BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP"

Transkripsi

1 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP A. Identifikasi Dampak yang Ditimbulkan Dampak lingkungan yang akan terjadi dengan adanya kegiatan pembangunan Embung Lagundi yang berlokasi di Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara, ditetapkan melalui proses pelingkupan (scoping), dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar lokasi kegiatan. Proses penetapannya diawali dengan melakukan identifikasi komponen lingkungan dan rencana kegiatan guna memperoleh dampak potensial yang muncul, dampak inilah yang akan dikelola dan dipantau perkembangannya. Secara umum, pelingkupan dampak pada semua kegiatan yang dilakukan, digunakan metode matriks (Tabel 3.4) Dengan memperhatikan dampak yang ditimbulkan apakah primer, sekunder atau tersier, maka digunakan dengan metode bagan alir (Gambar 3.1) Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan Embung Lagundi yang berlokasi di Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara akan dilakukan pengelolaan dengan menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan pengelolaan seperti : pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi maupun pendekatan institusional. pendekatan yang dimaksudkan diuraikan sebagai berikut : B. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. Pendekatan teknologi Pendekatan teknologi sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan suatu pendekatan dengan menggunakan cara atau teknologi untuk mengelola dampak yang 17

2 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Lingkup teknologi yang dipertimbangkan adalah teknologi yang tersedia baik, mudah didapatkan, tidak memiliki nilai ekonomi dan operasional yang tinggi tapi memiliki efektifitas pengelolaan yang maksimal. 2. Pendekatan sosial ekonomi Pendekatan sosial ekonomi sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan suatu pendekatan dalam memanfaatkan instrumen sosial ekonomi, berupa interaksi sosial dan ekonomi serta peran pemerintah. Dalam penyusunan rencana pengelolaan lingkungan hidup, pendekatan sosial ekonomi dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak serta peluang pengembangannya. Instrumen pengelolaannya akan mempertimbangkan pendekatan ekonomi, partisipasi, pendidikan, kesehatan, informasi dan penyelesaian konflik. 3. Pendekatan institusional Pendekatan institusional sebagai salah satu alternatif pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan suatu pendekatan dengan melibatkan institusi kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pendekatan ini digunakan dengan maksud mempertimbangkan fungsi pelayanan kelembagaan formal maupun informal. Prinsip penting yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah keterpaduan dalam pengelolaan lingkungan hidup antara unsur pemerintah, pemrakarsa, masyarakat dan pihak lain yang terkait. C. Upaya Pemantauan Lingkungan 18

3 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 Pemantauan akan dilakukan secara terus menerus dengan cara mengamati komponen lingkungan bagi yang terkena dampak. Hasil pemantauan akan dilakukan pelaporan secara berkala kepada instansi terkait guna memberikan laporan kondisi lingkungan yang terkena dampak akibat kegiatan yang dilakukan. Kegiatan pemantauan selain dilakukan oleh pihak pengelolah operasi dan pemeliharaan embung lagundi juga akan dilakukan oleh instansi terkait sepeti Badan Lingkungan Hidup serta beberapa instansi lainnya yang berkepentingan. Komponen lingkungan yang akan dipantau adalah komponen lingkungan yang mengalami tekanan akibat kegiatan yang dilakukan. 1. Lingkungan Geofisika-Kimia a. Iklim Lokasi operasional Embung Lagundi yang berlokasi di Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara seperti kepulauan Indonesia pada umumnya, pulau Sulawesi terletak pada daerah tropis yang dipengaruhi oleh angin Muzon. Sehingga mempunyai musim-musim kering yang disebut kemarau dan musimmusim basah yang disebut penghujan. Kedua musim ini berganti-ganti berdasarkan kedudukan matahari terhadap khatulistiwa. Tabel 3.1 Hasil rekapitulasi stasiun klimatologi Ngkari-Ngkari 19

4 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 Sumber : Hasil running aplikasi program CropWat 8, SID Embung Lagundi Suhu rata-rata 29,9 0 C - 30,6 0 C sedang curah hujan antara 2,61-4,04 mm/hari. berdasarkan data yang ada menunjukkan rerata bulanan hari hujan adalah 3,25 mm. dengan perhitungan dari jumlah rerata bulan basah dibagi jumlah rerata bulan kering, bila bulan basah/curah hujan dalam satu bulan >100 mm dan bila kering dicurah hujan dalam satu bulan <60 mm dengan demikian wilayah kajian (embung lagundi) termasuk beriklim tropis dengan tropika basah (Sumber: Stasiun Klimatologi Ngkari-ngkari ( ). b. Kualitas Udara Gambaran umum tingkat kualitas udara di wilayah sekitar rencana kegiatan pembangunan embung lagundi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi udara ambient seperti debu, kebisingan dan polutan udara dan meskipun skalanya kecil diperkirakan akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan (wilayah tapak kegiatan dan sekitarnya) sesuai parameter Baku Mutu PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara. 20

5 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 Tabel 3.2. Data Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Embung Lagundi No Parameter Yang Diukur Baku Mutu Hasil Satuan 01 Sulfur Dioksida (SO x ) 900 3,45 μg/nm 3 02 Nitrogen Dioksida(NO x ) 400 4,11 μg/nm 3 04 Partikel Debu 90 0,98 μg/nm 3 05 Kebisingan Perum & Pemukiman = 55 db Industri = 70 db 42,2 db Sumber : - Laporan Hasil Uji Kimia Lingkungan Lab Dinkes Prov. Sultra. - Titik Kordinat (S: ,4 E: ,7 ) Dari hasil pemantauan kualitas udara di lokasi pemantauan dapat diketahui bahwa konsentrasi SO x yang ada berkisar 3,45 μg/nm 3 menunjukan bahwa konsentrasi SO x berada di bawah baku mutu yang ditetapkan (900 μg/nm 3 ). Konsentrasi NO 2 yang terpantau berkisar 4,11 μg/nm 3 juga masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan 400 μg/nm 3. Demikian dengan konsentrasi partikel debu 0,98 μg/nm 3 masih dibawah baku mutu yang disyaratkan 90 μg/nm 3 serta level kebisingan yang terpantau 42,2 db dengan baku mutu untuk Perum & Pemukiman 55 db serta baku mutu untuk Industri 70 db masih di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. c. Hidrologi a. Kualitas Air Sungai Lagundi Kualitas air sungai lagundi menunjukan bahwa umumnya parameter fisika, kimia dan biologi air sungai masih berada dibawa baku mutu yang diisyaratkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tetang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Tabel 3.3. Kualitas Air Sungai Lagundi No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu 1 Suhu 0 C 26,4 Suhu Udara +3 0 C 21

6 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA Total Disolved Solid (TDS) mg/l Total Suspendid Solid (TSS) mg/l Minyak Lemak mg/l 1,2 1 5 ph (Derajat Keasaman) - 7, Nitrat (sebagai NO 3) mg/l 1, Disolved Oxygen (DO) mg/l 3, Chemical Oxygen Demand mg/l Biologycal Oxygen Demand mg/l 3, Phospat (PO 4) mg/l 0, Arsen (As) mg/l 0,0096 0,05 12 Cadmium (Cd) mg/l 0,0044 0,01 13 Tembaga (Cu) mg/l 0,0034 0,02 14 Timbal (Pb) mg/l 0,0003 0,03 Sumber : - Laporan Hasil Uji Kimia Lingkungan Lab Dinkes Prov. Sultra. - Titik Kordinat (S: ,4 E: ,7 ) 2. Lingkungan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat a. Demografi Dengan adanya kegiatan pembangunan Embung Lagundi ini akan menimbulkan dampak positif maupun negatif, dampak positif adalah adanya lapangan kerja baru sebagai tenaga kerja untuk pembagunan embung lagundi sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat disekitar lokasi tapak kegiatan. Berdasarkan demografi penduduk Kecamatan Kambowa dijelaskan sebagai berikut yaitu jumlah penduduk laki-laki 412 Jiwa, perempuan 390 Jiwa dan kepadatan penduduk terhadap luas wilayah Kecamatan Kambowa 39,30 km 2 adalah 20 jiwa/km 2 (Sumber : BPS Kecamatan Kambowa Dalam Angka 2014) b. Sosial 1) Persepsi sosial masyarakat Dari pengamatan lapangan dan informasi penduduk dalam hal kebersamaan masyarakat, seperti pertemuan rutin, arisan, pengajian, kerja bakti dan lain-lain di wilayah Desa Lagundi masih berjalan baik. 2) Sikap dan persepsi masyarakat Dengan adanya Embung Lagundi masyarakat sekitar lokasi kegiatan menanggapi dengan positif, karena dengan adanya pembangunan Embung Lagundi maka kebutuhan air bagi irigasi persawahan 22

7 UKL-UPL EMBUNG LAGUNDI KABUPATEN BUTON UTARA 2015 terpenuhi dan secara tidak langsung memberikan peluang usaha/kerja bagi masyarakat sekitar wilayah Desa Lagundi pada khususnya dan Kecamatan Kambowa pada umumnya c. Ekonomi Dengan keberadaan Embung Lagundi secara tidak langsung dapat memberikan peluang kerja, dan juga dapat memberikan tambahan penghasilan dengan meningkatnya produksi pertanian. d. Budaya Adat Istiadat dan kebiasaan lainnya yakni diantaranya berupa gotong royong dan kebersamaan masih terpelihara dan kebiasaan-kebiasaan itu masih melekat pada masyarakat Desa Lagundi dan sekitarnya. e. Kesehatan Masyarakat 1) Sanitasi lingkungan Berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi penduduk kondisi sanitasi lingkungan di sekitar tapak kegiatan belum tertata dengan baik utamanya jalan desa dan kondisi jalan kabupaten sudah beraspal, pada musim penghujan jarang terjadi luapan limpasan air hujan, karena kondisi saluran sebagian sudah tertata dan mengarah ke saluran air dan selanjutnya ke sungai Lagundi. Untuk keperluan MCK di tiap tiap keluarga sudah mempunyai sarana tersebut. 2) Sarana kesehatan Sarana kesehatan di sekitar tapak kegiatan tersedia dengan adanya Puskesmas sehingga masyarahat dapat dengan mudah untuk mendapatkan layanan kesehatan 3) Pola pencarian pengobatan Bagi penduduk yang mempunyai penghasilan yang relatif cukup maka pengobatan penyakit biasanya ketempat praktek dokter spesialis atau ke dokter ataupun di rumah sakit karena memiliki fasilitas yang lengkap, sedangkan bagi penduduk yang mempunyai penghasilan relatif kecil mempunyai kebiasaan untuk mengobati penyakitnya ke Puskesmas atau pengobatan alternatif tradisional. 23

8 Tabel 3.4. Matriks Dampak Lingkungan Pembangunan Embung Lagundi 24

9 25

10 TAHAP PRAKONSTRUKSI TAHAP PASCA KONSTRUKSI Keterangan: A=Kegiatan B=Dampak Primer C=Dampak Sekunder D=Dampak Tersier Gambar 3.1. Bagan Alir Dampak Kegiatan Pembangunan Embung Lagundi 26

11 27

12 D. Tahap Prakonstruksi 1. Penentuan lokasi dan trase embung a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Penentuan lokasi dan trase embung 2) Jenis dampak Persepsi positif masyarakat 3) Besaran dampak Dukungan masyarakat sekitar rencana pembangunan Embung Lagundi b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengumpulkan informasi dari masyarakat sekitar rencana pembangunan embung Lagundi. 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Areal sekitar wilayah rencana pembangunan embung Lagundi. 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Hanya dilakukan pada saat survei penentuan lokasi dan trase embung. c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar rencana pembangunan embung Lagundi. 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Areal sekitar wilayah rencana pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Selama survei penentuan lokasi dan trase embung dilakukan d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup 26

13 2) Institusi pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara 2. Pembebasan Tanah a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pembebasan Tanah 2) Jenis dampak Persepsi masyarakat Keresahan masyarakat 3) Besaran dampak Persepsi sikap negatif masyarakat akan menimbulkan keresahan masyarakat yang mengklaim lahan yang akan dijadikan daerah genangan, site dan pelimpah Embung Lagundi. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Membuka komunikasi dengan semua pihak yang memiliki klaim-klaim terhadap lahan-lahan yang akan dibebaskan. 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama kegiatan Tahap Prakonstruksi pembangunan Embung Lagundi c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 27

14 Mengumpulkan data pihak-pihak yang mengklaim lahan yang terkena area genangan, site dan pelimpah rencana pembangunan embung Lagundi 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Selama kegiatan Tahap Prakonstruksi pembangunan Embung Lagundi d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup 2) Institusi pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara E. Tahap Konstruksi 1. Mobilitas peralatan dan material bangunan a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Kualitas udara Penurunan kualitas udara bersumber dari emisi gas kendaraan dan alat berat yang dimungkinkan keluar masuk lokasi kegiatan pembangunan embung lagundi yang mengakibatkan munculnya partikel debu. Kebisingan 28

15 Peningkatan kebisingan dapat bersumber dari suara kendaraan pengangkut material bahan pembangunan embung lagundi yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan Aksesibilitas Gangguan lalulintas pada saat mobilitas material bahan dan juga dimungkinkan adanya kecelakaan lalulintas yang bersumber dari kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan. Persepsi Munculnya dampak terhadap persepsi negatif masyarakat bersumber dari gangguan lalulintas kendaraan yang keluar masuk dari lokasi kegiatan. Keresahan Dampak keresahan dapat muncul yang merupakan dampak turunan dari adanya gangguan lalulintas sekitar lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi. Kesehatan masyarakat Kesehatan masyarakat, khusunya masyarakat sekitar lokasi pembagunan embung Lagundi yang disebabkan dan bersumber bila terjadi penurunan kualitas udara. 2). Jenis dampak Kualitas Udara Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan konsentrasi SO x, NO x, CO, Pb disekitar pembagunan embung Lagundi dan partikel debu jalan menuju lokasi kegiatan. Kebisingan Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan disekitar lokasi akibat aktifitas didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi. Aksesibilitas 29

16 Jenis dampak yang muncul adalah terjadinya gangguan lalulintas di laut dan didarat sekitar lokasi kegiatan. Persepsi Jenis dampak yang muncul adalah adanya persepsi negatif dilingkungan sosial masyarakat sekitar lokasi kegiatan pembangunan Embung Lagundi. Keresahan Jenis dampaknya adalah ketidak nyamanan masyarakat yang terkena dampak akibat kegiatan pembangunan Embung Lagundi. Kesehatan masyarakat Jenis dampaknya yang muncul adalah terjadinya gangguan kesehatan seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya partikel debu di sekitar lokasi kegiatan. 3). Besaran dampak Kualitas udara Besaran dampak peningkatan konsentrasi partikel debu bersumber dari material konstruksi yang terjadi disekitar lokasi kegiatan, dan material yang terlindas dari mobilitas kendaraan masuk dan keluar pada lokasi kegiatan yang dapat menimbulkan partikel debu diudara. Kebisingan Suara kebisingan dapat bersumber dari kendaraan yang melakukan pengangkutan material bahan pembangunan Embung Lagundi dan selama kegiatan konstruksi berlangsung. Aksesibilitas Jumlah material yang digunakan selama konstruksi bangunan tidak terlalu banyak sehingga intensitas pengangkutan tidak berlangsung tiap hari. Peralatan yang dimobilisasi hanya 30

17 dilakukan pada saat pekerjaan akan dilaksanakan dan setelah pekerjaan selesai. Persepsi Terhadap persepsi dan pandangan masyarakat hasil observasi yang dilakukan dengan memperoleh informasi langsung, dari hasil observasi terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani mendukung pembanguan embung lagundi, demikian juga terhadap kendaraan yang masuk dan keluar dari lokasi embung Lagundi karena letak lokasi pembangunan Embung Lagundi jauh dari pemukiman penduduk, selebihnya tidak terganggu dengan aktifitas dan mobilitas kegiatan operasional. Keresahan Relatif jumlah masyarakat yang diperkirakan mengalami keresahan yang berpersepsi negatif jika dampak yang ditimbulkan tidak dikelola dengan baik dan tidak sama dengan jumlah masyarakat yang berpersepsi positif,. Kesehatan masyarakat Masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan bila terjadi akibat meningkatnya partikel debu yang disebabkan meningkatnya aktifitas mobilitas kendaraan masuk dan keluar lokasi Embung Lagundi. Jenis gangguan kesehatan dapat terjadi seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya partikel debu di sekitar lokasi kegiatan. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup 1). Bentuk pengelolaan lingkungan hidup Pengelolaan kualitas udara dan kebisingan sebagai sumber dampak persepsi, keresahan dan gangguan kesehatan adalah : Menutup material pada saat pengangkutan. 31

18 kendaraan yang digunakan harus menggunakan filter emisi untuk penetrasi kebisingan pada knalpot. Aksesibilitas Memasang rambu marka jalan di pintu masuk keluar pembangunan Embung Lagundi. 2). Lokasi pengelolaan lingkungan hidup. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup dilakukan lokasi pembangunan mebung dan jalur mobilisasi sekitar Embung Lagundi. 3). Periode pengelolaan lingkungan hidup Periode pengelolaan lingkungan hidup dilakukan pada saat pengangkutan material serta peralatan konstruksi dan operasional kegiatan pembangunan Embung Lagundi. c. Upaya pemantauan lingkungan hidup 1). Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kualitas Udara Cara dan metode pemantauan adalah melakukan pengukuran kualitas udara dan di analisis di laboratorium, dan hasil analisis laboratorium selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku. Kebisingan Cara metode pemantauan adalah melakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter. Aksesibilitas Cara dan metode pemantauan yaitu dilakukan perhitungan volume dan mobilitas kendaraan masuk keluar di lokasi embung Lagundi. Persepsi keresahan dan kesehatan masyarakat Cara dan metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung, data hasil observasi ditabulasi 32

19 dalam tabel untuk mengetahui jumlah prosentase masingmasing komponen sosial dan kesmas. 2). Lokasi pemantauan lingkungan hidup Kualitas udara dan kebisingan Lokasi pemantauan kualitas udara dan kebisingan dilakukan di areal pembangunan Embung Lagundi serta pemukiman masyarakat desa Lagundi. Aksesibilitas Lokasi Pemantauan aksesibilitas dilakukan di areal pembangunan Embung Lagundi serta jalan masuk dan keuar lokasi kegiatan. Persepsi keresahan dan kesehatan masyarakat Lokasi Pemantauan dilakukan di sekitar desa Lagundi kecamatan Kambowa. 3). Periode pemantauan lingkungan hidup Pemantauan kualitas udara, kebisingan, aksesibilitas, persepsi, keresahan dan kesehatan masyarakat dilakukan minimal sekali dalam tahap kegiatan pembangunan embung Lagundi mobilisasi peralatan dan material bangunan. Setelah tahap konstruksi selesai pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat kegiatan pembangunan embung Lagundi mobilisasi peralatan dan material bangunan sudah tidak dilakukan lagi. d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1). Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup 2). Intistusi pengawas Dinas Perhubungan Kabupaten Buton Utara Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara 33

20 Pemerintah Desa Lagundi dan kecamatan Kambowa. 3). Institusi penerima laporan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara 2. Kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Munculnya kesempatan kerja bersumber dari adanya kebutuhan tenaga untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan konstruksi pembangunan Embung Lagundi, kesempatan berusaha muncul dari adanya kebutuhan tenaga kerja selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang sebagian memanfaatkan masyarakat sekitarnya. Peningkatan pendapatan dapat bersumber dari penerimaan upah kerja yang dapat diperoleh dari hasil pekerjaan konstruksi dari pihak pelaksana pekerjaan konstruksi serta keuntungan masyarakat. Persepsi positif akan muncul dalam lingkup pemanfaatan tenaga kerja sekitarnya yang digunakan terkait dengan tersediannya lapangan pekerjaan baru bagi mereka, dan juga persepsi positif masyarakat terhadap pembangunan Embung Lagundi. 2) Jenis dampak Kesempatan kerja dan berusaha terhadap jenis dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya penurunan angka pencari kerja yang ada disekitar lokasi pembangunan embung Lagundi. Peningkatan pendapatan dengan konstribusi jenis dampaknya adalah tingkat pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai pekerja konstruksi. 34

21 Persepsi jenis dampaknya adalah munculnya tanggapan positif masyarakat sekitar lokasi akibat adanya dampak posisitif yang dirasakan terkait pembangunan embung Lagundi. 3) Besaran dampak Kesempatan kerja dan berusaha Jumlah tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan untuk kegiatan pembangunan embung Lagundi. Peningkatan pendapatan Masyarakat sekitar lokasi pembangunan Embung Lagundi mendapat tambahan pendapatan yang diperoleh sebagai tenaga kerja di lokasi kegiatan. Persepsi positif masyarakat Jumlah masyarakat yang berpersepsi positif adalah semua tenaga kerja yang akan direkrut dan masrayakat Desa Lagundi. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup 1). Bentuk pengelolaan lingkungan hidup Kesempatan kerja dan berusaha sebagai sumber dampak, persepsi masyarakat dalam pengelolaannya menggunakan pendekatan sosial ekonomi dan institusi antara lain : o Mengutamakan masyarakat sekitar lokasi untuk menjadi tenaga kerja konstruksi pembangunan Embung Lagundi. o Melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar lokasi terkait dengan spesifikasi dan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan o Melakukan koordinasi dengan pemerintah Desa Lagundi Kecamatan Kambowa terkait dengan kebutuhan tenaga kerja o Memberikan kesempatan untuk masyarakat sekitarnya untuk melakukan usaha sekitar lokasi kegiatan 35

22 o Melakukan pembinaan usaha bagi masyarakat baik masyarakat sekitar lokasi maupun masyarakat Kecamatan Kambowa pada umumnya. Pendapatan sebagai sumber dampak persepsi, pengelolaannya menggunakan pendekatan sosial ekonomi antara lain : o Memberikan upah kerja yang minimal sama dengan UMK atau UMP yang berlaku o Memberikan santunan bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada saat konstruksi berlangsung o Melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung diri pada pekerjaan konstruksi berlangsung. 2) Lokasi pengelolaan lingkungan hidup Areal Proyek Pembangunan Embung Lagundi, Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa 3) Periode pengelolaan lingkungan hidup Periode pengelolaan lingkungan hidup dilakukan setiap hari selama kegiatan konstruksi berlangsung. c. Upaya pemantauan lingkungan hidup 1) Metode pengumpulan dan analisis data Cara pemantauan dilakukan dengan observasi lapangan Metode pengumpulan data sekunder di Kantor Kecamatan Kambowa dan Instansi terkait. Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah secara diskriptif kualitatif. 2) Lokasi pemantauan lingkungan hidup Areal Proyek Pembangunan Embung Lagundi, Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa 3) Periode pemantauan lingkungan hidup 36

23 Pemantauan dilakukan minimal dua kali selama konstruksi dan diprioritaskan pada saat setelah dilakukan pembayaran upah kerja. d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buton Utara Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buton Utara. 3. Pembuatan / Pengoperasian Base Camp a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pembuatan / Pengoperasian Base Camp 2) Jenis dampak Timbulnya limbah padat 3) Besaran dampak Jumlah timbulan sampah padat. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup. 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mengumpulkan sementara limbah padat dengan memilah terlebih dahulu (organik dan anorganik), selanjutnya dibuang di pembuangan sampah domestik. 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Areal Base Camp pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup 37

24 Selama kegiatan pembangunan tahap konstruksi Embung Lagundi c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Memantau terjadinya timbulan limbah padat 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Areal Base Camp pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Setiap bulan selama kegiatan pembangunan Embung Lagundi d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. 4. Pembuatan Jalan Masuk/Akses a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pembuatan Jalan Masuk/Akses 2) Jenis dampak Kualitas udara Penurunan kualitas udara bersumber dari emisi gas kendaraan dan alat berat kegiatan pembuatan jalan masuk/akses pembangunan embung Lagundi yang mengakibatkan munculnya partikel debu. Kebisingan Suara kebisingan dapat bersumber dari kendaraan dan alat berat yang melakukan kegiatan pembuatan jalan masuk/akses 38

25 pembangunan Embung Lagundi dan selama kegiatan konstruksi berlangsung Aksesibilitas/Gangguan Lalulintas Terjadinya kecelakaan lalulintas pada saat aktifitas pembuatan jalan akses masuk pembangunan embung Lagundi. Penurunan Kesehatan Masyarakat Masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan bila terjadi akibat meningkatnya partikel debu yang disebabkan pembuatan jalan masuk/akses pembangunan embung Lagundi. Jenis gangguan kesehatan dapat terjadi seperti iritasi mata dan batuk akibat meningkatnya partikel debu di sekitar lokasi kegiatan. 3) Besaran dampak Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun dan PP-RI No. 41 Tahun Jumlah Gangguan Lalulintas Jumlah pengaduan gangguan kesehatan oleh masyarakat b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup. 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Kendaraan yang digunakan harus menggunakan filter emisi untuk penetrasi kebisingan pada knalpot Melakukan penyiraman dilokasi pembuatan jalan masuk jika dimungkinkan. Menempatkan petugas serta rambu-rambu jalan untuk mengatur lalulintas di pintu jalan masuk dan keluar. 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Sekitar area jalan masuk/akses pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama pengerjaan dan pembuatan jalan akses pembangunan embung Lagundi. c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 39

26 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Melakukan pemantauan udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun dan PP-RI No. 41 Tahun Melakukan pemantauan gangguan lalulintas Melakukan pemantauan terjadianya pengaduan kesehatan masyarakat 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Di areal sekitar pembuatan jalan akses ke Embung Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Minimal sekali selama kegiatan pembuatan jalan akses d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. 5. Pekerjaan Galian Tanah a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pekerjaan Galian Tanah pada embung 2) Jenis dampak Kualitas Udara Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan konsentrasi SOx, NOx, CO, Pb dan partikel debu disekitar lokasi kegiatan pekerjaan galian tanah pembagunan embung Lagundi. Kebisingan 40

27 Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan disekitar lokasi akibat aktifitas pekerjaan galian tanah didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi Kualitas Air Meningkatnya konsentrasi BOD, COD dan dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air (DO) akibat aktifitas pekerjaan galian tanah didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi 3) Besaran dampak Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun dan PP-RI No. 41 Tahun Parameter kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup. 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan perawatan mesin kendaraan dan alat berat secara periodik yang digunakan untuk pembangunan embung. Mewajibkan para pekerja/buruh untuk menggunakan peralatan K3 diantaranya helm pengaman dan ear plug. Diatur secara periodik dalam penggalian tanah di badan embung. Dibuatkan saluran air darurat terlebih dahulu di sekeliling lokasi yang dimatangkan pada awal kegiatan. 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Areal pekerjaan galian tanah pembangunan embung Lagundi 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama pembangunan embung tahap pekerjaan galian tanah c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 41

28 Pemantauan kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun dan PP-RI No. 41 Tahun Pemantauan kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun ) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Areal sekitar proyek embung dan pemukiman warga desa Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Setiap 6 bulan sekali selama kegiatan Tahap Konstruksi d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. 6. Pembuatan Tubuh Embung dan Bangunan Pelengkap a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pembuatan Tubuh Embung dan Bangunan Pelengkap 2) Jenis dampak Kualitas Udara Jenis dampak yang dapat ditimbulkan bila terjadi peningkatan konsentrasi SOx, NOx, CO, Pb dan partikel debu disekitar lokasi kegiatan pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap pembagunan embung Lagundi. Kebisingan 42

29 Jenis dampak yang ditimbulkan adalah meningkatnya kebisingan disekitar lokasi akibat aktifitas pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap didalam lokasi kegiatan pembagunan embung Lagundi Kualitas Air Meningkatnya konsentrasi BOD, COD dan dapat menurunkan oksigen terlarut dalam air (DO) akibat aktifitas pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap didalam lokasi areal kegiatan pembagunan embung Lagundi Limbah Padat Dapat terjadi tumpukan limbah padat di dalam lokasi proyek kegiatan pembagunan embung Lagundi pada saat tahap konstruksi kegiatan aktifitas pekerjaan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap. 3) Besaran dampak Parameter kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun dan PP-RI No. 41 Tahun Parameter kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun Banyaknya Limbah padat hasil dari pembangunan tubuh embuh dan bangunan pelengkap lainnya diantaranya kayu, plastik, besi, yang digunakan untuk penyanggah dan pendukung pekerjaan pembangunan. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup. 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan perawatan mesin kendaraan dan alat berat secara periodik yang digunakan untuk pembangunan embung. Mewajibkan para pekerja/buruh untuk menggunakan peralatan K3 diantaranya helm pengaman dan ear plug. Membuat saluran air darurat terlebih dahulu di sekeliling lokasi yang dimatangkan pada awal kegiatan sebelum kegiatan pembangunan tubuh embung. 43

30 Mengumpulkan limbah padat dari hasil pembangunan embung jauh dari tubuh embung dan pelimpah. 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Areal proyek kegiatan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap embung Lagundi 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Selama kegiatan tahap konstruksi pembangunan embung lagundi pekerjaan tubuh embung. c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Melakukan Pemantauan kualitas udara ambient berdasarkan Baku Mutu Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara No.7 Tahun dan PP-RI No. 41 Tahun Melakukan pemantauan kualitas air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun Melakukan pemantauan terhadap limbah padat yang hasil dari pembangunan tubuh embuh dan bangunan pelengkap lainnya. 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Areal proyek kegiatan pembuatan tubuh embung dan bangunan pelengkap embung Lagundi 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Setiap 6 bulan sekali pada tahap konstruksi pembangunan embung Lagundi d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV. 2) Institusi pengawas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. 44

31 Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. E. Tahap Pasca Konstruksi 1. Pengoperasian Embung a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pengoperasian Embung 2) Jenis dampak Persepsi masyarakat Pendapatan Masyarakat Petani 3) Besaran dampak Persepsi positif masyarakat pengguna suplai air embung Lagundi untuk bercocok tanam yang diiringi dengan bertambahnya pendapatan masyarakat. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup. 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Menugaskan Staf Pengairan dari Dinas Pengairan Kab. Buton Utara Membentuk kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung) 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekitar wilayah embung dan pengguna suplai air embung Langundi. 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap saat dalam pengoperasian dan suplai air embung c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Musyawarah kelompok P2AE dan petugas pengairan setempat 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup 45

32 Sekitar wilayah embung dan pengguna suplai air embung Langundi. 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup Setiap saat apabila adanya keluhan masyarakat dan kelainan pada bangunan embung Lagundi. d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Petugas Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara Kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung). 2) Institusi pengawas Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara 2. Pemeliharaan Embung a. Dampak lingkungan yang ditimbulkan 1) Sumber dampak Pemeliharaan Embung 2) Jenis dampak Persepsi Masyarakat 3) Besaran dampak Dukungan masyarakat pengguna suplai air embung Lagundi untuk memelihara Embung Lagundi dan pendukungnya. b. Upaya pengelolaan lingkungan hidup. 1) Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Mencegah kebocoran /rembesan di tubuh embung Embung Menanam gebalan rumput di badan timbunan embung 2) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Areal Embung Lagundi termasuk saluran irigasnya 46

33 3) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup Setiap saat diperkirakan terjadi perubahan debit air embung Lagundi c. Upaya Pemantauan lingkungan hidup 1) Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Menugaskan Staf Pengairan dari Dinas Pengairan Kab. Buton Utara Membentuk kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung) 2) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup Areal Embung Lagundi termasuk saluran irigasnya 3) Periode Pemantauan Lingkungan Hidup d. Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup 1) Pelaksana pengelola dan pemantauan lingkungan hidup Petugas Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara Kelompok P2AE (Perkumpulan Pemakai Air Embung). 2) Institusi pengawas Dinas Pengairan Kabupaten Buton utara Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara Pemerintah Desa Lagundi dan Kecamatan Kambowa. 3) Institusi penerima laporan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. 47

34 Matriks UKL UPL 48

35 BAB IV JUMLAH DAN IZIN-IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN 1. Izin-Izin PPLH Yang Dibutuhkan Adapun Izin PPLH yang dibutuhkan dalam pembangunan Embung lagundi adalah Izin Lingkungan dan Rekomendasi Lingkungan dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Buton Utara. 60

36 DAFTAR PUSTAKA Anonimous, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Anonimous, 1999, Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta Anonimous, 2001, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta Anonimous, 2003, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta Anonimous, 2004, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun Tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta Anonimous, 2005, Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor: 7 Tahun 2005 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara. Anonimous, 2009, Peraturan Menteri Negara lingkungan Hidup Nomor: 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta Anonimous, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. Anonimous, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Dinas Tata Ruang Kabupaten Buton Utara, 2012, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Utara , Buranga. BPS, 2014, Kecamatan Kambowa Dalam Angka Tahun 2014, Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton Utara. 61

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN PT. ENVILAB INDONESIA SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Tabel 8.2. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Jenis Parameter Indikator 1. KUALITAS UDARA Kualitas

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP 2.1. BAGIAN HULU 2.1.1. Kualitas Udara A. Tahap Konstruksi Kualitas udara (SO 2, CO, dan debu ) Menurunnya kualitas udara. Emisi gas buang dan debu dari kegiatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air

Lebih terperinci

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN 3.1 Kondisi Umum Kondisi kualitas udara jika dilihat dari parameter debu masih cukup baik. Berdasarkan pemantauan parameter debu di 13 titik menunjukkan bahwa kesemua

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 KUESIONER PENELITIAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008 Nama Perusahaan Jenis Industri Lokasi Kegiatan : PT. Pertamina

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN BAB IV DASAR PERENCANAAN IV.1. Umum Pada bab ini berisi dasar-dasar perencanaan yang diperlukan dalam merencanakan sistem penyaluran dan proses pengolahan air buangan domestik di Ujung Berung Regency yang

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 T E N T A N G JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN DAERAH BUKAN PAJAK PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan Lampiran 1a. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi 1. KUALITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan PERTAMINA EP -PPGM Tabel 8.1. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hulu (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Tujuan Hidup Rencana Frekuensi Institusi

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........

Lebih terperinci

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Rencana Mitigasi dan Pemantauan Daftar Kegiatan Konstruksi dan Rehabilitasi

Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial Rencana Mitigasi dan Pemantauan Daftar Kegiatan Konstruksi dan Rehabilitasi Annex 1. Environmental and Social Management Plan (ESMP) 19.1 DI Pamukkulu Rencana Lingkungan dan Sosial Rencana Mitigasi dan Pemantauan Daftar Kegiatan Konstruksi dan Rehabilitasi BAGIAN 1: KELEMBAGAAN

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

TABEL 4-4. MATRIKS RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-4. MATRIKS RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA PENGELOLAAN DAN DOKUMEN EVALUASI TABEL 4-4. MATRIKS RENCANA (RPL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI YANG DI BENTUK 1. Penurunan Kualitas Air Permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas UPK Aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY PERSYARATAN PENGAMBILAN SAMPEL Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY Pengambilan sampel lingkungan harus menghasilkan data yang bersifat : 1. Obyektif : data yg dihasilkan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) OLEH: KELOMPOK I HERI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG

LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG Contoh Laporan Amdal LAPORAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) PEMBANGUNAN INDUSTRI PT ULTRA JAYA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan suatu negara, bangsa, daerah atau wilayah yang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi, akan mendorong meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODE BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 pada beberapa lokasi di hilir Sungai Padang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/310/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/310/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/310/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SURABAYA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN A. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK 1. Teluk Kendari Kota Kendari memiliki area perairan teluk yang cukup luas. Kawasan teluk Kendari yang berada di ibu kota

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN SUMBER DAYA AIR KEGIATAN SUMBER DAYA AIR BIDANG JARINGAN SUMBER AIR. Perbaikan dan pengamanan sungai (termasuk muaranya). Pengamanan

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN SERTA UPAYA PEMANTAUAN BAB III DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN SERTA UPAYA PEMANTAUAN 3.1 yang Ditimbulkan Tabel 3.1 yang

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG PENUNJUKAN LABORATORIUM PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA I SEBAGAI LABORATORIUM LINGKUNGAN DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013

Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 Lampiran II : Keputusan Gubernur Papua Nomor : 303 Tahun 2013 Tanggal : 30 Desember 2013 IZIN LINGKUNGAN HIDUP PEMBANGUNAN PABRIK PENGEPAKAN SEMEN PENGOLAHAN KLINKER DAN TERMINAL KHUSUS OLEH PT. SEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa, industri pertambangan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : 2014 PEMANTAUAN, PELAPORAN DAN EVALUASI I. PEMANTAUAN Pemantauan menjadi kewajiban bagi pelaku usaha dan atau kegiatan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas lingkungan itu sendiri tapi lebih kesehatan masyarakat yang terpapar dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas lingkungan itu sendiri tapi lebih kesehatan masyarakat yang terpapar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pencemaran lingkungan merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas dan menjadi masalah yang semakin memprihatinkan, bukan saja bagi kualitas lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci