PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK SELEKSI PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK SELEKSI PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA"

Transkripsi

1 Nyura, dkk, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Di Politeknik Negeri Samarinda PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK SELEKSI PENERIMAAN CALON MAHASISWA BARU DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA Yusni Nyura 1), Anton Topadang 2) 1,2) Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Samarinda yusnichristian@yahoo.com 1), anton_topadang@yahoo.co.id 2) Abstract Selection of new student enrollment is a process, method, screening or selection of prospective students in the academic ability is the best candidate for learning sector in higher education institutions. Likewise, the selection is done through the search Interests and Abilities Polytechnic (PMDK -PN), that the selection of new student enrollment is done by tracking the academic ability of prospective students who are considered to have the potential and the quality seeds region. To screen potential new students need a fairly rigorous selection process, the goal is to screen prospective new students who qualified, so it has a high competitive graduates who can compete with the outside world. But the selection process for new students who walk for this is still done manually, where the data of prospective students sorted by highest value of the quotas each district in each department, so that it often takes a long time and requires a high accuracy. It is considered less effective and less efficient, since the ability / potential of prospective new students in each district is different. From the above problems, the researchers will design an application that can be used for the selection of new student enrollment using artificial neural network method. The method used in this study using a software system development Software Development Life Cycle (SDLC) that includes the needs analysis phase, prototyping, prototype evaluation, development and testing final software. Key word: Selection, Software Development Life Cycle (SDLC) 1. Pendahuluan Penyeleksian calon mahasiswa baru merupakan suatu proses, cara, penyaringan atau pemilihan calon mahasiswa yang secara kemampuan akademis adalah calon terbaik untuk belajar di suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi yang perlu ditentukan secara cepat dan tepat. Demikian halnya dengan seleksi penerimaan calon mahasiswa baru melalui jalur PMDK-PN (Penelusuran Minat dan Kemampuan Politeknik Negeri). Dalam hal ini seleksi penerimaan calon mahasiswa baru melalui jalur PMDK-PN dilakukan dengan cara menelusuri kemampuan akademis para siswa di SMA/SMK/MA, para calon mahasiswa baru yang dinyatakan diterima tersebut adalah mereka yang dianggap memiliki kemampuan dan potensi yang diunggulkan didaerahnya. Sesuai dengan misi Politeknik Negeri Samarinda yaitu menyelenggarakan program pendidikan vokasional yang bertumpu kepada peningkatan mutu, perluasan akses, dan lulusan berdaya saing tinggi, maka diperlukan proses seleksi penerimaan calon mahasiswa baru yang cukup ketat dengan tujuan menjaring calon mahasiswa baru yang berkualitas sehingga memiliki lulusan yang berdaya saing tinggi baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Proses seleksi calon mahasiswa baru saat ini di Politeknik Negeri Samarinda masih dilakukan secara manual yaitu pertama data calon mahasiswa diurutkan berdasarkan nilai tertinggi dari quota masing-masing kabupaten pada setiap jurusan, sehingga hal ini seringkali memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan ketelitian yang tinggi. Hal ini dianggap kurang efektif dan tidak efisien, karena kemampuan/potensi dari calon mahasiswa baru disetiap kabupaten berbeda-beda, kemudian kedua dalam proses pembuatan laporan menggunakan aplikasi Microsoft Excel, sehingga pengolahan data dan penyeleksian calon mahasiswa baru memerlukan waktu yang relatif lama. Oleh karena pengambilan keputusan penerimaan calon mahasiswa baru merupakan kebijakan yang sangat penting demi kemajuan dan berkembangnya suatu perguruan tinggi, dan agar supaya kegiatan pendidikan yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berjalan tetap berada pada jalur yang benar dan akan memberikan dampak positif bagi perguruan tinggi, maka dibutuhkan sistem pendukung keputusan yang dapat membantu dalam proses seleksi calon mahasiswa baru tersebut. 997

2 JUST TI Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 : Tujuan dari penelitian ini adalah tersedianya rancangan sistem pendukung keputusan yang dapat digunakan untuk menentukan calon mahasiswa baru yang akan diterima dengan menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dan algoritma Backpropagation 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Penyeleksian calon mahasiswa baru merupakan suatu proses, cara, penyaringan atau pemilihan calon mahasiswa yang secara kemampuan akademis merupakan calon terbaik untuk belajar disuatu lembaga pendidikan perguruan tinggi secara cepat dan tepat. Seleksi penerimaan calon mahasiswa baru dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu pertama melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diselenggarakan secara Nasional, kedua melalui Ujian Masuk Politeknik Negeri (UMPN), dan ketiga melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Swasta (UMPTS) yang persyaratan maupun mekanisme pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada perguruan tinggi swasta masing-masing. Dalam pelaksanaannya sendiri, Perguruan tinggi dalam melakukan penjaringan penerimaan mahasiswa baru wajib, paling sedikit 60 % menerima mahasiswa baru pada setiap program studi melalui penerimaan mahasiswa baru secara nasional. Sisanya, maksimal 40 % dapat dimanfaat kan oleh perguruan tinggi untuk penerimaan jalur mandiri. Jalur mandiri ini tidak diatur secara nasional, tetapi diserahkan pada masing-masing perguruan tinggi negeri (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2010). Seleksi penerimaan calon mahasiswa baru melalui jalur PMDK-PN (Penelusuran Minat dan Kemampuan Politeknik Negeri) adalah sistem seleksi penerimaan calon mahasiswa baru melalui jalur undangan lokal, yaitu dengan cara menelusuri kemampuan akademis calon siswa serta memberikan kemudahan dan pemerataan kesempatan kepada seluruh lulusan siswa SLTA (SMA/SMK/MA) untuk mendaftar sebagai mahasiswa undangan lokal. Tujuannya adalah untuk pemerataan pendidikan di tingkat Perguruan Tinggi dan membantu program Pemerintah Daerah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia disetiap daerah / wilayah. Seleksinya berdasarkan nilai rapor siswa, serta mendapatkan rekomendasi dari kepala sekolah yang bersangkutan selanjutnya diurutkan berdasarkan nilai dan rangking tertinggi pada setiap kabupaten / kota. 2.2 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semitersruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Alter, 2002). Aplikasi sistem pendukung keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan lebih ditujukan untuk mendukung manajemen dalam melakukan pekerjaan yang bersifat analitis dalam situasi yang kurang terstruktur dan dengan kriteria yang kurang jelas. Sistem pendukung keputusan terdiri atas 4 komponen, yaitu: 1. Subsistem manajemen data, subsistem manajemen data memasukan satu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS). 2. Subsistem manajemen model, merupakan paket perangkat lunak yang memasukan model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. 3. Subsistem antarmuka pengguna, pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan sistem pendukung keputusan melalui subsistem ini. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. 4. Subsistem manajemen berbasis-pengetahuan, Subsistem ini dapat mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai suatu komponen independen. Sub sistem ini memberikan intelegensi untuk memperbesar pengetahuan pengambil keputusan. 2.3 Defenisi Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan merupakan suatu konsep rekayasa pengetahuan dalam bidang kecerdasan buatan yang didesain dengan mengadopsi sistem syaraf manusia, yang pemprosesan utamanya berada di otak (Prasetyo, 998

3 Nyura, dkk, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Di Politeknik Negeri Samarinda 2012). Dengan menggunakan neuron-neuron tersebut secara simultan, otak manusia dapat memproses informasi secara parallel dan cepat. Karena kemampuannya tersebut manusia terdorong untuk memodelkannya ke dalam suatu teknik komputasi yang disebut Jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network). Tiap jaringan ditentukan oleh arsitektur pola jaringan, bobot pada koneksi dan fungsi aktivasi. Selain memproses, jaringan syaraf tiruan juga memiliki kemampuan menyimpan informasi sebagai hasil proses pembelajaran dan memberikan informasi tersebut saat dibutuhkan (Widodo, 2013). Menurut Widodo (2013), ja ringan syaraf tiruan adalah sistem pemproses informasi dengan karakteristik dan performa yang mendekati syaraf biologis, sedangkan menurut Siang (2005), jaringan syaraf tiruan dibentuk sebagai generalisasi model matematika dari jaringan syaraf biologi dengan asumsi sebagai berikut : a. Pemprosesan terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron). b. Sinyal dikirimkan diantara neuron melalui penghubung. c. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau memperlemah sinyal. d. Untuk menentukan keluaran (output), setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi yang dikenakan pada penjumlahan masukan (input) yang diterima. Besarnya keluaran (output) ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang, dimana neuron adalah unit pemproses informasi yang menjadi dasar dalam pengoperasian jaringan syaraf tiruan (Siang, 2005). Neuron terdiri dari 3 elemen pembentuk sebagai berikut : a. Himpunan unit-unit yang dihubungkan dengan jalur koneksi. b. Suatu unit penjumlah yang akan menjumlahkan masukan-masukan sinyal yang sudah dikalikan dengan bobotnya. c. Fungsi aktivasi yang akan menentukan apakah sinyal dari input neuron akan diteruskan ke neuron lainnya atau tidak. Gambar 2.1 Desain umum jaringan syaraf tiruan (Prasetyo, 2012) Pada gambar 2.1 diperlihatkan vektor masukan terdiri atas sejumlah nilai yang diberikan sebagai nilai masukan pada Jaringan Syaraf Tiruan. Vektor masukan tersebut mempunyai 3 nilai (x 1, x 2, x 3 ) sebagai fitur dalam data yang akan diproses dalam jaringan syaraf tiruan. Masingmasing nilai masukan melewati sebuah hubungan berbobot w, kemudian semua nilai digabungkan. Nilai gabungan tersebut kemudian diproses oleh fungsi aktivasi untuk menghasilkan sinyal y sebagai keluaran. Fungsi aktivasi menggunakan sebuah nilai ambang (threshold) untuk membatasi nilai keluaran agar selalu dalam batas nilai yang ditetapkan (Prasetyo, 2012) Arsitektur Jaringan Berdasarkan arsitekturnya, model Jaringan Syaraf Tiruan tergolong menjadi beberapa bagian antara lain (Siang, 2005): a. Jaringan Layar Tunggal (Single Layer Network) Pada jaringan ini, sekumpulan masukan neuron dihubungkan langsung dengan sekumpulan keluarannya. Sinyal mengalir searah dari input layer sampai output layer. Setiap simpul dihubungkan dengan simpul lainnya yang berada diatasnya dan dibawahnya, tetapi tidak dengan simpul yang berada pada lapisan yang sama. Pada Gambar 2.2 diperlihatkan arsitektur jaringan layar tunggal dengan n buah masukan (x 1, x 2,..., x n ) dan m buah keluaran (y 1, y 2,..., y m ). Gambar 2.2. Jaringan layar tunggal (Siang, 2005) b. Jaringan Layar Jamak ( Multiple Layer Network) Jaringan ini merupakan perluasan dari jaringan layar tunggal. Dalam jaringan ini, 999

4 JUST TI Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 : selain unit masukan dan keluaran, ada unitunit lain (sering disebut layar tersembunyi). Dimungkinkan pula ada beberapa layar tersembunyi. Pada Gambar 2.3. diperlihatkan jaringan dengan n buah unit masukan (x 1, x 2,..., x n ), sebuah layar tersembunyi yang terdiri dari m buah unit (z 1,z 2,..., z m ) dan 1 buah unit keluaran. Kemudian dikirim kesemua unit dilapisan atasnya. c. Setiap unit dilapisan output (y k, k = 1, 2, 3,, m) dihitung sinyal outputnya dengan menerapkan fungsi aktivasi terhadap penjumlahan sinyal-sinyal input berbobot bagi lapisan ini : (2.2) Catatan : Langkah (b) dilakukan sebanyak jumlah lapisan tersembunyi Gambar 2.3. Jaringan layar jamak (Siang, 2005) c. Jaringan Recurrent Model Jaringan Recurrent (Recurrent Network) mirip dengan jaringan layar tunggal ataupun jamak. Hanya saja, ada simpul keluaran yang memberikan sinyal pada unit masukan (sering disebut feedback loop). Dengan kata lain sinyal mengalir dua arah, yaitu maju dan mundur. 2.5 Algoritma Backpropagation Adapun algoritma Backpropagation terdiri atas : 1. Inisialisasi bobot. Inisialisasi bobot dilakukan dengan menggunakan bilangan acak terkecil dari variable input. 2. Lakukan langkah-langkah berikut ini selama kondisi berhenti bernilai salah. 3. Untuk setiap pasangan pola pelatihan yang akan dilakukan, kerjakan : 3.1. Tahap Umpan Maju (Feedforward) a. Setiap unit input (x i, i = 1, 2, 3,, n) mengirimkan sinyal input ke semua unit yang ada di lapisan atasnya (ke lapisan tersembunyi). b. Pada setiap unit di lapisan tersembunyi (z j, j = 1, 2, 3,.., p). Sinyal output lapisan tersembunyinya dihitung dengan menerapkan fungsi aktivasi terhadap penjumlahan sinyal-sinyal input berbobot dengan menjumlahkan sinyal-sinyal input terbobot : 3.2 Tahap Backpropagation Error d. Setiap unit output ( y k, k = 1, 2, 3,..., m ) menerima pola target t k lalu informasi kesalahan lapisan output ( k ) dihitung. k dikirim ke lapisan dibawahnya dan digunakan untuk menghitung besar koreksi bobot dan bias ( w jk dan w 0k ) antara lapisan tersembunyi dengan lapisan output: (2.3) e. Pada setiap unit di lapisan tersembunyi (dari unit ke- 1 sampai unit ke- p; i=1,.., n; j=1,.., p; k=1,.., m) dilakukan perhitungan informasi kesalahan lapisan tersembunyi ( j ). j kemudian digunakan untuk menghitung besar koreksi bobot dan bias ( v ij dan v 0j ) antara lapisan input dan lapisan tersembunyi. (2.4) 3.3 Tahap Pengupdatean bobot dan bias f. Pada setiap unit output y k (dari unit ke- 1 sampai unit ke- m) dilakukan pengupdate-an bias dan bobot (j=0,..,p; k=1,.., m) sehingga bias dan bobot yang baru menjadi : (2.5) + (2.1) 1000

5 Nyura, dkk, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Di Politeknik Negeri Samarinda Dari unit ke- 1 sampai unit ke- p di lapisan tersembunyi juga dilakukan peng-update-an pada bias dan bobotnya (i=0,..n; j=1,.., p). (2.6) 4. Tes kondisi berhenti jika terpenuhi (langkah 5), jika tidak terpenuhi maka kembali ke langkah Selesai. 2.6 Algoritma Belajar atau Pelatihan Berdasarkan cara memodifikasi bobotnya, terdapat 2 (dua) macam pelatihan yang dikenal yaitu dengan supervisi (supervised) dan tanpa supervisi(unsupervised). Pada supervised learning target kelas ditentukan terlebih dahulu sedangkan pada unsupervised learning target kelas tidak ditentukan (Siang, 2005). a. Dengan Supervisi (Supervised Training) Dalam pelatihan dengan supervisi, terdapat sejumlah pasangan data (masukan target keluaran) yang dipakai untuk melatih jaringan hingga diperoleh bobot yang diinginkan. Pasangan data tersebut berfungsi untuk melatih jaringan hingga diperoleh bentuk yang terbaik. Pasangan data tersebut akan memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana sistem harus mengubah dirinya untuk meningkatkan unjuk kerjanya. Pada setiap kali pelatihan, suatu input diberikan ke jaringan. Jaringan akan memproses dan mengeluarkan keluaran. Selisih antara keluaran jaringan dengan target (keluaran yang diinginkan) merupakan kesalahan yang terjadi (error). Jaringan akan memodifikasi bobot sesuai dengan kesalahan tersebut (Siang, 2005). b. Tanpa Supervisi (Unsupervised Training) Dalam pelatihan tanpa supervisi tidak ada yang mengarahkan proses pelatihan. Dalam pelatihannya, perubahan bobot jaringan dilakukan berdasarkan parameter tertentu dan jaringan dimodifikasi menurut ukuran parameter tersebut (Siang, 2005). 2.7Parameter Yang Digunakan Dalam Jaringan Syaraf Tiruan Pada proses pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan, terdapat beberapa parameter yang sangat berpengaruh (Prasetyo, 2012). Penentuan bobot awal dapat dilakukan dengan cara acak dengan angka dalam jangkauan [-0.5, +0.5] atau ditentukan dengan jangkauan dan juga dapat menggunakan Algoritma Nguyen-Widrow untuk memberikan optimalisasi komposisi nilai bobot terbaik. b. Laju Pembelajaran(Learning Rate). Nilai parameter ini berada dalam jangkauan 0 sampai 1. Semakin besar nilainya, semakin cepat selesai proses pelatihannya, namun semakin lebih mudah terjebak pada daerah local optima. Umunya nilai yang digunakan adalah 0.1 sampai 0.3. c. Momentum Penambahan momentum bertujuan untuk membantu mempercepat proses pencapaian error. Nilai momentum yang dipakai adalah 0 sampai 1, yang sering digunakan adalah 0.9. d. Jumlah Iterasi/ Epoch Jika kriteria error hanya menggunakan SSE (Sun of Square Error) atau MSE (Mean Square Error) menjadi tidak linear untuk bisa mencapai kriterianya. Apabila jumlah maksimal telah tercapai, meski target error belum tercapai, maka proses pelatihan akan tetap dihentikan. e. Target Error Target error merupakan akumulasi selisih nilai antara nilai keluaran yang diharapkan dengan nilai keluaran yang didapatkan. Umumnya menggunakan MSE atau SSE. Biasanya nilai yang digunakan adalah atau f. Jumlah Neuron dalam Layer Tersembunyi Untuk mendapatkan komposisi jumlah neuron dalam layer tersembunyi yang tepat biasanya menggunakan cara coba-coba (trial and trial) hingga mendapatkan hasil prediksi yang terbaik. 2.8 Arsitektur Backpropagation Backpropagation memiliki beberapa unit yang didalamnya terdapat satu atau lebih layar tersembunyi. Gambar 2.4 adalah arsitektur backpropagation dengan n buah masukan (ditambah sebuah bias), sebuah layar tersembunyi yang terdiri dari p unit (ditambah sebuah bias), serta m buah unit keluaran (Siang, 2005). a. Penentuan Bobot Awal. 1001

6 JUST TI Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 : Matlab fungsi aktivasi ini disebut dengan Purelin. Gambar 2.4 Arsitektur Backpropagation (Siang, 2005) v j1 merupakan bobot garis dari unit masukan x i ke unit layar tersembunyi z p (v j0 merupakan bobot garis yang menghubungkan bias di unit masukan ke unit layar tersembunyi z j ). w kj merupakan bobot dari unit layar tersembunyi z j ke unit keluaran y k (w k0 merupakan bobot dari bias di layar tersembunyi ke unit keluaran y k ). 2.9 Fungsi Aktivasi Ada beberapa pilihan fungsi aktivasi yang digunakan didalam metode Backpropagation, seperti fungsi Sigmoid Biner, Sigmoid Bipolar, dan Tangen Hiperbolik. Karakteristik yang harus dimiliki oleh fungsi aktivasi adalah kontinyu, terdiferensial dengan mudah, dan merupakan fungsi yang tidak turun (Siang, 2005). Terdapat beberapa fungsi aktivasi yang sering digunakan dalam Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation, antara lain : 1. Fungsi Sigmoid Biner Digunakan untuk jaringan syaraf yang dilatih dengan menggunakan metode Backpropagation. Fungsi Sigmoid Biner memiliki nilai pada range (0, 1). Oleh karena itu fungsi aktivasi ini selalu digunakan pada jaringan syaraf yang membutuhkan nilai output atau memiliki nilai output yang terletak pada interval 0 sampai 1. Pada Matlab fungsi ini dikenal dengan nama Logsig 2. Fungsi Sigmoid Bipolar Fungsi Sigmoid Bipolar hampir sama dengan fungsi Sigmoid Biner, hanya saja output pada fungsi ini memiliki range (-1, 1). 3. Fungsi Linier Pada fungsi linier, nilai outputdari fungsi ini adalah sama dengan nilai masukannya. Pada 2.10 Pelatihan Backpropagation Pelatihan Backpropagation meliputi 3 fase (Siang, 2005) yaitu : a. Fase 1 : Propagasi Maju / Fase Maju Pola masukan dihitung maju dimulai dari layar masukan/input hingga layar keluaran dengan menggunakan fungsi aktivasi yang telah ditentukan. b. Fase 2 : Propagasi Balik / Fase Mundur Selisih atau perbedaan diantara keluaran yang dihasilkan oleh jaringan dengan target keluaran yang diinginkan merupakan kesalahan / error yang terjadi. Kesalahan tersebut selanjutnya dipropagasikan mundur, dimulai dari unit yang berhubungan langsung dengan unit-unit dilayar keluaran. c. Fase 3 : Perubahan bobot. Modifikasi bobot dilakukan untuk menurunkan kesalahan / error yang terjadi. Ketiga fase tersebut diulang terus menerus hingga kondisi penghentian dipenuhi (Siang, 2005). 3. Metodologi 3.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan Siklus Hidup Pengembangan Sistem ( System Development Live Cycle) yang terdiri atas beberapa tahapan yaitu : 1. Analisis Kebutuhan Pada tahapan ini analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui informasi, model dan spesifikasi dari aplikasi yang akan dibangun. 2. Pembuatan Prototipe Pada tahapan ini dilakukan perancangan dan pembuatan prototipe sesuai dengan kebutuhan sistem. 3. Evaluasi Prototipe Pada tahapan ini evaluasi dilakukan terhadap prototipe dengan tujuan untuk mengetahui apakah prototipe yang telah dibuat tersebut telah sesuai atau tidak dengan kebutuhan sistem. 4. Pengembangan Perangkat Lunak Akhir Dari tahap perancangan nantinya akan dihasilkan sebuah blue print aplikasi untuk seleksi penerimaan calon mahasiswa baru. Proses pemgembangan sistem ini meliputi penggunaan bahasa program untuk pembuatan antarmuka, pendefenisian fungsi-fungsi 1002

7 Nyura, dkk, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Di Politeknik Negeri Samarinda maupun operasi-operasi, basis data. Dari tahap ini akan dilakukan pembuatan perangkat lunak yang telah sesuai dengan kebutuhan dan mengembangkan sampai menjadi sebuah sistem aplikasi 5. Pengujian Setelah aplikasi dibangun, nantinya aplikasi ini akan diuji untuk mengetahui bahwa sistem tersebut benar-benar telah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Beberapa metode pengujian yang umum digunakan adalah pengujian dengan menggunakan metode White Box atau Black Box 3.2 Analisis Kebutuhan Adapun kebutuhan pada perancangan aplikasi seleksi penerimaan calon mahasiswa baru yang akan dibangun adalah sebagai berikut : 1. Sistem diharapkan mampu membaca data calon mahasiswa baru yang sudah disimpan dalam file Microsoft Excel dengan format *.xlsx. 2. Perancangan aplikasi yang akan dibuat tersebut menggunakan 2 tahapan yaitu tahap pelatihan (training set) dan tahap pengujian (testing set). 3. Pencocokan pola masukan menggunakan algoritma backpropagation dengan menggunakan arsitektur Multilayer Backpropagation Neural Network 4. Selanjutnya dari hasil perancangan nantinya diharapkan akan menghasilkan aplikasi yang mampu mengklasifikasikan dengan benar status akhir calon mahasiswa baru kedalam 2 kelas yakni Lulus atau Tidak Lulus. 3.3 Analisis Model Jaringan Syaraf Tiruan Tahap analisis model jaringan syaraf tiruan dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu : 1. Penetapan Variabel Input Variabel input yang akan digunakan dalam melatih jaringan syaraf tiruan terdiri atas 6 variabel input yaitu Program Studi Polnes, Kabupaten/Kota, Asal Sekolah, Jurusan Sekolah, Nilai Rapor dan Rangking. 2. Penetapan Output Target Keluaran atau output yang diharapkan adalah sistem mampu mengklasifikasikan dengan baik calon mahasiswa baru tersebut kedalam 2 kelas yaitu Lulus dan Tidak Lulus. 3. Arsitektur Jaringan Pada penelitian ini, arsitektur jaringan yang digunakan adalah Multilayer Backpropagation Neural Network, tipe jaringan ini termasuk pada jenis arsitektur Jaringan Layar Jamak (Multiple Layer Network). Gambar arsitekturnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. Feedforward Feedforward Backwardward Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan Multilayer Backpropagation Neural Networks 4. Setting Parameter Pada Jaringan Berikut ini ditampilkan setting parameter yang akan digunakan didalam jaringan syaraf tiruan : a. Pada jaringan terdapat 1 buah input layer yang terdiri atas 6 buah neuron, 1 buah hidden layer dengan jumlah neuron pada hidden layer diperoleh dari melakukan beberapa kali percobaan (trial and trial), dan 1 buah output layer yang terdiri atas 2 neuron. b. Jenis pelatihan yang akan digunakan adalah Levenberg-Marquardt (trainlm). c. Jumlah Hidden Neuron yang akan digunakan berada pada range antara 1 sampai dengan 30 buah neuron. d. Maximum Epoch yang akan digunakan berada pada range antara 100 sampai dengan 1000 epoch. e. Learning Rate yang akan digunakan berada pada range 0.1 sampai dengan 0.3. f. Goal atau error tujuan yang akan dicapai adalah 10e-5. Formatted: Font: 8 pt Formatted: Centered Formatted: Font: 8 pt Formatted: Centered Formatted: Centered Formatted: Font: 8 pt 1003

8 JUST TI Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 : g. Inisialisasi bobot diambil dari variabel input yang terkecil yaitu 1. h. Fungsi aktivasi yang akan digunakan adalah Tansig (Sigmoid Bipolar), Logsig (Sigmoid Biner) dan Purelin (Linier). 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Perancangan Sistem Interface Halaman Utama Interface Halaman Utama digunakan untuk menampilkan layout dari sistem yang terdiri atas Judul Program Aplikasi, Logo Polnes, serta tombol Pelatihan, tombol Pengujian dan tombol Validasi yang tampak pada gambar 4.1. Gambar 4.2 Interface Tahap Pelatihan Gambar 4.1 Interface Halaman Utama Tombol Pelatihan digunakan untuk melakukan proses pelatihan pada jaringan dengan memasukkan sejumlah data latih kedalam jaringan. Tujuan dari proses pelatihan ini agar jaringan memiliki kemampuan dalam klasifikasi terhadap data masukan yang telah tersimpan dalam file Microsoft Excel dengan format *.xlsx., sedangkan pada tombol Pengujian digunakan untuk melakukan proses pengujian dengan menggunakan sejumlah data uji (data testing) yang akan diuji secara keseluruhan menggunakan pola data dari hasil pelatihan yang terbaik, tujuannya untuk mengetahui apakah jaringan syaraf tiruan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak pada saat pelatihan. Selanjutnya tombol Validasi digunakan untuk melakukan proses validasi data, yang berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan sistem yang telah dibangun melalui proses pelatihan Interface Tahap Pelatihan Ketika user menekan tombol Pelatihan maka tahapan selanjutnya adalah memasukkan data latih kedalam jaringan, seperti tampak pada gambar 4.2. Lokasi Data Latih merupakan merupakan Lokasi Data Latih merupakan perintah untuk mengarahkan folder menuju ke lokasi dimana data yang akan di-training tersimpan dalam format *.xlsx dan selanjutnya diolah sebagai data pelatihan (training data). Selanjutnya pada bagian Parameter JST terdapat parameter-parameter yang perlu dimasukkan nilainya antara lain Jumlah Hidden Neuron yang berfungsi untuk mengatur banyaknya lapisan tersembunyi yang diinginkan, Max. Epoch digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah perulangan/iterasi yang diinginkan selama proses pelatihan, Learning Rate digunakan untuk mengatur konstanta laju pembelajaran, Goal merupakan batas akhir pengulangan atau tujuan akhir yang ingin dicapai saat data dilatih, Fungsi aktivasi dari layar input ke layer hidden dan Fungsi aktivasi dari layer hidden ke layer output diatur untuk menentukan keluaran suatu neuron. Fungsi aktivasi yang dapat digunakan yaitu Tansig (Fungsi Sigmoid Bipolar), Logsig (Fungsi Sigmoid Biner), Purelin (Fungsi Linear) Interface Tahap Pengujian Interface Tahap Pengujian merupakan suatu tahapan proses pencocokan pola data antara data hasil training dengan data yang akan diuji. Tujuan pengujian adalah untuk mengetahui akurasi dan laju kesalahan terhadap sistem yang sudah dilatih dan dioptimasi. Desain Pengujian Massal dapat dilihat pada Gambar 4.3. Tahap Pengujian berfungsi untuk mengukur kemampuan jaringan (memoralisasi) dalam mengenali / memanggil kembali secara sempurna pola data yang telah dibentuk pada saat proses 1004

9 Nyura, dkk, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Di Politeknik Negeri Samarinda pelatihan dan untuk menghasilkan respons yang dapat diterima terhadap pola-pola input yang serupa namun tidak sama dengan pola-pola data yang telah dipelajari sebelumnya, serta untuk menghasilkan keluaran/output yang paling mendekati dengan pola data yang telah dipelajari. Apabila hasil prediksi kelas dari data yang diuji sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya, maka dianggap sukses/benar dan dianggap akurat, jika tidak sesuai maka akan dihitung sebagai kesalahan (error), sehingga akan diperoleh laju error (error rate). Gambar 4.4 Interface Tahap Validasi Gambar 4.3 Interface Tahap Pengujian Interface Tahap Validasi Pada tahap validasi ini, data yang akan digunakan merupakan hasil prediksi dari proses pelatihan yang telah dilakukan sebelumnya dari sistem yang akan dibangun terhadap data calon mahasiswa baru yang dinyatakan diterima pada Politeknik Negeri Samarinda berdasarkan Surat Keputusan Direktur Politeknik Negeri Samarinda. Tujuan dari Pengujian Tunggal / validasi ini adalah untuk memastikan sistem yang telah dibangun tersebut layak dan telah sesuai dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasikan sebelumnya. Setiap data yang diuji pada tahap ini merupakan data validasi. Interface tahap validasi dapat dilihat pada Gambar Kesimpulan Berdasarkan hasil perancangan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan yang akan dirancang terdiri atas 6 variabel input yaitu Program Studi Polnes, Kabupaten/Kota, Asal Sekolah, Jurusan Sekolah, Nilai Raport, dan Rangking. Sedangkan untuk keluaran yang akan dihasilkan terdiri atas 2 variabel output yaitu Lulus dan Tidak Lulus, serta penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan pada Sistem Pendukung Keputusan memiliki kemampuan dalam melakukan komputasi secara parallel dengan cara belajar dari pola-pola yang diajarkan berdasarkan dari pengalamannya selama mengikuti proses pembelajaran, sehingga diharapkan jaringan mampu menghasilkan jawaban sesuai dengan yang diinginkan. Daftar Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2010 Tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah. Prasetyo E., 2012, Data Mining Konsep dan Aplikasi Menggunakan MATLAB, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Puspitaningrum D., 2006, Pengantar Jaringan Syaraf Tiruan, Penerbit ANDI, Yogyakarta. 1005

10 JUST TI Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 : Siang J.J., 2005, Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan MATLAB, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Widodo P. P., Handayanto R. T., dan Herlawati, 2013, Penerapan Data Mining Dengan Matlab, Penerbit Rekayasa Sains, Bandung. 1006

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan materi yang mendukung dalam pembahasan evaluasi implementasi sistem informasi akademik berdasarkan pengembangan model fit HOT menggunakan regresi linier

Lebih terperinci

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX

T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX T 11 Aplikasi Model Backpropagation Neural Network Untuk Perkiraan Produksi Tebu Pada PT. Perkebunan Nusantara IX Oleh: Intan Widya Kusuma Program Studi Matematika, FMIPA Universitas Negeri yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang)

Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Algoritma Backpropagation Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran (Studi Kasus DiKota Padang) Hadi Syahputra Universitas Putra Indonesia YPTK Padang E-mail: hadisyahputra@upiyptk.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan IMPLEMENTASI JARINGAN SARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI SERVICE KENDARAAN RODA 4 DENGAN METODE BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PT. AUTORENT LANCAR SEJAHTERA) Muhammad Fahrizal Mahasiswa Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION [1] Novi Indah Pradasari, [2] F.Trias Pontia W, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer,

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Digunakan untuk meminimalkan error pada output yang dihasilkan oleh jaringan. Menggunakan jaringan multilayer. Arsitektur Jaringan Proses belajar & Pengujian

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR

ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Jurnal Barekeng Vol. 8 No. Hal. 7 3 (04) ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION TERHADAP PERAMALAN NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN DOLAR Analysis of Backpropagation Artificial Neural Network to

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan

1.1. Jaringan Syaraf Tiruan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologi yang digambarkan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE LOMBOK MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Titik Misriati AMIK BSI Jakarta Jl. R.S Fatmawati No. 24 Pondok Labu, Jakarta Selatan titik.tmi@bsi.ac.id ABSTRACT

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PENGHITUNGAN PERSENTASE KEBENARAN KLASIFIKASI PADA KLASIFIKASI JURUSAN SISWA DI SMA N 8 SURAKARTA Pembimbing: Desi Fitria Utami M0103025 Drs. Y. S. Palgunadi, M. Sc

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN BEBAN PUNCAK DISTRIBUSI LISTRIK DI WILAYAH PEMALANG

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Pengaruh langsung yang dapat diketahui yaitu potensi sumber daya air. Besar

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari

Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 1 Februari 2010 50 Penerapan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Memprediksi Jumlah Pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur Dengan Menggunakan Algoritma Pembelajaran

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation

Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation 1 Prediksi Pergerakan Harga Harian Nilai Tukar Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) Menggunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Reza Subintara Teknik Informatika, Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN BACKPROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Dahriani Hakim Tanjung STMIK POTENSI UTAMA Jl.K.L.Yos Sudarso Km 6.5 Tanjung Mulia Medan notashapire@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR Sofi Dwi Purwanto Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression 2.1. Dasar Teori 2.1.1. Bandwidth Bandwidth adalah ukuran kapasitas dari sistem transmisi (Comer, 2004) Bandwidth adalah konsep pengukuran yang sangat penting dalam jaringan, tetapi konsep ini memiliki

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Gambar 3.1 menggambarkan desain penelitian peramalan volume penumpang kereta api di pulau Jawa-Sumatera dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation.

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, M. Rhifky Wayahdi 2 1 Dosen Teknik Informatika,

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA

JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA 39 Fauzul Sains Amri, dan Jaringan Informatika Syaraf Vol.1 Tiruan (N0.1) untuk (2015): Memprediksi 37-43 JURNAL SAINS DAN INFORMATIKA Research of Science and Informatic e-mail: jit.kopertis10@gmail.com

Lebih terperinci

2 2 ... v... 3 Santoso... 21 abawa... 29... 37... 53... 59... 67... 77 Yohakim Marwanta... 85... 89... 101 ... 109... 117 D. Jaringan Komputer Amirudd... 135 andha... 141... 151... 165 Syahrir... 171...

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN

PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Feng PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK... 211 PERBANDINGAN ANTARA MODEL NEURAL NETWORK DAN MODEL DUANE UNTUK EVALUASI KETEPATAN PREDIKSI WAKTU KERUSAKAN SUATU KOMPONEN Tan

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Studi Literatur: Permalan Time Series, Harga Minyak Bumi, Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation Pengumpulan Data Harga Minyak Bumi di Indonesia Perancangan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto

PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto PENERAPAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK PERAMALAN HARGA SAHAM Putra Christian Adyanto Teknik Informatika, Univesitas Dian Nuswantoro ABSTRACT: Peramalan saham merupakan

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Galih Probo Kusuma, Dr Melania Suweni Muntini, MT Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION PENGENALAN POLA GARIS DASAR KALIMAT PADA TULISAN TANGAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTER SESEORANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION ABSTRAK Juventus Suharta (0722026) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Analisis adalah kemampuan pemecahan masalah subjek kedalam elemen-elemen konstituen, mencari hubungan-hubungan internal dan diantara elemen-elemen, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU PADA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU PADA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PENGGUNAAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU PADA JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DIAGNOSA GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Bambang Yuwono 1), Heru Cahya Rustamaji 2), Usamah Dani 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi,

lalu menghitung sinyal keluarannya menggunakan fungsi aktivasi, LAMPIRAN 15 Lampiran 1 Algoritme Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Standar Langkah 0: Inisialisasi bobot (bobot awal dengan nilai random yang paling kecil). Langkah 1: Menentukan maksimum epoch, target

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan

Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Prediksi Jumlah Penjualan Air Mineral Pada Perusahaan XYZ Dengan Jaringan Saraf Tiruan Kusuma Dewangga, S.Kom. Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Jl. Bulaksumur, Yogyakarta kusumadewangga@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis merupakan proses penguraian konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana, sehingga struktur logisnya menjadi jelas. Metode untuk menguji, menilai, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Mining Data mining adalah kombinasi secara logis antara pengetahuan data, dan analisa statistik yang dikembangkan dalam pengetahuan bisnis atau suatu proses yang menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Artificial Neural Network(ANN), Backpropagation(BP), Levenberg Marquardt (LM), harga emas, Mean Squared Error(MSE), prediksi.

ABSTRAK. Kata Kunci : Artificial Neural Network(ANN), Backpropagation(BP), Levenberg Marquardt (LM), harga emas, Mean Squared Error(MSE), prediksi. ABSTRAK Prediksi harga emas merupakan masalah yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan perdagangan dalam pertambangan. Prediksi yang akurat untuk pertambangan dapat memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN)

BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) BACK PROPAGATION NETWORK (BPN) Arsitektur Jaringan Salah satu metode pelatihan terawasi pada jaringan syaraf adalah metode Backpropagation, di mana ciri dari metode ini adalah meminimalkan error pada output

Lebih terperinci

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Memprediksi Prestasi Siswa SMA (Studi kasus: Prediksi Prestasi Siswa SMAN 4 Ambon)

Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Memprediksi Prestasi Siswa SMA (Studi kasus: Prediksi Prestasi Siswa SMAN 4 Ambon) Jurnal Matematika Integratif ISSN 42-684 Volume No 2, Oktober 205, pp 49 60 Aplikasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation untuk Memprediksi Prestasi Siswa SMA (Studi kasus: Prediksi Prestasi Siswa SMAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang Abstract: Various methods on artificial neural network has been applied to identify

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA Julpan 1 *, Erna Budhiarti Nababan 1 & Muhammad Zarlis 1 1 Program S2 Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Februari 2014 sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Dewi Kusumawati 1), Wing Wahyu Winarno 2), M. Rudyanto Arief 3) 1), 2), 3) Magister Teknik Informatika STMIK

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci