BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. solo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. solo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Solo merupakan kota yang memiliki beragam kekayaan kuliner. Tidak hanya makanan berat, tetapi juga makanan ringan atau jajanan yang unik dan menarik. Sebagai contoh kuliner di Solo adalah nasi liwet, selat solo, gudeg ceker solo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung (HIK). HIK merupakan salah satu bentuk penyajian makanan di mana masyarakat dari semua kalangan tidak hanya datang untuk makan namun juga bersosialisasi dan bersantai dengan suasana yang khas. Di atas meja gerobak tersaji nasi yang dibungkus dan berbagai makanan yang ditusuk, gorengan serta lauk-pauk yang akrab di lidah karena merupakan makanan sehari-hari. HIK sangat mudah dijumpai di setiap sudut kota Solo. Gambar 1. HIK Pak Gerok 1

2 2 Makanan yang disajikan di HIK sebagian besar adalah makanan untuk dijadikan lauk-pauk dengan porsi kecil yang digunakan sebagai makanan tambahan atau pelengkap. Ukurannya yang kecil lebih erat dengan konsumen dan memudahkan konsumen untuk memakannya. Gambar 2. Lauk-pauk Di HIK terdapat beberapa makanan yang sering dijumpai yaitu, makanan yang ditusuk seperti sate telur puyuh, sate usus, sate kerang dan sate keong. Nasi yang dibungkus seperti nasi bandeng, nasi oseng, dan nasi sambel teri. Gorengan seperti tahu goreng, tempe goreng dan bakwan goreng serta lauk-pauk lainnya seperti tahu dan tempe bacem. Saat ini banyak orang yang tertarik untuk mencoba makanan-makanan cepat saji dan hanya sebagian masyarakat saja yang masih bertahan pada makanan

3 3 HIK. Oleh karena itu makanan HIK harus tetap dipromosikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Gambar 3. Nasi Sambel Teri Dalam perkembangan wisata kuliner, saat ini makanan HIK tidak hanya di sajikan atas meja gerobak bertenda dengan lampu remang-remang, melainkan maraknya bermunculan rumah makan yang lebih kekinian dengan lampu-lampu dan sajian makanan khas HIK untuk menarik wisatawan. Karakter makanan HIK ini yang menjadi sumber inspirasi untuk merancang batik kreasi baru. Perancangan batik dengan inspirasi makanan HIK yang mengangkat karakter-karakter makanan khas HIK menjadi motif batik karena dari segi visual memiliki karakter yang unik di dunia tekstil yang dapat dikembangkan dengan berbagai penggayaan dan sudah dikenal oleh masyarakat luas secara imajinatif juga sebagai sarana mempromosikan makanan HIK. Motif tekstil yang mengangkat tema makanan bukanlah hal baru. Tekstil bermotif makanan banyak dijumpai seperti tema makanan cepat saji, kue-kue, permen dan manisan, namun pada batik masih belum banyak ditemui. Batik kreasi

4 4 baru yakni semua batik yang motif dan gayanya tidak seperti batik tradisional. Pada batik tradisional susunan motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu dengan isen-isen tertentu (Susanto, 1980:15). Batik kreasi baru menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang lebih ekspresif, bebas dan kekinian. Hal ini menjadikan batik kreasi baru unik dan mampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu yang mengandung kebaharuan, mempunyai karakter khusus dan sesuai dengan semangat zaman mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai oleh kesementaraan (trend) (Anas, 1997: ). Gambar 4. Pakaian bermotif makanan Sumber: (30 Agustus 2016)

5 5 Perancangan ini menjadi penting mengingat pengolahan visual motif batik berdasarkan karakter makanan HIK menjadi salah satu keikut sertaan dalam mempromosikan warisan budaya yang berupa makanan HIK yang mentradisi. Dengan demikian, perancangan ini akan menghasilkan produk tekstil berupa kain batik kreasi baru yang mempunyai nilai estetis dan orisinalitas. Dengan nilai-nilai tersebut, perancangan ini diharapkan menghasilkan produk batik yang dapat diterima pasar. Batik sebagai tekstil tradisi di Nusantara pada awal kemunculannya merupakan kerajinan yang bersifat eksklusif, dibuat dengan jumlah sedikit untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Biasanya pembuatannya membutuhkan waktu cukup lama karena hanya sebagai pekerjaan pengisi waktu luang. Ketika batik mulai berkembang menjadi komoditi perdagangan, diupayakan berbagai cara agar waktu pembuatannya lebih singkat dan jumlah produksi lebih banyak serta murah sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan (Shinta, 2016:2). Salah satunya dengan teknik cetak malam dingin. B. Studi Pustaka Era kehidupan sekarang ditandai dengan semakin meleburnya batas-batas sains, teknologi dan seni. Banyaknya penemuan di berbagai bidang yang tidak terkungkung pada suatu disiplin keilmuan menjadi tanda bahwa pengkotakkotakan sains, teknologi dan seni secara kaku tidak lagi memadai untuk menjawab permasalahan. Dewasa ini timbul gejala perpaduan seni, sains dan teknologi dalam satu konsep yang utuh (Yuliman, 2001)

6 6 Perkembangan di atas juga berimbas pada perkembangan batik era sekarang di mana pengertian batik yang disepakati semestinya ditinjau kembali dan dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Batasan batik sebagai suatu cara pembentukan ragam hias dengan teknik rintang warna dengan malam, pada masa depan lambat laun tidak akan memadai untuk menghadapi persaingan dengan perkembangan ilmu-ilmu dan perkembangan teknologi baru. Dalam menghadapi perkembangan zaman, maka batik harus dirangsang untuk dikembangkan dengan pendekatan pengembangan produk inovatif. Pendekatan ini dengan cara membuka kemungkinan-kemungkinan baru ke arah lebih luas dalam proses produksi maupun eksplorasi visual dan berani menerobos batasa-batasan batik yang konvensional (Anas, 1997: ). Dalam studi pustaka ini akan dipilih beberapa tulisan dari hasil penelitian berupa buku, jurnal penelitian, maupu tulisan ilmiah lain yang berhubungan dengan makanan HIK, wedangan (HIK), batik kreasi baru dan teknik malam dingin. 1. HIK a. Pengertian Umum Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Penelitian oleh Risyda Azizah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2015 yang berjudul Angkringan Sebagai Unsur Tradisional Tempat Interaksi Sosial Masyarakat Perkotaan dijelaskan bahwa kata angkringan berasal dari bahasa pergaulan Jawa yaitu, angkring atau nangkring yang memiliki arti duduk santai. Para pembeli yang duduk di bangku kayu

7 7 memanjang di sekitar gerobak dapat mengangkat atau melipat satu kaki naik keatas bangku (Azizah, 2015:8). Gambar 5. Gerobak HIK Angkringan merupakan gerobak penjual nasi kucing. Nasi kucing merupakan perumpamaan orang untuk menyebut nasi yang dijual hanya sekepal lalu ditambah dengan oseng ikan teri, telur puyuh dan lainnya seperti, gorengan dan sate usus. Nasi kucing sangat melegenda karena harganya yang murah, tempat berjualan yang unik serta waktu dagang yang dimulai pada malam hari hingga menjelang subuh. Masyarakat Solo menyebutnya dengan Hidangan Istimewa Kampung (HIK) (Azizah, 2015:3).

8 8 b. HIK Tradisional dan HIK Kekinian Konsep angkringnan yang dikenal adalah gerobak dorong dari kayu dengan tungku arang. Di atasnya terdapat teko besar untuk menghidangkan minuman. Lampu minyak semprong juga tak lupa untuk menambah suasana remang-remang. Tempat duduk menggunakan kursi kayu panjang mengelilingi sekitar gerobak yang dinaungi terpal plastik gulung sebagai tenda. Perpaduan bersahaja ini menjadi estetika angkringan yang terbentuk melawan waktu dan perkembangan zaman (Azizah, 2015:9). Gambar 6. HIK Tradisional Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus, sate telur ayam, kerupuk, dan lain-lain. Minuman yang dijual pun beraneka ragam seperti teh, jeruk, kopi, tape, wedang jahe, dan susu (Dwi, 2015:15) Suasana angkringan yang hangat menjadikan para pengunjung merasa ingin kembali datang ke angkringan. Interaksi yang terjadi di angkringan juga begitu berbeda dari tempat-tempat makan pada umumnya. Di dalam angkringan pengunjung mendapat sensasi yang berbeda meski dengan fasilitas yang sangat

9 9 sederhana yaitu semua orang melebur menjadi satu, tidak ada yang sibuk dengan kebiasaan bermain telepon genggam masing-masing. Keadaan ini berbalik dengan keadaan yang ada di tempat makan kekinian saat ini. Para pengunjung yang datang ke tempat seperti ini pada umumnya datang dengan beberapa temannya kemudian mereka hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak melibatkan orang lain untuk berinteraksi. Pengunjung yang datang sendirian ke tempat ini hanya akan makan lalu pergi, karena akan terasa aneh untuk seseorang yang datang sendirian lalu berlama-lama ditempat seperti ini (Azizah, 2015:3-4). Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkan lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi gaya hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Abdullah yaitu : Makan bukan lagi proses pemuasan kebutuhan biologis, tetapi merupakan kebutuhan simbolis yang dikaitkan dengan jenis makanan, tempat makan, dan suasana yang dihadirkan pada saat makan. Tata makan dan seni di dalam praktik makan telah membentuk suatu lingkaran nilai yang menjauhkan praktik makan dari nilai esensialnya. (Irwan, 2006:114). Kini penggemar HIK tidak hanya berasal dari golongan bawah, namun kalangan menengah ke atas pun turut menghabiskan waktu menikmati hidangan ala kampung. Melihat potensi pasar yang begitu luar biasa, kini mulai banyak ditemukan angkringan yang dikemas dalam suasana kafe. Bahkan angkringan berbalut kafe ini kian lama telah menjadi tren dikalangan remaja (Dwi, 2015:3).

10 10 Di HIK kekinian tersedia jus buah, milkshake, dan makanan tusukan. Selain itu yang membedakan dengan HIK tradisional adalah konsep ruang dan tempat yang strategis. Hal inilah yang membedakan harga jual makanan di HIK kekinian lebih mahal daripada HIK tradisional (Dwi,2015:16). Gambar 7. HIK Kekinian c. Makanan Hidangan Istimewa Kampung 1) Nasi Bandeng Nasi bandeng adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangan dengan potongan kecil ikan bandeng dan sambal yang dibungkus dengan daun pisang. Nasi bandeng dapat ditemukan di semua tempat HIK. Tanda bungkusan daun pisang pada nasi bungkus di setiap tempat HIK berbeda-beda. Disebagian tempat ditandai dengan tulisan ada pula yang ditandai dengan sobekan atau potongan pembungkusnya.

11 11 Gambar 8. Nasi Bandeng 2) Nasi Sambel Teri Nasi sambel teri adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangan dengan sambal dan ikan teri. Di sebagian tempat HIK nasi bungkus dapat dibakar terlebih dahulu. Daun pisang yang membungkusnya menjadikan nasi berbau harum. Gambar 9. Nasi Sambel Teri

12 12 3) Nasi Oseng Nasi oseng adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangan dengan potongan kecil tempe, cabai dan mie yang dibungkus dengan daun pisang. Nasi oseng dapat ditemukan di semua tempat HIK. Tanda bungkusan daun pisang pada nasi bungkus di setiap tempat HIK berbeda-beda. Disebagian tempat ditandai dengan tulisan ada pula yang ditandai dengan sobekan atau potongan pembungkusnya. Gambar 10. Nasi Oseng 4) Sate keong ` Sate keong adalah keong yang di tusuk berjajar dengan menggunakan tusukan sate. Biasanya sebelum disajikan dibakar terlebih dahulu dengan bumbu pedas manis khas masing-masing HIK.

13 13 Gambar 11. Sate Keong 5) Sate Telur Puyuh Sate telur puyuh adalah telur puyuh yang sudah dikupas dari kulit telurnya, berwarna cokelat, ditusuk berjajar dengan tusukan sate, biasanya satu tusuk berjumlah lima buah telur puyuh. Gambar 12. Sate Telur Puyuh

14 14 6) Sate Usus Sate usus adalah usus ayam yang sudah di masak dengan bumbu lalu di tusuk meliuk dengan batang tusuk sate. Sate usus bisa dikonsumsi langsung atau di bakar terlebih dahulu sebelum di hidangkan. Gambar 13. Sate Usus 7) Sate kerang Sate kerang adalah kerang laut yang sudah dipisahkan dari cangkang kerang. Kerang sudah dalam keadaan matang. Disajikan dengan cara dibakar terlebih dahulu dengan bumbu pedas manis khas masing-masing HIK ditusuk berjajar. Satu tusuk berisi 10 buah kerang.

15 15 Gambar 14. Sate Kerang 8) Tahu dan Tempe Bacem Tahu dan tempe bacem adalah tahu dan tempe yang telah di masak dengan bumbu yang menghasilkan rasa manis dan meninggalkan warna kecoklatan pada tahu dan tempe. Gambar 15. Tahu dan Tempe Bacem

16 16 2. Batik a. Pengertian Batik Batik merupakan sehelai wastra yakni kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Beragam pola batik tentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam lilin batik sebagai bahan perintang warna. Dengan demikian, suatu wastra dapat disebut batik bila mengandung dua unsur pokok yaitu teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik (Doellah, 2002:10). Dengan tumbuhnya peradaban dan urbanisasi, batik bukan lagi bersifat eksklusif Jawa. Kini batik telah menjadi fenomena nasional, regional bahkan dunia (Kudiya, 2010:8). b. Sejarah Batik Teknik produksi batik pada awalnya menggunakan bubur ketan sebagai perintang warna yang terkenal dengan nama kain simbut. Alat untuk membatiknya semacam pensil dari bambu. Kemudian ditemukan bahan perintang dari malam tawon (bees-wax), yang lama kelamaan dikembangkan menjadi lilin batik dengan menggunakan berbagai campuran bahan seperti damar mata kucing, lemak hewan, paraffin, gondorukem, micro-wax, lilin lenceng, lilin kote dan minyak kelapa dengan takaran tertentu. Jenis batik yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis yang diwarnai dengan pewarnaan alami dan dibuat secara terbatas. Canting tulis diperkirakan diciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke 17 (Doellah, 2002:10). Batik cap kemudian mulai dirintis pada tahun 1815 dengan menggunakan stempel

17 17 dari tembaga, tetapi meluas Perang Dunia I, yaitu sekitar tahun 1920-an. Pada tahun 1920 pernah dibuat stempel dari kayu, namun alat ini tidak dapat berkembang pada pembatikan di Jawa (Soesanto, 1980:22). Pada tahun 1960-an para pelukis mempelopori berkembangnya batik kreasi baru, yang disebut batik bukan tradisional (Yahya, 1985:22). Tepatnya pada tahun 1966 mulai munculnya batik kreasi baru ini dengan teknik batik lukis atau batik painting. Pembuatan batik dengan teknik lukisan terkenal dengan nama batik kreasi baru atau batik gaya bebas dimana sebagian lilin batik dilukiskan di atas kain membentuk gambaran-gambaran yang abstrak (Soesanto, 1973:5). Alat untuk melukisnya yakni kuas atau sendok. Batik tulis, cap dan lukis berkembang berdampingan sampai munculnya teknologi cetak kain pada awal tahun 1970-an yang menyebabkan banyaknya produk tekstil bermotif batik dipasaran dan menyebabkan kemuduran batik tulis dan cap. Tetapi batik tetap dapat bertahan dan terus mengalami perkembangan meskipun mengalami pasang surut. Pemaduan unsur seni, sains, dan teknologi senantiasa mewarnai perkembangan batik. Batik terbagi menjadi beberapa jenis, setiap jenis satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Baik mulai dari bentuk motif, maupun proses pengerjaannya (Normalita, 2013:71). c. Jenis Batik Jenis batik dapat dibagi menjadi dua yaitu, tradisional atau klasik dan modern atau kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari segi teknik pembuatan, motif, warna dan fungsi batik itu sendiri.

18 18 1) Batik Tradisional atau Klasik Pada masa lampau, batik banyak dipakai oleh orang Indonesia di daerah Jawa. Itu pun terbatas pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Artinya, tidak sembarang orang boleh mengenakan batik, terutama pada motif-motif tertentu yang ditetapkan sebagai motif larangan bagi khayalak luas (Wulandari, 2011:2). Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting, canting merupakan alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (Musman, 2011). Batik mempunyai bermacam-macam motif dan motif itu mempunyai makna tertentu. Dalam perkembangannya, muncul batik cap untuk mempermudah dan mempercepat pengerjaan proses batik. Untuk membedakan kemudian disebut batik tulis (untuk batik yang proses pembuatannya menggunakan canting) dan batik cap. Untuk membuat batik tulis memerlukan waktu yang tidak sedikit dan juga tahapan-tahapan tertentu. Semua itu harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan batik tulis bermutu tinggi (Hamzuri, 1989:8). Batik klasik mempunyai ciri keindahan, baik keindahan bentuknya, sesuai dengan fungsinya sebagai seni terapan sebagai kain busana, maupun seni jiwanya dan filosofinya (Musman, 2011:17-22). Batik di zaman dahulu menggunakan zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Zat warna alam diambil dari tumbuh-tumbuhan pada bagian akar, kulit, daun, batang dan bunga. Di antaranya daun pohon nila

19 19 (indigofera), akar mengkudu, pohon soga (kulit dan kayu), kayu laban, kayu mundu, jirek. Sebagian bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan zat zat warna alam ialah jeruk citrum, cuka, sendawa, tawas, gula batu, tetes, air kapur, tape, daun jambu (Susanto, 1980:82). 2) Batik kreasi baru atau Kontemporer Batik kreasi baru merupakan batik yang tidak lazim kelihatan batik, tetapi masih menggunakan proses pembuatan sama seperti membuat batik. Konsep kontemporer menimbulkan gaya modern. Batik kreasi baru ialah semua macam jenis batik yang motif dan gayanya tidak seperti batik tradisional (Musman, 2011:17-22). Batik kreasi baru sudah menggunakan zat warna buatan. Zat warna buatan pada umumnya mempunyai daya pewarnaan lebih tinggi daripada warna dari bahan alami, dan memiliki kemurnian tertentu sehingga untuk mencapai suatu warna tertentu akan lebih cepat dan mudah (Kusumawardhani, 2012:55). Batik kini tidak lagi digunakan hanya untuk kalangan keraton. Pada perkembangannya, batik kini telah menjadi salah satu pakaian nasional Indonesia (Wulandari, 2011:2). Indonesia saat ini memasuki era baru, yaitu era ekonomi kreatif yang mendorong munculnya industri kreatif dalam berbagai bidang desain. Ekonomi kreatif yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang

20 20 Yudhoyono sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia mencakup batik sebagai salah satu komponen utamanya. Mulai dari menjadikan batik sebagai bagian dari sosial budaya Indonesia, komoditas ekonomi hingga membangun rasa bangga kepada anak negeri (Kudiya, 2011:9). Kunci penting dalam mengembangkan industri kreatif adalah kreativitas dan berinovasi. Salah satu faktor utama dalam industri kreatif adalah perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat yang semakin modern serta diikuti oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin maju membawa pengaruh terhadap berbagai bidang, khususnya bidang industri kreatif. Pengaruh kemajuan tersebut membawa perkembangan pembuatan tekstil yang semakin bertambah dengan fungsi yang semakin beragam. Seiring berkembangnya waktu perancangan tekstil tidak hanya sekedar bentuk pemenuhan akan fungsi fisik tetapi sudah memperhatikan fungsi estetis dan psikisnya. Gaya hidup memiliki andil dalam perkembangan produk tekstil baik dari segi teknik, desain dan fungsinya. Pesatnya perkembangan ini memicu munculnya berbagai upaya dalam peningkatan baik dari kualitas material maupun inovasi dari segi kreativitas pada teknik mendesain, guna meningkatkan nilai pakai maupun ekslusivitas produk tekstil yang dihasilkan. Tujuannya untuk menjadikan produk sebagai karya fungsional yang memiliki nilai ekstetis. Salah satu teknik pembuatan tekstil yang

21 21 mengalami perkembangan hingga saat ini adalah teknik tutup rintang atau batik. Perkembangan batik di Indonesia mengalami kemajuan setelah UNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia. Hal ini sebagai penanda awal usaha meningkatkan citra positif dan martabat bangsa Indonesia di forum Internasional, serta untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya batik. Hal ini didukung dengan munculnya keputusan presiden RI no.33 tahun 2009, menetapkan hari batik nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober (De, 2012:1). 3. Motif Batik Motif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itu mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah pola. Pola itulah yang nantinya akan diterapkan pada benda lain yang nantinya akan menjadi sebuah corak (Setiati, 2008:43). Corak adalah seluruh motif yang memenuhi permukaan juga dapat diartikan sebagai colour design, type, feature, and character. Merupakan identitas yang telah normatif, suatu tanda khusus untuk membedakan dengan yang lainnya. Corak dipakai dalam pembahasan objek-objek mati (Affanti, 2008:17).

22 22 Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Soesanto, 1980: 212). Keberagaman jenis motif pada batik dipengaruhi oleh beberapa unsur yang meliputi: a. Ornamen Berdasarkan ornamennya jenis motif batik dibagi menjadi tiga yakni ornamen utama, ornamen pengisi dan isen. 1) Ornamen utama Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada motif tersebut dan pada umunya ornamen-ornamen utama tersebut masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen-ornamen tersebut dalam suatu motif membuat jiwa atau arti dari pada motif itu sendiri (Soesanto, 1980: 212). Bentuk motif ini sering kali dijadikan sebagai nama motif batik. Ornamen utama dalam motif batik adalah Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Bangunan, Lidah Api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu. 2) Ornamen tambahan atau pengisi. Ornamen tambahan adalah suatu ragam hias yang tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. (Soesanto, 1980:212) Pada ornamen tambahan ini umumnya bentuknya digambarkan lebih kecil dan lebih sederhana, sedang dari pada ornamen utama. Ornamen tambahan atau pengisi ini juga sering disebut motif selingan. Dalam ornamen pengisi yang digambarkan dapat berbagai macam seperti bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau bentuk tumbuhan, seperti kuncup,

23 23 daun, bunga atau lung-lungan. Dalam satu motif, ornamen pengisi itu dapat hanya satu macam ornamen pengisi, dapat pula diisi dengan beberapa macam ornamen pengisi (Soesanto, 1980:276). 3) Isen Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis, yang berfungsi sebagai pengisi bidang ornamen dari motif atau mengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut (Soesanto, 1980:212). Isen motif berguna untuk memperindah pola batik secara keseluruhan. Isen ini memiliki nama-nama tertentu sesuai bentuknya, dan tidak jarang nama isen ini disertakan pada nama motif batik. 4. Batik Malam Dingin Selama lebih dari 150 tahun terakhir, produksi batik terlibat dengan berbagai perkembangan gagasan, baik pada aspek estetis, teknologi maupun fungsionalnya (Musman, 2011:9). Teknik yang digunakan dalam proses pembuatan batik sangat terkait dengan produk batik yang akan dihasilkan. Menurut Handoyo (2008:16), pola-pola batik kreasi baru tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan seperti batik klasik. Batik kreasi baru berpola bebas. Polanya dapat diambil dari seni primitive, bentuk patung, bentuk dari alam, atau kesenian daerah. Jenis batik dilihat dari tekniknya berkembang hingga memunculkan jenis Batik Kombinasi. Batik kombinasi adalah kain batik yang motifnya mengkombinasikan antara teknik batik cap dengan tulis, cap dengan lukis, maupun lukis dengan tulis.

24 24 Tujuan pencampuran teknik-teknik batik ini untuk menambah alternatif produk dan menekan harga jual supaya lebih rendah dibanding dengan batik tulis murni. Seiring perkembangan waktu dan zaman, saat ini muncul jenis batik dengan teknologi lebih modern yang praktis sehingga dalam pembuatannyamemakan waktu lebih singkat dan hasil produksi yang didapat lebih banyak dibanding menggunakan cara tradisional, jenis batik tersebut yaitu batik print atau sablon. Pada metode batik print atau yang sering dikenal dengan teknik malam dingin dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. Pada batik dengan teknik malam dingin ini, materi yang dicetak pada kain adalah malam (lilin) bukan pasta sablon warna seperti cetak sablon konvensional. Penelitian oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta, pada tahun 2004 dengan judul Pengembangan Sistem Pembatikan dengan Metode Screen dijelaskan bahwa malam dingin adalah suatu teknik pembatikan menggunakan screen yang merupakan proses pelekatan lilin batik menggunakan (alat) screen, yang biasa digunakan untuk proses sablon (screen printing) (Sulaeman, 2004:4).

25 25 C. Fokus Masalah Berdasarkan uraian permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka permasalahan perancangan difokuskan kepada : Bagaimana merancang motif batik yang terinspirasi dari makanan HIK dengan teknik cetak malam dingin?

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

MAKANAN HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN MOTIF BATIK MALAM DINGIN

MAKANAN HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN MOTIF BATIK MALAM DINGIN MAKANAN HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI INSPIRASI PERANCANGAN MOTIF BATIK MALAM DINGIN PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (untuk selanjutnya bisa disingkat dengan HIK) atau bisa disebut pula dengan

BAB I PENDAHULUAN. (untuk selanjutnya bisa disingkat dengan HIK) atau bisa disebut pula dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Surakarta, salah satu yang begitu populer dan tak dapat dipisahkan dari Kota Bengawan ini adalah Hidangan Istimewa Kampung (untuk selanjutnya bisa disingkat dengan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi produksi dan pengelolaan pada industri tekstil serta pengolahan kain dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut telah

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM KULINER

BAB II TINJAUAN UMUM KULINER BAB II TINJAUAN UMUM KULINER II.1. Pengertian Kuliner Culinary dalam bahasa Inggris berarti hal urusan dapur yang berkenaan dengan keahlian masak-memasak. 6 Dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM Yogyakarta

STMIK AMIKOM Yogyakarta KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS ANGKRINGAN Disusun Oleh : Feriyansyah 11.01.2975 11-D3TI-03 STMIK AMIKOM Yogyakarta 2012/2013 ABSTRAK Memiliki modal usaha yang minim sering kali membuat sebagian besar orang

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, mulai dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing kebudayaan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Selain keberagaman kebudayaan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya yaitu seni dekoratif

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 18 atau awal abad 19. Batik diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia milik dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik Blora merupakan istilah atau sebutan untuk produk batik khas dari daerah Blora (Ceviana, 2013). Penyebutan batik Blora pada awalnya digunakan untuk menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman motif dari batik dapat menjadikan batik menjadi sebuah komoditas terbesar dari budaya Indonesia, karena batik mewariskan suatu nilai tradisional di

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH

BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH 2.1 Kuliner Tradisional Masakan Tradisional adalah kegiatan manusia dalam menciptakan makanan dengan cara dan kebiasaan yang dilakukan turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya yang dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas, inovasi produk, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan Perancangan desain produk furnitur rak buku dengan gaya pop art, furnitur yang dibuat ialah furnitur rak buku dengan menampilkan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pariwisata dan makanan merupakan duet ideal, manakala ekses dari kegiatan pariwisata selalu membutuhkan makanan, sesuai dengan fitrah manusia atau wisatawan yang selalu

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam organisasi, lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat karena majunya teknologi dan globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I 1.1. Latar belakang PENDAHULUAN Batik merupakan kain bergambar yang sangat identik dengan penggunaan teknik khusus yang dibuat mulai dari penggambaran motif, menerapkan malam (lilin) panas pada kain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk pangan berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru.

I. PENDAHULUAN. Produk pangan berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk pangan berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru. Perkembangan zaman kian pesat era globalisasi mengubah pandangan masyarakat tentang suatu produk pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS Bisnis Makanan Tradisional Semakin Diburu Pasar Zakki Mubaraq 10.11.3992 SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2010/2011 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, yang didapat dari mata uang asing yang dikeluarkan oleh wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu faktor utama yang menguntungkan bagi negara sebab dapat meningkatkan pendapatan negara yang dapat menunjang usaha pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam seni dan budaya yang keberadaannya perlu dikembangkan dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan waktu. Banyak makanan dari daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wikipedia merupakan istilah umum untuk menyebut usaha yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. Wikipedia merupakan istilah umum untuk menyebut usaha yang menyajikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arti dari rumah makan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indon esia) adalah kedai tempat makan (menjual makanan). Rumah makan menurut Wikipedia merupakan istilah umum

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang

BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang BAB V PENUTUP Kesimpulan Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang pembatik di Surakarta yang meneruskan usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.504 pada tahun 2004 menurut data dari Departemen Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada negara berkembang salah satu yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan negaranya adalah pembangunan nasional di segala bidang, tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesehatan, padahal makanan juga bisa dilihat dari sudut pandang budaya.

I. PENDAHULUAN. dan kesehatan, padahal makanan juga bisa dilihat dari sudut pandang budaya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan dianggap penting karena merupakan bagian terbesar dari proses kelangsungan hidup manusia. Selama ini, makanan hanya dikaji dari aspek gizi dan kesehatan,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri kreatif merupakan kumpulan aktivitas terkait dengan penciptaan atau penggunaan ilmu pengetahuan dan informasi untuk menciptakan nilai dan pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah 34 provinsi yang kaya dengan keberagaman budaya seperti kesenian, rumah adat, senjata perang, pakaian tradisional,

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS USAHA WARTEG ( WARUNG TEGAL )

TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS USAHA WARTEG ( WARUNG TEGAL ) TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS USAHA WARTEG ( WARUNG TEGAL ) NAMA : FAHMI SUGANDI NIM : 11.11.4946 KELAS : 11-S1TI-05 JURUSAN : S1-TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Jenis dan Perkembangan Teknik Batik Batik adalah upaya pembuatan ragam hias pada permukaan kain dengan cara menutup bagian-bagian yang tidak dikehendaki berwarna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi yang sedang berkembang dengan cepat dan pesat dewasa ini, memungkinkan setiap individu atau kelompok menerima, menyerap dan mengkaji segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan. setiap manusia pasti membutuhkan makanan, khususnya makanan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis makanan merupakan aspek yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Bisnis makanan tidak akan ada habisnya, karena setiap manusia pasti membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat persaingan dalam perdagangan internasional yang ketat mangharuskan setiap negara untuk menyiapkan industrinya agar dapat bersaing. Daya saing yang tinggi dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 36 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. SEJARAH SINGKAT CAFÉ TIGA TJERET Café Tiga Tjeret merupakan sebuah wedangan yang bernuansa café, dengan mengusung konsep urban style,. Tempat ini bernuansa café

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Yuliana 1, Lucy Fridayati 1, Apridanti Harmupeka 2 Dosen Fakultas Pariwisata dan perhotelan UNP

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari sumber sebagai berikut: a. Literatur Didapat dari macam-macam buku baik cetak maupun

Lebih terperinci

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Bisnis Yogyakarta merupakan kota tujuan wisata. Oleh karena itu, bisnis-bisnis yang berkaitan dengan pariwisata seperti hotel, tempat rekreasi, serta kuliner

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di Indonesia tidak hanya untuk menikmati keindahan alam atau panoramanya saja. Lebih daripada itu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB II OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta. dibanding tahun sebelumnya (Hermawan,2013).

BAB II OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta. dibanding tahun sebelumnya (Hermawan,2013). BAB II OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Industri Kuliner di Yogyakarta Bisnis usaha kuliner di Yogyakarta dewasa ini semakin berkembang. Hal ini didukung semakin brekembangnya pendatang baik yang menetap

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah merupakan kekayaan budaya nasional sejak dahulu kala. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam rempah-rempah yang disediakan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahap pembelian, konsumen seringkali menggunakan persepsi, afektif (perasaan), serta preferensinya untuk memutuskan pembelian suatu produk. Besarnya pengaruh persepsi, afektif

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Menurut ASEAN DNA, sebuah situs untuk mempromosikan pemahaman yang berkaitan dengan karakteristik ASEAN menyebutkan bahwa rata-rata tinggi badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai pendahuluan. Pokok bahasan yang terdapat pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. BAB V PENUTUP A. Simpulan Sifat konsumtif merupakan suatu yang wajar dan pasti dimiliki oleh setiap manusia. Wedangan modern telah membuat pergeseran fungsi makan dari awalnya yang sebagai pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut secara langsung dirasakan oleh masyarakat yang tergolong pada strata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut secara langsung dirasakan oleh masyarakat yang tergolong pada strata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi tahun 1998 masih terus melekat sampai sekarang, bahkan meningkat menjadi krisis multi dimensi. Krisis tersebut

Lebih terperinci