RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XI/2013 Tentang Pembentukan Pemerintahan Daerah Provinsi Kalimantan Utara

Transkripsi

1 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XI/2013 Tentang Pembentukan Pemerintahan Daerah Provinsi Kalimantan Utara I. PEMOHON 1. Syarief Almahdali, SE, sebagai Pemohon I; 2. Zulkifli Alkaf, SH, sebagai Pemohon II; 3. Tamrin, sebagai Pemohon III; 4. Asnawi Arbain, M. Hum, sebagai Pemohon IV; 5. Ir. Samsul Tribuana, Dipl Eng, sebagai Pemohon V; 6. Sutarno Wijaya, sebagai Pemohon VI; 7. Sonny Setiawan, SE, sebagai Pemohon VII; 8. H. J. Jahidin S, SH.,MH, sebagai Pemohon VIII; 9. Aran Mascos Intjau, Bsc, sebagai Pemohon IX; 10. Theresia Pilipus, sebagai Pemohon X. KUASA HUKUM Robikin Emhas, SH, MH., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 21 Desember 2012 II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Pasal 10 ayat (1), Penjelasan Pasal 10 ayat (2), Pasal 13 ayat (1) dan ayat (4), serta Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara terhadap UUD KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah: 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945, 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Und ang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi; 3. Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan, secara hierarkis, kedudukan UUD 1945 adalah lebih tinggi dari Undang-Undang. Oleh karena itu, setiap

2 ketentuan Undang-Undang tidak boleh bertentangan dengan UUD Jika terdapat ketentuan dalam Undang-Undang yang bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut dapat dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme pengujian Undang-Undang oleh Mahkamah; 4. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan memutus permohonan pengujian Undang-Undang ini. IV. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Para Pemohon menyatakan dirinya adalah Pemohon I adalah perorangan warga negara Indonesia yang berdomisili di wilayah Provinsi Kalimantan Utara disamping juga sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disingkat DPRD) Provinsi Kalimantan Timur dalam Pemilihan Umum legislatif Tahun Sedangkan Pemohon II sampai dengan Pemohon X adalah perorangan warga negara Indonesia yang dalam Pemilihan Umum legislatif tahun 2009 lalu merupakan calon anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Kerugian Konstitusional yang dimaksudkan adalah ketentuan a quo mengakibatkan para Pemohon tidak mendapat jaminan kebebasan, kesetaraan kedudukannya didalam hukum, dan kepastian hukum yang adil dalam pengisian jabatan definitif Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara serta Pemerintahan di Kalimantan Utara. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, adalah: 1. Pasal 10 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2012 Untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Kalimantan Utara, dipilih dan disahkan Gubernur dan/atau Wakil Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan paling cepat 2 (dua) tahun sejak diresmikan Provinsi Kalimantan Utara 2. Penjelasan Pasal 10 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2012 Penjabat Gubernur Kalimantan Utara diusulkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Gubernur Kalimantan Timur 3. Pasal 13 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2012 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara dibentuk melalui hasil Pemilihan Umum Tahun Pasal 13 ayat (4) UU No. 20 Tahun 2012 Pengambilan sumpah/janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara dilaksanakan paling lambat 4 (empat) bulan

3 setelah pengambilan sumpah/janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur 5. Pasal 20 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2012 Sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2014, Pejabat Gubernur Kalimantan Utara menyusun Rancangan Peraturan Gubernur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Utara untuk tahun anggaran berikutnya. B. NORMA UUD 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu: 1. Pasal 18 ayat (3) UUD 1945 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum 2. Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis 3. Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan 4. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya 5. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum VI. Alasan-alasan Pemohon UU a quo Bertentangan Dengan UUD 1945, karena: 1. Para Pemohon adalah bagian dari masyarakat dimaksud konsideran a quo yang merasa adanya keselarasan antara kondisi faktual, spirit Pembukaan UUD 1945 dan konsideran UU a quo. Keselarasan dimaksud secara normatif ditujukan bagi pewujudan pelayanan publik di wilayah perbatasan berdasarkan desentralisasi dan otonomi daerah. Sungguhpun demikian, keselarasan tersebut tidak menyemangati pasal-pasal yang dimohonkan pengujian a quo untuk mencapai kondisi percepatan terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kalimantan Utara;

4 2. Pemohon I selaku warga negara tidak mendapat pengakuan dan kepastian hukum yang adil di hadapan hukum dengan adanya frasa dilaksanakan paling cepat 2 (dua) tahun sejak diresmikannya Provinsi Kalimantan Utara dalam Pasal 10 ayat (1) UU Kaltara; 3. apabila frasa ketentuan paling cepat 2 (dua) tahun sejak diresmikan Provinsi Kalimantan Utara a quo dijadikan tolok ukur dalam penyelenggaraan Pemilukada Provinsi Kalimantan Utara maka diperkirakan setelah 17 Agustus 2015 baru terjadi penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, tanpa batasan waktu yang pasti, hal mana batasan waktu yang pasti merupakan ketentuan dalam Pasal 64 dan Lampiran II UU Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, frasa ketentuan a quo bersandar pada keberlakuan empiris yang amat bergantung pada proses administrasi publik, sehingga berakibat pada ketidakjelasan waktu pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Provinsi Kalimantan Utara; 4. menurut para Pemohon, pihak pemerintah pusat telah sengaja keliru asas dalam memahami Pasal 297 ayat (3) UU MD3 terhadap pengisian keanggotaan DPRD Provinsi Kalimantan Utara, yang secara mutatis mutandis diberlakukan bagi penyelenggaraan Pemilihan Umum kepala daerah di Provinsi Kalimantan Utara, sebagaimana terdapat dalam risalah rapat dimaksud yakni pada awal tahun 2015 yang tahapan-tahapannya dapat dimulai pada akhir tahun 2014 ; 5. jika ketentuan dalam UU Kaltara a quo tetap diberlakukan dan berdayaikat yuridis maka ketentuan a quo telah menimbulkan tidak terpenuhinya hak-hak warga negara di dalam hukum dan pemerintahan serta ketiadaan hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum adil pada penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Kalimantan Utara, sehingga Pasal 10 ayat (1) UU Kaltara sepanjang frasa dilaksanakan paling cepat 2 (dua) tahun sejak diresmikan Provinsi Kalimantan Utara bertentangan dengan spirit dan norma dasar Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;; 6. terdapat aspek yang tidak lazim dalam bagian Penjelasan Pasal 10 ayat (2) UU Kaltara a quo bahwa Penjabat Gubernur Kalimantan Utara diusulkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan pertimbangan Gubernur Kalimantan Timur, dimana sesungguhnya kewenangan dalam mengusulkan penjabat gubernur adalah kewenangan pemerintah pusat c.q. Menteri Dalam Negeri;; 7. dalam perbandingan historis-komparatif antara Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Banten dan Kota Tangerang Selatan, dengan parameter norma pengambilan sumpah/janji anggota DPRD, maka ketiga wilayah tersebut selain Provinsi Kalimantan Utara tidak mengatur

5 tentang waktu pengambilan sumpah/janji anggota DPRD berdasarkan waktu pengambilan sumpah/janji provinsi induk; 8. Ketentuan Pasal 13 ayat (4) UU Kaltara a quo justru membuat penormaan tersendiri dimana pengambilan sumpah/janji anggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara dilakukan paling lambat 4 (empat) bulan setelah pengambilan sumpah/janji anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur, ini menunjukkan bahwa pengambilan sumpah/janji anggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara hanya bisa dilaksanakan setelah pelaksanaan Pemilu Tahun 2014, sehingga norma hukum Pasal 13 ayat (4) UU Kaltara a quo mengakibatkan hilangnya hak-hak konstitusional pemohon; 9. ketentuan a quo menimbulkan suatu kekacauan hukum ( disorder of law) karena pengisian keanggotaan DPRD Provinsi Kalimantan Utara didasarkan pada hasil Pemilu tahun 2014, sehingga DPRD Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat segera menjalankan fungsi legislasi, fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan khususnya terkait dengan penyusunan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Utara. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Pasal 10 ayat (1) sepanjang frasa paling cepat 2 (dua) tahun sejak diresmikan Provinsi Kalimantan Utara, Penjelasan Pasal 10 ayat (2) sepanjang frasa dengan pertimbangan Gubernur Kalimantan Timur, Pasal 13 ayat (1) sepanjang frasa dibentuk melalui hasil Pemilihan Umum Tahun 2014 dan ayat (4) sepanjang frasa dilaksanakan paling lambat 4 (empat) bulan setelah pengambilan sumpah/janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur, dan Pasal 20 ayat (1) sepanjang frasa berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara bertentangan dengan UUD 1945; 3. Pasal 10 ayat (1) sepanjang frasa paling cepat 2 (dua) tahun sejak diresmikan Provinsi Kalimantan Utara Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dilaksanakan paling lambat sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2014 ; 4. Pasal 10 ayat (1) Undang -Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara selengkapnya menjadi, Untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Kalimantan Utara, dipilih dan disahkan Gubernur dan/atau Wakil Gubernur sesuai dengan

6 peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan paling lambat sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2014 ; 5. Penjelasan Pasal 10 ayat (2) sepanjang frasa dengan pertimbangan Gubernur Kalimantan Timur Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dan diangkat dari unsur Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kemampuan dalam mempersiapkan daerah otonom baru di wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 6. Penjelasan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara selengkapnya menjadi, Penjabat Gubernur Kalimantan Utara diusulkan oleh Menteri Dalam Negeri dan diangkat dari unsur Pegawai Negeri Sipil yang memiliki kemampuan dalam mempersiapkan daerah otonom baru di wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 7. Pasal 13 ayat (1) sepanjang frasa dibentuk melalui hasil Pemilihan Umum Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dibentuk berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2009 ; 8. Pasal 13 ayat (1) Undang -Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara selengkapnya menjadi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara dibentuk berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2009 ; 9. Pasal 13 ayat (4) sepanjang frasa dilaksanakan paling lambat 4 (empat) bulan setelah pengambilan sumpah/janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ; 10. Pasal 13 ayat (4) Undang -Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5362) selengkapnya menjadi, Pengambilan sumpah/janji anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku ; 11. Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

7 12. Pasal 20 ayat (1) sepanjang frasa berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2014 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara selengkapnya menjadi, sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Utara, Pejabat Gubernur Kalimantan Utara menyusun Rancangan Peraturan Gubernur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Utara untuk tahun anggaran berikutnya 13. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Mahkamah memiliki pendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya menurut hukum (ex aequo et bono). Catatan: Perubahan pada batu uji yaitu dengan tidak dicantumkannya Pasal 18 ayat (1) UUD Perubahan pada norma yang diujikan yaitu Pasal 20 UU No. 20 Tahun 2012 menjadi Pasal 20 ayat (1) UU No. 20 Tahun Perubahan pada petitum dengan adanya penambahan angka 12.