UJI KEKUATAN PUNTIR MATERIAL STAINLESS STEEL 304 DENGAN PERLAKUAN PANAS DAN TANPA PERLAKUAN PANAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI KEKUATAN PUNTIR MATERIAL STAINLESS STEEL 304 DENGAN PERLAKUAN PANAS DAN TANPA PERLAKUAN PANAS"

Transkripsi

1 UJI KEKUATAN PUNTIR MATERIAL STAINLESS STEEL 304 DENGAN PERLAKUAN PANAS DAN TANPA PERLAKUAN PANAS Ewa Suganda 1), Rahmawaty,ST,MT 2) 1 Sekolah Tingggi Teknik Harapan 2 Jurusan Teknik Mesin E mail : ewasuganda@yahoo.com Abstrak Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Perbandingan pengujian puntir material Baja Stainless Steel 304 menghasilkan nilai rata-rata, inersia polar (J) sebelum dipanaskan 6,43 x sedangkan sesudah dipanaskan 6,43 x pada semua sudut, tegangan geser sebelum dipanaskan 880,87 Mpa pada sudut 1280, sedangkan sesudah dipanaskan 858,01 Mpa pada sudut 1200, modulus elastisitas sebelum dipanaskan 419,91 Mpa pada sudut 5, sedangkan sesudah dipanaskan 167,96 Mpa pada sudut 5, regangan geser sebelum dipanaskan 139,5 Mpa pada sudut 1395, sedangkan sesudah dipanaskan 128 Mpa pada sudut Dari perbandingan diatas untuk tegangan geser material sebelum dipanaskan lebih besar yaitu memiliki teganngan geser yang lebih tinggi 880,87 Mpa pada sudut 1280, untuk modulus elastisitas nilai maksimum terdapat pada material yang sebelum dipanaskan dengan nilai 419,91 Mpa pada sudut 5, regangan geser maksimum terdapat pada material tanpa dipanaskan dengan 139,5 Mpa pada sudut Baja Stainless Steel memiliki sifat brittle bila dilihat dari hasil pengujian torsi setelah dipanaskan. Kata kunci : Stainless Steel 304, inersia polar, tegangan geser, modulus elastisitas, regangan geser. Abstract Stainless steel is an alloy steel containing a minimum of 10.5% Cr. Fewer stainless steel containing more than 30% Cr or less than 50% Fe material torsion testing.. Comparison Steel Stainless Steel 304 generates an average value, polar inertia (J) pre-heated at 6,43 x, while after heated at 6,43 x at all angles, the shear stress (τ) pre-heated MPa at 1280 angles, whereas after heated MPa at an angle 1200, modulus of elasticity (G) preheated MPa at an angle of 5, whereas after heated MPa at an angle of 5, the shear strain (γ) before heated MPa at 1395 angles, whereas after heated 128 MPa at 1280 angle. From the above comparison to the shear stress (τ) pre-heated material is larger, ie have a higher shear teganngan MPa at 1280 angle, to the elastic modulus maximum value contained in the pre-heated material with a value of MPa at an angle of 5, the maximum shear strain contained in the material without heated to MPa at 1395 angle. Steel Stainless Steel has brittle properties when viewed from the torque test results after being heated. Keywords: Stainless Steel 304, polar inertia, shear stress, elastic modulus, shear strain 1. PENDAHULUAN Pembebanan utama poros adalah puntiran yang terjadi pada elemen mesin ataupun beban gabungan. Kekuatan poros haruslah diketahui menggunakan alat uji puntir.alat uji puntir merupakan suatu alat yang dirancang untuk mengukur seberapa besar kekuatan puntir yang dapat dilakukan pada saat pengujian poros. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memuntir batang uji terus-menerus sampai batang uji patah/putus. Alat uji puntir digunakan industri untuk pengukuran dan mendapatkan data kekuatan puntir, sehingga kekuatan yang ingin diketahui dapat diterima dan diketahui. Benda uji puntir umumnya memiliki penampang lintang silinder, karena bentuk ini mewakili geometri paling sederhana dalam penghitungan tegangan yang terjadi pada material. 1

2 Dalam batas elastis tegangan geser bervariasi secara linier dari nol di bagian pusat lingkaran hingga perangkat model uji torsi digunakan untuk melakukan simulasi terhadap berbagai perubahan parameter dalam puntiran dan nilai menentukan sifatsifat seperti modulus lastisitas geser secara eksperimental, dengan asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam proses puntir seperti: Poros lurus dengan penampang lingkaran, Torsi bekerja konstan sepanjang batang pada sumbu polar, Pemantang lintang akan kembali lagi pada posisi semula setelah kembali. Uji puntir pada suatu bahan teknik dilakukan untuk menentukan sifat-sifat seperti modulus geser, kekuatan luluh puntir, dan modulus pecah. Uji puntir sering digunakan untuk menguji bahan-bahan getas. Deformasi yang terjadi pada benda uji diukur dari perpindahan sudut puntir suatu titik didekan ujung suatu benda, dibandingkan pada suatu titik pada elemen memanjang yang sama pada arah berlawanan. Dalam pengujian puntir biasanya digunakan benda dengan penampang bulat, dikarenakan hal tersebut merupakan geometri paling sederhana dalam perhitungan tegangan yang terjadi. S. L. Semiatin.J.H. Holbrook [1] workability 304L stainless steel austenitic telah diteliti menggunakan uji torsi pada suhu dari 20 C hingga 1200 C dan ketegangan tingkat 0,01 dan 10.0s-1 Adapun banyak logam lain, 304L dipamerkan minimal daktilitas pada suhu hangat-kerja. Untuk tingkat ketegangan tinggi, kegagalan dikendalikan oleh proses aliran-lokalisasi pada 20 C dan 200 C. Pada suhu ini, mengalir pelunakan yang dihasilkan dari pemanasan deformasi itu disimpulkan sebagai penyebab utama aliran lokalisasi. Sebuah model untuk memprediksi ketegangan pada awal lokalisasi dikembangkan dan diterapkan dengan sukses untuk hasil 304L. Untuk tes torsi regangantingkat tinggi pada 400 C dan di atas, kegagalan itu fraktur dikendalikan seperti pada tes regangan-tingkat rendah, dan keuletan yang terbukti berkorelasi dengan yang di tingkat regangan yang lebih rendah melalui parameter Zener-Hollomon dengan menggunakan energi aktivasi yang berasal dari data aliran-stres. Dinamis rekristalisasi ( DRX ) [2] dari AISI 304 stainless steel dipelajari dengan uji torsi pada kisaran suhu C dan berbagai tingkat ketegangan s - 1. Inisiasi dan evolusi DRX diselidiki dengan analisis struktur mikro dan kemudian saring penting untuk inisiasi DRX bisa dikonfirmasi dengan analisis tegangan alir. J.Phys [3] telah melakukan sebuah tes torsi eksperimental baru dikembangkan untuk mencapai tingkat regangan menengah. Panjang mengukur torsi bar klasik ( 27 mm ) berkurang dalam kisaran 0 sampai 5 mm. prediksi analitis dengan persamaan konstitutif sederhana menunjukkan bahwa tingkat regangan mencapai besarnya 250 s - 1. Sebuah analisis beda hingga diusulkan untuk mensimulasikan tes dengan persamaan konstitutif lebih berkembang. Perbandingan antara hasil eksperimen dan numerik menunjukkan kesepakatan yang baik. Tujuan Penelitian Merujuk kepada hal yang telah dibahas pada bagian perumusan dan batasan masalah sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk menghitung nilai kekuatan material Stainless Steel 304 anatara lain: a. Tegangan geser ( b. Tegangan geser ( c. Momen inersia (J) d. Modulus elastisitas geser (G) 2. Melakukan perbandingan kekuatan material Stainless Steel 304 dengan perlakuan panas dan tanpa perlakuan panas. Baja stainless merupakan baja paduan yang mengandung minimal 10,5% Cr. Sedikit baja stainless mengandung lebih dari 30% Cr atau kurang dari 50% Fe. Daya tahan Stainless Steel terhadap oksidasi yang tinggi di udara dalam suhu lingkungan biasanya dicapai karena adanya tambahan minimal 13% (dari berat) Krom. Krom membentuk sebuah lapisan tidak aktif, Kromium(III) Oksida (Cr2O3) ketika bertemu Oksigen. Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat, sehingga logamnya akan tetap berkilau. Logam ini menjadi tahan air dan udara, melindungi logam yang ada di bawah lapisan tersebut. Fenomena ini disebut Passivation dan dapat dilihat pada logam yang lain, seperti pada Alumunium dan Titanium. Pada dasarnya untuk membuat besi yang tahan terhadap karat, Krom merupakan salah satu bahan paduan yang paling penting. Untuk mendapatkan besi yang lebih baik lagi, diantaranya dilakukan penambahan beberapa zat- zat berikut; Penambahan Molibdenum (Mo) bertujuan 2

3 untuk memperbaiki ketahanan korosi pitting di lingkungan Klorida dan korosi celah unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil Karbida (Titanium atau Niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang mengalami proses sensitasi. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Teknik Mesin Sekolah Tingggi Teknik Harapan Medan.Waktu penelitian dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan, yaitu sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola Program Studi sampai dengan dinyatakan selesai. Bahan material yang dipakai pada pengujian ini adalah bahan Stainless Steel 304. Gambar 3.1 merupakan bahan Stainless Steel 304 Gambar 3.1. Bahan Stainless Steel 304 Peralatan Pengujian Dalam melaksanakan penelitian, alat uji torsi digunakan untuk mengukur torsi bahan Stainless Steel 304 sesuai dengan standart ASTM. Gambar 3.3 merupakan alat uji torsi skala laboratorium. b. Inverter, berfungsi untuk mengubah kecepatan motor Alternating Current (AC) c. Rotary Encorder berfungsi sebagai alat pengukur sudut putaran yang akan di input d. Counter, berfungsi sebagai rangkaian untuk mengkodekan data input menjadi data e. Three-jou chuck (cekam), terbuat dari besi baja ancuran dengan diameter dimensi 6 dan mampu menjepit sampai diameter 3 digunakan sebagai pengikat/penjepit benda uji specimen selama proses penelitian. f. Motor 1 HP 3 phasa 220/240 Volt berfungsi untuk memberikn putaran pada gear box kemudian putaran tersebut diteruskan ke bahan specimen melalui three-jou g. Dalam beberapa unit mesin memiliki sistem pemindah tenaga yaitu Gear Box yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya mesin ke salah satu bagian mesin lainnya, sehingga unit tersebut dapat bergerak menghasilkan sebuah pergerakan baik putaran maupun pergeseran. h. Kopling, adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan dua poros pada kedua ujungnya dengan tujuan untuk mentransmisikan daya mekanis. i. Load cell, adalah sebuah alat uji perangkat listrik yang dapat mengubah suatu energi menjadi energi lainnya yang biasa digunakan untuk mengubah suatu gaya menjadi sinyal listrik. j. Jangka Sorong (Vernier Caliper), berfungsi sebagai alat pengukur bahan spesimen Stainless Steel 304 yang sesuai dengan standart ASTM E8. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pengujian ini variable yang akan diamati adalah: 1. Gaya/force (N.m) 2. Diameter specimen (mm) 3. Sudut Radian (θ ) Gambar 3.3. Alat uji Torsi. Alat ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain : a. Display Load Cell, adalah suatu perangkat elektronik yang digunakan sebagai monitor pembacaan pembebanan yang terjadi pada Load cell Data Hasil Pengujian Dari hasil pengujian Torsi dengan bahan material Stainless Steel 304 dengan variasi bahan spesimen yang sudah di panaskan dan yang tidak di panaskan diperoleh data hasil pengujian seperti diperlihatkan pada tabel

4 Tabel 3.1. Data hasil pengujian Torsi Stainless Steel 304 yang sudah dipanaskan NO. θ1 Torsi (N.m) I II III Ratarata ,2 31,4 31, ,8 78,4 74,4 72, ,4 95,8 91,8 89, ,4 112,6 108,6 104, ,4 119,4 115, ,8 133,2 129,2 124, ,4 134,6 130,6 125, , ,3 102,3 Perhitungan spesimen uji Puntir Stainless Steel 304 sebelum dipanaskan Perhitungan rata-rata pada sudut 5º 1. Momen Inersia J = 6.43 x m 4 2. Tegangan Geser (τ) N O θ1 Teganga n geser (τ) Modulus elastisita s (G) Regangan Geser (Y) 5 209,95 419,91 0, ,95 25, ,19 13, ,04 10, ,69 8, ,61 7, ,87 6, ,71 5,13 139,5 Grafik hasil pengujian Torsi 1000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 TEGANGAN GESER (τ) SEBELU M SESUDA H Gambar 4.1 Grafik perbandingan Tegangan geser Stainless Steel 304 sebelum dipanaskan dan sebelum dipanaskan 3. Modulus Elastisitas Geser (G) G = 419,91 Mpa 4. Regangan Geser (γ) 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 MODULUS ELASTISITAS SEBELU M SESUDA H Mpa Gambar 4.2 Grafik pebandingan modulus elastisitas geser Stainless Steel 304 sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan Tabel 4.1 Data perbandingan hasil perhitungan material Stainless Steel 304 sebelum dipanaskan 4

5 RENGANGAN GESER (γ) RENGANGAN GESER (γ) SUDUT (θ) 1280 SEBELU M S KAN SESUDA H S KAN regangan geser sebelum dipanaskan 139,5 Mpa pada sudut 1395, sedangkan sesudah dipanaskan 128 Mpa pada sudut Dari perbandingan diatas untuk tegangan geser material sebelum dipanaskan lebih besar yaitu memiliki teganngan geser yang lebih tinggi 880,87 Mpa pada sudut 1280, untuk modulus elastisitas nilai maksimum terdapat pada material yang sebelum dipanaskan dengan nilai 419,91 Mpa pada sudut 5, regangan geser maksimum terdapat pada material tanpa dipanaskan dengan 139,5 Mpa pada sudut Gambar 4.3. Grafik perbandingan regangan geser Stainless Steel 304 sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan diatas, Uji Torsi dengan material Baja Stainless Steel 304 dengan sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan mempunyai beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada pengujian puntir material Baja Stainless Steel 304 dengan perlakuan panas menghasilkan nilai rata-rata maksimum, Inersia Polar (J) = 6,43 x pada semua sudut spesimen, tegangan geser = 858,01 Mpa pada sudut 1200, modulus elastisitas geser (G) = 167,96 Mpa pada sudut 5, regangan geser ( = 128 Mpa pada sudut Pada pengujian puntir material Baja Stainless Steel 304 tanpa perlakuan panas menghasilkan nilai rata-rata maksimum, Inersia Polar (J) = 6,43 x pada semua sudut spesimen, tegangan geser = 880,87 Mpa pada sudut 1280, modulus elastisitas geser (G) = 419,91 Mpa pada sudut 5, regangan geser ( = 139,5 Mpa pada sudut Pada perbandingan pengujian puntir material Baja Stainless Steel 304 menghasilkan nilai rata-rata, Inersia Polar (J) sebelum dipanaskan 6,43 x sedangkan sesudah dipanaskan 6,43 x pada semua sudut, tegangan geser sebelum dipanaskan 880,87 Mpa pada sudut 1280, sedangkan sesudah dipanaskan 858,01 Mpa pada sudut 1200, modulus elastisitas sebelum dipanaskan 419,91 Mpa pada sudut 5, sedangkan sesudah dipanaskan 167,69 Mpa pada sudut 5, 4.2 Saran Pada saat pembuatan material uji, bahan uji harus benar-benar tepat dengan ukuran yang sudah ditentukan dengan standart ASTM E8M. Pengujian harus benar-benar kuat saat mengikat/ mengunci material pada alat uji puntir. Pada saat pengambilan data harus benar-benar cermat agar data yang dihasilkan lebih akurat. Dan sebaiknya kampus SEKOLAH TINGGI TEKNIK HARAPAN mempunyai laboratorium yang standart untuk pengujian agar seluruh mahasiswa dapat melakukan pengujian di laboratorium SEKOLAH TINGGI TEKNIK HARAPAN MEDAN. 5. DAFTAR PUSTAKA Brearley Harry, 1913, The Science and Engineering of Material, Alternate Edition, PWS Engineering, Boston, USA. Bonacuse J Peter, 1990, A STUDY OF TUBULAR SPECIMEN THICKNESS EFFECTS,NASA Lewis Research Center,Amerika. Heroja narodnih Aleja, 2007, Mechanic of Material, edisi terjemahan oleh BambangS.,Erlangga, Bandung. Harjanto, Agus Sri, 2005, Jurnal : Rancang Bangun Alat Uji Puntir Statis dan Uji Fatik dengan Beban Torsi, Undip Semarang. Popov, E.P, 1995, Mechanic of Material, edisi terjemahan oleh Zainul,A.T, Erlangga, Ciracas, Jakarta. Priyoko, Nanang A, 2005, Jurnal : Pengaruh Pengkombinasian Frekuensi Beban Impak Terhadap Kekuatan Lelah Spesimen Pada Beban Lentur Putar (Rotary Bending), Undip Semarang. 5

6 Timoshenko, S, 1976, Strength of Materials Part II, Robert E. Krieger Publishing Co, New York. Totok Surdia, Saito S, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik Cetakan Kedua PT Pradna Paramita, Jakarta. Anonimous, 1984, Annual Book of ASTM Standart, Volume MetalMechanical Testing; Elevated and LowTemperature America Standart Material Hand Book; Race Street, Philadelphia. Budiman, Anton dan Bambang P, 1999, Elemen Mesin Jilid I Disain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros, Erlangga, Ciracas, Jakarta Callister Jr, W.D, 1994, Material Science and Engineering, John Willey and Sons, Inc, New York. Collins, J.A, 1981, Failure of Material in Mechanical Design, John Willey and Sons, Inc, New York. Subagyo, Uji material dan poros diameter dengan pengujian puntir.jurusan teknik mesin Univ.Widyagama Malang. Phys.J. (2006). Mechanical and physical behavior of material under dynamic New York 6

UJI KEKUATAN PUNTIR MATERIAL BAJA ST 60 DENGAN PERLAKUAN PANAS DAN TANPA PERLAKUAN PANAS

UJI KEKUATAN PUNTIR MATERIAL BAJA ST 60 DENGAN PERLAKUAN PANAS DAN TANPA PERLAKUAN PANAS UJI KEKUATAN PUNTIR MATERIAL BAJA ST 60 DENGAN PERLAKUAN PANAS DAN TANPA PERLAKUAN PANAS M. Sulung Hayat 1), Fadli Ahmad Kurniawan,ST,MT 2) 1 Sekolah Tingggi Teknik Harapan (1,2) Jurusan Teknik Mesin E

Lebih terperinci

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS Judul : PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Pengarang

Lebih terperinci

VARIASI BAHAN MATERIAL DAN UKURAN DIAMETER POROS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGUJIAN PUNTIR

VARIASI BAHAN MATERIAL DAN UKURAN DIAMETER POROS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGUJIAN PUNTIR VARIASI BAHAN MATERIAL DAN UKURAN DIAMETER POROS DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGUJIAN PUNTIR Toni Dwi Putra ABSTRAKSI Material bahan pada sebuah poros (shaft) sangat perlu untuk ditentukan sifatnya seperti

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL

ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL Sukanto Jatmiko*, Sarjito Jokosisworo* * Program Studi Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER) 1. Nama Mata Kuliah : Bahan Teknik I 2. Kode/SKS : DTM 1105, 2 SKS, 32 jam 3. Prasyarat : - 4. Status Matakuliah : Pilihan / Wajib (coret yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KOPLING PADA ALAT UJI TORSI 1 Iswanri Rikci Sihaloho, 2 Din Aswan Amran Ritonga

RANCANG BANGUN KOPLING PADA ALAT UJI TORSI 1 Iswanri Rikci Sihaloho, 2 Din Aswan Amran Ritonga RANCANG BANGUN KOPLING PADA ALAT UJI TORSI 1 Iswanri Rikci Sihaloho, 2 Din Aswan Amran Ritonga 1,2 Sekolah Tingggi Teknik Harapan Jurusan Teknik Mesin 2016 Email : iswanrirs@gmail.com ABSTRAK Kopling adalah

Lebih terperinci

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR Oleh : Nama : SOMAWARDI NIM : 23107012 Kelompok : 13 Tanggal Praktikum : November 2007 Nama Asisten (Nim) : Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul D Uji Lentur dan Kekakuan oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering juga ditambahkan unsur lain untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu yang dikehendaki. Baja merupakan

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN PUNTIR, LENTUR PUTAR DAN KEKERASAN BAJA ST 60 UNTUK POROS PROPELLER SETELAH DIQUENCHING

ANALISA KEKUATAN PUNTIR, LENTUR PUTAR DAN KEKERASAN BAJA ST 60 UNTUK POROS PROPELLER SETELAH DIQUENCHING ANALISA KEKUATAN PUNTIR, LENTUR PUTAR DAN KEKERASAN BAJA ST 60 UNTUK POROS PROPELLER SETELAH DIQUENCHING Sarjito, Jokosisworo Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik oleh : Nama : Catia Julie Aulia NIM : Kelompok : 7 Anggota (NIM) : 1. Conrad Cleave Bonar (13714008) 2. Catia Julie Aulia () 3. Hutomo

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL BAJA KONSTRUKSI DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN Darmanto*, M.Nursalim, dan Imam Syafaat Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO EFEK WAKTU PERLAKUAN PANAS TEMPER TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPAK BAJA KOMERSIAL Bakri* dan Sri Chandrabakty * Abstract The purpose of this paper is to analyze

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM Oleh : Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh logam yang sangat banyak penggunaannya ialah Baja. Baja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja sangat memiliki peranan yang penting dalam dunia industri dimana banyak rancangan komponen mesin pabrik menggunakan material tersebut. Sifat mekanik yang dimiliki

Lebih terperinci

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) SIFAT KEKUATAN KAYU MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331) 1 A. Sifat yang banyak dilakukan pengujian : 1. Kekuatan Lentur Statis (Static Bending Strength) Adalah kapasitas/kemampuan kayu dalam menerima beban

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban F68 Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban Asia, Lukman Noerochim, dan Rochman Rochiem Departemen Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS, Kampus ITS-Keputih Sukolilo,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN PENGERUSAK DAN MICROSTRUKTUR DISUSUN OLEH : IMAM FITRIADI NPM : 13.813.0023 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MEDAN AREA KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2 #5 MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2 Perpatahan Rapuh Keramik Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan untuk 4 metode

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANANG HADI SAPUTRO NIM. 201254007 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST., MT. Qomaruddin, ST.,

Lebih terperinci

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN

ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN ANALISIS MOMEN LENTUR MATERIAL ALUMINIUM DENGAN VARIASI MOMEN INERSIA DAN BEBAN TEKAN Darmanto, Dwi Agung Wijaya, Imam Syafa at Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

BAB 2. PENGUJIAN TARIK

BAB 2. PENGUJIAN TARIK BAB 2. PENGUJIAN TARIK Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pengujian tarik pada material logam. Sub Kompetensi : Menguasai dan mengetahui proses pengujian tarik pada baja karbon rendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya, poros menerima beban yang terkombinasi berupa beban puntir dan beban lentur yang berulangulang (fatik). Kegagalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan karbon sedang yang banyak digunakan sebagai bahan utama pada mesin seperti poros, gear, dan batang

Lebih terperinci

Proses Lengkung (Bend Process)

Proses Lengkung (Bend Process) Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan

Lebih terperinci

Deformasi Elastis. Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a. deforms elastically three times as much as does steel

Deformasi Elastis. Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a. deforms elastically three times as much as does steel Deformasi Elastis Deformasi Elastis Figure 6.14 Comparison of the elastic behavior of steel and aluminum. For a given stress, aluminum deforms elastically three times as much as does steel Deformasi Elastis

Lebih terperinci

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending Budi Setyahandana 1, Anastasius Rudy Setyawan 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kampus III Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

DEFORMASI BALOK SEDERHANA TKS 4008 Analisis Struktur I TM. IX : DEFORMASI BALOK SEDERHANA Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan Pada prinsipnya tegangan pada balok

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Kekuatan Tarik, Kekuatan Lentur

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract

PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL Putra Partomuan 1, Yohanes 2, Laboratorium Teknologi Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam

Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik ogam Oleh zhari Sastranegara Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian terhadap bahan tersebut. da empat jenis uji coba

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo

Lebih terperinci

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

Perpatahan Rapuh Keramik (1) #6 - Mechanical Failure #2 1 TIN107 Material Teknik Perpatahan Rapuh Keramik (1) 2 Sebagian besar keramik (pada suhu kamar), perpatahan terjadi sebelum deformasi plastis. Secara umum konfigurasi retakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan Imam Basori Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Jl. Rawamangun Muka,

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gage length

BAB II TEORI DASAR. Gage length BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji tarik merupakan salah satu pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri dan di dunia pendidikan karena kemudahan dalam menganalisa data yang didapatkan

Lebih terperinci

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya.

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban yang terjadi pada Elemen Mesin Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya. Beban dapat dalam bentuk gaya, momen,

Lebih terperinci

Pertemuan IV II. Torsi

Pertemuan IV II. Torsi Pertemuan V. orsi.1 Definisi orsi orsi mengandung arti untir yang terjadi ada batang lurus aabila dibebani momen (torsi) yang cendrung menghasilkan rotasi terhada sumbu longitudinal batang, contoh memutar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak masalah yang timbul dalam pengerjaan mekanis di lapangan yang dialami oleh ahli-ahli teknis dalam bidangnya seperti masalah fatik yang sulit untuk diperkirakan kapan

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:

Lebih terperinci

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb. Assalamualaikum Wr. Wb. KUAT TARIK BAJA Anggota Kelompok 8 : 1. Roby Al Roliyas (20130110067) 2. Nurwidi Rukmana (20130110071) 3. M. Faishal Abdulah (20130110083) 4. Chandra Wardana 5. Kukuh Ari Lazuardi

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7 Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( ) 1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran

Lebih terperinci

SKRIPSI METALURGI FISIK SIMULASI DAN ANALISIS PENGUJIAN FATIK DENGAN VARIASI BEBAN PADA MATERIAL PADUAN ALUMINIUM DAN MAGNESIUM

SKRIPSI METALURGI FISIK SIMULASI DAN ANALISIS PENGUJIAN FATIK DENGAN VARIASI BEBAN PADA MATERIAL PADUAN ALUMINIUM DAN MAGNESIUM SKRIPSI METALURGI FISIK SIMULASI DAN ANALISIS PENGUJIAN FATIK DENGAN VARIASI BEBAN PADA MATERIAL PADUAN ALUMINIUM DAN MAGNESIUM SKRIPSI YANG DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015 TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/1102520 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2016 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kolom Pendek Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural Steel Design LRFD Method yang berdasarkan dari AISC Manual, persamaan kekuatan kolom pendek didasarkan

Lebih terperinci

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan IRWNS 213 Analisa Deformasi Material 1MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda Muhammad Subhan Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung, Sungailiat, 33211

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan 4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI 4.1. Pendahuluan Dalam bidang konstruksi secara garis besar ada dua jenis konstruksi rangka, yaitu konstruksi portal (frame) dan konstruksi rangka batang (truss). Pada konstruksi

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK

ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS ABSTRAK ANALISA KEKUATAN BAHAN STEEL 304 TERHADAP KEKUATAN IMPAK BENDA JATUH BEBAS M Bima Syah Alam 1, Din Aswan Amran Ritonga, ST, MT 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan 2016 E-mail

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian adalah parameter proses pengerjaan dalam pengelasan gesek sangatlah kurang terutama pada pemberian gaya pada

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA CHRYSSE WIJAYA L2E604271

TUGAS SARJANA CHRYSSE WIJAYA L2E604271 TUGAS SARJANA PERBANDINGAN BESARNYA SUDUT SPRINGBACK PADA PROSES PENEKUKAN BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN TEKUK, PERHITUNGAN TEORITIS DAN SIMULASI PROGRAM ANSYS 9.0 PADA STAINLESS STEEL Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION)

TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION) TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION) Case 1 Mekanika Kekuatan bahan 5 th session hadisaputra@live.com Page 1 Batang dengan 2 diameter yang berbeda dibebani dengan torque pada titik A, B, C, D sehingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu pada

Lebih terperinci

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH Fatique Testing (Pengujian Lelah) Fatique Testing (Pengujian Lelah) Definisi : Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut menerima pembebanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ALAT DAN MATERIAL PENELITIAN 1. Material Penelitian Tipe Baja : AISI 1045 Bentuk : Pelat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja AISI 1045 Pelat AISI 1045 Unsur Nilai Kandungan Unsur

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T Hendy Wijaya 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara Jakarta rm.hendy@yahoo.com ABSTRAK Geser blok merupakan

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan proses pengelasan gesek (friction welding) dan pengujian tarik dari setiap spesimen benda uji, maka akan diperoleh data hasil pengujian. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH Michael Wijaya, Didi Widya Utama dan Agus Halim Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: mchwijaya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Umum dan Latar Belakang Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng, rangka atap, lintasan crane dalam bangunan pabrik dan sebagainya yang

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 9 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dan perkembangan itu meliputi para pelaku usaha didunia industri untuk membuat produk yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA II.1. Material baja Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi baja karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 Willyanto Anggono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra,

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI Teknika : Engineering and Sains Journal Volume, Nomor, Juni 207, 67-72 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-446 print PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Lebih terperinci

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN Sifat mekanika bahan Hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja Berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan dan kekakuan Tegangan Intensitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA PEGAS DENGAN VARIASI JUMLAH LILITAN DAN DIAMETER PEGAS BAJA

ANALISIS PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA PEGAS DENGAN VARIASI JUMLAH LILITAN DAN DIAMETER PEGAS BAJA ANALISIS PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA PEGAS DENGAN VARIASI JUMLAH LILITAN DAN DIAMETER PEGAS BAJA 1) Erik Luky Ikhtiardi, 2) Rif ati Dina Handayani, 2) Albertus Djoko Lesmono 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL

KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL KOMPOSIT BETON-PROFIL LIP CHANNEL UNTUK MENCEGAH TEKUK LATERAL-TORSIONAL Ridwan Rinaldo Loe (loe.naldo@yahoo.com) 1) Jusuf J.S. Pah 2) Tri M.W. Sir 3) ABSTRACT Lip channels profile usually failed before

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dalam mendukung performa kendaraan. Karena, sistem pemindah tenaga atau

BAB II DASAR TEORI. dalam mendukung performa kendaraan. Karena, sistem pemindah tenaga atau BAB II DASAR TEORI 2.1. Kontruksi Sistem Pemindah Tenaga Kinerja dari sistem pemindah tenaga pada kendaraan sangatlah penting dalam mendukung performa kendaraan. Karena, sistem pemindah tenaga atau power

Lebih terperinci

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK

BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK BAB III SIFAT MEKANIK MATERIAL TEKNIK Material dalam penggunaannya selalu dikenai gaya atau beban. Oleh karena itu perlu diketahui karakter material agar deformasi yang terjadi tidak berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA C.9. Studi Komparasi Kualitas Produk Pengelasan Spot Welding dengan Pendingin... (Muh Alfatih Hendrawan) STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISA KUAT TARIK BESI BJTP Ø 16 mm YANG ADA DIPASARAN ROKAN HULU (Study kasus besi BJTP Ø 16 mm besi SS, GS dan HHS) HERMANSYAH (1) NIM:

ANALISA KUAT TARIK BESI BJTP Ø 16 mm YANG ADA DIPASARAN ROKAN HULU (Study kasus besi BJTP Ø 16 mm besi SS, GS dan HHS) HERMANSYAH (1) NIM: ANALISA KUAT TARIK BESI BJTP Ø 16 mm YANG ADA DIPASARAN ROKAN HULU (Study kasus besi BJTP Ø 16 mm besi SS, GS dan HHS) HERMANSYAH (1) NIM: 0913020 SYAHRONI, ST (2) NIDN: 10241076.01 ANTON ARIYANTO, M.

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 1 Januari 2017; 10-14 STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L Ojo Kurdi Departement Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci