Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si (Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung)

Transkripsi

1 Peran Perguruan Tinggi dan Pekerja Sosial dalam Penyelenggaraan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) A. Pendahuluan Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si (Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung) Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, setiap komunitas lokal memiliki sumber daya internal untuk memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan bantuan atau pertolongan disekitar mereka, sehingga mereka berupaya untuk saling membantu untuk memecahkan permasalahan sosial yang terjadi. Namun sejalan dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan modern, maka fungsi internal masyarakat untuk membantu semakin terbatas bahkan hanya lingkup keluarga saja, sehingga masalah sosial yang cukup besar/banyak tidak dapat ditangani seluruhnya oleh sistem bantuan jaringan sosial tradisional masyarakat yang telah ada sejak lama. Masalah sosial merupakan kondisi kesenjangan dari kondisi yang seharusnya dengan kondisi yang aktual. Masalah sosial berkaitan dengan terjadinya ketidakberfungsian sosial seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi ekspektasi dari lingkungan sosialnya. Masalah sosial yang menjadi perhatian pemerintah salah satunya adalah masalah kemiskinan, berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada maret 2017 jumlah penduduk miskin mencapai 27,77 juta orang atau u(10,64) persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Dalam perkembangannya penanganan masalah sosial memerlukan intervensi dari pemerintah dan lembaga pelayanan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, dengan demikian pelayanan sosial menjadi salah satu fungsi masyarakat modern untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individual maupun kolektif. Penanganan masalah sosial memerlukan pendekatan sistematis dan komprehensif sehingga masalah sosial ini tidak bertambah dan lebih kompleks. Proses yang terencana ini dalam praktik pekerjaan sosial dilakukan dalam beberapa tahap. Proses pertolongan pekerjaan sosial merupakan hal yang penting dalam menangani masalah yang dialami baik oleh individu maupun kolektivitas di dalam masyarakat, sehingga penanganan masalah sosial dapat dilaksanakan secara tuntas. Proses pertolongan dilaksanakan oleh pekerja sosial yang berkaitan dengan masalah atau kebutuhan baik berkaitan dengan masalah yang bersifat individu, maupun masalah lainnya yang bersifat kolektivitas. Proses pertolongan pekerjaan sosial sejak awal hingga terminasi digunakan pada berbagai setting yang sesuai dengan sasaran pelayanan sosial, dengan demikian implementasi proses pertolongan ini dapat terintegrasikan dalam sistem layanan dan rujukan terpadu. Proses pertolongan atau pelayanan sosial merupakan bentuk tindakan nyata/ aktivitas yang dilaksanakan oleh individu, kelompok, masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau menanggulangi permasalahan masyarakat, sehingga terwujud kondisi kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Robert Barker (2014) yang menjelaskan bahwa pelayanan sosial merupakan aktivitas pelayanan dalam memajukan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, membantu orang menjadi lebih mandiri, memperkuat relasi keluarga, serta memulihkan individu, kelompok dan komunitas dapat berfungsi sosial. Demikian pula Thelma Mendoza (2002) menyatakan bahwa social (welfare) services refer to the programs, services, and other activities provided under various auspices to concretely answer the needs and problems of

2 the members of society. Dengan memperhatikan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa pelayanan kesejahteraan sosial merupakan program, pelayanan dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk dapat merespon kebutuhan dan masalah anggota masyarakat secara konkrit. OooPemerintah maupun masyarakat dalam upaya mengatasi masalah sosial dilakukan melalui berbagai cara baik dari dalam komunitas masyarakat itu sendiri dan juga pertolongan dari luar/ eksternal. Pada dasarnya dari berbagai program pelayanan sosial yang dilaksanakan pemerintah maupun oleh masyarakat dapat dikelompokkan kedalam beberapa golongan. Mendoza mengemukakan program kesejahteraan sosial dapat digolongkan kedalam tiga golongan sebagai berikut: Social Security: This refer to the whole set of compulsory measures instituted to protect the individual and his family against the consequences of an unavoidable interruption or serious diminution of the earned income disposable for the maintenance of a reasonable standar of living. Personal Social Services: These refer to service functions which have major bearing upon personal problems, individual situations of stress, interpersonal helping or helping people in need, and the provison of direct services in collaboration with workers from government and voluntary agencies. Public Assistance. This refer to material/ concrete aids/ supports provided usually by goverment agencies. Penggolongan program kesejahteraan kedalam tiga kategori ini menggambarkan bahwa perlunya pelayanan kesejahteraan sosial yang bersifat perlindungan sosial yang mempersiapkan instrumen pemeliharaan standar kehidupan masyarakat, pelayanan personal yang bersifat pertolongan secara langsung pada individual yang bermasalah dan bantuan sosial/ publik yang bersifat bantuan konkrit untuk masyarakat yang dikarenakan bencana atau mereka yang tidak memiliki pekerjaaan/penghasilan. Pelayanan sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial atau institusi pelayanan terhadap sasaran pelayanan dapat dilihat dari dua cara yaitu: Pelayanan Berbasis Institusi Pelayanan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial dilakukan pada lembaga pelayanan, sehingga aktivitas pelayanan kepada pemerlu pelayanan umumnya dilakukan di lembaga pelayanan. Basis utama pelaksana pelayanan adalah dilakukan pekerja sosial dan lembaga pelayanan. Pelayanan Berbasis Masyarakat Pelayanan sosial yang dilakukan pada komunitas atau masyarakat dimana penyandang masalah kesejahteraan sosial berada, sehingga aktivitas dengan menekankan kepada peran masyarakat lokal dan atau keluarga sebagai basis utama pelaksana penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Permasalahan sosial terutama masalah kemiskinan menjadi salah satu target pemerintah untuk dapat diatasi sehingga diharapkan secara kuantitas persentase angka kemiskinan dapat semakin berkurang. Program penanganan masalah kemiskinan sudah banyak dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Demikian pula peran serta lembaga masyarakat cukup banyak berkiprah dalam membantu penanganan masalah

3 kemiskinan ini. Integrasi berbagai sumber layanan sosial diharapkan dapat menghasilkan layanan sosial uuyang efektif dan efisien. Salah satu upaya untuk mengatasi berbagai masalah sosial dilakukan upaya penanganan masalah sosial terutama masalah kemiskinan yang terintegrasi dalam bentuk Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT). Sistem ini merupakan salah satu bentuk mengintegrasikan berbagai pelayaan sosial yang disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, sehingga memudahkan masyarakat yang membutuhkan bantuan dapat segera direspons oleh sumber pelayanan sosial. Teknologi informasi telah sering digunakan dalam dunia usaha, dan dalam perkembangannya digunakan dalam upaya penanganan masalah sosial. Data penyandang masalah kesejahteraan sosial selalu dinamis seiring dengan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat sebagai akibat dampak program dari pemerintah maupun masyarakat, demikian pula mobilitas penduduk yang cukup tinggi. SLRT memerlukan petugas lapangan yang B. Peran Perguruan Tinggi dalam penyelenggaraan SLRT Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan mampu berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tridarma perguruan tinggi pada dasarnya memberikan kontribusi dalam kehidupan masyarakat melalui pennyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Peran perguruan tinggi dalam masyarakat khususnya dalam penyelenggaraan SLRT meliputi dalam domain; Pendidikan, perguruan tinggi dapat berperan dalam menyelenggarakan pendidikan kontekstual sesuai kondisi masyarakat lokal, sehingga diharapkan masyarakat secara aktif dapat mengembangkan potensinya melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu merespons sesuai perkembangan masyarakat. Dalam melaksanakan peran pendidikan ini secara spesifik sasaran pendidikan oleh perguruan tinggi diarahkan kepada potensi masyakarat untuk lebih responsif terhadap situasi lingkungan sosialnya, demikian pula sasaran pendidikan diarahkan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial, sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Penelitian, pada domain ini perguruan tinggi dapat berperan melakukan kegiatan penelitian yang diarahkan membantu petugas atau personil SLRT dalam berbagai tingkatan untuk memahami bagaimana memperoleh data, secara secara sistematis dan ilmiah, sehingga dapat digunakan oleh petugas sebagai informasi yang bermanfaat bagi penanganan masalah sosial. Peran perguruan tinggi juga dapat dilakukan dengan mendayagunakan kegiatan dosen dan mahasiswa untuk melakukan kegiatan penelitian pada berbagai daerah yang menyelenggarakan SLRT, sehingga sistem dalam berbagai jenjang dapat memperoleh input eksternal dalam upaya meningkatkan kualitas layanan yang dibutuhkan masyarakat. Pengabdian kepada Masyarakat, pada domain ini perguruan tinggi dapat berperan mengarahkan kegiatan sivitas akademika dalam berbagai disiplin ilmu untuk melakukan pengabdiannya terutama kegiatan mahasiswa dilaksanakan dalam konteks masyarakat desa atau pusat kesejahteraan sosial (Puskesos) dan kecamatan, sehingga data dasar pada tingkat

4 bawah semakin akurat. Peran dosen dapat diarahkan pengabdian dalam bentuk memberikan input pada level kabupaten/ kota maupun provinsi, sehingga diperoleh bantuan pengabdian dalam bentuk harmonisasi data peserta, kebutuhan/ keluhan masyarakat dan sumber-sumber layanan yang diperoleh perguruan tinggi dengan tim pada kelembagaan SLRT pada berbagai jenjang baik tingkat pusat sampai daerah. C. Peran Pekerja Sosial dalam penyelenggaraan SLRT Penanganan masalah sosial membutuhkan kerja sama antar sektor/ instansi/ disiplin ilmu/ profesi, dan pekerja sosial merupakan salah satunya profesi yang berkiprah dalam penanganan masalah sosial. Pekerja sosial dalam melaksanakan tugasnya didasari pengetahuan, keterampilan dan nilai profesional, sehingga saat ini pekerja sosial mulai banyak dihasilkan oleh berbagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial. Dalam perkembangannya pekerja sosial saat ini tidak hanya lulus dari perguruan tinggi, tetapi sudah mulai dengan sertifikasi profesinya melalui uji kompetensi oleh lembaga sertifikasi profesi. Hal ini berkaitan untuk semakin meningkatkan mutu layanan sosial dan juga profesionalitas, sehingga diharapkan ke depan pekerja sosial akan dapat melaksanakan peran profesionalnya menjadi lebih baik. Pekerjaan sosial sebagai profesi dan disiplin ilmu memiliki lingkup tugas yang cukup luas sebagaimana definisi dari Internasional Federation of Social Worker (IFSW) dan Asian and Pacific Association for Social Work Education (APASWE) (2014) sebagai berikut: Social work is a practice-based profession and an academic discipline that promotes social change and development, social cohesion, and the empowerment and liberation of people. Principles of social justice, human rights, collective responsibility and respect for diversities are central to social work. Underpinned by theories of social work, social sciences, humanities and indigenous knowledge, social work engages people and structures to address life challenges and enhance wellbeing." Mengacu definisi yang menjadi acuan secara internasional dapat diketahui bahwa profesi pekerjaan sosial memiliki karakteristik profesi berbasis praktik, disiplin ilmu, meningkatkan perubahan sosial, kohesi sosial, pemberdayaan, dan kebebasan orang-orang. prinsip keadilan sosial, hak asasi manusia, tanggung jawab kolektif, menghargai keberagaman, dilandasi oleh teori pekerjaan sosial, ilmu sosial, pengetahuan lokal (indigenous) dan pelibatan partisipasi masyarakat. Pada saat ini beberapa undang-undang menunjukkan peran pekerja sosial terlibat dalam program-program terkait undang-undang tersebut antara lain : UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, dan UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Demikian juga dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 12 ayat 1 huruf f, menyebutkan dengan tegas bahwa urusan di bidang sosial merupakan urusan wajib yang harus dijalankan baik pada pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Peraturan perundangan ini menjadi landasan hukum bagi pendayagunaan tenaga profesional pekerja sosial dalam penyelenggaran program sesuai dengan undang-undang tersebut.

5 Dalam penyelenggaraan SLRT pekerja sosial secara dapat berperan fasilitatif dan edukasi dalam berbagai tingkatan baik tingkat desa maupun tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, peran pekerja sosial dapat dilakukan dengan melaksanakan peran dalam bagian sistem layanan yang dilaksanakan oleh Tim kelembagaan SLRT. Peran pekerja sosial dalam penyelenggaraan SLRT di tingkat desa atau Pusat Kesejahteraan Sosial dan kecamatan. Pekerja sosial dapat berperan dalam membantu melakukan pendampingan dan penguatan kapasitas kepada koordinator dan fasilitator dalam: Ø Pemahaman kriteria PMKS secara akurat Ø Pemahaman sumber-sumber pelayanan yang ada baik pada berbagai tingkatan Ø Melakukan identifikasi dan asesmen kelompok miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya, sehingga di peroleh informasi yang cukup lengkap kebutuhan dan persoalan yang dihadapi PMKS. Ø Melakukan monitoring updating data pada Puskesos sesuai hasil identifikasi dan asesmen berkala Ø Melakukan sinkronisasi akses kebutuhan masyarakat pada tingkat desa dan kecamatan ke penyelenggara tingkat kabupaten Peran pekerja sosial dalam penyelenggaraan SLRT di tingkat Kabupaten atau Kota. Pekerja sosial dapat berperan membantu para Manager dalam melakukan: Ø Reviu dan pemetaan atas kondisi data dan informasi yang telah ada berkaitan dengan PMKS Ø Reviu dan pemetaan atas berbagai program layanan yang tersedia baik yang dimiliki pemerintah maupun masyarakat Ø Mengembangkan instrumen evaluasi dan monitoring proses SLRT Ø Melakukan Evaluasi pencapaian implentasi SLRT Ø Melakukan sinkronisasi akses kebutuhan pada penyelenggara tingkat kabupaten/kota ke penyelenggara tingkat Provinsi. Peran pekerja sosial dalam penyelenggaraan SLRT di tingkat Provinsi. Pekerja sosial dapat berperan membantu penyelenggara pada tingkat provinsi dalam melakukan: Ø Sinkronisasi akses kebutuhan kabupaten/ kota dengan program dan pelayanan yang tersedia pada tingkat provinsi Ø Evaluasi pencapaian implementasi SLRT D. Penutup SLRT merupakan sistem perlindungan sosial yang cukup strategis bagi kepentingan masyarakat, sehingga pemerintah dapat melakukan pemantauan kondisi sosial masyarakat yang mengalami permasalahan sosial dan juga sumber-sumber pelayanan sosial yang dapat diakses dengan segera. Perguruan tinggi dan pekerja sosial dapat berperan dalam mendukung terbangunnya system layanan yang dapat meningkatkan akses keluarga miskin dan PMKS lainnya, sehingga sistem ini dapat menjadi media atau sarana percepatan pengurangan angka kemiskinan.