BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 1. Menurut PSAK 1 (IAI, 2002 : par 47) Laporan keuangan adalah Laporan yang menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. 2. Menurut PSAK 1 no:1 (revisi 2009) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. 3. Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan (2006:105) Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. 4. Menurut Sutrisno dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan aplikasi) Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari prosisi akuntans yang meliputi dua laporan utama yakni, Neraca dan Laporan Laba Rugi Tujuan laporan keuangan Berdasarkan PSAK 1 revisi tahun 2009, Tujuan dari pembuatan laporan keuangan berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebagai berikut : 9

2 1. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. 2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian,laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkindibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umummenggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidakdiwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3. Menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), ataupertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakankepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan ataupertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuatkeputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusanuntuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusanuntuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode; b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode; c. Laporan perubahan ekuitas selama periode; d. Laporan arus kas selama periode; e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi pentingdan informasi penjelasan lainnya; dan 10

3 f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketikaentitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif ataumembuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitasmereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya Jenis Laporan Keuangan Mengacu pada pendapat Weygandt, Kimmel dan Kieso (2011:21) setiapperusahaan mempersiapkan empat laporan keuangan yang digunakan untukmencatat data keuangan perusahaan, yaitu: 1. Laporan laba rugi (income statement), menyajikan pendapatan dan beban serta hasil dari keuntungan bersih ataupun kerugian bersih dari suatuperusahaan pada waktu tertentu. 2. Laporan perubahan ekuitas (retained earnings statement), menyajikanperubahan ekuitas pada waktu tertentu. 3. Laporan posisi keuangan (statement of financial position), menyajikanlaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada waktutertentu. 4. Laporan arus kas (statement of cash flows), menyajikan informasi yangtertuju pada kas masuk (penerimaan) dan kas keluar (pengeluaran) padawaktu tertentu. 2.2 Pengertian PSAK PSAK merupakan kepanjangan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan diperbaharui secara terus menerus sejak tahun Pembaharuan terhadap 11

4 PSAK ini diharapkan agar perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan yang lebihmemenuhi standar-standar akuntansi. PSAK menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuanganbertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut laporan keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuanganperiode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataanini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporankeuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan yang dapat dipercaya,dapat diandalkan, relevan dan dapat diperbandingkan. 2.3 Aset Tak Berwujud Menurut PSAK No. 19 revisi 2010 aset tak berwujud adalah aset nonmoneteryang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik.ditambahkan Weygandt, Kimmel dan Kieso (2011:406) menyatakan bahwa Intangible asset are rights, privileges, and competitive advantages that resultfrom the ownership of long-lived assets that do not possess physical substances. Berdasarkan definisi tersebut, tiga elemen harus disesuaikan sebelum sebuahitem bisa didefinisikan sebagai aset tak berwujud yaitu: 1. Dapat diidentifikasi Aset tak berwujud harus bisa diidentifikasi untuk memisahkannya darigoodwill. Sebuah aset dapat diidentifikasi sesuai dengan kriteria aset takberwujud ketika aset tersebut dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitasdan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan, atau 12

5 ditukarkan,baik secaraindividual atau bersama dengan kontrak terkait, aset teridentifikasi, atauliabilitas teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk melakukanhal tersebut atau timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepasapakah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hakdan kewajiban lain. 2. Pengawasan Suatu entitas bisa mengendalikan aset tak berwujud ketika mengacu kepada kekuatan untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan yang mengalirdari sumber daya yang mendasari dan kekuatan untuk membatasi akseskepada pihak lain atas manfaat tersebut. 3. Manfaat Ekonomi di Masa Depan Manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset tak berwujud sepertipendapatan yang didapat dari penjualan produk atau jasa, atau manfaatlainnya yang dihasilkan dari penggunaan aset tak berwujud oleh entitas untukmenunjukkan manfaat ekonominya di masa depan Ruang Lingkup PSAK Goodwill Beams, et al (2009:28) mendefinisikan goodwill sebagai the excess of the investment cost over the fair value of assets received. Mengestimasi goodwill membutuhkan spekulasi, sehingga jumlah yang dapat dikapitalisasi sebagai goodwill adalah porsi yang tersisa dari harga beli setelah seluruh aset dan liabilitas baik yang tangible maupun yang intangible telah dinilai. 13

6 2. Research and Development Merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru. Dapat berupa pencarian, evaluasi dan seleksi final untuk penerapan atas penemuan riset atau pengetahuan lain. Pencarian atas alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa; dan perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi final berbagai kemungkinan alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem atau jasa yang baru atau ditingkatkan. 3. Aset Tidak Berwujud Berdasarkan pendapat Kieso, Weygandt dan Warfield (2011:623) terdapat enam kelompok jenis dari aset tak berwujud yaitu: 1. Aset tak berwujud yang terkait dengan pemasaran (Marketing-related intangible assets) Aset tak berwujud yang terkait dengan pemasaran digunakan dalam pemasaran atau promosi produk atau jasa. Contohnya yaitu merek dagang atau nama dagang, susunan dewan direksi di surat kabar, nama domain Internet, dan nama perjanjian nonpersaingan. Bentuk yang paling umum atas aset tak berwujud yang berkaitan dengan pemasaran adalah merek dagang (trademark) atau nama dagang (trade name) merupakan suatu kata, frasa, atau simbol yang membedakan atau mengidentifikasi suatu perusahaan atau produk tertentu. 2. Aset tak berwujud yang terkait dengan pelanggan (Customer-related intangible assets) Aset tak berwujud yang terkait dengan pelanggan dalam bentuk interaksi dengan pihak luar. Contohnya adalah daftar pelanggan, catatan 14

7 pesanan atau catatan produksi, dan hubungan dengan pelanggan yang terikat kontrak maupun yang tidak. 3. Aset tak berwujud yang berhubungan dengan seni (Artistic-related intangible assets) Aset tak berwujud yang terkait dengan seni termasuk hak kepemilikan naskah drama, karya sastra, karya musik, gambar-gambar, foto, dan materi video dan audiovisual. Hak cipta melindungi hak kepemilikan ini. Hak cipta (copyrights) merupakan hak yang diberikan pemerintah kepada para penulis, pelukis, pemusik, pematung, dan seniman lain atas kreasi dan ekspresi mereka. Hak cipta diberikan selama umur penciptanya ditambah 70 tahun dan memberikan kepada pemilik, atau pewarisnya, hak eksklusif untuk memproduksi ulang dan menjual suatu pekerjaan artistik atau yang dipublikasikan. Hak cipta tidak dapatdiperbaharui. Biaya untuk memperoleh dan mempertahankan suatu hak cipta dapat dikapitalisasi, tetapi biaya penelitian dan pengembangan yang terlibat harus dibebankan pada saat terjadinya. 4. Aset tak berwujud yang berhubungan dengan kontrak (Contract-related intangible assets) Aset tak berwujud yang berhubungan dengan kontrak merupakan nilai dari hak yang muncul dari perjanjian kontrak. Contoh dari waralaba (franchise) yaitu perjanjian lisensi, ijin bangunan, hak siaran, dan kontrak jasa, atau pasokan. Bentuk umum dari aset tak berwujud yang berhubungan dengan kontrak adalah waralaba (franchise). Franchisor, yang telah mengembangkan suatu konsep atau produk yang unik melindungi konsep atau produknya dengan paten, hak cipta, merek 15

8 dagang, atau nama dagang. Franchisee memperoleh hak untuk memanfaatkan ide-ide atau produk franchisor dengan menandatangani perjanjian waralaba. 5. Aset tak berwujud yang berhubungan dengan teknologi (Technologyrelatedintangible assets) Aset tak berwujud yang berhubungan dengan teknologi berkaitandengan inovasi atau kemajuan teknologi. Contoh dari teknologi yangdipatenkan dan rahasia dagang diberikan oleh pemerintah ataupun bagiandari pemerintah.paten (patent) memberikan kepada pemegangnya hak eksklusif untukmenggunakan, membuat, dan menjual suatu produk atau proses selamaperiode 20 tahun tanpa campur tangan atau pelanggaran dari pihak lain Pengakuan dan Pengukuran Dalam mengakui suatu pos sebagai aset tidak berwujud, entitas perlu menunjukkan bahwa pos tersebut harus memenuhi kritiria tertentu. Persyaratan ini diterapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau mengembangkan secara internal aset tidak berwujud dan biaya yang terjadi kemudian untuk menambahkan, mengganti sebagian, atau memperbaiki aset tersebut. Kriteria yang harus dipenuhi : (a) Definisi aset tidak berwujud Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi jika: Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dipindahkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan, baik 16

9 secara tersendiri atau bersama-sama dengan kontrak terkait, aset atau liabilitas teridentifikasi, terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebut; atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya, terlepas dari apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban lainnya. (b) Kriteria pengakuan Aset tidak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika: kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa depan, entitas menggunakan asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa manfaat aset tersebut Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis Sesuai dengan PSAK 22 (revisi 2010): Kombinasi Bisnis, jika aset tidak berwujud diperoleh dalam kombinasi bisnis, maka biaya dari aset tidak berwujud adalah nilai wajar aset pada tanggal akusisinya. Proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan dari pihak diakuisisi memenuhi kriteria aset takberwujud jika: memenuhi definisi aset; dan teridentifikasi, misalnya dapat dipisahkan atau timbul dari kontrak atau hak legal lainnya. 17

10 Pengukuran Nilai Wajar Aset Tidak Berwujud yang Berasal dari Kombinasi Bisnis Aset tidak berwujud yang dihasilkan dari kombinasi bisnis mungkin dapat dipisahkan, namun harus dipisahkan bersama dengan aset berwujud atau tidak berwujud lainnya. Misalnya, judul publisitas sebuah majalah mungkin tidak dapat dijual secara terpisah dari database pelanggan majalah tersebut, atau merek dagang dari suatu air mineral pegunungan mungkin berhubungan dengan suatu mata air tertentu dan tidak dapat dijual terpisah dari mata airnya. Dalam kasus yang demikian, pihak pengakusisimengakui sekelompok aset sebagai aset tunggal yang terpisah dari goodwill jika nilai wajar dari setiap aset di dalam kelompok tersebut tidak dapat diukur secara andal. Kuotasi harga pasar di pasar aktif memberikan estimasi nilai wajar yang paling andal untuk sebuah aset tidak berwujud. Harga pasar yang tepat biasanya adalah harga penawaran saat ini. Jika harga penawaran saat ini tidak tersedia, maka harga terkini dari transaksi serupa dapat menjadi dasar untuk mengestimasi nilai wajar aset, sepanjang tidak terdapat perubahan keadaan ekonomi yang signifikan antara tanggal transaksi dan tanggal dimana nilai wajar aset diestimasi. Jika tidak terdapat pasar aktif untuk aset tidak berwujud, nilai wajar dari aset tersebut adalah jumlah yang entitas bersedia bayar untuk mendapatkan aset tersebut, pada tanggal akuisisi, dalam suatu transaksi wajar antara pihak yang berpengetahuan dan berkeinginan, (berdasarkan tersedianya informasi terbaik). Dalam menentukan nilai tersebut, entitas mempertimbangkan hasil dari transaksi terkini untuk aset sejenis. 18

11 Pengeluaran Lebih Lanjut yang Muncul dari Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pengeluaran penelitian dan pengembangan yang : Terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan pada perolehan secara terpisah atau dalam kombinasi bisnis dan diakui sebagai aset tak berwujud; dan Terjadi setelah akuisisi proyek tersebut harus di bukukan. Dalam menerapkan persyaratan atas tahap riset dan pengembangan maka pengeluaran berikutnya atas proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan, (baik proyek tersebut diperoleh terpisah atau dari kombinasi bisnis dan proyek tersebut diakui sebagai aset tidak berwujud): Diakui sebagai beban saat terjadinya jika merupakan pengeluaran penelitian Diakui sebagai beban saat terjadinya jika merupakan pengeluaran pengembangan yang tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset tidak berwujud. Ditambahkan kepada jumlah tercatat dari proyek penelitian dari pengembangan dalam proses jika biaya pengembangan tersebut memenuhi kriteria pengakuan Goodwill yang Dihasilkan Secara Internal Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak boleh diakui sebagai aset karena goodwill tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak timbul dari kontrak atau hak legal) yang dikendalikan oleh entitas dan bisa diukur secara andal menurut biaya perolehannya. 19

12 Selisih antara nilai pasar entitas dan jumlah tercatat aset bersih teridentifikasi dapat mencerminkan berbagai faktor yang mempengaruhi nilaientitas tersebut. Namun, selisih tersebut tidak bisa dianggap sebagai biaya perolehan aset tidak berwujud yang dikendalikan oleh entitas. Pada PSAK 22 Goodwill yang Diakui Sebelumnyaentitas menerapkan pernyataan ini secara prospektifuntuk goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis yangtanggal akuisisinya sebelum 1 Januari Oleh karena itu,entitas: (a) menghentikan amortisasi goodwill sejak awal periodetahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari2011; (b) mengeliminasi jumlah tercatat yang terkait denganakumulasi amortisasi sehubungan penurunan goodwillpada awal periode tahun buku yang dimulai pada atausetelah tanggal 1 Januari 2011; dan (c) melakukan uji penurunan nilai atas goodwill sesuaidengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Asetsejak awal periode tahun buku yang dimulai pada atausetelah 1 Januari Sedangkan untuk goodwill negatif yang Diakui Sebelumnya Pada awal periode tahun buku yang dimulai pada atausetelah 1 Januari 2011 yang berasal dari kombinasi bisnis yangtanggal akuisisinya sebelum 1 Januari 2011, jumlah tercatatgoodwill negatif dihentikan pengakuannya dengan melakukanpenyesuaian terhadap saldo laba awal periode tahun buku yangdimulai pada atau setelah 1 Januari

13 Aset Tidak Berwujud yang Dihasilkan Secara Internal Dalam menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal memenuhi syarat untuk diakui, entitas menggolongkan proses dihasilkannya aset tidak berwujud menjadi dua tahap: Tahap Riset Entitas tidak mengakui aset tidak berwujud yang timbul dari riset (atau dari tahapan riset pada proyek internal). Pengeluaran untuk penelitian (atau tahap riset pada suatu proyek internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Pada tahap riset sebuah proyek internal, entitas tidak dapat menunjukkan bahwa aset tidak berwujud yang ada akan memberikan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Dengan demikian, pengeluaran untuk riset selalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya Tahap Pengembangan Suatu aset tidak berwujud yang timbul dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan pada suatu proyek internal) diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat menunjukkan semua hal berikut ini: Kelayakan teknis penyelesaian aset tidak berwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat digunakan atau dijual; maksud untuk menyelesaikan aset tidak berwujud tersebut dan menggunakannya atau menjualnya; kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset tidak berwujud tersebut; 21

14 bagaimana aset tidak berwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan. Antara lain entitas harus mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset tidak berwujud atau pasar atas aset tidak berwujud itu sendiri, atau, jika aset tidak berwujud itu akan digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan aset tidak berwujud tersebut; tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan pengembangan aset tidak berwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut; dan kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak bewujud selama pengembangannya. Contoh contoh kegiatan pengembangan adalah: desain, konstruksi, serta pengujian purwarupa dan model sebelum produksi atau sebelum digunakan; desain, peralatan,jig, cetakan, dan pewarnaan yang melibatkan teknologi baru; desain, konstruksi, dan operasi, pabrik percontohan, yang skalanya tidak ekonomi, untuk produksi komersial; dan desain, konstruksi, dan pengujian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa, yang baru atau yang diperbaiki. Merek, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar pelanggan dan hal yang secara substansi serupa yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset tidak berwujud. Pengeluaran dalam rangka menghasilkan merek, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar 22

15 pelanggan dan hal secara substansi sama yang dihasilkan secara internal tidak dapat dibedakan dengan biaya untuk mengembangkan usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu, hal hal tersebut tidak diakui sebagai aset tidak berwujud Pengakuan Beban Pengeluaran atas aset tidak berwujud harus diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali: Pengeluaran itu merupakan bagian dari biaya perolehan aset tidak berwujud yang memenuhi kriteria pengakuan Sesuatu yang takberwujud tersebut diperoleh melalui suatu kombinasi bisnis dan tidak dapat diakui sebagai aset takberwujud. Jika demikian halnya, makapengeluaran tersebut merupakan bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi. untuk kegiatan penelitian selalu diakui sebagai beban pada saat terjadinya, Contoh lain dari pengeluaran yang diakui sebagai beban saat terjadinya adalah: Pengeluaran untuk kegiatan perintisan (biaya perintisan), kecuali apabila pengeluaran ini termasuk dalam biaya perolehan pos aset tetap. Biaya perintisan dapat mencakup biaya pendirian, seperti biaya hukum dan biaya kesekretariatan / administratif yang dikeluarkan dalam rangka mendirikan badan hukum, pengeluaran dalam rangka membuka usaha atau fasilitas baru (biaya pra-pembukaan) atau pengeluaran untuk memulai operasi baru atau meluncurkan produk atau proses baru (biaya pra-operasional) 23

16 pengeluaran untuk kegiatan pelatihan; pengeluaran untuk kegiatan iklan dan promosi; pengeluaran dalam rangka relokasi dan reorganisasi sebagian atau seluruh entitas. Beban masa lalu tidak diakui sebagai. Pengeluaran atas unsur aset tidak berwujud yang awalnya diakui oleh entitas sebagai beban tidak boleh diakui sebagai bagian dari biaya (harga perolehan) aset tidak berwujud dikemudian hari Pengukuran Setelah Pengakuan Semua aset dalam kelompok tersebut harus dicatat dengan menggunakan model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut Model Biaya dan Model Revaluasi Setelah pengakuan awal dengan model biaya, aset tak berwujud berwujud dicatat pada biaya perolehannya dikurangi akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Setelah pengakuan awal dengan model revaluasi, aset takberwujud dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi amortisasi dn akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Untuk tujuan revaluasi berdasarkan Pernyataan ini, nilai wajar ditentukan dengan menggunakan referensi dari pasar aktif. Revaluasi harus dilakukan secara reguler sehingga pada tiap akhir periode pelaporan sehingga pada tiap akhir periode pelaporan jumlah tercatat aset tidak berwujud tersebut memiliki perbedaan yang material dengan nilai wajarnya. Model revaluasi tidak memperbolehkan: 24

17 revaluasi aset tidak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset; atau Pengakuan awal aset tidak berwujud pada jumlah (tertentu) selain dari biayanya. Frekuensi revaluasi tergantung dari volatilitas nilai wajar aset tidak berwujud yang direvaluasi. Jika nilai wajar aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka dibutuhkan adanya revaluasi lebih lanjut. Beberapa aset tidak berwujud mungkin mengalami perubahan nilai wajar yang signifikan, untuk itu dibutuhkan revaluasi tahunan. Revaluasi tahunan tersebut tidak perlu dilakukan untuk aset tidak berwujud yang perubahan nilai wajarnya tidak signifikan. Jika suatu aset tidak berwujud dalam sekelompok aset yang direvaluasi tidak dapat direvaluasi karena tidak terdapat pasar aktif untuk aset tersebut, maka harus dicatat pada harga perolehannya dikurangi akumulasi amortilisasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai. Jika nilai wajar dari aset tidak berwujud yang direvaluasi tidak lagi dapat ditentukan dengan referensi pasar aktif, jumlah tercatat aset haruslah adalah jumlah revaluasian pada tanggal terakhir kali revaluasi dilakukan dengan referensi (nilai) pasar aktif dikurangi akumulasi biaya penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.jika nilai wajar aset dapat ditentukan dengan referensi pasar aktif pada tanggal setelah tanggal pengukuran, model revaluasi diterapkan mulai tanggal tersebut. Jika jumlah tercatat aset tidak berwujud meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kaenaikan 25

18 tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset yang sama akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan rugi laba. Jika jumlah tercatat aset tidak berwujud turun akibat revaluasi,maka penurunan tersebut diakui dalam laporan rugi laba. Namun, penurunan tersebut harus diakui pada pendapatan komprehensif lain sepanjang tidak melebihi saldo surplus revaluasi atas aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain tersebut mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi Umur Manfaat Entitas menilai apakah masa manfaat aset tidak berwujud terbatas atau tak terbatas dan, jika terbatas, jangka waktu atau jumlah produksi atau jumlah unit serupa yang dihasilkan selama masa manfaat. Aset tidak berwujud dianggap oleh entitas memiliki umur manfaat tak terbatas jika, berdasarkan analisis dari seluruh faktor relevan, tidak ada batas yang terlihat pada saat ini atas periode yang mana aset diperkirakan menghasilkan arus kas neto untuk entitas. Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat aset tidak berwujud, termasuk: (a) harapan manfaat aset bagi entitas dan apakah aset dapat dikelola secara efisien oleh tim manajemen lain; (b) daur hidup tipikal dari aset dan informasi umum mengenai estimasi umur manfaat dari aset serupa yang digunakan untuk keperluan yang serupa; (c) keusangan teknis, teknologi, komersial atau jenis lain dari keusangan; 26

19 (d) stabilitas industri dimana aset beroperasi dan perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan aset; (e) perkiraan atas tindakan kompetitor atau kompetitor potensial; (f) tingkat pengeluaran perawatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan manfaat ekonomis masa depan dari aset dan kemampuan entitas serta niat entitas untuk mencapai tingkat tersebut; (g) periode pengendalian aset dan batasan hukum atau batasan serupa dalam pemanfaatan aset, seperti masa berlaku sewa yang berhubungan; dan (h) apakah umur manfaat aset bergantung pada umur manfaat aset lain entitas Aset Tidak Berwujud Dengan Masa Manfaat Terbatas Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi Jumlah tersusutkan aset takberwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk digunakan, yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam kondisi untuk beroperasi sesuai dengan cara yang dimaksudkan oleh manajemen. Amortisasidihentikan pada tanggal yang lebih awal antara ketika aset dikelompokan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang digolongkan dalam aset yang dimiliki untuk dijual). Metode amortisasi yang digunakan harus menggambarkan pola konsumsi entitas atas manfaat ekonomis masa depan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang dibebankan setiap periode diakui dalam laporan laba rugi kecuali ada pernyataan yang mengijinkan atau mensyaratkan amortisasi tersebut dimasukan dalam jumlah tercatat aset lain. 27

20 Berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah penyusutan suatu aset atas dasar yang sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode-metode tersebut meliputi metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih berdasarkan pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode lainnya Penelaahan Periode Amortisasi dan Metode Amortisasi Periode amortisasi dan metode amortisasi aset takberwujud dengan umur manfaat terbatas ditelaah setidaknya setiap akhir tahun buku. Jika perkiraan masa manfaat aset berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, maka periode amortisas disesuaikan Aset Tidak Berwujud Ddengan Masa Manfaat Tak Terbatas Penelaahan penilaianumur manfaat suatu aset tidak berwujud yang tidak diamortisasi ditelaah setiap periode untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi dapat terus mendukung atau penelitian bahwa umur manfaat tetap tak terbatas. Jika tidak, maka perubahan umur manfaat yang muncul dari tak terbatas menjadi terbatas diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi Pengungkapan Umum Suatu entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud, yang dihasilkan secara internal dan aset tidak berwujud lain: (a) umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas, umur manfaat atau tarif amortisasi yang digunakan. 28

21 (b) metode amortisasi yang digunakan untuk aset tidak berwujud dengan umur manfaat terbatas; (c) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (secara agregat dengan akumulasi kerugian akibat penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; (d) pos dalam laporan laba rugi komprehensif yang mana amortisasi aset tidak berwujud termasuk (didalamnya); (e) pengakuan atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukkan: i. penambahan, secara terpisah mengindikasikan aset tidak berwujud dari pengembangan internal, yang diperoleh secara terpisah, dan yang diperoleh melalui kombinasi bisnis; ii. Aset digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok aset lepasan dan dikelompokan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan ketentuan Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan penghapusan lainnya; iii. peningkatan atau penurunan selama periode tersebut yang berasal dari revaluasi sesuai dan dari pengakuan kerugian penurunan nilai atau pembalikan dalam penapatan komprehensif lainnya yang sesuai dengan): Penurunan Nilai Aset (jika ada); iv. kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan rugi laba selama periode sesuai dengan: Penurunan Nilai Aset (jika ada); v. kerugian penurunan nilai yang dibalik dalam laporan rugi laba selama periode sesuai dengan : Penurunan Nilai Aset (jika ada); vi. setiap amortisasi yang diakui selama periode; 29

22 vii. selisih kurs neto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan ke mata uang penyajian, dan penjabaran operasi luar negeri ke mata uang penyajian yang digunakan entitas; dan viii. perubahaan lainnya pada jumlah tercatat aset selama periode.. Entitas juga mengungkapkan: (a) Untuk aset tidak berwujud yang dinilai dengan masa manfaat tak terbatas, jumlah tercatat aset dan alasan yang mendukung penilaian masa manfaat ta kterbatas tersebut. Dalam memberikan alasan, entitas harus menjelaskan faktor signifikan dalam menentukan aset tersebut memiliki masa manfaat tak terbatas. (b) deskripsi, mengenai jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari tiap tiap aset tidak berwujud yang material terhadap laporan keuangan entitas. (c) untuk aset tidak berwujud yang dimiliki dengan jaminan (hibah) pemerintah dan awalnya diakui pada nilai wajar i. nilai wajar pada pengakuan awal atas aset aset tersebut; ii. jumlah tercatatnya ; dan iii. apakah aset tersebut diukur setelah pengakuan dengan model biaya atau model revaluasi. (d) eksistensi dan jumlah tercatat dari aset tidak berwujud yang kepemilikannya dibatasi dan jumlah tercatat aset yang menjadi jaminan atas liabilitas. (e) nilai kontrak untuk akuisisi aset tidak berwujud Pengeluaran Riset (Penelitan) dan Pengembangan Entitas harus mengungkapkan nilai keseluruhan (agregat) dari biaya penelitian dan pengembangan yang diakui sebagai biaya selama periode.pengeluaran riset dan pengembangan terdiri atas seluruh pengeluaran yang secara langsung dapat diatribusikan ke penelitian dan pengembangan. 30

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan di dalam perusahaan merupakan salah satu sumber informasi penting yang dibutuhkan oleh para stakeholders

Lebih terperinci

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets 1 Ruang Lingkup Dikecualikan dari penerapan PSAK 19 : Aset tidak berwujud yang diatur standar lain (goodwill-psak 22) Aset keuangan (PSAK 50) Hak

Lebih terperinci

PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009)

PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009) 1 PSAK 19 ASET TIDAK BERWUJUD (REV 2009) Aria Farahmita Ruang Lingkup 2 Dikecualikan dari penerapan PSAK 19 : Aset tidak berwujud yang diatur standar lain (goodwill-psak 22) Aset keuangan (PSAK 50) Hak

Lebih terperinci

Materi: 13. INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud)

Materi: 13. INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud) Materi: 13 INTANGIBLE ASSETS (Aset Tidak Berujud) 2 Tujuan Pembelajaran 1. Menggambarkan kontrol internal terhadap aset tetap tidak berujud. 2. Menghitung dan menjurnal perolehan aset tetap tidak berujud

Lebih terperinci

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013 ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013 Kelompok 7 : DANANG INDRA KURNIAWAN (7) GADING BAGASKORO (14) R. AHMAD FISKA ALBA FUAD

Lebih terperinci

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Edisi : IX/September 2009 LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Oleh: Ikhlasul Manna Muhammad Fahri Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan I. PENDAHULUAN PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000)

TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000) TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000) Wahyuni Lestari Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Email : yunihio@yahoo.com ABSTRACT During the last two

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH X.1 ASET TETAP A. Definisi Aset Tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa, disewakan kepada pihak

Lebih terperinci

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. VIII.1 ASET TETAP A. Definisi 01. Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. November 0 (revisi 0) exposure draft Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Aset Tidak Berwujud Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor. Laporan keuangan merupakan cermin dari kondisi suatu perusahaan, sehingga investor dapat memutuskan

Lebih terperinci

BAGIAN IX ASET

BAGIAN IX ASET - 81 - BAGIAN IX ASET IX.1 ASET TETAP A. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan akan digunakan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2. PENGAMPU Nugraeni AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2 PENGAMPU Nugraeni PENGGABUNGAN USAHA DEFINISI Dalam PSAK No. 22 paragraf 8 disebutkan bahwa : Penggabungan usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aset Tetap Sebelum membahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap aset tetap, perlu kita ketahui terlebih dahulu beberapa teori mengenai aset tetap.

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015 Perbedaan PSAK 1 Tahun 2013 & 2009 Perihal PSAK 1 (2013) PSAK 1 (2009) Judul laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

Dalam Ekonomi Hiperinflasi

Dalam Ekonomi Hiperinflasi ED PSAK No. Agustus 0 exposure draft Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Pelaporan Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

PSAK 4 LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI Aria Farah Mita

PSAK 4 LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI Aria Farah Mita PSAK 4 LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI 2016 Aria Farah Mita Tujuan dan Ruang Lingkup Par. 01 : Tujuan Mengatur persyaratan akuntansi untuk investasi pada entitas anak, ventura bersama,dan entitas asosiasi

Lebih terperinci

Accounting Standards Update

Accounting Standards Update Accounting Standards Update Dalam edisi ini: 1. PSAK 19 (Revisi 2010): Akuntansi Aset Takberwujud 2. PSAK 48 (Revisi 2009): Akuntansi Penurunan Nilai Aset 3. PSAK 58 (Revisi 2009): Akuntansi Aset Tidak

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset Aset sebagai sumber ekonomi sangat diharapkan oleh seluruh perusahaan dapat memberikan manfaat jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan di kemudian hari. Hal ini

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang: AGENDA Pengantar Pengertian dasar Akuntansi Pajak Penghasilan sesuai SAK 46 Implementasi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Penyajian Pajak Kini dan Pajak Tangguhan dalam Laporan Keuangan Komersial Aset dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Pada umumnya, konsep utama dari aset tetap adalah semua harta berwujud y ang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA Agenda 1. 2. 3. 4. Perkembangan Standar ISAK 29 Pengupasan Tanah PSAK Terkait Diskusi PSAK Pertambangan Umum Tidak ada standar akuntansi khusus industri pertambangan

Lebih terperinci

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui: 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring (bold italic) adalah paragraf standar, yang harus dibaca

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Fakultas 04FEB LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani Program Studi S1 Akuntansi Fitri Indriawati,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 20 BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 20 BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN Pernyataan ini sudah direvisi dengan PSAK 19 (Revisi 2000) - Aktiva Tidak Berwujud PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 20 BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN PENDAHULUAN Tujuan Tujuan Pernyataan ini adalah

Lebih terperinci

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia PSAK 16 (Revisi 2007) ASET TETAP Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia Agenda 1. Pengertian Aset Tetap 2. Pengakuan 3. Pengukuran Awal 4. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal 5. Depresiasi 6. Penurunan

Lebih terperinci

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN Desember 00 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement. Presented by: Dwi Martani

PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement. Presented by: Dwi Martani PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement Presented by: Dwi Martani Agenda 1 Tujuan dan Ruang Lingkup 2 Laporan Keuangan 3 Struktur dan Isi 4 Ilustrasi 2 TUJUAN Dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Secara umum Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian pendapatan Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva ke dalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA ASET TAK BERWUJUD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA ASET TAK BERWUJUD KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA ASET TAK BERWUJUD Buletin Teknis 17 Dasar Hukum UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP Listian Nurbaeni Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, listian.nurbaeni@gmail.com Abstrak Tujuan_Untuk mengetahui bagaimana implementasi PSAK 16 tentang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD - 17 - LAMPIRAN XXVII PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA PASURUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SASALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-347/BL/2012 TENTANG PENYAJIAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aset Tetap Menurut Reeve, Warren, dkk (2013:2) Aset tetap (fixed asset) adalah aset yang bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta

Lebih terperinci

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan produk atau hasil

Lebih terperinci

KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI

KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI 1. Investasi pada Entitas Lain (PSAK 15) Definisi aset keuangan menurut PSAK 50 adalah etiap aset yang berbentuk: (a) kas; (b) instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM ) Balai Kartini Jakarta, 16 Juni 2016 Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI (PSAK 4/IAS 7)

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI (PSAK 4/IAS 7) LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DAN LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI (PSAK 4/IAS 7) 19 Juni 2012 Universitas Bakri Aris Suryanta Laporan Keuangan Konsolidasi Definisi Kriteria Pengendalian Prosedur Konsolidasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Irham (2012:2), Laporan Keuangan adalah produk akhir dari akuntansi yang nantinya akan dianalisa lebih lanjut oleh

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS Dosen : Christian Ramos Kurniawan LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS 4-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield, Intermediate Accounting Laporan Posisi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD

AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD LAMPIRAN X PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Aset Tak Berwujud adalah

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap merupakan aset yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka waktu perputarannya

Lebih terperinci

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI PSAK 57 (REV. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 2 PSAK

Lebih terperinci

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam penelitian ini. Adapun penelitian

Lebih terperinci

PSAK 15 (Revisi 2009) Investasi pada Entitas Asosiasi

PSAK 15 (Revisi 2009) Investasi pada Entitas Asosiasi Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 4 PSAK 15 (Revisi 2009) Investasi pada Entitas Asosiasi Departemen Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

PSAK 13 PROPERTI INVESTASI

PSAK 13 PROPERTI INVESTASI PSAK 13 PROPERTI INVESTASI 1 2 Agenda 1 2 3 Ruang Lingkup dan Definisi Klasifikasi Properti investasi Pengakuan dan Pengukuran 4 5 Perolehan dan Pelepasan Pengungkapan 2 3 Perkembangan PSAK Properti Investasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Menurut IAI, PSAK No.16 (2011:16) aset tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang

Lebih terperinci

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI

PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Departemen Akuntansi dan PPA FEUI Workshop PSAK Terbaru dan Pengajaran Akuntansi FEUI Depok, 6-9 Juni 2011 Hari 3 - Sesi 2 PSAK 57 (Rev. 2009) PROVISI, LIABILITAS KONTINJENSI, DAN ASET KONTINJENSI Pusat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Aktiva a. Pengertian Aktiva Aktiva/harta adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan, yang lebih dikenal dengan istilah asset perusahaan. Jadi, aktiva (asset)

Lebih terperinci

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN

ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN ED PSAK 71 INSTRUMEN KEUANGAN RINGKASAN PERUBAHAN PSAK 71 Instrumen Keuangan Direncanakan Efektif 1 Januari 2019 Klasifikasi dan pengukuran untuk instrumen keuangan. Klasifikasi amortized cost dan fair

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty

PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa. Ellyn Octavianty 1 PSAK 30 SEWA (REVISI 2007) ISAK 8 Transaksi yang Mengandung Sewa Ellyn Octavianty AGENDA Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee Sewa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Hasjrat Abadi merupakan salah satu perusahaan swasta di Jakarta yang bergerak dalam bidang perdagangan umum. PT Hasjrat Abadi dahulunya berbentuk

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN XIV PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014

LAMPIRAN XIV PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 LAMPIRAN XIV PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 13 AKUNTANSI ASET TIDAK BERWUJUD Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 3 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 1. Kombinasi bisnis melalui perolehan saham PSAK No. 22 mendefinisikan kombinasi bisnis sebagai suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang Pendapatan disetujui dalam Rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weigandt, Kimmel dan Kieso (2011): Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi

Lebih terperinci

05FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN POSISI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani. Fitri Indriawati, SE., M.Si.

05FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN POSISI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani. Fitri Indriawati, SE., M.Si. Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Fakultas 05FEB LAPORAN POSISI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani Program Studi S1 Akuntansi Fitri Indriawati, SE., M.Si Tujuan Laporan Keuangan

Lebih terperinci

PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aktiva Tidak Berwujud telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 13 Oktober 2000.

PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aktiva Tidak Berwujud telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 13 Oktober 2000. PSAK NO. 19 13 Oktober 2000 (Revisi 2000) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan AKUNTANSI AKTIVA TIDAK BERWUJUD PSAK No. 19 (Revisi 2000) tentang Aktiva Tidak Berwujud telah disahkan oleh Dewan Standar

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA AMORTISASI BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan Bab IV PEMBAHASAN Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan akun-akun yang terdapat di dalam laporan keuangan Yayasan Sekolah TSK yang kemudian dianalisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2015 dan 2014 serta 1 Januari 2014 ASET Catatan 2015 2014 1 Januari 2014 Rp Rp Rp ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva tetap tertentu untuk memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif ini, kelangsungan hidup dan kesempatan perusahaan untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut:

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keuangan dari beberapa ahli, antara lain sebagaiberikut: BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Pengertian Laporan Keuangan Dalam upaya untuk membuat keputusan yang rasional, pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan seharusnya menggunakan

Lebih terperinci

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP SAK UMUM vs SAK ETAP No Elemen PSAK SAK ETAP 1 Penyajian Laporan Keuangan Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan suatu laporan kinerja yang bersifat historis atas suatu perusahaan pada periode tertentu yang bermanfaat dalam memberikan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Akuntansi memegang peranan penting dalam entitas karena akuntansi adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja

Lebih terperinci

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007)

PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) Pengajaran Akuntansi serta Workshop "PSAK Terbaru" 1 PSAK 30 (REVISI 2007) ISAK 8 (REVISI 2007) AGENDA 2 Ruang Lingkup Definisi Sewa Awal Sewa vs Awal Masa Sewa Klasifikasi i Sewa Sewa dalam Laporan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuntansi Akuntansi sering disebut sebagai bahasanya dunia usaha karena akutansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga mengambil cara lain yaitu dengan menjual sahamnya kepada para

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga mengambil cara lain yaitu dengan menjual sahamnya kepada para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, hampir setiap perusahaan yang besar mulai membutuhkan modal yang besar pula untuk memajukan usaha yang sedang di jalankan.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, dimiliki oleh perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual serta memiliki

Lebih terperinci