak orang yang menerimanya dengan baik dan tidak memperlakukan dirinya semenamena. Namun, setelah ia menjalani kehidupan dengan menggunakan 2 tubuh yang berbeda tersebut, Park Hyeong Seok sendiri pun mulai menyadari meskipun penampilan bukanlah segalanya namun, penampilan yang ideal sangat penting. Park Tae Jun membuat kisah webtoon ini berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri. Pada masa sekolah Park Tae Jun sama seperti Park Hyeong Seok yang sering dibully oleh teman-temannya. Pada saat itu, ia cenderung tidak menarik dan karakternya cenderung tertutup serta rendah diri. Ia pun kemudian harus pindah sekolah karena tidak tahan dibully terus menerus, di lingkungan baru ia berusaha untuk berubah, lebih menerima dan membuka diri. Dengan perubahan tersebut Park Tae Jun bermetamorfosis menjadi seorang yang rupawan dengan segala keahlian dan bakat yang dimilikinya. 6 Penggunaan pengalaman pribadi penulis sebagai salah satu latar belakang dari kisah webtoon ini menunjukkan ini sebagai bagian dari unsur ekstrinstik sastra. 6 Anonim Mengenal Kreator Webtoon Lookism Park Tae Jun. Diakses pada tanggal 2 Desember Pada pukul wib.

7 7 Seperti cerita yang ada dalam komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini, masyarakat Korea Selatan juga sangat menjunjung tinggi penampilan. Penampilan dianggap segalanya sehingga tidak memungkiri jika disana banyak terdapat klinik kecantikan yang menawarkan prosedur operasi plastik agar penampilan bisa berubah menjadi lebih baik. Meskipun komik Webtoon ini merupakan sebuah komik fiksi, namun komik ini mampu merepresentasikan kehidupan masyarakat Korea yang terobsesi akan sebuah penampilan. Karena itu, untuk dapat mengetahui bentuk keobsesian masyarakat Korea akan penampilan itu, penulis akan menggunakan teori Swingewood untuk menjawabnya. Selain itu, penulis juga menggunakan beberapa teori tentang diskriminasi dan bullying untuk menjelaskan bentuk diskriminasi terhadap penampilan yang terjadi dalam masyarakat Korea. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Bagaimana idealisme masyarakat Korea terhadap penampilan dan obsesi beserta implementasinya dalam komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei)?? b) Bagaimana bentuk diskriminasi akibat penampilan yang ditampilkan dalam Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei)?

8 8 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian tentu terdapat tujuan yang ingin dicapai, termasuk penelitian yang dilakukan terhadap komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei). Penelitian terhadap Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini memiliki tujuan sebagai berikut : a) Mengetahui bagaimana idealisme masyarakat Korea terhadap penampilan dan obsesi beserta implementasinya dalam komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei). b) Mengetahui bentuk diskriminasi akibat penampilan yang ditampilkan dalam komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini dapat digolongkan ke dalam dua sisi, yaitu secara teoritis dan praktis. a) Manfaat secara teoritis dari penelitian komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini adalah agar mampu mengungkapkan bagaimana idealisme, implementasi dan obsesi masyarakat Korea terhadap penampilan dan bentuk diskriminasi yang diterima oleh seseorang karena penampilan dalam masyarakat Korea.

9 9 b) Manfaat secara praktis dari penelitian komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini adalah guna menambah wawasan para pembaca tentang sosial budaya masyarakat Korea. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dialog antar tokoh yang terdapat dalam komik berbahasa Korea, yaitu komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei). Lingkup penelitian ini dibatasi pada gambargambar komik yang memuat permasalah yang akan dikaji dari bab I sampai bab IV. Penelitian skripsi ini hanya akan mengambil chapter/episode Komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) dari chapter/episode 1 hingga chapter/episode 80. Hal ini dikarenakan Komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) yang belum tamat di Korea-nya itu sendiri dan karena pada chapter/episode 1 hingga 80 memuat berbagai macam permasalahan yang dijadikan rumusan masalah dalam penelitian ini. Dialog dan gambar yang ada dalam komik ini akan diteliti menggunakan teori sosiologi sastra. 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dari penelitian komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) ini dilakukan dengan melihat dan beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisis komik dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

10 10 Di dalam jurusan bahasa Korea terdapat penelititan oleh Ophilia Permata Sari (2015) yang berjudul Pro dan Kontra Operasi Plastik di Korea dalam Film 200 Pounds Beauty ( 미녀는괴로워 : Kajian Sosiologi Sastra). Yang didalamnya menjelaskan dan meneliti tentang bagaimana pro dan kontra fenomena operasi plastik di Korea yang tercermin dalam film 200 Pounds Beauty. Selain itu, di dalam jurusan Bahasa Korea juga terdapat penelitian oleh Okita Tadastra (2008) yang berjudul Representasi Nilai Sosial Masyarakat Korea Kajian Sosiologi Sastra Terhadap Komik Lee Su Il Gwa Sim Su Ae ( 이수일과심수애 ) Karya Jo Il Jae yang didalamnya menjelaskan mengenai nilai-nilai sosial yang ada pada masyarakat Korea. Dimana nilai-nilai sosial tersebut sudah mendarah daging dan turun temurun dilakukan. Nilai-nilai tersebut mengandung nilai-nilai sosial yang berkaitan erat dengan nilai-nilai konfusianisme yang ada di Korea. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Okita Tadastra, pada penelitian ini penulis akan lebih berfokus pada arti penting penampilan bagi masyarakat Korea dan bentuk penindasan akibat penampilan yang ada di Korea itu sendiri. 1.7 Landasan Teori Sosiologi menurut Weber (2009: 17) diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memahami perilaku sosial secara interpretatif supaya diperoleh kejelasan mengenai sebab-sebab, proses serta efeknya. Dalam buku The Sociology of Literature, Swingewood (1972:11-12) memberikan batasan mengenai pengertian sosiologi dan sastra. Menurut Swingewood, sosiologi adalah pendekatan ilmiah yang menekankan analisis secara

11 11 objektif tentang manusia dalam masyarakat, tentang lembaga kemasyarakatan, dan proses-proses sosial. Selanjutnya, mengenai sastra, Swingewood menyatakan sastra juga terkait dengan dunia kemasyarakatan itu dan keinginannya melakukan perubahan terhadap dunia kemasyarakatan. Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosiobudaya yang mencatat kenyataan sosiobudaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu. Penelitian ini akan menggunakan teori sosiologi sastra sebagai landasan teorinya. Berdasarkan pendapat Swingewood di atas, diperoleh gambaran bahwa antara sosiologi dan sastra memiliki persamaan dalam hal objek atau sasaran yang dibicarakan. Objek atau sasaran yang dimaksud adalah manusia dalam masyarakat serta segala aspek yang berkaitan dengan masyarakat itu. Hubungan sosiologi dengan sastra, menurut Swingewood (1972:31) bersifat dialektis atau sastra tidak hanya memberi dampak pada masyarakat tetapi juga menerima dampak dari masyarakat. Dalam konsep sosiologi sastra Swingewood, terdapat tiga perspektif yang dapat digunakan untuk melihat fenomena sosial dalam karya sastra. Ketiga perspektif itu dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Perspektif yang paling popular mengambil aspek dokumenter sastra yang memberikan perhatian pada cermin zaman (Swingewood dan Laurenson, 1972:13). 2. Perspektif kedua tentang sosiologi sastra mengambil cara lain dengan memberikan penekanan pada bagian produksi dan lebih khusus pada situasi sosial penulis (Swingewood dan Laurenson, 1972:17).

12 12 3. Perspektif ketiga menuntut satu keahlian yang lebih tinggi, mencoba melacak bagaimana suatu karya sastra benar-benar diterima oleh masyarakat tertentu pada suatu momen sejarah tertentu (Swingewood dan Laurenson, 1972:21). Ketiga perspektif tersebut dapat diterapkan bersama-sama dan dapat pula dipilih salah satu untuk dijadikan alat analisis. Penelitian ini akan menggunakan perspektif pertama, yaitu dokumenter sastra yang memberikan perhatian pada cerminan zaman sebagai alat analisis datanya. 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti objek sastra ini adalah kajian sosiologi sastra. Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertama, peneliti melakukan studi pustaka untuk menentukan objek material dengan memahami dan mencari rumusan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian. Kedua, peneliti mencari dan memilih teori yang akan digunakan sebagai teori utama. Pada penelitian ini akan menggunakan teori sosiologi sastra sebagai teori utamanya. Ketiga, peneliti melakukan pengumpulan data dengan memilih unsurunsur di dalam komik yang mempresentasikan arti penting penampilan bagi masyarakat Korea. Kemudian melakukan penelitian dengan metode analisis data, menarik kesimpulan dan melakukan penulisan dan penyusunan. Terakhir, peneliti membaca kembali hasil penelitian dan merevisi hal-hal yang perlu direvisi sebelum melaporkan hasil penelitian Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, memilih unsur-unsur di dalam komik yang mempresentasikan arti penting penampilan bagi

13 13 masyarakat Korea dan unsur-unsur bentuk penindasan akibat penampilan di Korea. Kedua, menerjemahkan percakapan di dalam panel komik yang mempresentasikan keobsesian masyarakat Korea terhadap penampilan dan bentuk diskriminasi akibat penampilan yang tercermin dalam komik Webtoon Lookism ( 외모지상주의 /Waemojisangjuei) yang telah dipilih dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Ketiga, memaparkan, menjelaskan dan mengaitkan hal-hal yang mencakup permasalahan tersebut dengan uraian teks. Terakhir, membuat kesimpulan mengenai representasi arti penting penampilan dan bentuk penindasan akibat penampilan dalam masyarakat Korea. Setelah itu, melakukan pengumpulan data pendukung dengan melakukan studi kepustakaan. Data pendukung di dapat dari buku, kamus, artikel cetak maupun online baik dalam bahasa Korea, Inggris, maupun Indonesia Metode Analisis Data Metode analisis data juga akan dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, adalah melakukan klarifikasi data. Kedua, menganalisis data dengan menggunakan teori sosiologi sastra Swingewood dan menerjemahkan dialog berdasarkan Kamus Bahasa Korea-Indonesia dan Naver dictionary. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan mencari informasi mengenai idealisme dan implementasi terhadap penampilan dan bentuk diskriminasi akibat penampilan yang terjadi di Korea dengan bantuan buku dan internet. Dari analisis tersebut akan dapat disimpulkan deskripsi idealisme, implementasi dan diskriminasi terhadap penampilan bagi masyarakat Korea dan bagaimana penampilan seseorang dapat mempengaruhi

14 14 perlakuan yang diterima dari orang lain di Korea. Adapun langkah-langkah kerja kerja dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Membaca keseluruhan isi komik. Memilih unsur-unsur di dalam komik yang merepresentasikan idealisme, implementasi dan bentuk diskriminasi terhadap penampilan. Menerjemahkan percakapan di dalam panel komik yang memuat semua hal yang mengandung idealisme, implementasi dan bentuk diskriminasi terhadap penampilan. Mencari data tentang idealisme, implementasi dan bentuk diskriminasi terhadap penampilan yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Melakukan peng-kategorisasian data dan analisis data berdasarkan hasil dari pencarian data yang sebelumnya sudah dilakukan. Penyusunan laporan dalam bentuk skripsi

15 Sistematika Penyajian Laporan penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan bab pengantar yang akan memberikan sekilas gambaran tentang penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitan dan sistematika penyajian. Bab II akan memberikan paparan pemikiran tentang idealisme dan implementasi masyarakat Korea terhadap penampilan beserta obsesinya yang terdapat dalam komik Webtoon Lookism ini. Diikuti dengan berbagai landasan teori penelitian yang dikutip dari para ahli. Pada Bab III akan dipaparkan tentang bentuk-bentuk diskriminasi terhadap penampilan yang terdapat dalam komik Webtoon Lookism ini. Bab IV merupakan hasil laporan penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh gambaran dan realitas sosial. Media bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh gambaran dan realitas sosial. Media bukan hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media menyalurkan nilai-nilai yang normatif yang berbaur dengan berita dan hiburan. Ini karena media telah menjadi sumber dominan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif seseorang baik yang berdasarkan atas apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sastra berhubungan erat dengan masyarakatnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan munculnya berbagai hasil karya sastra yang mengangkat tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu hal yang bersifat indah. Keindahan yang terdapat dalam karya sastra tersebut merupakan hasil imajinasi pengarang yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Benni Yohanes, S. Sen., M. Hum. dalam bukunya berjudul Seni Tata Rias dalam Dimensi Sosial, pada dasarnya tata rias adalah sebuah seni dalam menciptakan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya siswa dituntut untuk terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat. Menulis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komik adalah media bercerita melalui gambar-gambar yang disusun sedemikian rupa membentuk narasi. Dalam perkembangannya, komik sempat reaksi keras dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sering disebut sebagai dunia dalam kata, bukan dunia manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa diterjemahkan kembali ke dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penciptaan Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk browsing internet atau menonton televisi dan film-film yang cenderung menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi 142 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari beragam bentuk dan kisah-kisah pahlawan super yang sudah menjadi konsumsi penulis sejak kecil hingga dewasa, dan akhirnya penulis pun dapat membuat karakter pahlawan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bergaul di tengah masyarakat, hal yang terpenting adalah mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bergaul di tengah masyarakat, hal yang terpenting adalah mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam bergaul di tengah masyarakat, hal yang terpenting adalah mengetahui cara menjalin hubungan dengan orang yang berbeda sifat dan karakter. Setiap masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menyimak, membaca, berbicara, menulis dan satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan oleh semua makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri berfungsi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir, serta keterampilan ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya tarik di mata para remaja, mereka lebih memilih untuk pergi melihat bioskop yang memutar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif dimana manusia beserta kehidupannya menjadi objeknya. Sebagai hasil seni kreatif sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat. Kesadaran mengenai sebuah penampilan dirasa sangat penting dewasa ini, baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas orang dari segala jenjang usia. Namun, apakah semua orang bisa menikmati sebuah novel tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Korea Selatan juga telah dinobatkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal

Lebih terperinci

PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI

PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI PERANCANGAN NOVEL GRAFIS KEMBANG JEPUN RESHA PURNAMA SARI 3407100129 Remy Sylado Penulis dan seniman Menerima penghargaan sastra khatulistiwa 2002 Menerima penghargaan MURI atas melalui buku kumpulan sajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Bab 1. Pendahuluan. tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Ada begitu banyak kebudayaan dalam dunia tempat kita tinggal. Mulai dari budaya tertua di dunia seperti budaya Mesir, Cina, Babilonia, hingga kebudayaan yang termuda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bertujuan agar empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peranan penting dalam hidup kita. Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu menganalisis dengan baik dan benar, oleh karena itu menganalisis disebut kegiatan produktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis cerita pendek masih menjadi sesuatu hal yang sulit untuk siswa. Menulis cerita pendek merupakan satu keterampilan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu karya sastra tercipta tidak dalam kekosongan sosial budaya. Artinya, pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian dengan elegannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dibuktikan dari banyaknya karya sastra yang mucul dalam kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain, dalam bermasyarakat. Dasar yang sangat penting bagi seseorang untuk berkomunikasi adalah bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti seni yang mengekspresikan perasaan atau pikiran melalui bahasa, contohnya seperti karya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang terkenal karena banyak hal, salah satunya adalah bidang hiburan. Baik budaya tradisional maupun modern yang dihasilkannya sering kali berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam kehidupan. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB IV DATABASE KOMIK KOREA

BAB IV DATABASE KOMIK KOREA BAB IV DATABASE KOMIK KOREA 4.1 Keterlibatan Praktekan dalam Proyek Kreatif Praktikan menempati posisi sebagai illustrator dalam team Database PT Manhwa Kita Culture. Tugas yang sering di kerjakan oleh

Lebih terperinci

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakteristik kebangsaan, karena sastra memiliki potensi fungsi sosial untuk menumbuhkan nilai dan sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak hanya untuk memperoleh pengetahuan tentang sastra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang 163 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di SMA Negeri 8 Bandar lampung kelas XI IPS 4 yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis naskah drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci