PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Rambu Roku Sowi NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Rambu Roku Sowi NIM : FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i ii

3 iii

4 iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan untuk: Bapaku Tuhan Yesus Kristus, Orangtuaku, Sahabatku, dan Almamaterku iv v

6 vi

7 i

8 PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan pertolongan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, perhatian, doa, dorongan, dan nasehat. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, pembimbing utama dan dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, memberi masukan, dukungan dan memotivasi penulis hingga penyelesaian skripsi. 2. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan, masukan kritik dan saran bagi penulis dalam penyelesaian naskah skripsi ini. 3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. vii i

9 i

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... i ii iii iv v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... vi vii ix xiii xv xvi xvii xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Permasalahan Keaslian penelitian Manfaat penelitian... 6 B. Tujuan Penelitian Tujuan umum... 6 ix i

11 2. Tujuan khusus... 6 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8 A. Pengobatan Sendiri... 8 B. Sakit Kepala C. Periklanan Definisi Fungsi iklan Tujuan iklan Televisi sebagai salah satu media iklan Peraturan periklanan D. Perilaku Kesehatan E. Faktor Perilaku F. Landasan Teori G. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian Definisi operasional C. Subyek Penelitian, Besar Sampel, dan Teknik Sampling Subyek penelitian Besar sampel Teknik sampling x ii

12 D. Tempat dan Waktu Penelitian E. Instrumen Penelitian Uji validitas dan reliabilitas F. Bahan Penelitian G. Tata Cara Penelitian Observasi awal Perijinan Pembuatan kuesioner Penyebaran kuesioner Pengolahan data H. Tata Cara Analisis I. Keterbatasan Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Demografi Responden Jenis kelamin responden Umur responden Fakultas responden Uang saku perbulan responden B. Pola Melihat Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi Lama waktu responden menonton televisi setiap hari Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat xi iii

13 5. Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan terakhir Obat sakit kepala yang pernah digunakan Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala. 45 C. Tingkat Pengetahuan, Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi, dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden D. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden E. Hubungan antara Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS xii iv

14 DAFTAR TABEL Tabel I. Hasil pengukuran pengetahuan Tabel II. Pemberian skor untuk aspek pengetahuan Tabel III. Pemberian skor untuk aspek sikap dan tindakan Tabel IV. Blue Print pernyataan favorable dan unfavorable pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan Tabel V. Hasil uji reliabilitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. 32 Tabel VI. Hasil uji normalitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. 35 Tabel VIII. Interpretasi terhadap koefisien korelasi Tabel IX. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari Tabel X. Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir Tabel XI. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat responden Tabel XII. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat responden Tabel XIII. Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala Tabel XIV. Gambaran jawaban responden aspek pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Tabel XV. Gambaran jawaban responden aspek sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Tabel XVI. Gambaran jawaban responden aspek tindakan penggunaan obat sakit kepala xiii v

15 Tabel XVII. Uji korelasi Product Moment Pearson tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden Tabel XVIII. Uji korelasi Product Moment Pearson aspek sikap terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden xiv vi

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 2. Karakteristik demografi responden berdasarkan umur Gambar 3. Karakteristik demografi responden berdasarkan Fakultas Gambar 4. Karakteristik demografi responden berdasarkan uang saku perbulan 40 Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Gambar 6. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Gambar 7. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden xv vii

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner penelitian Lampiran 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1787/MENKES/PER/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan Lampiran 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas Lampiran 4. Gambaran jawaban kuesioner aspek pengetahuan uji reliabilitas Lampiran 5. Gambaran jawaban kuesioner aspek sikap uji reliabilitas Lampiran 6. Gambaran jawaban kuesioner aspek tindakan uji reliabilitas Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek pengetahuan Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek sikap Lampiran 9. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek tindakan Lampiran 10. Hasil uji normalitas data penelitian aspek pengetahuan Lampiran 11. Hasil uji normalitas data penelitian aspek sikap Lampiran 12. Hasil uji normalitas data penelitian aspek tindakan Lampiran 13. Korelasi aspek pengetahuan dan aspek tindakan Lampiran 14. Korelasi aspek sikap dan aspek tindakan Lampiran 15. Surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta xvi viii

18 INTISARI Hasil Survei Sosial Nasional pada tahun 2009 menyebutkan 66% penduduk Indonesia melakukan swamedikasi. Salah satu faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan swamedikasi adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan observasional dengan rancangan cross sectional, menggunakan kuesioner dengan jumlah responden 81 orang yang dipilih secara purposive sampling di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak perempuan (74%), usia terbanyak 20 tahun (69,1%), fakultas terbanyak FKIP (51%), dan uang saku perbulan terbanyak Rp ,00. Data pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi, tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, dan hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten. Kata kunci : swamedikasi, iklan obat, dan sakit kepala xvii ix

19 ABSTRACT National Social Survey in 2009 said that 66% of Indonesia's population does self medication. One of the factors that encourage and influence Indonesia people to do self medication is the advertisement in both the mass media and electronic. This research is aimed to identify the correlation between level of knowledge and attitudes headache medication advertising on television towards the use of headache medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta. This research was observational with cross sectional design in which questionnaire was used. The respondents were 81 people which were chosen by purposive sampling among the students of Sanata Dharma University Yogyakarta. The results showed that the most respondents were female (74%), the highest age was 20 years old (69.1%), the highest faculty was FKIP (51%), and the highest monthly allowance was Rp 1,000, The pattern of the data saw that headache medication advertisement on television, level of knowledge, attitudes, actions, and the relationship between the level of knowledge and attitudes about headache medication advertisement on television towards the use of headache medication among students of Sanata Dharma University cannot be concluded because the use of research instrument was invalid based on the content. Keywords: Self medication, drug advertising, and headache xviii x

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting dalam kehidupan, oleh karena itu masyarakat melakukan banyak usaha untuk menjaga dirinya agar tetap sehat dengan berobat ke dokter atau mengobati diri sendiri, misalnya untuk mengatasi gejala penyakit ringan seperti sakit kepala, batuk, demam, dan influenza. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah self medication atau swamedikasi (Tan dan Rahardja, 2010). Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan. Hasil Susenas pada tahun 2009, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa terdapat 66% orang sakit di Indonesia yang melakukan swamedikasi (Kartajaya, et al., 2011). Banyak faktor yang mendorong dan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan self medication, faktor tersebut salah satunya adalah iklan yang ada di media massa baik dalam bentuk tertulis maupun elektronik. Iklan merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi mengenai suatu produk obat kepada masyarakat. Iklan berfungsi untuk menyampaikan informasi, membujuk, atau untuk mengingatkan masyarakat terhadap suatu produk obat. Selain sebagai sarana informasi iklan juga dibuat semenarik mungkin sebagai hiburan untuk menarik perhatian bagi siapapun yang melihatnya sehingga masyarakat tertarik 1

21 2 untuk membeli produk tersebut. Masyarakat perlu dibantu dengan informasi obat bebas yang obyektif, lengkap dan tidak menyesatkan untuk melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif (Liliweri, 2013). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia Tahun 2012 melakukan pengawasan iklan obat yang sudah beredar pada beberapa jenis media seperti media cetak, televisi dan radio sejumlah iklan. Hasil pengawasan tersebut menunjukkan sebanyak 565 (23,88%) iklan tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Penyampaian iklan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan membahayakan kesehatan, karena informasi dari iklan obat tersebut kurang lengkap. Pakar komunikasi Amerika Serikat, menyatakan televisi adalah media yang telah berhasil mengubah kebidupan sehari-hari manusia atau masyarakat (Biagi, 2010). Penelitian ini difokuskan pada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Papilaya (2003) menunjukkan bahwa iklan obat mendorong masyarakat untuk melakukan swamedikasi, untuk mengobati salesma. Disebutkan juga bahwa iklan obat salesma di televisi disukai sebagian besar responden dengan persentase 60%. Responden yang menyukai iklan obat salesma di televisi tersebut 77,14% diantaranya membeli obat salesma yang diiklankan. Hal ini menunjukkan bahwa iklan obat mendorong masyarakat untuk melakukan swamedikasi, dalam hal ini untuk mengobati salesma.

22 3 Mahasiswa merupakan masyarakat yang sedang menjalani pendidikan formal guna menjadi masyarakat yang lebih baik. Peran mahasiswa di masyarakat yaitu sebagai sumber informasi dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat sekitar. Mahasiswa juga memiliki peran sosial, dimana keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar (Sarwono, 2007). Masyarakat lebih memilih pengobatan mandiri daripada ke dokter karena biaya lebih murah. Hal ini didukung teori Djunarko dan Hendrawati (2011) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi menyebabkan masyarakat memilih melakukan pengobatan mandiri untuk memperoleh biaya yang terjangkau dan lebih murah untuk mengobati penyakit yang dialaminya. Pada pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan, mengingat begitu banyak produk iklan obat sakit kepala yang ditayangkan ditelevisi. Untuk menghindari kesalahan pengobatan diperlukan pengetahuan yang cukup untuk memilih obat. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat timbul sebagai berikut:

23 4 a. Seperti apa karakteristik demografi yang meliputi fakultas, jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? b. Seperti apa pola melihat iklan obat sakit kepala di telivisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? c. Seperti apa tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? d. Seperti apa sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi? e. Seperti apa tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? f. Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? 2. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan, penelitian berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun penelitian terkait sebelumnya adalah: a. Penelitian Primantana (2001) tentang Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi Terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Angkatan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

24 5 Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada waktu penelitian, jumlah populasi dan sampel. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa angkatan kampus III Universitas Sanata Dharma tidak semua menggunakan obat berdasarkan iklan di media televisi, informasi yang mendukung mereka memilih obat sakit kepala adalah pengalaman, dokter, teman, dan apoteker. b. Penelitian Sulistiyawati (2004) tentang Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat Sakit Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek, jenis iklan, lokasi penelitian, dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif (r = 0,231) dan signifikan (p < 0,05) antara penilaian iklan obat salesma di televisi dengan pemilihan obat salesma di kalangan pengunjung 11 apotek di Kota Yogyakarta periode Maret-April tahun 2004, dengan tingkat hubungan rendah. c. Penelitian Wuryanto (2000) tentang Penilaian Iklan Obat Batuk di Televisi dan Pengaruh Terhadap Pemilihan Obat di Kalangan Mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis iklan dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tidak terpengaruh iklan obat batuk di televisi bila akan melakukan pemilihan obat batuk, informasi yang paling mendukung mereka memilih obat adalah pengalaman, dokter, teman, dan orang tua.

25 6 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengembangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi tentang tindakan penggunaan obat sakit kepala. b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi Departemen Kesehatan RI dan Balai Besar POM (BPOM) yang mengatur dan mengawasi iklan obat yang beredar, bagi industri farmasi yang melakukan iklan untuk produknya, iklan tersebut kiranya dapat berisi informasi yang yang bermanfaat bagi masyarakat. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik demografi yang meliputi fakultas, jenis kelamin, umur, dan uang saku perbulan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. b. Mengidentifikasi pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

26 7 c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. d. Mengidentifikasi sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. e. Mengidentifikasi tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. f. Mengidentifikasi adanya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

27 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejala yang dialami diri sendiri, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri, tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep dokter (OTR). Di Indonesia yang termasuk OTR meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas dan obat bebas (Djunarko dan Hendrawati, 2011). Penggunaan obat tanpa resep dokter masih sering menimbulkan masalah bagi kesehatan, karena masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentang obat. Hal ini mengakibatkan dasar penentuan obat tanpa resep untuk pengobatan sendiri sering tidak rasional, yaitu umumnya bersumber pada pengalaman menggunakan obat tertentu pada waktu lampau, karena diberitahu orang lain (keluarga, tetangga, teman), atau bersumber dari iklan obat di media cetak maupun media elektronik (Tan dan Rahardja, 2010). Untuk itu masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas agar penggunaan untuk pengobatan sendiri dapat tepat, rasional, dan aman. Agar upaya pengobatan sendiri dapat efektif, tepat, dan rasional maka diperlukan tersedianya tenaga, sarana, prasarana, untuk 8

28 9 mendapatkan informasi yang obyektif dan tidak bias dari sumber yang tepat dan terpercaya (Tan dan Rahardja, 2010). Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan kategori obat yang digunakan masyarakat dalam upaya pengobatan sendiri. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep, yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek atau toko obat berijin. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, pasal 3 ayat (1) dan (2), menyatakan bahwa tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam dan obat bebas terbatas lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim, 2006). Tan dan Rahardja (2010) berpendapat bahwa pengobatan sendiri dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu keyakinan dan sikap, karakteristik demografi, status ekonomi, dan pendidikan atau pengetahuan konsumen. Beberapa faktor penentu yang berperan pada tindakan pengobatan sendiri antara lain adalah persepsi sakit, ketersediaan informasi tentang obat dan pengobatan, serta ketersediaan obat di masyarakat. Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011) Penggunaan OTR untuk swamedikasi biasanya pada kondisi sebagai berikut: 1. Perawatan simptomatik minor, misalnya tidak enak badan dan cedera ringan. 2. Penyakit yang bisa sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh meningkat, misalnya flu.

29 10 3. Pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan misalnya mabuk perjalanan dan kutu air. 4. Penyakit kronis yang sebelumnya telah didiagnosis oleh dokter, misalnya asma dan arthritis. 5. Kondisi yang mengancam jiwa dan memerlukan pertolongan dengan segera. Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut World Self- Medication Industry (2010), adalah membantu mencegah dan mengobati gejala dan penyakit yang tidak membutuhkan dokter, mengurangi pelayanan-pelayanan medis untuk meringankan penyakit-penyakit ringan, khususnya ketika keuangan dan sumber daya manusia terbatas, dan meningkatkan adanya pelayanan kesehatan untuk penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Sedangkan kekurangan swamedikasi menurut World Self-Medication Industry (2010), adalah kurangnya perawatan kesehatan yang profesional dan kurangnya pengawasan untuk penyakit kronis, kurangnya kesempatan berinteraksi dengan tenaga kesehatan yang profesional, dan tidak tepat obat. B. Sakit kepala Sakit kepala adalah suatu rasa nyeri yang dirasakan sebagai tekanan, sukar dilokalisasi dan kebanyakan menyebar ke wajah dan daerah di sekitar wajah lainnya. Sakit kepala termasuk dalam nyeri somatik, rasa nyeri ini terasa di bagian dalam sehingga disebut sebagai nyeri somatik dalam (nyeri yang datang mendadak). Sakit kepala sering diikuti oleh rasa mual, berkeringat, tidak bergairah, dan penurunan tekanan darah. Sakit kepala sering dianggap sebagai

30 11 tanda adanya kerusakan organ tubuh atau adanya suatu hal yang tidak mengenakkan. Rasa sakit kepala yang dirasakan bisa bervariasi; beberapa mengalami sakit kepala yang amat sakit sehingga membutuhkan pengobatan, sementara yang lainnya tidak (Arif, 2008). Sakit kepala digolongkan menjadi dua jenis menurut Berardi (2006) yaitu sebagai berikut: 1. Sakit kepala primer Stres, cuaca atau ketidakseimbangan hormon dapat memicu sakit kepala primer, yang berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Ada dua jenis utama sakit kepala primer, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot wajah, leher, dan kepala (myogenik) dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) otak yang menekan saraf-saraf sehingga menimbulkan nyeri (vaskular). 2. Sakit kepala sekunder Sakit kepala sekunder dapat disebabkan oleh influenza, radang sinus, tekanan darah tinggi, stroke ringan/stroke berat, cedera kepala, tumor otak, gangguan metabolisme (misalnya diabetes dan penyakit tiroid), gangguan saraf mata, sakit gigi, dan lain-lain. Wanita mempunyai peluang tiga kali lebih besar untuk mengalami sakit kepala daripada pria. Sedangkan pada anak laki-laki dan perempuan sakit kepala biasanya dirasakan ketika masa setelah pubertas. Lebih dari 70% pasien yang mengalami migraine yang turun temurun (Berardi, 2006).

31 12 C. Periklanan 1. Definisi Iklan adalah setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui. Maksud dibayar pada definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata nonpersonal berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan ke sejumlah besar kelompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umumnya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (Morissan, 2010). Iklan juga merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang luas. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan pemasaran (Morissan, 2010). 2. Fungsi iklan Menurut Lee dan Johnson (2004) fungsi iklan meliputi: a. Fungsi informasi: Mengomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, lokasi penjualannya, dan memberitahu konsumen tentang produk-produk baru. b. Fungsi persuasif: Membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut.

32 13 c. Fungsi pengingat: Terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga konsumen akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan merek pesaingnya. 3. Tujuan iklan Tujuan iklan adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan rasional pada penggunaan obat yang telah ditetapkan sebagai obat tanpa resep. Tujuan iklan dapat diklasifikasikan menurut Kotler dan Keller (2009) apakah tujuannya, baik untuk menginformasikan, meyakinkan, mengingatkan, atau memperkuat adalah sebagai berikut: a. Iklan informatif bertujuan menciptakan kesadaran merek dan pengetahuan tentang produk atau fitur baru produk yang ada. b. Iklan persuasif bertujuan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian produk atau jasa. c. Iklan pengingat bertujuan menstimulasikan pembelian berulang produk dan jasa. d. Iklan penguat bertujuan meyakinkan pembeli saat ini bahwa mereka melakukan pilihan yang tepat. 4. Televisi sebagai salah satu media iklan Saluran komunikasi terdiri atas dua jenis, yaitu personal dan nonpersonal. Saluran komunikasi personal melibatkan dua atau lebih orang yang berkomunikasi satu sama lain. Efektivitas komunikasi personal diperoleh melalui kesempatan memberikan presentasi dan umpan balik sendiri. Untuk saluran komunikasi

33 14 nonpersonal penyampaian pesan tanpa kotak personal atau interaksi. Saluran ini meliputi media, suasana, dan peristiwa (Liliweri, 2013). Agar terjadi komunikasi yang efektif antara satu pihak dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan kelompok lain, atau seseorang dengan yang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi yaitu komunikator, komunikasi, pesan, dan saluran atau media. Dari berbagai media yang ada, iklan melalui media televisi dianggap sangat efektif dalam memperkenalkan suatu produk. Televisi adalah media 24 jam yang dapat menjangkau segala lapisan masyarakat mulai dari berbagai kelompok umur, kelas, sosial, gaya hidup, dan profesi (Liliweri, 2013). 5. Peraturan periklanan Peraturan periklanan dan pelayanan kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1787/MENKES/PER/XII/2010 mengkaji beberapa hal mengenai penyelenggaraan, persyaratan, pembinaan dan pengawasan iklan dan publikasi pelayanan kesehatan (MenKes, 2010). World Health Organization (WHO) mengeluarkan Kriteria Etik Promosi Obat (Ethical Criteria for Medical Drug Promotion) pada tahun Dicantumkan di dalamnya bahwa informasi dalam iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat meliputi: a. Komposisi zat aktif dengan nama INN (International Nonpropietary Names) atau nama generik obatnya b. Merek dagang c. Indikasi utama

34 15 d. Perhatian, kontraindikasi, dan peringatan e. Nama dan alamat produsen atau distributor Secara umum iklan obat harus mengacu pada Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman (MenKes, 1994). D. Perilaku Kesehatan Menurut Skinner (cit., Notoadmojo, 2012), perilaku merupakan hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dengan reaksi (response). Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya, respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) atau bersifat aktif (dengan tindakan). Bentuk pasif terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat dilihat langsung oleh orang lain, misalnya berpikir, berpendapat, bersikap. Bentuk perilaku ini masih terselubung (covert behavior). Bentuk perilaku yang lain adalah bentuk perilaku aktif yang dapat diamati secara langsung dan sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata. Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan disekitarnya (Notoadmojo, 2012). Perilaku kesehatan dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan

35 16 sikap terhadap kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Termasuk didalam perilaku kesehatan yang dapat diobservasi adalah perilaku hidup sehat (Sarwono, 2007). Benyamin Bloom (cit., Notoadmojo, 2012) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutnya ranah atau kawasan, yaitu: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan menurut Notoadmojo (2012), yaitu: 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pembau, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan menurut Notoadmojo (2012) yaitu: a. Tahu yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

36 17 b. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran terhadap tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2006) dikategorikan menjadi tiga yaitu: a. Tingkat pengetahuan tergolong tinggi jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai %. b. Tingkat pengetahuan tergolong sedang jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai 56-75%. c. Tingkat pengetahuan tergolong rendah jika responden mampu menjawab pernyataan dengan skor nilai kurang dari 56%. 2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

37 18 adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok menurut Notoadmojo (2012) yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak. Menurut Azwar (2009), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu: a. Sikap positif kecenderungan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. 3. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas. Selain itu, adanya faktor pendukung (support) dari pihak lain juga berpengaruh (Notoadmojo, 2012).

38 19 Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, biasanya dimulai dari pengetahuan, dimana subyek tahu terlebih dahulu akan adanya stimulus, yang menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus atau objek yang sudah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan. Namun, tindakan seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap, karena juga dapat timbul dari persepsi, yaitu suatu pengalaman yang dihasilkan melalui pancaindra yang membentuk motivasi, yaitu dorongan bertindak untuk mencapai suatu tujuan (Notoadmojo, 2012). E. Faktor perilaku Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar individu. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Selain itu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal meliputi motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap (Wawan, 2011). WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, Notoadmodjo (2012), yaitu: 1. Pemahaman dan pertimbangan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian seseorang terjadap objek.

39 20 a. Pengetahuan: Diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b. Kepercayaan: Diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c. Sikap: Menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. 2. Orang penting sebagai referensi (personal reference). Perilaku orang, lebihlebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang di anggap penting. Apabila seseorang itu di percaya, maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. 3. Sumber-sumber daya. Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. 4. Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai-nilai, dan tradisi. Sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.

40 21 F. Landasan Teori Pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang dialami sendiri atau oleh orang sekitarnya, dengan pengetahuan dan persepsinya sendiri tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medik atau obat. Untuk itu masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas agar penggunaan untuk pengobatan sendiri dapat tepat, rasional, dan aman. Agar upaya pengobatan sendiri dapat efektif, tepat, dan rasional maka diperlukan tersedianya tenaga, sarana dan prasarana untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan tidak bias dari sumber yang tepat dan terpercaya. Pengetahuan pengobatan sendiri dapat diperoleh dari keluarga, iklan, pengalaman sendiri, dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Penyuluhan tentang kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka mempertinggi derajat kesehatan masyarakat secara tidak langsung juga dapat menambah pengetahuan tentang pengobatan sendiri bagi seseorang. Dari berbagai media yang ada, iklan melalui media televisi dianggap sangat efektif dalam memperkenalkan suatu produk. Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat mulai dari berbagai kelompok umur, kelas, sosial, gaya hidup, dan profesi.

41 22 G. Hipotesis Perilaku merupakan respon individu yang disebabkan adanya stimulus atau suatu tindakan. Salah satu stimulus yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu iklan obat sakit kepala. Stimulus dari iklan pada akhirnya akan berujung pada keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Iklan obat sakit kepala di televisi merupakan suatu stimulus yang dapat mempengaruhi aspek pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, hal ini tentunya mungkin berpengaruh terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional. Dalam penelitian observasional tidak dilakukan pemberian perlakuan atau manipulasi terhadap subyek uji. Subyek uji diobservasi menurut keadaan apa adanya (in nature). Penelitian cross-sectional yaitu penelitian yang pengambilan datanya dilakukan dengan model pendekatan atau observasi dalam satu waktu atau point time approach (Swarjana, 2012). B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. 2. Definisi operasional a. Responden adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. b. Iklan obat sakit kepala di televisi adalah semua iklan obat sakit kepala yang diiklankan oleh industri farmasi melalui media elektronik televisi. 23

43 24 c. Pengetahuan adalah semua hal yang dimiliki dan dipahami oleh mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, meliputi definisi, penyelengggaraan, persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan. Hasil pengukuran pengetahuan dapat dibedakan atas 3 tingkatan yaitu tinggi, sedang dan rendah yang mengacu ke Arikunto (2006) terlihat pada Tabel I dibawah ini. Skor nilai untuk pengkategorian tersebut dihitung dari persentase jawaban yang benar. Tabel I. Hasil pengukuran pengetahuan Skor Nilai Kriteria % Tinggi 56-75% Sedang <56% Rendah d. Sikap adalah jawaban atau respon responden terhadap pernyataanpernyataan dalam kuesioner mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. Sikap diukur dengan range penilaian menggunakan mean score, sebagai berikut: 1) Sikap negatif, apabila termasuk dalam kategori skor antara 1-2,50 yang artinya responden lebih bersifat memihak atau mendukung pernyataan yang tidak sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku. 2) Sikap positif, apabila termasuk dalam kategori skor antara 2,51-4, yang artinya responden memihak atau mendukung pernyataan yang sesuai dengan kriteria periklanan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

44 25 e. Tindakan penggunaan obat sakit kepala adalah keputusan penggunaan obat sakit kepala oleh mahasiswa yang diambil berdasarkan pengetahuan dan sikapnya terhadap iklan obat sakit kepala di televisi. Tindakan diukur dengan range penilaian menggunakan mean score, sebagai berikut: 1) Tindakan yang tidak sesuai, apabila termasuk dalam kategori skor antara 1-2,50 yang artinya responden cenderung memutuskan untuk tidak menggunakan obat sakit kepala berdasarkan yang di iklankan di televisi. 2) Tindakan yang sesuai, apabila termasuk dalam kategori skor antara 2,51-4, yang artinya responden cenderung memutuskan untuk menggunakan obat sakit kepala berdasarkan iklan obat sakit kepala di televisi. f. Karakteristik demografi yang dikategorikan dalam penelitian ini, adalah: 1) Jenis kelamin responden dikategorikan pria dan wanita. 2) Umur responden berada pada rentang tahun yang dikategorikan menjadi 2 yaitu 20 tahun dan > 20 tahun. 3) Fakultas responden adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Psikologi, Sains dan Teknologi. 4) Uang saku perbulan responden dikategorikan menjadi 2, yaitu Rp ,00 dan > Rp ,00. g. Pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam penelitian ini adalah: 1) Lama waktu responden menonton televisi 2) Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi 3) Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat oleh responden 4) Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat oleh responden

45 26 5) Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama 1 bulan terakhir 6) Obat sakit kepala yang digunakan oleh responden 7) Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala. C. Subyek penelitian, besar sampel, dan teknik sampling 1. Subyek penelitian Subyek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian selanjutnya disebut responden. Kriteria inklusi yang digunakan sebagai acuan untuk memilih subyek adalah mahasiswa kampus III Universitas Sanata Dharma, pernah menonton iklan obat sakit kepala, dan bersedia mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Kriteria eksklusi adalah mahasiswa Fakultas Farmasi karena dalam penelitian ini mahasiswa Fakultas Farmasi dianggap sudah mengerti dan memahami mengenai cara pemilihan obat yang baik dan benar, mahasiswa Fakultas Farmasi juga mempunyai pengetahuan yang lebih daripada mahasiswa fakultas lain yang tidak mempelajari hal-hal khusus mengenai peraturan periklanan obat, obat dan pengobatan, tidak pernah menonton iklan obat sakit kepala, dan tidak bersedia mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.

46 27 2. Besar sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Eriyanto, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. Rumus untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang kecil atau populasi yang diketahui jumlah anggota populasi adalah sebagai berikut (Eriyanto, 2007): Keterangan: Z : Nilai Z merupakan tingkat kepercayaan (tingkat kepercayaan yang dipakai 90%, nilai Z adalah 1,65). P (1-p) : Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui proporsinya ditetapkan 50%. E : Kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error 10%). N : Jumlah populasi 3574 (diperoleh dari data BAA tahun 2014). Berdasarkan rumus di atas, diperoleh hasil jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 67 orang. Dengan penambahan sampel 20% untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan sampel, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 orang, berikut perhitungannya:

47 28 Total responden = = 81 orang. 3. Teknik sampling Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel secara nonrandom sampling yang berarti tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan responden penelitian. Pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling ini didasarkan pada pertimbangan tertentu (Eriyanto, 2007).

48 29 D. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan Maguwoharjo Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah sebuah form yang berisikan pernyataan-pernyataan yang telah ditentukan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi (data) dari dan tentang orangorang sebagai bagian dari sebuah survei (Swarjana, 2012). Kuesioner terdiri dari 54 pernyataan yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan pertanyaan mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi nama, jenis kelamin, fakultas, umur, uang saku per bulan dan pola melihat iklan yang terdiri dari 8 pertanyaan. Pertanyaan bagian ini meliputi: Lama waktu menonton televisi, frekuensi melihat iklan obat sakit kepala, iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat, iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat, pola penggunaan obat sakit kepala selama 1 bulan, obat sakit kepala yang digunakan dan sumber yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala. Pernyataan bagian kedua terbagi atas tiga aspek yaitu: Aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Aspek pengetahuan terdiri dari 18 pernyataan, sikap terdiri dari 14 pernyataan, dan tindakan terdiri dari 14 pernyataan. Aspek pengetahuan menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 2 alternatif jawaban, yaitu benar dan salah. Jawaban responden yang benar di beri skor (1) dan jawaban

49 30 responden yang salah diberi skor (0) (Siregar, 2010). Pada aspek sikap dan tindakan disusun dengan modifikasi skala likert yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Nilai skor bergerak dari angka 1 sampai dengan 4, dengan tidak adanya respon netral. Hal tersebut dimaksudkan dengan tujuan untuk menghindari kecenderungan responden memilih jawaban tengah dan agar responden lebih tegas dalam memilih jawaban. Selain itu pernyataan-pernyataan yang diberikan disusun berdasarkan sifat favorable dan unfavorable untuk melihat konsistensi jawaban responden. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang isinya mendukung dan memihak atau mengatakan hal-hal positif tentang obyek. Sedangkan, pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang isinya tidak mendukung atau mengatakan hal-hal negatif terhadap obyek. Tabel II. Pemberian skor untuk aspek pengetahuan Jawaban Responden * ) Skor Benar 1 Salah 0 Keterangan * ) artinya: responden yang menjawab benar sesuai dengan kunci jawaban. Tabel III. Pemberian skor untuk aspek sikap dan tindakan Alternatif Jawaban Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

50 31 Tabel IV. Blue Print pernyataan favorable dan unfavorable pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan. Aspek Sub Pokok Bahasan Nomor Pernyataan Favorable Unfavorable Pengetahuan Definisi 1 dan 2 - Penyelenggaraan 3 dan 4 Persyaratan 5 dan 8 6 dan 7 Sikap Tata krama dan tata cara periklanan Indonesia 11, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 9, 10, dan 12 Jumlah item 13 5 Tata krama dan tata 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, dan 9 cara periklanan 6, dan 10 indonesia Persyaratan - 11, 12, 13, dan 14 Jumlah item 7 7 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, dan 14 Tindakan Pola Penggunaan 1, 2, 9, 10, 12, dan 13 Jumlah item Uji validitas dan reliabilitas Setelah kuesioner dibuat, dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Singarimbun dan Effendi, 2006). Dalam penelitian ini uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan pendapat ahli (professional judgement) oleh seorang apoteker untuk melihat isi dari pernyataan telah valid untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi. Arikunto (2006) menyatakan bahwa jumlah responden untuk uji coba alat ukur pada sekelompok

51 32 responden yang memiliki karakteristik yang mirip dengan karakteristik responden dari populasi yang akan diteliti selanjutnya disyaratkan minimal 30 orang. Kuesioner ini diuji coba terhadap 32 mahasiswa Kampus II Universitas Sanata Dharma. Reliabilitas merupakan derajat yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian layak digunakan karena sudah terbukti dapat diandalkan dan terpercaya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan konsistensi hasil dari suatu instrumen pengukuran, bahwa berapa kali pun pengukuran maupun pengujian dilakukan, maka hasil yang diberikan bersifat konsisten dan tak berubah-ubah (Notoadmojo, 2010). Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Tabel V. Hasil uji reliabilitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan Variabel Hasil uji Alpha Cronbach Keterangan Pengetahuan 0,721 Reliabel Sikap 0,681 Reliabel Tindakan 0,707 Reliabel F. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan adalah jawaban responden di kuesioner yang telah dijawab dengan lengkap dan benar serta dikembalikan kepada peneliti. G. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi tentang jumlah mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

52 33 2. Perijinan Perijinan dilakukan dengan cara mengusulkan atau memasukkan surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma. 3. Pembuatan kuesioner Pembuatan kuesioner dilakukan dengan cara merancang kuesioner yang akan peneliti gunakan, kemudian dilakukan uji validasi dan reliabilitas. 4. Penyebaran kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan pada pagi sampai siang hari, dimana waktu tersebut merupakan waktu kuliah. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden yang diberi kesempatan mengerjakan kuesioner saat itu juga dan langsung dikembalikan. 5. Pengolahan data a. Editing Melakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan kelengkapan isi kuesioner. b. Processing Dalam penelitian ini, data diolah dengan cara mengelompokkan item pertanyaan dalam kuesioner didasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu: Pengetahuan, sikap, dan tindakan. Kemudian menjumlahkan angka pada tiap variabel yang akan diteliti yang dijawab oleh responden. Lalu data dipindahkan ke program komputer.

53 34 c. Cleaning Tahapan terakhir dalam pengolahan data yaitu tahap cleaning. Pada tahap ini dilakukan pengecekan kembali kelengkapan data dan adakah kesalahan dalam proses pemasukkan data ke dalam program komputer. H. Tata Cara Analisis Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu statistik deskriptif dan statistik korelasi. Statistik deskriptif menggunakan teknik persentase, yaitu jumlah responden yang memberikan jawaban sejenis dibagi dengan jumlah responden total dikalikan 100%. Metode ini digunakan untuk menganalisis karakteristik responden dan pola melihat iklan obat sakit kepala. Penyajian hasil data karakteristik responden dan pola melihat iklan obat sakit kepala disajikan dalam bentuk diagram bar atau pie. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. Untuk uji normalitas distribusi data menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95%. Menurut Supangat (2007), data terdistribusi normal jika memiliki nilai p (p-value) lebih dari 0,05. Uji normalitas pada tingkat pengetahuan dan tindakan responden tidak terdistribusi normal, sedangkan pada sikap terdistribusi normal.

54 35 Tabel VI. Hasil uji normalitas pada tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan Variabel Hasil uji Kolmogorov-Smirnov Keterangan Pengetahuan 0,000 Tidak normal Sikap 0,272 Normal Tindakan 1,296e-05 Tidak normal Pada penelitian ini digunakan korelasi Product Moment Pearson. Besar kecilnya korelasi selalu dinyatakan dengan angka. Angka korelasi ini disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi bergerak antara 0,000 dan ± 1,000. Koefisien korelasi dari 0,000 sampai + 1,000 menunjukkan korelasi yang positif, sedang dari 0,000 sampai 1,000 menunjukkan korelasi yang negatif. Korelasi positif yang paling sempurna adalah + 1,000 dan korelasi negatif yang tertinggi adalah 1,000 (Hadi, 2004). Supangat (2007) memberikan pedoman untuk menginterpretasikan koefisien korelasi (r) yang ditemukan tersebut mempunyai hubungan yang besar atau kecil. Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi Product Moment Pearson dapat dilihat pada tabel VIII. Tabel VIII. Interpretasi terhadap koefisien korelasi Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan 0,00 0,55 tidak kuat 0,56 0,65 cukup kuat 0,66 0,75 Kuat 0,76 0,99 sangat kuat 1 hubungan sempurna

55 36 I. Keterbatasan Penelitian Dalam penentuan validitas konten instrumen penelitian melalui professional judgement hanya dilakukan oleh satu orang, seharusnya dilakukan minimal dua orang. Pilihan jawaban pada kuesioner mengenai merek obat sakit kepala masih bersifat umum, belum spesifik untuk obat sakit kepala misalnya Bodrex Extra, Panadol Extra, dan Oskadon SP. Responden yang digunakan dalam penelitian ini kemungkinan tidak pernah menggunakan obat sakit kepala, sedangkan dalam penelitian ini yang diukur adalah tindakan penggunaan obat sakit kepala.

56 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri dari 6 bagian yang dibahas sesuai dengan urutan tujuan penelitian yaitu karakteristik demografi responden, pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi, tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, sikap mahasiswa mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi, dan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di televisi di kalangan mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma. A. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik demografi responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, fakultas dan uang saku perbulan pada mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 1. Jenis kelamin responden Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu 74% responden perempuan dan 26% responden laki-laki. Hasil ini menggambarkan bahwa mahasiswa yang sering menonton televisi adalah perempuan. Menurut Anna dan Chandra (2011) pada dasarnya wanita lebih peduli terhadap kesehatan dibanding kaum pria sehingga pengetahuan mengenai kesehatan lebih banyak dimiliki kaum wanita dibanding kaum pria. 37

57 38 26% 74% Perempuan Laki-laki Gambar 1. Karakteristik demografi responden berdasarkan jenis kelamin 2. Umur responden Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki umur 20 tahun (69,1%) dan umur > 20 tahun (30,9%). Menurut Baharuddin (2009) periodisasi perkembangan umur tahun dapat disebut masa academia, saat seseorang memasuki perguruan tinggi atau akademik. Tahap ini merupakan tahap perkembangan fungsi kemampuan berdikari, self direction, dan self control. Seorang remaja dapat mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilainilai ilmiah, disamping mempelajari macam-macam ilmu pengetahuan. Umur tersebut dapat juga dikatakan sebagai umur dewasa sehingga sudah dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.

58 % 69.1% 20 tahun >20 tahun Gambar 2. Karakteristik demografi responden berdasarkan umur 3. Fakultas responden Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak dari FKIP (50,6%), selanjutnya FST (27,2%) dan Fakultas Psikologi (22,2%). 22% 27% 51% FKIP FST Psikologi Gambar 3. Karakteristik demografi responden berdasarkan Fakultas 4. Uang saku perbulan responden Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang memiliki uang saku perbulan Rp ,00 (85,2%) dan uang saku perbulan Rp >

59 ,00 (14,8%). Tingkat uang saku perbulan dari responden dikatakan mempengaruhi sikap seseorang dalam memelihara kesehatan. Tingkat pendapatan turut menentukan pengambilan keputusan dalam pengobatan sendiri. Tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk mengambil suatu tindakan, dengan kata lain bahwa tingkat pendapatan yang tinggi maka motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan juga tinggi, demikian juga sebaliknya jika tingkat penghasilan rendah maka motivasi untuk melakukan suatu tindakan juga rendah (Lubis, 2009). 14.8% 85.2% Rp ,00 Rp > ,00 Gambar 4. Karakteristik demografi responden berdasarkan uang saku perbulan B. Pola Melihat Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi Data penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak valid secara konten karena instrumen pada penelitian ini hanya menggunakan professional judgement yang dilakukan oleh satu orang ahli. Menurut Waltz (2007) pengujian validitas konten setidaknya melibatkan dua orang ahli dibidangnya.

60 41 1. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak menghabiskan waktu dalam satu hari untuk menonton televisi selama < 1 jam (26,0%). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2004) yang meneliti Hubungan antara Penilaian Iklan Obat Salesma di Televisi dengan Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta, semakin lama menonton televisi maka semakin besar kemungkinan untuk melihat dan memperhatikan iklan obat. Menurut Azwar (2009), dalam penyampaian informasi, iklan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, maupun tindakan. Tabel IX. Lama waktu responden menonton televisi setiap hari No Lama waktu menonton televisi setiap hari Jumlah Responden Persentase (%) 1 < 1 jam 21 26,0 2 2 lama < 3 jam 19 23,4 3 1 lama < 2 jam 16 19,7 4 3 lama < 4jam 9 11,1 5 5 jam 9 11,1 6 4 lama < 5 jam 7 8,6 Total responden Frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak melihat iklan obat sakit kepala yaitu 1-2 kali (47,0%). Kesadaran konsumen terhadap suatu produk yang diiklankan berbanding lurus dengan frekuensi penayangan iklan. Semakin sedikit frekuensi penayangan iklan maka frekuensi melihat iklan dan perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan juga semakin sedikit

61 42 (Kotler, 2002). Semakin tinggi frekuensi penayangan iklan semakin sering penonton menerima informasi produk dalam iklan dan merasakan manfaat iklan tersebut (Indriarto, 2006). Tabel X. Frekuensi responden melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir No Frekuensi melihat iklan Jumlah Persentase (%) obat sakit kepala di televisi Responden kali 38 47, kali 27 33, kali 11 13, kali 2 2,5 5 >10 kali 2 2, kali 1 1,2 7 Total responden Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir Pada pertanyaan ini responden diminta untuk menjawab iklan obat sakit kepala di televisi yang pernah dilihat, maka jawaban responden boleh lebih dari satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk obat sakit kepala terbanyak yaitu Bodrex (64,2%). Iklan televisi mengandung unsur suara, gambar, dan gerak sehingga pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian. Produk obat sakit kepala yang diiklankan oleh industri farmasi di televisi akan diperhatikan seseorang apabila iklan tersebut mudah diingat (Widyatama, 2005).

62 43 Tabel XI. Iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat responden No Merek dagang * ) yang Jumlah Persentase(%) pernah dilihat di televisi Responden 1 Bodrex 52 64,2 2 Panadol 35 43,2 3 Paramex 28 34,6 4 Oskadon 20 24,7 5 INZA 16 19,7 6 Lainnya 1 1,2 7 Total ,6 Keterangan * ) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu 4. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat Pada pertanyaan ini responden menjawab iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat di televisi, maka jawaban responden juga boleh lebih dari satu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk obat sakit kepala yang iklannya di televisi paling sering dilihat oleh responden yaitu Bodrex (44,4%). Hal yang membuat iklan sering dilihat responden adalah intensitas penayangan iklan. Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihat iklan tersebut dan dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Primantana (2001) mengenai Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala di Kalangan Mahasiswa Angkatan Kampus III Universitas Sanata Dharma menemukan bahwa iklan obat sakit kepala yang paling sering diperhatikan yaitu Bodrex dengan persentase 23,09%.

63 44 Tabel XII. Iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat responden No Merek dagang * ) yang paling sering dilihat di Jumlah Responden Persentase (%) televisi (N=81) 1 Bodrex 36 44,4 2 Panadol 23 28,4 3 Paramex 23 28,4 4 Oskadon 11 13,6 5 INZA 9 11,1 6 Lainnya 0 0 Keterangan * ) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu 5. Pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan terakhir Hasil penelitian menunjukkan responden yang pernah menggunakan obat sakit kepala selama satu bulan terakhir sejak pengisian kuesioner yang dilakukan pada bulan oktober yaitu 27,2%, sedangkan responden yang tidak pernah menggunakan obat sakit kepala yaitu 72,8%. Sebagian besar responden memilih untuk membiarkan sakit kepala tersebut atau beristirahat untuk menghilangkan rasa nyeri daripada menggunakan obat sakit kepala. 6. Obat sakit kepala yang pernah digunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek obat sakit kepala yang paling banyak digunakan oleh responden adalah Panadol (12,3%). Menurut Kotler (2001), melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui merek-merek bersaing, dan keistimewaan masing-masing merek kemudian akan mempertimbangkan, dan memilih produk yang sesuai. Konsumen cenderung memilih produk yang telah terkenal, ataupun yang telah terbukti khasiat, dan keamanannya. Oleh karena itu konsumen harus selektif dalam memilih, dan mengambil keputusan untuk menggunakan obat sakit kepala.

64 45 7. Sumber informasi yang paling mendukung dalam memilih obat sakit kepala Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga (63,0%) merupakan sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala. Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam memilih obat sakit kepala mana yang cocok dengan dirinya. Selanjutnya dokter atau tenaga kesehatan lainnya (34,6%), dan pengalaman sendiri (19,7%). Keluarga termasuk kelompok primer yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan responden secara terus menerus dan informal (Kotler, 2001) dan menurut Ali (2009), tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, dan memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Tabel XIII. Sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala. No Sumber Informasi * ) Jumlah Persentase (%) Responden (N=81) 1 Keluarga 51 63,0 2 Dokter atau tenaga kesehatan 28 34,6 lainnya 3 Pengalaman sendiri 16 19,7 4 Iklan televisi 10 12,3 5 Teman 8 9,9 6 Lainnya (internet) 1 1,2 Keterangan * ) artinya: jawaban responden boleh lebih dari satu

65 46 C. Tingkat Pengetahuan, Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala 1. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Variabel pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ini terdiri dari 18 pernyataan yang digunakan untuk mengukur seberapa paham responden tentang definisi, penyelenggaraan, persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan. Tabel XIV. Gambaran jawaban responden aspek pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi No Pernyataan Persentase jawaban responden (%) Benar Salah 1 Definisi sakit kepala 42,0 58,0 2 Definisi iklan 98,8 1,2 3 Memberikan informasi yang mendidik, bertanggung 98,8 1,2 jawab 4 Pembuatan iklan harus berdasarkan peraturan per 97,5 2,5 UU 5 Bahasa yang sederhana 96,3 3,7 6 Diperbolehkan memberikan informasi keunggulan 7,4 92,6 7 Diperankan oleh tenaga kesehatan 26,0 74,0 8 Dilarang memberikan informasi yang menyesatkan 92,6 7,4 9 Diperbolehkan anjuran dari profesi kesehatan 19,8 80,2 10 Diperbolehkan mendorong penggunaan berlebihan 88,9 11,1 atau terus menerus 11 Mencantumkan informasi baca aturan pakai jika 97,5 2,5 sakit berlanjut hubungi dokter 12 Diperbolehkan menunjukkan efek menyembuhkan 24,7 75,3 13 Adanya informasi kandungan zat aktif 97,5 2,5 14 Adanya informasi indikasi/khasiat obat 98,8 1,2 15 Adanya informasi perhatian 96,3 3,7 16 Adanya informasi nama industri farmasi 98,8 1,2 17 Adanya informasi kontraindikasi 98,8 1,2 18 Adanya informasi efek samping obat 98,8 1,2

66 47 Hasil menunjukkan persentase yang besar terhadap tingkat pengetahuan pada mahasiswa, ditunjukkan dengan sebagian besar dari pernyataan di jawab benar oleh responden. Pernyataan nomor 1, 6, 7, 9, dan 12 tentang definisi sakit kepala, diperbolehkan memberikan informasi keunggulan, iklan diperankan oleh tenaga kesehatan, diperbolehkan anjuran dari profesi kesehatan, dan diperbolehkan menunjukkan efek menyembuhkan pada kuesioner cenderung di jawab salah oleh responden. Hal ini disebabkan karena fakultas responden bukan merupakan Fakultas Farmasi yang mempelajari tentang peraturan periklanan obat sehingga pengetahuan responden akan peraturan periklanan juga kurang. Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang maupun perilaku seseorang, dimana makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga pengetahuan seseorang juga meningkat.

67 % 63.0 % Rendah Sedang Tinggi Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Berdasarkan pernyataan-pernyataan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden tentang iklan obat sakit kepala di televisi, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi yaitu dengan jumlah persentase 63,0 %, sedangkan responden yang lainnya memiliki tingkat pengetahuan yang sedang dengan persentase sebesar 37,0 %. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengambil tindakan, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau tahu manfaat tindakan tersebut bagi dirinya atau keluarganya. 2. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala Variabel sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi ini terdiri dari 14 pernyataan. Setiap pernyataan sikap pada penelitian ini dianalisis untuk

68 49 mengetahui kecenderungan jawaban responden ke arah positif ataupun negatif, mengenai peraturan periklanan obat yang meliputi persyaratan, tata karma, dan tata cara periklanan. Tabel XV. Gambaran jawaban responden aspek sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi No Pernyataan Persentase jawaban responden (%) Kecenderungan (SS+S)/(TS+STS) SS S TS STS 1 Mencantumkan nama 21,0 59,2 17,3 2,5 Setuju industri farmasi 2 Mencantumkan kandungan zat aktif obat 43,2 45,7 9,9 1,2 Setuju 3 Mencantumkan informasi 51,8 42,0 5,0 1,2 Setuju peringatan 4 Mencantumkan informasi 45,7 48,1 5,0 1,2 Setuju perhatian 5 Mencantumkan efek 49,4 44,4 6,2 - Setuju samping obat 6 Mencantumkan kontraindikasi 50,6 40,7 7,4 1,2 Setuju 7 Menunjukkan efek cepat menyembuhkan 8,6 49,4 34,6 7,4 Setuju 8 Mencantumkan kata 2,5 19,7 61,7 16,0 Tidak Setuju segera 9 Iklan obat yang sering 5,0 33,3 46,9 14,8 Tidak Setuju muncul di televisi dapat menjamin keamanannya 10 Iklan obat sakit kepala di 16,0 42,0 38,3 3,7 Setuju televisi tidak menarik perhatian 11 Rekomendasi tenaga 7,4 58,0 27,2 7,4 Setuju kesehatan menjamin khasiat manjur 12 Iklan obat yang diperankan 6,2 51,8 35,8 6,2 Setuju tenaga kesehatan dapat menjamin keamanannya 13 Ketidakpahaman akan 8,6 35,8 49,4 6,2 Tidak Setuju informasi iklan obat sakit kepala 14 Iklan obat di televisi tidak membantu dalam pemilihan obat sakit kepala 8,6 29,6 51,8 9,9 Tidak setuju

69 50 Hasil menunjukkan responden memilki sikap yang positif, ditunjukkan dengan sebagian besar dari pernyataan dijawab benar oleh responden 11 dari 14 pernyataan. Sikap responden negatif pada 3 pernyataan tentang iklan obat sakit kepala yang menunjukkan efek cepat menyembuhkan, rekomendasi tenaga kesehatan menjamin khasiat manjur, dan iklan obat sakit kepala aman bila iklannya diperankan oleh tenaga kesehatan dijawab setuju. Hal ini bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman bagian A poin ke-10, bagian A poin ke-11a dan bagian A poin ke-13 yang ditampilkan pada Lampiran 3 (Menkes, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan media massa. Media massa sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Nilai afektif dari seseorang dapat memperkuat nilai suatu objek untuk terbentuknya suatu sikap yang positif maupun negatif (Azwar, 2009).

70 % Negatif Positif 88.9% Gambar 6. Sikap responden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi Berdasarkan pernyataan-pernyataan untuk mengetahui sikap reponden mengenai iklan obat sakit kepala di televisi, sebagian besar responden memiliki sikap yang positif yaitu dengan jumlah persentase 88,9% sedangkan responden yang lainnya memiliki sikap yang negatif dengan persentase sebesar 11,1%. Menurut Notoatmodjo (2012), sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan kecenderungan ke arah tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap juga mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

71 52 3. Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden Variabel tindakan penggunaan obat sakit kepala ini terdiri dari 14 pernyataan mengenai pola penggunaan obat sakit kepala. Tabel XVI. Gambaran jawaban responden aspek tindakan penggunaan obat sakit kepala No Pernyataan Persentase jawaban 1 Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan nama industri farmasi 2 Penggunaan obat sakit kepala tidak didasari janji memperoleh kesembuhan dalam iklan 3 Menggunakan obat sakit kepala yang iklannya diperankan oleh tenaga kesehatan 4 Penggunaan obat sakit kepala tidak dipengaruhi informasi perhatian dalam iklan 5 Menggunakan obat sakit kepala setiap merasakan nyeri kepala 6 Penggunaan obat sakit kepala tidak dipengaruhi adanya informasi efek samping obat 7 Menggunakan obat sakit kepala apabila iklannya terdapat rekomendasi tenaga kesehatan 8 Penggunaan obat sakit kepala tidak dipengaruhi adanya informasi kontraindikasi 9 Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan informasi peringatan 10 Menggunakan obat sakit kepala atas dasar pilihan sendiri 11 Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan efek segera menyembuhkan 12 Menggunakan obat sakit kepala tidak dipengaruhi iklan yang sering muncul 13 Menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan informasi zat aktif obat 14 Menggunakan obat sakit kepala dengan merek dagang yang sama apabila terbukti menyembuhkan sakit kepala Kecenderungan (SS+S)/(TS+STS) responden (%) SS S TS STS 13,6 51,8 32,1 2,5 Setuju 11,1 44,4 42,0 2,5 Setuju 1,2 44,4 48,1 6,2 Tidak Setuju 8,6 48,1 35,8 7,4 Setuju 3,7 23,4 43,2 29,6 Tidak setuju 6,2 43,2 47,0 3,7 Tidak setuju 13,6 59,2 26,0 1,2 Setuju 6,2 45,7 42,0 6,2 Setuju 14,8 68,0 16,0 1,2 Setuju 30,9 47,0 18,5 3,7 Setuju 3,7 51,8 37,0 7,4 Setuju 17,3 58,0 19,7 5,0 Setuju 6,2 49,4 38,3 6,2 Setuju 12,3 56,8 22,2 8,6 Setuju

72 53 Hasil menunjukkan tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden sesuai, ditunjukkan dengan sebagian besar dari pernyataan cenderung dijawab benar oleh responden 9 dari 14 pernyataan. 5 pernyataan unfavorable mengenai penggunaan obat sakit kepala tidak dipengaruhi informasi perhatian dalam iklan, penggunaan obat sakit kepala di televisi yang terdapat rekomendasi dari tenaga kesehatan, penggunaan obat sakit kepala tidak dipengaruhi adanya informasi kontraindikasi, penggunaan obat sakit kepala yang diiklankan di televisi dapat memberikan efek meringankan sakit kepala segera sesudah penggunaan, dan penggunaan obat sakit kepala dengan merek dagang yang sama apabila terbukti menyembuhkan sakit kepala tersebut cenderung dijawab benar oleh responden. Padahal WHO tahun 1988 mengatakan bahwa informasi perhatian dan kontraindikasi harus ada dalam iklan obat. Hal ini juga bertolak belakang dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman bagian A poin ke- 11a dan bagian A poin ke 13 yang ditampilkan pada Lampiran 3 (MenKes, 1994).

73 % Tidak sesuai Sesuai 66.7% Gambar 7.Tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden Berdasarkan pernyataan-pernyataan untuk mengetahui tindakan penggunaan obat oleh responden 66,7 % responden memiliki tindakan yang sesuai, sedangkan 33,3 % responden memiliki tindakan yang tidak sesuai. D. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden Nilai hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi dan tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden. Tabel XVII. Uji korelasi Product Moment Pearson tingkat pengetahuan mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden Korelasi Koefisien Korelasi (r) Probabilitas (p) Tingkat Hubungan Tingkat pengetahuan terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala 0,160 0,151 tidak kuat

74 55 Hasil menunjukkan nilai signifikansi p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan penggunaan obat sakit kepala. Koefisien korelasi yang didapat adalah 0,160 yang berarti hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan penggunaan obat sakit kepala tidak kuat. Hasil pengisian kuesioner oleh responden cenderung dijawab benar akan pencantuman informasi. Informasi tersebut meliputi informasi yang harus dicantumkan di iklan obat seperti peringatan, kandungan zat aktif, kegunaan atau efek, perhatian, nama industri farmasi, kontraindikasi, dan efek samping. Responden tidak terlalu paham tentang informasi iklan yang dicantumkan, tetapi responden merasa pencantuman informasi tersebut sangat diperlukan oleh konsumen obat agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih, membeli dan mengkonsumsi obat tersebut. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, biasanya dimulai dari pengetahuan, dimana subyek tahu terlebih dahulu akan adanya stimulus, yang menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus atau objek yang sudah diketahui dan disadari tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi berupa tindakan. E. Hubungan antara Sikap mengenai Iklan Obat Sakit Kepala di Televisi dan Tindakan Penggunaan Obat Sakit Kepala oleh Responden Nilai hubungan antara sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi dan tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden.

75 56 Tabel XVIII. Uji korelasi Product Moment Pearson aspek sikap terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala oleh responden Korelasi Koefisien Korelasi (r) Probabilitas (p) Tingkat Hubungan Sikap terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala 0, e-07 tidak kuat Hasil menunjukkan nilai signifikansi p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara sikap dan tindakan penggunaan obat sakit kepala. Koefisien korelasi yang didapat adalah 0,538 yang berarti hubungan antara sikap dan tindakan penggunaan obat sakit kepala tidak kuat. Hasil pengisian kuesioner oleh responden cenderung setuju dan sangat setuju akan perlunya pencantuman informasi pada iklan obat di televisi. Sikap merupakan awal dari terwujudnya tindakan atau perilaku individu (Dayakisni dan Hudaniah, 2003). Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut untuk terbentuknya suatu perilaku seseorang (Azwar,2007).

76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik responden pada penelitian ini responden perempuan lebih banyak mengisi kuesioner daripada responden laki-laki; umur responden dengan umur 20 tahun paling banyak mengisi kuesioner; fakultas responden terbanyak dari FKIP; dan uang saku perbulan responden terbanyak antara Rp , Data pola melihat iklan obat sakit kepala di televisi meliputi lama waktu responden menonton televisi setiap hari, frekuensi melihat iklan obat sakit kepala di televisi dalam tiga hari terakhir, iklan obat sakit kepala yang pernah dilihat dalam tiga hari terakhir, iklan obat sakit kepala yang paling sering dilihat, pola penggunaan obat sakit kepala oleh responden selama satu bulan terakhir, obat sakit kepala yang pernah digunakan, dan sumber informasi yang paling mendukung responden dalam memilih obat sakit kepala tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten. 3. Data tingkat pengetahuan, sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi dan tindakan penggunaan obat sakit kepala tidak dapat ditarik kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten. 4. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap mengenai iklan obat sakit kepala di televisi terhadap tindakan penggunaan obat sakit kepala di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tidak dapat ditarik 57

77 58 kesimpulan karena instrumen penelitian yang digunakan tidak valid secara konten. B. Saran Pada penelitian selanjutnya perlu perbaikan kuesioner mengenai pengujian validitas konten yang diuji oleh professional judgement melibatkan minimal dua orang ahli dibidangnya. Pilihan jawaban dalam kuesioner mengenai produk obat sakit kepala lebih spesifik. Banyaknya merek obat saat ini dapat membingungkan responden dalam memilih jawaban sehingga diharapkan jika pilihan jawaban dalam kuesioner lebih spesifik dan jawaban responden yang berkaitan dengan obat merupakan produk obat sakit kepala. Pada kriteria inklusi ditambahkan kriteria mahasiswa yang pernah menggunakan obat sakit kepala.

78 DAFTAR PUSTAKA Ali, S., 2009, Pengantar Keperawatan Keluarga, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp Anonim, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta, pp. 20, 24. Anna, L., K., A., 2011, Kaum Lelaki Kurang Peduli Kesehatan, diakses tanggal 13 Desember Arif, M., et al., 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta, p.34. Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, pp.168. Azwar, S., Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp Baharuddin, 2009, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, pp. 21. Berardi, R.R., 2006, Handbook of Non Prescription Drugs, American Pharmacist Association, New York. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2012, Laporan Kinerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan RITahun 2012, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta, pp.10. Biagi, S., 2010, Media Impact, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta, p.201. Dayakisni, T., dan Hudaniah, 2003, Psikologi Sosial, UMM Press, Malang, pp Djunarko, I., Hendrawati, Y.D., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, PT. Citra Aji Parama, Yogyakarta, pp.56, 58. Eriyanto, 2007, Teknik Sampling: Analisis Opini Publik, Penerbit LKiS Yogyakarta, pp Hadi, S., 2004, Metodologi Research, Edisi II, Penerbit Andi, Yogyakarta, pp. 209,

79 61 Indriarto, F., 2006, Studi mengenai Faktor Kekhawatiran dalam Proses Penyampaian Pesan Iklan, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol.5, No.3, pp.234. Kotler, Philip. dan Armstrong, Gary., Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi II, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 45. Kotler, P., 2002, Manajemen Pemasaran, Jilid 1 & 2, Prenhallindo, Jakarta, pp Kotler, P., Keller, K.L., 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi 13, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, pp. 203, 234. Kartajaya, H.,Taufik, Mussry, J.,Setiawan, I.,Asmara, B., Winnasis,N.T., Satrio,B.E., et al., 2011, Self-Medication: Who Benefits and Who is at Loss?, PT MarkPlus Indonesia, Jakarta, pp.3. Liliweri, 2013, Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp.22, 23. Lee,M. dan Johnson,C., 2004, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global, Prenada Media, Jakarta, pp.10,11. Lubis, A. F., 2009, Ekonomi Kesehatan, Penerbit USU Press, Medan, pp.11. Menteri Kesehatan, 2010, Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Menteri Kesehatan, 1994, Keputusan Menteri Republik Indonesia tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan- Minuman Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994, dalam Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kosmetika, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, 1997, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp Morissan, M.A., 2010, Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu, Kencana, Jakarta, pp Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp.46. Notoadmojo, S., 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 35, 37, 120.

80 62 Notoadmojo, S., 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, pp Papilaya, Y., 2003, Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya dalam Pemilihan Obat Salesma di Kalangan Pengunjung Apotik di Pusat Kota Magelang, Skripsi, pp , Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Primantana, Y. B. A., 2001, Pengaruh Iklan Obat Sakit Kepala Di Televisi Terhadap Pemilihan Obat Sakit Kepala Di Kalangan Mahasiswa Angkatan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Skripsi, 42-58, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sarwono, S.W., 2007, Sosiologi Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp.33. Siregar, S., 2010, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, Rajawali Press, Jakarta, pp. 143, 148. Singarimbun, M. dan Effendi S., 2006, Metode Penelitian Survei, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta Sulistiyawati, C., 2004, Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat Selesma Di Televisi Dengan Pemilihan Obat Selesma Di Kalangan Pengunjung 11 Apotek Di Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004, Skripsi, 41-50, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Swarjana, I. K., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Andi, Yogyakarta, pp. 53, 54, Supangat, A., 2007, Statistika : Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Non Parametrik, Kencana, Jakarta, pp. 362, 363. Tan, T. dan Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Seharihari, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 14, Waltz., et al., 2010 Measurement in Nursing and Health Research, Springer Publishing Company, New York, pp Wawan, A., Dewi, M., 2011, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Mulia Medika, Yogyakarta, pp. 54, Widyatama, R., 2005, Pengantar Periklanan, Buana Pustaka Indonesia, Jakarta Pusat, pp. 33.

81 63 World Self-Medication Industry, 2010, About Self-Medication, diakses tanggal 14 Oktober Wuryanto, Y. A. T. S., 2000, Penilaian Iklan Obat Batuk Di Televisi Dan Pengaruh Terhadap Pemilihan Obat Di Kalangan Mahasiswa Kampus III Universitas Sanata Dharma, Skripsi, 50, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

82 64 LAMPIRAN

83 65 Lampiran 1. Kuesioner penelitian Kuesioner Iklan Obat Sakit Kepala Nama : Fakultas : Jenis Kelamin : Umur : Penghasilan/uang saku per bulan : No. HP : Status tempat tinggal : a. tinggal dengan orang tua b. kos c. kontrak

84 66 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Penelitian Iklan Obat Sakit Kepala Yang bertandatangan dibawah ini, Saya: Nama : Alamat : telah menerima penjelasan mengenai tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh: Nama : Rambu Roku Sowi NIM : Mahasiswa S1 Program Studi Farmasi, Fakultas Faramasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi kuesioner dengan lengkap berdasarkan keadaan yang saya alami. Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran saya tanpa paksaan dari pihak manapun. Yogyakarta, 2014 Responden; ( )

85 67 Petunjuk Pertanyaan A : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. 1. Berapa jam rata-rata Anda menonton televisi setiap hari? a. Lama < 1 jam b. 1 lama < 2 jam c. 2 lama < 3 jam d. 3 lama < 4 jam e. 4 lama < 5 jam f. Lama 5 jam 2. Pernahkah Anda melihat iklan OBAT SAKIT KEPALA di televisi selama tiga hari terakhir? a. Pernah b. Tidak Pernah Jika anda menjawab pernah lanjutkan ke pertanyaan no. 3, jika tidak pernah langsung ke pertanyaan no Berapa kali dalam tiga hari terakhir Anda melihat IKLAN OBAT SAKIT KEPALA di televisi? a. 1 2 kali b. 3 4 kali c. 5 6 kali d. 7 8 kali e kali f. >10 kali 4. IKLAN OBAT SAKIT KEPALA yang pernah Anda lihat di televisi selama tiga hari terakhir : (jawaban boleh lebih dari satu) a. Bodrex b. Panadol c. Paramex d. Oskadon e. INZA f. Lainnya (Sebutkan)...

86 68 5. IKLAN OBAT SAKIT KEPALA yang paling sering (± 5 kali) Anda lihat di televisi : (jawaban boleh lebih dari satu) a. Bodrex b. Panadol c. Paramex d. Oskadon e. INZA f. Lainnya (Sebutkan) Pernahkah Anda menggunakan obat sakit kepala selama 1 bulan terakhir? a. Pernah b. Tidak pernah Jika anda menjawab pernah lanjutkan ke pertanyaan no. 7, jika tidak pernah langsung ke pertanyaan no Obat sakit kepala yang pernah Anda gunakan selama 1 bulan terakhir? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Bodrex b. Panadol c. Paramex d. Oskadon e. INZA f. Lainnya (Sebutkan) Sumber informasi yang paling mendukung anda memilih obat sakit kepala? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Pengalaman sendiri b. Keluarga c. Teman d. Dokter atau tenaga kesehatan lainnya e. Iklan televisi f. Lainnya (Sebutkan)...

87 69 Pertanyaan Petunjuk B : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda I. Aspek Pengetahuan B: BENAR S: SALAH No. Pernyataan B S 1. Sakit kepala merupakan rasa sakit pada bagian kepala menjalar ke wajah dan daerah di sekitar wajah lainnya. 2. Iklan merupakan segala bentuk promosi ide, layanan kesehatan berupa barang atau jasa 3. Pembuatan iklan obat sakit kepala harus memberi informasi yang mendidik dan bertanggung jawab 4. Pembuatan iklan obat sakit kepala harus berdasarkan peraturan perundang-undangan 5. Bahasa yang digunakan dalam iklan obat sakit kepala harus sederhana 6. Obat sakit kepala diperbolehkan menyatakan keunggulannya 7. Iklan obat sakit kepala boleh diperankan oleh tenaga kesehatan. 8. Iklan obat sakit kepala dilarang memberikan informasi yang menyesatkan. 9. Obat sakit kepala dalam iklannya boleh berdasarkan anjuran dari profesi kesehatan (misalnya,"dokter saya merekomendasi "). 10. Iklan obat sakit kepala boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan terus menerus. 11. Iklan obat sakit kepala harus mencantumkan 12. Iklan obat sakit kepala boleh menunjukkan efek cepat menyembuhkan sesudah penggunaan obat. 13. Informasi tentang kandungan zat aktif yang terdapat dalam obat sakit kepala, misalnya paracetamol perlu dicantumkan.

88 Kegunaan atau efek yang diharapkan untuk meringankan rasa sakit kepala perlu dicantumkan. 15. Informasi perhatian, seperti tidak dianjurkan penggunaan oleh ibu hamil atau menyusui perlu dicantumkan. 16. Informasi nama industri farmasi atau perusahaan farmasi yang memproduksi obat tersebut perlu dicantumkan. 17. Informasi kontraindikasi, seperti dilarang untuk penderita tekanan darah tinggi perlu dicantumkan. 18. Informasi efek samping setelah penggunaan obat, seperti obat ini dapat menyebabkan kantuk perlu dicantumkan. II. Aspek Sikap SS: SANGAT SETUJU S: SETUJU TS: TIDAK SETUJU STS: SANGAT TIDAK SETUJU

89 71 No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya percaya obat sakit kepala aman apabila mencantumkan nama industri farmasi pada iklannya di televisi. 2. Saya setuju jika kandungan zat aktif obat sakit kepala perlu dicantumkan dalam iklan di televisi. 3. Saya setuju informasi peringatan/perhatian obat sakit kepala dicantumkan dalam iklan di televisi. 4. Saya setuju jika obat sakit kepala perlu mencantumkan informasi perhatian dalam iklannya di televisi. 5. Saya setuju obat sakit kepala perlu mencantumkan efek samping setelah penggunaan dalam iklannya di televisi. 6. Saya setuju obat sakit kepala perlu mencantumkan kontraindikasi, seperti tidak boleh diberikan pada penderita tekanan darah tinggi dalam iklannya di televisi. 7. Saya percaya obat sakit kepala yang diiklankan di televisi dapat memberikan efek meringankan sakit kepala segera sesudah penggunaan. 8. Obat sakit kepala yang menggunakan kata segera dalam iklannya di televisi membuat saat percaya pada obat tersebut. 9. Iklan obat sakit kepala yang iklannya sering muncul di televisi dapat menjamin bahwa obat tersebut aman untuk dikonsumsi. 10. Saya tetap tidak tertarik dengan obat sakit kepala meskipun iklannya sering muncul di televisi. 11. Saya percaya khasiat obat sakit kepala manjur apabila dalam iklannya terdapat rekomendasi dari tenaga kesehatan.

90 Saya setuju obat sakit kepala ditelevisi aman apabila iklannya diperankan oleh tenaga kesehatan. 13. Saya tidak memahami dengan jelas pesan obat sakit kepala yang diiklankan di televisi. 14. Iklan obat sakit kepala di televisi tidak membantu saya dalam memilih obat sakit kepala. III. Aspek Tindakan No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya menggunakan obat sakit kepala apabila mencantumkan nama industri farmasi pada iklannya di televisi 2. Obat sakit kepala yang menjanjikan kesembuhan dalam iklannya di televisi tidak membuat saya menggunakan obat tersebut. 3. Saya menggunakan obat sakit kepala yang iklannya diperankan oleh tenaga kesehatan 4. Obat sakit kepala yang mencantumkan informasi perhatian dalam iklannya di televisi tidak mempengaruhi saya menggunakan obat tersebut 5. Saya menggunakan obat sakit kepala setiap kali saya merasakan nyeri kepala. 6. Obat sakit kepala yang mencantumkan informasi efek samping dalam iklannya di televisi tidak mempengaruhi saya menggunakan obat tersebut 7. Saya akan menggunakan obat sakit kepala di televisi yang terdapat rekomendasi dari tenaga kesehatan. 8. Obat sakit kepala yang mencantumkan informasi kontraindikasi, seperti tidak boleh diberikan pada penderita tekanan darah tinggi dalam iklannya di televisi tidak mempengaruhi saya menggunakan obat

91 73 tersebut. 9. Saya menggunakan obat sakit kepala yang mencantumkan informasi peringatan/perhatian dalam iklannya di televisi 10. Obat yang saya gunakan adalah atas dasar pilihan saya sendiri, tanpa dipengaruhi iklan di televisi 11. Saya menggunakan obat sakit kepala yang diiklankan di televisi dapat memberikan efek meringankan sakit kepala segera sesudah penggunaan 12. Obat sakit kepala yang iklannya sering muncul di televisi tidak mempengaruhi saya menggunakan obat tersebut 13. Saya menggunakan obat sakit kepala yang mencantumkan kandungan zat aktif dalam iklannya di televisi. 14. Ketika saya menggunakan obat sakit kepala dan kemudian sembuh, maka saya akan selalu menggunakan obat sakit kepala tersebut

92 74 Lampiran 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1787/MENKES/PER/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan

93 75

94 76

95 77

96 78 Lampiran 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas PEDOMAN PERIKLANAN OBAT BEBAS DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1994 LATAR BELAKANG 1. Obat mempunyai kedudukan yang khusus dalam masyarakat karena merupakan produk yang diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun demikian, penggunaan yang salah, tidak tepat dan tidak rasional dapat membahayakan masyarakat. 2. Untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan, Pemerintah melaksanakkan pengendalian dan pengawasan terhadap penyebaran informasi obat, termasuk periklanan obat. Dalam periklanan obat, masalah yang dihadapi relatif kompleks karena aspek yang dipertimbangkan tidak hanya menyangkut kriteria etis periklanan, tetapi juga menyangkut manfaat-resikonya terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat luas. Oleh karena itu isi, struktur maupun format pesan iklan obat perlu dirancang dengan tepat agat tidak menimbulkan presepsi dan interprestasi yang salah oleh masyarakat luas. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang-undng Nomor 21 tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 tahun Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 242/Men.Kes/SK/V/1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. 4. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Penerangan RI Nomor 252/Men.Kes/SKB/VII/1980 dan Nomor 122/Kep/Men.Pen/1980 tentang Pengendalian dan Pengawasan Iklan Obat, Obat Tradisional, Makanan-Minuman, Kosmetika dan Alat Kesehatan. 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 193/Kab/B.VII/71 tentang Pembungkusan dan Penandaan Obat. 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 133/Men.Kes/SK/II/1993 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengendalian Obat, Obat Tradisional, Makanan- Minuman, Kosmetika, Alat Kesehatan dan Insektisida. PETUNJUK TEKNIS Secara umum iklan obat harus mengacu pada "Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia", tetapi khusus untuk hal-hal yang bersifat teknis medis, maka penerapannya harus didasarkan pada pedoman ini.

97 79 A. UMUM 1. Obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang-undangnan yang berlakku tergolong dalam obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain. 2. Obat dimaksud dalam butir (1) dapat diiklankan apabila telah mendapat nomor persetujuan pendaftatan dari Departemen Kesehatan RI. 3. Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan tersebut disetujui oleh Departemen Kesehatan RI. 4. Nama obat yang dapat diiklankan adalah nama yang disetujui dalam pendaftaran. 5. Iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional. 6. Iklan obat tidak boleh mendorong penggunaan berlebihan dan penggunaan terus menerus. 7. Informasi mengenai produk obat dalam iklan harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam pasal 41 ayat (2) Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut: a. Obyektif: harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui. b. Lengkap: harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontra indikasi dan efek samping. c. Tidak menyesatkan: informasi obat harus jujur, akurat, bertanggung jawab serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan. Disamping itu, cara penyajian informasi harus berselera baik dan pantas serta tidak boleh menimbulkan persepsi khusus di masyarakat yang mengakibatkan penggunaan obat berlebihan atau tidak berdasarkan pada kebutuhan. 8. Iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau menampilkan anakanak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat. 9. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak. 10. Iklan obat tidak boleh diperankan oleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang berperan sebagai profesi kesehatan dan atau menggunakan "setting" yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium. Iklan obat tidak boleh memberikan pernyataan superlatif, komparatif tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat. 11. Iklan obat tidak boleh : a. Memberikan anjuran dengan mengacu pada pernyataan profesi kesehatan mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat (misalnya, "Dokter saya merekomendasi.."). b. Memberikan anjuran mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat yang dilakukan dengan berlebihan. 12. Iklan obat harus memuat anjuran untuk mencari informasi yang tepat kepada profesi kesehatan mengenai kondisi kesehatan tertentu. 13. Iklan obat tidak boleh menunjukkan efek/kerja obat segera sesudah penggunaan obat. 14. Iklan obat tidak menawarkan hadiah ataupun memberikan pernyataan garansi tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat.

98 Iklan Obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian sebagai berikut: - BACA ATURAN PAKAI - JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER Kecuali untuk iklan vitamin spot peringatan perhatian sebagai berikut: - BACA ATURAN PAKAI 16. Ketentuan minimal yang harus dipenuhi oleh spot peringatan perhatian dalam butir (15) adalah sebagai berikut: a. Untuk Media Televisi : Spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal 3 detik. b. Untuk Media Radio: Spot iklan harus dibacakan pada akhir iklan dengan jelas dan dengan nada suara tegas. c. Untuk Media Cetak: Spot dicantumkan dengan ketentuan sebagai berikut: OBAT BACA ATURAN PAKAI JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER BACA ATURAN PAKAI JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER Jenis Huruf (font) : Helvetika, Medium Ukuran Huruf : 18 pts Jarak Baris (leading) : 18 (100%) Profesional Jarak Kata (letter spacing) : Normal (100%) Jarak Huruf (work spacing) : Normal (0%) VITAMIN BACA ATURAN PAKAI BACA ATURAN PAKAI Jenis Huruf (font) : Helvetika, Medium Ukuran Huruf : 18 pts Jarak Baris (leading) : 18 (100%) Profesional Jarak Kata (letter spacing) : Normal (100%) Jarak Huruf (work spacing): Normal (0%)

99 81 Ukuran kotak spot tersebut harus dibuat proporsional (antara spot dan halaman iklan) sehingga spot tersebut terlihat mencolok. 17. Iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai: a. Komposisi zat aktif obat dengan nama INN (khusus media cetak); untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan nama INN. b. Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat. c. Nama dagang obat. d. Nama industri farmasi. e. Nomor pendaftaran (khusus untuk media cetak)

100 82 Lampiran 4. Gambaran jawaban kuesioner aspek pengetahuan uji reliabilitas Resp Item Total

101 83 Lampiran 5. Gambaran jawaban kuesioner aspek sikap uji reliabilitas Resp Item Total

102 84 Lampiran 6. Gambaran jawaban kuesioner aspek tindakan uji reliabilitas Resp Item Total

103 85 Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek pengetahuan Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek sikap Lampiran 9. Hasil uji reliabilitas kuesioner aspek tindakan

104 86 Lampiran 10. Hasil uji normalitas data penelitian aspek pengetahuan Lampiran 11. Hasil uji normalitas data penelitian aspek sikap Lampiran 12. Hasil uji normalitas data penelitian aspek tindakan

105 87 Lampiran 13. Korelasi aspek pengetahuan dan aspek tindakan Lampiran 14. Korelasi aspek sikap dan aspek tindakan

106 88 Lampiran 15. Surat permohonan ijin penelitian ke Biro Administrasi Akademik (BAA) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

107 89 BIOGRAFI PENULIS Rambu Roku Sowi, dilahirkan di Galumarada, Sumba Tengah pada tanggal 12 Desember 1993, putri kedua dari pasangan Bapak Yulius Umbu Sili dan Ibu Dorkas Rambu Edda. Penulis menempuh pendidikan di SDM Waibakul ( ), SMP Kristen Waikabubak ( ), SMA Negeri 1 Waingapu ( ) dan penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis terlibat dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan seperti kepanitiaan Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker Angkatan XXV dan XXVI, kepanitiaan Seminar Nasional Young Generation with No More HIV Infections, Discriminations, and AIDS Related Deaths 2012, kepanitiaan Seminar Nasional Menyongsong Penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional 2014, dan kepanitiaan Desa Mitra Prestasi yang pernah diraih penulis yaitu lolos seleksi dan didanai hibah oleh DIKTI pada tahun 2013 dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-M).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KESALAHAN PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

EVALUASI TINGKAT KESALAHAN PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA EVALUASI TINGKAT KESALAHAN PENGOBATAN SENDIRI (SWAMEDIKASI) DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI rjana Farmasi pada Fakulta Universitas Sumatera Utar OLEH: FUTRI RIZKIYAH WISUDANI LUBIS

Lebih terperinci

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN Trias Apriliani, Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dalam Undang-Udang Nomor 36 tahun 2009 didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mencapai keadaan sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual sehingga

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru (The Study of Client s Knowledge about Self Medication at Dispensaries in Pekanbaru) Husnawati * ; Armon Fernando; Ayu Andriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI GASTRITIS (MAAG) PADA MAHASISWA NON FARMASI FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET TUGAS AKHIR

GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI GASTRITIS (MAAG) PADA MAHASISWA NON FARMASI FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET TUGAS AKHIR GAMBARAN PENGETAHUAN SWAMEDIKASI GASTRITIS (MAAG) PADA MAHASISWA NON FARMASI FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG Aditya Yanuardi, 1210224 Pembimbing I: Cindra Paskaria,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Hipotesis yang akan diuji dalam uji validitas ini adalah:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Hipotesis yang akan diuji dalam uji validitas ini adalah: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Kuesioner ini diuji coba terhadap 30 mahasiswa program studi non kesehatan jenjang Strata 1 (S1) angkatan 2015 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan sendiri Pengobatan sendiri merupakan upaya masyarakat untuk menjaga kesehatan sendiri dan merupakan cara yang mudah, murah praktis untuk mengatasi gejala yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI SKRIPSI. OLEH: Sanny Sugiharto NRP:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI SKRIPSI. OLEH: Sanny Sugiharto NRP: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI SKRIPSI OLEH: Sanny Sugiharto NRP: 9103010013 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2014 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Muh, Saud *), Taufiq **), Ishak Abdul Jalil ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Promosi merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Promosi merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Promosi merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu program pemasaran, karena promosi pada hakikatnya adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.

Lebih terperinci

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN Ernita ¹; Eka Kumalasari, S.Farm., Apt ²; Maria Sofyan Teguh, S.Farm., Apt ³ Berkembangnya penyakit sekarang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI IKLAN OBAT SAKIT KEPALA DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT SAKIT KEPALA DI KALANGAN IBU RUMAH TANGGA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi SKRIPSI IKLAN HUMOR DAN KESADARAN MEREK (Terpaan Iklan Dengan Unsur Humor Di Media Televisi Terhadap Kesadaran Merek Produk Kartu AS Di Kalangan Mahasiswa Komunikasi Non Reguler Pada Tahun 2012) Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 SKRIPSI Oleh : ANGGA ALIT ANANTA YOGA K.100.040.182 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan Survei (metode survei). Kasiram (2008) dalam bukunya Metodologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015 LAMPIRAN Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015 Tabel 20. Jumlah Mahasiswa Aktif S1 Fakultas Non Kesehatan Angkatan 2015 Fakultas Program Studi Jumlah Fakultas Teknik Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN

3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN 30 3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang masalah dan metode penelitian yang terdiri dari masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, subyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendapatkan hasil gambaran secara menyeluruh tentang obyek dan subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia

Lebih terperinci

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon Hubungan Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Anti Nyeri Terhadap Pengobatan Sendiri pada Nyeri Akut (Studi Di Kelurahan Wadowetan Kecamatan Bantarujeg Majalengka) Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis (Azwar, 2005: 5). Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek 2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek Cilacap. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Focus Group Discusion

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan desain yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan cross sectional yang merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J 1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI ANTIBIOTIK DAN PENGGUNAANANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER PADA PELAJAR KELAS X, XI, XII DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat selama ± 2 minggu dari tanggal 12-25 Juni tahun 2013. Dengan jumlah sampel

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi ABSTRAK Persepsi adalah suatu proses menerima dan menginterpretasikan data. Persepsi tentang penggunaan alat ortodontik cekat dapat dilihat dari aspek estetik dan aspek fungsional. Bagi remaja, salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Batasan Variabel Operasional Penelitian Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka disusunlah batasan-batasan dari variabel operasional yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI

SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI SELF REGULATION DAN PERILAKU MAKAN SEHAT MAHASISWA YANG MENGALAMI DYSPEPSIA UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada peneitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Kasiram (Kuntjojo, 2009) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menekankan analisisnya pada datadata numerical (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mendeteksi sejauhmana variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. orang namun juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2010). Teknik

BAB III METODE PENELITIAN. orang namun juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono, 2010). Teknik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan teknik observasi dengan metode cross sectional. Teknik observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional yang meneliti tentang hubungan antara variabel dependen dan independen. Metode yang

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PEROKOK PASIF DALAM KELUARGA TENTANG ROKOK DAN BAHAYANYA. Di RW 01 Dukuh Ngrayut Desa Coper Kecamatan Jetis

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PEROKOK PASIF DALAM KELUARGA TENTANG ROKOK DAN BAHAYANYA. Di RW 01 Dukuh Ngrayut Desa Coper Kecamatan Jetis KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PEROKOK PASIF DALAM KELUARGA TENTANG ROKOK DAN BAHAYANYA Di RW 01 Dukuh Ngrayut Desa Coper Kecamatan Jetis Disusun Oleh: ANA YOUANIS NIM : 12612216 PRODI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dengan prokrastinasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI Friska Wulandari 1, Suci Musvita Ayu 2 1,2 Fakultas Kesehatan masyarakat, universitas Ahmad dahlan,

Lebih terperinci

Oleh : Danny Adam Kurniawan D SKRIPSI

Oleh : Danny Adam Kurniawan D SKRIPSI PENCARIAN INFORMASI DAN PARTISIPASI POLITIK (Hubungan Sumber Informasi Tentang Pilkada Serentak 2015 dan Jenis Kelamin dengan Partisipasi Politik Di Kalangan Mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI DI POSYANDU LANSIA DESA TRIYAGAN MOJOLABAN SUKOHARJO

SKRIPSI HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI DI POSYANDU LANSIA DESA TRIYAGAN MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI DI POSYANDU LANSIA DESA TRIYAGAN MOJOLABAN SUKOHARJO Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis rancangan survey yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya penyakit mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya. Berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ilmu kedokteran jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kampus

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI PERSEPSI PERIKLANAN OBAT DI TELEVISI TERHADAP TINDAKAN PENGGUNAAN OBAT DI KALANGAN IBU RUMAH TANGGA DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PADA TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hal kelangsungan hidup. Dalam hal ini, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasional Penggunaan desain ini, peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas adalah suatu pengukuran untuk menentukan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas bertujuan untuk melihat sejauh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang datanya berupa angka atau data non angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif analitik adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang Bab 3 Metode Penelitian A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada datadata numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN MOTIVASI MENJADI BIDAN MAHASISWA KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN MOTIVASI MENJADI BIDAN MAHASISWA KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DENGAN MOTIVASI MENJADI BIDAN MAHASISWA KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Inggar Ratna Kusuma 1 1 Dosen Program Studi Kebidanan Diploma III Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. UMY sebelum dan sesudah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok

BAB III METODE PENELITIAN. UMY sebelum dan sesudah mengikuti Early Pharmaceutical Exposure diblok BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang yaitu rancangan penelitiam dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kategori explanatory research karena penelitian ini menganalisa hubungan antara variabel, penelitian ini bersifat diskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variable independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan dalam 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci