PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Oleh : SISKA WULANDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Oleh : SISKA WULANDARI"

Transkripsi

1 PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Oleh : SISKA WULANDARI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Umum Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurusan Budidaya Pertanian SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO 2016

2 ABSTRAK PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Oleh: Siska Wulandari Oleander lebih dikenal sebagai tanaman yang bersifat farmakologis. Namun dengan semakin pesatnya kebutuhan tanaman hias, oleander dijadikan sebagai tanaman hias bonsai karena keindahan dari tanaman ini. Pembudidayaan oleander dilakukan dengan cara setek. Pertumbuhan setek sangat tergantung pada bahan setek dan media tanam yang dipakai. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut tentang pengaruh asal bahan setek yang terbaik dan komposisi media yang tepat untuk pertumbuhan setek. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) pengaruh berbagai bahan setek terhadap pertumbuhan setek oleander, (2) pengaruh komposisi media tanam terhadap petumbuhan setek oleander, (3) pengaruh interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander. Penelitian dilaksanakan di Prasanti, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, dari bulan Juni sampai bulan Agustus 2016, menggunakan rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah berbagai bahan setek (S) yang terdiri dari bahan setek yang berasal dari pangkal (S₁), bahan setek yang berasal dari tengah (s₂), bahan setek yang berasal dari pucuk (s₃). Faktor kedua komposisi media tanam (m) yang terdiri dari tanah/kontrol (m 0 ), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1: 1 (m₂), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1: 2 (m₃). Data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketakaditifan dengan uji Tuckey, setelah homogen diolah dengan analisis ragam, apabila terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) bahan setek bepengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. Secara umum bibit terbaik dihasilkan oleh bahan setek asal pangkal dan tengah, (2) komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. Media tanam tanah/kontrol (m 0 ) dan komposisi tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m₂) memberikan hasil yang

3 sama baiknya terhadap pertumbuhan setek oleander, (3) interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam hanya terjadi pada peubah jumlah akar.

4 HALAMAN PERSETUJUAN Judul Proposal : PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Nama Mahasiwa : SISKA WULANDARI No. Pokok Mahasiswa : Jurusan : Agroteknologi Program studi : Agroteknologi MENYETUJUI : 1. KOMISI PEMBIMBING PEMBIMBING I PEMBIMBING II Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si. NIP NIP KETUA JURUSAN AGROTEKNOLOGI Ir. Syafiuddin, M.P. NIP

5 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua Penguji : Prof. Dr. Ir. Maryati, MP... Penguji Utama : Krisnarini, S.P., M.Si... Anggota Penguji : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro Ir. Rakhmiati, MTA NIP Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 07 Desember 2016

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di desa Sukananti Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 01 November 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Iskandar Kurnain dan Ibu Asmawanah S. Pd. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Fajar Bulan Lampung Barat pada tahun Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Way Tenong Lampung Barat pada tahun Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Kartikatama Metro pada tahun Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dengan program study Agroteknologi.

7 PERSEMBAHAN Ku persembahkan skripsi ini untuk : 1. Kedua orang tua yang tercinta 2. Adik-adik ku tersayang Ana Karlina, Alfando Hardiansyah dan Alfindo Hardiyansyah 3. Dosen-dosen pembimbing 4. Para sahabat dan teman-teman yang telah membantu selama proses pembuatan skripsi ku.

8 MOTTO Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (H.R Ahmad) Doa adalah kekuatan terhebat yang pernah ada, karena melibatkan sang maha pencipta alam semesta didalamnya. Usaha tanpa doa adalah perbuatan yang sia-sia, dan doa tanpa usaha adalah perbuatan yang tiada guna. Saat kita berani mencoba akan ada dua kemungkinan GAGAL ATAU BERHASIL Dan disaat kita menyerah hanya ada satu kemungkinan GAGAL NEVER GIVE UP!!!

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul Pengaruh Berbagai Bahan Setek dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Oleander (Nerium oleander L.). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Rakhmiati, MTA selaku ketua STIPER Dharma Wacana Metro. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsl ini. 4. Ibu Krisnarini, S.P., M.Si selaku penelaah yang telah banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Ir. Syafiuddin, MP selaku ketua jurusan Agroteknologi yang telah banyak membantu selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf STIPER Dharma Wacana Metro yang telah banyak membantu dalam menyelesakan skripsi ini.

10 7. Kedua orangtua tercinta yang dengan tulus selalu memberikan doannya agar skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan skripsi penelitian ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Metro, Desember 2016 Siska Wulandari

11 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii I. PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Dasar Pengajuan Hipotesis Hipotesis... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat tumbuh Tanaman Oleander) Taksonomi Tanaman Oleander Morflogi Tanaman Oleander Perbanyakan Tanaman Oleander Media Tanam... 13

12 III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam Persipan Bahan Setek Penanaman dan Pemeliharaan Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kecepatan Tumbuh Tunas Persentase Setek Tumbuh Jumlah Tunas Tinggi Tunas Jumlah Akar Panjang Akar Luas Daun Khusus (LDK) Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) Laju Asimilasi Bersih (LAB) Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 39

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Persentase setek tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Jumlah tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Tinggi tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Jumlah akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Panjang akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Luas Daun Khusus (LDK) oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Laju Asimilasi Bersih (LAB) oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam... 29

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Deskripsi Oleander Susunan Plot Percobaan Tata Letak Tanaman Data Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x) Analisis Ragam Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x) Analisis Ragam Persentase Tumbuh oleander akibat setek dan komposisi media tanam Data Jumlah Tunas oleander (pengamatan 9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam jumlah Tunas oleander akibat bahan setek dan komposisi media tanam... 46

15 14. Data Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x+½) Analisis Ragam Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ((Transformasi x+½) Data Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan kompsisi media tanam Data Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan dan komposisi media tanam (Transformasi x) Analisis Ragam Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x) Data Jumlah Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam Jumlah Akar akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis ragam Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x+½) Analisis Ragam Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x+½) Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi komposisi media tanam (Transformasi x)... 54

16 29. Analisis Ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek setek dan komposisi media tanam (Transformasi x) Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis ragam Laju Pertumbuhan Realtif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x + ½) Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x + ½) Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x + ½) Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi x + ½)... 58

17 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Grafik Jumlah Tunas Grafik Tinggi Tunas Tanah Kompos Arang sekam Proses pengisian media tanam ke dalam polybag Pengambilan bahan setek Pemotongan bahan setek Perendaman bahan setek dengan ZPT Pengelompokan bahan setek (pangkal, tengah, pucuk) Pembungkusan bahan setek dengan tanah liat Penanaman Penyiraman Pengamatan Pengambilan sampel tanaman destruktif Pengamatan tanaman destruktif menggunakan alat image scanner Pengopenan tanaman destruktif Pengambilan sampel tanaman... 66

18 19. Pengamatan jumlah akar dan panjang akar pada tanaman sampel Tanaman sampel dari setek pangkal Tanaman sampel dari setek tengah Tanaman sampel dari setek pucuk... 70

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Nerium oleander L. termasuk dalam familia Apocynaceae. Di Indonesia tumbuhan ini dikenal dengan nama jure (jawa), kenyeri (Bali), kembang mentega, bunga mentega, oleander (Hembing, 1993). Oleander lebih dikenal sebagai tanaman yang bersifat farmakologis. Daun nerium oleander berguna untuk mengobati gagal jantung, sesak napas, diuretik dan ekspektoran dalam dosis kecil dan pengawasan dokter (Hembing, 1993). Dengan semakin pesatnya akan kebutuhan tanaman hias, oleander dijadikan sebagai salah satu tanaman yang mulai dibudidayakan karena bentuknya unik berupa semak-semak yang bersifat evergreen shrub memilik bunga yang cantik, tahan lama dan bermekaran sepanjang tahun menjadikan tanaman ini disukai oleh pencinta tanaman hias dan bonsai. Pembudidayaan oleander sebagai tanaman pot masih tergolong baru, untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan standarisasi mutu dan permintaan konsumen maka perlu dilakukan pembudidayaan sehingga bernilai ekonomi yang tinggi. Perbanyakan oleander dapat dilakukan dengan setek batang (Backer and Van den Brink, 1963 dalam Hembing, 1993).

20 Salah satu tekhnik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah setek. Tekhnik perbanyakan vegetatif dengan setek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya (Juhardi, 1995 dalam Sopyan dan Muslimin, 2006). Selain itu perbanyakan dengan setek adalah jalan yang paling mudah dan dapat mempertahankan sifat-sifat keturunannya (Soemartono, 1985). Dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif (setek) tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan cara generatif. Keberhasilan setek dalam membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan perbedaan bagian bahan setek yang digunakan (Syakir dkk., 1992). Sumber bahan setek yang berasal dari bagian batang yang berbeda (pangkal, tengah, pucuk) mengalami masa perkembangan dan jumlah substrat yang berbeda pula (Rismawati dan Syakhril, 2013 dalam Yulistyani dkk., 2014). Bagian batang yang digunakan tersebut berkaitan dengan kandungan nutrisi di dalamnya terutama karbohidrat, protein, lipid, nitrogen, enzim dan hormon yang berguna untuk mendukung pertumbuhan awal tanam (Hartmann dan Kester 1990 dalam Yulistyani dkk., 2014). Faktor lain yang juga menentukan keberhasilan setek adalah pemilihan dan pengelolaan media tanam. Ashari (2006) menyatakan bahwa media tanam berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman, memberikan kelembaban yang cukup dan mengatur peredaran udara, serta berpengaruh terhadap pertumbuhan fase vegetatif tanaman seperti akar, tunas dan daun. Media yang baik untuk

21 pertumbuhan setek yaitu beraerasi baik dan bebas hama penyakit, mengandung cukup bahan organik dan mampu menahan air yang tinggi, sehingga air yang diperlukan selama pertumbuhan selalu terpenuhi (Hardjowigeno, 2003). Soedarsono (1977) dalam Dartis (2014) menyatakan bahwa untuk campuran media tanam haruslah yang benar-benar subur agar mampu mensuplai makanan sampai bibit tanaman siap tanam. Selain itu media tanam yang baik memiliki komposisi yang tepat. Komposisi media tanam yang tepat dapat menunjang tingkat keberhasilan dalam penyetekan. Media tanam yang umum digunakan untuk setek oleander adalah tanah dengan campuran kompos dan arang sekam. Berdasarkan hasil analisis kimia pada media tanam yang dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, campuran media tanam tanah, kompos dan arang sekam memiliki kadar C-organik dan kandungan K-potensial yang tinggi sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman (Yulistyani dkk., 2014). Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai berbagai bahan setek dan komposisi media tanam yang tepat untuk perbanyakan tanaman oleander secara vegetatif (setek) Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh berbagai bahan setek terhadap pertumbuhan setek oleander. 2. Pengaruh komposisi media tanam terhadap petumbuhan setek oleander.

22 3. Pengaruh interaksi berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander Dasar Pengajuan Hipotesis Menurut Sitompul dan Guritno (1995), pertumbuhan secara luas dipengaruhi oleh: (1) faktor genetik (internal), meliputi; respirasi, laju fotosintesis, kapasitas penyimpanan cadangan makanan, aktivitas enzim, diferensiasi, (2) faktor lingkungan (eksternal), meliputi; iklim (cahaya, air, dan temperatur), tanah, (3) teknik budidaya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik adalah sumber bahan setek, dan perlakuan terhadap bahan setek. Sumber bahan setek seperti bagian batang (pangkal, tengah, pucuk), akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas (Kantarli, 1993 dalam Danu dan Nurhasybi, 2003). Kemampuan setek membentuk akar dan tunas dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon (auksin) yang tercermin pada nisbah C dan N. Setek yang mengandung karbohidrat dan nitrogen yang cukup akan mempermudah pembentukan akar dan tunas setek. Bahan setek bagian pangkal dan tengah memiliki nisbah C, N yang ideal sehingga memungkinkan bahan setek dapat tumbuh dengan baik (Hardjanti, 2005). Bahan setek yang berasal dari pucuk seringkali masih terlalu muda sehingga lunak mengakibatkan setek menjadi lemah dan akhirnya mati (Supari 1999 dalam Hardjanti, 2005). Batang bagian pangkal, tengah dan pucuk merupakan bagian tanaman yang telah mengalami masa perkembangan yang berbeda, karena itu

23 sangat memungkinkan jika kualitas bahan tanam atau jumlah substrat yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan awal tanam juga berbeda (Hardjadi, 1994). Menurut hasil penelitian Hardjanti (2005), penggunaan bahan setek tanaman adenium yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan daun, serta jumlah akar dan berat segar tanaman. Penggunaan bahan setek dari pangkal paling baik diantara asal bahan setek yang lain ditunjukkan oleh jumlah tunas dan daun, serta jumlah akar dan berat segar tanaman tertinggi pada setek adenium. Menurut hasil penelitian Yulistyani dkk. (2014), bahan setek tanaman ara yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk tidak berpengaruh nyata pada 2 dan 4 MST, sedangkan 6, 8 dan 10 MST terlihat bahwa asal setek memberikan pengaruh terhadap panjang tunas. Setek yang berasal dari bagian pangkal batang memiliki tunas yang lebih panjang dibandingkan setek yang berasal dari bagian tengah dan pucuk. Setek yang berasal dari bagian pucuk batang membentuk tunas yang lebih pendek namun tidak berbeda nyata dengan setek yang berasal dari bagian tengah pada setek tanaman ara. Sedangkan hasil penelitian Saleh (2005), perlakuan asal setek berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit nilam yang ditunjukkan oleh panjang akar, jumlah akar, berat kering akar dan berat kering tunas. Berat kering akar dan berat kering tunas tertinggi dihasilkan oleh setek batang asal tengah. Untuk panjang akar setek batang asal tengah dan pangkal lebih baik daripada asal pucuk, dan jumlah akar

24 terbanyak ditunjukan oleh setek batang asal pangkal yang terbaik pada setek nilam. Tjasadiharja (1980) melaporkan bahwa penggunaan media tanam mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bibit yang baik. Faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan media tanam adalah tingkat kelembaban, ph, kandungan unsur hara N, P, K dan kadar C-organik yang terkandung di dalam media tanam. Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai tingkat kesuburan yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi. Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Hakim dkk. (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Untuk menambah unsur-unsur yang diperlukan dalam pertumbuhan bibit tanaman, media tanam dapat dicampur dengan pemberian kompos, arang sekam dan bahan organik lainnya. Hesse (1984) dalam Trisilawati dan Atekan (2007) menyatakan bahwa penggunaan kompos pada media pembibitan memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat meningkatkan ketersediaan beberapa hara makro, kapasitas tukar kation tanah, stabilitas agregat tanah, daya sanggah tanah (buffer), dan aktivitas mikroorganisme tanah. Arang sekam merupakan media yang bersifat porous, ringan dan cukup menahan air ditambah lagi dengan kandungan karbon (C) yang tinggi untuk meningkatkan kesuburan media tanam. Kandungan silikat yang tinggi pada arang sekam dapat

25 menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Zulfitri, 2005). Campuran media tanam tanah, kompos dan arang sekam dengan komposisi tertentu dapat menyediakan lingkungan atau kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar dan dapat menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda pula bagi tanaman. Menurut hasil penelitian Sugiyanto (2012), perlakuan komposisi media tanam terlihat berpengaruh pada umur 6 MST terhadap parameter luas daun per tanaman, Dimana komposisi media tanam tanah, arang sekam dan kompos (1 : 2 : 1) menunjukan pengaruh yang paling tinggi terhadap parameter luas daun dibandingkan komposisi media tanah, arang sekam, kompos (1 : 1 : 1) dan (2 : 1 : 1) pada setek kumis kucing. Menurut hasil penelitian Suharsi dan Andiani (2013), komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas. Komposisi tanah, kompos dan arang sekam (2 : 1 : 1) cenderung menghasilkan persentase setek hidup, bobot basah dan bobot kering lebih tinggi dibandingkan komposisi media pasir malang, tanah, kompos (2 : 2 : 1) dan komposisi media cocopeat, tanah, kompos (3 : 2 :1) pada setek sansevieria. Diduga dengan penggunaan berbagai bahan setek (pucuk, tengah, pangkal) dan komposisi media tanam yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. Karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh

26 berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bahan setek berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. 2. Komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. 3. Terdapat interaksi antara berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander.

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Oleander dan Syarat tumbuh Taksonomi Tanaman Oleander Kingdom Division Class Order Family Genus : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Gentianales : Apocynaceae : Nerium. Species : Nerium oleander L. Tanaman oleander berasal dari Maroko dan Portugal dan masuk ke dalam famili apocynaceae. Penyebarannya melalui jalur mediterania sampai ke Asia Tenggara. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga mencapai 2-6 meter, dengan batang yang tegak dan bercabang-cabang. Sebagai tanaman hias, oleander cukup popular. Sosok tanamannya rimbun dengan daun pita berwarna hijau tua. Bunganya bergerombol, terlihat cantik dan kontras dengan hijaunya daun. Meskipun cantik, oleander merupakan salah satu jenis tanaman yang beracun.

28 Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu adalah beracun. Namun bukan berarti tanaman ini harus dimusnahkan atau di cabuti, karena bagian daun pada tumbuhan ini justru berkhasiat sebagai obat. Beberapa aktivitas telah banyak dilaporkan antara lain sebagai antikanker, diuretika, mengobati herpes (Perry, 1980 dalam Wahyuningsih dkk., 2004), antibakteri, antijamur, ekspektoran, insektisida, bengkak, penguat jantung (Siddiqui dkk., 1997 dalam Hembing, 1993). Kandungan senyawa kimia yang tedapat pada oleander yaitu Triterpen, Glikosida jantung, Oleanderol, Asam kanerat dan Kanerin. Di Indonesia sendiri belum ada data dan laporan yang menyebutkan kasus-kasus keracunan yang secara spesifik berkaitan dengan tanaman oleander karena berbagai alasan, mulai dari ketidaktahuan korban, belum adanya perhatian terhadap potensi ancaman racun dari oleander, hingga kemungkinan salah deteksi Morfologi Tanaman Oleander Ciri-ciri umum tanaman oleander adalah bentuknya yang perdu berupa semaksemak. Oleander mempunyai daun yang keras dan tajam. Daun pokok oleander tersusun dalam pusaran dan letaknya berpasang-pasangan. Daun ini berwarna hijau gelap dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-2 cm. Bentuk daun seperti garis berlawanan arah dan bertepi rata. Bunga oleander memiliki bermacam-macam warna mulai dari putih atau kelabu, merah keungu atau kuning kemerahan. Bunga berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi mahkota bunga pusat. Bunga ini terletak diujung cabang dan mempunyai diameter sekitar 2,5-5 cm.

29 Buah oleander berbentuk kapsul sempit dengan panjang cm, bulat beralur memanjang dengan banyak biji yang berambut. Buah akan memecah saat matang untuk mengeluarkan biji-biji halus, biji tersebut digunakan untuk perbanyakan generatif. Batang dan cabang tanaman oleander yang berupa semak secara rutin tumbuh dengan tegak lurus dan tidak akan layu. Pohon tumbuh dengan beberapa cabang tetapi dapat tumbuh dengan batang tunggal. Batang oleander berkayu dan keras. Cabang oleander tumbuh tegak lurus dan rantingnya tebal serta berwarna hijau. Tanaman oleander memiliki akar serabut yang tumbuh lurus ke dalam tanah untuk memperkokoh batang tumbuhan. Karena akar ini muncul dari pangkal batang, maka seringkali akar ini terlihat dipermukaan tanah. Akar serabut pada oleander memiliki cabang-cabang akar yang berguna untuk memperluas bidang penyerapan dan memperkokoh berdirinya tumbuhan. Nerium oleander dapat tumbuh pada ketinggian m di atas permukaan laut. Oleander membutuhkan setidaknya 4 jam terkena sinar matahari langsung dan rata-rata temperatur yang dibutuhkan sekitar 21-29º C. Oleander dapat tumbuh di daerah subtropis dan dapat tumbuh pada suhu -10º C serta pada iklim dingin Perbanyakan Tanaman Oleander Usaha memperbanyak bibit oleander dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

30 generatif dan secara vegetatif. Untuk mendapatkan bibit oleander dalam jumlah besar secara cepat, dengan jumlah tanaman dan produksi bunga yang bermutu baik dapat dilakukan dengan teknik perbanyakan secara vegetatif yaitu setek. Setek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan mengunakan bagian batang, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, setek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Tanaman yang diperbanyak dengan cara vegetatif setek umumnya akan lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari perbanyakan generatif (Pudjiono, 1996 dalam Hardjanti, 2005). Keberhasilan perbanyakan dengan cara setek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Perbanyakan tanaman oleander dapat dilakukan dengan setek batang (Hembing, 1993). Bahan tanaman setek diambil dari tanaman induk yang sehat, telah berbunga dan bebas dari penyakit. Batang dipotong secara miring menggunakan pisau atau gunting yang tajam dan steril dengan panjang 10 cm. Pemotongan secara miring berfungsi agar tempat tumbuh akar lebih banyak. Selanjutnya bahan dapat ditanam di dalam polybag yang telah diisi dengan campuran tanah, kompos dan arang sekam.

31 Keunggulan tekhnik perbanyakan dengan setek adalah pembiakan bibit dapat dilakukan secara masal, kualitas tanaman yang sudah seragam, mempunyai sifat yang sama dengan induknya, tidak terkendala musim atau waktu, tekhnik pengerjaan yang tidak rumit sehingga mudah dilakukan (Widiarto, 1996). Sedangkan kelemahan pembiakan dengan tekhnik setek adalah perakaran kurang baik karena tidak memiliki akar tunggang, tanaman tidak tahan kekeringan pada saat musim kemarau panjang Media Tanam Media tanam sangat mempengaruhi keberhasilan setek, tidak mudah memadat, menyerap dan melepaskan unsur hara secara bertahap terutama saat penambahan unsur hara. Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tanaman, yang tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Badan penyusun tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi tanah untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah dan sebagai penyedia penyimpanan air. Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi gembur sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman.

32 Menurut Ashari (2006), media perakaran pada organ tanaman yang disetek berfungsi untuk menjaga setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup. Menurut Heneuhili (2008), kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan organik seperti tanaman, hewan dan limbah organik lainnya. Kompos dapat meningkatkan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi untuk membantu tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah dan membentuk senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kandungan yang terdapat di dalam kompos yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP) adalah kadar air (39%), C-Organik (19%), N (2,18%), P205 (0,25%), K20 (0,94%), Cd (0,92 ppm), As (0,73 ppm), Pb (2 ppm), bakteri Fecal Coli (<10 mpn/gr). Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini menguntungkan sebagai media tanam untuk mendukung perbaikan struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih baik, arang sekam juga berguna untuk menambah kadar kalium dalam tanah. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), Kalsium (0,14%), selain itu juga mengandung Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Pemilihan komponen campuran media harus mempertimbangkan tiga faktor, yaitu sifat fisik, sifat kimia dan faktor ekonomi. Sehubungan dengan sifat fisik dan kimianya, yang terpenting adalah media tanam tersebut dapat menyediakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman yaitu, mempunyai aerasi dan

33 drainase yang baik, mempunyai daya ikat air yang tinggi, menyediakan hara yang cukup, serta bebas dari jamur dan bakteri patogen. Selanjutnya, komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m 1 ), 2 : 1 : 1 (m 2 ), dan 1 : 1 : 2 (m 3 ) diharapkan dapat menjadi alternatif media tanam yang memenuhi kriteria tersebut.

34 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Prasanti, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, pada bulan Juni sampai bulan Agustus Bahan dan Alat Bahan setek yang digunakan adalah setek batang yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk dengan panjang 10 cm, tanah, tanah liat, kompos limbah kotoran sapi yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP), arang sekam dan ZPT Atonik. Alat-alat yang digunakan adalah gunting setek, timbangan digital, hand sprayer, mistar, kertas tabel, polybag, pisau cater, paranet, ember, tali rapia, bambu, cangkul, ayakan pasir, dan alat tulis Metode Penelitian Rancangan percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah berbagai bahan setek (S) yang terdiri dari bahan setek yang berasal dari pangkal (s₁), bahan setek yang berasal dari tengah (s₂), bahan setek yang berasal dari pucuk (s₃). Faktor

35 kedua komposisi media tanam (M) yang terdiri dari tanah/kontrol (m₀), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1: 1 (m₂), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1: 2 (m₃), terdapat 12 kombinasi perlakuan yaitu S₁m₀, S₁m₁, S₁m₂, S₁m₃, S₂m₀, S₂m₁, S₂m₂, S₂m₃, S₃m₀, S₃m₁, S₃m₂, S₃m₃, dan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman dan diambil 5 tanaman pada setiap satuan percobaan sebagai sampel. Data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketakaditifan dengan uji Tuckey, setelah homogen diolah dengan analisis ragam, apabila terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 % Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam Penyiapan media tanam dimulai dengan pengambilan tanah, kemudian diayak untuk memisahkan tanah dari batu, kaca, kerikil, atau sampah plastik. Tanah yang sudah lolos saringan pasir dicampur dengan kompos dan arang sekam sesuai perlakuan masing-masing menggunakan perbandingan volume ember, kemudian dimasukan dalam polybag ukuran 15 cm x 22 cm sebanyak ¾ bagian. Jarak antar petak dalam ulangan yaitu 50 cm sedangkan jarak antar plot pada setiap ulangan yaitu 30 cm.

36 Persiapan Bahan Setek Bahan tanaman setek diambil dari tanaman induk yang sehat, telah berbunga dan bebas dari penyakit. Batang dipotong secara miring menggunakan gunting setek yang tajam dan steril dengan panjang 10 cm. berfungsi agar tempat tumbuh akar lebih banyak. Pemotongan secara miring Bahan setek yang telah dipotong dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu kelompok (1) pangkal, (2) tengah, (3) pucuk. Selanjutnya bahan setek direndam dalam larutan ZPT Atonik dengan dosis 1 ml/1 liter air selama 15 menit Penanaman dan Pemeliharaan Bahan setek yang telah direndam dengan ZPT Atonik dan dikering anginkan selanjutnya dibungkus dengan tanah liat, kemudian ditanam ke dalam polybag yang telah berisi media tanam dengan komposisi sesuai dengan perlakuan masingmasing dengan kedalaman 5 cm. Pemeliharaan bibit antara lain penyiraman, pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiap 2 hari sekali pada pagi dan sore hari. Sedangkan pengendalian gulma, hama dan penyakit dlakukan dengan cara penyiangan pada waktu gulma mulai tumbuh, dengan mencabut gulma tersebut dan penggunaan pestisida jenis insektisida dan fungisida sesuai konsentrasi yang dianjurkan dengan cara penyemprotan Pengamatan Pengamatan untuk peubah jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar tepanjang dilakukan pada 5 tanaman sampel yang telah ditentukan sebelumnya, untuk pengamatan persentase tumbuh menggunakan semua tanaman,

37 sedangkan untuk peubah LDK, LPR dan LAB hst menggunakan 2 tanaman sampel. Peubah yang diamati meliputi : 1. Kecepatan tumbuh tunas (hst) Data kecepatan tumbuh tunas diperoleh dengan cara menghitung waktu atau hari tumbuhnya tunas yang sudah terbuka sempurna sebanyak 70%. 2. Persentase tumbuh (%) Persentase tumbuh dilakukan dengan cara menghitung jumlah setek yang hidup dibagi dengan jumlah setek yang ditanam dikali 100 %, pada masing-masing percobaan. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian). 3. Jumlah tunas (cabang) Jumlah tunas diperoleh dengan cara menghitung semua tunas yang muncul pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak 35 hari setelah tanam sampai 90 hari setelah tanam (akhir penelitian). 4. Tinggi tunas tertinggi (cm) Data tinggi tunas dilakukan dengan cara mengukur tinggi tunas yang paling tinggi dari tunas yang muncul dari pangkal keluarnya tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak 35 hari setelah tanam sampai 90 hari setelah tanam (akhir penelitian). 5. Jumlah akar (buah) Jumlah akar diperoleh dengan menghitung seluruh akar yang muncul dari kalus selama pembibitan. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).

38 6. Panjang akar terpanjang (cm) Data panjang akar diperoleh dengan cara mengukur akar dari pangkal batang hingga bagian ujung akar terpanjang dari akar yang terbentuk. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian). 7. Luas Daun Khusus (LDK) hst (cm²/g) Luas Daun Khusus dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : LDK hst = (LA2/W2 + LA1/W1)/2 8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) hst (g/g/hari) Laju Pertumbuhan Relatif dihitung dengan rumus sebagai berikut: LPR hst = (In W2-In W1)/( T2-T1) 9. Laju Asmilasi Bersih (LAB) hst (g/ cm²/hari) Laju Asmilasi Bersih dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : LAB hst = (W2-W1)/(T2-T1)x(In LA2-In LA1)/( LA2- LA1) Untuk pengamatan LDK, LPR dan LAB, Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 45 dan 52 hari setelah tanam, tanaman dikeringkan sampai berat konstan dan dirata-ratakan. Ket: LA1 =Luas daun pada pengamatan awal (cm²) LA2 = Luas daun pada pengamatan akhir(cm²) W1 = Berat kering tanaman pada pengamatan awal (g) W2 = Berat kering tanaman pada pengamatan akhir (g) T1 = Waktu pengamatan awal (45hst) T2 = Waktu pengamatan akhir (52 hst)

39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kecepatan Tumbuh Tunas Dari hasil analisis ragam (lampiran 7) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh tunas, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa untuk kecepatan tumbuh tunas dari setek pangkal sama dengan setek tengah dan tunas lebih cepat tumbuh daripada bahan setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) memberikan pengaruh lebih baik terhadap kecepatan tumbuh tunas dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁) dan tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ).

40 Tabel 1. Kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek Komposisi media tanam (m) Rata-rata (s) m₀ m₁ m 2 m 3...hari... Pangkal (s₁) 25,33 33,33 28,00 34,67 30,33 A Tengah (s₂) 26,33 31,33 28,00 36,67 30,58 A Pucuk (s₃) 40,67 45,33 41,33 47,33 43,67 B Rata-rata 30,78 a 36,66 b 32,44 a 39,56 b BNT S = 2,55 BNT M = 2,94 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Persentase Setek Tumbuh Dari hasil analisis ragam (lampiran 11) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase setek tumbuh, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa setek yang berasal dari pangkal dan tengah menghasilkan persentase setek hidup lebih tinggi 27% dan 23% dibandingkan dengan setek yang berasal dari pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) memberikan persentase setek hidup yang lebih tinggi 25% dan 20% dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ).

41 Tabel 2. Persentase Setek Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek Komposisi media tanam (m) Rata-rata (s) m₀ m 1 m 2 m 3... %... Pangkal (s₁) 76,67 68,33 75,00 63,33 70,83 B Tengah (s₂) 75,00 65,00 71,67 63,33 68,75 B Pucuk (s₃) 65,00 50,00 61,67 46,67 55,84 A Rata-rata 72,22 b 61,11 a 69,45 b 57,78 a BNT S = 3,93 BNT M = 4,54 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Jumlah Tunas Dari hasil analisis ragam (lampiran 15) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa setek pangkal dan tengah menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak 51% dan 50% daripada setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) memberikan pengaruh lebih baik 37% dan 30% terhadap jumlah tunas dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m 1 ).

42 Jumlah Tunas (buah) Tabel 3. Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek Komposisi media tanam (m) Rata-rata (s) m 0 m 1 m 2 m 3...buah... Pangkal (s₁) 3,00 2,20 2,53 2,40 2,53 B Tengah (s₂) 2,80 1,93 2,93 2,40 2,52 B Pucuk (s₃) 1,93 1,53 1,93 1,33 1,68 A Rata-rata 2,58 b 1,89 a 2,46 b 2,04 a BNT S = 0,21 BNT M = 0,25 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0, Hari Setelah Tanam (HST) s1m0 s1m1 s1m2 s1m3 s2m0 s2m1 s2m2 s2m3 s3m0 s3m1 s3m2 s3m3 Gambar 1. Grafik Jumlah Tunas Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah tunas terbanyak dihasilkan oleh setek pangkal dan tengah dengan media tanam tanah/kontrol (m 0 ) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan (2 : 1 : 1) (m 2 ).

43 Tinggi Tunas Tertinggi Dari hasil analisis ragam (lampiran 19) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa setek pangkal menghasilkan tunas tertinggi 42%, kemudian diikuti setek tengah 34% dibandingkan dengan setek pucuk yang menghasilkan tinggi tunas terendah. Komposisi media tanam yang menghasilakan tunas tertinggi adalah media tanah/kontrol (m₀) diikuti dengan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ), komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m 1 ), sedangkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ) menghasilkan tinggi tunas terendah. Tabel 4. Tinggi Tunas Tertinggi oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek (s) Komposisi media tanam (m) m₀ m 1 m2 m3 Rata-rata...cm... Pangkal (s₁) 13,19 7,06 11,19 6,18 9,40 C Tengah (s₂) 12,08 6,40 11,05 6,13 8,92 B Pucuk (s₃) 9,33 4,64 8,45 4,13 6,64 A Rata-rata 11,53 d 6,03 b 10,23 c 5,48 a BNT S = 0,46 BNT M = 0,54 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

44 Tinggi Tunas (cm) 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Hari Setelah Tanam (HST) s1m0 s1m1 s1m2 s1m3 s2m0 s2m1 s2m2 s2m3 s3m0 s3m1 s3m2 s3m3 Gambar 2. Grafik Tinggi Tunas Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tunas tertinggi dihasilkan oleh setek pangkal dengan media tanam tanah/kontrol (m₀) Jumlah Akar Dari hasil analisis ragam (lampiran 21) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, dan terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa pengaruh bahan setek tergantung pada komposisi media tanam, dan sebaliknya. Pengaruh komposisi media tanam pada masing-masing asal bahan setek menunjukkan bahwa jumlah akar pada komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) sama dengan media tanam tanah/kontrol (m₀) untuk asal bahan setek tengah, sedangkan untuk asal bahan setek pangkal dan pucuk, jumlah akar terbanyak

45 terdapat pada media tanam tanah/kontrol (m₀). Kombinasi perlakuan terbaik untuk jumlah akar yaitu pada bahan setek pangkal yang ditanam pada media tanam tanah/kontrol (m₀). Tabel 5. Jumlah Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek (s) Komposisi media tanam (m) m₀ m 1 m 2 m 3... buah... Pangkal (s₁) 22,40 B 13,00 B 20,13 B 12,87 B c a b a Tengah (s₂) 21,00 B 12,73 B 20,47 B 12,40 B b a b a Pucuk (s₃) 13,33 A 10,47 A 11,33 A 10,40 A b a a a BNT S x M = 1,99 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Panjang Akar Terpanjang Dari hasil analisis ragam (lampiran 25) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang akar, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa setek pangkal menghasilkan akar terpanjang 43% daripada setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) menghasilkan akar terpanjang 24% dibandingkan dengan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ).

46 Tabel 6. Panjang Akar Terpanjang oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek Komposisi media tanam (m) Rata-rata (s) m₀ m 1 m 2 m 3... cm... Pangkal (s₁) 9,06 7,10 7,23 6,85 7,56 C Tengah (s₂) 8,03 6,29 6,85 6,18 6,84 B Pucuk (s₃) 5,48 5,17 5,36 5,13 5,29 A Rata-rata 7,52 b 6,19 a 6,48 a 6,05 a BNT S = 0,44 BNT M = 0,51 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Luas Daun Khusus Rata-Rata (LDK) hst Dari hasil analisis ragam (lampiran 29) terlihat bahwa komposisi media tanam memberikan pengaruh terhadap Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst, tetapi bahan setek tidak berpengaruh dan tidak terdapat interaksi kedua faktor tersebut. Hasil uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) menghasilkan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst tertinggi 52% dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ), dalam hal ini tidak berbeda dengan media tanam tanah/kontrol (m₀). Sedangkan bahan setek asal pangkal, tengah, dan pucuk menghasilkan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst yang sama.

47 Tabel 7. Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek Komposisi media tanam (m) Rata-rata (s) m₀ m 1 m 2 m 3... cm²/g... Pangkal (s₁) 35,11 25,83 32,50 19,16 28,15 Tengah (s₂) 23,19 25,46 37,77 22,74 27,29 Pucuk (s₃) 32,03 20,15 24,89 21,72 24,70 Rata-rata 30,11 b 23,81 a 31,72 b 21,21 a BNT S = 5,03 BNT M = 5,80 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Laju Pertumbuhan Relatif Rata-Rata (LPR) hst Dari hasil analisis ragam (lampiran 33) terlihat bahwa bahan setek, komposisi media tanam dan interaksi dari kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst. Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bahan setek pangkal, tengah, dan pucuk tidak berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst, demikian juga dengan perbedaan komposisi media tanam.

48 Tabel 8. Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek (s) Komposisi media tanam (m) m₀ m1 m 2 m 3 Rata-rata... g/g/hari... Pangkal (s₁) 0,47 0,20 0,23 0,27 0,30 Tengah (s₂) 0,40 0,40 0,27 0,23 0,36 Pucuk (s₃) 0,27 0,57 0,40 0,40 0,41 Rata-rata 0,38 0,39 0,30 0, Laju Asimilisasi Bersih Rata-Rata (LAB) hst Dari hasil analisis ragam (lampiran 37) terlihat bahwa bahan setek, komposisi media tanam dan interaksi dari kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst. Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bahan setek pangkal, tengah, dan pucuk tidak berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst, demikian juga dengan perbedaan komposisi media tanam.

49 Tabel 9. Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Bahan setek (s) Komposisi media tanam (m) m₀ m 1 m 2 m 3 Rata-rata... g/ cm²/hari... Pangkal (s₁) 3,40 0,90 0,50 1,20 1,60 Tengah (s₂) 1,87 4,13 0,73 1,03 2,24 Pucuk (s₃) 0,87 2,80 1,67 1,87 1,78 Rata-rata 2,05 2,61 0,97 1, Pembahasan Dari hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan terjadi interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam terhadap jumlah akar. Setek pucuk menghasilkan akar lebih banyak apabila ditanam di media tanam tanah/kontrol (m₀). Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) menghasilkan jumlah akar yang sama banyak untuk asal bahan setek tengah. Sedangkan untuk asal bahan setek pangkal yang ditanam pada media tanam tanah/kontrol (m₀) merupakan perlakuan kombinasi terbaik untuk jumlah akar. Media tanam tanah/kontrol (m 0 ) memiliki tingkat kepadatan yang baik sehingga mampu menopang batang setek agar tidak mudah goyah saat penyiraman yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pembentukan akar, selain itu media tanah/kontrol (m 0 ) memiliki tingkat kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan awal tanam penyetekan terutama bagi pembentukan akar.

50 Perlakuan berbagai bahan setek berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek oleander terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang namun tidak berpengaruh terhadap Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst, Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst dan Laju Asimilasi Bersih ratarata (LAB) hst. Bahan setek yang berasal dari pangkal dan tengah menghasilkan kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, dan jumlah tunas terbanyak daripada bahan setek yang berasal dari pucuk. Sedangkan tunas tertinggi, jumlah akar terbanyak, dan akar terpanjang dihasilkan oleh bahan setek asal pangkal. Hal ini diduga bahan setek asal pangkal dan tengah selain mata tunasnya telah dewasa dan lebih siap untuk tumbuh menghasilkan tanaman baru, cadangan makanan dan hormon yang terkandung didalamnya juga lebih tinggi. Menurut Widiarto (1996), bahan setek yang digunakan akan memiliki daya tumbuh yang tinggi dan menghasilkan tunas lebih cepat dan seragam apabila memiliki mata tunas yang subur dan tidak dorman. Selanjutnya Pandey and Sinha, 1979 dalam Saleh, 2005 menjelaskan bahwa mata tunas subur biasanya terdapat pada bahan setek yang timbunan hasil fotosintesis dan hormonnya tinggi. Penimbunan hasil fotosintesis dan hormon tumbuh pada bagian tanaman tertentu dapat mematahkan dormansi mata tunas. Bahan setek asal pucuk secara umum menghasilkan bibit paling rendah dilihat dari peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang. Hal ini diduga

51 pada bahan setek asal pucuk sel-sel penyusun jaringan tanaman masih aktif tumbuh dan belum dewasa, sehingga mata tunas yang ada tingkat pertumbuhannya belum sempurna. Selain itu terdapat hormon sejenis auksin diujung bahan setek yang menyebabkan mata tunas yang ada diruas-ruas tanaman menjadi dorman, sementara jaringan pertumbuhan meristematik diujung bahan setek mengalami stagnasi karena suplai hasil fotosintesis menurun akibat belum adanya akar tanaman yang mencari unsur hara dan air untuk diolah dalam proses fotosintesis (Saleh, 2005). Lebih lanjut Abidin (1987) dalam Saleh (2005) menyatakan bahwa kalus adalah jaringan baru yang terbentuk pada bagian tanaman yang terluka maupun terbentuk pada pangkal batang setek. Pembentukan setek akan lebih cepat terjadi apabila bahan yang digunakan sudah dewasa, ini disebabkan karena bahan setek yang sudah dewasa memiliki kandungan cadangan makanan yang cukup dan perkembangan sel sel jaringan tanaman sudah sempurna, sehingga bahan setek asal pucuk secara umum menghasilkan bibit paling rendah dan yang paling baik adalah bahan setek asal pangkal dan tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar, panjang akar terpanjang dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst, namun tidak berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst dan Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1

52 (m 2 ) memberikan hasil yang lebih baik terhadap parameter kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst. Sedangkan tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang dihasilkan oleh media tanam tanah/kontrol (m 0 ). Media tanam tanah/kontrol (m₀) memiliki tingkat kepadatan yang sesuai untuk pertumbuhan awal setek karena dapat menopang dan meminimalisir batang setek agar tidak mudah goyah saat penyiraman yang dapat menyebabkan kegagalan pembentukan akar dalam penyetekan, selain itu media tanam tanah/kontrol (m₀) mampu memberikan kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan awal tanam penyetekan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ashari (2006), media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman yang disetek yaitu media yang dapat menjaga setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup. Berdasarkan hasil yang dilihat dari beberapa parameter pengamatan, komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) memberikan hasil yang sama baiknya dengan media tanam tanah/kontrol (m₀), hal ini diduga karena media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m 2 ) memiliki porsi tanah yang masih besar. Penggunaan media tanam dengan berbagai komposisi menghasilkan kondisi lingkungan dan struktur media tanam yang berbeda sehingga mempunyai pengaruh yang berbeda pula bagi setiap tanaman. Komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m 1 ) dan tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ) menghasilkan bibit terendah dilihat dari semua parameter pengamatan. Hal ini diduga komposisi media tanam tanah : kompos :

53 arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m 1 ) dan tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m 3 ) memiliki tingkat porositas yang tinggi sehingga tidak sesuai untuk pertumbuhan setek oleander. Setek dapat dikatakan berhasil apabila terlebih dahulu terbentuk akar yang sehat dan kuat. Dengan demikian akan terjadi proses penyerapan unsur hara dan air dari media tanam yang kemudian akan diangkut melalui xilem sebagai suplai untuk memberi nutrisi dan energi bagi pertumbuhan setek selanjutnya. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup setek antara lain adalah media tanam. Selanjutnya Rein et al. (1991) dalam Yulistyani dkk. (2014) menyatakan bahwa tingkat kelembaban media tanam akan berpengaruh terhadap kemampuan setek dalam menyerap air dan mempercepat pertumbuhan akar primer.

54 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Bahan setek asal pangkal menunjukan pertumbuhan setek yang sama baiknya dengan bahan setek asal tengah, terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, dan jumlah tunas. 2. Media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan hasil yang sama baiknya terhadap peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst. 3. Terdapat interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam pada jumlah akar. 5.2 Saran Untuk menghasilkan bibit oleander yang baik dan cepat layak tanam sebaiknya bahan setek yang digunakan adalah yang berasal dari pangkal dan tengah. Sedangkan media tanam yang cocok bagi pertumbuhan setek oleander adalah media tanam yang memiliki tekstur padat.

55 Lampiran 4. Data kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Ratarata s₁m₀ 24,00 28,00 24,00 76,00 25,33 s₁m₁ 36,00 30,00 34,00 100,00 33,33 s₁m₂ 26,00 34,00 24,00 84,00 28,00 s₁m₃ 36,00 30,00 38,00 104,00 34,67 s₂m₀ 24,00 29,00 26,00 79,00 26,33 s₂m₁ 30,00 32,00 32,00 94,00 31,33 s₂m₂ 24,00 30,00 30,00 84,00 28,00 s₂m₃ 38,00 34,00 38,00 110,00 36,67 s₃m₀ 42,00 40,00 40,00 122,00 40,67 s₃m₁ 44,00 44,00 48,00 136,00 45,33 s₃m₂ 40,00 44,00 40,00 124,00 41,33 s₃m₃ 44,00 50,00 48,00 142,00 47,33 Jumlah 408,00 425,00 422, ,00 418,33 Rata-rata 34,00 35,42 35,17 104,58 34,86 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 32,54 > X2 tabel = 19,7 Lampiran 5. Analisis ragam kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 13,72 6,86 0,76 tn 3,44 Bahan setek (S) ,05 698,03 77,19 * 3,44 K. Media tanam (m) 3 430,30 143,43 15,86 * 3,05 Interaksi 23,28 3,88 0,43 tn 2,55 Galat ,95 9,04 Non aditif 1 2,43 2,43 0,26 tn 4,18 Sisa ,52 9,36 Total ,30 KK = 8,63 % Keterangan: * = berbeda nyata KK = koefisien keragaman tn = tidak berbeda nyata

56 Lampiran 6. Data kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi ( x)) Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rat-rata s₁m₀ 4,90 5,29 4,90 15,09 5,03 s₁m₁ 6,00 5,48 5,83 17,31 5,77 s₁m₂ 5,10 5,83 4,90 15,83 5,28 s₁m₃ 6,00 5,48 6,16 17,64 5,88 s₂m₀ 4,90 5,39 5,10 15,39 5,13 s₂m₁ 5,48 5,66 5,66 16,80 5,60 s₂m₂ 4,90 5,48 5,48 15,86 5,29 s₂m₃ 6,16 5,83 6,16 18,15 6,05 s₃m₀ 6,48 6,33 6,33 19,14 6,38 s₃m₁ 6,63 6,63 6,93 20,19 6,73 s₃m₂ 6,32 6,63 6,33 19,28 6,43 s₃m₃ 6,63 7,07 6,93 20,63 6,88 Jumlah 69,50 71,10 70,71 211,31 70,44 Rata-rata 10,69 10,94 10,88 32,51 10,84 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 7. Analisis ragam kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,11 0,06 0,80 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 9,70 4,85 69,03* 3,44 K. Media tanam (m) 3 3,22 1,07 15,28* 3,05 Interaksi 0,26 0,04 0,62 tn 2,55 Galat 22 1,55 0,07 Total 35 14,83 KK = 4,52 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata

57 Lampiran 8. Data persentase tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 75,00 70,00 85,00 230,00 76,67 s₁m₁ 75,00 65,00 65,00 205,00 68,33 s₁m₂ 80,00 75,00 70,00 225,00 75,00 s₁m₃ 60,00 65,00 65,00 190,00 63,33 s₂m₀ 75,00 80,00 70,00 225,00 75,00 s₂m₁ 70,00 60,00 65,00 195,00 65,00 s₂m₂ 75,00 70,00 70,00 215,00 71,67 s₂m₃ 65,00 65,00 60,00 190,00 63,33 s₃m₀ 60,00 70,00 65,00 195,00 65,00 s₃m₁ 55,00 45,00 50,00 150,00 50,00 s₃m₂ 65,00 60,00 60,00 185,00 61,67 s₃m₃ 45,00 45,00 50,00 140,00 46,67 Jumlah 800,00 770,00 775, ,00 781,67 Rata-rata 66,67 64,17 64,58 195,42 65,14 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 41,90 > X2 tabel = 19,7 Lampiran 9. Analisis ragam persentase tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 43,06 21,53 1,00 tn 3,44 Bahan setek (S) ,73 792,36 36,81* 3,44 K. Media tanam (m) ,09 417,36 19,39* 3,05 Interaksi 6 70,83 11,80 0,55tn 2,55 Galat ,60 21,53 Non aditif 1 0,08 0,08 0,00tn 4,18 Sisa ,51 22,54 Total ,31 KK = 7,12 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

58 Lampiran 10. Data persentase tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi ( x) Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 8,66 8,37 9,22 26,25 8,75 s₁m₁ 8,66 8,06 8,06 24,78 8,26 s₁m₂ 8,94 8,66 8,37 25,97 8,66 s₁m₃ 7,74 8,06 8,06 23,86 7,95 s₂m₀ 8,66 8,94 8,37 25,97 8,66 s₂m₁ 8,37 7,75 8,06 24,18 8,06 s₂m₂ 8,66 8,37 8,37 25,40 8,47 s₂m₃ 8,06 8,60 7,75 24,41 8,14 s₃m₀ 7,75 8,37 8,06 24,18 8,06 s₃m₁ 7,42 6,71 7,07 21,20 7,07 s₃m₂ 8,06 7,75 7,75 23,56 7,85 s₃m₃ 6,71 6,71 7,07 20,49 6,83 Jumlah 97,69 96,35 96,21 290,25 96,75 Rata-rata 8,14 8,03 8,02 24,19 8,06 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 11. Analisis ragam persentase tumbuh oleander akibat pengaruhbahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,11 0,06 0,58 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 6,76 3,38 35,00* 3,44 K. Media tanam (m) 3 4,49 1,50 15,51* 3,05 Interaksi 0,62 0,10 1,07 tn 2,55 Galat 22 2,12 0,10 Total 35 14,11 KK = 3,85 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata

59 Lampiran 12. Data jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan Ratarata Jumlah I II III s₁m₀ 3,00 2,80 3,20 9,00 3,00 s₁m₁ 2,00 2,20 2,40 6,60 2,20 s₁m₂ 2,40 2,60 2,60 7,60 2,53 s₁m₃ 2,40 2,20 2,60 7,20 2,40 s₂m₀ 2,80 2,60 3,00 8,40 2,80 s₂m₁ 2,20 1,80 1,80 5,80 1,93 s₂m₂ 3,20 3,00 2,60 8,80 2,93 s₂m₃ 2,00 2,60 2,60 7,20 2,40 s₃m₀ 1,60 2,00 2,20 5,80 1,93 s₃m₁ 2,00 1,40 1,20 4,60 1,53 s₃m₂ 2,00 1,80 2,00 5,80 1,93 s₃m₃ 1,20 1,40 1,40 4,00 1,33 Jumlah 26,80 26,40 27,60 80,80 26,93 Rata-rata 2,23 2,20 2,30 6,73 2,24 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 25,73 > X2 tabel = 19,7 Lampiran 13. Analisis ragam jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,06 0,03 0,49 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 5,67 2, * 3,44 K. Media tanam (m) 3 2,94 0,98 15,36* 3,05 Interaksi 6 0,73 0,12 1,91 tn 2,55 Galat 22 1,40 0,06 Non aditif 1 0,02 0,02 0,30 tn 4,18 Sisa 21 1,38 0,06 Total 35 10,81 KK = 11,26 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

60 Lampiran 14. Data jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi ( x+½)) Perlakuan ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 1,87 1,82 1,92 5,61 1,87 s₁m₁ 1,58 1,64 1,70 4,92 1,64 s₁m₂ 1,70 1,76 1,76 5,22 1,74 s₁m₃ 1,70 1,64 1,76 5,10 1,70 s₂m₀ 1,82 1,76 1,87 5,45 1,82 s₂m₁ 1,64 1,52 1,52 4,68 1,56 s₂m₂ 1,92 1,87 1,76 5,55 1,85 s₂m₃ 1,58 1,76 1,76 5,10 1,70 s₃m₀ 1,45 1,58 1,64 4,67 1,56 s₃m₁ 1,58 1,38 1,30 4,26 1,42 s₃m₂ 1,58 1,52 1,58 4,68 1,56 s₃m₃ 1,30 1,38 1,38 4,06 1,35 Jumlah 19,72 19,63 19,95 59,30 19,77 Rata-rata 1,64 1,64 1,66 4,94 1,65 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 15. Analisis ragam jumlah tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (Transformasi ( x+½) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,00 0,00 0,40 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 0,55 0,28 44,48* 3,44 K. Media tanam (m) 3 0,27 0,09 14,64* 3,05 Interaksi 6 0,06 0,01 1,71 tn 2,55 Galat 22 0,14 0,01 Total 35 1,03 KK = 4,78 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata

61 Lampiran 16. Data tinggi tunas tertinggi oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan Ratarata Jumlah I II III s₁m₀ 12,90 14,62 12,04 39,56 13,19 s₁m₁ 6,70 6,96 7,52 21,18 7,06 s₁m₂ 11,64 10,78 11,14 33,56 11,19 s₁m₃ 6,90 6,06 5,59 18,55 6,18 s₂m₀ 12,60 12,56 11,08 36,24 12,08 s₂m₁ 6,06 6,72 6,42 19,20 6,40 s₂m₂ 11,62 10,86 10,66 33,14 11,05 s₂m₃ 6,26 6,24 5,90 18,40 6,13 s₃m₀ 9,48 9,04 9,46 27,98 9,33 s₃m₁ 4,72 4,48 4,72 13,92 4,64 s₃m₂ 8,66 8,42 8,26 25,34 8,45 s₃m₃ 4,10 4,06 4,24 12,40 4,13 Jumlah 101,64 100,80 97,03 299,47 99,82 Rata-rata 8,47 8,40 8,09 24,96 8,32 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 1,46 < X2 tabel = 19,7 Lampiran 17. Analisis ragam tinggi tunas tertinggi oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 1,01 0,50 1,67 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 52,36 26,18 86,92* 3,44 K. Media tanam (m) 3 244,99 81,67 271,16* 3,05 Interaksi 6 3,23 0,54 1,79 tn 2,55 Galat 22 6,63 0,30 Non aditif 1 1,33 1,33 5,25* 4,18 Sisa 21 5,30 0,25 Total ,22 KK = 6,60 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

62 Lampiran 18. Data tinggi tunas tertinggi oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x)) Perlakuan ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 3,59 3,82 3,47 10,88 3,63 s₁m₁ 2,59 2,64 2,74 7,97 2,66 s₁m₂ 3,41 3,28 3,34 10,03 3,34 s₁m₃ 2,63 2,46 2,36 7,45 2,48 s₂m₀ 3,55 3,54 3,33 10,42 3,47 s₂m₁ 2,46 2,59 2,53 7,58 2,53 s₂m₂ 3,41 3,30 3,27 9,98 3,33 s₂m₃ 2,50 2,50 2,43 7,43 2,48 s₃m₀ 3,08 3,01 3,08 9,17 3,06 s₃m₁ 2,17 2,12 2,17 6,46 2,15 s₃m₂ 2,94 2,90 2,87 8,71 2,90 s₃m₃ 2,03 2,02 2,06 6,11 2,04 Jumlah 34,36 34,18 33,65 102,19 34,06 Rata-rata 2,86 2,85 2,80 8,52 2,84 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 19. Analisis ragam tinggi tunas oleander (pengamatan terakhir/ke-9) akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,02 0,01 1,53 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 1,68 0,84 113,66* 3,44 K. Media tanam (m) 3 7,51 2,50 339,83* 3,05 Interaksi 0,03 0,01 0,68 tn 2,55 Galat 22 0,16 0,01 Total 35 9,40 KK = 3,02 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata

63 Lampiran 20. Data jumlah akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 21,60 23,80 21,80 67,20 22,40 s₁m₁ 11,60 14,40 13,00 39,00 13,00 s₁m₂ 19,80 21,20 19,40 60,40 20,13 s₁m₃ 14,00 12,80 11,80 38,60 12,87 s₂m₀ 21,80 21,60 19,60 63,00 21,00 s₂m₁ 11,60 13,00 13,60 38,20 12,73 s₂m₂ 20,00 22,00 19,40 61,40 20,47 s₂m₃ 11,60 14,00 11,60 37,20 12,40 s₃m₀ 12,00 16,20 11,80 40,00 13,33 s₃m₁ 12,40 9,00 10,00 31,40 10,47 s₃m₂ 11,60 11,40 11,00 34,00 11,33 s₃m₃ 10,20 10,60 10,40 31,20 10,40 Jumlah 178,20 190,00 173,40 541,60 180,53 Rata-rata 14,85 15,83 14,45 45,13 15,04 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 15,21 < X2 tabel = 19,7 Lampiran 21. Analisis ragam jumlah akar akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 12,16 6,08 4,42* 3,44 Bahan setek (S) 2 242,48 121,24 88,13* 3,44 K. Media tanam (m) 3 350,22 116,74 84,86* 3,05 Interaksi 6 83,36 13,89 10,10* 2,55 Galat 22 30,27 1,38 Non aditif 1 2,93 2,93 2,25 tn 4,18 Sisa 21 27,34 1,30 Total ,49 KK = 7,80 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

64 Lampian 22. Data panjang akar terpanjang olander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 8,24 10,96 7,98 27,18 9,06 s₁m₁ 6,88 7,22 7,20 21,30 7,10 s₁m₂ 7,10 7,30 7,30 21,70 7,23 s₁m₃ 6,66 7,08 6,80 20,54 6,85 s₂m₀ 7,98 8,56 7,54 24,08 8,03 s₂m₁ 6,14 6,28 6,46 18,88 6,29 s₂m₂ 6,52 7,16 6,88 20,56 6,85 s₂m₃ 5,82 6,02 6,70 18,54 6,18 s₃m₀ 5,46 5,44 5,54 16,44 5,48 s₃m₁ 5,06 5,06 5,40 15,52 5,17 s₃m₂ 5,46 5,16 5,46 16,08 5,36 s₃m₃ 5,08 5,14 5,18 15,40 5,13 Jumlah 76,40 81,38 78,44 236,22 78,74 Rata-rata 6,37 6,78 6,54 19,69 6,56 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 6,13 < X2 tabel = 19,7 Lampiran 23. Analisis ragam panjang akar terpanjang oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 1,04 0,52 1,93* 3,44 Bahan setek (S) 2 32,39 16,19 59,88* 3,44 K. Media tanam (m) 3 11,94 3,98 14,71* 3,05 Interaksi 6 3,96 0,66 2,44 tn 2,55 Galat 22 5,95 0,27 Non aditif 1 2,60 2,60 16,30* 4,18 Sisa 21 3,35 0,16 Total 35 55,28 KK = 7,93 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

65 Lampiran 24. Data panjang akar terpanjang oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x+½)) Perlakuan ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 2,96 3,39 2,91 9,26 3,09 s₁m₁ 2,72 2,78 2,78 8,28 2,76 s₁m₂ 2,76 2,79 2,79 8,34 2,78 s₁m₃ 2,68 2,75 2,70 8,13 2,71 s₂m₀ 2,91 3,01 2,84 8,76 2,92 s₂m₁ 2,58 2,60 2,64 7,82 2,61 s₂m₂ 2,65 2,77 2,72 8,14 2,71 s₂m₃ 2,51 2,55 2,68 7,74 2,58 s₃m₀ 2,44 2,44 2,46 7,34 2,45 s₃m₁ 2,36 2,36 2,43 7,15 2,38 s₃m₂ 2,44 2,38 2,44 7,26 2,42 s₃m₃ 2,36 2,38 2,38 7,12 2,37 Jumlah 31,37 32,20 31,77 95,34 31,78 Rata-rata 2,61 2,68 2,65 7,95 2,65 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 25. Analisis ragam panjang akar terpanjang oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x+½)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,29 0,14 1,98 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 1,16 0,58 79,45* 3,44 K. Media tanam (m) 3 0,37 0,12 17,02* 3,05 Interaksi 6 0,11 0,02 2,50 tn 2,55 Galat 22 0,16 0,01 Total 35 1,83 KK = 3,22 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata

66 Lampiran 26. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 29,38 38,74 37,22 105,34 35,11 s₁m₁ 32,48 23,95 21,07 77,50 25,83 s₁m₂ 43,97 29,60 23,94 97,51 32,50 s₁m₃ 19,24 16,02 22,22 57,48 19,16 s₂m₀ 22,12 23,91 23,54 69,57 23,19 s₂m₁ 19,51 28,04 28,84 76,39 25,46 s₂m₂ 30,88 46,38 36,05 113,31 37,77 s₂m₃ 21,73 18,50 27,98 68,21 22,74 s₃m₀ 41,32 28,86 25,90 96,08 32,03 s₃m₁ 22,07 20,17 18,20 60,44 20,15 s₃m₂ 25,21 29,26 20,20 74,67 24,89 s₃m₃ 27,07 17,42 20,66 65,15 21,72 Jumlah 334,98 320,85 305,82 961,65 320,55 Rata-rata 27,92 26,74 25,49 80,14 26,71 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 48,87 > X2 tabel = 19,7 Lampiran 27. Analisis ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 35,44 17,72 0,50 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 77,73 38,86 1,10 tn 3,44 K. Media tanam (m) 3 678,30 226,10 6,42 * 3,05 Interaksi 6 484,76 80,79 2,29 tn 2,55 Galat ,04 35,23 Non aditif 1 5,38 5,38 0,15 tn 4,18 Sisa ,67 36,05 Total ,26 KK = 22,23 % Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

67 Lampiran 28. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x)) Perlakuan ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 5,42 6,22 6,10 17,74 5,91 s₁m₁ 5,70 4,89 4,59 15,18 5,06 s₁m₂ 6,63 5,44 4,89 16,96 5,65 s₁m₃ 4,39 4,00 4,71 13,10 4,37 s₂m₀ 4,70 4,89 4,85 14,44 4,81 s₂m₁ 4,42 5,30 5,37 15,09 5,03 s₂m₂ 5,56 6,81 6,00 18,37 6,12 s₂m₃ 4,66 4,30 5,29 14,25 4,75 s₃m₀ 6,43 5,37 5,09 16,89 5,63 s₃m₁ 4,70 4,49 4,27 13,46 4,49 s₃m₂ 5,02 5,41 4,49 14,92 4,97 s₃m₃ 5,20 4,17 4,55 13,92 4,64 Jumlah 62,83 61,29 60,20 184,32 61,44 Rata-rata 5,24 5,11 5,02 15,36 5,12 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 29. Analisis ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,29 0,14 0,49 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 0,67 0,33 1,12 tn 3,44 K. Media tanam (m) 3 6,12 2,04 6,89* 3,05 Interaksi 6 4,15 0,69 2,34 tn 2,55 Galat 22 6,52 0,30 Total 35 17,75 Keterangan: * = berbeda nyata tn = tidak berbeda nyata

68 Lampiran 30. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 0,50 0,30 0,60 1,40 0,47 s₁m₁ 0,30 0,20 0,10 0,60 0,20 s₁m₂ 0,30 0,10 0,30 0,70 0,23 s₁m₃ 0,10 0,20 0,50 0,80 0,27 s₂m₀ 0,20 0,70 0,30 1,20 0,40 s₂m₁ 0,10 0,70 0,40 1,20 0,40 s₂m₂ 0,20 0,40 0,20 0,80 0,27 s₂m₃ 0,20 0,30 0,20 0,70 0,23 s₃m₀ 0,20 0,40 0,20 0,80 0,27 s₃m₁ 0,30 0,70 0,70 1,70 0,57 s₃m₂ 0,40 0,40 0,40 1,20 0,40 s₃m₃ 0,30 0,60 0,30 1,20 0,40 Jumlah 3,10 5,00 4,20 12,30 4,10 Rata-rata 0,26 0,42 0,35 1,03 0,34 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 16,40 < X2 tabel = 19,7 Lampiran 31. Analisis ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,15 0,08 2,90 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 0,87 0,04 1,66 tn 3,44 K. Media tanam (m) 3 0,06 0,02 0,80 tn 3,05 Interaksi 6 0,27 0,05 1,73 tn 2,55 Galat 22 0,57 0,03 Non aditif 1 0,07 0,07 2,89 tn 4,18 Sisa 21 0,51 0,02 Total 35 1,15 KK = 47,32% Keterangan: tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

69 Lampiran 32. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x+½)) Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 1,00 0,89 1,05 2,94 0,98 s₁m₁ 0,89 0,84 0,78 2,51 0,84 s₁m₂ 0,89 0,78 0,89 2,56 0,85 s₁m₃ 0,76 0,84 1,00 2,60 0,87 s₂m₀ 0,84 1,10 0,89 2,83 0,94 s₂m₁ 0,78 1,10 0,95 2,83 0,94 s₂m₂ 0,84 0,95 0,84 2,63 0,88 s₂m₃ 0,84 0,89 0,84 2,57 0,86 s₃m₀ 0,84 0,95 0,84 2,63 0,88 s₃m₁ 0,89 1,10 1,10 3,09 1,03 s₃m₂ 0,95 0,95 0,95 2,85 0,95 s₃m₃ 0,89 1,05 0,89 2,83 0,94 Jumlah 10,41 11,44 11,02 32,87 10,96 Rata-rata 0,87 0,95 0,92 2,74 0,91 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 33. Analisis ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x+½)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,04 0,02 2,79 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 0,03 0,01 1,75 tn 3,44 K. Media tanam (m) 3 0,02 0,01 0,70 tn 3,05 Interaksi 6 0,08 0,01 1,70 tn 2,55 Galat 22 0,16 0,01 Total 35 0,32 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata

70 Lampiran 34. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 1,70 6,90 1,60 10,20 3,40 s₁m₁ 1,00 1,00 0,70 2,70 0,90 s₁m₂ 0,60 0,40 0,50 1,50 0,50 s₁m₃ 0,70 0,90 2,00 3,60 1,20 s₂m₀ 1,10 3,10 1,40 5,60 1,87 s₂m₁ 8,60 2,30 1,50 12,40 4,13 s₂m₂ 0,90 0,90 0,40 2,20 0,73 s₂m₃ 0,70 1,70 0,70 3,10 1,03 s₃m₀ 0,60 1,30 0,70 2,60 0,87 s₃m₁ 1,20 3,40 3,80 8,40 2,80 s₃m₂ 1,40 1,50 2,10 5,00 1,67 s₃m₃ 1,00 3,40 1,20 5,60 1,87 Jumlah 19,50 26,80 16,60 62,90 20,97 Rata-rata 1,63 2,23 1,38 5,24 1,75 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Uji Homogenitas : X2 hitung = 22,13 > X2 tabel = 19,7 Lampiran 35. Analisis ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 4,60 2,30 0,90 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 1,22 0,61 0,24 tn 3,44 K. Media tanam (m) 3 14,30 4,77 1,86 tn 3,05 Interaksi 6 27,84 4,64 1,81 tn 2,55 Galat 22 56,28 2,56 Non aditif 1 1,48 1,48 0,57 tn 4,18 Sisa 21 54,80 2,61 Total ,25 KK = 91,54% Keterangan: tn = tidak berbeda nyata KK = koefisien keragaman

71 Lampiran 36. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x+½)) Perlakuan Ulangan I II III Jumlah Rata-rata s₁m₀ 1,48 2,72 1,45 5,65 1,88 s₁m₁ 1,23 1,23 1,10 3,56 1,19 s₁m₂ 1,05 0,95 1,00 3,00 1,00 s₁m₃ 1,10 1,18 1,58 3,86 1,29 s₂m₀ 1,27 1,90 1,38 4,55 1,52 s₂m₁ 3,02 1,67 1,41 6,10 2,03 s₂m₂ 1,18 1,18 0,95 3,31 1,10 s₂m₃ 1,10 1,48 1,10 3,68 1,23 s₃m₀ 1,05 1,34 1,10 3,49 1,16 s₃m₁ 1,30 1,98 2,07 5,35 1,78 s₃m₂ 1,38 1,41 1,61 4,40 1,47 s₃m₃ 1,23 1,98 1,30 4,51 1,50 Jumlah 16,39 19,02 16,05 51,46 17,15 Rata-rata 1,37 1,59 1,34 4,29 1,43 Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2) Lampiran 37. Analisis ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) hst akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam (transformasi ( x+½)) Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F Hitung F tabel Kelompok 2 0,44 0,22 1,45 tn 3,44 Bahan setek (S) 2 0,15 0,07 0,49 tn 3,44 K. Media tanam (m) 3 1,17 0,39 2,54 tn 3,05 Interaksi 6 2,28 0,38 2,48 tn 2,55 Galat 22 3,37 0,15 Total 35 7,41 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata

72 Gambar 3. Tanah Gambar 4. Kompos

73 Gambar 5. Arang sekam Gambar 6. Proses pengisian media tanam kedalam polybag

74 Gambar 7. Pengambilan bahan setek Gambar 8. Pemotongan bahan setek

75 Gambar 9. Perendaman bahan setek dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Gambar 10. Pengelompokan bahan setek (pangkal, tengah, pucuk)

76 Gambar 11. Pembungkusan bahan setek dengan tanah liat Gambar 12. Penanaman

77 Gambar 13. Penyiraman Gambar 14. Pengamatan

78 Gambar 15. Pengambilan sampel tanaman destruktif Gambar 16. Pengamatan tanaman destruktif menggunakan alat image scanner

79 Gambar 17. Pengopenan tanaman destruktif Gambar 18. Pengambilan sampel tanaman

80 Gambar 19. Pengamatan jumlah akar dan panjang akar pada tanaman sampel

81 a. s₁m₀ b. s₁m₁ c. s₁m₂ d. s₁m₃ Gambar 20. Tanaman sampel dari setek pangkal

82 a. s₂m₀ b. s₂m₁ c. s₂m₂ d. s₂m₃ Gambar 21. Tanaman sampel dari setek tengah

83 a. s₃m₀ b. s₃m₁ c. s₃m₂ d. s₃m3 Gambar 22. Tanaman sampel dari setek pucuk Keterangan: s₁ = Pangkal m₀ = kontrol s₂ = Tengah m₁ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 2 : 1) s₃ = Pucuk m₂ = tanah : kompos : arang sekam (2 : 1 : 1) m₃ = tanah : kompos : arang sekam (1 : 1 : 2)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi Oleh WIDODO LUKI SAPUTRO SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman akar wangi termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 Gang Mawar no 7 Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem 14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 202 di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)

UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) UJI PEMOTONGAN UMBI DAN MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN DAN HASIL VERTIKULTUR TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa) Libria Widiastuti dan Muhammad Hanif Khairudin Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Definisi dan Manfaat Vertikultur Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture). Menurut Nitisapto (1993) vertikultur

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016. B. Bahan dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Universitas Lampung, dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta di Jumantono, Karanganyar. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. B. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN (Skripsi) Oleh YOYON TRI WIJAYA NPM 12110081 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO 2016 i ABSTRAK

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di belakang Masjid Alwasi i (komplek perumahan dosen), dari bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang.

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. Agustus Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2016. Bertempat di green house Universitas Muhammadiyah Malang. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005), II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sirih Merah Tanaman sirih merah ini merupakan tanaman merambat, yang tumbuh hingga mencapai ketinggian 10 kaki atau lebih, mudah tumbuh di daerah tropis (khususnya daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG STEK PUCUK DAUN DAN KONSENTRASI KINGTONE-F TERHADAP INDUKSI BIBIT TANAMAN SANSIVEIRA (Sansiveira trifasciata, L) SKRIPSI.

PENGARUH PANJANG STEK PUCUK DAUN DAN KONSENTRASI KINGTONE-F TERHADAP INDUKSI BIBIT TANAMAN SANSIVEIRA (Sansiveira trifasciata, L) SKRIPSI. PENGARUH PANJANG STEK PUCUK DAUN DAN KONSENTRASI KINGTONE-F TERHADAP INDUKSI BIBIT TANAMAN SANSIVEIRA (Sansiveira trifasciata, L) SKRIPSI Oleh : ELIA ABILIO AMARAL NPM.0725010007 Kepada : FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang dikumpulkan melalui dua percobaan yang telah dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci