KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYAAIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYAAIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK"

Transkripsi

1 Public Disclosure Authorized KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYAAIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK Public Disclosure Authorized ~- ' 0' *1 fl.. -, LI : Ancol Public Disclosure Authorized Banjir Kanal... Barat BaratWaduk Sunter Saluran Utara Waduk Sunter Tanjungan SaUuara Timur III Saiurarn Pakin- Cgarg Kali Besar. Waduk Sunter Cengkar.ng Kali Angke elakeng Kali Selatan Bag. Barat Hilir Krukut- Cideng Kali Grogol - Sekretaris Ciiiwung. Gn. Sahari Sentiong. Sunter Kai Sunter Public Disclosure Authorized Waduk I Melati Kall Cideng- Thamrin I, 1 ' Kali Sunter Hulu Submitted by PT.PPA Consultants In joint venture with PT. Arkonin Engineering Manggala Pratama

2 s t

3 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Untuk memenuhi kebijaksanaan pemerintah tersebut, Project Management Unit (PMU) Direktorat Sungai, Danau, dan Waduk, Direktorat Jendral Sumberaya Air, Kementrian Pekerjaan Umum RI dan Project Implementarion Unit (PIU) Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta melaksanakan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang meliputi dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara). Kami ucapkan terima kasih atas saran dan arahan yang telah diberikan Komisi AMDAL DKI Jakarta, sehingga penyusunan penyusunan dokumen RKL ini dapat memenuhi persyaratan dan ketentuan perundangan serta sesuai dengan harapan kita bersama. Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya dokumen penyusunan dokumen RKL ini. hingga Jakarta, Oktober 2010 Project Management Unit (PMU) Direktorat Sungai, Danau, dan Waduk, Direktorat Jendral Sumberaya Air, Kementrian Pekerjaan Umum RI Project Implementarion Unit (PIU) Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

4 Daftar Isi DAFTAR ISI Kata Pengantar... D a fta r ls i... ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... iv BAB 1. PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Kebijakan Lingkungan Kegunaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB 2. PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pendekatan Teknologi Pendekatan Sosial Ekonomi Pendekatan Institusional BAB 3. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP A. W aduk Sunter Selatan Barat Tahap Persiapan Persepsi Masyarakat Tahap Pengerukan Kabauan Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan Tingkat Kebisingan Kualitas Sedimen Sampah Kualitas Air Permukaan Kualitas Udara Kesempatan Kerja dan Berusaha Persepsi Masyarakat Tahap Pasca Pengerukan Mengatasi Banjir Persepsi Masyarakat B. W aduk Sunter Timur Tahap Persiapan Persepsi Masyarakat Tahap Pengerukan Kebauan Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan Tingkat Kebisingan Kualitas Sedimen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Pengerukan Sungai, Waduk dan Danau Fase 2 (JUFMPIJEDI) Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat) jj

5 Daftar Isi Sampah Kualitas Air Permukaan Kualitas Udara Kesempata Kerja dan Berusaha Persepsi M asyarakat Tahap Pasca Pengerukan Mengatasi Banjir Persepsi M asyarakat C. W aduk S unter Utara Tahap Persiapan Persepsi M asyarakat Tahap Pengerukan K ebauan Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan Tingkat Kebisingan Kualitas Sedim en Sampah Kualitas Air Permukaan Kualitas U dara Kesempatan Kera dan Berusaha Persepsi M asyarakat Tahap Pasca Pengerukan Mengatasi Banjir Persepsi M asyarakat D. Organisasi Pelaksana pada Tahap Persiapan, Pengerukan dan P asca Pengerukan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Lampiran 2. Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Pengerukan Sungai, Waduk dan Danau Fase 2 (JUFMPIJEDI) Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat) jij

6 BAB 1 PENDAHULUAN

7 PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) ini dimaksudkan untuk menyediakan pedoman bagi pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dari kegiatan pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara). Hal-hal yang dikelola adalah bagian yang terkena atau yang diperkirakan akan terkena dampak positif atau negatif dai kegiatan. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumberdaya alam dapat dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup dapat dicegah atau dikurangi. Laporan ini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana pengelolaan lingkungan hidup kegiatan pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) dengan tujuan untuk : a) Menetapkan suatu arahan tentang kegiatan pengelolaan lingkungan yang tepat sebagai akibat adanya kegiatan pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) dalam waktu dan ruang tertentu oleh berbagai pihak yang terkait. b) Mengelola dampak kegiatan terhadap komponen lingkungan dalam upaya pencegahan, penanggulangan, dan pengendalian dampak negatif serta pengembangan dampak positif Kebijakan Lingkungan Kegiatan pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) memiliki manfat untuk mengantisipasi terjadinya banjir yang disebabkan oleh kandungan sedimen yang tinggi akibat penyalahgunaan tata ruang, selain itu manfaat lainnya adalah mengembalikan peil dasar waduk kepada peil awal. Laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) ini dapat digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta dan Pemerintah Daerah, serta instansi terkait dari rencana pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) di wilayah Jakarta Utara. Pemda DKI Jakarta khususnya DPU DKI Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat) i-i

8 Pendahuluan Jakarta dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan fungsi waduk dalam penanggulangan banjir dapat mempertimbangkan RKL ini dengan kata lain : a) Pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif yang ditimbulkan, dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan dampak di masa-masa yang akan datang sebagai pedoman untuk menanggulangi, meminimalisasi dampak negatif timbul. b) Perubahan ekosistem kota DK Jakarta menuntut Pemda DK Jakarta khususnya Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta terus-menerus melakukan penyempurnaan/ penyesuaian kebijakan berkenaan dengan upaya menanggulangi, meminimalisasi dampak negatif yang timbul dan mengoptimalkan dampak positif sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada warga DKI Jakarta pada umumnya. Adapun penulisan dokumen RKL ini mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Pelaksanaan studi AMDAL kegiatan Pengerukan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) oleh Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa peraturan perundang-undangan dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang relevan sebagai dasar hukum dan acuan Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta dalam melakukan RKL pengerukkan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Peraturan dan Perundang-Undangan Undang-Undang Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraluran Dasar Penggunaan lahan kegiatan pengerukan Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia mengacu pada peraturan ini. Tahun 1960 Nomr 104 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043) Undang-Undang No. 51 prp Tahun 1960 tentang Larangan Terkait dengan penggunaan/ bantaran Pemakaian Tanah tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya sungai/saluran drainase sebagai rumah- (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 158 dan Tambahan rumah liar mengacu pada peraturan ini. Lembaran Negara Republik Indonesia Nornor 2106) Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak- Terkait dengan kepemilikan bantaran hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada di Atasnya sungai/saluran drainase yang di atasnya (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1961 No 283, didirikan bangunan-bangunan mengacu pada dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor peraturan ini. 2324) Undang-Undang No. tahun 1990 tentang Konservasi Terkait dengan konservasi dan ekosistem Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran sumber daya alam di sekitar sungai. Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 1-2 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

9 Pendahuluan Undang-undang No. 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Berkaitan dengan pengelolaan wilayah perairan Kegiatan pengerukan yang akan mempengaruhi sumber daya air harus sesuai dengan peraturan ini. 4377) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Terkait dengan kebijakan dalam Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 pemerintahan daerah tentang pembangunan Nomor 125) regional Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terkait dengan rencana tata ruang yang telah (Lembaran negara Republik Indonesia nomor 68, Tahun ada. 2007) Undang-Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemeritah Terkait dengan penyediaan infrastruktur kota Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Jakarta sebagai ibukota Negara termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran-Negara saluran sistem drainasenya. Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Terkait dengan tugas, hak, wewenang dan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun tanggung jawab pemerintah daerah dan hak 2008 No 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia dan kewajiban masyarakat umum untuk Nomor. 4846) memberikan, memperoleh dan menggunakan informasi. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan T b n Sampah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Terkait kebersihan lingkungan dan Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia kegaan royek Nomor4851)kegiatan proyek Nomor 4851) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Terkait dengan mobilisasi peralatan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun pengerukan dan kegiatan pengakutan 2009 Nomor 96 dan Tambahan Lembaran Negara Republik material keruk ke lokasi penimbunan. Indonesia Nomor 5025 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Kegiatan yang akan dilakukan harus Pengelolaan Lingkungan Hidup mengikuti peraturan tentang pengelolaan lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang Terkait dengan pengelolaan limbah bahan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun berbahaya dan beracun yang dihasilkan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 31, kegiatan ini. Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 3815) Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Terkait dengan dampak penting yang akan Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara ditimbulkan dan perlu dikelola serta dipantau Republik Indonesia Tahun 1999 No 59, Tambahan Lembaran pelaksanaannya negara Republik Indonesia No. 3838) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Terkait dengan pengendalian emisi dan Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik polut yan dsneian engeukan Indonesia Tahun 1999 No 86, Tambahan Lembaran negara sungai dan pengangkutan material keruk. Republik Indonesia No 3853) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 1-3 Seginen Waduk Sunte(Waduk Sunter Utara, Waduk Suntef Timiñr 3 dan Wad&k Sunter Selatan Barat)

10 Pendahuluan Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Terkait dengan Material keruk dan hasil Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang pengerukan yang dikategorikan sebagai Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun limbah B3 akan mengikuti peraturan ini. (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1999 No 190, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia No. 3910) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Terkait dengan potensi dampak terhadap Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kualitas air; sehingga harus memenuhi baku (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2001 No. 153, mutu kualitas air yang telah ditentukan di TambahanLembaran negara Republik Indonesia No. 4161) dalam peraturan ini. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Terkait dengan penggunaan lahan untuk Penatagunaan Tanah (Lembar Negara No. 45 tahun 2004, kegiatan proyek akan mengikuti peraturan ini Tambahan Lembar Negara No. 4385) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Terkait dengan kewenangan pelaksanaan Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, dan pengawasan pengelolaan dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pemantauan lingkungan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, Tentang Rencana Terkait dengan lokasi kegiatan harus sesuai Tata Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia dengan rencana tata ruang yang telah ada. Tahun 2008 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833 Keputusan/Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- Kebisingan harus dikelola dan dipantau untuk 48/MENLH/1 1/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. memenuhi baku mutu kebisingan yang berlaku. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- Tingkat kebauan harus dikelola dan dipantau 50/MENLH/1 1/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. untuk memenuhi baku mutu tingkat kebauan yang berlaku. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- Polusi udara harus dikelola dan dipantau. 45/MENLH/l/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Hasil pemantauan harus diklasifikasikan berdasarkan Indeks Pencemar Udara. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun Pembuangan limbah ke laut akan disesuaikan 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. dengan baku mutu air laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun Pelaksanaan rencana pengelolaan dan 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan pemantauan lingkungan (RKL-RPL) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana dilaporkan secara berkala megikuti petunjuk Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). yang tertera di peraturan ini Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun Terkait dengan tata ara penyusunan 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai dokumen KA, ANDAL, RKL, RPL dan Dampak Lingkungan Hidup. Ringkasan Eksekutif. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun Terkait adanya kegiatan pengerukan sungai 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dalam rangka program JEDI berpotensi Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak menyebabkan dampak penting terhadap Lingkungan Hidup. lingkungan, sehingga harus menyiapkan dokumen AMDAL. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun Dokumen AMDAL harus dinilai oleh Komisi 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Penilai AMDAL sesuai tata kerja yang Dampak Lingkungan Hidup berlaku. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 tahun 1990 Terkait dengan pengendalian dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 1-4 Segnen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Suiter TiImur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

11 Pendahuluan lentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 48 tahun1990 tentang Pengelolaan Atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Keputusan Menteri Perhubungan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 69 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan Keputusan Kepala Bapedal Keputusan Kepala BAPEDAL No. 056/BAPEDAL/03/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengum-pulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-05/BAPEDAL/9/1J995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 299/BAPEDAL/1 1/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL Keputusan Kepala BAPEDAL No. 124 Tahun 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK. 726/AJ.307/DRJD/2004 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat Di Jalan Peraturan Daerah DKI Jakarta Perda No. 05 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan di pemantauan kualitas air dan kegiatan proyek mengacu pada peraturan ini Mengingat areal yang dilalui sungai, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan peraturan ini. Pemanfaatan sungai yang ada disekitar harus memperhatikan peraturan ini. Air bersih yang digunakan oleh kegiatan untuk kebutuhan sehari-hari pekerja harus dipantau untuk memenuhi baku mutu yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan ini. Terkait dengan aktivitas proyek yang akan memobilisasi alat-alat berat dan pengangkutan material keruk dengan menggunakan jalan umum, implementasinya akan merujuk pada peraturan ini. Skala ukuran dampak yang dinyatakan dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan mengacu pada peraturan ini. Limbah berbahaya yang dihasilkan oleh kegiatan harus disimpan dan dikumpulkan mengacu pada peraturan ini. Limbah berbahaya yang dihasilkan kegiatan harus diberi label dan ditandai mengacu pada peraturan ini. Komponen sosial merupakan bagian yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan proyek pengerukan sungai. Komponen kesehatan masyarakat merupakan bagian yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan proyek pengerukan sungai. Proses pelibatan masyarakat dan keterbukaan informasi yang dilaksanakan dalam proses AMDAL harus mengacu kepada peraturan ini. Jika aktivitas akan memobilisasi alat-alat berat dengan menggunakan jalan umum, implementa-sinya akan merujuk pada peraturan ini. Sebagai acuan pengelolaan kebersihan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 1-5 Séie Waduk Sunter (Wäduk Suitr Utara, Waduk Sunter Tifñui-3 dan Wadök Sunter Selatan Barat)

12 Pendahuluan Wilayah DKI Jakarta Perda No. 06 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, Sungai dan Penyeberangan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum Peraturan Daerah Nomor. 01 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Jangka Menengah Daerah (RKJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun Keputusan Gubernur DKI Jakarta Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien, dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI Jakarta Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL di Wilayah Provinsi DKI Jakarta lingkungan selama proyek berjalan Sebagai acuan Penataan Ruang di Provinsi DKI Jakarta Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas udara Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan lalu lintas Peraturan ini digunakan sebagai acuan pengelolaan kamtibmas Kegiatan pengerukan sungai merupakan salah satu kegiatan yang telah tercantum dalam RPJMD DKI Jakarta Peraturan ini digunakan sebagal acuan baku mutu kualitas air permukaan Peraturan ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan sosialisasi amdal Peraturan ini digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien dan kebisingan Peraturan ini digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen AMDAL 1.3. Kegunaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Penyusunan dokumen RKL pada kegiatan pengerukkan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara) adalah : a) Sebagai acuan bagi Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dapat mengembangkan sumberdaya lingkungan secara optimal sekaligus menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup pada lokasi kegiatan pengerukkan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara); b) Sebagai panduan bagi Instansi Pemerintah terkait dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap kegiatan pengerukkan Waduk Sunter (Waduk Sunter Selatan Barat, Waduk Sunter Timur 3, dan Waduk Sunter Utara); c) Sebagai sumber informasi bagi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam rangka mengembangkan kegiatan serupa di daerah lain. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 1-6 Se fñln Wadk Sbné (Wad6k Sue Utåta, Waduk Suntët Tii&r j dåñ Waduk Suite Selatan Barat)

13 BAB 2 PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

14 PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Untuk menangani dampak besar dan penting yang telah dievaluasi dalam dokumen ANDAL, digunakan pendekatan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi dan pendekatan kelembagaan (institusional), dengan uraian sebagai berikut : 2.1. Pendekatan Teknologi Pendekatan ini merupakan tata cara atau usaha-usaha yang secara teknis dapat dilakukan untuk menanggulangi, mengurangi atau mencegah dampak negatif yang timbul, serta untuk mengembangkan dampak positif kegiatan, antara lain A. Waduk Sunter Selatan Barat Tahap Persiapan Pengelolaan dampak terhadap persepsi masyarakat, antara lain: Seminggu sebelum kegiatan pengerukan dilaksanakan, kontraktor pelaksana akan melakukan sosialisasi lebih detail tentang rencana kegiatan kepada masyarakat yang terkena dampak. Mengakomodir saran dan tanggapan dari masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat sosialisasi rencana kegiatan. " Berkoordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat (Lurah, Dekel, dan RT/RW) untuk menindaklanjuti tanggapan, saran dari masyarakat dan berkoordinasi dengan pemilik lahan yang lahannya akan dimanfaatkan sebagai jalan akses kendaraan. Memasang papan pengumuman di pintu masuk dan sisi utara, timur, salatan, dan barat waduk tentang informasi kegiatan pengerukan waduk. " Menyediakan fasilitas pusat informasi terpadu tentang kegiatan pengerukan JEDI yang dapat diakses 24 jam oleh masyarakat. * Menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan (hotline service 24 jam) untuk menerima masukan dan keluhan dari * Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan masyarakat sekitar. Tahap Pengerukan: a. Pengelolaan dampak terhadap Kebauan, antara lain: " Pengerukan lumpur hanya dilakukan pada siang hari. " Melakukan penirisan lumpur dan pemilahan sampah pada lokasi yang bisa dijajaki dengan syarat, antara lain : - Jauh dari lokasi pemukiman masyarakat. - Terdapat barier (antara lain : seng) setinggi 3 meter disekeliling lokasi penirisan dan pemilahan sampah - Lokasinya cukup luas untuk kendaraan pengangkut lumpur dan sampah. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-1 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

15 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lumpur ditiriskan sampai kering dengan mengunakan kontainer/wadah yang diletakkan di atas deck dan di atas badan saluran. Setelah kontainer terisi penuh, segera dilakukan penutupan bagian atas dengan terpal untuk menghindari menyebamya kebauan dan debu. Pemasangan rambu/tanda lokasi penirisan lumpur dan pemilahan sampah Lumpur hasil keruk yang sudah kering segera diangkut dengan dump truck khusus yang kedap air (dilengkapi dengan seal) dan tertutup terpal menuju CDF Ancol. Menyediakan mobil tanki air yang bergerak dibelakang konvoy truck pengangkut lumpur ke dumping site. Sampah hasil pemilahan dibawa oleh kendaraan pengangkut sampah sesuai standar Dinas Kebersihan DKI menuju TPA Bantar Gebang Mewajbkan kepada seluruh pekerja kegiatan pengerukan untuk mengunakan masker. Menghentikan sementara kegiatan pengerukan, bila terjadi angin kencang (> 5 knot) dan bila terdapat cukup banyak komplain tentang bau dari Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan b. Pengelolaan dampak terhadap Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan, antara lain: " Pemasangan rambu-rambu lalu lintas di lokasi pengerukan waduk dan jalan akses ke lokasi CDF Ancol. " Pemasangan rambu -rambu dan lampu berkedip serta penempatan petugas pada saat pengisian lumpur ke kendaraan pengangkut. " Berkoordinasi dengan pihak terkait (Sudin Perhubungan Jakarta Utara, dan Polantas) agar jumlah truk dan ritase tidak melebihi kapasitas jalan akses CDF Ancol (34 unit truk pengangkut lumpur/hari dan 2 unit truck pengangkut sampah masing-masing 3 rit/hari). Pengangkutan dilakukan pada malam hari ( WB) * Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut tidak lebih 40 Km/jam Menempatkan petugas pengatur lalu lintas di lokasi pengerukan dan jalan akses CDF Ancol. Pembatasan muatan truk dari hasil kerukan tidak melebihi kapasitas dan beban jalan yang akan dilalui. Untuk lokasi sepanjang rute pengangkutan kerukan kapasitas dan beban maximum truk adalah 25 ton. * Kontraktor pelaksana wajib menyediakan uang jaminan perbaikan/pemeliharaan jalan ke pemda Jakarta Utara mematuhi ketentuan dari Pemda masing-masing; contoh : SK Walikota Jakarta Utara No 13 tahun 2000 tentang pembentukan tim pengendalian pemberian dispensasi penggunan kendaraan angkutan berat/ angkutan tanah diwilayah kota Jakarta Utara. Kendaraan pengangkut lumpur dan sampah harus lulus uji KIR. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan c. Pengelolaan dampak terhadap Tingkat Kebisingan, antara lain: * Menghentikan sementara sejenak aktivitas pengerukan pada saat waktu-waktu ibadah. * Menggunakan kendaraan dan peralatan yang laik pakai. Pengangkutan lumpur dilakukan pada malam hari (pukul WIB). Menghentikan sementara kegiatan jka ada cukup banyak komplain dari masyarakat tentang kebisingan. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan d. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Sedimen, antara lain: Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-2 Kegiatan Pengerukan Sungai, Waduk dan Danau Fase 2 (JUFMPIJEDI) Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

16 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Melakukan pemantauan B3 pada lumpur dengan uji logam berat, sebelum dilakukan kegiatan pengerukan. a Jika tidak terdapat B3, dapat langsung di angkut ke CDF Ancol dengan mengunakan dump truck yang mengunakan seal dan tertutup. Jika terdapat B3: - Pada segmen tersebut tidak dilakukan pengerukan. - Bila dilakukan pengerukan tidak dapat di angkut ke CDF Ancol, namun: a. Harus dikelola oleh pihak ke3 yang memilki izin dari KLH Ri. b. Bila sedimen tersebut akan dimanfaatkan, harus terlebih dahulu memperoleh izin pemanfaatan B3 dari KLH RI. a Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan e. Pengelolaan dampak terhadap Sampah, antara lain: Mencegah masuknya sampah dari hulu maupun inlet lainnya ke saluran Waduk Sunter Selatan Barat dengan memasang sarana penyaring sampah di tiap titik masuknya aliran. Untuk antisipasi selanjutnya penyaringan sampah dilakukan secara permanen. " Mencegah masuknya sampah dari kegiatan masyarakat di sekitar Waduk Sunter Selatan Barat dengan memasang rambu-rambu dilarang membuang sampah di waduk dan penegakan hukum terkait dengan kebersihan. " Melakukan pengawasan dan penempatan petugas kebersihan lingkungan di Waduk Sunter Selatan Barat secara kontinyu setiap hari selama kegiatan pemeliharaan pengerukan waduk berlangsung dengan menempatkan petugas pemantau khusus. Membersihkan permukaan air dari sampah yang mengapung sebelum melaksanakan kegiatan pengerukan. Melakukan pemilahan sampah yang terdapat dalam lumpur dengan masyarakat sekitar. Sampah yang telah dipilah diletakan dalam wadah kedap air. Sampah hasil keruk diangkut ke lokasi yang ditentukan (TPA Bantar Gebang). Pengangkutan Sampah hasil keruk dilakukan dengan menggunakan dump truck sesuai standar Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan f. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Air Permukaan, antara lain: Menentukan titik waduk yang akan dikeruk (prioritas awal inlet sebelah barat dekat SPBU Pertamina dan inlet sebelah selatan dekat penyebrangan perahu). Melakukan pengerukan saluran-saluran penghubung inlet dan outlet. Pengangkatan tumbuhan air. Memindahkan keramba jaring apung terlebih dahulu sebelum dilakukan pengerukan Menutup intet kolam pemancingan agar sebaran sedimen dan penyakit saat pengerukan tidak masuk kedalam kolam pemancingan Berkoordinasi dengan pemilik keramba dan kolam pemancingan. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-3 Kegiatan Pengerukan Sungai, Waduk dan Danau Fase 2 (JUFMPIJEDI) Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

17 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup g. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Udara, antara lain: Kendaraan pengangkut harus lulus uji emisi (dibuktikan dengan pemasangan striker). Pengangkutan dilakukan pada malam hari ( WIB). Menghentikan sejenak aktivitas pengerukan pada saat waktu-waktu ibadah. Mewajbkan kepada seluruh pekerja kegiatan pengerukan untuk mengunakan masker. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan masyarakat sekitar, h. Pengelolaan dampak Kesempatan Kerja dan Berusaha, antara lain: Memprioritaskan tenaga kerja sekitar dalam kegitan pengerukan Memberi informasi tentang kebutuhan tenaga kerja kepada masyarakat sekitar melalui kelurahan. Masyarakat diberdayakan, disosialisasikan, diikutsertakan, dan pekerja semaksimal mungkin direkrut dari * Memberi upah minimal sesuai UMP, tingkat pendidikan dan keterampilan pekerja. Mewajibkan kontraktor pelaksana untuk mengikutsertakan pekerja dalam program asuransi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan i. Pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat, antara lain: Mengakomodir saran dan tanggapan dari masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat pengerukan berlangsung. " Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat sekitar untuk menindaklanjuti tanggapan, saran dari masyarakat. Pemasangan rambu-rambu kegiatan pengerukan Waduk Sunter Selatan Barat pada sisi utara, timur, selatan, dan barat. Menyediakan fasilitas pusat informasi terpadu tentang kegiatan pengerukan JEDI yang dapat diakses 24 jam oleh masyarakat. Menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan (hotline service 24jam) untuk menerima masukan dan keluhan dari Menyediakan Posko yang melibatkan Tahap Paska Pengerukan : a. Pengelolaan dampak terhadap Mengurangi Banjir, antara lain: Pengerukan terhadap inlet dan outlet. Membersihkan dan menjaga saluran inlet maupun outlet Waduk Sunter Selatan Barat dari sampah dengan dilakukan penyaringan sampah secara permanen. Membangun trash screen (jaring sampah) untuk menanggulangi sampah yang terbawa dari hulu. Melakukan perbaikan embankment dan perbaikan pompa. Meletakan pompa diatas level banjir untuk menghindari kerusakan akibat banjir. Melakukan program pemeliharaan saluran waduk setiap tahun untuk menjaga kapasitas Waduk Sunter Selatan Barat. * Pemeliharaan Cathment Area Waduk Sunter Selatan Barat. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-4 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

18 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembuatan jalan inpeksi di sepanjang sisi Waduk Sunter Selatan Barat. Melakukan pelatihan capacity building tentang pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang berkaitan dengan proyek JEDI kepada aparat instansi terkait dan masyarkat. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan b. Pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat, antara lain: Memulihkan kondisi sarana dan prasarana pada kondisi semula, jika terjadi kerusakan berupa perbaikan atau penggantian disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. * Membangun akses jalan di sisi danau, agar rumah warga bisa menghadap ke danau serta dibuat jalan antara danau dengan pemukiman warga sehingga dapat menjadi pembatas. Melakukan Inisiasi masyarakat peduli lingkungan untuk menjaga kebersihan waduk Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar untuk menjaga kondisi waduk dari pendangkalan akibat sampah maupun lumpur. Himbauan dilakukan baik secara lisan, tertulis berkoordinasi dengan aparat pemerintah terkait yaitu Kelurahan, maupun berupa papan himbauan di tempat yang mudah terlihat di lokasi - lokasi pengerukan. Melakukan program pemeliharaan saluran waduk setiap tahun untuk menjaga kapasitas Waduk Sunter Selatan Barat. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan B. Waduk Sunter Timur 3 Tahap Persiapan Pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat, antara lain: * Seminggu sebelum kegiatan pengerukan dilaksanakan, kontraktor pelaksana akan melakukan sosialisasi lebih detail tentang rencana kegiatan kepada masyarakat yang terkena dampak. Mengakomodir saran dan tanggapan dari masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat sosialisasi rencana kegiatan. Berkoordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat (Lurah, Dekel, dan RT/RW) untuk menindaklanjuti tanggapan, saran dari masyarakat dan berkoordinasi dengan pemilik lahan yang lahannya akan dimanfaatkan sebagai jalan akses kendaraan. " Memasang papan pengumuman di pintu masuk dan sisi utara, timur, salatan, dan barat waduk tentang informasi kegiatan pengerukan waduk. * Menyediakan fasilitas pusat informasi terpadu tentang kegiatan pengerukan JEDI yang dapat diakses 24 jam oleh masyarakat. Menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan (hotline service 24 jam) untuk menerima masukan dan keluhan dari " Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan masyarakat sekitar. Rencana Pengefolaan Lingkungan (RKL) 2-5 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

19 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahap Pengerukan: a. Pengelolaan dampak terhadap Kebauan, antara lain: Pengerukan lumpur hanya dilakukan pada siang hari. Melakukan penirisan lumpur dan pemilahan sampah pada lokasi yang bisa dijajaki dengan syarat, antara lain : Jauh dari lokasi pemukiman masyarakat. Terdapat barier (antara lain : seng) setinggi 3 meter disekeliling lokasi penirisan dan pemilahan sampah Lokasinya cukup luas untuk kendaraan pengangkut lumpur dan sampah. Lumpur ditiriskan sampai kering dengan mengunakan kontainer/wadah yang diletakkan di atas deck dan di atas badan saluran. Setelah kontainer terisi penuh, segera dilakukan penutupan bagian atas dengan terpal untuk menghindari menyebarnya kebauan dan debu. Penumpukan lumpur hasil kerukan tidak boleh lebih tinggi dari 2 meter. Pemasangan rambu/tanda lokasi penirisan lumpur dan pemilahan sampah * Lumpur hasil keruk yang sudah kering segera diangkut dengan dump truck khusus yang kedap air (dilengkapi dengan seal) dan tertutup terpal menuju CDF Ancol. Menyediakan mobil tanki air yang bergerak dibelakang konvoy truck pengangkut lumpur ke dumping site. Sampah hasil pemilahan dibawa oleh kendaraan pengangkut sampah sesuai standar Dinas Kebersihan DKI menuju TPA Bantar Gebang Mewajbkan kepada seluruh pekerja kegiatan pengerukan untuk mengunakan masker. Menghentikan sementara kegiatan pengerukan, bila terjadi angin kencang (> 5 knot) dan bila terdapat cukup banyak komplain tentang bau dari m Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan b. Pengelolaan dampak terhadap Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan, antara lain: Pemasangan rambu-rambu lalu lintas di lokasi pengerukan waduk danjalan akses ke lokasi CDF Ancol. " Pemasangan rambu-rambu dan lampu berkedip serta penempatan petugas pada saat pengisian lumpur ke kendaraan pengangkut. Berkoordinasi dengan pihak terkait (Sudin Perhubungan Jakarta Utara dan Polantas) agar jumlah truk dan ritase tidak melebihi kapasitas jalan akses CDF Ancol (34 unit truk pengangkut lumpur/hari dan 2 unit truck pengangkut sampah masing -masing 3 rit/hari) Pengangkutan dilakukan pada malam hari ( WB) Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut tidak lebih 40 Km/jam Menempatkan petugas pengatur lalu lintas di lokasi pengerukan dan jalan akses CDF Ancol. Pembatasan muatan truk dari hasil kerukan tidak melebihi kapasitas dan beban jalan yang akan dilalui. Untuk lokasi sepanjang rute pengangkutan kerukan kapasitas dan beban maximum truk adalah 25 ton. Kontraktor pelaksana wajib menyediakan uang jaminan perbaikan/pemeliharaan jalan ke pemda Jakarta Utara mematuhi ketentuan dari Pemda masing-masing; Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-6 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

20 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup contoh : SK Walikota Jakarta Utara No 13 tahun 2000 tentang pembentukan tim pengendalian pemberian dispensasi penggunan kendaraan angkutan berat/ angkutan tanah diwilayah kota Jakarta Utara. Kendaraan pengangkut lumpur dan sampah harus lulus uji KIR. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan c. Pengelolaan dampak terhadap Tingkat Kebisingan, antara lain: Menghentikan sementara sejenak aktivitas pengerukan pada saat waktu-waktu ibadah. Menggunakan kendaraan dan peralatan yang laik pakai. Pengangkutan lumpur dilakukan pada malam hari (pukul WIB). Menghentikan sementara kegiatan jka ada cukup banyak komplain dari masyarakat tentang kebisingan. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan d. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Sedimen, antara lain: e Melakukan pemantauan B3 pada lumpur dengan uji logam berat, sebelum dilakukan kegiatan pengerukan. Jika tidak terdapat B3, dapat langsung di angkut ke CDF Ancol dengan mengunakan dump truck yang mengunakan seal dan tertutup. Jika terdapat B3 : - Pada segmen tersebut tidak dilakukan pengerukan. - Bila dilakukan pengerukan tidak dapat di angkut ke CDF Ancol, namun: a. Harus dikelola oleh pihak ke3 yang memilki izin dari KLH RI. b. Bila sedimen tersebut akan dimanfaatkan, harus terlebih dahulu memperoleh izin pemanfaatan B3 dari KLH RI. * Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan e. Pengelolaan dampak terhadap Sampah, antara lain: Mencegah masuknya sampah dari hulu maupun inlet lainnya ke saluran Waduk Sunter Timur 3 dengan memasang sarana penyaring sampah di tiap titik masuknya aliran. Untuk antisipasi selanjutnya penyaringan sampah dilakukan secara permanen. Mencegah masuknya sampah dari kegiatan masyarakat di sekitar Waduk Sunter Timur 3 dengan memasang rambu-rambu dilarang membuang sampah di waduk dan penegakan hukum terkait dengan kebersihan. * Melakukan pengawasan dan penempatan petugas kebersihan lingkungan di Waduk Sunter Timur 3 secara kontinyu setiap hari selama kegiatan pemeliharaan pengerukan waduk berlangsung dengan menempatkan petugas pemantau khusus. Membersihkan permukaan air dari sampah yang mengapung sebelum melaksanakan kegiatan pengerukan. * Melakukan pemilahan sampah yang terdapat dalam lumpur dengan memberdayakan Sampah yang telah dipilah diletakan dalam wadah kedap air. Sampah hasil keruk diangkut ke lokasi yang ditentukan (TPA Bantar Gebang). Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-7 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk SunterSelatan Barat)

21 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup a Pengangkutan Sampah hasil keruk dilakukan dengan menggunakan dump truck sesuai standar Dinas Kebersihan DKI Jakarta. a Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan f. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Air Permukaan,antara lain: Menentukan titik waduk yang akan dikeruk (prioritas awal inlet sebelah timur dekat stadion Rawa Badak) Melakukan pengerukan saluran-saluran penghubung inlet dan outlet. Pengangkatan tumbuhan air. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan g. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Udara, antara lain: Kendaraan pengangkut harus lulus uji emisi (dibuktikan dengan pemasangan striker). Pengangkutan dilakukan pada malam hari ( WIB). Menghentikan sejenak aktivitas pengerukan pada saat waktu-waktu ibadah. Mewajbkan kepada seluruh pekerja kegiatan pengerukan untuk mengunakan masker. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan h. Pengelolaan dampak Kesempatan Kerja dan Berusaha, antara lain: m Memprioritaskan tenaga kerja sekitar dalam kegitan pengerukan * Memberi informasi tentang kebutuhan tenaga kerja kepada masyarakat sekitar melalui kelurahan. Masyarakat diberdayakan, disosialisasikan, diikutsertakan, dan pekerja semaksimal mungkin direkrut dari Memberi upah minimal sesuai UMP, tingkat pendidikan dan keterampilan pekerja. Mewajibkan kontraktor pelaksana untuk mengikutsertakan pekerja dalam program asuransi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan masyarakat sekitar i. Pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat, antara lain: Mengakomodir saran dan tanggapan dari masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat pengerukan berlangsung. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat sekitar untuk menindaklanjuti tanggapan, saran dari masyarakat. " Pemasangan rambu-rambu kegiatan pengerukan Waduk Sunter Timur 3 pada sisi utara,timur, selatan dan barat. Menyediakan fasilitas pusat informasi terpadu tentang kegiatan pengerukan JEDI yang dapat diakses 24 jam oleh masyarakat. Menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan (hotline service 24jam) untuk menerima masukan dan keluhan dari * Menyediakan Posko yang melibatkan warga sekitar. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-8 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

22 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahap Paska Pengerukan: a. Pengelolaan dampak terhadap Mengurangi Banjir, antara lain: Pengerukan terhadap inlet dan outlet. Membersihkan dan menjaga saluran inlet maupun outlet Waduk Sunter Timur 3 dari sampah dengan dilakukan penyaringan secara permanen. Membangun trash screen (jaring sampah) untuk menanggulangi sampah yang terbawa dari hulu. Melakukan perbaikan embankment dan perbaikan pompa. Meletakan pompa diatas level banjir untuk menghindari kerusakan akibat banjir. Melakukan program pemeliharaan saluran waduk setiap tahun untuk menjaga kapasitas Waduk Sunter Timur 3 * Pemeliharaan Cathment Area Waduk Sunter Timur 3. Pembuatan jalan inpeksi di sepanjang sisi Waduk Sunter Timur 3. Melakukan pelatihan capacity building tentang pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang berkaitan dengan proyek JEDI kepada aparat instansi terkait dan masyarkat. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan b. Pengelolaan dampak terhadap Persepsi Masyarakat yaitu dilakukan: Memulihkan kondisi sarana dan prasarana pada kondisi semula, jika terjadi kerusakan berupa perbaikan atau penggantian disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Melakukan Inisiasi masyarakat peduli lingkungan untuk menjaga kebersihan waduk Memberikan himbauan kepada masyarakat sekitar untuk menjaga kondisi waduk dari pendangkalan akibat sampah maupun lumpur. Himbauan dilakukan baik secara lisan, tertulis berkoordinasi dengan aparat pemerintah terkait yaitu Kelurahan, maupun berupa papan himbauan di tempat yang mudah terlihat di lokasi-lokasi pengerukan. Melakukan program pemeliharaan saluran waduk setiap tahun untuk menjaga kapasitas Waduk Sunter Timur 3. Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan C. Waduk Sunter Utara Tahap Persiapan Pengelolaan dampak terhadap persepsi masyarakat, antara lain: " Seminggu sebelum kegiatan pengerukan dilaksanakan, kontraktor pelaksana akan melakukan sosialisasi lebih detail tentang rencana kegiatan kepada masyarakat yang terkena dampak. Mengakomodir saran dan tanggapan dari masyarakat sekitar yang disampaikan pada saat sosialisasi rencana kegiatan. " Berkoordinasi dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat (Lurah, Dekel, dan RT/RW) untuk menindaklanjuti tanggapan, saran dari masyarakat dan berkoordinasi dengan pemilik lahan yang lahannya akan dimanfaatkan sebagai jalan akses kendaraan. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) 2-9 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

23 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup a Memasang papan pengumuman di pintu masuk dan sisi utara, timur, salatan, dan barat waduk tentang informasi kegiatan pengerukan waduk. Menyediakan fasilitas pusat informasi terpadu tentang kegiatan pengerukan JEDI yang dapat diakses 24 jam oleh masyarakat. m Menyediakan fasilitas pelayanan pengaduan (hotline service 24jam) untuk menerima masukan dan keluhan dari * Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan masyarakat sekitar. Tahap Pengerukan: a. Pengelolaan dampak terhadap Kebauan, antara lain: Pengerukan lumpur hanya dilakukan pada siang hari. Melakukan penirisan lumpur dan pemilahan sampah pada lokasi yang bisa dijajaki dengan syarat, antara lain : Jauh dari lokasi pemukiman masyarakat. Terdapat barier (antara lain : seng) setinggi 3 meter disekeliling lokasi penirisan dan pemilahan sampah Lokasinya cukup luas untuk kendaraan pengangkut lumpur dan sampah Lumpur ditiriskan sampai kering dengan mengunakan kontainer/wadah yang diletakkan di atas deck dan di atas badan saluran. Setelah kontainer terisi penuh, segera dilakukan penutupan bagian atas dengan terpal untuk menghindari menyebarnya kebauan dan debu. Penumpukan lumpur hasil kerukan tidak boleh lebih tinggi dari 2 meter. Pemasangan rambu/tanda lokasi penirisan lumpur dan pemilahan sampah * Lumpur hasil keruk yang sudah kering segera diangkut dengan dump truck khusus yang kedap air (dilengkapi dengan seal) dan tertutup terpal menuju CDF Ancol, Sampah hasil pemilahan dibawa oleh kendaraan pengangkut sampah sesuai standar Dinas Kebersihan DKI menuju TPA Bantar Gebang * Mewajbkan kepada seluruh pekerja kegiatan pengerukan untuk mengunakan masker. Menghentikan sementara kegiatan pengerukan, bila terjadi angin kencang (> 5 knot) dan bila terdapat cukup banyak komplain tentang bau dari Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan b. Pengelolaan dampak terhadap Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan, antara lain: Pemasangan rambu-rambu lalu lintas di lokasi pengerukan waduk dan jalan akses ke lokasi CDF Ancol. Pemasangan rambu-rambu dan lampu berkedip serta penempatan petugas pada saat pengisian lumpur ke kendaraan pengangkut. a Berkoordinasi dengan pihak terkait (Sudin Perhubungan Jakarta Utara dan Polantas) agar jumlah truk dan ritase tidak melebihi kapasitas jalan akses CDF Ancol (34 unit truk pengangkut lumpur/hari dan 2 unit truck pengangkut sampah masing-masing 3 rit/hari). * Pengangkutan dilakukan pada malam hari ( WB) * Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut tidak lebih 40 Km/jam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Pengerukan Sungai, Waduk dan Danau Fase 2 (JUFMPIJEDI) 2-10 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

24 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menempatkan petugas pengatur lalu lintas di lokasi pengerukan dan jalan akses CDF Ancol. a Pembatasan muatan truk dari hasil kerukan tidak melebihi kapasitas dan beban jalan yang akan dilalui. Untuk lokasi sepanjang rute pengangkutan kerukan kapasitas dan beban maximum truk adalah 25 ton. a Kontraktor pelaksana wajib menyediakan uang jaminan perbaikan/pemeliharaan jalan ke pemda Jakarta Utara mematuhi ketentuan dari Pemda masing-masing ; contoh : SK Walikota Jakarta Utara No 13 tahun 2000 tentang pembentukan tim pengendalian pemberian dispensasi penggunan kendaraan angkutan berat/angkutan tanah di wilayah kota Jakarta Utara. Kendaraan pengangkut lumpur dan sampah harus lulus uji KIR. * Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan c. Pengelolaan dampak terhadap Tingkat Kebisingan, antara lain: * Menghentikan sementara sejenak aktivitas pengerukan pada saat waktu-waktu ibadah. * Menggunakan kendaraan dan peralatan yang laik pakai. * Pengangkutan lumpur dilakukan pada malam hari (pukul WIB). * Menghentikan sementara kegiatan jka ada cukup banyak komplain dari masyarakat tentang kebisingan. * Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan d. Pengelolaan dampak terhadap Kualitas Sedimen, antara lain: a Melakukan pemantauan B3 pada lumpur dengan uji logam berat, sebelum dilakukan kegiatan pengerukan. Jika tidak terdapat B3, dapat langsung di angkut ke CDF Ancol dengan mengunakan dump truck yang mengunakan seal dan tertutup. a Jika terdapat B3 : - Pada segmen tersebut tidak dilakukan pengerukan. - Bila dilakukan pengerukan tidak dapat di angkut ke CDF Ancol, namun: a. Harus dikelola oleh pihak ke3 yang memilki izin dari KLH RI. b. Bila sedimen tersebut akan dimanfaatkan, harus terlebih dahulu memperoleh izin pemanfaatan B3 dari KLH RI. a Berkoordinasi/melakukan pendekatan terhadap aparat, instansi terkait dan e. Pengelolaan dampak terhadap Sampah, antara lain: a Mencegah masuknya sampah dari hulu maupun inlet lainnya ke saluran Waduk Sunter Utara dengan memasang sarana penyaring sampah di tiap titik masuknya aliran. Untuk antisipasi selanjutnya penyaringan sampah dilakukan secara permanen. a Mencegah masuknya sampah dari kegiatan masyarakat di sekitar Waduk Sunter Utara dengan memasang rambu-rambu dilarang membuang sampah di waduk dan penegakan hukum terkait dengan kebersihan. Melakukan pengawasan dan penempatan petugas kebersihan lingkungan di Waduk Sunter Selatan Barat secara kontinyu setiap hari selama kegiatan pemeliharaan pengerukan waduk berlangsung dengan menempatkan petugas pemantau khusus. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Pengerukan Sungai, Waduk dan Danau Fase 2 (JUFMPIJEDI) 2-11 Segmen Waduk Sunter (Waduk Sunter Utara, Waduk SunterTimur3 dan Waduk Sunter Selatan Barat)

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) KEGIATAN PENGERUKAN SUNGAI DAN WADUK DI DKI JAKARTA FASE 1 DALAM RANGKA JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT / JAKARTA EMERGENCY DREDGING INITIATIVE PROJECT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP RENCANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (UPHHK-HTI)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR Ir. Saroni Soegiarto, ME Kasubdit Pemanfaatan SDA Makassar, 23 Maret 2016 Subdit Pemanfaatan SDA Direktorat

Lebih terperinci

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012 I. UNDANG-UNDANG DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012 1. Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Hukum Undang-undang Acara Pidana (KUHP) 2. Undang-undang Republik Indonesia No.5

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH (Pulau 2A, 2B dan 1) Di Kawasan Pantai Utara Jakarta Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 108 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PERIZINAN, PEMBINAAN PENGAWASAN KEGIATAN OPERASIONAL CONCRETE BATCHING PLANT (CBP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

10. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

10. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 10. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 11. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA REKLAMASI PULAU F

RENCANA REKLAMASI PULAU F Gedung Thamrin City, Lantai 1, BT 12-15-16 Jalan Thamrin Boulevard, Kebon Melati Tanah Abang, Jakarta 10340 Indonesia RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

TERMINAL JATIJAJAR KOTA DEPOK

TERMINAL JATIJAJAR KOTA DEPOK Jl. Tole Iskandar Komplek Ruko Sukmajaya No. 17 Telp. 021-77823891 Fax. 021-77823891 T O R Term Of Reference (T O R) KEGIATAN PENYUSUNAN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) TERMINAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 D. Peran Serta Masyarakat Program Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di DKI Jakarta Pergerakan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara besar besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar

BAB I PENDAHULUAN. secara besar besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan secara besar besaran,

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTATARAKAN, Menimbang

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3 Berbagai jenis limbah buangan yang tidak memenuhi standar baku mutu merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan yang utama. Untuk menghindari terjadinya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan

PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan 1 Pendahuluan 1986 tonggak awal (PP Nomor 29 tahun 1986) 1993 1999 2010 Perbaikan (PP Nomor 27 tahun 1999) revitalisasi Pengembangan

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Rencana kegiatan air limbah di Kabupaten Buru Selatan diarahkan pada sasaran yang tingkat resiko sanitasinya yang cukup tinggi,

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 /PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 Oleh : Setiyono* Abstrak Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG TUGAS POKOK FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROPINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan mengenai pengerukan dan reklamasi sebagaimana diatur dalam Pasal 102 dan Pasal 107 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 143, 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pencemaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF AMDAL

RINGKASAN EKSEKUTIF AMDAL Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized KEMENTERIANN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBERDAYA AIR DIREKTORAT SUNGAI, DANAU DAN WADUK JAKARTA URGENT FLOOD

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PELAKSANAAN AMDAL, UKL DAN UPL SERTA IPLC DI DKI JAKARTA

PELAKSANAAN AMDAL, UKL DAN UPL SERTA IPLC DI DKI JAKARTA PELAKSANAAN AMDAL, UKL DAN UPL SERTA IPLC DI DKI JAKARTA Oleh : Nusa Idaman Said Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT Abstract

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN, PENGATURAN PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2015 KEMEN-PUPR. Garis Sempadan. Jaringan Irigasi. Penetapan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 15A Tahun 2006 Lampiran : - TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG IRIGASI WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU Jrengik Sampang

PENDAHULUAN. Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU Jrengik Sampang PENDAHULUAN Dokumen Upaya Pengelolaan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU 54.69.207 Jrengik Sampang 1.1 Latar belakang SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR / 94 / 2012 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR / 94 / 2012 TENTANG GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. PERSADA KAPUAS PRIMA SELUAS 4.944 HEKTAR, KAPASITAS

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI 1 / 70 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci