FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI BIDAN PRAKTEK MANDIRI TIDAK MENGIKUTI PROGRAM BPJS DI KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA TAHUN
|
|
- Ida Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI BIDAN PRAKTEK MANDIRI TIDAK MENGIKUTI PROGRAM BPJS DI KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA TAHUN 2016 Fando Ainur Rifqi *), Eti Rimawati **) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro fandokate@gmail.com ABSRACT Background: Obstetric and neonatal care in BPJS program involves a first-level health facilities and midwives practice independently (BPM) as a network. Based on the condition Kedung in the district of Jepara regency Kedung number of midwives in the district were 38 midwives practice independently, of this amount still are 18 midwife who does not cooperate with BPJS health. Goal for Knowing the background factors Midwife Practices Mandiri Not Following BPJS Health Program in the District Kedung Jepara regency in Methods: This study used a qualitative approach which intends to explore in-depth information about the background factors midwives practice independently not to participate in the District Kedung BPJS Jepara regency. By using the case study method to 8 BPM that does not follow BPJS, the study subjects were selected purposively and informants crosscheck is BPJS officers, board of the Indonesian Midwives Association (IBI), and the head of the health center. Results: Results of the study is, to the characteristics of most midwives aged> 40 years, and most educated midwifery D-IV. To the knowledge of the subject of research already understand about BPJS generally and specifically that BPJS as the organizing body JKN and midwives as the executor of obstetric and newborn care. And the cooperation procedure research subjects have a tendency independent midwife who did not follow the program BPJS due to paperwork, the process is long and convoluted claims, and the amount of the payment claim is lacking. Conclusion: Health BPJS shall ensure ease the process of cooperation with the family doctor. Facilitate the process of cooperation between physicians and midwives through a simple administrative system and
3 covers all maternity care. Avoiding delays in billing claims that have been reported by the Independent Midwife Practice. Keywords: Midwife Practice Mandiri, BPJS ABSTRAK Latar Belakang : Pelayanan kebidanan dan neonatal pada program BPJS melibatkan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan bidan praktek mandiri (BPM) sebagai jejaringnya. Berdasarkan kondisi di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara jumlah bidan di Kecamatan Kedung sebanyak 38 bidan praktek mandiri, dari jumlah ini masih terdapat 18 bidan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Tujuan untuk Mengetahui Faktor yang Melatar belakangi Bidan Praktek Mandiri Tidak Mengikuti Program BPJS Kesehatan di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara tahun Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bermaksud menggali informasi mendalam mengenai faktor yang melatar belakangi bidan praktek mandiri tidak mengikuti program BPJS di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Dengan metode menggunakan studi kasus kepada 8 Bidan Praktek Mandiri yang tidak mengikuti BPJS, subjek penelitian dipilih secara purposive dan informan crosscheck adalah petugas BPJS, pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan kepala Puskesmas. Hasil : Hasil penelitian adalah, untuk karakteristik sebagian besar bidan berumur >40 tahun, dan sebagian besar berpendidikan D-IV kebidanan. Untuk pengetahuan subjek penelitian sudah mengerti tentang BPJS secara umum dan khusus yaitu BPJS sebagai badan penyelenggara JKN dan bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan dan neonatal. Dan prosedur kerjasama subjek penelitian mempunyai kecenderungan bidan praktek mandiri yang tidak mengikuti program BPJS dikarenakan proses administrasi yang berbelit, proses klaim yang lama dan berbelit, dan besaran pembayaran klaim yang kurang. Kesimpulan : BPJS Kesehatan wajib menjamin kemudahan proses kerjasama dengan dokter keluarga. Memudahkan proses kerjasama antara dokter dengan bidan melalui sistem administrasi yang sederhana dan mencakup semua pelayanan kebidanan. Menghindari keterlambatan klaim tagihan yang telah dilaporkan oleh Bidan Praktek Mandiri. Kata Kunci : Bidan Praktek Mandiri, BPJS
4 PENDAHULUAN Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menurunkan AKI dan AKB adalah membuat berbagai kebijakan untuk perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pada ibu bersalin dan perawatan bayi baru lahir. Kebijakan untuk menurunkan AKI dan AKB tidak dapat dilakukan dengan intervensi biasa, diperlukan suatu upaya terobosan serta peningkatan kerjasama lintas sektoral untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI dan AKB dalam rangka mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) tahun Faktor terpenting yang dapat menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir adalah meningkatkan akses ibu hamil terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan untuk menghilangkan hambatan finansial pada ibu hamil dan keluarga. Dengan mempertimbangkan tingkat urgensi dari kesehatan, maka Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kemudahan akses pada fasilitas kesehatan. Di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
5 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). Sejak awal tahun 2014 pemerintah Indonesia secara resmi melaksanakan program JKN. Berlakunya program JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, maka secara otomatis jaminan kesehatan yang pernah ada seperti Jamkesmas, Jamkesda dan Jampersal masuk ke dalam program JKN. 1 Implementasi BPJS masih menimbulkan pertanyaan bagi para bidan, karena Bidan Praktek Mandiri (BPM) tidak dapat bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatan dan harus bergabung menjadi jejaring dulu pada fasilitas kesehatan tingkat I (Puskesmas) atau dokter praktek perseorangan. Sosialisasi tentang BPJS pada BPM tentang bagaimana mekanisme kerjasama, prosedur, sistem pembayaran klaim dan cakupan pelayanan kebidanan dan neonatal yang ditanggung BPJS masih kurang, sehingga Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengharapkan agar BPM dapat bekerjasama langsung dengan BPJS seperti saat program Jampersal dan Jamkesda diberlakukan. Apabila BPM tidak dilibatkan dalam BPJS, maka dapat menghambat upaya pemerintah menekan AKI dan upaya menggalakkan Program Keluarga Berencana. 2 Ada beberapa faktor yang menyebabkan bidan yang berjejaring dengan BPJS Kesehatan rendah. Saat Jampersal, semua orang yang hamil dan ingin melahirkan bisa mendapat pembiayaan pemerintah yang dikucurkan lewat Jamkesmas sehingga bidan praktik bisa mudah bekerjasama dengan pemerintah. Saat beralih ke BPJS Kesehatan, terjadi perubahan sistem pembiayaan. Peraturan Menteri Kesehatan
6 Republik Indonesia nomor 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah seluruh fasilitas layanan kesehatan primer (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama) dan rujukan (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut) Untuk bermitra dengan BPJS Kesehatan, bidan harus berjejaring terlebih dulu dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang sudah bermitra dengan BPJS Kesehatan. Bidan yang berpraktik mandiri saat ini belum bisa bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatan. 3 Penelitian yang dilakukan oleh Mayora,dkk (2012) di Kota Binjai menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan bidan tentang Jampersal serta paket manfaat yang diberikan menyebabkan bidan enggan untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Rahmah tahun 2013, diketahui bahwa motivasi BPM dalam penandatangan perjanjian kerjasama Jampersal, adalah adanya faktor kebutuhan aktualisasi diri sebagai bentuk pengabdian BPM kepada masyarakat dan kepatuhan terhadap aturan pemerintah, sementara kecenderungan BPM tidak mengikuti Jampersal karena biaya pengganti yang terlalu sedikit dan perasaan tidak nyaman harus mematuhi aturan Jampersal. Berdasarkan kondisi di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara jumlah bidan di Kecamatan Kedung sebanyak 38 bidan praktek mandiri,
7 dari jumlah ini masih terdapat 18 bidan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Berdasarkan pendahuluan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Faktor yang Melatar Belakangi Bidan Praktek Mandiri Tidak Mengikuti Program BPJS Kesehatan di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara tahun METODE Penelitian ini bersifat kualitatif dengan memberikan gambaran apa adanya tentang faktor yang menyebabkan bidan tidak mengikuti program BPJS Kesehatan. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau kesan dari orang-orang dan pelaku yang diamati, yang diarahkan pada latar individu secara holistik. Data kualitatif peneliti dapat mengikuti, memahami alur peristiwa secara kronologis dari informan dan memperoleh informasi yang jelas dari informan, sehingga data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dan analisa data dilakukan secara induktif 4 HASIL PENELITIAN 1. Faktor Karakteristik No Kode Subjek Penelitian Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian Umur (tahun) Lama Membuka Praktek Mandiri (tahun) 1 Bidan 1 48 tahun 22 tahun DIII Pendidikan
8 Kebidanan 2 Bidan 2 38 tahun 13 tahun DIII Kebidanan 3 Bidan 3 50 tahun 27 tahun DIV Kebidanan 4 Bidan 4 42 tahun 15 tahun DIV Kebidanan 5 Bidan 5 45 tahun 18 tahun DIII Kebidanan 6 Bidan 6 26 tahun 2 tahun DIII Kebidanan 7 Bidan 7 28 tahun 4 tahun DIII Kebidanan 8 Bidan 8 45 tahun 20 tahun DIV Kebidanan Sumber: Hasil Wawancara Mendalam dengan subjek penelitian pada Bulan Maret sampai April Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada Bidan Praktek Mandiri yang tidak mengikuti program BPJS di Kecamatan Kedung, didapatkan data karakteristik bahwa subjek penelitian sebagai berikut : Bidan yang berumur dibawah 30 tahun ada 2 orang, Bidan yang berumur antara 30 sampai 40 tahun ada 1, dan Bidan yang berumur diatas 40 tahun ada 5 orang. Untuk lama membuka praktek mandiri yang dibawah 10 tahun ada 2, yang diantara 10 sampai 20 tahun ada 4, dan yang membuka praktek diatas 20 tahun ada 2 orang Bidan. Dan untuk tingkat pendidikan yang berpendidikan DIII Kebidanan ada 5 bidan, sedangkan yang berpendidikan DIV Kebidanan ada 3 Bidan, dan semua subjek penelitian tinggal dan membuka praktek di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan narasi atau uraian sesuai dengan fenomena-fenomena yang ditemukan saat wawancara mendalam dengan subjek penelitian.
9 2. Faktor Pengetahuan Hasil penelitian mengenai pengetahuan Bidan Praktek Mandiri tentang Program BPJS menunjukkan bahwa sebagian besar informan menyatakan sudah mengetahui pengertian BPJS secara umum. Informan menjawab bahwa BPJS adalah suatu program jaminan kesehatan sosial yang dibentuk pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional di Indonesia. BPJS kesehatan juga dibentuk untuk menggantikan Askes yang terlebih dahulu ada di Indonesia, dan juga BPJS ketenaga kerjaan menggantikan Jamsostek. 3. Faktor Prosedur Kerjasama Hasil penelitian terkait dengan faktor prosedur kerjasama yang berperan dalam keikut sertaan Bidan Praktek Mandiri pada program BPJS terdiri dari proses administrasi, proses klaim, besaran pembayaran klaim dalam cakupan layanan BPJS dalam pelayanan kebidanan, apakah bidan praktek mandiri di wajibkan mengikuti program BPJS, dan adakah sanksi bila bidan praktek mandiri tidak mengikuti program BPJS dapat dilihat pada uraian di bawah ini: Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar informan mengeluhkan proses administrasi dalam program BPJS yang diharuskan bidan praktek mandiri melalui jejaring dokter keluarga, klinik pratama, atau Puskesmas. Informan mengeluhkan proses administrasi yang berbelit. Proses klaim yang rumit dan lama, karena harus melengkapi persyaratan administrasi sebelumnya ke jejaring kerjasama terlebih dahulu sebelum ke BPJS. Informan juga mengeluhkan terlalu
10 lama dalam pencairan dana klaim yang diberikan oleh pihak BPJS kepada informan. Adapun sebagian kecil informan yang menjawab bahwa berbelit dan harus melalui Puskesmas, Klinik Pratama, dan Dokter Keluarga terlebih dahulu. Sebagian besar informan menilai bahwa besaran pembayaran klaim dalam cakupan layanan BPJS dalam pelayanan kebidanan terlalu rendah dari tarif biaya normal untuk pelayanan kebidanan. Menurut informan biaya persalinan normal yang di berikan oleh BPJS sebesar 600rb itu tidak sepadan dengan resiko yang ditanggung oleh bidan praktek mandiri. Sedangkan untuk biaya suntik KB dan pemasangan IUD dan implant juga masih dibawah harga biaya normal pelayanan kebidanan. PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil penelitian, untuk dapat memudahkan memahami gambaran faktor yang melatar belakangi bidan praktek mandiri tidak mengikuti program BPJS di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Peneliti membagi pokok pembahasan yang terdiri dari : Faktor Karakteristik, Faktor Pengetahuan, dan Faktor Prosedur Kerjasama. Dengan membahas satu persatu dari setiap variabel yang disusun menjadi satu dapat dilihat mulai Faktor Karakteristik, Faktor Pengetahuan, dan Faktor Prosedur Kerjasama. 1. Faktor Karakteristik Faktor karakteristik adalah bidan praktek mandiri yang tidak mengikuti program BPJS di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Adapun data karakteristik subjek penelitian yang didapat dalam penelitian ini adalah data umur, lama membuka praktek mandiri, dan tingkat
11 pendidikan. Berikut adalah hasil wawancara mendalam yang dilakukan pada 8 subjek penelitian. Dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian berumur >40 tahun, sebagian kecil berumur tahun, dan sebagian kecil lagi berumur <30 tahun. Dimana umur termuda adalah 26 tahun dan umur tertua yaitu 50 tahun. Untuk masa kerja ada sebagian kecil lama kerja subjek penelitian membuka praktek mandiri adalah <10 tahun, ada juga sebagian kecil tahun, dan juga sebagian kecil >20 tahun membuka praktek mandiri. Untuk paling baru membuka praktek mandiri adalah 2 tahun dan untuk paling lama masa kerjanya 27 tahun. Sebagian besar subjek penelitian untuk bidan praktek mandiri berpendidikan DIII kebidanan (Diploma), sedangkan sebagian kecil subjek penelitian berpendidikan DIV kebidanan (Diploma). 2. Faktor Pengetahuan Sebagian besar informan sudah mengerti dan mampu menjelaskan pengertian tentang BPJS secara umum dan khusus untuk pelayanan kebidanan. Informan mengatakan bahwa BPJS adalah suatu program jaminan kesehatan sosial yang dibentuk pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional di Indonesia. BPJS kesehatan juga dibentuk untuk menggantikan Askes yang terlebih dahulu ada di Indonesia, dan juga BPJS ketenaga kerjaan menggantikan Jamsostek.
12 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undangundang Nomor 24 Tahun Sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Dan Program BPJS Kesehatan 2014 ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 januari Faktor Prosedur Kerjasama Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar informan mengeluhkan proses administrasi dalam program BPJS yang diharuskan bidan praktek mandiri melalui jejaring dokter keluarga, klinik pratama, atau Puskesmas. Informan mengeluhkan proses administrasi yang berbelit. Mekanisme kerjasama BPM dengan program JKN diatur dalam sistem jejaring, dimana seorang bidan dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan selaku penyelenggara JKN melalui dokter keluarga. Dokter keluarga akan bekerjasama dengan BPM dalam hal pelayanan kebidanan dan neonatal, namun pada kenyataannya dokter sering mengambil alih tugas tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan bidan yang berjejaring dengan BPJS Kesehatan kurang. Saat Jampersal, semua orang yang hamil dan ingin melahirkan bisa mendapat pembiayaan pemerintah yang dikucurkan lewat Jamkesmas sehingga bidan praktik bisa mudah bekerjasama dengan pemerintah. Saat beralih ke BPJS Kesehatan, terjadi perubahan sistem pembiayaan. Untuk bermitra dengan BPJS Kesehatan, bidan harus berjejaring terlebih dulu dengan fasilitas
13 kesehatan tingkat pertama (FKTP) yang sudah bermitra dengan BPJS Kesehatan. Bidan yang berpraktik mandiri saat ini belum bisa bekerjasama langsung dengan BPJS Kesehatan. 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan mengeluhkan proses klaim yang rumit dan lama, karena harus melengkapi persyaratan administrasi sebelumnya ke jejaring kerjasama terlebih dahulu sebelum ke BPJS. Informan juga mengeluhkan terlalu lama dalam pencairan dana klaim yang diberikan oleh pihak BPJS kepada informan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa : 1.Faktor Karakteristik Karakteristik informan, sebagian besar subjek penelitian berumur >40 tahun, sebagian kecil berumur tahun, dan sebagian kecil lagi berumur <30 tahun. Dimana umur termuda adalah 26 tahun dan umur tertua yaitu 50 tahun. Untuk masa kerja ada sebagian kecil lama kerja subjek penelitian membuka praktek mandiri adalah <10 tahun, ada juga sebagian kecil tahun, dan juga sebagian kecil >20 tahun membuka praktek mandiri. Untuk paling baru membuka praktek mandiri adalah 2 tahun dan untuk paling lama masa kerjanya 27 tahun. Sebagian besar subjek penelitian untuk bidan praktek mandiri berpendidikan DIII kebidanan (Diploma), sedangkan sebagian kecil subjek penelitian berpendidikan DIV kebidanan (Diploma). 2. Faktor Pengetahuan
14 Pengetahuan informan tentang pengertian, tujuan, manfaat, peran bidan,dan cakupan pelayanan kebidanan yang dicakup BPJS secara umum dan khusus sudah tergolong cukup mengetahui BPJS. BPJS adalah suatu program jaminan kesehatan sosial yang dibentuk pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional di Indonesia. BPJS kesehatan juga dibentuk untuk menggantikan Askes yang terlebih dahulu ada di Indonesia, dan juga BPJS ketenaga kerjaan menggantikan Jamsostek, dan khususnya untuk pelayanan kebidanan dan neonatal. Tujuan dari BPJS adalah menurunkan AKI dan AKB yang masih tinggi. Manfaat dari BPJS adalah mendapatkan pelayanan kebidanan dan neonatal secara gratis dan terjamin. Peran bidan adalah sebagai penyedia pelayanan kebidanan dan neonatal. Cakupan pelayanan BPJS pada pelayanan kebidanan adalah semua pelayanan kebidanan dan neonatal. 3.Faktor Prosedur Kerjasama Menurut informan prosedur kerjasama dengan BPJS mempunyai kecenderungan bidan praktek mandiri yang tidak mengikuti program BPJS dikarenakan proses administrasi yang berbelit, proses klaim yang lama dan berbelit, dan besaran pembayaran klaim yang kurang. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti menyarankan : 1. Saran untuk BPJS
15 a. Petugas BPJS Kesehatan agar melakukan sosialisasi langsung kepada semua BPM tentang proses kerjasama dengan FKTP. b. Memudahkan proses kerjasama antara dokter dengan bidan dengan sistem administrasi yang sederhana dan mencakup semua pelayanan kebidanan. c. Menghindari keterlambatan dalam memberikan klaim tagihan yang telah dilaporkan oleh BPM. d. Untuk tarif pelayanan kebidanan dan neonatal sebaiknya BPJS kesehatan melakukan perhitungan ulang besaran tarif kapitasi, sehingga BPM tertarik mengikuti program BPJS. 2. Saran untuk puskesmas a. Puskesmas seharusnya melakukan sosialisasi tentang BPJS kepada semua bidan, supaya bidan mengikuti program BPJS. b. Puskesmas diharap memberikan penghargaan kepada bidan yang mau ikut program BPJS, untuk memotivasi untuk mengikuti progam BPJS Contoh : penghargaan berupa foto bidan yang mau ikut BPJS di pasang di dinding Puskesmas. 3. Saran untuk IBI a. Bagi Organisasi IBI agar selalu memberikan dukungan kepada anggotanya untuk bekerjasama dengan JKN, sehingga dapat membantu pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB.
16 b. Mengundang petugas BPJS Kesehatan untuk memberikan sosialisasi secara langsung tentang program JKN, khususnya pelayanan kebidanan dan neonatal. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 40 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat 2. Ikatan Bidan Indonesia Surat Edaran Nomor 117/SE/PPIBI/II/2014 tentang pelayanan Kebidanan di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 3. Kemenkes RI Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional.
17 Jakarta. Kemenkes RI Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta. 4. Sugiyono, Memahami penelitian kualitatif, Bandung : PT alfabeta. 5. BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: BPJS
BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program pemerintah yang dilaksanakan pada awal tahun 2014 dengan harapan agar masyarakat dapat mengakses pelayanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bidan Praktik Mandiri (BPM) 2.1.1 Pengertian BPM BPM merupakan salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan praktik secara mandiri. Pelayanan yang diberikan yaitu pelayanan
Lebih terperinci(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) dan Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal akibat suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia dalam bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan secara mudah dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERAN SERTA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016
UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERAN SERTA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016 IDA AYU PUTU ASRI SUHANDEWI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL
TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN DESA DI KABUPATEN JEMBER TERHADAP PROGRAM JAMPERSAL (Level of Village Midwife Knowledges at Jember District of JAMPERSAL/ Delivery Assurance) Eri Witcahyo 1 1 Bagian AKK FKM Universitas
Lebih terperinciPANDANGAN PROFESI BIDAN SERTA REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN TERKAIT BELANJA STRATEGIS JKN
PANDANGAN PROFESI BIDAN SERTA REKOMENDASI PERBAIKAN KEBIJAKAN TERKAIT BELANJA STRATEGIS JKN Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Jl. Johar Baru V/D13, Johar Baru Jakarta Pusat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan Pencapaian Tujuan Milenium Indonesia Tahun 2010 ditegaskan, penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan sasaran Milenium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan
Lebih terperinciJEJARING BIDAN DENGAN BPJS. Oleh: Niken Choirul H
JEJARING BIDAN DENGAN BPJS Oleh: Niken Choirul H APA ITU BPJS??? BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS di bagi menjadi dua: BPJS Kesehatan BPJS Ketenagakerjaan BPJS KESEHATAN BPJS Kesehatan dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28H dan Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Karena itu setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium
19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium Development Goals
Lebih terperincimikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-158.html MIKM UNDIP Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
N I M : E4A004032 Nama Mahasiswa : Supiati Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Diponegoro Semarang 2007 Abstrak Supiati xii + 91 halaman
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1392, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penyelenggaraan. Kesehatan. Tarif. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PUSAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemerintah Indonesia dalam memajukan kesehatan masyarakat terutama kesejahteraan dibidang kesehatan mempunyai suatu program yang disebut asuransi kesehatan. Salah
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN BIDAN PRAKTEK MANDIRI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KOTA SEMARANG Maynisa Puspita Kusuma. W*), Ayun Sriatmi **), Putri Asmita Wigati **) *) Mahasiswa
Lebih terperinciKAJIAN TERHADAP PENERAPAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS RUMPIN KABUPATEN BOGOR
KAJIAN TERHADAP PENERAPAN JAMPERSAL DI PUSKESMAS RUMPIN Dewi Kurniati Hidayat Wijayanegara Farid Husin Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Alamat : Departemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi Internasional Kesehatan Ibu dan Anak yang pertama diselenggarakan di Kenya pada tahun 1987 merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kesadaran akan artinya
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 2A TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN MEKANISME DAN PROPORSI PENGELOLAAN DANA KLAIM NON KAPITASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012 BUPATI KUDUS, Menimbang : a bahwa dalam rangka menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengambilan keputusan dalam kesehatan masyarakat akan sangat tergantung dari ketersediaan data dan informasi. Sistem informasi yang baik, proses pengumpulan, analisis,
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013 Bahtiar, Yusup Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2015 TESIS.
ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2015 TESIS Oleh : GINA ALECIA NO BP : 1121219046 Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciChriswardani S. Anneke Suparwati & L.Ratna Kartikawulan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Chriswardani S. Anneke Suparwati & L.Ratna Kartikawulan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Jumlah kematian ibu (bersalin) di Kabupaten Brebes tertinggi di Jawa Tengah (2010) dan urutan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia dibandingkan Negara ASEAN, kesepakatan global
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukanan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Pelaksanaan Kebijakan Jampersal
Lebih terperinciProgram Jaminan Kesehatan Nasional dan Angka Kematian Ibu di Kota Bogor (Studi Fenomena dan Dampak Kesehatan)
55 Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Angka Kematian Ibu di Kota Bogor (Studi Fenomena dan Dampak Kesehatan) Helfi Gustia 1, Susilahati 2, Dwijo Susilo 3 Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyrakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan pelayanan kesehatan (WHO, 2000). Komponen pengelolaan kesehatan
Lebih terperinciTugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas
Tugas dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas A. TUGAS UTAMA BIDAN DI KOMUNITAS 1. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan a. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional. b. Melaksanakan asuhan
Lebih terperinciDepartemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
PENGARUH PERSEPSI BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG PROGRAM PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP KEMAUAN BIDAN MENJADI PROVIDER PROGRAM JAMPERSAL DI KOTA BINJAI TAHUN 2012 Hessy Mayona 1, Siti Khadijah Nasution 2, Rusmalawaty
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BAYI USIA 0-6 BULAN PADA IBU BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK SIMONGAN SEMARANG Disusun Oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa
Lebih terperincisuplemen Informasi Jampersal
suplemen Informasi Jampersal A. Apa itu Jampersal? Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah
Lebih terperinciPEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
PEMBIAYAAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dhini Rahayu Ningrum, Budi Eko Siswoyo, Tiara Marthias, Laksono Trisnantoro Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK)
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara
Lebih terperinciDeterminan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang. Susi Irianti *
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017 Determinan Kunjungan K4 pada Ibu Hamil Trimester III di Poli Kebidanan RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang Susi Irianti * Abstrak Wanita hamil di Indonesia,
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No. 2 Juni 2016
GAMBARAN IMPLEMENTASI STIKER PROGRAM PERENCANAANPERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI WILAYAH KERJA UPTD UNIT PUSKESMAS BULUSPESANTREN II KABUPATEN KEBUMEN Eni Indrayani 1, Yamoto 2, Eti Sulastri
Lebih terperinciLampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA. Tata cara wawancara. 1. Mengucapkan salam. 2. Memperkenalkan diri. 3. Mengutarakan maksud dan tujuan
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Tata cara wawancara 1. Mengucapkan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Mengutarakan maksud dan tujuan 4. Menanyakan kesediaan menjadi informan (dan menandatangani inform consent)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaminan Kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, dahulu pada awalnya Indonesia memiliki asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil yang merupakan lanjutan dari
Lebih terperinciBUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA FASILITAS
Lebih terperinciANALISIS PELAKSANAAN SISTEM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS SITANGGAL KABUPATEN BREBES
ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS SITANGGAL KABUPATEN BREBES Valentina A.F.M.A, Anneke Suparwati, Antono Suryoputro Bagian Administrasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Lebih terperinciGAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015
UNIVERSITAS UDAYANA HALAMAN JUDUL GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015 SANG AYU MADE MELAWATI NIM. 1120025057 PROGRAM
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI PENGGUNA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN PEMBERI LAYANAN TERHADAP RUJUKAN RAWAT
UNIVERSITAS UDAYANA PERSEPSI PENGGUNA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN PEMBERI LAYANAN TERHADAP RUJUKAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TABANAN II DAN PUSKESMAS SELEMADEG TAHUN 2016 I GUSTI AYU RANIA RESWARI NIM.
Lebih terperinciIMLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Inka Ines Soputan*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F.
IMLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Inka Ines Soputan*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F.Mandagi* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciVolume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya
Lebih terperinciPELAKSANAAN PROGRAM JAMPERSAL OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN BATANG. Abstrak
PELAKSANAAN PROGRAM JAMPERSAL OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI KABUPATEN BATANG Rinayati 1), Ambar Dwi Erawati 2), Sri Wahyuning 3) 1)2)3) STIKES Widya Husada email: rinayati82@yahoo.co.id Abstrak Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016
UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2016 NI KETUT KURNIANTI NIM. 1420015003 PROGRAM STUDI KESEHATAN
Lebih terperinciEksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI
Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI Disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pengelola Obat Apotek & Rumah Sakit di Kota Yogyakarta 10 Mei 2016 Nurul Falah Eddy Pariang, Apoteker 1 PERUNDANG-UNDANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di daerah dilakukan oleh Puskesmas sebagai pelaksana terdepan. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung
Lebih terperinciTENTANG. dan Jaminan
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 54 2011 SIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG SERI : E PENGELOLAAN DANA PENDAPATAN PADA PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAK KAT (JAMKESMAS) DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan RI (2015) mengalami penurunan. Tercatat tahun 2012 sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan RI (2015) mengalami penurunan. Tercatat tahun 2012 sebanyak 359 kasus menjadi
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY Y DENGAN ASFIKSIA RINGAN DISERTAI KAPUT SUKSEDANEUM DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY Y DENGAN ASFIKSIA RINGAN DISERTAI KAPUT SUKSEDANEUM DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan
Lebih terperincimikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-372.html MIKM UNDIP
N I M : E4A009029 Nama Mahasiswa : Erni Dwi Widyana Universitas Diponegoro Program Pascasarjana Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat Manajemen
Lebih terperincipanduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal
panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat dan keberhasilan pelayanan kesehatan serta masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan.kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
GAMBARAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) PADA PESERTA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DAN Non-PENERIMA BANTUAN IURAN (Non-PBI) DI PUSKESMAS MEDAN DENAI Taufiqul 1, Ricky 1, Siti 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan. Tujuanya untuk mengoptimalisasikan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deklarasi millenium menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. penduduk Indonesia terlindungi dengan sistem asuransi. Negara Indonesia menuju
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian
Lebih terperinciFORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-29 September 2011 Mempercepat pencapaian tujuan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciJURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DETERMINAN KINERJA BIDAN DI PUSKESMAS TAHUN 2006
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN VOLUME 10 No. 04 Desember 2007 Halaman 195-200 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Artikel Penelitian DETERMINAN KINERJA BIDAN DI PUSKESMAS TAHUN 2006 DETERMINANT
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN KB HORMONAL DAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN KB HORMONAL DAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh : ATANIA RACHMA ANINDITA NIM: R1114016 PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
Lebih terperinciPERAN BIDAN DALAM PELAYANAN KIA - KB DI ERA JKN
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN KIA - KB DI ERA JKN - 2014 Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Jakarta 13 Agustus 2014 PENDAHULUAN 1. Jumlah Bidan >250.000 (MTKI 207.675/Sep 2013)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan bayi baru lahir merupakan keadaan yang fisiologis namun prosesnya bisa menjadi patologis, kemungkinan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DANA NON KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung
Majalah Bisnis dan Iptek Vol.8, No. 2, Oktober 2015, 67-84 Yusup, Mekanisme Kapitalisasi 2015 MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung Email: yusup@stiepas.ac.id
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK
SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah
Lebih terperinciABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA
THE CORRELATION OF KNOWLEDGE STUDENTS 4 th SEMESTER ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA 2013 1 Nedy Malvirani Awuy 2 Farida Kartini 3 ABSTRACT
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG DITINJAU DARI ASPEK KEPESERTAAN
IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG DITINJAU DARI ASPEK KEPESERTAAN Oleh : Dwi Indra Jaya, Tri Yuniiningsih, Titik Djumiatri Jurusan Administrasi Publik Fakultas
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa jaminan
Lebih terperinciDewi, et al., Identifikasi Pelayanan Promotif pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Identifikasi Pelayanan Promotif pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Program Jaminan Kesehatan Nasional (Identification of Promotive Services In Primary Health Care Facility of National Health Insurance
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam
Lebih terperinciAnalisis Implementasi Kebijakan Jaminan Persalinan Dalam Meningkatkan Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2013
Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Persalinan Dalam Meningkatkan Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2013 Oleh : Gurendro Putro Pendahuluan Latar Belakang Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun sekitar setengah juta perempuan dan satu setengah juta bayi baru lahir kehilangan nyawa dikarenakan komplikasi yang terjadi pada persalinan. Kemudahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per
Lebih terperinci