PENGARUH PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN ADAPTASI PSIKOLOGI PADA IBU NIFAS

Transkripsi

1 ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP PERUBAHAN ADAPTASI PSIKOLOGI PADA IBU NIFAS Hermina Humune Stikes William Booth Surabaya Perubahan psikologis pada masa nifas adalah perubahan tingkah laku atau pemikiran ibu pasca persalinan yang dapat disebabkan karena kelelahan atau kesakitan ibu pasca persalinan, peran baru bagi seorang ibu, rasa percaya diri yang kurang untuk merawat bayinya dan masih banyak lagi yang mempengaruhi perubahan pada psikologis ibu nifas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang perubahan adaptasi psikologi pada ibu nifas di BPS Ny. Bashori Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari ibu nifas yang berjumlah 25 orang di BPS Bashori Surabaya dengan sampel berjumlah 23 orang yang diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Populasi dari penelitian ini yakni keluarga ibu nifas di BPS Bashori Surabaya. Instrument penelitiannya menggunakan kuisioner. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan keluarga terhadap perubahan psikologi ibu nifas yang pengetahuan baik sebanyak 4 orang (17%), pengetahuan cukup sebanyak 6 orang (26%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 orang (57%). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan diantaranya, usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, informasi, jenis kelamin dan lain sebagainya. Diharapkan para tenaga kesehatan tidak hanya memperhatikan kebutuhan fisik ibu nifas saja melainkan kebutuhan psikologi juga tidak kalah penting. Kata Kunci: Keluarga, Pengetahuan, Perubahan Psikologi Ibu Nifas ABSTRACT Psychological changing at the puerperium is an attitude change or postpartum mothers thought because of fatigue or pain, a new role for mother, lack of confidence to take care her baby and many condition that affect postpartum mothers psychological changing. The objective of this study to describe the level of knowledge about family to adaptation changing the psychology of puerperal women in BPS Ny.Bashori Surabaya. This research method used descriptive design. The study population was family member of the mother's postpartum with total 25 persons in the BPS Bashori Surabaya with sample used 23 people taken by consecutive sampling. The variables of this study was a single variable from family puerperal women in BPS Bashori Surabaya. This research instrument used questionnaires. Based on research, the result showed, the level of knowledge about family psychology changing of the postpartum mothers was good knowledge 4 people (17 % ), quite knowledge 6 people ( 26 % ) and lack of knowledge of as 13 people ( 57 % ). At it can be seen that the factors that affect the level of knowledge are age, education, occupation, experience, information, gender and so forth so on. The expected midwives not only pay attention to the physical needs of postpartum mothers alone but also needs puerperal women psychology, it is important one. Keywords : Psychology Changes Puerperal Women, Knowledge, Family

2 PENDAHULUAN Masa nifas merupakan masa kritis dimana seorang ibu yang baru melahirkan mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Pengetahuan tentang perubahan ini sangat penting diketahui bagi ibu nifas itu sendiri dan keluarga agar masa nifas ibu dapat berjalan dengan lancar (Harton, 2014). Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini telah terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo,2005). Sedangkan masa nifas sendiri adalah masa setelah keluarnya placenta sampai memulihnya alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifasberlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2013). Perubahan psikologis pada masa nifas meliputi perubahan tingkah laku atau pemikiran ibu pasca persalinan yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kelelahan atau kesakitan ibu pasca persalinan, peran baru bagi seorang ibu, rasa percaya diri yang kurang untuk merawat bayinya dan masih banyak lagi yang mempengaruhi perubahan pada psikologis ibu nifas (Irhami, 2010). Penelitian menunjukkan 10% ibu nifas akan mengalami depresi setelah melahirkan (Harton, 2014). Pada dasarnya perubahan peran seorang ibu adalah wajar, tetapi ada kalanya seorang ibu memerlukanadaptasi yang perlu dijalani. Dorongan dari keluarga merupakan dorongan yang positif pada ibu (Harton, 2014). Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu akan mengalami tahapan sebagai berikut. Tahapan pertama yaitu, Taking On (1-2 hari Post Partum) atau disebut fase menerima (Irhami, 2010). Tahapan ke dua yaitu, Taking Hold (2-6 hari Post Partum) atau disebut fase ketergantungan (Irhami, 2010). Tahapan terakhir yaitu, Letting Go(lebih dari 7 hari Post Partum)atau disebut juga dengan fase mandiri (Irhami, 2010). Pada Tahap Taking Hold dimana kepercayaan diri ibu yang kurang dalam merawat bayinya. Ibu sering putus asa, ibu merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik, ibu menganggap dirinya tidak berarti. Kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan suami khususnya selama periode nifas diduga merupakan faktor pencetus terjadinya post partum blues. Kurangnya dukungan ini dikarenakan minimnya pengetahuan keluarga tentang psikologi pada masa nifas. Keluarga belum mengenal bahwa akan ada proses adaptasi yang akan dialami ibu sehingga menimbulkan perubahan psikologi. Ketidaktahuan keluarga dapat menimbulkan penilaian negative dan kesalahpahaman pada ibu, bahkan seorang ibu nifas mungkin merasa sedikit ditinggal atau dipisahkan dari lingkungannya (Irhami, 2010). Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) mencatat bahwa di Indonesia angka ibu nifas meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2007 angka ibu nifas ada Pada tahun 2009 ibu nifasmeningkat menjadi (Iskandar, 2007). Sementara pada tahun 2011 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5% dari tahun sebelumnya atau sekitar (Iskandar, 2007). Masalah psikologi pada ibu nifas diindonesia diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala awal kemunculan depresi nifas(iskandar, 2007).Angka kejadian depresi nifasdi Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi nifasantara 60-75% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007). Sementara, angka kejadian post partum blues cukup tinggi yakni 30% - 82%. Menurut data Dinkes Provinsi Jawa Timur tahun 2011 terdapat 70-77% ibu yang mengalami depresi masa nifas dari 6234 ibu yang melahirkan.pengamatan peneliti di BPS Bashori Surabaya dari 10 ibu nifas ketika diwawancara terdapat 6 orang ibu yang mengalami ketidakpercayaan diri dan kekhawatiran dalam merawat bayinya. Misalnya mereka belum mampu merawat bayinya dengan mandiri, saat memandikan bayinya masih merasa khawatir bayinya jatuh dan mereka masih takut menggendong bayinya. Sedangkan, 2 orang ibu lainnya merasa suaminya kurang memahami dan peduli dalam membantu merawat bayinya sehari-hari. Sementara 2 orang ibu merasa tidak mengalami masalah tersebut karena mereka mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga. Dikalangan masyarakat atau bahkan ibu nifas itu sendiri pada umumnya belum

3 mengetahui bahwa terjadi perubahan adaptasi psikologi pada masanifas. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya informasi dari tenaga kesehatan yang tidak memberikan penjelasan saat melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas karena mereka lebih berfokus pada asuhan kebidanan tentang perubahan fisiologisnya saja. Padahalasuhan kebidanan tentang perubahan adaptasi psikologi juga sangat penting. Kurangnya sumber informasi dan ketidakpedulian keluarga untuk memahami perubahan adaptasi psikologi ibu nifas walaupun sebenarnya mereka mengetahuinya. Bagi pandangan keluarga jika ibu sudah melahirkan dan memiliki anak adalah suatu hal yang wajar dan tidak menimbulkan perubahan adaptasi psikologi, sementara yang terjadi bukan demikian.masalah yang ditimbulkan dari kurangnya pengetahuan tentang perubahan adaptasi psikologi dapat menambah beban dan stressor yang tinggi (Irhami, 2010). Jika keluarga dan suami tidak dapat mengurangi beban dan stressor pada masa nifas, hal ini dapat mengakibatkan pada gangguan psikologis ibu nifas. Dalam adaptasi psikologi seorang ibu dapat merasa benarbenar tidak berdaya dan merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhap bayi dan keluarganya dan tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu. Hal ini yang disebut depresi pada post partum yang dapat terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari (Yeyeh, 2010). Jika depresi post partum tidak dapat ditangani dengan baik maka ibu nifas akan mengalami postpartum blues. Dimana ibu mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan, sering menangis, cenderung menyalahkan diri sendiri, mengalami gangguan tidur dan nafsu makan serta gejala lainnya (Yeyeh, 2010). Gangguan psikologis yang lebih serius dapat juga mengancam ibu nifas, yaitu gangguan postpartum psikosis. Psikosis merupakan gangguan kepribadian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang melihat realita dengan fantasi dirinya (Yeyeh, 2010). Masalah psikologis lain dapat menimbulkan hak ibu berkurang serta kebebasan dalam hubungan sosial terbatasi karena ibu mulai sibuk sebagai peran barunyadan juga dapat menimbulkan masalah sibling rivary (Irhami, 2010). Jika perubahan adaptasi psikologi tidak dipahami oleh keluarga maka dapat menimbulkan pemikiran negative dari keluarga sendiri. Keluarga menilai bahwa ibu tidak mampu merawat bayinya dan menimbulkan kecemburuan atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain ketika ibu hanya terfokus pada bayinya (Irhami, 2010). Kesibukan ibu terhadap bayinya menimbulkan penilaian pada suami bahwa ibu tidak memperhatikan kebutuhan rumah tangga lainnya. Jika hal tersebut terjadi berlarut-larut akan menimbulkan dampak perselisihan suami istri hingga keluarga sampai dapat menimbulkan keretakanrumah tangga (Irhami, 2010). Dalam uraian diatas, maka diharapkan kepada tenaga kesehatan tidak hanya memberikan asuhan kebidanan masa nifas fisiologinya saja tetapi psikologi tidak kalah penting, hal itu dilakukan dengan melibatkan keluarga dalam asuhan kebidanan serta berikan KIE pada ibu, misalnya bagaimana cara merawat bayi yang benar, mengajari ibu bagaimana cara membagi waktu pada suami dan anak lainnya, serta melibatkan peran aktif suami dan keluarga dalam memberikan dukungan dan membantu ibu dalam merawat dan mengurus kebutuhan rumah tangga (Irhami, 2010). Selain peran aktif suami, peran aktif keluarga juga dibutuhkan karena biasanya masih banyak ibu nifas yang tidak hanya tinggal dengan suami saja, tetapi tinggal juga dengan keluarga besar lainnya terutama bagi pasangan yang baru menikah atau yang sudah memiliki anak, sehingga keluarga dapat memberikan dukungan dan membantu ibu dalam merawat bayinya. Serta memberikan leaflet yang berisi penjelasan mengenai perubahan adaptasi psikologi pada suami atau keluarga agar keluarga dapat membaca dan mengingat penjelasan saat berada dirumah. Oleh Karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Pengetahuan Keluarga Terhadap Perubahan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Nifas di BPS Bashori Surabaya. METODE Desain penelitian ini mengggunakan desain korelasi yaitu merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan keluarga terhadap perubahan adaptasi psikologi ibu nifas di

4 BPS Ny. Bashori Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga ibu yang telah melahirkan di BPS Ny. Bashori Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga ibu yang telah melahirkan di BPS Ny. Bashori Surabaya (N=25). Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan subyek dan proses pengumpulan data karakteristik subyek yang dilakukan dalam suatu penelitian, dimana langkah-langkah pengumpulan data tergantung dari rancangan penelitian dan teknik yang digunakan. HASIL Penelitiaan ini dilakukan di BPS Bashori yang beralamat di jalan Wonorejo Gang IV No. 59 Surabaya. BPS ini berada diantara rumah penduduk, disebelah utara terdapat masjid dan disebelah timur terdapat SD. Didaerah lokasi BPS Bashori juga terdapat 2 tempat BPS. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Presentase < % Tahun % % Tahun > % Tahun Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 23 responden sebagian besar usia tahun yaitu sebanyak 9 responden (40%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir Keluarga Pendidikan Frekuensi Presentase Terakhir SD 6 26% SMP 7 30% SMA 8 35% Perguruan 2 9% Tinggi Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 23 responden yang terbanyak memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 8 responden (35%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Presentase Bekerja 17 74% Tidak Bekerja 6 26% Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 23 responden sebagian besar bekerja yaitu sebanyak 17 responden (74%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga Dengan Ibu Nifas Hubungan Frekuensi Presentase Keluarga Suami 13 57% Orang Tua 2 9% Mertua 1 4% Saudara 3 13% Kandung Saudara Ipar 4 17% Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 23 responden sebagian besar mempunyai hubungan dengan ibu sebagai suami yaitu sebanyak 13 responden (57%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Menjadi Orang Tua Pengalaman Frekuensi Presentase Menjadi Orang Tua Pernah 8 35% Tidak Pernah 15 65% Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 23 responden sebagian besar tidakmempunyai pengalaman menjadi orang tua yaitu sebanyak 15 responden (65%).

5 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Bagi Ibu Yang Melahirkan Ini Anak Yang Keberapa Bagi Ibu yang Frekuensi Presentase Melahirkan Ini Anak Yang Keberapa Ke % Ke % >2 4 18% Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 23 ibu nifas sebagian besar memiliki anak satu yaitu sebanyak 14 ibu nifas (60%) Data Khusus Tabel 7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perubahan Psikologi Pada Ibu Pengetahuan Perubahan Psikologis Frekuensi Presentase Baik Baik 4 17% Cukup Cukup 6 26% Kurang Kurang 13 57% Total Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 23 responden sebagian besar memiliki pengetahuan tentang perubahan psikologi ibu nifas kurang yaitu sebanyak 13 responden (57%). PEMBAHASAN Pada pembahasan iniakan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan keluarga tentang perubahan adaptasi psikologi pada ibu nifas di BPS Bashori Surabaya. Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan diantaranya tahu, memahami, mengaplikasikan, menganalisa hingga mengevaluasi (Notoadmojo, 2008). Pada penelitian ini tingkat penelitian yang dinilai pada responden hanya sebatas tingkat mengetahui tentang gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang perubahan adaptasi psikologi pada ibu nifas. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, informasi, pengalaman, lingkungan, pekerjaan, jenis kelamin dan sifat kepribadian. (Notoadmojo, 2008). Berdasarkan tabel 4.7 tentang tingkat pengetahuan perubahan psikologis ibu nifas sebagian besar kurang yaitu sebanyak 13 responden (57%), sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (26%) dan pengetahuan baik sebanyak 4 responden (17%). Tingkat pengetahuan yang dialami seseorang itu berbeda-beda, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mendukung dalam pengetahuan tersebut. walaupun faktor-faktor tersebut mendukung tingginya tingkat pengetahuan tetapi ternyata pengetahuan seseorang tersebut kurang, maka tidak selamanya faktor tersebut mutlak memberi pengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Satria, 2008). Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat sebagian besar responden berusia tahun sebanyak 9 orang (40%). Tetapi ternyata fakta yang terjadi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa usia yang cukup matang belum tentu memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini bisa saja dikarenakan mereka tidak memiliki waktu karena terlalu sibuk untuk bekerja, tidak memiliki kebiasaan dalam membaca atau bahkan memiliki keterbatasan dalam interaksi dengan orang lain, disamping itu juga seseorang kadang tidak memanfaatkan media elektronik seperti internet dengan baik untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat, mereka cenderung menggunakan internet sebatas penggunaan media sosial saja.dengan segala keterbatasan yang mereka miliki maka mereka tidak bisa mencari atau menambah wawasan perubahan psikologi yang dialami ibu nifas. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan maka makin mudah menerima informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya

6 pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2006). Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Satria, 2008). Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pendidikan keluarga terbanyak adalah SMA sebanyak 8 orang (35%). Pendidikan tidak mutlak memberikan pengetahuan yang baik pada seseorang. Hal ini dikarenakan dalam pendidikan formal jarang seseorang mendapatkan pengetahuan secara mendalam, sehingga hal itu juga dapat menjadikan mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan mengenai perubahan psikologi pada ibu nifas. Jika mereka tidak memiliki pengetahuan tentang perubahan psikologi tersebut, maka mereka tidak bisa memberikan pengetahuan kepada ibu nifas atau memberikan dukungan dalam menjalani perubahan psikologi yang dialami ibu nifas tersebut. Pekerjaan bukanlah sebagai penghalang seseorang untuk mendapatkan informasi, tetapi kadang kala pekerjaan sering sekali menyita waktu. Semakin banyak waktu yang dipakai untuk bekerja, semakin sedikit pula kesempatan seseorang yang mendapatkan informasi, sehingga pengetahuan yang diperoleh juga sangat terbatas (Notoadmodjo, 2008). Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa keluarga ibu nifas sebagian besar adalah pekerja sebanyak 17 orang (74%) dan yang tidak bekerja sebanyak 6 orang (26%). Ternyata teori dan fakta memiliki kesamaan, hal ini terjadi karena pada umumnya, pekerja diindonesia memiliki jam kerja selama 8 jam setiap harinya, bahkan ada sampai 12 jam setiap harinya. Pekerjaan sangat menyita waktu seseorang dalam mendapatkan informasi. Saat pekerja pulang kerumah, maka yang akan dilakukan adalah istirahat, sehingga seseorang tersebut tidak memiliki waktu luang dalam menambah wawasannya. Apalagi yang dimaksud disini para suami. Dimana mereka mempunyai peran sebagai kepala keluarga yang tugas utamanya adalah untuk mencari nafkah saja. Dalam hal ini, suami cenderung lebih fokus dalam bekerja saja tanpa memperhatikan perubahan yang akan terjadi pada istrinya saat masa nifas berlangsung, sehingga suami tidak mengetahui keadaan psikologi yang istrinya alami saat ini. Padahal dukungan suami sangat berpengaruh demi lancarnya perubahan psikologis pada ibu nifas. Hubungan keluarga antara ibu nifas dengan responden terhadap tingkat pengetahuan juga mampu memberikan dampak yang cukup berpengaruh. Hubungan yang dimaksud disini hubungan keluarga, hubungan kesinambungan pekerjaan yang didalamnya mengandung pengetahuan tersebut. Pada hubungan keluarga terhadap tingkat pengetahuan terjadi dari sebuah interaksi yang akrab dalam sebuah penyampaian informasi atau penyampaian tentang pengalaman antara seseorang dengan keluarganya (Usman, 2006). Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar mempunyai hubungan dengan ibu nifas sebagai suami yaitu sebanyak 13 responden (57%). Hal ini terjadi, misalnya pada keluarga ibu nifas ternyata mereka memiliki anak untuk pertama kalinya, sehingga suami tidak mempunyai pengalaman tentang perubahan psikologi masa nifas pada istrinya dan jika dihubungkan dengan latar belakang suami dimana sesuai dengan tabel 4.6 sebagian besar para suami baru memiliki pengalaman pertama mendampingi istrinya pada masa nifas dan dapat diperkuat dari tabel 4.5 mereka sebagian besar juga tidak pernah punya pengalaman sebagai orang tua sehingga suami tidak mempunyai pengetahuan yang luas atau pengalaman mengenai perubahan psikologis pada ibu nifas, sehingga cenderung memiliki pengetahuan yang kurang. Hubungan antarsesama akan menciptakan suatu pengalaman seperti bila sang suami melihat atau mendengar cerita dari temannya bagaimana temannya bersikap terhadap anak pertamanya. Bila sang suami mempunyai hubungan dalam lingkungannya harmonis, mudah bersosialisasi, maka akan mengetahui keadaan istrinya dan kebutuhan istrinya dalam menjalani perubahan psikologi yang dialami ibu. Pengalaman pribadi masa lalu akan membawa seseorang memecahkan masalah bila dihadapkan dengan pengalaman dimasa yang akan datang (Soetjiningsih, 2005). Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pengalaman responden menjadi orang tua sebagian besar tidak mempunyai pengalaman tersebut yaitu sebanyak 15 responden (65%),

7 sedangkan yang mempunyai pengalaman menjadi orang tua yaitu sebanyak 8 responden (35%). Hal ini dikarenakan sesorang yang tidak pernah memiliki pengalaman menjadi orang tua akan membuat seseorang itu tidak mengetahui tentang perubahan psikologi yang terjadi pada ibu nifas atau bahkan sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa pengalaman tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dari pengalaman tersebut akan menjadikan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pengalaman akan dapat dirasakan oleh siapa saja dan menjadikannya pedoman dan pembelajaran untuk kedepannya. Pada ibu yang memiliki anak lebih dari satu akan berbeda dengan ibu yang memiliki anak satu, hal ini terjadi karena ibu yang sudah melahirkan lebih dari satu sudah merasakan perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisiologis maupun psikologi pada masa nifas (Satria, 2008). Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 23 ibu nifas sebagian besar memiliki anak satu yaitu sebanyak 14 ibu nifas (60%) sedangkan memiliki anak dua yaitu sebanyak 5 ibu nifas (22%) dan lebih dari dua yaitu sebanyak 4 ibu nifas (18%). Berdasarkan teori dan fakta memiliki kesamaan, ibu yang pertama kali memiliki anak belum merasakan perubahan psikologi yang akan terjadi. Pengalaman pribadi masa lalu akan membawa seseorang memecahkan masalah bila dihadapkan dengan pengalaman yang akan datang. Pengalaman pada masa nifas atau menjadi orang tua khususnya menjadi seorang ibu tidaklah selalu sama pada setiap wanita. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh setiap wanita dalam menghadapi aktivitas dalam peran baru sebagai seorang ibu. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguangangguan psikologi. Jika dihubungan dengan keberadaan responden, walaupun responden mempunyai pengalaman menjadi orang tua tetapi belum tentu dapat memahami perubahan psikologi pada masa nifas tiap wanita, hal ini dikarenakan wanita berbedabeda perubahannya sehingga hal ini membuat pengetahuan responden kurang tentang perubahan psikologi ibu nifas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisa data dan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan keluarga terhadap perubahan psikologi pada ibu nifas di BPS Bashori Surabaya Saran Diharapkan pada BPS tersebut tidak hanya berfokus pada asuhan kebidanan fiologisnya saja tetapi juga tetap memperhatikan kebutuhan psikologisnya ibu demi kelancaran masa nifas ibu dengan cara melakukan konseling pada ibu, memberikan penyuluhan tentang perubahan psikologi ibunifas atau memfasilitasi seorang psikologi dalm membantu ibu yang mengalami gangguan psikologi pada ibu nifas. Diharapkan untuk lebih meningkatkan dan memperkaya referensi diperpustakaan sehingga mahasiswa memiliki kemudahan dalam mencari sumber informasi dan melakukan pengabdian di masyarakat dengan cara memberikan penyuluhan mengenai perubahan psikologis yang terjadi ada ibu nifas. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Hartinah, Siti Konseling Keluarga. Yogyakarta:Badan Penerbitan Tagal. Hartono, Andry Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Binarupa Aksara. Irhami Adaptasi Psikologi pada Ibu Masa Nifas. Jakarta : Rineka Cipta. Manuaba, Ida, dkk Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, Soekidjo Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam Metode Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Riadi, Muklisin Pengertian Keluarga. Jakarta:EGC. Saleha Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Setiadi Bentuk-bentuk Keluarga. Jakarta :EGC.

8 Satria Pendidikan Tentang Pengetahuan. Jakarta : EGC. Soetjiningsih Tingkat Pengetahuan. Yogyakarta: Fitramaya. Sulistyawati, Ari Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: EGC. Suryadi Pengetahuan Dalam Kehidupan. Jakarta : Rineka Cipta. Suyatmo Psikologi Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Usman IlmuPendidikan Pengetahuan. Jakarta : EGC. Vivian, dkk Asuhan Kbidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Wiwin Proses Adaptasi Psikologi Dalam Masa Nifas. Nifas.com. Diunduh 19 Oktober 2010 Pukul WIB. Yeyeh, Ai Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.