Kemiripan Bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda Berdasarkan Pendekatan Dialek Geografi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kemiripan Bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda Berdasarkan Pendekatan Dialek Geografi"

Transkripsi

1 Kemiripan Bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda Berdasarkan Pendekatan Dialek Geografi DIA Diar Luthfi Khairina dan Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok ABSTRAK Condet dan Marunda merupakan dua wilayah yang dikenal kental akan kebudayaan Betawi. Condet pernah dijadikan sebagai Cagar Budaya Betawi, namun keputusan tersebut telah dicabut oleh Pemerintah DKI Jakarta. Banyaknya kaum pendatang di wilayah Condet mengakibatkan penggunaan bahasa Betawi di wilayah tersebut menurun. Di sisi lain, Marunda dijadikan destinasi wisata pesisir di wilayah Jakarta Utara oleh Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara, meskipun tidak pernah dijadikan Cagar Budaya Betawi. Sebab, di Marunda terdapat Rumah Si Pitung. Seperti yang diketahui bersama, Pitung merupakan ikon orang asli Betawi. Selain itu, warga Marunda pun rutin mengadakan pengajian ke berbagai masjid setiap minggu yang merupakan tradisi orang Betawi. Oleh karena itu, untuk melihat kemiripan dan keunikan bahasa antara bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda dapat digunakan pendekatan dialektologi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penghitungan dialektometri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan wicara antara bahasa yang digunakan di wilayah Condet dan wilayah Marunda. Hal itu ditunjukkan oleh hasil penghitungan dialektometri menunjukkan persentase > 30% pada kosakata dasar Morish Swadesh. Kemungkinan perbedaan wicara tersebut disebabkan oleh warga Cawang yang berpindah tempat tinggal ke wilyayah Marunda. Kata kunci: bahasa, dialek, dialektologi, variasi bahasa. PENDAHULUAN Kebudayaan masyarakat di daerah Jakarta berkembang sebagai akibat sintesis antara unsur-unsur kebudayaan yang telah ada sebelumnya dengan unsur-unsur kebudayaan yang dibawa oleh kaum pendatang sehingga terbentuk corak kebudayaan yang berciri khas, dan yang kemudian dikenal dengan nama kebudayaan Betawi (Budiawan, et. al., 1979:11). Asal muasal kebudayaan Betawi tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, kebudayaan tersebut tetap hidup karena adanya kelompok masyarakat yang mendukungnya, secara turun-temurun, yang dikenal dengan sebutan orang Betawi. Condet dan Marunda merupakan dua wilayah di Jakarta yang dikenal masyarakat sebagai kawasan yang kental akan kebudayaan Betawi. Pada 18 Desember 1975, Condet dijadikan sebagai Cagar Budaya Betawi oleh Gubernur DKI Jakarta, meskipun kini putusan tersebut telah dicabut. Daerah Condet dijadikan sebagai cagar budaya dengan tujuan untuk melestarikan Condet sebagai daerah buah-buahan khas Jakarta (Betawi). Kebudayaan Betawi di wilayah Condet pun perlu dijaga karena hal tersebut merupakan salah satu dari sisa-sisa kebudayaan di wilayah Jakarta yang masih ada yang jumlahnya pun relatif sedikit. Di sisi lain, pada tahun 2011 Marunda dijadikan salah satu dari 12 destinasi pesisir oleh Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara. Sudin Pariwisata Jakarta Utara merasa perlu melestarikan Rumah Si Pitung yang dikenal masyarakat sebagai ikon orang Betawi. Bahasa daerah merupakan cerminan kekayaan budaya suatu bangsa. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaannya semakin terabaikan. Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya dianggap lebih memiliki prestige dan memiliki nilai komersil dibandingkan dengan bahasa daerah. Padahal, bahasa daerah merupakan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan. Hal itulah yang terjadi pada masyarakat Betawi. Bertempat tinggal di wilayah Jakarta yang notabene kota metropolitan, masyarakat Betawi semakin kehilangan identitasnya. Sudah jarang ditemukan orang yang dapat disebut sebagai orang Betawi asli di Jakarta. Dengan latar belakang tersebut melihat situasi kebahasaan di wilayah Condet dan Marunda menjadi hal yang menarik untuk dilakukan. Dengan demikian, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kondisi bahasa Betawi di wilayah yang dianggap kental akan kebudayaan Betawi dan adakah kemiripan di antara keduanya dengan menggunakan pendekatan dialektologi. 1

2 LANDASAN TEORI Pada penelitian ini metode kualitatif dan metode kuantitatif digunakan untuk melihat bagaimana situasi kebahasaan di wilayah Condet dan Marunda. Metode kuantitatif dipakai dalam penghitungan dialektometri, sedangkan metode kualitatif digunakan dalam interpretasi data yang deskriptif dari penghitungan dialektometri. Penghitungan dialektometri ini bertujuan untuk melihat kemiripan antara bahasa Betawi di wilayah Condet dan bahasa Betawi di wilayah Marunda. Jean Seguy (1973) dalam La Dialectometrie dans l Atlas Linguistiques de la Gascogne memperkenalkan metode baru yang disebut dialektometri (Lauder, 2007: 95) sebagai cara lain untuk memperoleh gambaran mengenai data visual secara akurat. Menurut Revier dalam Ayatrohaedi (1979: 31) dialektometri adalah ukuran secara statistik yang dipergunakan untuk melihat seberapa jauh perbedaan dan persaman yang terdapat di tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat yang diteliti tersebut. Rumus penghitungan dialektometri yang dipakai di dalam penelitian ini adalah rumus yang diajukan oleh Jean Seguy (Lauder, 2007: 96), yaitu: s x 100 = d% n Keterangan: s = jumlah beda dengan titik pengamatan lain n = jumlah peta yang diperbandingkan d = jarak kosakata dalam % Menurut Guiter, jika hasil yang diperoleh dari penghitungan tersebut kurang dari 20%, dinyatakan tidak ada perbedaan. Lalu, jika hasil yang diperoleh antara 21 30%, dinyatakan ada perbedaan wicara. Kemudian, jika hasil yang diperoleh menujukkan angka antara 31 50%, dinyatakan ada perbedaan subdialek. Jika hasil yang diperoleh antara 51 80%, dinyatakan ada perbedaan dialek. Terakhir, jika hasil yang diperoleh lebih dari 80%, dinyatakan ada perbedaan bahasa di antara kedua titik pengamatan tersebut (Guiter dalam Lauder, 2007: 96). Namun, Lauder (dalam Ayatrohaedi 2002: 12) memiliki perbedaan dengan Guiter dalam mengemukakan hasil persentase perhitungan dialektometri. Menurut Lauder, saat hasil yang diperoleh dari penghitungan tersebut kurang dari 30%, dinyatakan tidak memiliki perbedaan. Jika hasil yang diperoleh berada di antara angka 31% 40%, dinyatakan memiliki perbedaan wicara. Lalu, jika hasil yang diperoleh menunjukkan angka antara 41% 50%, dianggap memiliki perbedaan subdialek. Jika hasil yang diperoleh antara 51% 70%, dianggap memiliki perbedaan dialek. Terakhir, jika hasil yang diperoleh di atas 70%, dianggap memiliki perbedaan bahasa. Secara umum, para peneliti Dialektologi menggunakan konsep yang diajukan Guiter untuk membedakan hasil persentase perhitungan dialektometri. Namun, dengan pertimbangan bahwa situasi kebahasaan di wilayah Condet dan Marunda cukup rumit, penulis menggunakan konsep Lauder. Sementara itu, kosakata yang digunakan dan diperbandingkan menggunakan 200 kosakata dasar Morish Swadesh (Lauder, 2007: 138). Kosakata dasar ini digunakan karena kosakata tersebut dapat dipastikan ada di dalam setiap bahasa. Lalu, informan dalam penelitian ini adalah dua orang, yaitu informan yang bermukim di wilayah Condet dan informan yang bermukim di wilayah Marunda. Pemilihan informan dalam penelitian ini mengacu pada syarat informan yang dikemukakan dalam buku Dialektologi: Sebuah Pengantar karya Ayatrohaedi (1983: 48). PEMBAHASAN Seperti yang telah diinfokan sebelumnya, informan dalam penelitian ini terdiri atas dua orang, yaitu satu orang yang bermukim di Condet dan satu orang yang bermukim di Marunda. Kedua informan tersebut diberikan pertanyaan berupa 200 kosakata dasar Morish Swadesh. Kemudian, data tersebut diolah dengan penghitungan dialektometri, yakni dengan cara memperbandingkan keduanya. Setelah melakukan pengambilan data, dapat diketahui bahwa perbandingan antara titik pengamatan di Condet dan di Marunda terdapat perbedaan wicara. Hal ini berdasarkan pada penghitungan dialektometri dalam Kosakata Dasar Morish Swadesh yang menunjukkan persentase tertinggi senilai 32%. Berikut tabel penghitungan dialektometrinya. 2

3 No. Kosakata C.M No. Kosakata C.M No. Kosakata C.M No. Kosakata C.M No. Kosakata C.M 1 abu 0 41 buru (ber) 1 81 hati langit pusar 0 2 air 0 42 Buruk 1 82 hidung laut putih 0 3 akar 0 43 Burung 0 83 hidup lebar rambut 0 4 alir (me) 1 44 Busuk 1 84 hijau leher rumput 0 5 anak 0 45 cacing 1 85 hisap lelaki satu 0 6 angin 1 46 cium 1 86 hitam lempar saya 0 7 anjing 1 47 cuci 1 87 hitung licin sayap 0 8 apa 0 48 daging 0 88 hujan lidah sedikit 0 9 api 0 49 dan 0 89 hutan lihat sempit 0 10 apung (me) 1 50 danau 1 90 ia lima semua 0 11 asap 1 51 darah 0 91 ibu ludah siang 0 12 awan 1 52 datang 1 92 ikan lurus siapa 0 13 ayah 1 53 daun 0 93 ikat lutut suami 0 14 bagaimana 1 54 debu 1 94 ini main sungai 0 15 baik 1 55 dekat 1 95 isteri makan tahu 0 16 bakar 0 56 dengan 0 96 itu malam tahun 0 17 balik 1 57 dengar 0 97 jahit mata tajam 0 18 banyak 0 58 di dalam 0 98 jalan (ber) matahari takut 1 19 baring 1 59 di mana 0 99 jantung mati tali 0 20 baru 1 60 di sini jatuh merah tanah 0 21 basah 0 61 di situ jauh mereka tangan 0 22 batu 0 62 pada kabut minum tarik 0 23 beberapa 1 63 dingin kaki mulut tebal 0 24 belah (me) 1 64 diri (ber) kalau muntah telinga 0 25 benar 1 65 dorong kami, kita nama telur 0 26 bengkak 1 66 dua kamu napas terbang 0 27 benih 1 67 duduk kanan nyanyi tertawa 0 28 berat 0 68 ekor karena orang tetek 0 29 berenang 1 69 empat kata (ber) panas tidak 0 30 beri 1 70 engkau kecil panjang tidur 1 31 berjalan 0 71 gali kelahi (ber) pasir tiga 0 32 besar 0 72 garam kepala pegang tikam (me) 1 33 bilamana 1 73 garuk kering pendek tipis 0 34 binatang 0 74 gemuk, lemak kiri peras tiup 0 35 bintang 0 75 gigi kotor perempuan tongkat 0 36 buah 0 76 gigit kuku perut tua 0 37 bulan 0 77 gosok kulit pikir tulang 0 38 bulu 0 78 gunung kuning pohon tumpul 0 39 bunga 1 79 hantam kutu potong ular 0 40 bunuh 1 80 hapus lain punggung usus 0 Jumlah 63 % Persentase 32% Tabel penghitungan dialektometri menunjukkan adanya angka 0 dan 1 yang menyatakan perbedaan di antara kedua titik pengamatan. Jika kosakata dinyatakan dengan angka 0, tidak ada 3

4 perbedaan pengucapan kosakata. Sebaliknya, jika dinyatakan dengan angka 1, terdapat perbedaan pengucapan kosakata. Dari 200 kosakata Morish Swadesh yang dipertanyakan kepada informan di kedua wilayah, terdapat 63 perbedaan kosakata atau sebesar 32%. Mengacu pada formula Lauder, hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan wicara antara bahasa Betawi di Condet dan bahasa Betawi di Marunda. Perbedaan wicara terdapat pada tinggi-rendahnya pengucapan kosakata. Dari 200 kosakata dasar Morish Swadesh, 46 kosakata diucapkan dengan perbedaan intonasi saja. Selebihnya, diucapkan sama atau murni berbeda. Informan di Condet mengucapkan kata air dengan /air/, sedangkan di Marunda diucapkan dengan /air/. Selanjutnya, kata anak di Condet diucapkan /anak/, sementara di Marunda diucapkan dengan / anaɂ/. Lalu, kata banyak diucapkan dengan / baɲak/ di Condet, sedangkan di Marunda diucapkan sebagai / baɲaɂ/. Untuk lebih lengkapnya, perbedaan wicara antara bahasa Betawi di Condet dan Marunda akan disajikan dalam tabel berikut. No. Berian Kosakata Condet Marunda No. Berian Kosakata Condet Marunda 1 2 air [air] [air] lain [laɛn] [lain] 2 5 anak [anak] [anaɂ] langit [laŋit] [laŋit] 3 18 banyak [baɲak] [baɲaɂ] laut [laʊt] [lautan] 4 38 bulu [bulu] [buluɂ] lebar [lebar] [lεbar] 5 49 dan [ama] [samaɂ] leher [leher] [lehεr] 6 53 daun [daon] [daun] lelaki [laki] [lakiɂ] 7 56 dengan [ama] [samaɂ] lima [lima] [limaɂ] 8 61 di situ [di sono] [di sᴐnᴐ] lutut [dəŋkʊl] [dəŋkul] 9 66 dua [duwa] [duwaɂ] minum [minʊm] [ŋinum] ekor [bʊntut] [buntut] rambut [rambʊt] [rambut] garuk [garʊk] [garuk] rumput [rumpʊt] [rumput] gemuk, lemak [gəmʊk] [gəmuk] sempit [səmpit] [ɲəmpit] gunung [gunʊŋ] [gunuŋ] suami [laki] [lakiɂ] hidup [idʊp] [idup] tahu [tau] [tau] hijau [ijo] [ijoɂ] tahun [taun] [taun] hitung [itʊŋ] [ŋituŋ] tarik [narik] [tarik] jahit [jait] [jait] telinga [kupiŋ] [kupiŋ] jantung [jantuŋ] [jantuŋ] telur [təlor] [təlur] jatuh [jatoh] [jatᴐ] tetek [teteɂ] [tεtεɂ] kaki [kaki] [kakiɂ] tidak [əŋgak] [əŋgaɂ] kata (ber) [ŋomɔŋ] [ŋᴐmᴐŋ] tiga [tiga] [tigaɂ] kulit [kulit] [kulit] tongkat [toŋkat] [tuŋkət] kuning [kuniŋ] [kuniŋ] tumpul [tumpʊl] [tumpul] Muhadjir (2000: 71) mengatakan bahwa bahasa Betawi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu dialek Jakarta subdialek Tengahan dan dialek Jakarta subdialek Pinggiran. Ciri terbesar dari kedua subdialek tersebut adalah subdialek Tengahan menggunakan vokal akhir ɛ, sedangkan subdialek Pinggiran menggunakan vokal akhir a. Selain itu, konsonan h diucapkan sebagaimana pengucapannya di dalam bahasa Indonesia. Pada subdialek Tengahan, /muntah/ diucapkan sebagai /muntɛ/. Akan tetapi, pada subdialek Pinggiran kata-kata tersebut diucapkan seperti dalam bahasa Indonesia, yaitu, /muntah/. Selanjutnya, ciri lain terdapat pada ucapan konsonan bersuara, b, d, dan g. Pada subdialek Tengahan pengucapannya menjadi tidak bersuara, sedangkan pada dialek Pinggiran diucapkan sebagai konsonan bersuara. Munculnya kata ora tidak yang merupakan bahasa Jawa juga merupakan salah satu ciri subdialek Pinggiran yang tidak terdapat di wilayah subdialek Tengahan. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa yang terdapat di wilayah Condet mempunyai ciri-ciri fonetis subdialek Pinggiran seperti yang dikatakan oleh Muhadjir dalam Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangnya, sedangkan wilayah Marunda tidak memiliki kekonsistenan. 4

5 Ketidakkonsistenan bahasa Betawi di Marunda ini ditunjukkan dengan bercampurnya ciri subdialek Pinggiran dengan subdialek Tengahan. Pada kata apa di Marunda dilafalkan sebagai /ape/, kata ayah dilafalkan dengan /babe/, kata darah dilafalkan /darεh/, dan kata merah dilafalkan /mera/ yang merupakan ciri fonetis subdialek Tengahan. Akan tetapi, pada kata basah dilafalkan dengan /basah/, kata buah dilafalkan /buwah/, dan kata potong dilafalkan /belah/ yang mana pelafalan h yang diucapkan jelas seperti dalam bahasa Indonesia merupakan ciri subdialek Pinggiran. Transmigrasi warga Cawang ke wilayah Marunda menjadi pengaruh ketidakkonsistenan bahasa Betawi di Marunda. KESIMPULAN Berdasarakan penghitungan dialektometri Kosakata Dasar Morish Swadesh ditunjukkan persentase senilai 32%, yang berarti terdapat perbedaan wicara. Bahasa yang dipakai di wilayah Condet adalah Bahasa Melayu dialek Jakarta subdialek Pinggiran, sedangkan di wilayah Marunda terjadi ketidakkonsistenan. Ketidakkonsistenan tersebut disebabkan oleh warga Cawang yang bertransmigrasi ke wilayah Marunda. Warga Cawang berlatar belakang subdialek Tengahan, sedangkan warga Marunda berlatar belakang subdialek Pinggiran. Jadi, bahasa yang dipakai di Marunda ada dua, yaitu Bahasa Melayu dialek Jakarta subdialek Pinggiran dan Bahasa Melayu dialek Jakarta subdialek Tengahan. Antara bahasa Betawi di wilayah Condet dan Marunda terdapat kemiripan, yaitu pada kosakata yang berciri fonetis subdialek Pinggiran. Selain itu, di kedua wilayah ini sama-sama terjadi penurunan penggunaan bahasa Betawi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan informan di kedua wilayah dikatakan bahwa mereka tidak menurunkan bahasa Betawi yang khas pada keturunannya. Hal tersebut merupakan alasan kuat sedikitnya ditemukan bahasa khas Betawi di wilayah Condet dan Marunda. Betawi yang disebut sebagai bahasa saat ini hanya merupakan sebuah dialek. Perlu ada strategi yang tepat supaya pemakai bahasa Betawi di wilayah Condet dan Marunda mengajarkan bahasa Betawi kepada keturunannya. Penelitian sosiolinguistik mengenai pemertahanan bahasa di kedua wilayah, Condet dan Marunda, merupakan salah satu caranya. Jika hal tersebut dapat berjalan baik, bahasa Betawi akan terus ada hingga generasi masa kini. Selain itu, perlu adanya kajian mengenai muatan lokal yang ada di Jakarta. Bahasa Betawi yang dikenal sebagai bahasa daerah Jakarta seharusnya bisa dijadikan muatan lokal di Jakarta. Akan tetapi, di daerah lain menggunakan bahasa daerah sebagai muatan lokal, contohnya Jawa Barat yang menggunakan bahasa Sunda serta Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menggunakan bahasa Jawa. Dengan adanya muatan lokal bahasa Betawi sejak Sekolah Dasar diharapkan dapat membantu pemertahanan bahasa Betawi. DAFTAR PUSTAKA Ayatrohaedi. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Budiawan, et. al.. Folklor Betawi. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, Chambers, J.K, dan Peter Trudgill. Dialectology: Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press, Campbell, Lyle. Historical Linguistic: An Introduction. Cambridge: The MIT Press, Larasati, Indra Siswarini. Bahasa dan Adat di Condet: Suatu Studi mengenai Masyarakat Transisi. Skripsi tidak diterbitkan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Lauder, Multamia RMT. Sekilas Mengenai Pemetaan Bahasa. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, Pemetaan dan Distribusi Bahasa-bahasa di Tanggerang. Disertasi tidak diterbitkan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Muhadjir. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI) dan The Ford Foundation, Muhadjir. Fungsi dan Kedudukan Dialek Jakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pratiwi, Endang Hesti. Bahasa Betawi di Cipayung DKI Jakarta: Sebuah Pemetaan Bahasa dan Analisis Kebahasaan. Skripsi tidak diterbitkan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,

Seminar Tahunan Linguistik 2015

Seminar Tahunan Linguistik 2015 Hubungan Bahasa Melayu dengan Bahasa Betawi di Wilayah Condet Diar Luthfi Khairina Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424 khairinadiar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi

Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi Diar Luthfi Khairina, Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok

Lebih terperinci

KEKERABATAN BAHASA AKIT DAN DUANU: KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK. Zainal Abidin

KEKERABATAN BAHASA AKIT DAN DUANU: KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK. Zainal Abidin KEKERABATAN BAHASA AKIT DAN DUANU: KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK Zainal Abidin Balai Bahasa Provinsi Riau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru Posel:

Lebih terperinci

Marunda merupakan wilayah di Jakarta yang dikenal masyarakat sebagai kawasan yang kental akan kebudayaan Betawi. Pada tahun 2011 Marunda.

Marunda merupakan wilayah di Jakarta yang dikenal masyarakat sebagai kawasan yang kental akan kebudayaan Betawi. Pada tahun 2011 Marunda. Prosiding Seminar Nasional Bahasa Ibu IX. ISBN ;.. Sikap Bahasa pada Bahasa Betawi sebagai Bahasa Ibu di Wilayah Marunda: Langkah Awal Pencegahan Kepunahan Bahasa Betawi Diar Luthfi Khairina, S.Hum. Universitas

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

TEORI FENOMENA ORGAN

TEORI FENOMENA ORGAN TEORI FENOMENA ORGAN By: Syariffudin Definisi Teori Fenomena Organ Yaitu sebuah teori untuk menilai fungsi organ organ dalam secara fisiologi maupun secara patalogis dengan didasarkan pada apa yang terlihat

Lebih terperinci

(http/sumut.bps.go.id/sibolga) diunduh 25 Juli 2013 LAMPIRAN I PELAFALAN BERDASARKAN DAFTAR KOSA KATA SWADESH. NO Glos Bahasa Pesisir Sibolga Fonetik

(http/sumut.bps.go.id/sibolga) diunduh 25 Juli 2013 LAMPIRAN I PELAFALAN BERDASARKAN DAFTAR KOSA KATA SWADESH. NO Glos Bahasa Pesisir Sibolga Fonetik Sumber Internet (http/sumut.bps.go.id/sibolga) diunduh 25 Juli 2013 LAMPIRAN I PELAFALAN BERDASARKAN DAFTAR KOSA KATA SWADESH NO Glos Bahasa Pesisir Sibolga Fonetik 1 abu abu 2 air ai 3 akar ureɂ 4 alir

Lebih terperinci

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 1. Cara adaptasi tingkah laku hewan mamalia air yang hidup di air laut

Lebih terperinci

Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi

Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi Satwiko Budiono, Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok satwiko.iko@gmail.com

Lebih terperinci

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c Kunci Jawaban BAB 1 Ayo Berlatih 1.1 2. Hewan berkembang biak dengan cara beranak dan bertelur. Contoh hewan yang beranak kucing, sapi, dan kelinci. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah

Lebih terperinci

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang

Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang PENGETAHUAN MENGENAI ALAM DAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA Nama Sekolah: Kelas : Nama Siswa : Berilah tanda silang ( x ) pada pernyataan - pernyataan di bawah ini: No. Pernyataan Benar Salah 1. 2. 3. 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Anggota masyarakat

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.14

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.14 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan Soal 8.14 1. Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/!1(5).jpg Sumber: manfaat.co.id (diakses 16

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi Pengertian Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi dibedakan menjadi 3 jenis 1. Adaptasi Morfologi Proses adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan bentuk

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2015 2016 Mata Pelajaran : ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 120 menit A. Pilih jawaban

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Saling Ketergantungan Antara Makhluk Hidup dengan Lingkungannya SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Mars Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Saling Ketergantungan Antara Makhluk

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III diuraikan pembahasan mengenai () lokasi penelitian, () metode penelitian, () definisi operasional, () instrumen penelitian, () teknik pengumpulan, dan (6) sumber

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan

Lebih terperinci

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA BAB 1 CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA Tujuan Pembelajaran: 1) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus hewan dengan lingkungannya; 2) mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri

Lebih terperinci

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya Abstrak Difusi leksikal merupakan fenomena lingusitik yang dapat terjadi pada bahasa apa pun. Difusi leksikal merupakan unsur inovasi bahasa yang menyebar

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. dinolingo.com

Bahasa Indonesia. dinolingo.com Bahasa Indonesia Halo! Apa kabar? Halo! Saya baikbaik saja! 1 Bahasa indonesia kucing anjing dua ekor anjing Seekor kucing dan seekor anjing. burung ikan monyet monyet-monyet harimau badak gorila jerapah

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org

LAMUN. Project Seagrass. projectseagrass.org LAMUN Project Seagrass Apa itu lamun? Lamun bukan rumput laut (ganggang laut), tetapi merupakan tumbuhan berbunga yang hidup di perairan dangkal yang terlindung di sepanjang pantai. Lamun memiliki daun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat dibutuhkan karena bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti tersebut, agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Kuda dengan anak-anaknya

Gambar 1.1 Kuda dengan anak-anaknya Bab I Makhluk Hidup Di dunia ini, banyak sekali makhluk hidup. Coba kalian sebutkan! Ya, betul. Makhluk hidup meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia. Apakah kalian bernapas, makan, dan selalu bergerak?

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam dialek. Istilah dialek merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu

Lebih terperinci

Peter Swanborn, The Netherlands, Lima Portret Five Portraits

Peter Swanborn, The Netherlands,  Lima Portret Five Portraits Peter Swanborn, The Netherlands, www.peterswanborn.nl Lima Portret Five Portraits Bukan seperti salam Semula, kata si laki-laki, adalah air di sini manis dan penuh hidup, kemudian manusia datang mereka

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/BIOLOGI/BAB 11/BIO smil/manifest.

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/BIOLOGI/BAB 11/BIO smil/manifest. SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 7. Gejala Alam Biotik Dan AbiotikLATIHAN SOAL BAB 7 1. Melakukan percobaan dalam metode ilmiah disebut dengan Eksperimen Observasi Hipotesis Prediksi Kunci Jawaban : B Pembahasan

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 7. CIRI KHUSUS HEWAN DAN TUMBUHANLatihan soal 7.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 7. CIRI KHUSUS HEWAN DAN TUMBUHANLatihan soal 7.1 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 7. CIRI KHUSUS HEWAN DAN TUMBUHANLatihan soal 7.1 1. Ciri khusus yang ada pada makhluk hidup bertujuan untuk... Untuk mencari makanan Untuk menarik perhatian hewan

Lebih terperinci

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas) Cara Memandikan Kelinci Putih Agar Bersih Via : Tuliat.com Kelinci Putih adalah salah satu warna bulu kelinci yang paling disukai banyak orang atau para pencinta binatang piaraan karena warnanya yang terlihat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab implementasi karya ini dijelaskan tentang rangkaian proses pembuatan game dari tahap produksi sampai tahap pasca produksi. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku tak tahu mengapa ada yang pergi tak kembali Kata Ibu, yang pergi menjadi kenangan

Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku tak tahu mengapa ada yang pergi tak kembali Kata Ibu, yang pergi menjadi kenangan SAJAK USIA Hari berulang, tanggal kembali Tahun berubah, usia bertambah Aku tak tahu ke mana arah langkah Dalam angan-angan semuanya indah Pagi kembali, senja menanti Si adik lahir, yang lain pergi Aku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan)

3. Laklak Debata Bulan (Kitab Debata Bulan) MERAH Menyala Bulan adalah cerminan kekuatan Allah. Kitab ini berisi kekuatan manusia dalam menjalani hidup termasuk bumi dan seni bela diri batak dalam menjalani hidup sehari-hari. 3. Laklak Debata Bulan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. bentuk kosakata dasar bahasa Sunda di Kecamatan Sagaranten maka dapat

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. bentuk kosakata dasar bahasa Sunda di Kecamatan Sagaranten maka dapat 161 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada BAB 4 yang mencakup deskripsi bentuk kosakata dasar bahasa Sunda di Kecamatan Sagaranten maka dapat diambil simpulan sebagai

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN

BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN BAB 1: ASAL MULA KEJADIAN KELAHIRANKU Ternyata proses kelahiranku itu dahsyat, saat pasangan suami istri melakukan hubungan intim, maka bisa jadi sang istri hamil. Kehamilan terjadi saat sperma masuk ke

Lebih terperinci

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan.

Penggolongan Hewan. Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang tubuh. Beranak. Bertelur. Bagan penggolongan hewan. Penggolongan Hewan Jenis makanan Tempat hidup Cara berkembang biak Cara bergerak Penutup tubuh Tumbuhan Darat Beranak Berjalan Rambut Daging Air Bertelur Terbang Bulu Segala Amfibi Melompat Sisik Berenang

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.3

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.3 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.3 1. Bekel adalah permainan yang sangat diminati oleh anak perempuan. Bisa dimainkan secara individu ataupun bersama-sama. Alat yang

Lebih terperinci

tumbuhan di sekitar pelajaran 8

tumbuhan di sekitar pelajaran 8 pelajaran 8 tumbuhan di sekitar tuhan ciptakan aneka tumbuhan ada sayuran buah dan bunga semua berguna bagi manusia manusia wajib menjaga dan merawat tumbuhan yang tuhan beri sukakah kamu merawat tumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Pengantar Geografi dialek mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal suatu bahasa (Keraf, 1984: 143). Menurut Lauder, geografi dialek pada dasarnya mempunyai hubungan

Lebih terperinci

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd., Sri Wiyanti, S.S.,M.Hum., Yulianeta, M.Pd. Dra. Novi Resmini, M.Pd., Hendri Hidayat, dan Zaenal Muttaqin FPBS Abstrak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN

PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN Lampiran materi penuluhan PERANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN SISWA SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN KESEHATAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dengan kesehatan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN

BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN BAB II INFORMASI MITOS SAAT KEHAMILAN 2.1 Definisi Informasi Menurut Gordon B. Davis dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 bahwa Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti menggambarkan gejala bahasa di daerah pengamatan berupa variasi

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA. Wahya*

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA. Wahya* FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA Wahya* Rizka.cikal@yahoo.com ABSTRACT Linguistics lexical diffusion is a phenomenon that can occur in any language. Lexical diffusion of innovation is an element of

Lebih terperinci

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut. JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD VI (ENAM) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Kehadiran hewan dan tumbuhan itu sesungguhnya dapat menjaga keseimbangan alam. Satu makhluk

Lebih terperinci

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG]

SUTTA SATIPATTHANA [JALAN LANGSUNG] 1 SUTTA SATIPATTHANA Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di negeri Kuru, di kota para Kuru bernama Kammasadhamma. Beliau berkata kepada para bhikkhu: Para bhikkhu. Mereka

Lebih terperinci

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Yang dimaksud dengan bahan tanaman karet adalah biji karet (calon

Lebih terperinci

Paket Latihan Ulangan IPA Kelas 3 SD Semester II

Paket Latihan Ulangan IPA Kelas 3 SD Semester II Paket Latihan Ulangan IPA Kelas 3 SD Semester II LATIHAN 1 Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Gerak adalah.. 2. Apel yang telah masak dari pohon dapat mengalami gerak. 3. Lapangan

Lebih terperinci

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid RUANG LINGKUP BUDIDAYA PEMELIHARAAN JANGKRIK KALUNG KUNING A. UDJIANTO Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Komoditas jangkrik ini dapat memberikan tambahan penghasilan disamping

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Penderita sindroma Down atau yang sering disebut sebagai down s syndrom mampu tumbuh dan berkembang jika terdeteksi sejak dini, yakni sejak lahir

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT Yenni Sri Handayani *) ABSTRAKSI Salah satu warisan budaya luhur bangsa Inodnesia yaitu upacara adat perkawinan, yang tersebar hampir di setiap daerah. Salah

Lebih terperinci

BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA

BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

berada di bagian timur danau, berlawanan dengan Emporium. Aku bertanya-tanya apakah mereka menemukan sesuatu disana. Aku mengenakan pakaian selam dan

berada di bagian timur danau, berlawanan dengan Emporium. Aku bertanya-tanya apakah mereka menemukan sesuatu disana. Aku mengenakan pakaian selam dan berada di bagian timur danau, berlawanan dengan Emporium. Aku bertanya-tanya apakah mereka menemukan sesuatu disana. Aku mengenakan pakaian selam dan menempatkan pisau selam di tempatnya, tabung selam

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. I. Identitas Informan : 1. Nama : 2. Umur : 3. Suku : 4. Pendidikan : 5. Pendapatan :

PEDOMAN WAWANCARA. I. Identitas Informan : 1. Nama : 2. Umur : 3. Suku : 4. Pendidikan : 5. Pendapatan : I. Identitas Informan : 1. Nama : 2. Umur : 3. Suku : 4. Pendidikan : 5. Pendapatan : PEDOMAN WAWANCARA II. Daftar Pertanyaan A. Pengetahuan Ibu 1. Apakah yang dimaksud dengan higiene perseorangan? a.

Lebih terperinci

Teori bertani alami: Yang harus di bangun terlebih dahulu adalah memperbaiki tanah

Teori bertani alami: Yang harus di bangun terlebih dahulu adalah memperbaiki tanah Teori bertani alami: Yang harus di bangun terlebih dahulu adalah memperbaiki tanah Air laut di siramkan ke tanah atau lahan yang akan di garaf Hanya membabat rumput tidak menggunakan pestisida(racun rumput).

Lebih terperinci

APOCRYPHA Surat Yeremia KING JAMES BIBLE Surat Yeremia

APOCRYPHA Surat Yeremia KING JAMES BIBLE Surat Yeremia www.scriptural-truth.com APOCRYPHA Surat Yeremia KING JAMES BIBLE 1611 Surat Yeremia Surat [atau surat] Yeremia [Jeremy] {6:1} salinan surat, yang Jeremy dikirim kepada mereka: yang itu harus dipimpin

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode 1 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan variasi dialek dan hubungan

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mentawai merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahasa Mentawai digunakan untuk berkomunikasi dalam aktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK 1. Lokasi :... 2. Bangsa Sapi 1 :... 3. Identitas : (Kalung/No. Sapi/Nama Pemilik...) *) 4. Jenis Kelamin : ( / ) *) 5. Pengenalan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Kontainer Laut yang Bersih dan Bebas Kontaminasi Petunjuk untuk pengepak dan eksportir ke Selandia Baru Selandia Baru adalah

? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Kontainer Laut yang Bersih dan Bebas Kontaminasi Petunjuk untuk pengepak dan eksportir ke Selandia Baru Selandia Baru adalah ? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Pedoman untuk Mengekspor Kontainer Laut ke Selandia Baru ? PERIKSA BERSIHKAN KIRIM Kontainer Laut yang Bersih dan Bebas Kontaminasi Petunjuk untuk pengepak dan eksportir ke Selandia

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat bahasa. Anggota masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 1/1 Tema : Diri Sendiri Standar Kompetensi : Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa.

Lebih terperinci

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)

Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah

Lebih terperinci

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar

LATIHAN PERNAFASAN. Pengantar LATIHAN PERNAFASAN Pengantar 1. Teknik pernafasan: kembangkan perut pada saat menarik nafas dalam, dan kempiskan perut pada saat membuang nafas. 2. Sebaiknya bernafas melalui hidung. 3. Biarkan dada mengikuti

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK KELAS I

SILABUS TEMATIK KELAS I SILABUS TEMATIK KELAS I Satuan Pendidikan Kelas Kompetensi Inti : SD/MI : I (satu) KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

Peraturan Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Desa

Peraturan Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Desa WAKTU PERSEKOLAHAN 1.0 Masa dan Kehadiran Persekolahan 1.1 Murid mesti berada di sekolah lima minit sebelum waktu persekolahan bermula. 1.2 Murid yang datang lewat tanpa sebab adalah menjadi satu kesalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci