MOTIVASI WIRAUSAHA BATIK SRAGEN

Transkripsi

1 MOTIVASI WIRAUSAHA BATIK SRAGEN Aflit Nuryulia Praswati 1), Soepatini 2), Ihwan Susila 3) Abstract The Competitive Community Service (Pengabdian Masyarakat Kompetitif) for batik craftsmen is held in Plupuh Sub-district, Sragen Regency. The batik Craftsmen are integrated in a business group Arum Kemangi with 16 housewives as a member having an idea to remind their family income through the process of making high-valued artistic batik. Comprehensively the problems they encounter in running this business is a lack of motivation and courage to become entrepreneurs, in which they are still comfortable becoming batik workers although it provides limited income. Business management issue in this group is something that has not been controlled well, including the lack of effect on their labor productivity. Competitive Community Service (PAKOM) for batik craftsmen gives them entrepreneurship training, including how to build entrepreneurs mentality, innovative ideas, creating business targets, and a simple business plan. Business management trainings for this group are cost management, marketing, and management employees.competitive Community Service by Universitas Muhammadiyah Surakarta received a positive response from the Government of Sragen Regency, and The Business Group Arum Kemangi itself. The Assistance program for batik craftsman really motivates them especially to produce batik in large quantities to meet the demand. Marketing enhancement of the group is really visible from the aspects of production quantities. The craftsman has already understanding about the production cost and the task disposition. The sustainability and independence of this group is represented by improving the quality of batik, an increasing number of production, and product innovation. Keywords: entrepreneur, batik, motivation 1. PENDAHULUAN Kegiatan pakom bagi pengrajin batik ini dilaksanakan di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen saat ini terbagi menjadi 16 desa. Luas wilayah Ha dan terdiri dari 169 dukuh serta 264 RT. Jumlah penduduk sejumlah jiwa, laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk miskin mencapai 3892 KK. Kecamatan Plupuh merupakan wilayah sentra kerajinan batik tulis. Kerajinan batik di Desa Sido Kerto keberadaannya sudah sejak tahun 1980an. Meskipun sudah lama berproses, dalam perkembangannya mengalami pasang surut sebagai akibat permintaan batik yang mengalami penurunan karena harga jual yang tinggi. Bagi para pengrajin skala kecil masalah yang dihadapi adalah lamanya proses pembuatan sehingga membutuhkan waktu yang lama pula untuk mendapatkan penghasilan. Sehingga banyak yang pindah profesi menjadi buruh konveksi. Selain itu, munculnya produk turunan batik (batik cap, printing) serta masuknya produk dari cina membuat pengrajin batik dituntut untuk bisa mengatasi persaingan. Pemerintah Kabupaten Sragen mencoba menghidupkan kembali sentra batik yang telah banyak ditinggalkan oleh para pengrajin. Melalui SKPD terkait pemerintah mencoba untuk merekrut para pelaku usaha untuk kembali menekuni kerajinan batik. Kebijakan THE 5 TH URECOL 1008

2 tersebut didorong melalui perencanaan strategis dan kebijakan anggaran. Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Badan Diklat dan Litbang mengupayakan peningkatan kemampuan ketrampilan dengan memberikan pelatihan dan pemagangan bagi para pelaku usaha maupun calon usahawan. Pengrajin batik yang dihimpun dalam Kelompok Usaha Bersama Arum Kemangi beranggotakan 16 ibu ibu rumah tangga yang berkeinginan untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha membuat batik tulis yang mempunyai nilai seni. Para ibu-ibu ini memiliki kemampuan untuk membatik dan waktu luang yang cukup banyak. Proses awal usaha batik tulis ini menemui kendala dalam pembuatan desain serta pewarnaan. Permasalahan lain yang muncul adalah persaingan dengan batik dari daerah lain. Melihat kondisi yang ada, kemudian muncul rencana melakukan diversifikasi produk dengan membuat souvenir (tas, dompet, kipas, pembungkus tempat tisu) berbahan batik. Pada awalnya KUB Arum Kemangi Sido Kerto Kabupaten Sragen telah memiliki modal 1 kain ukurann 2,5 meter, kemudian bulan kedua bertambah menjadi 2 kain. Kebutuhan modal berusaha dipenuhi dengan mengajukan dana melalui Koperasi tetapi ternyata tidak bisa. Para anggota keberatan masalah angsuran pinjaman karena mengharapkan tidak hutang dalam berusaha. Keinginannya usaha bisa jalan tapi tidak terbebani hutang. Masih kurangnya keberanian untuk mengambil resiko dalam berhutang, belum ada motivasi untuk meningkatkan usaha. Pada KUB ini memiliki target 1 bulan setiap anggota menghasilkan 4 kain batikan, hal ini bisa dicapai dengan tekat dan semangat dari anggota. Untuk mencapai hal ini diperlukan adanya pelatihan motivasi untuk para pengrajin batik dan pelatihan mengenai manajemen usaha yang baik. Untuk mengimplementasikan rencana tersebut, perlu adanya pendampingan yang dilakukan secara komprehensif dan didukung oleh seluruh stakeholder. Untuk mendukung agar program penciptaan sentra industri baru tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sragen bekerjasama dengan Program Studi Manajemen FEB UMS. Program pendampingan ini adalah untuk mendorong pengembangan UMKM KUB batik di Kabupaten Sragen. Kegiatan pendampingan kepada pelaku usaha bertujuan untuk : 1. Meningkatkan motivasi berwirausaha para pengrajin 2. Meningkatkan pengelolaan usaha batik Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah 1. Peningkatan nilai tambah melalui peningkatan pengelolaaan secara menyeluruh. 2. Mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. 3. Mengenalkan dan memberikan image yang baik kepada masyarakat mengenai Gerakan Ekonomi dan Sosial Muhammadiyah. 2. PERMASALAHAN WILAYAH Wilayah ini sudah mempunyai industri batik sebagai produk unggulan akan tetapi hanya beberapa perusahaan yang mampu bertahan dari persaingan. Ketersediaan SDM yang mempunyai keahlian membuat batik terhitung masih sangat minim. Penyebabnya adalah upah yang dihasilkan dari kerajinan batik relatif kecil jika dibanding dengan upah industri lain. Hasil dari analisis permasalahan UMKM di Kabupaten Sragen (PPMB, 2014) ke Industri Batik telah teridentifikasi permasalahan secara komprehensif, yaitu, a. Masih kurangnya motivasi dan keberanian untuk menjadi wirausaha batik, b. Masih merasa nyaman dengan menjadi buruh batik, dengan penghasilan terbatas, c. Manajemen usaha masih belum dikuasai sehingga membuat produktivitas pengrajin batik masih kurang, Tantangan yang dihadapi oleh UMKM batik adalah tenaga kerja diindustri kerajinan batik sangat terbatas karena lamanya proses pengerjaan sehingga banyak yang memilih untuk beralih profesi menjadi buruh batik. Selain itu, munculnya produk turunan batik (batik cap, printing) serta THE 5 TH URECOL 1009

3 masuknya produk dari cina membuat pengrajin batik dituntut untuk bisa mengatasi persaingan. Profil KUB Batik Arum Kemangi dapat dilihat dari table berikut ini: Tabel 1. Profil Mitra PAKOM Nama Mitra KUB Arum Kemangi Pimpinan Siti Aminah Alamat Sido Kerto, Plupuh, Sragen Bidang Usaha Batik Jumlah Anggota 16 orang Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Anggota Tangga Sumber : Data Primer, SOLUSI YANG DITAWARKAN Masalah prioritas dari mitra pengabdian ini adalah Masih kurangnya motivasi untuk menjadi wirausaha batik, Manajemen usaha masih belum Dikuasai. Solusi yang ditawarkan antara lain: 1. Pelatihan kewirausahaan pengrajin batik untuk Membangun kesiapan mental menjadi pengusaha, Berani untuk memulai usaha dengan ide-ide inovatif, membangun target usaha, membuat rencana bisnis sederhana 2. Pelatihan manajemen usaha kelompok pengrajin batik seperti manajemen biaya sederhana, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia. 4. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN Pelatihan kewirausahaan diharapkan dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Sehingga dapat menciptakan pekerjaan bukan hanya mengharapkan pekerjaan dari orang lain. Manfaat pelatihan kewirausahaan ini diharapkan peserta akan mendapatkan: a. Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dijiwai semangat wirausaha secara mandiri, b. Kesiapan bekerja, berusaha dan bermitra usaha, c. Meningkatkan inovasi dan keterampilan yang dibutuhkan seorang pengusaha, d. Pengetahuan praktis memulai usaha baru. Pelatihan manajemen usaha bertujuan agar para peserta dapat memahami manajemen usaha kecil secara umum, diantaranya manajemen biaya dasar, manajemen pemasaran dan manajemen pegawai. Sehingga usaha yang dimulai dapat berjalan dengan baik, efisien dan mencapai kesuksesan. Kesejahteraan peserta akan semakin membaik. Dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan: Gambar 1. Kegiatan pelatihan Gambar 2. Batik setengah jadi Gambar 3. Batik siap jual 5. HASIL PELAKSANAAN Perubahan yang terjadi setelah pelaksanaan pakom bagi pengrajin batik yaitu: THE 5 TH URECOL 1010

4 1. Pengrajin semakin termotivasi untuk menghasilkan batik dalam jumlah yang lebih banyak sehingga dapat memenuhi permintaan. Jenis Batik Jumlah Produksi Batik (kodi) Batik Sogan 65 Batik Semi Tulis Batik Lain Jumlah Sebelumnya produk batik hanya dibuat berdasarkan pesanan dari toko-toko batik yang didapat dari bapak angkat. Produk yang disetorkan baru berupa batik setengah jadi. Setelah dilakukan pengabdian, motivasi pengrajin meningkat terlihat dari jumlah batik yang dihasilkan mengalami peningkatan sesuai target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Batik yang dihasilkan terdiri dari 3 jenis yaitu batik sogan 65 dengan harga rata-rata Rp65.000,00; batik semi tulis Rp ,00 dan lain-lain Rp , Adanya pelatihan manajemen usaha, pengrajin batik dapat menghitung jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membatik, dapat memperkirakan berapa modal yang diperlukan, serta dapat menentukan harga jual batik yang diproduksi. 4. Setelah pelatihan manajemen pemasaran, KUB Arum Kemangi telah memiliki jaringan pemasaran yaitu sragen (toko batik brotojoyo, brotoseno), surakarta (pasar klewer), madiun dan semarang. Beberapa kali ikut dalam acara pameran batik diantara di jakarta dan semarang. 5. Melalui pemberian pelatihan manajemen pegawai, KUB Arum Kemangi dapat mengatur anggota dalam hal pembagian kerja pada proses produksi batik. Ketika ada anggota yang memiliki waktu lebih banyak untuk membatik maka dia dapat modal kain yang lebih banyak. Jumlah produksi batik setelah diadakan pendampingan terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Produksi batik KUB Arum Kemangi Pendampingan ini juga masih mengalami kendala dan masalah diantaranya: 1. Jumlah produksi batik masih belum dapat memenuhi jumlah permintaan yang ada. Kurangnya modal untuk membeli bahan baku produksi. Bahan baku pewarna batik mahal, sehingga membutuhkan pengetahuan tentang pewarnaan dengan bahan alami yang tentunya lebih murah. 2. Masih kurangnya jumlah SDM yang terampil membatik dan kurang keterampilan untuk membuat design batik yang baru. 6. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA Pelaksanaan kegiatan pakom bagi pengrajin batik kecamatan sidokerto Kabupaten Sragen perlu dikembangkan lebih lanjut, yaitu: 1. Pendampingan bagi pengrajin batik untuk terus berproduksi. 2. Pendampingan dibidang pemasaran baik penggunaan media promosi konvensional maupun pemasaran online. 3. Pendampingan untuk aktif ikut serta dalam pameran, dalam rangka mengenalkan produk secara lebih luas. 4. Pendampingan untuk penambahan SDM terampil membatik. Kegiatan yang akan dilaksanakan lebih lanjut akan dipilih dan disesuaikan dengan prioritas masalah yang dihadapi oleh pengrajin. Musyawarah dan perencanaan akan disusun baik pihak pengrajin batik, pemerintah Kabupaten Sragen dan tim pengabdian Universitas Muhammadiyah Surakarta. 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari kegiatan Pakom bagi pengrajin batik di Kabupaten Sragen telah diperoleh hasil sebagai berikut: THE 5 TH URECOL 1011

5 1. Peningkatan motivasi untuk terus membatik. 2. Peningkatan pengetahuan pengrajin dalam manajemen usaha. 3. Peningkatan produksi sampai dengan tri wulan terakhir waktu pendampingan jumlah produksi mencapai 17 kodi. 4. Peningkatan semangat untuk saling mendukung demi kemajuan perekonomian masyarakat melalui usaha kerajinan batik yang melibatkan bapak angkat, pihak desa, pemerintah kabupaten dan pihak swasta Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, kami mengungkapkan beberapa saran, antara lain: 1. Perlu diadakan pendampingan lebih lanjut dalam hal pemenuhan modal membatik. 2. Perlu pelatihan pewarnaan dengan bahan alami sehingga biaya produksi yang dikeluarkan lebih dapat terjangkau. 3. Perlu diadakan pelatihan membatik bagi masyarakat sekitar Kabupaten Sragen. 8. REFERENSI Buchari, Alma (2002) Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alphabeta Fandy, Tjiptono (2002) Strategi Pemasaran Edisi I Yogyakarta Andi Offset Kotler, Philip Gary Armstrong, (2008) Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12 Jilid 1, Erlangga, Jakarta PPMB., (2014) Analisis Permasalahan UMKM di Kabupaten Sragen 4/Analisis_Permasalahan_UMKM_ di_kabupaten_sragen Swastha, B., dan Irawan, (1993) Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: BPFC_YKPN THE 5 TH URECOL 1012